Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pembuatan tablet vitamin C menggunakan metode cetak langsung. Metode ini digunakan karena vitamin C tidak stabil pada pemanasan dan cepat teroksidasi, sehingga tidak cocok dengan metode granulasi basah. Tablet dibuat menggunakan campuran vitamin C, amprotab, pati, avicel, magnesium stearat, dan talk sebagai bahan pengisi. Evaluasi granul dan tablet dilakukan untuk mengetahui sifat alir, organoleptik
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang dasar-dasar pembuatan salep. Ada beberapa jenis dasar salep yang dibahas seperti dasar salep hidrokarbon, serap, dan larut air. Juga dijelaskan bahan-bahan yang dapat dimasukkan ke dalam salep seperti zat padat, cairan, dan ekstrak serta cara-cara memprosesnya.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai pembuatan tablet vitamin C menggunakan metode cetak langsung. Metode ini digunakan karena vitamin C tidak stabil pada pemanasan dan cepat teroksidasi, sehingga tidak cocok dengan metode granulasi basah. Tablet dibuat menggunakan campuran vitamin C, amprotab, pati, avicel, magnesium stearat, dan talk sebagai bahan pengisi. Evaluasi granul dan tablet dilakukan untuk mengetahui sifat alir, organoleptik
Dokumen tersebut membahas tentang formulasi teknologi sediaan suppositoria non steril yang berisi parasetamol. Secara ringkas, dibahas tentang indikasi, farmakokinetik, mekanisme kerja, efek samping, kontraindikasi, peringatan, dan interaksi obat parasetamol. Juga dibahas sifat fisika kimia zat aktif dan bahan tambahan seperti oleum cacao dan cetaceum yang digunakan dalam pembuatan suppositoria. Terakhir
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang dasar-dasar pembuatan salep. Ada beberapa jenis dasar salep yang dibahas seperti dasar salep hidrokarbon, serap, dan larut air. Juga dijelaskan bahan-bahan yang dapat dimasukkan ke dalam salep seperti zat padat, cairan, dan ekstrak serta cara-cara memprosesnya.
Emulsi adalah sediaan yang mengandung dua fase yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan bantuan bahan pengemulsi. Stabilitas emulsi dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi fase dalam, dan viskositas fase luar. Emulsi dibuat dengan mencampurkan bahan obat, bahan pengemulsi, dan pembawa secara hati-hati.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Mahasiswa membuat gel Na Diklofenak untuk tujuan praktikum. Gel dibuat dengan bahan Na Diklofenak 1%, CMC Na 6%, dan Nipagin 0,3% dalam air. Gel dievaluasi melalui uji pH, homogenitas, kemampuan proteksi, daya sebar dan lekat. Hasil uji menunjukkan gel bersifat netral, homogen, dan mampu menyebar seiring bertambahnya beban.
Dokumen tersebut merangkum tentang formulasi dan pembuatan krim betametason. Krim ini mengandung betametason sebagai zat aktifnya dan beberapa bahan penstabil seperti cetomacrogolum-1000, cetostearylalkohol, parafin cair, dan vaselin album. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pembuatan krim betametason melalui pencampuran dan pengadukan bahan-bahannya hingga membentuk sediaan krim yang homogen.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Suppositoria adalah sediaan setengah padat yang diberikan melalui dubur, vagina, atau uretra. Bahan dasarnya meliputi lemak coklat, gelatin tergliserinasi, dan polietilen glikol yang meleleh atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria digunakan untuk pengobatan lokal maupun sistemik dengan absorpsi cepat di rektum. Pemilihan bahan dasar tergantung tujuan penggunaan dan lokasi pemberian.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut secara merata dalam pelarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor seperti polaritas, temperatur, dan keberadaan garam lain. Bentuk sediaan larutan umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan ketelitian.
