3. • Anecdotal,
running record,
transkrip
interview dan
percakapan
• Class list log,
developmental
checklist, rating
scales
• Frequency counts
dan time sampling
• fotografi, Rekaman
video/audio, hasil
tulisan, konstruksi,
gambar, media
seni, dll
Work
sample
Kuantitatif
Naratif
Criterion
Referenced
Method
4. 1. Teknik-Teknik Pencatatan :
Behavior Tallying;
Tallying atau perhitungan dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku
yang akan diobservasi harus jelas setiap unitnya dan tidak tumpang tindih
dengan perilaku lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung.
Checklist;
Dalam tabel checklist, observer (peneliti) telah terlebih dahulu
mencantumkan atau menuliskan indikator perilaku yang mungkin
dimunculkan oleh observee/subjek penelitian. Begitu perilaku yang
diobservasi dimunculkan oleh observee, maka observer langsung
memberikan tanda check (v) pada kolom di samping indikator yang
dimunculkan tersebut
Rating Scale
peneliti dapat lebih detail dalam melihat dan menghitung kuantitas/jumlah
perilaku yang dimunculkan yang disertai dengan pilihan jawaban yang
bersifat tingkatan ataupun berupa kontinum yang memiliki tingkatan dari
kedua sisi yang berlawanan.
5. Behavior Tallying
mampu melakukan kuantifikasi atau perhitungan dari perilaku yang diobservasi,
mampu mengubah hasil kuantifikasi menjadi bentuk grafik
Contohnya pemain basket beberapa kali memasukkan bola ke dalam ring basket dalam
waktu satu menit, berapa kali seseorang menghabiskan rokok dalam satu hari
Tallying atau perhitungan dapat dilakukan dengan syarat batasan perilaku yang akan
diobservasi harus jelas setiap unitnya dan tidak tumpang tindih dengan perilaku
lainnya yang menyebabkan sulitnya perilaku dihitung
perilaku memasukkan bola ke dalam ring basket masuk ring dapat dihitung persatuan
unitnya, setiap batang rokok yang dihabiskan dapat dihitung persatuan unitnya
sulitnya memilih perilaku yang saling tumpang tindih dengan perilaku lainya,
caranya dengan menghitung durasi waktunya setiap perilaku itu muncul, dari rentang
waktu observasi dapat dilihat perbandingan dengan membuat grafik perbandingan
antara satu waktu dengan waktu lainnya.
6. Contoh:
Seorang peneliti hendak melakukan observasi perilaku agresi anak hiperaktif
terhadap lingkungannya yang akan diosbervasi dalam waktu lima hari. Unit
perlakuannya adalah “memukul”, “menendang”, “mencoret dinding”. rancangan
observasinya adalah sebagai berikut:
Tanggal : 1-5 agustus 2011
Nama subjek : Andi
Observer : Dedi
Unit perilaku : memukul, menendang, mencoret dinding
Hari Memukul Menendang Mencoret dinding
1 IIIII III IIII II
2 IIIII IIIII II IIIII I IIIII
3 IIIII IIIII IIIII IIIII II lllll
4 Illll Illlll lll Illll lll
5 lll lllll Illll l
Total 38 34 26
7. Lanjutan…..dari tabel sebelumnya dapat dibuat grafik sebagai berikut:
Grafik di atas membandingkan dan menyimpulkan bahwa
perilaku agresi subjek yang paling tinggi adalah pada hari ketiga di mana pada hari ketiga
perilaku menendang dan memukulnya memiliki frekuensi yang cukup tinggi. Analisa
lanjutannya kenapa lebih tinggi subjek merasa cemburu dan iri dengan hadirnya teman
baru yang lebih mendapatkan perhatian dari gurunya, sehingga perhatian guru pada
kepada subjek menjadi berkurang.
Sebaliknya perilaku agresi subjek pada hari kelima lebih rendah karena pada saat itu
banyak temannya yang tidak masuk sekolah, sehingga perhatian guru terhadap subjek
lebih besar.
