SlideShare a Scribd company logo
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 1
MANAJEMEN PEMBAHARUAN
DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
Bahrur Rosyidi Duraisy
Pembaharuan atau inovasi, seringkali diartikan penemuan dan pula ada yang
mengaitkan dengan modernisasi. Inovasi memang berkait erat dengan penemuan dan
modernisasi. Penggunaan kata perubahan dan inovasi seringkali juga tumpang tindih
(Nicholls,1983:2). Pada dasarnya inovasi adalah ide, produk, kejadian atau metode yang
dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang lain, baik itu hasil
invensi maupun hasil diskoveri (Ibrahim, 1998:1 ; Hanafi:1986:26; Rogers, 1983:11).
Bertolak dari definisi tersebut, maka inovasi pendidikan dan atau pembelajaran adalah
ide, produk, metode, praktek yang dipandang baru oleh seseorang atau sekelompok orang yang
diadakan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dan atau pembelajaran. Pengertian
baru dalam kaitan ini diukur berdasarkan individu atau unit adopsi pengguna inovasi. Oleh
karena itu, sesuatu ide atau barang atau metode dipandang baru bagi sekelompok orang, tetapi
tidak bagi sekelompok yang lain. Penggunaan modul pembelajaran misalnya, merupakan
sebuah inovasi dalam pendidikan di Indonesia, namun bukan bagi pendidikan di negeri asalnya.
Manajemen pembaharuan secara implisit mengacu pada komponen perencanaan,
pengawasan, pengarahan dan perintah. Urwick dalam Nicholls, (1983:1), mengidentifikasi,
manajemen atau pengelolaan dimaksudkan sebagai aktivitas yang berkenaan dengan
perencanaan, pengaturan, pemberian perintah, kordinasi, pengawasan dan penilaian . Berkait
dengan hal tersebut, dalam kajian ini, manajemen atau pengelolaan dikaitkan dengan aktivitas
yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan segala sumber material dan non material untuk
pencapaian tujuan pembaharuan. Dari sudut proses, manajemen pembaharuan berhubungan
dengan kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi dan institusionalisasi pembaharuan
pembelajaran. Uraian berikut berkenaan dengan keempat komponen dasar pengelolaan
pembaharuan dari segi proses tersebut.
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 2
1. PERENCANAAN PEMBAHARUAN
Perencanaan pembaharuan menunutut kepala sekolah untuk melakukan assesmen
situasi dan mengidentifikasi tujuan perubahan. Tanpa perencanaan yang efektif,
kemungkinan keberhasilan pembaharuan diragukan (Rossow, 1990:304).
a. Asesmen Situasi
Kepala sekolah harus mendapatkan informasi secara luas tentang kesiapan guru-
guru untuk melaksanakan pembaharuan. Berkenaan dengan hal itu, ada sejumlah
pertanyaan pemandu yang dapat digunakan, yakni: (1) adakah ketidakpuasan karena
pembaharuan? (2) siapa guru-guru yang tidak puas? (3) Siapkah untuk pembaharuann?
(4) Apakah guru-guru memiliki kesiapan? (5) apakah guru-guru memiliki penghargaan
kepada yang lain yang siap untuk melaksanakan pembaharuan? (6) Dapatkah mereka
dipersiapkan. Kepala sekolah perlu waktu yang memadai untuk mengidentifikasi
masalah, karena kasalahan pemecahannya memiliki resiko terhadap pembaharuan.
b. Identifikasi Tujuan
Neagley dan Evan (1980: 164) mengajukan tujuh proposisi yang perlu dipikirkan
kepala sekolah dalam menyusun perencanaan pembaharuan. Proposisi tersebut ialah:
(1) perencanaan dan inisiasi pembaharuan lebih efektif, apabila tujuan dan kebijakan
organisasi adalah jelas, realistik dan dimengerti, (2) pembaharuan lebih efektif apabila
direncanakan secara hati-hati, memiliki tujuan yang pasti, dan menggunakan metode
pemecahan masalah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) keefektifan pemba-
haruan apabila guru-guru yang terterik dilibatkan dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan, (4) pembaharuan akan berhasil apabila ada dukungan yang sesuai,
sistematis, dan strategi yang menyeluruh, (5) pembahruan akan efektif apabila strategi
yang dipilih sesuai dengan fokus usaha pemabaharuan yang dilakukan, (6) pembaharuan
efektif apabila adanya keserasian dalam proses pembaharuan, usaha-usaha agen
pembaharuan, (7) pembaharuan efektif apabila kelompok yang ada tidak saling
kompetisi.