Laporan praktikum membuat suspensi kering menggunakan metode granulasi. Tujuannya adalah membuat dan mengevaluasi suspensi kering serta mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien terhadap karakteristik sediaan. Paracetamol dan laktosa digunakan sebagai bahan aktif dan bahan tambahan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet effervescent, yang merupakan tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam efervescent atau bahan lain yang mengandung asam dan karbonat/bikarbonat sehingga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air. Dokumen tersebut menjelaskan komponen utama tablet efervescent seperti sumber asam, sumber karbondioksida, zat aktif, dan bahan tambahan lainny
Dokumen tersebut membahas tentang obat tetes hidung atau guttae nasales, termasuk definisi, komposisi, dan evaluasi sediaannya. Obat tetes hidung bekerja dengan melakukan penyempitan pembuluh darah kapiler di hidung untuk mengurangi pembengkakan dan membantu mengeringkan sekresi. Sediaan umumnya terdiri atas efhedrin, natrium klorida, klorobutanol, propilenglikol, dan air suling. Evaluasi sediaan meliputi pen
Mahasiswa membuat gel Na Diklofenak untuk tujuan praktikum. Gel dibuat dengan bahan Na Diklofenak 1%, CMC Na 6%, dan Nipagin 0,3% dalam air. Gel dievaluasi melalui uji pH, homogenitas, kemampuan proteksi, daya sebar dan lekat. Hasil uji menunjukkan gel bersifat netral, homogen, dan mampu menyebar seiring bertambahnya beban.
Dokumen tersebut merangkum tentang formulasi dan pembuatan krim betametason. Krim ini mengandung betametason sebagai zat aktifnya dan beberapa bahan penstabil seperti cetomacrogolum-1000, cetostearylalkohol, parafin cair, dan vaselin album. Dokumen ini juga menjelaskan prosedur pembuatan krim betametason melalui pencampuran dan pengadukan bahan-bahannya hingga membentuk sediaan krim yang homogen.
Dokumen tersebut membahas tentang pasta sebagai sediaan farmasi semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat untuk pemakaian topikal. Dibahas pula karakteristik, penggolongan, metode pembuatan, contoh formula standar, perbedaan dengan salep, serta keuntungan dan kerugian pasta. Dokumen ini menyimpulkan bahwa kelebihan pasta adalah mengikat cairan luka dan melekat lebih lama pada kulit, sement
Suppositoria adalah sediaan setengah padat yang diberikan melalui dubur, vagina, atau uretra. Bahan dasarnya meliputi lemak coklat, gelatin tergliserinasi, dan polietilen glikol yang meleleh atau melarut pada suhu tubuh. Suppositoria digunakan untuk pengobatan lokal maupun sistemik dengan absorpsi cepat di rektum. Pemilihan bahan dasar tergantung tujuan penggunaan dan lokasi pemberian.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut secara merata dalam pelarut. Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh faktor seperti polaritas, temperatur, dan keberadaan garam lain. Bentuk sediaan larutan umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan ketelitian.
Laporan praktikum membuat suspensi kering menggunakan metode granulasi. Tujuannya adalah membuat dan mengevaluasi suspensi kering serta mengetahui pengaruh penambahan bahan eksipien terhadap karakteristik sediaan. Paracetamol dan laktosa digunakan sebagai bahan aktif dan bahan tambahan.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai tablet effervescent, yang merupakan tablet yang dibuat dengan mencetak granul garam efervescent atau bahan lain yang mengandung asam dan karbonat/bikarbonat sehingga memiliki kemampuan untuk mengeluarkan gas ketika kontak dengan air. Dokumen tersebut menjelaskan komponen utama tablet efervescent seperti sumber asam, sumber karbondioksida, zat aktif, dan bahan tambahan lainny
Dokumen tersebut membahas tentang obat tetes hidung atau guttae nasales, termasuk definisi, komposisi, dan evaluasi sediaannya. Obat tetes hidung bekerja dengan melakukan penyempitan pembuluh darah kapiler di hidung untuk mengurangi pembengkakan dan membantu mengeringkan sekresi. Sediaan umumnya terdiri atas efhedrin, natrium klorida, klorobutanol, propilenglikol, dan air suling. Evaluasi sediaan meliputi pen
Dokumen tersebut memberikan panduan singkat tentang cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan benar, dengan menekankan pentingnya konsultasi dengan apoteker di apotik untuk mendapatkan informasi yang akurat. Panduan tersebut juga menjelaskan penggolongan obat dan tips spesifik untuk berbagai jenis obat seperti obat tetes, semprot, dan suppositoria.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan benar. Terdapat tips seperti mendapatkan resep dari dokter, membaca petunjuk pada kemasan obat, menyimpan obat pada suhu ruangan, dan membuang sisa obat secara aman. Dokumen ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penggunaan obat yang sehat dan aman.