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingginya perilaku agresi yang
dimunculkan oleh subjek, sangat dipengaruhi dengan perhatian yang didapat subjek dari
gurunya. Semakin banyak perhatian yang didapatkan subjek, maka semakin sedikit
perilaku agresi yang muncul. Semakin sedikit perhatian yang diterima subjek, maka
semakin tinggi perilaku agresi yang muncul.
8. < >
MENU
AKHI
RI
← →
MENU
AKHI
RI
Charting atau grafik merupakan perluasan dari bentuk teknik behavior
tallying, yaitu dari sisi penyajiannya.
Dalam bentuk ini, diharapkan mempermudah observer untuk
menginterpretasikan data yang diperoleh menggunakan pencatatan
behavior tallying sebelumnya, sehingga terlihat datanya secara jelas
Charting
9
7
8
11
1 2 3 4
Perilaku Berteriak Y
Series2
9. BEHAVIORAL CHECLIST
Model dalam observasi yang mampu memberikan keterangan mengenai muncul
atau tidaknya perilaku yang diobservasi dengan memberikan tanda check (v) jika
perilaku yang diobservasi muncul.
Dalam tabel checklist, observer (peneliti) telah terlebih dahulu mencantumkan
atau menuliskan indikator perilaku yang mungkin dimunculkan oleh
observee/subjek penelitian.
Begitu perilaku yang diobservasi dimunculkan oleh observee, maka observer
langsung memberikan tanda check (v) pada kolom di samping indikator yang
dimunculkan tersebut
Indikator perilaku diturunkan peneliti dari dimensi variabel yang telah dipilah
dan ditentukan sebelumnya. Jika variabel tersebut sudah jelas batasannya (sudah
memiliki definisi operasional yang jelas), maka dapat diturunkan menjadi bentuk
indikator perilaku. Prinsip pembuatannya mirip dengan membuat butir item
dalam penelitian kuantitatif
10. Anak yang mengalami attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) dalam kelas
(Herdiyansyah (2020):
Observee/subjek :
Observer/peneliti :
Tanggal observasi :
Petunjuk : berikanlah tanda check (v) pada kolom yang tersedia jika perilaku yang
tercantum dalam kolom indikator perilaku, dimunculkan oleh observee/subjek.
No Dimensi variabel Indikator perilaku Check (v)
1 Directive aggression,
merupakan perilaku agresi
yang dilakukan secara
langsung kepada objek
agresi ketika objek
tersebut berada dalam
jangkauan, dan dilakukan
dengan tujuan untuk
menyakiti atau merusak
objek tersebut
Memukul anak lain dengan tangan kosong v
Memukul anak lain dengan menggunakan alat v
Mencubit anak lain v
Memaki dan meledek anak lain ---
Merusak buku dan alat tulis anak lain v
Memukul mukul papan tulis ---
Mencoret-coret dinding kelas v
Berbicara dengan nada keras kepada guru
Membanting pintu keras
v
Menarik pakaian anak lain ---
-----------
11. Penggunaan model behavioral chcklist cenderung mudah dilakukan, yaitu peneliti hanya
tinggal mencantumkan tanda check setiap perilaku yang diharapkan muncul.
Peneliti telah merumuskan indikator perilaku yang kemungkinan akan muncul ketika
observasi dilakukan. Definisi operasional yang jelas dari dimensi variabel akan memudahkan
peneliti dalam menuliskan indikator perislaku yang muncul.
Semakin jelas definisi operasional dimensi variabel, maka akan semakin mempermudah
dalam membuat indikator perilaku.
Sebaliknya semakin sulit definisi operasional dari dimensi variabel, maka akan semakin sulit
dalam membuat indikator perilaku.
