Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganAnna Lisstya
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar tentang antibiotik, meliputi definisi, penggolongan, dan metode identifikasi antibiotik secara umum dan khusus. Diuraikan pula ciri khas beberapa golongan antibiotik melalui sifat fisik dan reaksi kimia."
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI edisiIV)
Sediaankapsuladalahbentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul Keras dan lunak.(FI edisiIII)
Secara umum;Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, yang mengandungsatu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Ada beberapa jenis serbuk seperti serbuk tabur, serbuk gigi, dan serbuk efervessen yang akan mengeluarkan gas CO2 ketika dilarutkan dalam air. Pembuatan serbuk memerlukan penghalusan bahan, pencampuran bahan secara merata, dan membungkus serbuk.
Kimia Farmasi I - Antibiotik - DIII Farmasi - Universitas PekalonganAnna Lisstya
Dokumen tersebut membahas tentang pengantar tentang antibiotik, meliputi definisi, penggolongan, dan metode identifikasi antibiotik secara umum dan khusus. Diuraikan pula ciri khas beberapa golongan antibiotik melalui sifat fisik dan reaksi kimia."
Laporan ini membahas tentang pembuatan gel piroksikam, termasuk tujuan praktikum, dasar teori tentang anatomi dan fisiologi kulit, absorpsi perkutan, definisi gel dan piroksikam, evaluasi produk referensi Feldene Gel, Scandene Gel dan Pirofel Gel, serta pemilihan bahan aktif.
Formulasi dan Evaluasi Kapsul AsamefenamatBayu Mario
Sediaan kapsul adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, yang ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar. (FI edisiIV)
Sediaankapsuladalahbentuk sediaan obat terbungkus cangkang kapsul Keras dan lunak.(FI edisiIII)
Secara umum;Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, yang mengandungsatu bahan macam obat atau lebih dan / atau bahan inert lainnya yang dimasukan kedalam cangkang atau wadah kecil umumnya dibuat dari gelatin yang sesuai.
Pulvis (serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Ada beberapa jenis serbuk seperti serbuk tabur, serbuk gigi, dan serbuk efervessen yang akan mengeluarkan gas CO2 ketika dilarutkan dalam air. Pembuatan serbuk memerlukan penghalusan bahan, pencampuran bahan secara merata, dan membungkus serbuk.
Dalam tiga kalimat atau kurang, dokumen tersebut membahas tentang praktikum penentuan kerapatan dan berat jenis zat padat, cair, dan gas menggunakan piknometer, termasuk definisi kerapatan dan berat jenis, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja, hasil percobaan, pembahasan mengenai kegunaan dan faktor yang mempengaruhi penentuan berat jenis.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai bentuk sediaan obat padat seperti serbuk, pulveres, kapsul, dan tablet serta cara pembuatannya. Dokumen juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat dan menggunakan berbagai bentuk sediaan obat tersebut seperti derajat halus serbuk, cara membuat dan menyimpan pulveres, jenis kapsul, serta komposisi tablet.
Dokumen ini memberikan informasi tentang pembuatan sediaan sirup gliseril guaiakolat. Terdapat tujuan pembuatan sediaan, dasar teori, bahan dan alat yang digunakan, formula, pemerian bahan, perhitungan jumlah dan dosis bahan. Dokumen ini memberikan panduan lengkap untuk membuat sediaan sirup gliseril guaiakolat.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Praktikum ini bertujuan untuk menguji efek antiinflamasi dari infus rimpang temu putih dengan metode volume udem. Tikus diberi penginduksi radang dengan karagenin lalu diukur volume udem kakinya. Hasilnya menunjukkan infus rimpang temu putih 20% memberikan hambatan udem sebesar 143,7%, lebih besar dari kontrol positif na diklofenak.
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Laporan ini membahas proses pembuatan dry syrup kotrimoxazol. Terdapat informasi tentang tujuan pembuatan, dasar teori, bahan dan alat yang digunakan, formula, perhitungan jumlah dan dosis bahan. Dry syrup direncanakan untuk mengandung kotrimoxazol 240 mg/5 mL dan akan dievaluasi secara organoleptis, pH, dan ukuran partikel.
Dalam tiga kalimat atau kurang, dokumen tersebut membahas tentang praktikum penentuan kerapatan dan berat jenis zat padat, cair, dan gas menggunakan piknometer, termasuk definisi kerapatan dan berat jenis, dasar teori, alat dan bahan, cara kerja, hasil percobaan, pembahasan mengenai kegunaan dan faktor yang mempengaruhi penentuan berat jenis.
Dokumen tersebut membahas tentang berbagai bentuk sediaan obat padat seperti serbuk, pulveres, kapsul, dan tablet serta cara pembuatannya. Dokumen juga menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat dan menggunakan berbagai bentuk sediaan obat tersebut seperti derajat halus serbuk, cara membuat dan menyimpan pulveres, jenis kapsul, serta komposisi tablet.
Dokumen ini memberikan informasi tentang pembuatan sediaan sirup gliseril guaiakolat. Terdapat tujuan pembuatan sediaan, dasar teori, bahan dan alat yang digunakan, formula, pemerian bahan, perhitungan jumlah dan dosis bahan. Dokumen ini memberikan panduan lengkap untuk membuat sediaan sirup gliseril guaiakolat.
Menurut FI edisi III
Kapsul adalah bentuk sediaan obat terbungkus dalam suatu cangkang kapsul keras dan lunak.
Menurut FI edisi IV
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras dan lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Praktikum ini bertujuan untuk menguji efek antiinflamasi dari infus rimpang temu putih dengan metode volume udem. Tikus diberi penginduksi radang dengan karagenin lalu diukur volume udem kakinya. Hasilnya menunjukkan infus rimpang temu putih 20% memberikan hambatan udem sebesar 143,7%, lebih besar dari kontrol positif na diklofenak.
Dokumen tersebut merangkum percobaan untuk menentukan efek antidiare dari beberapa obat, yaitu loperamide, rebusan daun jambu biji, dan larutan Na.CMC 1%. Percobaan dilakukan dengan memberikan induksi diare terlebih dahulu menggunakan oleum ricini, kemudian memberikan obat-obatan tersebut untuk mengamati parameter seperti frekuensi defekasi dan konsistensi feses.
1. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung air minimal 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Terdapat dua tipe krim yaitu emulsi minyak dalam air dan dispersi mikrokristal asam lemak dalam air.
2. Krim digunakan untuk memberikan efek pelembab atau emolien pada kulit serta sebagai pembawa zat obat. Jenis emulsi yang digunakan tergantung pada sifat z
Biofarmasetika mempelajari hubungan antara sifat fisika kimia obat, bentuk sediaan, dan rute pemberian yang mempengaruhi kecepatan dan derajat absorpsi obat. Faktor-faktor seperti kelarutan, hidrofilisitas, bentuk garam, dan polimorfisme mempengaruhi proses disolusi dan absorpsi obat. Uji biofarmasetika penting untuk memprediksi bioavailabilitas dan memilih formulasi terbaik.
Laporan ini membahas proses pembuatan dry syrup kotrimoxazol. Terdapat informasi tentang tujuan pembuatan, dasar teori, bahan dan alat yang digunakan, formula, perhitungan jumlah dan dosis bahan. Dry syrup direncanakan untuk mengandung kotrimoxazol 240 mg/5 mL dan akan dievaluasi secara organoleptis, pH, dan ukuran partikel.
Dokumen tersebut memberikan informasi tentang persyaratan mutu dalam pembuatan suspensi oral ampisilin. Terdapat spesifikasi produk jadi, spesifikasi bahan, dan metode analisis zat aktif yang harus dipenuhi. Prosedur pembuatan dan pengujian mutu harus sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia.
Eliksir adalah larutan hidroalkohol yang mengandung obat untuk dikonsumsi. Eliksir dibuat dengan mencampurkan obat dalam pelarut alkohol dan air untuk meningkatkan kelarutan obat. Eliksir memiliki kelebihan dalam pengaturan dosis terutama untuk anak-anak. Dokumen ini membahas teori dasar, bahan, dan prosedur pembuatan eliksir parasetamol.