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Ada beberapa jenis serbuk seperti serbuk tabur, serbuk gigi, dan serbuk efervessen yang akan mengeluarkan gas CO2 ketika dilarutkan dalam air. Pembuatan serbuk memerlukan penghalusan bahan, pencampuran bahan secara merata, dan membungkus serbuk.
Dokumen tersebut membahas tentang materi farmasi dasar yang mencakup definisi farmasi, profesi farmasi, apotek, resep, penulis resep, dan ketentuan umum penimbangan zat serta penyimpanan obat."
Suppositoria aminofilin dibuat dengan menggunakan PEG 1000 dan PEG 4000 sebagai basis. Aminofilin dan PEG dicairkan dan dicampur untuk membentuk massa yang kemudian dicetak menjadi suppositoria. Suppositoria mengandung 500 mg aminofilin dan disimpan dalam kemasan aluminium foil.
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai penggunaan obat yang benar dan aman, mulai dari mendapatkan obat di apotik, menggunakan obat sesuai petunjuk, menyimpan obat dengan baik, hingga membuang sisa obat dengan cara yang tepat. Dianjurkan untuk selalu berkonsultasi dengan apoteker agar penggunaan dan penyimpanan obat dapat dilakukan dengan benar.
Formulasi Sediaan Steril Vial Anestesi Lokal (Lidokain HCl)Nesha Mutiara
Dokumen tersebut merangkum tentang pembuatan vial anestesi lokal lidokain yang meliputi formula, cara pembuatan, evaluasi, dan kemasan. Vial lidokain dibuat mengandung 10 mg lidokain HCl per mL dan dimasukkan ke dalam vial 5,3 mL sebanyak 5 buah. Proses pembuatan melalui sterilisasi otoklaf dan uji kualitas untuk memastikan keamanan dan efektivitas produk.
Penetapan Kadar Triklosan (Pasta gigi berdasarkan literatur)Mifta Finanti
Metode ini menggunakan kromatografi gas untuk menganalisis dietilenglikol dalam pasta gigi dengan pelarut asetonitril dan air. Sampel pasta gigi dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge lalu divorteks dan disentrifuge untuk memisahkan larutan. Larutan ini kemudian diuji menggunakan kromatografi gas untuk menentukan kehadiran dietilenglikol. Metode lain menggunakan kromatografi lapis tipis dan spektrofotome
2. ُهَف ُتْض ِ
رَم اَذِإ َو
ِينِفْشَي َو
Dan apabila aku sakit, Dialah Yang
menyembuhkan aku
3. Sediaan cair
larutan emulsi suspensi
pemakaian
dalam atau
luar
Ditujukan
Diteteskan
menggunakan penetes yg
menghasilkan tetesan setara
dgn penetes baku FI
Guttae
/drop
Tetes mata
Tetes hidung
Tetes telinga
4. SYARAT PENETES BAKU
: Penampang : 3 mm penampang luar
& 0,6 mm penampang lubang
1 gram air suling = 1 mL = 20 tetes
(suhu 20ºC)
penetes menentukan ketepatan dosis
5. Sangat baik digunakan untuk pemberian
dosis kecil
Memudahkan dalam pemberian,
khususnya bagi usia bayi dan balita yang
belum dapat menelan obat dengan baik
Obat lebih mudah diabsorbsi
Dosis, rasa, warna dan bau dapat
disesuaikan dengan kebutuhan
6. Stabilitas bentuk larutan biasanya kurang
baik.