Jika tidak muncul perilaku yang telah dibuat dalam indikator perilaku saat observasi, cukup
memberi tanda ( --- ) pada kolom check
Bahkan seringkali muncul perilaku-perilaku yang tidak tercantum dalam indikator perilaku
yang telah di susun, tetapi perilaku tersebut terjadi, yang perlu dilakukan peneliti tetap
mencatat perilaku tersebut pada baris yang kosong yang disiapkan pada kolom perilaku
12. Rating Scale
Model observasi yang pada intinya hampir sama dengan model
sebelumnya, yaitu mencatat perilaku sasaran yang dimunculkan oleh
subjek/observee
Perbedaan terletak pada kebutuhan untuk mengetahui kuantitas dan
kualitas dari perilaku yang diteliti
Pada rating scale, peneliti dapat lebih detail dalam melihat dan menghitung
kuantitas/jumlah perilaku yang dimunculkan yang disertai dengan pilihan
jawaban yang bersifat tingkatan ataupun berupa kontinum yang memiliki
tingkatan dari kedua sisi yang berlawanan
Jika dalam skala kuantitatif, rating scale lebih skala likert di mana item
pernyataan dilihat kuantitasnya dengan pilihan jawaban yang bersifat
kontinum
13. Chartwright & Cartwright (dalam Hendriyansyah., 2020) menyatakan
bahwa rating scale dapat digunakan dalam situasi ketika performa
yang diobservasi memiliki aspek atau komponen yang berbeda dan
setiap aspek atau komponen tersebut akan dinilai ke dalam suatu skala
atau dimensi yang berasal dari dua sisi yang berlawanan
Rating scale disebut juga dengan checklist dengan bentuk yang
berbeda, perilaku yang akan diobservasi sudah di susun dan
kemungkinan atau pilihan jawaban telah disediakan untuk
mengindikasikan derajat tertentu dari perilaku yang dimunculkan.
Peneliti jika ingin menggunakan observasi dengan rating scale,
menentukan perilaku yang hendak diobservasi, menyusun perilaku
tersebut menjadi bentuk item-item pernyataan, kemudian
dicantumkan pilihan jawaban berupa kontinum.
14. Contoh kasus perilaku hidup bersih dan sehat siswa di sekolah SMu “X”
Tanggal : 3 september 2011
Nama : Rudi ( siswa kelas 2)
Observer : Sisi setiawati
Deskripsi aktivitas : perubahan perilaku SMU “X” setelah mengikuti seminar
dengan tema perilaku hidup sehat tanpa asap rokok
Petunjuk : lingkari salahs atu pilihan jawaban dari empat pilihan
keterangan yang tersedia pada bagian sebelah kanan (T = tidak pernah, K =
kadang-kadang, S = selalu, X = tidak terobservasi) sesuai dengan perilaku yang
dimunculkan (Herdiyansyah, 2020)
No Item Keterangan
1 Subjek terlihat membuang puntung rokok pada tempat
yang teslah disediakan
T K S X
2 Subjek menegur temannya yang sedang merokok
3 Subjek menjauhi orang lain yang sedang merokok
4 Subjek menutup hidung ketika berada di samping orang
yang sedang merokok
5 Subjek memungut sampah bungkus rokok dan
membuangnya
16. Model rating scale
lebih sesuai jika
subjek yang
diobservasi adalah
individual atau
beberapa orang
dalam jumlah kecil
(1-3 orang saja)
karena model ini
mirip dengan
behavioral
checklist.
Tidak disarankan
untuk subjek besar
dengan alasan
observer dituntut
untuk fokus, sehingga
akan terlihat sulit jika
satu observer
mengawasi subjek
dalam jumlah banyak
18. Teknik Narrative
Merupakan salah satu teknik pencatatan observasi yang dapat membantu observer
dalam mendeskripsikan perilaku alami subyek.
Teknik pencatatan naratif dapat dilakukan dengan dua cara pencatatan, yaitu
berdasarkan anecdotal recording dan running recording.
Anecdotal recording merupakan sebuah pencatatan yang tidak membutuhkan
kerangka waktu, pengkodean dan pengkategorian tertentu serta mencakup apapun
yang relevan bagi observer.
Running recorning merupakan pencatatan data dimana observer mencatat ketika
fokus perilaku yang dikehendaki muncul. Adapun beberapa deskripsi perilaku,
yaitu global description, semi global descripstion, dan narrow description.
