SlideShare a Scribd company logo
BUKU PETUNJUK
PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN
LIQUID DAN SEMISOLID
DIII FARMASI
STIKES BANYUWANGI
2020
1
PERCOBAAN I
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SYRUP
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan syrup sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Menurut Farmakope Indonesia IV, Syrup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%. Syrup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
tinggi. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.
Komponen Syrup
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah.
Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan
yang berkalori rendah seperti laktosa
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan
lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan
yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup
adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan
wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan
sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
2
e. Kosolven
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus untuk membantu kelarutan.
Sifat Fisika Kimia sirup
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan
untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati
permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan
tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan
kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena
perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti
untuk pengukuran sediaan farmasi.
b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini
berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan
semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat
stabilitas sediaan cair selama penyimpanan. Besar kecilnya kadar suspending agent
berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu
besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup
mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan
warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan
cair yang disimpan Selama waktu tertentu.
Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup
a. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di
tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
b. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan
metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
c. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi
akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
d. Bobot jenis sirup kira-kira 1,3 gram/ml
e. pH parasetamol sirup menurut Farmakope Indonesia edisi 4 adalah antara 3,8 – 6,1.
3
f. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan
fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
g. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula
invert.
h. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur
dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan
obat.
i. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi
jamur, meskipun jamur tidak mati
j. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep,
sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
k. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet
misalnya nipagin.
Kestabilan Sirup dalam Penyimpanan
a. Cara Memasukkan Sirup Dalam Botol
Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam
penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada
pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai
penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian
gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang
menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak
berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan
tentang panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
b. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk
4
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
 Mengatasi nyeri ringan,demam, sakit kepala, mialgia, neuralgia dan sakit gigi
b. Kontra indikasi
 Hipersensitif terhadap parasetamol dan defesiensi glukosa-6-fasfat dehidrigenase.
 Tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
c. Efek samping
 Sangat jarang dan biasanya ringan.
 Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
d. Mekanisme kerja
 Mempengaruhi proses sintetsis prostaglandin (sebagi mediator nyeri) dan
menghambat sistem siklosigenase
e. Interaksi obat
 Parasetamol diduga cepat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin
f. Dosis pemberian
 Dibawah 1 tahun : ½ - 1 sendok teh atau 60-120 mg tiap 4-6 jam
 1-5 tahun : 1-2 sendok teh atau 120-150 mg tiap 4-6 jam
 6-12 tahun : 2-4 sendok teh atau 250-500 mg tiap 4-6 jam
 Diatas 12 tahun : ½ - 1 g tiap 4 jam, maksimum 4 g sehari
g. Rute pemberian
 Oral
h. Fakmakokinetika
 Parasetamol di absorpsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran pencernaan.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma di capai dalam waktu ½ jam dam masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh dalam plasma 25
% paracetamol. Obat ini di metabolisme di hati.
5
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
1. Parasetamol (Asetaminopen)
 Pemerian : Serbuk hablur, putih,tidak berbau, rasa sedikit pahit.
 Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH atau mudah larut
dalam etanol
 Titik lebur : 168oC – 172oC
 PH : 3,8-6,1
 Berat jenis :1,21-1,23
b. Eksipien
1. Etanol
 Digunakan sebagai pelarut
 Nama kimia : Etil alkohol
 Berat molekul : 46,07
 Kemurnian : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b dan tidak lebih
dari 93,8 % b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9 % v/v dan tidak lebih
dari 96,0 % v/v C2H5OH, pada suhu 15,56°
 Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah.Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78°.Mudah terbakar.
 Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organik
 Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
2. Sirupus Simplek (sukrosa)
 Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
 Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
6
3. Propilen Glikol
 Digunakan sebagai pelarut
 Pemerian : Cairan kental,jernih, tidak berwarna, rasa khas praktis tidak berbau,
menyerap aair pada udara lembab.
 Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, aseton dan kloropom, larut dalam
eter dan dalam beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak
 Titik lebur : antara 187 °C – 198 °C
4. Asam benzoat
 Nama resmi : Acidum benzoicum
 Nama lain : Asam benzoat
 Rumus molekul : C7H6O2
 Berat molekul : 122,12
 Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
 Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3
bagian etanol (95 %) P. Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Flavour/Essence
6. Aquadest
 Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
 Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk di buat sediaan syrup adalah parasetamol. Dimana dosis
parasetamol yang dipilih adalah 120 mg/5 ml. Dosis tersebut di pilih karena dosis tersebut
merupakan salah satu dosis lazim yang biasa di peruntukan untuk anak-anak terutama 1-6
tahun
Eksipien yang digunakan adalah propilen glikol sebanyak 7 ml. Hal ini di karenakan
apabila propilen glikol digunakan sebagai solven atau kosolven untuk oral solutio adalah
antara 10% – 25%.
7
Asam benzoat : berfungsi sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme.
Flavour yang di pilih rasa strawberry karena sediaan sirup ini diperuntukan untuk
anak-anak sehingga penampilannya dan rasanya disenangi anak-anak. Sirupus simplek
digunakan sebagai pemanis.
III. FORMULA
R/ Paracetamol 120 mg/5ml
Etanol 5 ml
Propilen glikol 7 ml
Sirup simplex 20 %
Asam benzoat 0,1%
Pewarna q.s
Essence q.s
Aquadest ad 60ml
IIV. ALAT DAN BAHAN :
a. Bahan : Lihat pada Formula
b. Alat :
Cawan porselen
Mortir dan stamper
Gelas ukur
Batang pengaduk
Stopwatch
Kertas pH
Beaker Glass
Piknometer
Timbangan Analitik
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Hitung paracetamol yg dibutuhkan
= 120 mg x (60ml/5ml )
= 120 mg x 12
= 1440 mg
Hitung sirup simplex yg dibutuhkan
= (20/100) x 60 ml
= 12 ml
Hitung asam benzoat yg dibutuhkan
= (0,1/100) x (60 ml x bobot jenis sediaan sirup )
= 0,001 x ( 60 ml x 1, 3 gr/ml )
= 0,001 x 78 gr
8
= 0,078 gram
b. Larutkan paracetamol dan 5 ml Etanol dalam beaker glass, ditambahkan
7ml Propilen glikol aduk sampai larut kemudian tambahkan lagi Asam
benzoat aduk lagi sampai larut
b. Lalu tambahkan sirup simplex
c. Tambahkan pewarna secukupnya aduk sampai homogen
d. Lalu tambahkan essence secukupnya
e. Tambahkan aquadest ad 60 ml dan Lakukan Evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
d. Rasa :
2. Uji Ph
3. Uji Kejernihan
4. Uji Bobot Jenis
9
PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SOLUTIO
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan solutio sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih
yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai pelarut. Perbedaan potio dan
larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat secara oral,
sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa digunakan secara oral, topikal,
parenteral dan sebagainya.
Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :
a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c. Dosis takaran tepat
d. Penyimpanan yang sesuai
Keuntungan Sediaan Cair :
1. Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet.
2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan
kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan
suspensi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga
yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal
ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.
Kerugian Sediaan Cair :
1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3. Tidak praktis.
10
4. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan
parenteral).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-
garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam
kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat
larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4,
CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida
dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam
phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
11
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui
secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut < 1
Mudah larut 1- 10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukar larut 100-1000
Sangat sukar larut 1000-10000
Praktis tidak larut >10000
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai 
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut
dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya :
Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
12
ANALISA FARMAKOLOGI
Kalium Permanganat termasuk golongan peroksidan yang dapat melepaskan oksigen
(proses oksidasi) sehingga dapat membunuh kuman (bakterisid). Kalium permanganat
berupa kristal ungu, mudah larut dalam air. Dalam larutan encer merupakan peroksidan.
Pelepasan Oksigen terjadi bila zat ini bersentuhan dengan zat organik. Inaktivasi
menyebabkan perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru. Zat ini bekerja sebagai
iritan, deodoran dan astringen.
a. Indikasi
Membantu penyembuhan luka yang tidak dalam, ulkus tropikum, jamur kaki (kutu
air), pemphigus dan impetigo. Kompres luka dan segala macam infeksi kulit. Sebagai
antidotum pada intoksikasi bahan bahan yang mudah teroksidasi misalnya alkaloid,
kloralhidrat dan barbiturate. Irigasi kandung kemih yang terinfeksi. Pencuci perineum
pasca persalinan
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap kalium permanganat.
c. Efek samping
Sering muncul iritasi lokal pada kulit, pewarnaan pada kulit dan pakaian.
d. Mekanisme kerja
Kalium Permanganat termasuk golongan peroksidan yang dapat melepaskan oksigen
(proses oksidasi) sehingga dapat membunuh kuman (bakterisid).
e. Dosis
Untuk mencuci luka : 0,01%
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat, namun demikian hindari penggunaan bersama
obat topikal lain.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal
h. pH
Larutan Kalium Permanganat memiliki pH antara 7-9
i. Bobot Jenis
Larutan Kalium Permanganat memiliki bobot jenis 1,020 g/mL
13
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Kalium Permanganat (KMnO4)
Nama Resmi : KALII PERMANGANAS
Nama Lain : Kalium permanganat
Bm / RM : 158,03 / KMnO4
Pemerian : Serbuk hablur, mengkilap, berwarna unggu tua tidak
berbau, rasa manis sepat.
Kelarutan : Larut dalam beberapa bagian air, mudah larut dalam air
mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
b. Eksipien
Aquadest
 Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
 Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan solutio adalah Kalium Permanganat
(KMnO4). Dimana dosis Kalium Permanganat yang dipilih adalah 0,01% (0,02 gram
Kalium Permanganat dalam 200 ml aquadest ). Dosis tersebut di pilih karena dosis
tersebut merupakan salah satu dosis lazim yang biasa di peruntukan bagi anak-anak
maupun dewasa.
Eksipien yang digunakan adalah aquadest karena Kalium permanganat dapat larut
dalam air. Walaupun Kalium permanganat dapat larut dalam air tetapi biasanya akan
menghasilkan endapan, padahal sediaan larutan seharusnya terlihat jernih tanpa endapan.
Sehingga teknik yang digunakan jika terjadi endapan yaitu menggunakan teknik Gerus
Tuang. Gerus Tuang dilakukan dalam mortir, dengan menambahkan air suling sedikit
14
demi sedikit sambil menggerus senyawa, dan diambil supernatannya, ditambahkan air
suling, dan diulangi prosesnya sampai air suling habis
III. FORMULA
R/ Sol Kalium Permanganas 20 mg
Aquadest ad 200 ml
s.u.e
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & stamper
- Beaker glass 200ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Piknometer
- Timbangan analitik
B. Bahan :
- Lihat pada formula
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Dimasukkan Kalium Permanganat ke dalam mortir
d. Tambahkan aquadest 60ml, gerus dan aduk perlahan sampai larut. Jika ada
endapan maka ambil larutan bagian atas( supernatan) dan taruh di beaker
glass 200ml kosong.
e. Sisa endapan ditambahkan lagi dengan aquadest 60ml, gerus dan aduk
perlahan sampai larut, setelah larut ambil larutan bagian atas( supernatan)
f. Sisa endapan ditambahkan lagi dengan aquadest 60ml, gerus dan aduk
perlahan sampai larut, setelah larut masukkan ke dalam beaker glass 200ml
g. Hasil larutan di ad kan sampai 200 ml
h. Lakukan evaluasi
15
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji Ph
3. Uji Kejernihan
4. Uji Bobot Jenis
16
PERCOBAAN III
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN MIXTURA
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan mixtura sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Mixtura adalah larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat yang
dapat berupa campuran cairan dengan zat padat, cairan dengan cairan, ataupun cairan dengan
ekstrak kental. Mixtura dapat berupa obat dalam maupun obat luar contoh : OBH, Benadryl
sirup dan Kalpanax (obat luar). Syarat sediaan mixtura yang baik yaitu harus homogen dan
tidak boleh ada endapan.
Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :
a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c. Dosis takaran tepat
d. Penyimpanan yang sesuai
Keuntungan Sediaan Cair :
1. Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet.
2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan
kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan
suspensi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga
yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal
ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.
17
Kerugian Sediaan Cair :
1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3. Tidak praktis.
4. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan
parenteral).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-
garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam
kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat
larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4,
CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida
dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam
phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
18
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui
secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut < 1
Mudah larut 1- 10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukar larut 100-1000
Sangat sukar larut 1000-10000
Praktis tidak larut >10000
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut
ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut
dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya :
Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
19
ANALISA FARMAKOLOGI
Succus liquiritiae merupakan ekstrak kering yang dibuat dari akar tumbuhan
Glycyrriza glabra. Kandungan aktifnya adalah asam glizirinat (gliserizin) yang berasa
manis. Asam glizirinat memiliki sifat sebagai ekspektoran sehingga succus liquiritiae
banyak dipakai sebagai bahan utama dalam pembuatan obat batuk berdahak.
Amonium klorida adalah senyawa anorganik dengan rumus NH4Cl, berupa garam
kristal putih yang sangat mudah larut dalam air. Larutan amonium klorida bersifat asam
lemah. Amonium klorida digunakan sebagai ekspektoran pada obat batuk. Aksi
ekspektorannya disebabkan aksi iritatifnya pada mukosa bronchiale. Ini akan
menyebabkan produksi lendir yang lebih memudahkan batuk.
a. Indikasi
Untuk mengobati batuk berdahak. Bekerja sebagai ekspektoran.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Dosis yang berlebihan kemungkinan menimbulkan asidosis.
d. Mekanisme kerja
Aksi ekspektorannya disebabkan aksi iritatifnya pada mukosa bronchiale. Ini akan
menyebabkan produksi lendir yang lebih memudahkan batuk.
e. Dosis
Dewasa : 3 x sehari 15 ml
Anak-anak 6-12 tahun : 3 x sehari 5 ml
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara oral.
h. pH
pH antara 4,6 – 6
i. Bobot Jenis
Bobot jenisnya sekitar 1 g/mL
20
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Succus Liquiritiae
Nama Lain : Glycyrrhizae succus
Tanaman asal : Glycyrrhiza glabra varietas glandulifera
Keluarga : Papilionaceae
Kandungan : Gliserizin sampai 15 %, gula, air.
Persyaratan kadar : Kadar gliserizin tidak kurang dari 10%
Khasiat : Sebagai ekspektoran
Pemerian : Batang berbentuk silinder, licin agak
mengkilap warna hitam, coklat tua, atau serbuk berwarna
coklat, bau khas lemah, rasa manis khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Amonium klorida (NH4Cl)
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus atau kasar
berwarna putih, rasa asin dan agak dingin,
Kelarutan : 1 g zat larut dalam 2,7 ml air, 1 g zat larut dalam 1,4 ml air
hangat, 1 g zat larut dalam 100 ml alkohol, 1 g zat larut
dalam 8 ml gliserol.
Khasiat : Sebagai ekspektoran
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat.
21
b. Eksipien
Aquadest
 Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
 Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan mixtura adalah Succus Liquiritiae dan
Amonium klorida (NH4Cl). Kedua bahan tersebut memiliki khasiat sebagai ekspektoran.
Kedua bahan tersebut dikombinasikan untuk memberikan efek terapi yang maksimal
terhadap pasien. Eksipien yang digunakan adalah pelarut aquadest. Dipilih aquadest
karena Succus Liquiritiae dan Amonium klorida (NH4Cl) dapat larut dalam air. Untuk
Succus Liquiritiae sendiri lebih mudah larut dalam air panas. Sehingga pada proses
pembuatan sediaan, Succus Liquiritiae akan kita larutkan dengan air panas.
III. FORMULA
R/ Succus Liquiritiae 2 gr
Amonium klorida 2 gr
Aquadest Ad 60 ml
m.f.mixtura
S.3.dd C 1
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
- Mortir & stamper - Kertas saring & corong
- Beaker glass 100ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Piknometer
- Timbangan analitik
- Pemanas elektrik
- Termometer
2. Bahan :
- Lihat pada formula
22
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Panaskan 30 ml aquadest di pemanas elektrik hingga suhu 80 °C
d. Masukkan Succus liquiritiae ke dalam mortir, tambahkan aquadest panas,
gerus perlahan hingga larut.
e. Setelah larut masukkan ke dalam beaker glass 100 ml dengan menggunakan
kertas saring.
f. Masukkan amonium klorida ke dalam beaker glass, tambahkan 20 ml
aquadest, aduk hingga larut.
g. Setelah larut masukkan ke dalam larutan Succus liquiritiae dengan
menggunakan kertas saring, tambahkan lagi aquadest hingga ad 60 ml
kemudian aduk hingga homogen.
h. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
d. Rasa :
2. Uji Ph
3. Uji Kejernihan
4. Uji Bobot Jenis
23
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN CREAM
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan cream sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Cream adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Cream terdiri dari emulsi
minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe cream, yaitu :
1. Tipe A/M
Yaitu air terdispersi dalam minyak. Contoh : cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa
dingin dan nyaman pada kulit, sebagai cream pembersih, berwarna putih dan bebas
dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe M/A
Yaitu minyak terdispersi dalam air. Contoh: vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Kelebihan sediaan cream, yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Tidak lengket
5. Tidak panas dikulit
24
Kekurangan sediaan cream, yaitu:
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan cream harus dalam keadaan panas.
2. Jika dalam pembuatan formula tidak pas dapat meenghasilkan sediaan yg tidak
homogen.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan.
Formula dasar cream, antara lain :
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, cera, cetaceum,
vaselin, stearil alkohol.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air dan bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na
setostearilalkohol, Na lauril sulfat, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
Bahan-bahan Penyusun Cream :
1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan cream disesuaikan dengan jenis dan
sifat cream yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol,
trietanolaminstearat, polisorbat, PEG.
5. Bahan Pengawet
Bahan pengawet yang sering digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%,
propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
25
Metode Pembuatan Cream :
Pembuatan sediaan cream meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan
bersama-sama di penangas air pada suhu 70°C -75°C, sementara itu semua larutan
berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang
sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan
ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan,
temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari
lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan
yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat,
sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif serta kuman
lainnya yang sensitif terhadap Chloramphenicol.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Kemerahan kulit angioudem, urtikaria dan anafilaksis.
d. Mekanisme kerja
Chloramphenicol merupakan antimikroba spektrum luas yang efektif terhadap bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
sintesa protein sel mikroba.
e. Dosis dan cara pemberian
Oleskan pada bagian yang mengalami infeksi 3 kali sehari.
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
h. pH
26
pH antara 4,5 – 7,5
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Chloramphenicol (C11H12Cl2N2O5)
Rumus molekul : C11H12Cl2N2O5
Berat Molekul : 323,13
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih
hingga putih kelabu atau putih kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan propilena
glikol
Titik Lebur : 149°C - 153°C.
Stabilitas : Chloramphenicol merupakan salah satu antibiotik yang secara
kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian.
Dosis : Dalam salep/cream 1% - 2%
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
b. Eksipien
1. Nipagin (Metil Paraben)
Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C8H8O3.
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan tetap
jernih. Nipagin ini mempunyai fungsi sebagai zat pengawet.
2. Asam Stearat / Acidum stearicum / Asam oktadekanoat
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat
mirip lemak lilin . Kelarutannya mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride,
27
kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol. Praktis
tidak larut dalam air. Stabilitas asam stearat merupakan bahan yang stabil
terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam wadah
tertutup baik ditempat kering dan sejuk.
Fungsi : sebagai zat tambahan, utk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.
3. Trietanolamin
Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin,
tris(hidroksi)etilamin.
Pemerian : cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga
kuning pucat.
Kelarutan : Dapat larut dengan air, metanol, etanol (95%), aseton, kloroform, larut
dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter, pH = 10,5
Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena
paparan cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung
dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai buffer pH. Digunakan pada
konsentrasi 2-4%.
4. Adeps Lanae/Lanolin/ Lemak Bulu Domba
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x
beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas,
mudah larut dalam eter dan kloroform. Fungsi : sebagai pengemulsi.
5. Paraffin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarndan
dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Fungsi : Sebagai pengawet. Kadar 0,12-0,18%
6. Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
28
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan cream adalah adalah Chloramphenicol.
Chloramphenicol merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi
kulit yang disebabkan oleh bakteri. Dosis Chloramphenicol yang digunakan dalam
sediaan cream yaitu antara 1% - 2%. Pada percobaan kali ini kita menggunakan dosis 2%.
Kita akan membuat sediaan cream tipe M/A yaitu minyak terdispersi dalam air, dimana
kandungan fase minyaknya lebih sedikit dibandingkan fase airnya. Kita pilih sediaan
cream tipe M/A karena lebih mudah dibersihkan dan tidak lengket dikulit.
III. FORMULA
R/ Chloramphenicol 200 mg
Basis Cream ad 10 gr
Formula basis cream :
R/ Asam Stearat 1450 mg
Trietanolamin 150 mg
Adeps Lanae 300 mg
Paraffin Cair 2500 mg
Aquades 5300 mg
Nipagin 100 mg
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & stamper - Batang pengaduk
- Beaker glass 100ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Waterbath
- Cawan Porselen 2 buah
- Objek glass
B. Bahan :
- Lihat pada formula
29
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Buat basis cream : masukkan asam stearat, adeps lanae dan paraffin cair
kedalam cawan porselen 1, panaskan diatas waterbath, aduk hingga homogen.
d. Masukkan nipagin, trietanolamin, dan aquadest di cawan porselen 2,
panaskan diatas waterbath, aduk hingga homogen.
e. Setelah keduanya homogen, masukkan bahan di cawan porselen 2 ke dalam
cawan porselen 1 secara perlahan-lahan sambil terus diaduk dan dipanaskan.
f. Setelah homogen masukkan kedalam mortir, tambahkan chloramphenicol
aduk sampai homogen
g. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji pH
a. Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan
b. Ditunggu beberapa saat
c. Diamati kertas pH
d. Dibandingkan indikator pH
e. Diamati warna yang terjadi, tulis hasil pH
3. Uji Homogenitas
a. Oleskan sediaan pada objek glass
b. Amati apakah terdapat partikel yang tidak merata
c. Homogen atau tidak
30
PERCOBAAN V
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN INFUSA
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan infusa sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Pembuatan : campur
simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di
atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900 C sambil sekali – kali
diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki.
Infus daun sena dan infus simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah
dingin. Infus daun sena, infus asam jawa, dan infus simplisia lain yang mengandung lendir
tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air
hingga massa seperti bubur, buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu. Pada
pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam siantrakinon, ditambahkan natrium karbonat
10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut, digunakan sejumlah yang tertera :
Kulit kina………………………………………….……………………. 6 bagian
Daun digitalis…………………………………….…………………… 0,5 bagian
Akar Ipeka …………………………………….....…………………… 0,5 bagian
Daun Kumis kucing………………………………..………………….. 0,5 bagian
Sekale Kornutum…………………………………..……………………. 3 bagian
Daun Sena………………………………………….…………………… 4 bagian
Temulawak…...……………………………………..…………………... 4 bagian
31
Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus
sebagai berikut :
Serbuk (5/8) : Akar manis, daun kumiskucing, daun sirih, daun sena
Serbuk (8 /10) : Dringo, kelembak
Serbuk (10/22) : Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60) : Kulit kina, akar ipeka, sekale, kemutum
Serbuk (85/120) : Daun digitalis
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor. jika dinyatakan dengan 1
nomor berarti semua serbuk dapat melalui pengayak tersebut. jika dinyatakan dengan 2 nomor,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak
lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomer tertinggi. Nomor pengayak menunjukkan
jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat. sebagai contoh,
pada serbuk 22/60 dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomer 22 seluruhnya,
dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomer 60.
Derajat halus perlu diketahui untuk menentukan simplisia tersebut dipotong-potong
dengan ukuran sesuai derajat halusnya, selain itu dapat juga untuk menentukan alat
penyaringnya, dengan kain flannel atau kapas.
Banyaknya air yang dibutuhkan untuk setiap simplisia :
1. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa yang dibuat
2. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa yang dibuat + ( 1 x berat simplisia)Untuk