Dokumen tersebut merangkum studi pustaka tentang formulasi krim kloramfenikol dan hidrokortison asetat, mencakup definisi krim, jenis krim, persyaratan krim sebagai obat luar, metode pembuatan dan pembentukan krim, penyimpanan krim, serta monografi zat aktif dan zat tambahan yang digunakan.
Teknologi sediaan Farmasi produksi suspensi paracetamol yang baik dengan membandingkan dari 3 formula sehingga memilih formula yang baik. suspensi (Inggris: suspension) adalah suatu campuran fluida yang mengandung partikel padat. Atau dengan kata lain campuran heterogen dari zat cair dan zat padat yang dilarutkan dalam zat cair tersebut. Zat yang didispersikan harus halus dan tidak cepat mengendap. Jika endapan diguncang perlahan, harus segera disebarkan kembali, dapat mengandung zat tambahan untuk memastikan stabilitas suspensi. Salah satu alasan untuk menyiapkan suspensi oral adalah bahwa obat-obatan tertentu secara kimiawi tidak stabil dalam bentuk terlarut tetapi stabil dalam bentuk ditangguhkan. Tujuan menyiapkan sediaan suspensi adalah agar mudah diminum, dosis yang relatif besar dapat lebih mudah diberikan, dan dapat dengan mudah diterapkan pada anak-anak. Contoh suspensi adalah air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, dan campuran air dengan minyak, kombinasi kopi dengan air, lumpur serta tanah liat yang tersuspensi dalam air, suspensi debu serta udara, kabut ialah sistem air tersuspensi di udara, serta sirup obat batuk.
Praktikum ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh temperatur terhadap kelarutan asam benzoat dan asam borat. Kelarutan kedua zat diukur pada suhu kamar, 450C, dan 600C. Hasilnya menunjukkan bahwa kelarutan asam benzoat dan asam borat meningkat dengan peningkatan suhu.
Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang ilmu galenika yang mempelajari cara pembuatan sediaan obat sederhana dari bahan alam. Sediaan galenik dibuat dari bahan hewan atau tumbuhan dengan menyari zat berkhasiatnya menggunakan cairan seperti air, etanol, atau campuran keduanya. Terdapat beberapa jenis sediaan galenik seperti air aromatik, ekstrak, sirup, dan spiritus aromatik yang dibuat dengan
Dokumen tersebut memberikan penjelasan mengenai sediaan cair (liquid) yang mencakup definisi, jenis (larutan, suspensi, emulsi), jenis sediaan liquid (obat terlarut, sebagian terlarut, tidak terlarut), keuntungan dan kerugian, metode pembuatan (larutan, suspensi, emulsi), dan contoh formulasi dasar liquid seperti larutan telinga, tetes hidung, kumur, minum, eliksir, sirup.
Sediaan suspensi mengandung partikel padat yang terdispersi dalam fase cair dan membutuhkan bahan pensuspensi untuk menjaga stabilitasnya. Bahan pensuspensi dapat berupa gom alami seperti gum arab dan tragakanth, atau bukan gom seperti metil selulosa. Ukuran partikel kecil, viskositas tinggi, konsentrasi rendah, dan muatan partikel yang sesuai dapat memperlambat pengendapan dalam suspensi.
Dokumen ini membahas tentang praktikum teknologi sediaan cairan dan semisolid yang meliputi pembuatan dan evaluasi berbagai jenis sediaan farmasi seperti sirup, solusi, mixtura, krim, infusa, suspensi, dan gel.
Sistem dispersi dalam farmasi fisika terdiri dari larutan, koloid, dan suspensi. Koloid memiliki ukuran partikel 1-100 nm dan terdiri dari fase terdispersi dan medium terdispersi. Jenis-jenis koloid meliputi sol, emulsi, dan aerosol. Sifat koloid antara lain efek Tyndall, gerak Brown, elektroforesis, adsorpsi, dan koagulasi. Koloid digunakan dalam berbagai produk seperti kosmetik, makanan, dan farm
Dokumen tersebut membahas tentang senyawa kompleks, yang merupakan senyawa yang mengandung atom atau ion yang dikelilingi oleh ligan. Jenis senyawa kompleks diantaranya adalah anorganik seperti cisplatin, chelat yang membentuk struktur cincin seperti ethylenediamine, dan olefin yang memiliki ikatan rangkap karbon. Dokumen juga membahas tentang kompleksasi obat untuk mempermudah atau menghambat absorbsi obat dalam tub
Suspensi adalah sediaan obat dalam bentuk partikel halus yang terdispersi dalam cairan tanpa larut. Stabilitas suspensi dipengaruhi oleh ukuran partikel, viskositas cairan, dan jumlah partikel dimana semakin kecil ukuran partikel dan semakin tinggi viskositas dan konsentrasi akan semakin stabil. Bahan pensuspensi seperti gum arab, tragakan, dan algin digunakan untuk meningkatkan viskositas cair
Dokumen ini membahas tentang rheologi dan penerapannya dalam farmasi. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari aliran zat cair dan deformasi zat padat. Ada dua jenis fluida berdasarkan viskositasnya, yaitu sistem Newton dan non-Newton. Sistem non-Newton memiliki viskositas yang berubah tergantung suhu dan tekanan, sedangkan sistem Newton memiliki viskositas tetap. Rheologi digunakan dalam farmasi untuk memilih per
Dokumen ini membahas tentang pembagian kelompok mahasiswa untuk mengerjakan tugas makalah. Kelas dibagi menjadi 7 kelompok yang masing-masing terdiri atas 6 orang berdasarkan absen. Setiap kelompok ditugaskan untuk mengerjakan makalah tentang topik yang berbeda-beda sesuai dengan nomor absennya. Tugas kelompok dikumpulkan minggu depan pada hari Rabu.
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
2. 1
PERCOBAAN I
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SYRUP
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan syrup sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Menurut Farmakope Indonesia IV, Syrup adalah sediaan cair berupa larutan yang
mengandung sakarosa. Kadar sakarosa (C12H22O11) tidak kurang dari 64% dan tidak lebih
dari 66%. Syrup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa atau gula lain dalam kadar
tinggi. Secara umum sirup merupakan larutan pekat dari gula yang ditambah obat atau zat
pewangi dan merupakan larutan jernih berasa manis.
Komponen Syrup
a. Pemanis
Pemanis berungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Dilihat dari kalori yang
dihasilkan dibagi menjadi pemanis berkalori tinggi dan pemanis berkalori rendah.
Adapun pemanis berkalori tinggi misalnya sorbitol, sakarin dan sukrosa sedangkan
yang berkalori rendah seperti laktosa
b. Pengawet antimikroba
Digunakan untuk menjaga kestabilan obat dalam penyimpanan agar dapat bertahan
lebih lama dan tidak ditumbuhi oleh mikroba atau jamur.
c. Perasa dan Pengaroma
Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan
yang berasal dari alam untuk membuat sirup mempunyai rasa yang enak. Karena sirup
adalah sediaan cair, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup.
Pengaroma ditambahkan ke dalam sirup untuk memberikan aroma yang enak dan
wangi. Pemberian pengaroma ini harus sesuai dengan rasa sediaan sirup, misalkan
sirup dengan rasa jeruk diberi aroma citrus.
d. Pewarna
Pewarna yang digunakan umumnya larut dalam air dan tidak bereaksi dengan
komponen lain dalam sirup dan warnanya stabil dalam kisaran pH selama
penyimpanan. Penampilan keseluruhan dari sediaan cair terutama tergantung pada
warna dan kejernihan. Pemilihan warna biasanya dibuat konsisen dengan rasa.
3. 2
e. Kosolven
Juga banyak sediaan sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan mengandung
pelarut-pelarut khusus untuk membantu kelarutan.
Sifat Fisika Kimia sirup
a. Viskositas
Viskositas atau kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan
hambatan untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan
untuk menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati
permukaan datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan
tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk menentukan
kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan tepat, karena
perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan yang berarti
untuk pengukuran sediaan farmasi.
b. Uji mudah tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini
berkaitan erat dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan
semakin mudah dituang dan sebaliknya. Sifat fisik ini digunakan untuk melihat
stabilitas sediaan cair selama penyimpanan. Besar kecilnya kadar suspending agent
berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang terlalu
besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
c. Uji Intensitas Warna
Uji intensitas warna dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup
mulai minggu 0-4. Warna yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan
warna pada minggu 0. Uji ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan
cair yang disimpan Selama waktu tertentu.