Global description, merupakan pendeskripsian data observasi perilaku secara umum.
Semi global description, merupakan pendeskripsian data observasi yang lebih
terperinci dari sebelumnya namun tidak sedetail narrow description.
Narrow description, merupakan pendeskripsian data observasi yang sangat detail,
lebih detail dari global dan semi global deskripsi, dimana data yang diperoleh
mencakup bagaimana perilaku itu terjadi.
19. Naratif observasi dapat
digunakan dalam
berbagai macam setting
dan periode waktu
agar dapat mendapat
gambaran yang lebih
detail dan terperinci
terhadap fokus perilaku
yang ingin diobservasi.
Hasil dari observasi
tersebut digunakan
dalam penyelidikan
yang lebih spesifik
20. Contoh Narative
Jehan mendekati tiga orang anak yang sedang berkelompok yang
sedang mengerjakan matematika. Dia mendekatinya tetapi tidak
berbicara sepatah katapun (dia kelihatan tidak nyaman). Dia mulai
mengatakan sesuatu. Kemudian melihat ke bawah (kelihatannya
dia tidak mengerti apa yang harus dilakukan). Dia kembali
ketempatnya. Salah satu dari ketiga anak tersebut melihat kepada
jehan, dan melambaikan tangannya ke Jehan sambil berkata “Jehan
kamu mau gabung?”Jehan tersenyum, menggelengkan kepala dan
duduk ditempat sendiri (kelihatannya Jehan kecewa)
21. Terdapat beberapa setting situasi yang dapat digunakan pada
pencatatan naratif utamanya dalam observasi anak dan pendidikan,
antara lain
Observasi keterampilan sosial dan komunikasi anak
Observasi sebuah keluarga, dimana pencatatan naratif ini dapat
membantu observer untuk mengevaluasi interaksi antar
keluarga, gaya komunikasi, seperti “apa yang didiskusikan dan
bagaimana didiskusikan”.
Observasi guru, dimana observasi dapat dilakukan ketika
observer berkunjung ke kelas, hendaknya mengobservasi
metode dan gaya yang digunakan guru dalam mengajar serta
management kelas.
Observasi anak dalam interaksi informal.
22. Mendesain pencatatan naratif
Dalam mendesain pencatatan naratif terdapat beberapa
hal yang perlu diperlukan, antara lain
(a). jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
mengobservasi subyek.
(b). lama waktu yang digunakan pada setiap periode
observasi,
(c). periode waktu yang hendak dimaksimalkan
dalam observasi,
(d). tipe pencatatan naratif yang akan digunakan,
(e). target perilaku yang akan diobservasi, dan
(f). metode dalam pencatatan data.
23. Lanjutan….
Usia subyek,
setting, dan
alasan yang digunakan untuk asesmen akan
mempengaruhi jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
mengobservasi subyek,
lama periode waktu observasi, dan
kapan kita harus melakukan observasi tersebut.
Pada umumnya, waktu yang dibutuhkan untuk
mengobservasi dapat dilakukan selama 10-30 menit
bahkan lebih dari itu.
apabila memungkinkan, dapat melakukan observasi lebih
dari satu kali dan pada waktu yang berbeda di lain hari,
serta melakukan diskusi dengan refferal source (sumber
yang menjai acuan) mengenai kapan dan dimana target
perilaku paling sering muncul.
24. Langkah-langkah observasi naratif:
1. identifikasi individu yang diobservasi dan orang lain yang hadir
2. catat setting tempat kejadian catatan dilakukan dan waktu
pelaksanaan
3. Gambarkan dan pertimbangkan tingkah laku dan orang lain serta
faktor yang mempengaruhi perilaku
4. catat perilaku verbal dan nonverbal
5. catat perilaku sesegera mungkin setelah observasi dilakukan
6. catat atau verbalisasi yang disampaikan seakurat mungkin siapa
pembicaranya
7. catat urutan kejadian sehingga rincian perilaku t tergambar secara
jelas
8. berusaha objektif akurat dan lengkap dalam mencatat
9. Gunakan bahasa baku dan jelas
10. utamakan gambaran Apa Adanya dari pada interpretasinya
11. catat reaksi orang lain terhadap tingkah laku individu yang diatur
12. kata kesan awal dari individu yang maupun orang lain di sekitarnya
13. Waspada pada kehadiran observer yang bisa mempengaruhi
perilaku
25. Teknik Anecdotal Record
Anecdotal record merupakan salah satu model dalam observasi, di mana ketika
peneliti melakukan observasi, ia hanya membawa kertas kosong saja untuk
mencatat perilaku yang khas, unik dan penting yang dilakukan subjek penelitian.