simplisia kering ; sejumlah infusa yang dibuat + ( 2 x berat simplisia)
32
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Mengobati sariawan.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Tidak ditemukan adanya efek samping obat.
d. Mekanisme kerja
Daun sirih memiliki kandungan zat kimia yang dapat membunuh bakteri.
e. Dosis & Cara Penggunaan
Sebagai obat kumur. Dewasa 3-4 x sehari, anak-anak 2 x sehari
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
h. pH
pH antara 6 – 7
i. Bobot Jenis
Bobot jenisnya sekitar 1,1 g/mL
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Piperis Betle Folium
Nama lain : Daun sirih
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas disebut
betelfenol atau aseptol
Penggunaan : Mengobati sariawan, batuk, sebagai adstringensia dan antiseptik.
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas khas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
33
b. Eksipien
1. Asam Benzoat
• Nama resmi : Acidum benzoicum
• Nama lain : Asam benzoat
• Rumus molekul : C7H6O2
• Berat molekul : 122,12
• Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
• Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3 bagian
etanol (95 %) P. Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
• Fungsi : Sebagai bahan pengawet
2. Aquadest
• Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
• Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan infusa adalah adalah Piperis Betle
Folium ( daun sirih ). Daun sirih ini memiliki berbagai macam khasiat dalam mengobati
beberapa penyakit, antara lain mengobati sariawan, batuk, sebagai adstringensia dan
antiseptik. Pada percobaan kali ini kita akan membuat sediaan infusa dari daun sirih yang
digunakan sebagai obat kumur untuk mengobati sariawan. Kandungan kimia dari daun sirih
adalah minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas disebut betelfenol atau aseptol,
selain itu juga mengandung hidroksi kavikol, kavibetol,estragol, eugenol, metileugenol,
karvakrol, terpinen, sesquiterpen, fenilpropen dan tannin.
Kandungan zat kimia di dalam daun sirih secara umum dapat larut dalam air, sehingga
daun sirih dapat kita buat menjadi sediaan infusa menggunakan aquadest sebagai pelarut.
Setelah dipanaskan pada suhu 900 C selama 15 menit, maka sebelum di serkai daun sirih
harus didinginkan dulu supaya mendekati suhu kamar. Hal ini dikarenakan daun sirih
mengandung minyak atsiri yang akan menguap jika di serkai dalam keadaan panas. Sebagai
pengawet kita tambahkan asam benzoat.
34
III. FORMULA
R/ Piperis Betle Folium 3 gr
Asam Benzoat 0,1 gr
Aquadest ad 100 ml
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Pemanas elektrik - Batang pengaduk
- Beaker glass 100 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Termometer
- Kertas saring
B. Bahan :
- Lihat pada formula
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Setelah ditimbang daun sirih di potong kecil-kecil.
d. Panaskan aquadest di dalam beaker glass hingga bersuhu 900 C
Setelah bersuhu 900 C masukkan potongan daun sirih, tutup beaker glass dan
biarkan selama 15 menit.
e. Setelah 15 menit angkat dari pemanas dan biarkan larutan dingin hingga suhu
kamar.
f. Setelah dingin daun sirih di serkai dan ekstraknya di saring dengan kertas
saring
g. Tambahkan asam benzoat aduk hingga homogen. Kemudian tambahkan
aquadest ad 100 ml
h. Lakukan evaluasi
35
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
d. Rasa :
2. Uji Kejernihan
3. Uji Ph
4. Uji Bobot Jenis
36
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan suspensi sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.
Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi
agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Ciri-ciri suspensi :
1. Terbentuk dua fase yang heterogen
2. Berwarna keruh
3. Mempunyai diameter partikel : > 100 nm
4. Dapat disaring dengan kertas saring biasa
5. Akan memisah jika didiamkan
Komposisi suspensi secara umum terdiri dari :
1. Zat aktif.
2. Bahan tambahan
=> Contohnya : pewarna, pengawet, pelarut
3. Suspending Agent
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom/h
idrokoloid.Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga
campuran tersebut membentuk mucilago. Maka viskositas cairan tersebut bertambah
dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh
panas, pH, dan proses fermentasi bakteri .
37
a. Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus , Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b. Golongan organ polimer
Metode pembuatan suspensi :
1. Metode Dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan.
2. Metode Precipitasi
Zat yang akan didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan
pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi :
a. Ukuran partikel
Kecepatan pengendapan sediaan suspensi salah satunya dipengaruhi oleh gaya
gravitasi bumi. Semakin kecil ukuran partikel pada sediaan suspensi maka sediaan
suspensi tersebut akan lebih stabil dan tidak mudah mengendap. Sebaliknya semakin
besar ukuran partikel pada sediaan suspensi maka sediaan suspensi tersebut akan lebih
mudah mengendap.
b. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
38
terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan
turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu cairan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya
endapan partikel dalam waktu yang singkat.
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Mengobati jerawat.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Tidak ditemukan adanya efek samping obat.
d. Dosis & Cara Penggunaan
Oleskan pada jerawat 3 kali sehari
e. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
f. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
g. pH
pH antara 4 – 6
h. Bobot Jenis
Bobot jenisnya sekitar 1,3 g/mL
39
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
1. Sulfur Praecipatum
Nama lain : Belerang endap
Berat molekul : 32,06
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, berwarna kuning pucat.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol, sangat mudah larut dalam karbon
disulfida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Mengobati jerawat, dan sebagai bakterisida
b. Eksipien
1. Mucilago Gummi Arabicum
Mucilago Gummi Arabicum mengandung Gummi Arabicum 40% dan dibuat dengan
menambahkan 1,5 kali air kepada Gom Arab tersebut, kemudian digerus sampai
diperoleh suatu massa yang homogen.
2. Gummi Arabicum/Gom Arab/PGA
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya. Praktis tidak larut dalam ethanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Sebagai suspending agent
3. Asam benzoat
Nama resmi : Acidum benzoicum
Nama lain : Asam benzoat
Rumus molekul : C7H6O2
Berat molekul : 122,12
Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Sebagai bahan pengawet
40
4. Aquadest
• Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
• Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan suspensi adalah adalah Sulfur
Praecipatum. Sulfur Praecipatum berkhasiat untuk mengobati jerawat dan sebagai
bakterisida. Sebagai suspending agent akan kita gunakan Gummi Arabicum/PGA. Sebagai
bahan pengawet akan kita tambahkan asam benzoat. Metode pembuatan suspensi yang
akan dilakukan pada percobaan kali ini yaitu metode dispersi dimana serbuk bahan obat
(Sulfur Praecipatum) ditambahkan ke dalam mucilago Gummi Arabicum yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan. Pada metode dispersi ini tidak diperlukan pelarut
organik seperti alkohol, eter, ester, etil asetat, dan keton.
III. FORMULA
R/ Sulfur Praecipatum 4 gr
Asam benzoat 0,1 gr
Mucilago Gummi Arabicum 2 gr
Aquadest ad 60 ml
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & Stamper - Batang pengaduk
- Beaker glass 100 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Piknometer
B. Bahan :
- Lihat pada formula
41
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Timbang Sulfur Praecipatum & asam benzoat sesuai formula
c. Timbang Gummi Arabicum/PGA sebanyak 0,8 gr ( 40% dari 2 gr ).
d. Setelah PGA ditimbang kemudian masukkan dalam mortir, buat mucilago
dengan cara menambahkan aquadest sebanyak 1,2 gr sedikit demi sedikit dan
diaduk hingga homogen.
e. Tambahkan sulfur praecipatum & asam benzoat, aduk sampai homogen.
f. Encerkan dengan cara menambahkan aquadest ad 60 ml
g. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji Kejernihan
3. Uji Ph
4. Uji Bobot Jenis
42
PERCOBAAN VII
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN GEL
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan gel sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Sediaan gel adalah sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan
gel biasanya terlihat jernih dan tembus cahaya. Bahan yang biasa digunakan untuk membuat
sediaan gel antara lain gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, amylum
manihot, glyserin serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis
dengan gugus karboksil yang terionisasi. Sediaan gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic
gels dan hydrophilic gels. Lipophilic gel (oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari
parafin cair, polletilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silica koloid. Sedangkan
hydrophilic gels, basisnya terbuat dari air, gliserin atau propilen glikol yang ditambah dengan
gelling agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium, aluminium silikat.
Kelebihan sediaan gel :
1. Mudah digunakan & memberikan efek dingin di kulit
2. Penampilan sediaan yang menarik (jernih & tembus cahaya)
3. Mudah dicuci dengan air
4. Pelepasan dan penyebaran obat pada kulit sangat baik.
Kekurangan sediaan gel :
1. Untuk jenis hydrophilic gels harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air.
2. Harga sediaan gel relatif lebih mahal dibanding sediaan salep dan cream.
43
Sifat dan karakteristik gel
1. Swelling : gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi
cairan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks
gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna
bila terjadi ikatan silang antara polimer didalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis : suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam massa gel. Cairan
yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis
pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan
jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hydrogel maupun organogel.
3. Efek suhu : mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air dingin yang membentuk
larutan kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
4. Efek elektrolit : konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel
hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang
ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun
diri sesudah pemberian tekanan geser.
5. Elastisitas dan rigiditas : sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan
nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten
terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
44
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Untuk mengobati jerawat.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Mekanisme Kerja
Clindamycin adalah obat golongan antibiotik makrolide. Mekanisme kerja Clindamycin
dalam menghambat sintesis protein bakteri yaitu dengan mengikat subunit ribosom 50S
dari bakteri. Secara khusus, ia mengikat terutama ke subunit RNA 23s. Clindamycin
topikal mengurangi konsentrasi asam lemak bebas pada kulit dan menekan pertumbuhan
Propionibacterium acnes (Corynebacterium acnes), bakteri anaerob yang ditemukan pada
kelenjar dan folikel sebaceous dan sering menyebabkan jerawat.
d. Efek samping
Dapat menyebabkan iritasi dan dermatitis
e. Dosis & Cara Penggunaan
Oleskan pada jerawat 3 kali sehari
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
h. pH
pH antara 5– 6
45
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
1. Clindamycin ( C18H33ClN2O5S )
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam dimetilformamida P dan dalam
methanol P, larut dalam etanol ( 95 % ) P, praktis tidak larut dalam
aseton P.
Struktur : C18H33ClN2O5S
Khasiat/Indikasi : Mengobati jerawat
b. Eksipien
1. Nipagin (Metil Paraben)
Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C8H8O3.
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Fungsi : Sebagai zat pengawet.
2. Amylum Manihot
Nama Lain : Pati singkong
Nama Tanaman Asal : Manihot Utilissima (Pohl.)
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin
46
Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan kecil,
warna putih tidak berbau, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi akar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Sebagai basis gel
3. Glyserin
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis, bersifat
higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%), praktis tidak larut
dalam klorofom, dalam eter, dan dalam minyak lemak.
Fungsi : Sebagai basis gel
4. Aquadest
• Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
• Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
• Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan gel adalah Clindamycin.
Clindamycin berkhasiat untuk mengobati jerawat dan juga sebagai bakterisida.
Clindamycin adalah obat golongan antibiotik makrolide. Mekanisme kerja Clindamycin
dalam menghambat sintesis protein bakteri yaitu dengan mengikat subunit ribosom 50S
dari bakteri. Secara khusus, ia mengikat terutama ke sub unit RNA 23s. Clindamycin
topikal mengurangi konsentrasi asam lemak bebas pada kulit dan menekan pertumbuhan
Propionibacterium acnes (Corynebacterium acnes), bakteri anaerob yang ditemukan pada
kelenjar dan folikel sebaceous dan sering menyebabkan jerawat. Dosis lazim clindamycin
untuk sediaan topikal adalah sebesar 1,2%. Pada percobaan kali ini kita akan membuat
sediaan gel tipe hydrophilic gels dimana basis gelnya terbuat dari aquadest, gliserin dan
amylum. Pada pembuatan sediaan gel dengan tipe hydrophilic gels maka harus
47
menggunakan zat aktif yang mudah larut dalam air. Clindamycin memiliki sifat yang
mudah larut dalam air.
III. FORMULA
R/ Clindamycin 120 mg
Nipagin 10 mg
Basis gel 9870 mg
m. f. gel 10 gram
Formula basis gel :
R/ Amylum manihot 493.5 mg
Glyserin 8883 mg
Aquadest 493.5 mg
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & Stamper
- Waterbath
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Cawan Porselen
- Batang pengaduk
- Objek glass
B. Bahan :
- Lihat pada formula
48
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Timbang bahan sesuai formula
c. Buat basis gel : Masukkan amylum manihot, glyserin dan aquadest ke dalam
cawan porselen. Panaskan di atas waterbath, aduk sampai homogen.
d. Setelah homogen masukkan ke dalam mortir, tambahkan clindamycin dan
nipagin, aduk dan gerus sampai homogen.
e. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji pH
a. Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan
b. Ditunggu beberapa saat
c. Diamati kertas pH
d. Dibandingkan indikator pH
e. Diamati warna yang terjadi, tulis hasil pH
3. Uji Homogenitas
a. Oleskan sediaan pada objek glass
b. Amati apakah terdapat partikel yang tidak merata
c. Homogen atau tidak