Persyaratan Mutu Dalam Pengerjaan Sirup
a. Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glikosida antrakinon di
tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot simplisia.
b. Kecuali dinyatakan lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan
metil paraben 0,25 % b/v atau pengawet lain yang cocok.
c. Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi
akan terjadi pengkristalan, tetapi bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
d. Bobot jenis sirup kira-kira 1,3 gram/ml
e. pH parasetamol sirup menurut Farmakope Indonesia edisi 4 adalah antara 3,8 – 6,1.
4. 3
f. Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa ( pecah menjadi glukosa dan
fruktosa ) dan bila sirup yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
g. Pemanasan sebaiknya dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula
invert.
h. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur
dan berwarna tua ( terbentuk karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan
obat.
i. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62 % atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi
jamur, meskipun jamur tidak mati
j. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila dalam resep,
sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
k. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan pengawet
misalnya nipagin.
Kestabilan Sirup dalam Penyimpanan
a. Cara Memasukkan Sirup Dalam Botol
Cara memasukkan sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam
penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1. Sirup yang sudah dingin disimpan dalam wadah yang kering. Tetapi pada
pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2. Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol panas ( karena sterilisasi ) sampai
penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian
gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam lelehan parafin solidum yang
menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara luar.
3. Sterilisasi sirup, disini harus diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak
berakibat terjadinya gula invert. Maka untuk kestabilan sirup, FI III juga menuliskan
tentang panambahan metil paraben 0,25% atau pengawet lain yang cocok.
b. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan di tempat sejuk
5. 4
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Mengatasi nyeri ringan,demam, sakit kepala, mialgia, neuralgia dan sakit gigi
b. Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defesiensi glukosa-6-fasfat dehidrigenase.
Tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
c. Efek samping
Sangat jarang dan biasanya ringan.
Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati.
d. Mekanisme kerja
Mempengaruhi proses sintetsis prostaglandin (sebagi mediator nyeri) dan
menghambat sistem siklosigenase
e. Interaksi obat
Parasetamol diduga cepat menaikan aktivitas koagulan dari kumarin
f. Dosis pemberian
Dibawah 1 tahun : ½ - 1 sendok teh atau 60-120 mg tiap 4-6 jam
1-5 tahun : 1-2 sendok teh atau 120-150 mg tiap 4-6 jam
6-12 tahun : 2-4 sendok teh atau 250-500 mg tiap 4-6 jam
Diatas 12 tahun : ½ - 1 g tiap 4 jam, maksimum 4 g sehari
g. Rute pemberian
Oral
h. Fakmakokinetika
Parasetamol di absorpsi dengan cepat dan sempurna melalui saluran pencernaan.
Konsentrasi tertinggi dalam plasma di capai dalam waktu ½ jam dam masa paruh
plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar keseluruh cairan tubuh dalam plasma 25
% paracetamol. Obat ini di metabolisme di hati.
6. 5
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
1. Parasetamol (Asetaminopen)
Pemerian : Serbuk hablur, putih,tidak berbau, rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam NaOH atau mudah larut
dalam etanol
Titik lebur : 168oC – 172oC
PH : 3,8-6,1
Berat jenis :1,21-1,23
b. Eksipien
1. Etanol
Digunakan sebagai pelarut
Nama kimia : Etil alkohol
Berat molekul : 46,07
Kemurnian : Etanol mengandung tidak kurang dari 92,3 % b/b dan tidak lebih
dari 93,8 % b/b, setara dengan tidak kurang dari 94,9 % v/v dan tidak lebih
dari 96,0 % v/v C2H5OH, pada suhu 15,56°
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna. Bau khas dan
menyebabkan rasa terbakar pada lidah.Mudah menguap walaupun pada suhu
rendah dan mendidih pada suhu 78°.Mudah terbakar.
Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua
pelarut organik
Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.
2. Sirupus Simplek (sukrosa)
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna
Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
7. 6
3. Propilen Glikol
Digunakan sebagai pelarut
Pemerian : Cairan kental,jernih, tidak berwarna, rasa khas praktis tidak berbau,
menyerap aair pada udara lembab.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, aseton dan kloropom, larut dalam
eter dan dalam beberapa minyak esensial tetapi tidak dapat bercampur dengan
minyak lemak
Titik lebur : antara 187 °C – 198 °C
4. Asam benzoat
Nama resmi : Acidum benzoicum
Nama lain : Asam benzoat
Rumus molekul : C7H6O2
Berat molekul : 122,12
Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3
bagian etanol (95 %) P. Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
5. Flavour/Essence
6. Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk di buat sediaan syrup adalah parasetamol. Dimana dosis
parasetamol yang dipilih adalah 120 mg/5 ml. Dosis tersebut di pilih karena dosis tersebut
merupakan salah satu dosis lazim yang biasa di peruntukan untuk anak-anak terutama 1-6
tahun
Eksipien yang digunakan adalah propilen glikol sebanyak 7 ml. Hal ini di karenakan
apabila propilen glikol digunakan sebagai solven atau kosolven untuk oral solutio adalah
antara 10% – 25%.
8. 7
Asam benzoat : berfungsi sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme.
Flavour yang di pilih rasa strawberry karena sediaan sirup ini diperuntukan untuk
anak-anak sehingga penampilannya dan rasanya disenangi anak-anak. Sirupus simplek
digunakan sebagai pemanis.
III. FORMULA
R/ Paracetamol 120 mg/5ml
Etanol 5 ml
Propilen glikol 7 ml
Sirup simplex 20 %
Asam benzoat 0,1%
Pewarna q.s
Essence q.s
Aquadest ad 60ml
IIV. ALAT DAN BAHAN :
a. Bahan : Lihat pada Formula
b. Alat :
Cawan porselen
Mortir dan stamper
Gelas ukur
Batang pengaduk
Stopwatch
Kertas pH
Beaker Glass
Piknometer
Timbangan Analitik
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Hitung paracetamol yg dibutuhkan
= 120 mg x (60ml/5ml )
= 120 mg x 12
= 1440 mg
Hitung sirup simplex yg dibutuhkan
= (20/100) x 60 ml
= 12 ml
Hitung asam benzoat yg dibutuhkan
= (0,1/100) x (60 ml x bobot jenis sediaan sirup )
= 0,001 x ( 60 ml x 1, 3 gr/ml )
= 0,001 x 78 gr
9. 8
= 0,078 gram
b. Larutkan paracetamol dan 5 ml Etanol dalam beaker glass, ditambahkan
7ml Propilen glikol aduk sampai larut kemudian tambahkan lagi Asam
benzoat aduk lagi sampai larut
b. Lalu tambahkan sirup simplex
c. Tambahkan pewarna secukupnya aduk sampai homogen
d. Lalu tambahkan essence secukupnya
e. Tambahkan aquadest ad 60 ml dan Lakukan Evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
d. Rasa :
2. Uji Ph
3. Uji Kejernihan
4. Uji Bobot Jenis
10. 9
PERCOBAAN II
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SOLUTIO
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan solutio sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Larutan atau solutio adalah sediaan cair yang mengandung satu zat aktif atau lebih
yang terlarut didalamnya, biasanya menggunakan air sebagai pelarut. Perbedaan potio dan
larutan (solutio) adalah potio merupakan sediaan cair untuk konsumsi obat secara oral,
sedangkan larutan (solutio) merupakan sediaan cair yang bisa digunakan secara oral, topikal,
parenteral dan sebagainya.
Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :
a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c. Dosis takaran tepat
d. Penyimpanan yang sesuai
Keuntungan Sediaan Cair :
1. Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet.
2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan
kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan
suspensi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga
yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal
ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.
Kerugian Sediaan Cair :
1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3. Tidak praktis.