Biasanya perilaku yang dicatat dengan metode anecdotal record merupakan
perilaku yang memiliki keunikan tersendiri serta hanya muncul sesekali saja.
Keunikan perilaku menjadi dasar dalam penggunaan model ini.
jika perilaku yang diobservasi merupakan perilaku yang akan sering muncul,
sebaiknya tidak menggunakan model ini
Dalam metode anecdotal record, observer mencatat dengan teliti dan merekam
perilaku-perilaku yang dianggap penting dan bermakna sesegera mungkin setelah
perilaku tersebut muncul.
Catatan tersebut harus sedetail dan selengkap mungkin sesuai dengan kejadian
yang sebenarnya tanpa mengubah kronologisnya.
26. Lanjutan…
Dalam metode anecdotal record, peneliti dapat
menafsirkan makna dari perilaku yang muncul menurut
pendapat dan sudut pandang peneliti
sepanjang penafsiran dan makna menurut peneliti
berfungsi sebagai pendukung dari makna yang
sebenarnya.
Keterlibatan sudut pandang dan pemahaman peneliti
dalam menafsirkan arti dibalik perilaku dengan
menggunakan model ini sangat penting.
Sehingga meskipun terlihat sederhana dalam
penggunaannya, metode ini membutuhkan keahlian
tersendiri dalam menafsirkan perilaku unik yang muncul.
28. Tipe Evaluasi
Tipe ini diesuaikan dengan namanya, evaluasi artinya hasil akhir dari suatu
perilaku yang muncul.
Biasanya hasil akhir bersifat dikotomi atau menempatkan dua kutub yang
berlawanan.
Misalnya; baik/buruk, pantas/tidak pantas, diterima/tidak diterima,
jujur/tidak jujur, sehat/sakit, rajin/malas, dll.
Perilaku yang dimunculkan oleh subjek penelitian, akan diinterpretasikan
oleh peneliti dalam bentuk evaluasi. Contoh: Luna seorang siswa SMU
teladan, ingin diobservasi motivasi sekolahnya dengan melihat perilaku
waktu kedatangannya di sekolah.
Peneliti menggunakan bantuan dari satpam penjaga pintu sekolah untuk
mencatat waktu kedatangan Luna di sekolah setiap harinya. Selama
seminggu satpam mencatat kedatangan Luna di sekolah, setelah seminggu
melakukan observasi, waktu tersebut dirata-rata (mean), dan diperoleh
penurunan waktu kedatangan dari hari pertama hingga akhir minggu. Hasil
evaluasinya didapatkan bahwa Luna memiliki motivasi sekolah yang rendah.
29. Tipe Interpretatif
Pada tipe interpretatif, peneliti melakukan interpretasi suatu
perilaku berdasarkan kecendrungan-kecendrungan atau
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dijadikan suatu alasan
atau sebab akibat yang cukup kuat.
Contoh, annisa adalah seorang remaja yang baik hati dan taat
ibadah. Dalam dua hari ini, terlihat sangat emosional, mudah
marah, mudah tersinggung kepada adiknya, walaupun adiknya
hanya melakukan kesalahan kecil saja, tetap kesalahan Annisa
terlalu berlebihan.
Annisa dalam terlihat tidak melakukan ibadah sholat, sedangkan
biasanya ia sangat rajin dan selalu tepat waktu dalam melakukan
ibadah shalat.