More Related Content

What's hot

Kerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisKerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat Jenis
Ridwan
 
Teknik peracikan
Teknik peracikanTeknik peracikan
Teknik peracikan
ViKi Viquendah
 
Powerpoint aerosol
Powerpoint aerosolPowerpoint aerosol
Powerpoint aerosol
Veronika Goeltom
 
Penetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktatPenetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktat
Nur Kasim
 
Laporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup ggLaporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup gg
Kezia Hani Novita
 
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gulaLaporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Hani Ani
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
RezkyNurAziz
 
Laporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan mentholLaporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan mentholKezia Hani Novita
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Mina Audina
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
Indra Gunawan
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
Sapan Nada
 
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Siska Hermawati
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Sapan Nada
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
Pharmacist
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
Citra pharmacist
 
Tablet salut
Tablet salutTablet salut
Tablet salut
Alfian Nazarudin
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Taofik Rusdiana
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.Pharmacist
 

What's hot (20)

Kerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat JenisKerapatan Dan Berat Jenis
Kerapatan Dan Berat Jenis
 
Teknik peracikan
Teknik peracikanTeknik peracikan
Teknik peracikan
 
Powerpoint aerosol
Powerpoint aerosolPowerpoint aerosol
Powerpoint aerosol
 
Penetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktatPenetapan kadar Kalsium laktat
Penetapan kadar Kalsium laktat
 
Laporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup ggLaporan resmi syrup gg
Laporan resmi syrup gg
 
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gulaLaporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
Laporan formulasi tablet pembuatan tablet salut gula
 
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKALAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
LAPORAN DISOLUSI OBAT FARMASI FISIKA
 
Laporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan mentholLaporan resmi emulgel kamfer dan menthol
Laporan resmi emulgel kamfer dan menthol
 
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasiLaporan farfmasi fisika emulsifikasi
Laporan farfmasi fisika emulsifikasi
 
Evaluasi Tablet
Evaluasi TabletEvaluasi Tablet
Evaluasi Tablet
 
Sediaan obat Kapsul
Sediaan obat KapsulSediaan obat Kapsul
Sediaan obat Kapsul
 
Praktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasiPraktikum farmakologi antiinflamasi
Praktikum farmakologi antiinflamasi
 
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
Laporan Farmakologi II "EFEK DIARE"
 
Sediaan krim
Sediaan krimSediaan krim
Sediaan krim
 
Pasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citraPasta asam salisilat BY citra
Pasta asam salisilat BY citra
 
Tablet salut
Tablet salutTablet salut
Tablet salut
 
Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)Biofarmasetika (Pendahuluan)
Biofarmasetika (Pendahuluan)
 
Suspensi
SuspensiSuspensi
Suspensi
 
Mikromeritik
Mikromeritik Mikromeritik
Mikromeritik
 
Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.Metode pembuatan tablet.
Metode pembuatan tablet.
 

Similar to Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020

Laporan resmi dry syrup kotrimoxazol
Laporan resmi dry syrup kotrimoxazolLaporan resmi dry syrup kotrimoxazol
Laporan resmi dry syrup kotrimoxazol
Kezia Hani Novita
 
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptxPPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
RiyanUge
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Maulana Sakti
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksir
nzaraa
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksirnzaraa
 
Tugas formulasi obat klp 6
Tugas formulasi obat klp 6Tugas formulasi obat klp 6
Tugas formulasi obat klp 6
Rahmi Suci
 
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baikProduksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Dyah Arum Anggraeni
 
293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx
293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx
293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx
RiduanSafeiSiregar
 
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptxFormulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
priyono99
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
Ersa Yuliza
 
406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx
406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx
406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx
ricorichelsi99
 
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Mina Audina
 
MATERI KELAS XI (LARUTAN).pptx
MATERI KELAS XI (LARUTAN).pptxMATERI KELAS XI (LARUTAN).pptx
MATERI KELAS XI (LARUTAN).pptx
nurulwahyuni41
 
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari hariLarutan penyangga dalam kehidupan sehari hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari hari
MustikaDewi18
 
galenika
galenikagalenika
galenika
Hamelia Juwita
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
Dokter Tekno
 
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptxPPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
ChyntiaAngeline
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
Maranata Gultom
 
Preformulasi 2020
Preformulasi 2020Preformulasi 2020
Preformulasi 2020
RestuHendriSulistyaw
 

Similar to Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020 (20)

Laporan resmi dry syrup kotrimoxazol
Laporan resmi dry syrup kotrimoxazolLaporan resmi dry syrup kotrimoxazol
Laporan resmi dry syrup kotrimoxazol
 
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptxPPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
PPT-UEU-Formulasi-Sediaan-Cair-Semi-Solid-13.pptx
 
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral AmpisilinPraregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
Praregistrasi Suspensi Oral Ampisilin
 
Salbutamol Sirup
Salbutamol SirupSalbutamol Sirup
Salbutamol Sirup
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksir
 
Eliksir
EliksirEliksir
Eliksir
 
Tugas formulasi obat klp 6
Tugas formulasi obat klp 6Tugas formulasi obat klp 6
Tugas formulasi obat klp 6
 
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baikProduksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
Produksi Sediaan suspensi paracetamol yang baik
 
293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx
293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx
293276730-Sediaan-LARUTAN-dikonversi.pptx
 
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptxFormulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
Formulasi dan Uji Stabilitas Tetes Mata Sulfasetamida.pptx
 
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obatkasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
kasus 2 : R n D industri farmasi merancang sediaan obat
 
406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx
406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx
406703205-PPT-RPF-Kelompok-6-Shampoo-Anti-Ketombe-Fix-pptx.pptx
 
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika KelarutanLaporan Farmasi Fisika Kelarutan
Laporan Farmasi Fisika Kelarutan
 
MATERI KELAS XI (LARUTAN).pptx
MATERI KELAS XI (LARUTAN).pptxMATERI KELAS XI (LARUTAN).pptx
MATERI KELAS XI (LARUTAN).pptx
 
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari hariLarutan penyangga dalam kehidupan sehari hari
Larutan penyangga dalam kehidupan sehari hari
 
galenika
galenikagalenika
galenika
 
Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1Sediaan liquid 1
Sediaan liquid 1
 
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptxPPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
PPT TSF CAIR DAN SEMISOLID GEL METRONIDAZOLE.pptx
 
19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.19008 self formulation asetosal.
19008 self formulation asetosal.
 
Preformulasi 2020
Preformulasi 2020Preformulasi 2020
Preformulasi 2020
 

More from RestuHendriSulistyaw

Sediaan suspensi 2020
Sediaan suspensi 2020Sediaan suspensi 2020
Sediaan suspensi 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Sediaan Larutan 2020
Sediaan Larutan 2020Sediaan Larutan 2020
Sediaan Larutan 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020
Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020
Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Disolusi Obat 2020
Disolusi Obat 2020Disolusi Obat 2020
Disolusi Obat 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Sistem Koloid 2020
Sistem Koloid 2020Sistem Koloid 2020
Sistem Koloid 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Viskositas Farmasi Fisika 2020
Viskositas Farmasi Fisika 2020Viskositas Farmasi Fisika 2020
Viskositas Farmasi Fisika 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020
Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020
Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Stabilitas obat 2020
Stabilitas obat 2020Stabilitas obat 2020
Stabilitas obat 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Difusi Farmasi Fisika 2020
Difusi Farmasi Fisika 2020Difusi Farmasi Fisika 2020
Difusi Farmasi Fisika 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Suspensi Farmasi Fisika 2020
Suspensi Farmasi Fisika 2020Suspensi Farmasi Fisika 2020
Suspensi Farmasi Fisika 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020
Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020
Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Rheologi Farmasi Fisika 2020
Rheologi Farmasi Fisika 2020Rheologi Farmasi Fisika 2020
Rheologi Farmasi Fisika 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
RestuHendriSulistyaw
 
Tugas kelompok
Tugas kelompokTugas kelompok
Tugas kelompok
RestuHendriSulistyaw
 

More from RestuHendriSulistyaw (14)

Sediaan suspensi 2020
Sediaan suspensi 2020Sediaan suspensi 2020
Sediaan suspensi 2020
 
Sediaan Larutan 2020
Sediaan Larutan 2020Sediaan Larutan 2020
Sediaan Larutan 2020
 
Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020
Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020
Pendahuluan TS Liquid dan Semisolid 2020
 