11. 10
4. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan
parenteral).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-
garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpolar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam
kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat
larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4,
CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida
dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam
phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
12. 11
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui
secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut < 1
Mudah larut 1- 10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukar larut 100-1000
Sangat sukar larut 1000-10000
Praktis tidak larut >10000
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air
tersebut ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut
dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya :
Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
13. 12
ANALISA FARMAKOLOGI
Kalium Permanganat termasuk golongan peroksidan yang dapat melepaskan oksigen
(proses oksidasi) sehingga dapat membunuh kuman (bakterisid). Kalium permanganat
berupa kristal ungu, mudah larut dalam air. Dalam larutan encer merupakan peroksidan.
Pelepasan Oksigen terjadi bila zat ini bersentuhan dengan zat organik. Inaktivasi
menyebabkan perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru. Zat ini bekerja sebagai
iritan, deodoran dan astringen.
a. Indikasi
Membantu penyembuhan luka yang tidak dalam, ulkus tropikum, jamur kaki (kutu
air), pemphigus dan impetigo. Kompres luka dan segala macam infeksi kulit. Sebagai
antidotum pada intoksikasi bahan bahan yang mudah teroksidasi misalnya alkaloid,
kloralhidrat dan barbiturate. Irigasi kandung kemih yang terinfeksi. Pencuci perineum
pasca persalinan
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap kalium permanganat.
c. Efek samping
Sering muncul iritasi lokal pada kulit, pewarnaan pada kulit dan pakaian.
d. Mekanisme kerja
Kalium Permanganat termasuk golongan peroksidan yang dapat melepaskan oksigen
(proses oksidasi) sehingga dapat membunuh kuman (bakterisid).
e. Dosis
Untuk mencuci luka : 0,01%
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat, namun demikian hindari penggunaan bersama
obat topikal lain.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal
h. pH
Larutan Kalium Permanganat memiliki pH antara 7-9
i. Bobot Jenis
Larutan Kalium Permanganat memiliki bobot jenis 1,020 g/mL
14. 13
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Kalium Permanganat (KMnO4)
Nama Resmi : KALII PERMANGANAS
Nama Lain : Kalium permanganat
Bm / RM : 158,03 / KMnO4
Pemerian : Serbuk hablur, mengkilap, berwarna unggu tua tidak
berbau, rasa manis sepat.
Kelarutan : Larut dalam beberapa bagian air, mudah larut dalam air
mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
b. Eksipien
Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan solutio adalah Kalium Permanganat
(KMnO4). Dimana dosis Kalium Permanganat yang dipilih adalah 0,01% (0,02 gram
Kalium Permanganat dalam 200 ml aquadest ). Dosis tersebut di pilih karena dosis
tersebut merupakan salah satu dosis lazim yang biasa di peruntukan bagi anak-anak
maupun dewasa.
Eksipien yang digunakan adalah aquadest karena Kalium permanganat dapat larut
dalam air. Walaupun Kalium permanganat dapat larut dalam air tetapi biasanya akan
menghasilkan endapan, padahal sediaan larutan seharusnya terlihat jernih tanpa endapan.
Sehingga teknik yang digunakan jika terjadi endapan yaitu menggunakan teknik Gerus
Tuang. Gerus Tuang dilakukan dalam mortir, dengan menambahkan air suling sedikit
15. 14
demi sedikit sambil menggerus senyawa, dan diambil supernatannya, ditambahkan air
suling, dan diulangi prosesnya sampai air suling habis
III. FORMULA
R/ Sol Kalium Permanganas 20 mg
Aquadest ad 200 ml
s.u.e
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & stamper
- Beaker glass 200ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Piknometer
- Timbangan analitik
B. Bahan :
- Lihat pada formula
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Dimasukkan Kalium Permanganat ke dalam mortir
d. Tambahkan aquadest 60ml, gerus dan aduk perlahan sampai larut. Jika ada
endapan maka ambil larutan bagian atas( supernatan) dan taruh di beaker
glass 200ml kosong.
e. Sisa endapan ditambahkan lagi dengan aquadest 60ml, gerus dan aduk
perlahan sampai larut, setelah larut ambil larutan bagian atas( supernatan)
f. Sisa endapan ditambahkan lagi dengan aquadest 60ml, gerus dan aduk
perlahan sampai larut, setelah larut masukkan ke dalam beaker glass 200ml
g. Hasil larutan di ad kan sampai 200 ml
h. Lakukan evaluasi
16. 15
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji Ph
3. Uji Kejernihan
4. Uji Bobot Jenis
17. 16
PERCOBAAN III
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN MIXTURA
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan mixtura sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Mixtura adalah larutan yang didalamnya terdapat lebih dari satu macam zat yang
dapat berupa campuran cairan dengan zat padat, cairan dengan cairan, ataupun cairan dengan
ekstrak kental. Mixtura dapat berupa obat dalam maupun obat luar contoh : OBH, Benadryl
sirup dan Kalpanax (obat luar). Syarat sediaan mixtura yang baik yaitu harus homogen dan
tidak boleh ada endapan.
Hal yang diperhatikan dalam pembuatan larutan :
a. Kelarutan zat aktif harus jelas dan bisa larut
b. Kestabilan zat aktif dalam larutan/pelarut maupun kosolven harus baik
c. Dosis takaran tepat
d. Penyimpanan yang sesuai
Keuntungan Sediaan Cair :
1. Cocok untuk pasien yang sukar menelan tablet.
2. Absorpsi obat lebih cepat di bandingkan dengan sediaan oral lain. Urutan
kecepatan absorpsinya larutan > emulsi > suspensi.
3. Homogenitas lebih terjamin.
4. Dosis/takaran dapat di sesuaikan.
5. Dosis obat lebih seragam dibandingkan sediaan semi padat. Untuk emulsi dan
suspensi, keseragaman dosis tergantung pada pengocokan.
6. Beberapa obat atau senyawa obat dapat mengiritasi mukosa lambung., ada juga
yang di rusak oleh cairan lambung bila diberikan dalam bentuk sediaan padat. Hal
ini dapat di kurangi dengan memberikan obat dalam bentuk sediaan cair.
18. 17
Kerugian Sediaan Cair :
1. Tidak dapat di buat untuk senyawa obat yang tidak stabil dalam air.
2. Bagi obat yang rasanya pahit atau baunya tidak enak sukar di tutupi.
3. Tidak praktis.
4. Air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri.
5. Pemberian obat harus menggunakan alat khusus atau oleh orang khusus (sediaan
parenteral).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan
1. Sifat dari solute dan solvent
Solute yang polar akan larut dalam solvent yang polar pula. Misalnya garam-
garam anorganik larut dalam air. Solute yang nonpolar larut dalam solvent yang
nonpoar pula. Misalnya alkaloid basa (umumnya senyawa organik) larut dalam
kloroform.
2. Cosolvensi
Cosolvensi adalah peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena adanya
penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Misalnya luminal tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin atau solutio petit.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut, sedangkan zat yang sukar larut
memerlukan banyak pelarut. Kelarutan zat anorganik yang digunakan dalam
farmasi umumnya adalah :
a. Dapat larut dalam air
Semua garam klorida larut, kecuali AgCl, PbCl2, Hg2Cl2. Semua garam nitrat
larut kecuali nitrat base. Semua garam sulfat larut kecuali BaSO4, PbSO4,
CaSO4.
b. Tidak larut dalam air
Semua garam karbonat tidak larut kecuali K2CO3, Na2CO3. Semua oksida
dan hidroksida tidak larut kecuali KOH, NaOH, BaO, Ba(OH)2. Semua garam
phosfat tidak larut kecuali K3PO4, Na3PO3.
19. 18
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III Kelarutan suatu zat yang tidak diketahui
secara pasti dapat dinyatakan dengan istilah sebagai berikut:
Istilah kelarutan
Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat
Sangat mudah larut < 1
Mudah larut 1- 10
Larut 10-30
Agak sukar larut 30-100
Sukar larut 100-1000
Sangat sukar larut 1000-10000
Praktis tidak larut >10000
4. Temperatur
Zat padat umumnya bertambah larut bila suhunya dinaikkan, zat padat tersebut
dikatakan bersifat endoterm, karena pada proses kelarutannya membutuhkan
panas.
5. Salting Out
Salting Out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai
kelarutan lebih besar dibanding zat utama, akan menyebabkan penurunan
kelarutan zat utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi kimia.