Diperlukan ketepatan dosis
Kesulitan dalam masalah formulasi untuk
menutupi rasa zat aktif yang pahit dan
tidak menyenangkan
7. Guttae / Drop
• Tanpa dinyatakan lain, yang dimaksudkan adalah
obat tetes untuk obat dalam
• merupakan sediaan cair yang mengandung bahan
obat dan bahan pembawa, dimana dosis zat aktif
yang digunakan dalam jumlah kecil
• Menggunakan penetes setara dengan penetes
baku
8. Guttae Oris (tetes mulut)
• obat tetes yang diperuntukkan untuk kumur-
kumur, sebelum digunakan diencerkan lebih dulu
dengan air dan tidak untuk ditelan
9. Guttae auricullaris (tetes telinga)
• Digunakan dengan meneteskan ke dalam
telinga
• Cairan pembawa bukan air; dapat dengan
gliserol, etanol, minyak nabati, dll
• pH tanpa dinyatakan lain 5,0 - 6,0
• Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat
• Dapat berupa larutan atau suspensi
• Tujuan pengobatan:
mengobati infeksi ringan
membersihkan setelah infeksi
mengeringkan permukaan yang basah dg
astringen
antiseptik dan anestetik
10. Cuci tangan
Bersihkan
telinga
Kocok
Pastikan ujung
penetes tidak
rusak
Miringkan
kepala
sehingga
telinga yang
akan
diberikan obat
menghadap ke
atas.
• Dewasa : Tarik daun telinga ke
atas & ke belakang
• Untuk anak <3 tahun: tarik
daun telinga ke bawah dan ke
belakang
Teteskan
sesuai takaran
Pertahankan
posisi kepala
2-3 menit
Tutup kembali
Cuci tangan
11. R/ Kloramfenikol 1
Propilenglikol ad 10
m.f guttae auric
S b dd gtt II a.d
Pro : Rahmat (15 thn)
R/ ProcainHCl 1%
Antipyrine 5%
Glycerin ad 10
m.f. guttae aur
S. 3 dd gtt II a.l
Pro : Ny. sinta
12. Penimbangan
• Kloramfenikol 1 g
• Propilen glikol10 g – 1 g = 9 g
Pembuatan
• Siapkan alat & bahan
• Timbang kloramfenikol dan propilen glikol
• Larutkan kloramfenikol ke dalam propilengglikol di
dalam beacker glass
• Masukkan ke dalam botol tetes
• Beri etiket APOTEK UHAMKA
Jln. Delima II/IV No. 1 Jakarta Timur
Telp. 021-88603233
Apoteker : Pramulani M Lestari
SIPA : 065/15/2020
No. 1 21 Des 2021
RAHMAT
2 kali sehari, 2 tetes telinga kanan
13. Penimbangan
• Procain HCl 1% (1/100) x 10 = 0,1 g
• Antipyrin 5% (5/100) x 10 = 0,5 g
• Glicerin ad 10 10 – (0,1+0,5) = 9,4 g
Pembuatan
• Siapkan alat & bahan
• Timbang procain, antipirin dan gliserin
• Larutkan prokain dan antipirin ke dalam gliserin di
dalam beacker glass
• Masukkan ke dalam botol tetes
• Beri etiket APOTEK UHAMKA
Jln. Delima II/IV No. 1 Jakarta Timur
Telp. 021-88603233
Apoteker : Pramulani M Lestari
SIPA : 065/15/2020
No. 1 21 Des 2021
Ny. Sinta
3 kali sehari, 2 tetes telinga kiri
14. Guttae Nasales (tetes hidung)
• Merupakan sediaan cairan farmasi yang digunakan
untuk rongga hidung
• Pembawa umumnya berupa air, tidak boleh
menggunakan minyak mineral atau minyak lemak
• pH cairan pembawa sedapat mungkin 5,5 – 7,5
dengan kapasitas dapar sedang, isotonis, atau hampir
isotonis
• komponen :
pensuspensi; sorbiton, polisorbat atau surfaktan lain
yg cocok , kadar ≤ 0,01%
Pendapar : dapar fosfat pH 6,5
Pengisotonis : NaCl
Pengawet : benzalkoniumklorida 0,01%-0,1%,
klorbutanol 0,5% – 0,7%
15.