Dari kecendrungan dan kemungkinan yang ada, cukup kuat
untuk dilakukan interpretasi terhadap perilaku Annisa sedang
mengalami menstruasi.
30. Tipe Deskripsi Umum
Tipe deksirpsi umum berisi tentang catatan perilaku subjek beserta
situasinya dalam bentuk pernyataan umum.
Contoh ketika sedang ujian akhir semester, Bobby terlihat
kebingungan dan sering kali menengok ke samping kiri dan kanan.
Ia terlihat gelisah dan tampak kesulitan dalam menjawab soal ujian.
Sesekali tangannya melirik ke arah pengawas sebelum ia menengok
ke kanan dan kirinya di mana temannya yang duduk di sampingnya
sedang sibuk mengerjakan ujian,
matanya melirik tajam ke arah lembar soal jawaban yang sedang
dikerjakan temannya.
Setelah melirik kemudian dia mencatat sesuatu pada lembar
jawaban miliknya.
Temannya yang tidak mengetahui apa yang Bobby lakukan, tetap
sibuk mengerjakan ujiannya. Perliku Bobby berulang kali hingga ia
selesai mengerjakan ujian
31. Tipe Deskripsi Khusus
Hampir sama dengan tipe deskripsi umum, tetapi lebih bersifat
khusus dan lebih detail, yaitu berisi tentang catatan perilaku
subjek beserta situasinya dalam bentuk pernyataan khusus.
Contoh,ketika sedang ujian akhir semester, pada mata kuliah
statistika, Bobby yang duduk di bangku belakang terlihat
kebingungan dan tampak kesulitasn dalam menjawab soal ujian.
Ia terlihat gelisah, dan seringkali menengok ke samping kiri dan
kanan ketika ada kesempatan. Suatu saat ketika pengawas ujian
lengah, tiba-tiba ia mengeluarkan slembar kertas berisi tulisan di
bawah mejanya, yang kemudian diselipkan di sela-sela lembar
soal ujian.
Bobby terlihat lebih tenang dan tidak menengok ke samping
kanan dna kirinya, tetapi pandangannya lebih sering melihat ke
pengawas sujian untuk memastikan apakah dirinya sedang
diperhatikan atau tidak.
32. Salah satau unsur subjektif dapat terjadi disebabkan keterlibatan
sudut pandang peneliti dalam menafsirkan dan menerjemahkan
latar belakang perilaku yang muncul.
Subjektivitas ini dapat diminmalisir dengan cara:
1) pertama dengan melakukan beberapa kali observasi sehingga
dapat ditemukan sebuah pola perilaku tertentu dan benang
merah dari perilaku yang muncul.
2)dengan menggabungkan penggunaan model anecdotal record
dengan model lainnya seperti behaviorla checlist, ratting scale,
dan lain lain.
Penggunaan dua model observasi ini dimaksudkan untuk saling
menutupi kelemahan dari masing-masing model.
Diperlukan saran expert bagi peneliti pemula untuk
memprediksi dan menafsirkan makna perilaku yang muncul,
atau di bawah bimbingan atau pengawasan ahli atau yang sudah
pernah melakukan observasi dengan model ini.