Contohnya : kelarutan minyak atsiri dalam air akan turun bila kedalam air tersebut
ditambahkan larutan NaCl jenuh.
6. Salting In
Salting in adalah adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan kelarutan zat
utama dalam solvent menjadi lebih besar. Contohnya : Riboflavin tidak larut
dalam air tetapi larut dalam larutan yang mengandung Nicotinamida.
7. Pembentukan Kompleks
Pembentukan kompleks adalah peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam kompleks. Contohnya :
Iodium larut dalam larutan KI atau NaI jenuh.
20. 19
ANALISA FARMAKOLOGI
Succus liquiritiae merupakan ekstrak kering yang dibuat dari akar tumbuhan
Glycyrriza glabra. Kandungan aktifnya adalah asam glizirinat (gliserizin) yang berasa
manis. Asam glizirinat memiliki sifat sebagai ekspektoran sehingga succus liquiritiae
banyak dipakai sebagai bahan utama dalam pembuatan obat batuk berdahak.
Amonium klorida adalah senyawa anorganik dengan rumus NH4Cl, berupa garam
kristal putih yang sangat mudah larut dalam air. Larutan amonium klorida bersifat asam
lemah. Amonium klorida digunakan sebagai ekspektoran pada obat batuk. Aksi
ekspektorannya disebabkan aksi iritatifnya pada mukosa bronchiale. Ini akan
menyebabkan produksi lendir yang lebih memudahkan batuk.
a. Indikasi
Untuk mengobati batuk berdahak. Bekerja sebagai ekspektoran.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Dosis yang berlebihan kemungkinan menimbulkan asidosis.
d. Mekanisme kerja
Aksi ekspektorannya disebabkan aksi iritatifnya pada mukosa bronchiale. Ini akan
menyebabkan produksi lendir yang lebih memudahkan batuk.
e. Dosis
Dewasa : 3 x sehari 15 ml
Anak-anak 6-12 tahun : 3 x sehari 5 ml
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara oral.
h. pH
pH antara 4,6 – 6
i. Bobot Jenis
Bobot jenisnya sekitar 1 g/mL
21. 20
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Succus Liquiritiae
Nama Lain : Glycyrrhizae succus
Tanaman asal : Glycyrrhiza glabra varietas glandulifera
Keluarga : Papilionaceae
Kandungan : Gliserizin sampai 15 %, gula, air.
Persyaratan kadar : Kadar gliserizin tidak kurang dari 10%
Khasiat : Sebagai ekspektoran
Pemerian : Batang berbentuk silinder, licin agak
mengkilap warna hitam, coklat tua, atau serbuk berwarna
coklat, bau khas lemah, rasa manis khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Amonium klorida (NH4Cl)
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk halus atau kasar
berwarna putih, rasa asin dan agak dingin,
Kelarutan : 1 g zat larut dalam 2,7 ml air, 1 g zat larut dalam 1,4 ml air
hangat, 1 g zat larut dalam 100 ml alkohol, 1 g zat larut
dalam 8 ml gliserol.
Khasiat : Sebagai ekspektoran
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat.
22. 21
b. Eksipien
Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan mixtura adalah Succus Liquiritiae dan
Amonium klorida (NH4Cl). Kedua bahan tersebut memiliki khasiat sebagai ekspektoran.
Kedua bahan tersebut dikombinasikan untuk memberikan efek terapi yang maksimal
terhadap pasien. Eksipien yang digunakan adalah pelarut aquadest. Dipilih aquadest
karena Succus Liquiritiae dan Amonium klorida (NH4Cl) dapat larut dalam air. Untuk
Succus Liquiritiae sendiri lebih mudah larut dalam air panas. Sehingga pada proses
pembuatan sediaan, Succus Liquiritiae akan kita larutkan dengan air panas.
III. FORMULA
R/ Succus Liquiritiae 2 gr
Amonium klorida 2 gr
Aquadest Ad 60 ml
m.f.mixtura
S.3.dd C 1
IV. ALAT DAN BAHAN
1. Alat :
- Mortir & stamper - Kertas saring & corong
- Beaker glass 100ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Piknometer
- Timbangan analitik
- Pemanas elektrik
- Termometer
2. Bahan :
- Lihat pada formula
23. 22
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Panaskan 30 ml aquadest di pemanas elektrik hingga suhu 80 °C
d. Masukkan Succus liquiritiae ke dalam mortir, tambahkan aquadest panas,
gerus perlahan hingga larut.
e. Setelah larut masukkan ke dalam beaker glass 100 ml dengan menggunakan
kertas saring.
f. Masukkan amonium klorida ke dalam beaker glass, tambahkan 20 ml
aquadest, aduk hingga larut.
g. Setelah larut masukkan ke dalam larutan Succus liquiritiae dengan
menggunakan kertas saring, tambahkan lagi aquadest hingga ad 60 ml
kemudian aduk hingga homogen.
h. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
d. Rasa :
2. Uji Ph
3. Uji Kejernihan
4. Uji Bobot Jenis
24. 23
PERCOBAAN IV
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN CREAM
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan cream sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Cream adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandng air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Cream terdiri dari emulsi
minyak di dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai
panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk pemakaian
kosmetika dan estetika.
Ada dua tipe cream, yaitu :
1. Tipe A/M
Yaitu air terdispersi dalam minyak. Contoh : cold cream.
Cold cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud memberikan rasa
dingin dan nyaman pada kulit, sebagai cream pembersih, berwarna putih dan bebas
dari butiran. Cold cream mengandung mineral oil dalam jumlah besar.
2. Tipe M/A
Yaitu minyak terdispersi dalam air. Contoh: vanishing cream.
Vanishing cream adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud
membersihkan, melembabkan dan sebagai alas bedak. Vanishing cream sebagai
pelembab (moisturizing) meninggalkan lapisan berminyak/film pada kulit.
Kelebihan sediaan cream, yaitu:
1. Mudah menyebar rata
2. Praktis
3. Mudah dibersihkan atau dicuci
4. Tidak lengket
5. Tidak panas dikulit
25. 24
Kekurangan sediaan cream, yaitu:
1. Susah dalam pembuatannya karena pembuatan cream harus dalam keadaan panas.
2. Jika dalam pembuatan formula tidak pas dapat meenghasilkan sediaan yg tidak
homogen.
3. Mudah kering dan mudah rusak khususnya tipe a/m karena terganggu oleh perubahan
suhu dan perubahan komposisi karena penambahan salah satu fase secara berlebihan.
Formula dasar cream, antara lain :
1. Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak dan bersifat asam.
Contoh : asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, cera, cetaceum,
vaselin, stearil alkohol.
2. Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air dan bersifat basa.
Contoh : Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin/ TEA, NaOH, KOH,
Na2CO3, Gliserin, Polietilenglikol/PEG, Propilenglikol, Surfaktan (Na
setostearilalkohol, Na lauril sulfat, polisorbatum/ Tween, Span dan sebagainya).
Bahan-bahan Penyusun Cream :
1. Zat berkhasiat
2. Minyak
3. Air
4. Pengemulsi
Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan cream disesuaikan dengan jenis dan
sifat cream yang akan dibuat /dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan
emulgide, lemak bulu domba, setaseum, setil alkohol, stearil alkohol,
trietanolaminstearat, polisorbat, PEG.
5. Bahan Pengawet
Bahan pengawet yang sering digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%,
propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%.
26. 25
Metode Pembuatan Cream :
Pembuatan sediaan cream meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya
komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan
bersama-sama di penangas air pada suhu 70°C -75°C, sementara itu semua larutan
berair yang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang
sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan
ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan,
temperatur dipertahankan selama 5-10 menit untuk mencegah kristalisasi dari
lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan
yang terus-menerus sampai campuran mengental. Bila larutan berair tidak sama
temperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat,
sehingga terjadi pemisahan antara fase lemak dengan fase cair.
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif serta kuman
lainnya yang sensitif terhadap Chloramphenicol.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Kemerahan kulit angioudem, urtikaria dan anafilaksis.
d. Mekanisme kerja
Chloramphenicol merupakan antimikroba spektrum luas yang efektif terhadap bakteri
gram positif dan bakteri gram negatif. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
sintesa protein sel mikroba.
e. Dosis dan cara pemberian
Oleskan pada bagian yang mengalami infeksi 3 kali sehari.