Mc Coy dalam Rossow, 1990:305,.mengembangkan model PIM (Purpose
Identification Model) dalam mengidentifikasi tujuan. Model PIM tersebut meliputi enam
langkah berikut ini: (1) memiliki steering committe untuk membimbing kegiatan identifikasi
dan membuat rekomendasi, (2) survey semua kelompok populasi untuk melakukan
assesmen terhadap perasaan mereka tentang apa yang akhir-akhir ini dikerjakan dan
apa kebutuhan untuk mengerjakan dimasa depan, (3) menganalisis kerja mereka dan
mengapa mengerjakan dengan cara tersebut, (4) mengkaji saran pengembangan dari
populasi, (5) mengasimilasikan semua masukan dan merevisi proses pelaksanaan
organisasi sekolah, (6) menilai secara periodik keefektifan proses pencapaian tujuan
2. IMPLEMENTASI PEMBAHARUAN
a. Model Pembaharuan
Proses pembaharuan memiliki beberapa model. Rossow (1990:306-309)
mengidentifikasi empat model, yaitu: (1) model interaksi sosial, (2) model pertalian
(linkage), (3) model OD (Organizational Development), (4) RDD (Research Development
and Diffusion)
1) Model Interaksi sosial
Model interaksi sosial berfokus pada penggunaan informasi tentang
kecanggihan pembaharuan agar supaya mempengaruhi perubahan perilaku klein. Ada
empat langkah dalam model ini, (1) pembentukan kesadaran tentang adanya perilaku
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 3
baru, (2) pembangkitan minat terhadap perilaku baru, (3) penilaian, dimana mengarah
untuk memutuskan tentang perilaku baru, dan (4) konfirmasi dari sejawat untuk
mengadopsi atau menolak atas perilaku baru yang dimaksud.
Model ini menyarankan, dalam penyampaian informasi perilaku baru tersebut
dapat dikenalkan melalui kontak pribadi, dan juga selebaran. Kepala sekolah bertindak
sebagai fasilitator melakukan persuasi dengan mengenalkan ide-ide baru. Lipham
(1985), menyarankan, agar model ini dapat berhasil, memerlukan kondisi berikut ini,
(1) adanya dukungan finansial untuk menetapkan sumber-sumber informasi dari luar,
(2) sikap kosmopolitan dari staf, (3) adanya kesempatan untuk mengikuti pertemuan
dan membaca jurnal, (4) adanya kesempatan untuk berdikusi diantara guru, (5)
adanya keinginan guru untuk memperoleh status, pengenalan, pengaruh, (6) adanya
dana untuk pembelian produk, (7) adanya kedekatan dengan sumber-sumber idea
baru.
Berdasarkan uraian di atas, model interaksi sosial memerlukan kemampuan
sosial yang tinggi bagi kepala sekolah. Di samping itu, ketersediaan waktu kepala
sekolah untuk bertemu dan bertatap muka dengan guru sangat diperlukan untuk
mengoperasikan model ini (Rossow, 1990:306-307).
2) Model Pertalian (Linkage Model)
Model pertalian menekankan pada komunikasi antara klien dengan sumber
informasi. Model ini pengoperasiannya melalui perantaraan agen penghubung yang
dalam hal ini dapat dikerjakan oleh kepala sekolah, supervisor, ataupun birokrat di
atasnya yang memiliki kewenangan profesional maupun birokrasi dengan lembaga-
lembaga pendidikan.
Kepala sekolah ataupun agen pembaharuan yang lain, dalam aplikasinya
berperan agar mampu memahami sepenuhnya perubahan perilaku atau inovasi yang
diharapkan. Fungsi utama kepala sekolah ataupun agen pembaharuan yang lain
adalah melayani dan memudahkan keterlibatan guru dalam perubahan dengan
menyediakan ide dan material yang relevan.
Crandall dalam Rossow (1990:307) menyarankan sepuluh peran agen
penghubung yakni (1) penjual produk, (2) penghubung informasi, (3) fasilitator
program, (4) pemermudah proses, (5) provokator pembaharuan, (6) penyusun sumber
pembaharuan, (7) pembantu teknis, (8) peneliti tindakan, (9) pengumpan balik data,
(10) pendidik.