Disolusi Obat 2020
Disolusi Obat 2020Disolusi Obat 2020
Disolusi Obat 2020
 
Sistem Koloid 2020
Sistem Koloid 2020Sistem Koloid 2020
Sistem Koloid 2020
 
Viskositas Farmasi Fisika 2020
Viskositas Farmasi Fisika 2020Viskositas Farmasi Fisika 2020
Viskositas Farmasi Fisika 2020
 
Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020
Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020
Senyawa Kompleks Farmasi Fisika 2020
 
Stabilitas obat 2020
Stabilitas obat 2020Stabilitas obat 2020
Stabilitas obat 2020
 
Difusi Farmasi Fisika 2020
Difusi Farmasi Fisika 2020Difusi Farmasi Fisika 2020
Difusi Farmasi Fisika 2020
 
Suspensi Farmasi Fisika 2020
Suspensi Farmasi Fisika 2020Suspensi Farmasi Fisika 2020
Suspensi Farmasi Fisika 2020
 
Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020
Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020
Larutan Dapar Farmasi Fisika 2020
 
Rheologi Farmasi Fisika 2020
Rheologi Farmasi Fisika 2020Rheologi Farmasi Fisika 2020
Rheologi Farmasi Fisika 2020
 
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
Tegangan Antar Muka & Tegangan Permukaan 2020
 
Tugas kelompok
Tugas kelompokTugas kelompok
Tugas kelompok
 

Recently uploaded

Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
ahyani72
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
JALANJALANKENYANG
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
maulatamah
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
SABDA
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
DinaSetiawan2
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
margagurifma2023
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Fathan Emran
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
NiaTazmia2
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
MildayantiMildayanti
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
sitispd78
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
irvansupriadi44
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
esmaducoklat
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
budimoko2
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
RUBEN Mbiliyora
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
NavaldiMalau
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
Kanaidi ken
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
NanieIbrahim
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
HendraSagita2
 

Recently uploaded (20)

Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Matematika Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptxMateri 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
Materi 2_Benahi Perencanaan dan Benahi Implementasi.pptx
 
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdfKelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
Kelompok 2 Tugas Modul 2.1 Ruang Kolaborasi.pdf
 
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptxPemaparan budaya positif di sekolah.pptx
Pemaparan budaya positif di sekolah.pptx
 
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
Pelatihan AI GKA abdi Sabda - Apa itu AI?
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos ValidasiAksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
Aksi Nyata Merdeka Belajar Lolos Validasi
 
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata anginMedia Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
Media Pembelajaran kelas 3 SD Materi konsep 8 arah mata angin
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 8 Fase D Kurikulum Merdeka
 
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdekaSOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
SOAL ASAS SENI MUSIK kelas 2 semester 2 kurikulum merdeka
 
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdfPanduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
Panduan Penggunaan Rekomendasi Buku Sastra.pdf
 
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdfMODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
MODUL AJAR MAT LANJUT KELAS XI FASE F.pdf
 
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdekaKKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
KKTP Kurikulum Merdeka sebagai Panduan dalam kurikulum merdeka
 
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamiiAksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
Aksi Nyata Erliana Mudah bukan memahamii
 
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDFJUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
JUKNIS SOSIALIASI PPDB JATENG 2024/2025.PDF
 
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docxLaporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
Laporan Pembina Pramuka sd format doc.docx
 
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptxFORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
FORMAT PPT RANGKAIAN PROGRAM KERJA KM 7.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan_ PENGAWASAN P3DN & TKDN_ pd PENGADAAN Ba...
 
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIANSINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
SINOPSIS, TEMA DAN PERSOALAN NOVEL MENITI IMPIAN
 
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdfJuknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
Juknis Materi KSM Kabkota - Pendaftaran[1].pdf
 