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
h. pH
27. 26
pH antara 4,5 – 7,5
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Chloramphenicol (C11H12Cl2N2O5)
Rumus molekul : C11H12Cl2N2O5
Berat Molekul : 323,13
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih
hingga putih kelabu atau putih kekuningan.
Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan propilena
glikol
Titik Lebur : 149°C - 153°C.
Stabilitas : Chloramphenicol merupakan salah satu antibiotik yang secara
kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian.
Dosis : Dalam salep/cream 1% - 2%
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.
b. Eksipien
1. Nipagin (Metil Paraben)
Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C8H8O3.
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan tetap
jernih. Nipagin ini mempunyai fungsi sebagai zat pengawet.
2. Asam Stearat / Acidum stearicum / Asam oktadekanoat
Zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur; putih atau kuning pucat
mirip lemak lilin . Kelarutannya mudah larut dalam benzene, carbon tetrachloride,
28. 27
kloroform dan eter. Larut dalam etanol 95%, hexane dan propilenglikol. Praktis
tidak larut dalam air. Stabilitas asam stearat merupakan bahan yang stabil
terutama dengan penambahan antioksidan. Sebaiknya disimpan dalam wadah
tertutup baik ditempat kering dan sejuk.
Fungsi : sebagai zat tambahan, utk melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.
3. Trietanolamin
Sinonim : Daltogen, TEA, Tealan, trietilolamin, trihidroksitrietilamin,
tris(hidroksi)etilamin.
Pemerian : cairan kental, jernih, dengan bau ammonia, tidak berwarna hingga
kuning pucat.
Kelarutan : Dapat larut dengan air, metanol, etanol (95%), aseton, kloroform, larut
dalam 24 bagian benzen dan 63 bagian eter, pH = 10,5
Stabilitas: Trietanolamin dapat berubah menjadi berwarna coklat jika terkena
paparan cahaya dan udara. Oleh karena itu, selama penyimpanan harus terlindung
dari cahaya dan disimpan dalam wadah tertutup rapat.
Fungsi : Dalam formulasi terutama digunakan sebagai buffer pH. Digunakan pada
konsentrasi 2-4%.
4. Adeps Lanae/Lanolin/ Lemak Bulu Domba
Pemerian : Massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau khas.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air kurang lebih 2x
beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih larut dalam etanol panas,
mudah larut dalam eter dan kloroform. Fungsi : sebagai pengemulsi.
5. Paraffin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi, tidak berwarndan
dalam karbon tetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Fungsi : Sebagai pengawet. Kadar 0,12-0,18%
6. Aquadest
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
29. 28
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan cream adalah adalah Chloramphenicol.
Chloramphenicol merupakan antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi
kulit yang disebabkan oleh bakteri. Dosis Chloramphenicol yang digunakan dalam
sediaan cream yaitu antara 1% - 2%. Pada percobaan kali ini kita menggunakan dosis 2%.
Kita akan membuat sediaan cream tipe M/A yaitu minyak terdispersi dalam air, dimana
kandungan fase minyaknya lebih sedikit dibandingkan fase airnya. Kita pilih sediaan
cream tipe M/A karena lebih mudah dibersihkan dan tidak lengket dikulit.
III. FORMULA
R/ Chloramphenicol 200 mg
Basis Cream ad 10 gr
Formula basis cream :
R/ Asam Stearat 1450 mg
Trietanolamin 150 mg
Adeps Lanae 300 mg
Paraffin Cair 2500 mg
Aquades 5300 mg
Nipagin 100 mg
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & stamper - Batang pengaduk
- Beaker glass 100ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Waterbath
- Cawan Porselen 2 buah
- Objek glass
B. Bahan :
- Lihat pada formula
30. 29
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Buat basis cream : masukkan asam stearat, adeps lanae dan paraffin cair
kedalam cawan porselen 1, panaskan diatas waterbath, aduk hingga homogen.
d. Masukkan nipagin, trietanolamin, dan aquadest di cawan porselen 2,
panaskan diatas waterbath, aduk hingga homogen.
e. Setelah keduanya homogen, masukkan bahan di cawan porselen 2 ke dalam
cawan porselen 1 secara perlahan-lahan sambil terus diaduk dan dipanaskan.
f. Setelah homogen masukkan kedalam mortir, tambahkan chloramphenicol
aduk sampai homogen
g. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji pH
a. Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan
b. Ditunggu beberapa saat
c. Diamati kertas pH
d. Dibandingkan indikator pH
e. Diamati warna yang terjadi, tulis hasil pH
3. Uji Homogenitas
a. Oleskan sediaan pada objek glass
b. Amati apakah terdapat partikel yang tidak merata
c. Homogen atau tidak
31. 30
PERCOBAAN V
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN INFUSA
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan infusa sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III, infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan
menyari simplisia nabati dengan air pada suhu 90ºC selama 15 menit. Pembuatan : campur
simplisia dengan derajat halus yang cocok dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di
atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900 C sambil sekali – kali
diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, tambahkan air panas secukupnya melalui
ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki.
Infus daun sena dan infus simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah
dingin. Infus daun sena, infus asam jawa, dan infus simplisia lain yang mengandung lendir
tidak boleh diperas. Asam jawa sebelum dibuat infus dibuang bijinya dan diremas dengan air
hingga massa seperti bubur, buah adas manis dan buah adas harus dipecah dahulu. Pada
pembuatan infus kulit kina ditambahkan asam siantrakinon, ditambahkan natrium karbonat
10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian infus berikut, digunakan sejumlah yang tertera :
Kulit kina………………………………………….……………………. 6 bagian
Daun digitalis…………………………………….…………………… 0,5 bagian
Akar Ipeka …………………………………….....…………………… 0,5 bagian
Daun Kumis kucing………………………………..………………….. 0,5 bagian
Sekale Kornutum…………………………………..……………………. 3 bagian
Daun Sena………………………………………….…………………… 4 bagian
Temulawak…...……………………………………..…………………... 4 bagian
32. 31
Derajat halus simplisia yang digunakan untuk infus harus mempunyai derajat halus
sebagai berikut :
Serbuk (5/8) : Akar manis, daun kumiskucing, daun sirih, daun sena
Serbuk (8 /10) : Dringo, kelembak
Serbuk (10/22) : Laos, akar valerian, temulawak, jahe
Serbuk (22/60) : Kulit kina, akar ipeka, sekale, kemutum
Serbuk (85/120) : Daun digitalis
Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu atau dua nomor. jika dinyatakan dengan 1
nomor berarti semua serbuk dapat melalui pengayak tersebut. jika dinyatakan dengan 2 nomor,
dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor terendah dan tidak
lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomer tertinggi. Nomor pengayak menunjukkan
jumlah-jumlah lubang tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat. sebagai contoh,
pada serbuk 22/60 dimaksudkan bahwa serbuk dapat melalui pengayak nomer 22 seluruhnya,
dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak nomer 60.
Derajat halus perlu diketahui untuk menentukan simplisia tersebut dipotong-potong
dengan ukuran sesuai derajat halusnya, selain itu dapat juga untuk menentukan alat
penyaringnya, dengan kain flannel atau kapas.
Banyaknya air yang dibutuhkan untuk setiap simplisia :
1. Untuk simplisia segar : sejumlah infusa yang dibuat
2. Untuk simplisia ½ kering : sejumlah infusa yang dibuat + ( 1 x berat simplisia)Untuk
simplisia kering ; sejumlah infusa yang dibuat + ( 2 x berat simplisia)
33. 32
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Mengobati sariawan.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Tidak ditemukan adanya efek samping obat.
d. Mekanisme kerja
Daun sirih memiliki kandungan zat kimia yang dapat membunuh bakteri.
e. Dosis & Cara Penggunaan
Sebagai obat kumur. Dewasa 3-4 x sehari, anak-anak 2 x sehari
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
h. pH
pH antara 6 – 7
i. Bobot Jenis
Bobot jenisnya sekitar 1,1 g/mL
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
Piperis Betle Folium
Nama lain : Daun sirih
Keluarga : Piperaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas disebut
betelfenol atau aseptol
Penggunaan : Mengobati sariawan, batuk, sebagai adstringensia dan antiseptik.