Lipham dalam Rossow (1990:307) mempercayai bahwa model pertalian ini
secara khusus berguna bagi kepala sekolah yang menghubungkan masyarakat
pendidikan dan kunci agen pembaharuan internal untuk sekolah.
3) Model OD (Organizational Development)
Model OD bermula untuk pengembangan pembaharuan di bidang bisnis.
Adopsi model ini di dunia sekolah secara luas dilakukan dalam tahun tahun 1960-an
oleh Schmuck dan asosiasinya (Rossow, 1990: 308).
Konsep OD model bertolak dari konsepsi bahwa sekolah secara kelembagaan
atau kelompok, merupakan sumber perubahan, dan bukanya individual. Dalam pada
itu, Schmuck dalam Rossow, (1990: 308). berpendapat bahwa dinamika kelompok
dan bukannya keterampilan individual yang merupakan sumber masalah dan
penentu kualitas pemecahan.
Strategi model OD yang diusulkan French dan Bell (Rossow, 1990: 308),
menyebutkan ada dua belas jenis pendekatan, (1) diagnosis, (2) team building, (3)
intergroup, (4) survey-feed back, (5) education and training, (6) techn structural or
structural, (7) process consultation, (8) grid organization development, (9) third party
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 4
peacemaking, (10) coaching dan counceling, (11) life and career planning, (12) planing
and goal setting
4) Model RDD (Research Development and Diffusion Model)
Model ini berkenaan dengan proses perubahan melalui tahap-tahap yang
rasional suatu aktivitas dimana inovasi ditemukan kemudian dikembangkan, dihasilkan
dan didesiminasikan ke pengguna. Havelock and Havelock dalam Rossow (1990:308)
mengidentifikasi karakteristik RDD sebagai berikut ini: (1) tahapan rasional suatu
aktivitas dari peneliti untuk mengembangkan dan kemudian mendesiminasikan, (2)
perencanaan dengan skala luas, (3) melibatkan pembagian kerja, peranan dan fungsi
yang jelas, (4) menganggap pengguna bersedia menerima pembaharuan, (5)
melibatkan beaya pengembangan awal yang tinggi.
Owens (1991:214), mengklasifikasikan model RDD ke dalam empat fase
kegiatan. Keempat fase tersebut meliputi fase penelitian, pengembangan, difusi dan
adopsi. Pertama, fase penelitian, kualitas dan validitas penelitian adalah sangat
penting. Pada fase ini merupakan fase dimana ditemukanya pengetahuan baru yang
berupa invensi ataupun diskoveri. Kedua, fase pengembangan esensinya adalah
menerjemahkan hasil penelitian dalam praktek di lapangan. Fase pengembangan
RDD membutuhkan pemikiran yang mencakup disain pemecahan masalah, dan
mempertimbangkan kelayakannya dengan kondisi nyata dalam implementasinya
dilapangan maupun beaya. Fase pengembangan meliputi kegiatan : (1) temuan
pemecahan masalah , (2) pengembangan dan evaluasi, (3) produksi hasil penelitian.
Ketiga, fase difusi yang meliputi kegiatan (1) diseminasi hasil, dan (2) demonstrasi
hasil. Keempat adalah fase adopsi yang meliputi kegiatan (1) uji coba terhadap produk
baru dalam skala terbatas, (2) penginstalasian , proses perbaikan dan penyesuaian
terhadap keadaan kondisi yang ada, (3) institusionalisasi, proses pengintegrasian
inovasi ke dalam sistem.
Lipham dalam Rossow (1990:309) menyarankan delapan syarat dalam
menggunakan model RDD untuk latar sekolah, (1) perlu adanya kerjasama
institusional antara pengembang, distributor dan pemakai, (2) kepemimpinan yang
mendorong dan menstimulasi pemakaiannya, (3) penerimaan hasil penelitian yang
tepat untuk pemecahan masalah yang aktual, (4) adanya kejelasan komunikasi antara
peneliti dengan pemakai, (5) audien yang penuh perhatian atas pesan dan material
dari pengembang, (6) adanya waktu untuk penemuan dan penerapan hasil penelitian,
(7) adanya dana untuk belajar dan pembelian hasil penelitian, (8) dukungan untuk
mengadakan perubahan dari birokrasi.