33. Contoh format model anecdotal record:
No Dimensi
variabel
Perilaku Interpretasi
1 Isyarat
nonverbal
dalam
komunikasi
interpersonal
Ketika subjek berbicara dengan lawan jenis:
Suaranya terdengar bergetar
Matanya tidak memandang mata lawan
bicara
Beberapa kali melakukan gerakan
tidak terkoordinasi seperti menggaruk
kepala
Badan tidak berdiri menghadap lawan
bicara
Subjek senyum malu
Berdasarkan beberapa perilaku yang muncul
terkait dengan isyarat nonverbal dapat ditarik
kesimpulan bahwa subjek kurang memiliki
keberanian di dalam berbicara dengan lawan
jenis. Subjek terkesan tidak nyaman dan
merasa minder ketika harus berbicara dengan
lawan jenis, hal ini mengindikasikan bahwa
subjek merasa tidak percaya diri untuk
berbicara dengan lawan jenis
2 Bahasa verbal
dalam
komunikasi
interpersonal
Berbicara terbata-bata
Pembicaraan hanya singkat dan
terlihat ingin komunikasi lebih lama
dengan lawan bicara
Tema pembicaraan hanya bersifat basa
basi
Bahasa verbal yang diucapkan oleh subjek
mengindikasikan bahwa subjek tidak mampu
berbicara dengan santai dan nyaman. Terdapat
hambatan verbal dalam berkomunikasi dengan
lawan jenis
3 Penguasaan diri
dalam
berkomunikasi
Subjek terlihat tidak antusiasi ketika
diajak berbicara
Subjek tidak mendekati lawan bicara
Senyum subjek terlihat seperti
dipaksakan
Kemampuan menguasai diri subjek sangat
rendah dan tidak tertarik untuk membicarakan
hal yang lebih dalam. Adanya hambatan
psikologis yang muncul yang menghambat
penguasaan diri subjek ketika berbicara
dengan lawan jenis
34. Teknik diary description
Pada studi kasus, teknik ini digunakan untuk menyelidiki anak-anak
atau kasus yang spesial, pada studi ethologis berupa penelitian pada
binatang yang tidak dapat berbicara, yang hasilnya dapat diterapkan
pada manusia. Langkah-langkah:
(1) Tentukan target perilaku yang akan diamati (dapat perilaku
umum atau aspek khusus, misalnya perilaku terkait dengan
merokok).
(2) Tentukan subjek pengamatan dan panjang pengamatan.
(3) Siapkan jurnal atau pencatatan harian.
(4) Format pencatatan hasil pengamatan : Tanggal, waktu, setting-
lokasi, objek observasi, umur. Deskripsi anak dan setting observasi
akan dilakukan. Temuan perilaku beserta waktu kejadian dalam
pengamatan (harian) dapat dilengkapi dengan kolom catatan2
khusus. Rangkuman temuan selama satu minggu. (
5) Pengolahan hasil pengamatan (generalisasi) Deskripsi ringkasan
aktivitas dan informasi yg relevan utk memahami setting. Deskripsi
objek observasi dan bagaimana perilakunya.
35. Lanjutan…
Susun pernyataan yg tepat utk generalisasi pd
populasi (karakteristik yg sama, umum, dsb)
berdasarkan performansi objek observasi..
Pilih 2 objek lain yang mempunyai umur yg sama dan
catat performansi mereka dgn prosedur yg sama
(deskripsi objek 1, deskripsi objek 2).
Identifikasi perbedaan2 yg terjadi pd objek tersebut
pd aktivitas yg sama.
Apa generalisasi yg akan dibuat setelah mengamati
kedua anak tersebut
36. PANDUAN OBSERVASI
Observer : Jehan
Subjek observasi : Dede
Lokasi : 1. rumah subjek di jalan merdeka selatan surabaya
2. Sekolah subjek di jalan perjuangan, Surabaya
3. Panti sosial tempat subjek beraktivitas, di jalan bunga, surabaya
Waktu observasi : Januari - Maret 2012 dengan waktu tiga kali dalam satu
minggu
Model observasi : Behavioral checlist
Variabel observasi : psychological well-being
Dimensi observasi :
1. Hubungan positif dengan ornag lain dilihat bagaimana seseorang
melakukan komunikasi yang positif, memiliki banyak teman
baik, mudah berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya
2. Otonomi dilihat dari bagaimana seseorang melakukan segala hal secara
mandiri dan tidak dibantu oleh orang lain.
3. Penguasaan lingkungan dilihat dari bagaimana seseorang memilih
lingkungan pergaulan yang sesuai dengan dirinya
37. Referensi
Herdiyansyah. H., 2020. Wawancara, observasi, dan
focus Group; sebagai instrumen penggalian Data
Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Pelatihan Assesor Assesment Centers HIMPSI Jaya.
Jakarta, 20-24 September 2021
Salvyana, E., 2013. Teknik Pencatatan dalam
Observasi.