Pemerian : Bau aromatik khas, rasa pedas khas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
34. 33
b. Eksipien
1. Asam Benzoat
• Nama resmi : Acidum benzoicum
• Nama lain : Asam benzoat
• Rumus molekul : C7H6O2
• Berat molekul : 122,12
• Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
• Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3 bagian
etanol (95 %) P. Dalam 8 bagian kloroform P, dalam 3 bagian eter
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
• Fungsi : Sebagai bahan pengawet
2. Aquadest
• Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
• Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan infusa adalah adalah Piperis Betle
Folium ( daun sirih ). Daun sirih ini memiliki berbagai macam khasiat dalam mengobati
beberapa penyakit, antara lain mengobati sariawan, batuk, sebagai adstringensia dan
antiseptik. Pada percobaan kali ini kita akan membuat sediaan infusa dari daun sirih yang
digunakan sebagai obat kumur untuk mengobati sariawan. Kandungan kimia dari daun sirih
adalah minyak atsiri yang mengandung Fenol yang khas disebut betelfenol atau aseptol,
selain itu juga mengandung hidroksi kavikol, kavibetol,estragol, eugenol, metileugenol,
karvakrol, terpinen, sesquiterpen, fenilpropen dan tannin.
Kandungan zat kimia di dalam daun sirih secara umum dapat larut dalam air, sehingga
daun sirih dapat kita buat menjadi sediaan infusa menggunakan aquadest sebagai pelarut.
Setelah dipanaskan pada suhu 900 C selama 15 menit, maka sebelum di serkai daun sirih
harus didinginkan dulu supaya mendekati suhu kamar. Hal ini dikarenakan daun sirih
mengandung minyak atsiri yang akan menguap jika di serkai dalam keadaan panas. Sebagai
pengawet kita tambahkan asam benzoat.
35. 34
III. FORMULA
R/ Piperis Betle Folium 3 gr
Asam Benzoat 0,1 gr
Aquadest ad 100 ml
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Pemanas elektrik - Batang pengaduk
- Beaker glass 100 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Termometer
- Kertas saring
B. Bahan :
- Lihat pada formula
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Ditimbang bahan sesuai formula
c. Setelah ditimbang daun sirih di potong kecil-kecil.
d. Panaskan aquadest di dalam beaker glass hingga bersuhu 900 C
Setelah bersuhu 900 C masukkan potongan daun sirih, tutup beaker glass dan
biarkan selama 15 menit.
e. Setelah 15 menit angkat dari pemanas dan biarkan larutan dingin hingga suhu
kamar.
f. Setelah dingin daun sirih di serkai dan ekstraknya di saring dengan kertas
saring
g. Tambahkan asam benzoat aduk hingga homogen. Kemudian tambahkan
aquadest ad 100 ml
h. Lakukan evaluasi
36. 35
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
d. Rasa :
2. Uji Kejernihan
3. Uji Ph
4. Uji Bobot Jenis
37. 36
PERCOBAAN VI
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN SUSPENSI
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan suspensi sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Zat yang terdispersi harus halus dan tidak boleh cepat mengendap.
Jika dikocok perlahan-lahan endapan harus segera terdispersi kembali. Dapat mengandung zat
tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi
agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Ciri-ciri suspensi :
1. Terbentuk dua fase yang heterogen
2. Berwarna keruh
3. Mempunyai diameter partikel : > 100 nm
4. Dapat disaring dengan kertas saring biasa
5. Akan memisah jika didiamkan
Komposisi suspensi secara umum terdiri dari :
1. Zat aktif.
2. Bahan tambahan
=> Contohnya : pewarna, pengawet, pelarut
3. Suspending Agent
Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
1. Bahan pensuspensi dari alam.
Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom/h
idrokoloid.Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga
campuran tersebut membentuk mucilago. Maka viskositas cairan tersebut bertambah
dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh
panas, pH, dan proses fermentasi bakteri .
38. 37
a. Termasuk golongan gom :
Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus , Tragacanth , Algin
b. Golongan bukan gom :
Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.
2. Bahan pensuspensi sintesis
a. Derivat Selulosa
b. Golongan organ polimer
Metode pembuatan suspensi :
1. Metode Dispersi
Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan.
2. Metode Precipitasi
Zat yang akan didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak
dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencerkan dengan larutan
pensuspensi dalam air. Akan terjadi endapan halus dan tersuspensi dengan bahan
pensuspensi.
Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi :
a. Ukuran partikel
Kecepatan pengendapan sediaan suspensi salah satunya dipengaruhi oleh gaya
gravitasi bumi. Semakin kecil ukuran partikel pada sediaan suspensi maka sediaan
suspensi tersebut akan lebih stabil dan tidak mudah mengendap. Sebaliknya semakin
besar ukuran partikel pada sediaan suspensi maka sediaan suspensi tersebut akan lebih
mudah mengendap.
b. Kekentalan (viskositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan
tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan
aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
39. 38
terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan
turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
c. Jumlah partikel (konsentrasi)
Apabila didalam suatu cairan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakkan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar terjadinya
endapan partikel dalam waktu yang singkat.
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Mengobati jerawat.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Efek samping
Tidak ditemukan adanya efek samping obat.
d. Dosis & Cara Penggunaan
Oleskan pada jerawat 3 kali sehari
e. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
f. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
g. pH
pH antara 4 – 6
h. Bobot Jenis
Bobot jenisnya sekitar 1,3 g/mL
40. 39
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
1. Sulfur Praecipatum
Nama lain : Belerang endap
Berat molekul : 32,06
Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, berwarna kuning pucat.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan etanol, sangat mudah larut dalam karbon
disulfida
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Mengobati jerawat, dan sebagai bakterisida
b. Eksipien
1. Mucilago Gummi Arabicum
Mucilago Gummi Arabicum mengandung Gummi Arabicum 40% dan dibuat dengan
menambahkan 1,5 kali air kepada Gom Arab tersebut, kemudian digerus sampai
diperoleh suatu massa yang homogen.
2. Gummi Arabicum/Gom Arab/PGA
Pemerian : Hampir tidak berbau, rasa tawar.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya. Praktis tidak larut dalam ethanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Sebagai suspending agent
3. Asam benzoat
Nama resmi : Acidum benzoicum
Nama lain : Asam benzoat
Rumus molekul : C7H6O2
Berat molekul : 122,12
Pemerian : Hablur halus dan ringan, tidak berwarna, tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Sebagai bahan pengawet
41. 40
4. Aquadest
• Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
• Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan suspensi adalah adalah Sulfur
Praecipatum. Sulfur Praecipatum berkhasiat untuk mengobati jerawat dan sebagai
bakterisida. Sebagai suspending agent akan kita gunakan Gummi Arabicum/PGA. Sebagai
bahan pengawet akan kita tambahkan asam benzoat. Metode pembuatan suspensi yang
akan dilakukan pada percobaan kali ini yaitu metode dispersi dimana serbuk bahan obat
(Sulfur Praecipatum) ditambahkan ke dalam mucilago Gummi Arabicum yang telah
terbentuk kemudian baru diencerkan. Pada metode dispersi ini tidak diperlukan pelarut
organik seperti alkohol, eter, ester, etil asetat, dan keton.
III. FORMULA
R/ Sulfur Praecipatum 4 gr
Asam benzoat 0,1 gr
Mucilago Gummi Arabicum 2 gr
Aquadest ad 60 ml
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & Stamper - Batang pengaduk
- Beaker glass 100 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Piknometer
B. Bahan :
- Lihat pada formula
42. 41
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Timbang Sulfur Praecipatum & asam benzoat sesuai formula
c. Timbang Gummi Arabicum/PGA sebanyak 0,8 gr ( 40% dari 2 gr ).
d. Setelah PGA ditimbang kemudian masukkan dalam mortir, buat mucilago
dengan cara menambahkan aquadest sebanyak 1,2 gr sedikit demi sedikit dan
diaduk hingga homogen.
e. Tambahkan sulfur praecipatum & asam benzoat, aduk sampai homogen.
f. Encerkan dengan cara menambahkan aquadest ad 60 ml
g. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji Kejernihan
3. Uji Ph
4. Uji Bobot Jenis
43. 42
PERCOBAAN VII
PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN GEL
I. TUJUAN :
Dapat membuat dan mengevaluasi bentuk sediaan gel sesuai dengan formula.