Petunjuk Praktikum Teknologi Sediaan Liquid dan Semisolid 2020

  • 1. BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID DIII FARMASI STIKES BANYUWANGI 2020
  • 2. 1 PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SYRUP I. TUJUAN : Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan syrup sesuai dengan formula. II. DASAR TEORI Menurut Farmakope Indonesia IV, Syrup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%. Syrup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis. Komponen Syrup a. Pemanis Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah. Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan yang berkalori rendah seperti laktosa b. Pengawet antimikroba Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur. c. Perasa dan Pengaroma Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus. d. Pewarna Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
  • 3. 2 e. Kosolven Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung pelarut-pelarut khusus untuk membantu kelarutan. Sifat Fisika Kimia sirup a. Viskositas Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. b. Uji mudah tidaknya dituang Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat stabilitas sediaan cair selama penyimpanan. Besar kecilnya kadar suspending agent berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang. c. Uji Intensitas Warna Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan Selama waktu tertentu. Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup a. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia. b. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok. c. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk. d. Bobot jenis sirup kira-kira 1,3 gram/ml e. pH parasetamol sirup menurut Farmakope Indonesia edisi 4 adalah antara 3,8 – 6,1.
  • 4. 3 f. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat. g. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert. h. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat. i. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati j. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur. k. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet misalnya nipagin. Kestabilan Sirup dalam Penyimpanan a. Cara Memasukkan Sirup Dalam Botol Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara : 1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran. 2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar. 3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok. b. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk
  • 5. 4 ANALISA FARMAKOLOGI a. Indikasi  Mengatasi nyeri ringan,demam, sakit kepala, mialgia, neuralgia dan sakit gigi b. Kontra indikasi  Hipersensitif terhadap parasetamol dan defesiensi glukosa-6-fasfat dehidrigenase.  Tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati. c. Efek samping  Sangat jarang dan biasanya ringan.  Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati. d. Mekanisme kerja  Mempengaruhi proses sintetsis prostaglandin (sebagi mediator nyeri) dan menghambat sistem siklosigenase e. Interaksi obat  Parasetamol diduga cepat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin f. Dosis pemberian  Dibawah 1 tahun : ½ - 1 sendok teh atau 60-120 mg tiap 4-6 jam  1-5 tahun : 1-2 sendok teh atau 120-150 mg tiap 4-6 jam  6-12 tahun : 2-4 sendok teh atau 250-500 mg tiap 4-6 jam  Diatas 12 tahun : ½ - 1 g tiap 4 jam, maksimum 4 g sehari g. Rute pemberian  Oral h. Fakmakokinetika  Parasetamol di absorpsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran pencernaan. Konsentrasi tertinggi dalam plasma di capai dalam waktu ½ jam dam masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh dalam plasma 25 % paracetamol. Obat ini di metabolisme di hati.
  • 6. 5 PREFORMULASI a. Zat Aktif 1. Parasetamol (Asetaminopen)  Pemerian : Serbuk hablur, putih,tidak berbau, rasa sedikit pahit.  Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH atau mudah larut dalam etanol  Titik lebur : 168oC – 172oC  PH : 3,8-6,1  Berat jenis :1,21-1,23 b. Eksipien 1. Etanol  Digunakan sebagai pelarut  Nama kimia : Etil alkohol  Berat molekul : 46,07  Kemurnian : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b dan tidak lebih dari 93,8 % b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9 % v/v dan tidak lebih dari 96,0 % v/v C2H5OH, pada suhu 15,56°  Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 78°.Mudah terbakar.  Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik  Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api. 2. Sirupus Simplek (sukrosa)  Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna  Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
  • 7. 6 3. Propilen Glikol  Digunakan sebagai pelarut  Pemerian : Cairan kental,jernih, tidak berwarna, rasa khas praktis tidak berbau, menyerap aair pada udara lembab.  Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, aseton dan kloropom, larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan minyak lemak  Titik lebur : antara 187 °C – 198 °C 4. Asam benzoat  Nama resmi : Acidum benzoicum  Nama lain : Asam benzoat  Rumus molekul : C7H6O2  Berat molekul : 122,12  Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau  Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3 bagian etanol (95 %) P. Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik 5. Flavour/Essence 6. Aquadest  Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. PENDEKATAN FORMULASI Zat aktif yang dipilih untuk di buat sediaan syrup adalah parasetamol. Dimana dosis parasetamol yang dipilih adalah 120 mg/5 ml. Dosis tersebut di pilih karena dosis tersebut merupakan salah satu dosis lazim yang biasa di peruntukan untuk anak-anak terutama 1-6 tahun Eksipien yang digunakan adalah propilen glikol sebanyak 7 ml. Hal ini di karenakan apabila propilen glikol digunakan sebagai solven atau kosolven untuk oral solutio adalah antara 10% – 25%.
  • 8. 7 Asam benzoat : berfungsi sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Flavour yang di pilih rasa strawberry karena sediaan sirup ini diperuntukan untuk anak-anak sehingga penampilannya dan rasanya disenangi anak-anak. Sirupus simplek digunakan sebagai pemanis. III. FORMULA R/ Paracetamol 120 mg/5ml Etanol 5 ml Propilen glikol 7 ml Sirup simplex 20 % Asam benzoat 0,1% Pewarna q.s Essence q.s Aquadest ad 60ml IIV. ALAT DAN BAHAN : a. Bahan : Lihat pada Formula b. Alat : Cawan porselen Mortir dan stamper Gelas ukur Batang pengaduk Stopwatch Kertas pH Beaker Glass Piknometer Timbangan Analitik V. PROSEDUR KERJA A. Cara Pembuatan a. Hitung paracetamol yg dibutuhkan = 120 mg x (60ml/5ml ) = 120 mg x 12 = 1440 mg Hitung sirup simplex yg dibutuhkan = (20/100) x 60 ml = 12 ml Hitung asam benzoat yg dibutuhkan = (0,1/100) x (60 ml x bobot jenis sediaan sirup ) = 0,001 x ( 60 ml x 1, 3 gr/ml ) = 0,001 x 78 gr
  • 9. 8 = 0,078 gram b. Larutkan paracetamol dan 5 ml Etanol dalam beaker glass, ditambahkan 7ml Propilen glikol aduk sampai larut kemudian tambahkan lagi Asam benzoat aduk lagi sampai larut b. Lalu tambahkan sirup simplex c. Tambahkan pewarna secukupnya aduk sampai homogen d. Lalu tambahkan essence secukupnya e. Tambahkan aquadest ad 60 ml dan Lakukan Evaluasi B. Evaluasi Sediaan 1. Organoleptis meliputi : a. Bentuk : b. Bau : c. Warna : d. Rasa : 2. Uji Ph 3. Uji Kejernihan 4. Uji Bobot Jenis
  • 10. 9 PERCOBAAN II PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SOLUTIO I. TUJUAN : Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan solutio sesuai dengan formula. II. DASAR TEORI Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai pelarut. Perbedaan potio dan larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat secara oral, sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa digunakan secara oral, topikal, parenteral dan sebagainya. Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan : a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik c. Dosis takaran tepat d. Penyimpanan yang sesuai Keuntungan Sediaan Cair : 1. Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet. 2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi. 3. Homogenitas lebih terjamin. 4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan. 5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan suspensi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan. 6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair. Kerugian Sediaan Cair : 1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air. 2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi. 3. Tidak praktis.
  • 11. 10 4. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. 5. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan 1. Sifat dari solute dan solvent Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam- garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform. 2. Cosolvensi Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit. 3. Kelarutan Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah : a. Dapat larut dalam air Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. b. Tidak larut dalam air Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
  • 12. 11 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut: Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat Sangat mudah larut < 1 Mudah larut 1- 10 Larut 10-30 Agak sukar larut 30-100 Sukar larut 100-1000 Sangat sukar larut 1000-10000 Praktis tidak larut >10000 4. Temperatur Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. 5. Salting Out Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. 6. Salting In Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida. 7. Pembentukan Kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
  • 13. 12 ANALISA FARMAKOLOGI Kalium Permanganat termasuk golongan peroksidan yang dapat melepaskan oksigen (proses oksidasi) sehingga dapat membunuh kuman (bakterisid). Kalium permanganat berupa kristal ungu, mudah larut dalam air. Dalam larutan encer merupakan peroksidan. Pelepasan Oksigen terjadi bila zat ini bersentuhan dengan zat organik. Inaktivasi menyebabkan perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru. Zat ini bekerja sebagai iritan, deodoran dan astringen. a. Indikasi Membantu penyembuhan luka yang tidak dalam, ulkus tropikum, jamur kaki (kutu air), pemphigus dan impetigo. Kompres luka dan segala macam infeksi kulit. Sebagai antidotum pada intoksikasi bahan bahan yang mudah teroksidasi misalnya alkaloid, kloralhidrat dan barbiturate. Irigasi kandung kemih yang terinfeksi. Pencuci perineum pasca persalinan b. Kontra indikasi Pasien yang hipersensitif terhadap kalium permanganat. c. Efek samping Sering muncul iritasi lokal pada kulit, pewarnaan pada kulit dan pakaian. d. Mekanisme kerja Kalium Permanganat termasuk golongan peroksidan yang dapat melepaskan oksigen (proses oksidasi) sehingga dapat membunuh kuman (bakterisid). e. Dosis Untuk mencuci luka : 0,01% f. Interaksi Obat Tidak ditemukan adanya interaksi obat, namun demikian hindari penggunaan bersama obat topikal lain. g. Rute pemberian Diberikan secara topikal h. pH Larutan Kalium Permanganat memiliki pH antara 7-9 i. Bobot Jenis Larutan Kalium Permanganat memiliki bobot jenis 1,020 g/mL
  • 14. 13 PREFORMULASI a. Zat Aktif Kalium Permanganat (KMnO4) Nama Resmi : KALII PERMANGANAS Nama Lain : Kalium permanganat Bm / RM : 158,03 / KMnO4 Pemerian : Serbuk hablur, mengkilap, berwarna unggu tua tidak berbau, rasa manis sepat. Kelarutan : Larut dalam beberapa bagian air, mudah larut dalam air mendidih Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat b. Eksipien Aquadest  Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik PENDEKATAN FORMULASI Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan solutio adalah Kalium Permanganat (KMnO4). Dimana dosis Kalium Permanganat yang dipilih adalah 0,01% (0,02 gram Kalium Permanganat dalam 200 ml aquadest ). Dosis tersebut di pilih karena dosis tersebut merupakan salah satu dosis lazim yang biasa di peruntukan bagi anak-anak maupun dewasa. Eksipien yang digunakan adalah aquadest karena Kalium permanganat dapat larut dalam air. Walaupun Kalium permanganat dapat larut dalam air tetapi biasanya akan menghasilkan endapan, padahal sediaan larutan seharusnya terlihat jernih tanpa endapan. Sehingga teknik yang digunakan jika terjadi endapan yaitu menggunakan teknik Gerus Tuang. Gerus Tuang dilakukan dalam mortir, dengan menambahkan air suling sedikit
  • 15. 14 demi sedikit sambil menggerus senyawa, dan diambil supernatannya, ditambahkan air suling, dan diulangi prosesnya sampai air suling habis III. FORMULA R/ Sol Kalium Permanganas 20 mg Aquadest ad 200 ml s.u.e IV. ALAT DAN BAHAN A. Alat : - Mortir & stamper - Beaker glass 200ml - Gelas ukur 100 ml - Kertas pH - Piknometer - Timbangan analitik B. Bahan : - Lihat pada formula V. PROSEDUR KERJA A. Cara Pembuatan a. Disiapkan alat dan bahan b. Ditimbang bahan sesuai formula c. Dimasukkan Kalium Permanganat ke dalam mortir d. Tambahkan aquadest 60ml, gerus dan aduk perlahan sampai larut. Jika ada endapan maka ambil larutan bagian atas( supernatan) dan taruh di beaker glass 200ml kosong. e. Sisa endapan ditambahkan lagi dengan aquadest 60ml, gerus dan aduk perlahan sampai larut, setelah larut ambil larutan bagian atas( supernatan) f. Sisa endapan ditambahkan lagi dengan aquadest 60ml, gerus dan aduk perlahan sampai larut, setelah larut masukkan ke dalam beaker glass 200ml g. Hasil larutan di ad kan sampai 200 ml h. Lakukan evaluasi
  • 16. 15 B. Evaluasi Sediaan 1. Organoleptis meliputi : a. Bentuk : b. Bau : c. Warna : 2. Uji Ph 3. Uji Kejernihan 4. Uji Bobot Jenis
  • 17. 16 PERCOBAAN III PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN MIXTURA I. TUJUAN : Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan mixtura sesuai dengan formula. II. DASAR TEORI Mixtura adalah larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat yang dapat berupa campuran cairan dengan zat padat, cairan dengan cairan, ataupun cairan dengan ekstrak kental. Mixtura dapat berupa obat dalam maupun obat luar contoh : OBH, Benadryl sirup dan Kalpanax (obat luar). Syarat sediaan mixtura yang baik yaitu harus homogen dan tidak boleh ada endapan. Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan : a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik c. Dosis takaran tepat d. Penyimpanan yang sesuai Keuntungan Sediaan Cair : 1. Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet. 2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi. 3. Homogenitas lebih terjamin. 4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan. 5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan suspensi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan. 6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.
  • 18. 17 Kerugian Sediaan Cair : 1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air. 2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi. 3. Tidak praktis. 4. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. 5. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan parenteral). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan 1. Sifat dari solute dan solvent Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam- garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam kloroform. 2. Cosolvensi Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit. 3. Kelarutan Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam farmasi umumnya adalah : a. Dapat larut dalam air Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4, CaSO4. b. Tidak larut dalam air Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