16. R/Epinephrin Bitartras 182 mg
Chlorbutanol 50 mg
Propilen glikol 500 mg
Aqua dest ad 10 mL
m.f. guttae nasal
S 3 dd gtt II
Pro : lili
16
R/ Epedrin HCl 0,8%
Antazolin HCl 0,5%
m.f. guttae nasal 10
S.3 dd gtt I
Pro : umar
17. Penimbangan
• Epinefrin bitatras182 mg
• Chlorbutanol 50 mg
• Propilen glikol 500 mg
• Aqua dest 10 – (0,182 + 0.05 + 0,5) = 9,268 mL
Pembuatan
• Siapkan alat & bahan
• Timbang semua bahan
• Larutkan epinefrin bitatras ke dalam aquadest, larutkan
klorbutanol dalam aquadest dan larutkan propilenglikol ke
dalam aquadest. Campurkan semua larutan tersebut
• Masukkan ke dalam botol tetes
• Beri etiket
APOTEK UHAMKA
Jln. Delima II/IV No. 1 Jakarta Timur
Telp. 021-88603233
Apoteker : Pramulani M Lestari
SIPA : 065/15/2020
No. 1 21 Des 2021
Lili
3 kali sehari, 2 tetes
18. Penimbangan
• Efedrin HCl 0,8% (0,8/100) x 10 = 0,08 g = 80 mg
• Antazolin HCl 0,5% (0,5/100) x 10 = 0,05 g = 50 mg
• Aqua dest 10 – (0,08 + 0.05) = 9,87 mL
Pembuatan
• Siapkan alat & bahan
• Timbang semua bahan
• Larutkan Efedrin HCl ke dalam aquadest, larutkan
antazolin HCl dalam aquadest, kemudian campurkan
semua larutan tersebut
• Masukkan ke dalam botol tetes
• Beri etiket APOTEK UHAMKA
Jln. Delima II/IV No. 1 Jakarta Timur
Telp. 021-88603233
Apoteker : Pramulani M Lestari
SIPA : 065/15/2020
No. 1 21 Des 2021
Umar
3 kali sehari, 2 tetes
19. Guttae ophthalmicae
• Sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan meneteskan pada selaput
lendir mata
• Steril, bebas partikel melayang dan benang &
serat
• Sedapat mungkin isotonis
• Sedapat mungkin isohidris
• Formula :
Zat aktif
pengisotonis (NaCl, asam borat, glukosa)
pendapar (pH 7,2 – 7,4)
pengawet (Benzalkonium klorid, klorbutanol,dll)
pengsuspensi/pengental (PVP, HPMC, metil selulosa)
pembawa (air, asam borat, fosfat isotonis)
20. Tetes mata harus memiliki pH 7,4 sesuai
dengan pH fisiologis mata tujuannya :
• Mengurangi rasa sakit
• Menjaga stabilitas obat dalam larutan
Penambahan pengawet pada sediaan
tetes mata untuk tujuan :
1. Bersifat bakteriostatik dan fungisida
2. Tidak mengiritasi jaringan
3. Tidak menimbulkan alergi
4. Harus kompatibel dengan kebanyakan obat
5. Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam
kondisi normal
21.
22. larutan yang biasanya mengandung bahan
penyegar nafas, astringen, demulsen, atau
surfaktan, atau antibakteri untuk
menyegarkan dan membersihkan yang
pemakaiannya dengan berkumur tidak
untuk ditelan
Obat kumur sudah digunakan sejak dahulu
dengan tujuan untuk mengurangi mikroba
dalam rongga mulut
23. Menghilangkan bau mulut
• karena bahan anti bakteri pada obat kumur akan melawan
bakteri yang menyebabkan bau mulut
• Contoh : cetylpyridinium, chloride, kayu manis,dan peppermint
Mencegah karies gigi & gigi berlubang
• fluoride pada obat kumur akan membantu mencegah kerusakan
gigi dengan memperkuat permukaan gigi melindungi gigi dari
kerusakan
Mengatasi peradangan pada mulut
Obat kumur dapat menjadi alternatif untuk
membersihkan gigi & mulut bagi penderita radang
gusi atau pasien yang baru mengalami tindakan
pada area mulut (cabut, bedah) untuk mencegah
memperburuknya luka pada mulut
25. Zat aktif
• Fluoride : dapat mencegah kerusakan gigi dengan cara
meningkatkan kekerasan lapisan luar email gigi & mahkota gigi
• Antiplak : dapat melepaskan plak dari permukaan gigi
• Antibakteri : membantu mengurangi jumlah bakteri yang berada
didalam rongga mulut
• Deodorizing dan oxidizing : menutupi dan menetralkan bau mulut
• Astringents ,bahan ini memberikan rasa yang enak dan
mengerutkan jaringan rongga mulut
• Anti nyeri : dapat menghilangkan rasa nyeri
Pelarut
Pengawet
Corigensia (bau, rasa & warna)
26. Kosmetik
• hanya membersihkan, menyegarkan, dan/atau
penghilang bau mulut
• terdiri dari air dan biasanya alkohol, flavor, dan zat
pewarna & juga mengandung surfaktan dengan tujuan
membersihkan
Terapeutik
• untuk perawatan penyakit pada mukosa atau ginggiva,
pencegahan karies gigi atau pengobatan infeksi, atau
untuk meringankan beberapa kondisi patologis pada
mulut, gigi, atau tenggorokan
27.