II. DASAR TEORI
Sediaan gel adalah sediaan semipadat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel
anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Sediaan
gel biasanya terlihat jernih dan tembus cahaya. Bahan yang biasa digunakan untuk membuat
sediaan gel antara lain gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, amylum
manihot, glyserin serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa,
hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis
dengan gugus karboksil yang terionisasi. Sediaan gel dapat dikelompokkan menjadi : lipophilic
gels dan hydrophilic gels. Lipophilic gel (oleogel) merupakan gel dengan basis yang terdiri dari
parafin cair, polletilen atau minyak lemak yang ditambah dengan silica koloid. Sedangkan
hydrophilic gels, basisnya terbuat dari air, gliserin atau propilen glikol yang ditambah dengan
gelling agent seperti amilum, turunan selulosa, carbomer dan magnesium, aluminium silikat.
Kelebihan sediaan gel :
1. Mudah digunakan & memberikan efek dingin di kulit
2. Penampilan sediaan yang menarik (jernih & tembus cahaya)
3. Mudah dicuci dengan air
4. Pelepasan dan penyebaran obat pada kulit sangat baik.
Kekurangan sediaan gel :
1. Untuk jenis hydrophilic gels harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air.
2. Harga sediaan gel relatif lebih mahal dibanding sediaan salep dan cream.
44. 43
Sifat dan karakteristik gel
1. Swelling : gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi
cairan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks
gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna
bila terjadi ikatan silang antara polimer didalam matriks gel yang dapat menyebabkan
kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis : suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi didalam massa gel. Cairan
yang terjerat akan keluar dan berada diatas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel
terjadi tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme
terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis
pada saat terbentuknya gel. Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan
jarak antara matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju
permukaan. Sineresis dapat terjadi pada hydrogel maupun organogel.
3. Efek suhu : mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan
temperatur tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu
tertentu. Polimer seperti MC, HPMC, terlarut hanya pada air dingin yang membentuk
larutan kental. Pada peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena
pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
4. Efek elektrolit : konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel
hidrofilik dimana ion berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang
ada dan koloid digaramkan (melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi
elektrolit kecil akan meningkatkan rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun
diri sesudah pemberian tekanan geser.
5. Elastisitas dan rigiditas : sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan
nitroselulosa, selama transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan
elastisitas dengan peningkatan konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten
terhadap perubahan atau deformasi dan mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat
bermacam-macam tergantung dari komponen pembentuk gel.
45. 44
ANALISA FARMAKOLOGI
a. Indikasi
Untuk mengobati jerawat.
b. Kontra indikasi
Pasien yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
c. Mekanisme Kerja
Clindamycin adalah obat golongan antibiotik makrolide. Mekanisme kerja Clindamycin
dalam menghambat sintesis protein bakteri yaitu dengan mengikat subunit ribosom 50S
dari bakteri. Secara khusus, ia mengikat terutama ke subunit RNA 23s. Clindamycin
topikal mengurangi konsentrasi asam lemak bebas pada kulit dan menekan pertumbuhan
Propionibacterium acnes (Corynebacterium acnes), bakteri anaerob yang ditemukan pada
kelenjar dan folikel sebaceous dan sering menyebabkan jerawat.
d. Efek samping
Dapat menyebabkan iritasi dan dermatitis
e. Dosis & Cara Penggunaan
Oleskan pada jerawat 3 kali sehari
f. Interaksi Obat
Tidak ditemukan adanya interaksi obat.
g. Rute pemberian
Diberikan secara topikal.
h. pH
pH antara 5– 6
46. 45
PREFORMULASI
a. Zat Aktif
1. Clindamycin ( C18H33ClN2O5S )
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam dimetilformamida P dan dalam
methanol P, larut dalam etanol ( 95 % ) P, praktis tidak larut dalam
aseton P.
Struktur : C18H33ClN2O5S
Khasiat/Indikasi : Mengobati jerawat
b. Eksipien
1. Nipagin (Metil Paraben)
Metil paraben adalah bahan yang mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak
lebih dari 101,0% C8H8O3.
Pemerian : serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, jika didinginkan larutan tetap jernih.
Fungsi : Sebagai zat pengawet.
2. Amylum Manihot
Nama Lain : Pati singkong
Nama Tanaman Asal : Manihot Utilissima (Pohl.)
Keluarga : Euphorbiaceae
Zat Berkhasiat Utama / Isi : Amilosa dan amilopektin
47. 46
Pemerian : Serbuk halus kadang-kadang berupa gumpalan kecil,
warna putih tidak berbau, tidak berasa
Bagian Yang Digunakan : Pati yang diperoleh dari umbi akar
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Fungsi : Sebagai basis gel
3. Glyserin
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa manis, bersifat
higroskopik.
Kelarutan : Dapat campur dengan air, dan dengan etanol (95%), praktis tidak larut
dalam klorofom, dalam eter, dan dalam minyak lemak.
Fungsi : Sebagai basis gel
4. Aquadest
• Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum.
• Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
• Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
• Fungsi : sebagai pelarut.
PENDEKATAN FORMULASI
Bahan zat aktif yang dipilih untuk dibuat sediaan gel adalah Clindamycin.
Clindamycin berkhasiat untuk mengobati jerawat dan juga sebagai bakterisida.
Clindamycin adalah obat golongan antibiotik makrolide. Mekanisme kerja Clindamycin
dalam menghambat sintesis protein bakteri yaitu dengan mengikat subunit ribosom 50S
dari bakteri. Secara khusus, ia mengikat terutama ke sub unit RNA 23s. Clindamycin
topikal mengurangi konsentrasi asam lemak bebas pada kulit dan menekan pertumbuhan
Propionibacterium acnes (Corynebacterium acnes), bakteri anaerob yang ditemukan pada
kelenjar dan folikel sebaceous dan sering menyebabkan jerawat. Dosis lazim clindamycin
untuk sediaan topikal adalah sebesar 1,2%. Pada percobaan kali ini kita akan membuat
sediaan gel tipe hydrophilic gels dimana basis gelnya terbuat dari aquadest, gliserin dan
amylum. Pada pembuatan sediaan gel dengan tipe hydrophilic gels maka harus
48. 47
menggunakan zat aktif yang mudah larut dalam air. Clindamycin memiliki sifat yang
mudah larut dalam air.
III. FORMULA
R/ Clindamycin 120 mg
Nipagin 10 mg
Basis gel 9870 mg
m. f. gel 10 gram
Formula basis gel :
R/ Amylum manihot 493.5 mg
Glyserin 8883 mg
Aquadest 493.5 mg
IV. ALAT DAN BAHAN
A. Alat :
- Mortir & Stamper
- Waterbath
- Kertas pH
- Timbangan analitik
- Cawan Porselen
- Batang pengaduk
- Objek glass
B. Bahan :
- Lihat pada formula
49. 48
V. PROSEDUR KERJA
A. Cara Pembuatan
a. Disiapkan alat dan bahan
b. Timbang bahan sesuai formula
c. Buat basis gel : Masukkan amylum manihot, glyserin dan aquadest ke dalam
cawan porselen. Panaskan di atas waterbath, aduk sampai homogen.
d. Setelah homogen masukkan ke dalam mortir, tambahkan clindamycin dan
nipagin, aduk dan gerus sampai homogen.
e. Lakukan evaluasi
B. Evaluasi Sediaan
1. Organoleptis meliputi :
a. Bentuk :
b. Bau :
c. Warna :
2. Uji pH
a. Kertas pH dimasukkan ke dalam sediaan
b. Ditunggu beberapa saat
c. Diamati kertas pH
d. Dibandingkan indikator pH
e. Diamati warna yang terjadi, tulis hasil pH
3. Uji Homogenitas
a. Oleskan sediaan pada objek glass
b. Amati apakah terdapat partikel yang tidak merata
c. Homogen atau tidak