  • 19. 18 Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut: Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan untuk melarutkan 1 bagian zat Sangat mudah larut < 1 Mudah larut 1- 10 Larut 10-30 Agak sukar larut 30-100 Sukar larut 100-1000 Sangat sukar larut 1000-10000 Praktis tidak larut >10000 4. Temperatur Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan panas. 5. Salting Out Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia. Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh. 6. Salting In Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida. 7. Pembentukan Kompleks Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya : Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
  • 20. 19 ANALISA FARMAKOLOGI Succus liquiritiae merupakan ekstrak kering yang dibuat dari akar tumbuhan Glycyrriza glabra. Kandungan aktifnya adalah asam glizirinat (gliserizin) yang berasa manis. Asam glizirinat memiliki sifat sebagai ekspektoran sehingga succus liquiritiae banyak dipakai sebagai bahan utama dalam pembuatan obat batuk berdahak. Amonium klorida adalah senyawa anorganik dengan rumus NH4Cl, berupa garam kristal putih yang sangat mudah larut dalam air. Larutan amonium klorida bersifat asam lemah. Amonium klorida digunakan sebagai ekspektoran pada obat batuk. Aksi ekspektorannya disebabkan aksi iritatifnya pada mukosa bronchiale. Ini akan menyebabkan produksi lendir yang lebih memudahkan batuk. a. Indikasi Untuk mengobati batuk berdahak. Bekerja sebagai ekspektoran. b. Kontra indikasi Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat. c. Efek samping Dosis yang berlebihan kemungkinan menimbulkan asidosis. d. Mekanisme kerja Aksi ekspektorannya disebabkan aksi iritatifnya pada mukosa bronchiale. Ini akan menyebabkan produksi lendir yang lebih memudahkan batuk. e. Dosis Dewasa : 3 x sehari 15 ml Anak-anak 6-12 tahun : 3 x sehari 5 ml f. Interaksi Obat Tidak ditemukan adanya interaksi obat. g. Rute pemberian Diberikan secara oral. h. pH pH antara 4,6 – 6 i. Bobot Jenis Bobot jenisnya sekitar 1 g/mL
  • 21. 20 PREFORMULASI a. Zat Aktif Succus Liquiritiae Nama Lain : Glycyrrhizae succus Tanaman asal : Glycyrrhiza glabra varietas glandulifera Keluarga : Papilionaceae Kandungan : Gliserizin sampai 15 %, gula, air. Persyaratan kadar : Kadar gliserizin tidak kurang dari 10% Khasiat : Sebagai ekspektoran Pemerian : Batang berbentuk silinder, licin agak mengkilap warna hitam, coklat tua, atau serbuk berwarna coklat, bau khas lemah, rasa manis khas. Kelarutan : Mudah larut dalam air panas Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Amonium klorida (NH4Cl) Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus atau kasar berwarna putih, rasa asin dan agak dingin, Kelarutan : 1 g zat larut dalam 2,7 ml air, 1 g zat larut dalam 1,4 ml air hangat, 1 g zat larut dalam 100 ml alkohol, 1 g zat larut dalam 8 ml gliserol. Khasiat : Sebagai ekspektoran Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat.
  • 22. 21 b. Eksipien Aquadest  Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.  Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.  Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik PENDEKATAN FORMULASI Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan mixtura adalah Succus Liquiritiae dan Amonium klorida (NH4Cl). Kedua bahan tersebut memiliki khasiat sebagai ekspektoran. Kedua bahan tersebut dikombinasikan untuk memberikan efek terapi yang maksimal terhadap pasien. Eksipien yang digunakan adalah pelarut aquadest. Dipilih aquadest karena Succus Liquiritiae dan Amonium klorida (NH4Cl) dapat larut dalam air. Untuk Succus Liquiritiae sendiri lebih mudah larut dalam air panas. Sehingga pada proses pembuatan sediaan, Succus Liquiritiae akan kita larutkan dengan air panas. III. FORMULA R/ Succus Liquiritiae 2 gr Amonium klorida 2 gr Aquadest Ad 60 ml m.f.mixtura S.3.dd C 1 IV. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : - Mortir & stamper - Kertas saring & corong - Beaker glass 100ml - Gelas ukur 100 ml - Kertas pH - Piknometer - Timbangan analitik - Pemanas elektrik - Termometer 2. Bahan : - Lihat pada formula
  • 23. 22 V. PROSEDUR KERJA A. Cara Pembuatan a. Disiapkan alat dan bahan b. Ditimbang bahan sesuai formula c. Panaskan 30 ml aquadest di pemanas elektrik hingga suhu 80 °C d. Masukkan Succus liquiritiae ke dalam mortir, tambahkan aquadest panas, gerus perlahan hingga larut. e. Setelah larut masukkan ke dalam beaker glass 100 ml dengan menggunakan kertas saring. f. Masukkan amonium klorida ke dalam beaker glass, tambahkan 20 ml aquadest, aduk hingga larut. g. Setelah larut masukkan ke dalam larutan Succus liquiritiae dengan menggunakan kertas saring, tambahkan lagi aquadest hingga ad 60 ml kemudian aduk hingga homogen. h. Lakukan evaluasi B. Evaluasi Sediaan 1. Organoleptis meliputi : a. Bentuk : b. Bau : c. Warna : d. Rasa : 2. Uji Ph 3. Uji Kejernihan 4. Uji Bobot Jenis
  • 24. 23 PERCOBAAN IV PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN CREAM I. TUJUAN : Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan cream sesuai dengan formula. II. DASAR TEORI Cream adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Cream terdiri dari emulsi minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian kosmetika dan estetika. Ada dua tipe cream, yaitu : 1. Tipe A/M Yaitu air terdispersi dalam minyak. Contoh : cold cream. Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa dingin dan nyaman pada kulit, sebagai cream pembersih, berwarna putih dan bebas dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar. 2. Tipe M/A Yaitu minyak terdispersi dalam air. Contoh: vanishing cream. Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit. Kelebihan sediaan cream, yaitu: 1. Mudah menyebar rata 2. Praktis 3. Mudah dibersihkan atau dicuci 4. Tidak lengket 5. Tidak panas dikulit
  • 25. 24 Kekurangan sediaan cream, yaitu: 1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan cream harus dalam keadaan panas. 2. Jika dalam pembuatan formula tidak pas dapat meenghasilkan sediaan yg tidak homogen. 3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan. Formula dasar cream, antara lain : 1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan bersifat asam. Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, cera, cetaceum, vaselin, stearil alkohol. 2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air dan bersifat basa. Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH, Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na setostearilalkohol, Na lauril sulfat, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya). Bahan-bahan Penyusun Cream : 1. Zat berkhasiat 2. Minyak 3. Air 4. Pengemulsi Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan cream disesuaikan dengan jenis dan sifat cream yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol, trietanolaminstearat, polisorbat, PEG. 5. Bahan Pengawet Bahan pengawet yang sering digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
  • 26. 25 Metode Pembuatan Cream : Pembuatan sediaan cream meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70°C -75°C, sementara itu semua larutan berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair. ANALISA FARMAKOLOGI a. Indikasi Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif serta kuman lainnya yang sensitif terhadap Chloramphenicol. b. Kontra indikasi Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat. c. Efek samping Kemerahan kulit angioudem, urtikaria dan anafilaksis. d. Mekanisme kerja Chloramphenicol merupakan antimikroba spektrum luas yang efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah menghambat sintesa protein sel mikroba. e. Dosis dan cara pemberian Oleskan pada bagian yang mengalami infeksi 3 kali sehari. f. Interaksi Obat Tidak ditemukan adanya interaksi obat. g. Rute pemberian Diberikan secara topikal. h. pH
  • 27. 26 pH antara 4,5 – 7,5 PREFORMULASI a. Zat Aktif Chloramphenicol (C11H12Cl2N2O5) Rumus molekul : C11H12Cl2N2O5 Berat Molekul : 323,13 Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan. Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan propilena glikol Titik Lebur : 149°C - 153°C. Stabilitas : Chloramphenicol merupakan salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian. Dosis : Dalam salep/cream 1% - 2% Penyimpanan : Wadah tertutup rapat. b. Eksipien 1. Nipagin (Metil Paraben) Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3. Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan tetap jernih. Nipagin ini mempunyai fungsi sebagai zat pengawet. 2. Asam Stearat / Acidum stearicum / Asam oktadekanoat Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat mirip lemak lilin . Kelarutannya mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride,
  • 28. 27 kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol. Praktis tidak larut dalam air. Stabilitas asam stearat merupakan bahan yang stabil terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat kering dan sejuk. Fungsi : sebagai zat tambahan, utk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%. 3. Trietanolamin Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin, tris(hidroksi)etilamin. Pemerian : cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga kuning pucat. Kelarutan : Dapat larut dengan air, metanol, etanol (95%), aseton, kloroform, larut dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter, pH = 10,5 Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena paparan cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup rapat. Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai buffer pH. Digunakan pada konsentrasi 2-4%. 4. Adeps Lanae/Lanolin/ Lemak Bulu Domba Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas. Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter dan kloroform. Fungsi : sebagai pengemulsi. 5. Paraffin Cair Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarndan dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Fungsi : Sebagai pengawet. Kadar 0,12-0,18% 6. Aquadest Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
  • 29. 28 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut. PENDEKATAN FORMULASI Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan cream adalah adalah Chloramphenicol. Chloramphenicol merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri. Dosis Chloramphenicol yang digunakan dalam sediaan cream yaitu antara 1% - 2%. Pada percobaan kali ini kita menggunakan dosis 2%. Kita akan membuat sediaan cream tipe M/A yaitu minyak terdispersi dalam air, dimana kandungan fase minyaknya lebih sedikit dibandingkan fase airnya. Kita pilih sediaan cream tipe M/A karena lebih mudah dibersihkan dan tidak lengket dikulit. III. FORMULA R/ Chloramphenicol 200 mg Basis Cream ad 10 gr Formula basis cream : R/ Asam Stearat 1450 mg Trietanolamin 150 mg Adeps Lanae 300 mg Paraffin Cair 2500 mg Aquades 5300 mg Nipagin 100 mg IV. ALAT DAN BAHAN A. Alat : - Mortir & stamper - Batang pengaduk - Beaker glass 100ml - Gelas ukur 100 ml - Kertas pH - Timbangan analitik - Waterbath - Cawan Porselen 2 buah - Objek glass B. Bahan : - Lihat pada formula
  • 30. 29 V. PROSEDUR KERJA A. Cara Pembuatan a. Disiapkan alat dan bahan b. Ditimbang bahan sesuai formula c. Buat basis cream : masukkan asam stearat, adeps lanae dan paraffin cair kedalam cawan porselen 1, panaskan diatas waterbath, aduk hingga homogen. d. Masukkan nipagin, trietanolamin, dan aquadest di cawan porselen 2, panaskan diatas waterbath, aduk hingga homogen. e. Setelah keduanya homogen, masukkan bahan di cawan porselen 2 ke dalam cawan porselen 1 secara perlahan-lahan sambil terus diaduk dan dipanaskan. f. Setelah homogen masukkan kedalam mortir, tambahkan chloramphenicol aduk sampai homogen g. Lakukan evaluasi B. Evaluasi Sediaan 1. Organoleptis meliputi a. Bentuk : b. Bau : c. Warna : 2. Uji pH a. Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan b. Ditunggu beberapa saat c. Diamati kertas pH d. Dibandingkan indikator pH e. Diamati warna yang terjadi, tulis hasil pH 3. Uji Homogenitas a. Oleskan sediaan pada objek glass b. Amati apakah terdapat partikel yang tidak merata c. Homogen atau tidak
  • 31. 30 PERCOBAAN V PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN INFUSA I. TUJUAN : Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan infusa sesuai dengan formula. II. DASAR TEORI Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Pembuatan : campur simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900 C sambil sekali – kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Infus daun sena dan infus simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah dingin. Infus daun sena, infus asam jawa, dan infus simplisia lain yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air hingga massa seperti bubur, buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu. Pada pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam siantrakinon, ditambahkan natrium karbonat 10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut, digunakan sejumlah yang tertera : Kulit kina………………………………………….……………………. 6 bagian Daun digitalis…………………………………….…………………… 0,5 bagian Akar Ipeka …………………………………….....…………………… 0,5 bagian Daun Kumis kucing………………………………..………………….. 0,5 bagian Sekale Kornutum…………………………………..……………………. 3 bagian Daun Sena………………………………………….…………………… 4 bagian Temulawak…...……………………………………..…………………... 4 bagian
  • 32. 31 Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus sebagai berikut : Serbuk (5/8) : Akar manis, daun kumiskucing, daun sirih, daun sena Serbuk (8 /10) : Dringo, kelembak Serbuk (10/22) : Laos, akar valerian, temulawak, jahe Serbuk (22/60) : Kulit kina, akar ipeka, sekale, kemutum Serbuk (85/120) : Daun digitalis Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor. jika dinyatakan dengan 1 nomor berarti semua serbuk dapat melalui pengayak tersebut. jika dinyatakan dengan 2 nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomer tertinggi. Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat. sebagai contoh, pada serbuk 22/60 dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomer 22 seluruhnya, dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomer 60. Derajat halus perlu diketahui untuk menentukan simplisia tersebut dipotong-potong dengan ukuran sesuai derajat halusnya, selain itu dapat juga untuk menentukan alat penyaringnya, dengan kain flannel atau kapas. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk setiap simplisia : 1. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa yang dibuat 2. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa yang dibuat + ( 1 x berat simplisia)Untuk simplisia kering ; sejumlah infusa yang dibuat + ( 2 x berat simplisia)