28. R/ Phenazolum 3 g
Na. Biboras 10 g
Gliserin 30 g
m.f. Garg 300 ml
S. Gargle
Pro : Yuli
R/ Gargarisma Zinci Clorida
m.f. Garg 100 ml
S. Gargle
Pro : Nunik Gargarisma Zinci Clorida
Tiap 300 ml mengandung :
• ZnCl2 1 g
• As. Salisilat 0.3 g
• Tawas 1 g
• Aquadest ad 300 ml
29. Penimbangan
• ZnCl2 1 g (1 g / 300 mL) x 100 ml = 0,3 g
• As. Salisilat 0,3 g (0,3 g / 300 mL) x 100 mL = 0,1 g
• Tawas 1 g (1 g / 300 mL) x 100 ml = 0,3 g
• Aqua dest 100 – (0,3 + 0.1 + 0,3) = 99,3 mL
Pembuatan
• Siapkan alat & bahan
• Timbang semua bahan
• Larutkan ZnCl2 ke dalam aquadest, larutkan As. Salisilat
dalam aqua fervida, larutkan tawas dalam aqua fervida.
Campurkan semua larutan tersebut
• Masukkan ke dalam wadah botol
• Beri etiket APOTEK UHAMKA
Jln. Delima II/IV No. 1 Jakarta Timur
Telp. 021-88603233
Apoteker : Pramulani M Lestari
SIPA : 065/15/2020
No. 1 21 Des 2021
Nunik
Obat kumur, tidak untuk di telan
30. Penimbangan
• Phenazolum 3 g
• Na. Biboras 10 g
• Gliserin 30 g
• Aqua dest 300 – (3 + 10 + 30) = 57 mL
Pembuatan
• Siapkan alat & bahan
• Timbang semua bahan
• Larutkan phenozoulum ke dalam aquadest, larutkan Na.
biboras ke dalam aquadest. Campurkan semua larutan
tersebut, tambahkan gliserin dan cukupkan volume sampai
dengan 300 mL
• Masukkan ke dalam wadah botol
• Beri etiket APOTEK UHAMKA
Jln. Delima II/IV No. 1 Jakarta Timur
Telp. 021-88603233
Apoteker : Pramulani M Lestari
SIPA : 065/15/2020
No. 1 21 Des 2021
Yuli
Obat kumur, tidak untuk di telan
31. Gloria Murtini. 2016. Farmestika Dasar. PUSDIK SDM Kementerian Kesehatan RI
A.V. Loyd, P. G. Nicolas, A.C.Howard. 2013. Bentuk Sediaan Farmasetis & system
Penghantaran Obat, ed 9, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Anonim. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Kemenkes RI. Jakarta
Howard CA. (2010). Pharmaceutical Calculation (13th ed.). London: Wolters Kluwer Health,
Lippincott Williams & Wilkins.
Marriott, J.F. Wilson, K. A. Langley, C. A. dan Belcher, D. (2010). Pharmaceutical
Compounding and Dispensing (2nd ed.). London: Pharmaceutical Press.
Permenkes No. 73 tahun 2016 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
Permenkes No. 74 tahun 2016 ttg Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2009
Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi (Edisi revisi dan Perluasan).
Bandung. Penerbit ITB.
Langley, Chris dan Dawn Belcher. 2008. Fastrack Pharmaceutical Compounding and
Dispensing. USA. PP.
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta. EGC.
Zaman, Nanizar dan Joenoes. 2008. Ars Prescribendi Resep yang Rasional. Edisi 1, 2,
dan 3. Surabaya. Airlangga University Press.
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI. Jakarta.
Anif. Moh, 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik.Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Anonim. 1958. Nederlandche Pharmacopee, zesde uitgave, De Minister van Sociale Zaken
en Volksgezondheid, s’Gravenhage