  • 33. 32 ANALISA FARMAKOLOGI a. Indikasi Mengobati sariawan. b. Kontra indikasi Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat. c. Efek samping Tidak ditemukan adanya efek samping obat. d. Mekanisme kerja Daun sirih memiliki kandungan zat kimia yang dapat membunuh bakteri. e. Dosis & Cara Penggunaan Sebagai obat kumur. Dewasa 3-4 x sehari, anak-anak 2 x sehari f. Interaksi Obat Tidak ditemukan adanya interaksi obat. g. Rute pemberian Diberikan secara topikal. h. pH pH antara 6 – 7 i. Bobot Jenis Bobot jenisnya sekitar 1,1 g/mL PREFORMULASI a. Zat Aktif Piperis Betle Folium Nama lain : Daun sirih Keluarga : Piperaceae Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas disebut betelfenol atau aseptol Penggunaan : Mengobati sariawan, batuk, sebagai adstringensia dan antiseptik. Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas khas Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
  • 34. 33 b. Eksipien 1. Asam Benzoat • Nama resmi : Acidum benzoicum • Nama lain : Asam benzoat • Rumus molekul : C7H6O2 • Berat molekul : 122,12 • Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau • Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3 bagian etanol (95 %) P. Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter • Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik • Fungsi : Sebagai bahan pengawet 2. Aquadest • Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. • Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. • Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut. PENDEKATAN FORMULASI Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan infusa adalah adalah Piperis Betle Folium ( daun sirih ). Daun sirih ini memiliki berbagai macam khasiat dalam mengobati beberapa penyakit, antara lain mengobati sariawan, batuk, sebagai adstringensia dan antiseptik. Pada percobaan kali ini kita akan membuat sediaan infusa dari daun sirih yang digunakan sebagai obat kumur untuk mengobati sariawan. Kandungan kimia dari daun sirih adalah minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas disebut betelfenol atau aseptol, selain itu juga mengandung hidroksi kavikol, kavibetol,estragol, eugenol, metileugenol, karvakrol, terpinen, sesquiterpen, fenilpropen dan tannin. Kandungan zat kimia di dalam daun sirih secara umum dapat larut dalam air, sehingga daun sirih dapat kita buat menjadi sediaan infusa menggunakan aquadest sebagai pelarut. Setelah dipanaskan pada suhu 900 C selama 15 menit, maka sebelum di serkai daun sirih harus didinginkan dulu supaya mendekati suhu kamar. Hal ini dikarenakan daun sirih mengandung minyak atsiri yang akan menguap jika di serkai dalam keadaan panas. Sebagai pengawet kita tambahkan asam benzoat.
  • 35. 34 III. FORMULA R/ Piperis Betle Folium 3 gr Asam Benzoat 0,1 gr Aquadest ad 100 ml IV. ALAT DAN BAHAN A. Alat : - Pemanas elektrik - Batang pengaduk - Beaker glass 100 ml - Gelas ukur 100 ml - Kertas pH - Timbangan analitik - Termometer - Kertas saring B. Bahan : - Lihat pada formula V. PROSEDUR KERJA A. Cara Pembuatan a. Disiapkan alat dan bahan b. Ditimbang bahan sesuai formula c. Setelah ditimbang daun sirih di potong kecil-kecil. d. Panaskan aquadest di dalam beaker glass hingga bersuhu 900 C Setelah bersuhu 900 C masukkan potongan daun sirih, tutup beaker glass dan biarkan selama 15 menit. e. Setelah 15 menit angkat dari pemanas dan biarkan larutan dingin hingga suhu kamar. f. Setelah dingin daun sirih di serkai dan ekstraknya di saring dengan kertas saring g. Tambahkan asam benzoat aduk hingga homogen. Kemudian tambahkan aquadest ad 100 ml h. Lakukan evaluasi
  • 36. 35 B. Evaluasi Sediaan 1. Organoleptis meliputi : a. Bentuk : b. Bau : c. Warna : d. Rasa : 2. Uji Kejernihan 3. Uji Ph 4. Uji Bobot Jenis
  • 37. 36 PERCOBAAN VI PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI I. TUJUAN : Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan suspensi sesuai dengan formula. II. DASAR TEORI Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap. Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Ciri-ciri suspensi : 1. Terbentuk dua fase yang heterogen 2. Berwarna keruh 3. Mempunyai diameter partikel : > 100 nm 4. Dapat disaring dengan kertas saring biasa 5. Akan memisah jika didiamkan Komposisi suspensi secara umum terdiri dari : 1. Zat aktif. 2. Bahan tambahan => Contohnya : pewarna, pengawet, pelarut 3. Suspending Agent Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : 1. Bahan pensuspensi dari alam. Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom/h idrokoloid.Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago. Maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH, dan proses fermentasi bakteri .
  • 38. 37 a. Termasuk golongan gom : Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus , Tragacanth , Algin b. Golongan bukan gom : Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum. 2. Bahan pensuspensi sintesis a. Derivat Selulosa b. Golongan organ polimer Metode pembuatan suspensi : 1. Metode Dispersi Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. 2. Metode Precipitasi Zat yang akan didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi : a. Ukuran partikel Kecepatan pengendapan sediaan suspensi salah satunya dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Semakin kecil ukuran partikel pada sediaan suspensi maka sediaan suspensi tersebut akan lebih stabil dan tidak mudah mengendap. Sebaliknya semakin besar ukuran partikel pada sediaan suspensi maka sediaan suspensi tersebut akan lebih mudah mengendap. b. Kekentalan (viskositas) Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
  • 39. 38 terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. c. Jumlah partikel (konsentrasi) Apabila didalam suatu cairan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat. ANALISA FARMAKOLOGI a. Indikasi Mengobati jerawat. b. Kontra indikasi Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat. c. Efek samping Tidak ditemukan adanya efek samping obat. d. Dosis & Cara Penggunaan Oleskan pada jerawat 3 kali sehari e. Interaksi Obat Tidak ditemukan adanya interaksi obat. f. Rute pemberian Diberikan secara topikal. g. pH pH antara 4 – 6 h. Bobot Jenis Bobot jenisnya sekitar 1,3 g/mL
  • 40. 39 PREFORMULASI a. Zat Aktif 1. Sulfur Praecipatum Nama lain : Belerang endap Berat molekul : 32,06 Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, berwarna kuning pucat. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol, sangat mudah larut dalam karbon disulfida Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Khasiat : Mengobati jerawat, dan sebagai bakterisida b. Eksipien 1. Mucilago Gummi Arabicum Mucilago Gummi Arabicum mengandung Gummi Arabicum 40% dan dibuat dengan menambahkan 1,5 kali air kepada Gom Arab tersebut, kemudian digerus sampai diperoleh suatu massa yang homogen. 2. Gummi Arabicum/Gom Arab/PGA Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar. Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus cahaya. Praktis tidak larut dalam ethanol Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Fungsi : Sebagai suspending agent 3. Asam benzoat Nama resmi : Acidum benzoicum Nama lain : Asam benzoat Rumus molekul : C7H6O2 Berat molekul : 122,12 Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Fungsi : Sebagai bahan pengawet
  • 41. 40 4. Aquadest • Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. • Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. • Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut. PENDEKATAN FORMULASI Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan suspensi adalah adalah Sulfur Praecipatum. Sulfur Praecipatum berkhasiat untuk mengobati jerawat dan sebagai bakterisida. Sebagai suspending agent akan kita gunakan Gummi Arabicum/PGA. Sebagai bahan pengawet akan kita tambahkan asam benzoat. Metode pembuatan suspensi yang akan dilakukan pada percobaan kali ini yaitu metode dispersi dimana serbuk bahan obat (Sulfur Praecipatum) ditambahkan ke dalam mucilago Gummi Arabicum yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Pada metode dispersi ini tidak diperlukan pelarut organik seperti alkohol, eter, ester, etil asetat, dan keton. III. FORMULA R/ Sulfur Praecipatum 4 gr Asam benzoat 0,1 gr Mucilago Gummi Arabicum 2 gr Aquadest ad 60 ml IV. ALAT DAN BAHAN A. Alat : - Mortir & Stamper - Batang pengaduk - Beaker glass 100 ml - Gelas ukur 100 ml - Kertas pH - Timbangan analitik - Piknometer B. Bahan : - Lihat pada formula
  • 42. 41 V. PROSEDUR KERJA A. Cara Pembuatan a. Disiapkan alat dan bahan b. Timbang Sulfur Praecipatum & asam benzoat sesuai formula c. Timbang Gummi Arabicum/PGA sebanyak 0,8 gr ( 40% dari 2 gr ). d. Setelah PGA ditimbang kemudian masukkan dalam mortir, buat mucilago dengan cara menambahkan aquadest sebanyak 1,2 gr sedikit demi sedikit dan diaduk hingga homogen. e. Tambahkan sulfur praecipatum & asam benzoat, aduk sampai homogen. f. Encerkan dengan cara menambahkan aquadest ad 60 ml g. Lakukan evaluasi B. Evaluasi Sediaan 1. Organoleptis meliputi : a. Bentuk : b. Bau : c. Warna : 2. Uji Kejernihan 3. Uji Ph 4. Uji Bobot Jenis
  • 43. 42 PERCOBAAN VII PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN GEL I. TUJUAN : Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan gel sesuai dengan formula. II. DASAR TEORI Sediaan gel adalah sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan gel biasanya terlihat jernih dan tembus cahaya. Bahan yang biasa digunakan untuk membuat sediaan gel antara lain gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, amylum manihot, glyserin serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Sediaan gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic gels dan hydrophilic gels. Lipophilic gel (oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari parafin cair, polletilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silica koloid. Sedangkan hydrophilic gels, basisnya terbuat dari air, gliserin atau propilen glikol yang ditambah dengan gelling agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium, aluminium silikat. Kelebihan sediaan gel : 1. Mudah digunakan & memberikan efek dingin di kulit 2. Penampilan sediaan yang menarik (jernih & tembus cahaya) 3. Mudah dicuci dengan air 4. Pelepasan dan penyebaran obat pada kulit sangat baik. Kekurangan sediaan gel : 1. Untuk jenis hydrophilic gels harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air. 2. Harga sediaan gel relatif lebih mahal dibanding sediaan salep dan cream.
  • 44. 43 Sifat dan karakteristik gel 1. Swelling : gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi cairan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang antara polimer didalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang. 2. Sineresis : suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hydrogel maupun organogel. 3. Efek suhu : mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air dingin yang membentuk larutan kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation. 4. Efek elektrolit : konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. 5. Elastisitas dan rigiditas : sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
  • 45. 44 ANALISA FARMAKOLOGI a. Indikasi Untuk mengobati jerawat. b. Kontra indikasi Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat. c. Mekanisme Kerja Clindamycin adalah obat golongan antibiotik makrolide. Mekanisme kerja Clindamycin dalam menghambat sintesis protein bakteri yaitu dengan mengikat subunit ribosom 50S dari bakteri. Secara khusus, ia mengikat terutama ke subunit RNA 23s. Clindamycin topikal mengurangi konsentrasi asam lemak bebas pada kulit dan menekan pertumbuhan Propionibacterium acnes (Corynebacterium acnes), bakteri anaerob yang ditemukan pada kelenjar dan folikel sebaceous dan sering menyebabkan jerawat. d. Efek samping Dapat menyebabkan iritasi dan dermatitis e. Dosis & Cara Penggunaan Oleskan pada jerawat 3 kali sehari f. Interaksi Obat Tidak ditemukan adanya interaksi obat. g. Rute pemberian Diberikan secara topikal. h. pH pH antara 5– 6
  • 46. 45 PREFORMULASI a. Zat Aktif 1. Clindamycin ( C18H33ClN2O5S ) Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam dimetilformamida P dan dalam methanol P, larut dalam etanol ( 95 % ) P, praktis tidak larut dalam aseton P. Struktur : C18H33ClN2O5S Khasiat/Indikasi : Mengobati jerawat b. Eksipien 1. Nipagin (Metil Paraben) Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C8H8O3. Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa. Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan tetap jernih. Fungsi : Sebagai zat pengawet. 2. Amylum Manihot Nama Lain : Pati singkong Nama Tanaman Asal : Manihot Utilissima (Pohl.) Keluarga : Euphorbiaceae Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin
  • 47. 46 Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan kecil, warna putih tidak berbau, tidak berasa Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi akar Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik Fungsi : Sebagai basis gel 3. Glyserin Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis, bersifat higroskopik. Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%), praktis tidak larut dalam klorofom, dalam eter, dan dalam minyak lemak. Fungsi : Sebagai basis gel 4. Aquadest • Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. • Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa. • Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. • Fungsi : sebagai pelarut. PENDEKATAN FORMULASI Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan gel adalah Clindamycin. Clindamycin berkhasiat untuk mengobati jerawat dan juga sebagai bakterisida. Clindamycin adalah obat golongan antibiotik makrolide. Mekanisme kerja Clindamycin dalam menghambat sintesis protein bakteri yaitu dengan mengikat subunit ribosom 50S dari bakteri. Secara khusus, ia mengikat terutama ke sub unit RNA 23s. Clindamycin topikal mengurangi konsentrasi asam lemak bebas pada kulit dan menekan pertumbuhan Propionibacterium acnes (Corynebacterium acnes), bakteri anaerob yang ditemukan pada kelenjar dan folikel sebaceous dan sering menyebabkan jerawat. Dosis lazim clindamycin untuk sediaan topikal adalah sebesar 1,2%. Pada percobaan kali ini kita akan membuat sediaan gel tipe hydrophilic gels dimana basis gelnya terbuat dari aquadest, gliserin dan amylum. Pada pembuatan sediaan gel dengan tipe hydrophilic gels maka harus
  • 48. 47 menggunakan zat aktif yang mudah larut dalam air. Clindamycin memiliki sifat yang mudah larut dalam air. III. FORMULA R/ Clindamycin 120 mg Nipagin 10 mg Basis gel 9870 mg m. f. gel 10 gram Formula basis gel : R/ Amylum manihot 493.5 mg Glyserin 8883 mg Aquadest 493.5 mg IV. ALAT DAN BAHAN A. Alat : - Mortir & Stamper - Waterbath - Kertas pH - Timbangan analitik - Cawan Porselen - Batang pengaduk - Objek glass B. Bahan : - Lihat pada formula
  • 49. 48 V. PROSEDUR KERJA A. Cara Pembuatan a. Disiapkan alat dan bahan b. Timbang bahan sesuai formula c. Buat basis gel : Masukkan amylum manihot, glyserin dan aquadest ke dalam cawan porselen. Panaskan di atas waterbath, aduk sampai homogen. d. Setelah homogen masukkan ke dalam mortir, tambahkan clindamycin dan nipagin, aduk dan gerus sampai homogen. e. Lakukan evaluasi B. Evaluasi Sediaan 1. Organoleptis meliputi : a. Bentuk : b. Bau : c. Warna : 2. Uji pH a. Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan b. Ditunggu beberapa saat c. Diamati kertas pH d. Dibandingkan indikator pH e. Diamati warna yang terjadi, tulis hasil pH 3. Uji Homogenitas a. Oleskan sediaan pada objek glass b. Amati apakah terdapat partikel yang tidak merata c. Homogen atau tidak