b. Langkah-Langkah Pembaharuan
Pembaharuan merupakan suatu proses. Proses pembaharuan tersebut
sebenarnya telah menjadi topik diskusi sejak awal tahun 1970-an. Hage dan Aiken
(Rossow, 1990:309), meyebutkan, bahwa proses perubahan terdiri atas empat langkah,
yaitu: (1) evaluasi, (2) inisiasi, (3) implementasi, dan (4) rutinitas. Sedangkan Lipham
dalam sintesisnya, mengembangkan tujuh langkah proses pembaharuan yakni: (1)
kesadaran, (2) inisiasi, (3) implementasi, (4) rutinisasi, (5) perbaikan, (6) pembaharuan,
(7) evaluasi (Rossow, 1990:310). Sedangkan Rogers (1983: 165), dengan
menyebutkannya sebagai keputusan inovasi, mengidentifikasi tahap-tahap pembaharuan
tersebut meliputi (1) tahap pengenalan di mana seseorang mengetahui adanya inovasi,
(2) tahap persuasi, dimana seseorang membentuk sikap sehubungan adanya inovasi
tersebut, (3) tahap keputusan yang menyebabkan seseorang menolak atau menerima
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 5
inovasi, dan (4) tahap konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat atas keputusan
inovasi yang dibuatnya
Akhirnya Gorton, (1983:294-295) mengembangkan sintesis teori proses perubahan
dengan tujuh langkah berikut ini.
Pertama, tahap asesmen kebutuhan terdiri atas kegiatan: (1) identifikasi kebutuhan
untuk perubahan, (2) mengembangkan atau mengevaluasi dan memilih pendekatan baru.
Kedua, tahap orientasi bagi guru-guru, terdiri atas kegiatan: (1) membangkitkan
kesadaran dan minat guru terhadap pembaharuan, (2) pengkajian terhadap kebaikan dan
keburukan satuan pembaharuan, Menguji dan memperbaiki satuan inovasi, (3) membuat
kesepakatan dengan guru-guru untuk mencari sumber-sumber, mengadakan program
pelatihan dan mengadakan perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan untuk
pembaharuan.
Ketiga, tahap keputusan pengenalan perubahan yang diusulkan, terdiri atas
kegiatan, (1) identifikasi partisipan pengambilan keputusan, (2) memutuskan tentang
proses pengambilan keputusan, (3) memutuskan apakah mengimplementasikan
pembaharuan yang telah diusulkan. Keempat, tahap perencanaan program
implementasi, terdiri atas kegiatan: (1) perencanaan dan pelaksanaan program pelatihan,
(2) penyediaan sumber dan fasilitas yang diperlukan dalam pengenalan pembaharuan,
(3) mengantisipasi dan mencoba memecahkan masalah yang mengganggu pelaksanaan
program pembaharuan. Kelima, tahap implementasi program pembaharuan.
Keenam, tahap penilaian terdiri atas kegiatan, (1) disain dan sistem lembaga yang
menyediakan umpan balik dimana pembaharuan mencapai tujuan, (2) diagnosis
terhadap aspek-aspek implementasi yang masih memerlukan pengembangan.
Ketujuh, tahap modifikasi, perbaikan dan pelembagaan, terdiri atas kegiatan (1)
revisi pembaharuan, jika diperlukan diselenggarakan pula orientasi tambahan, pelatihan,
sumber-sumber, fasilitas, (2) pelembagaan inovasi sehingga inovasi menjadi bagian
perilaku yang permanen dalam pembelajaran yang dilaksanakan guru.
c. Faktor-Faktor Penentu Pembaharuan
Aktualisasi pembaharuan keberhasilannya mempersyaratkan kondisi tertentu.
Nicholls dalam studinya di United Kingdom terhadap sekolah komprehensive,
berkesimpulan bahwa kondisi untuk mencapai keberhasilan implementasi pembaharuan
meliputi: (1) guru dan staf memahami pembaharuan secara jelas, (2) guru-guru perlu
memiliki pengetahuan untuk merencanakan, keterampilan dan kemampuan untuk
mengembangkan dan melaksanakan pembaharuan, (3) memiliki kriteria untuk menilai
pembaharuan, (4) antisipasi terhadap resistensi, (5) pengetahuan dan atau perhatian
terhadap proses implementasi pembaharuan, (6) saluran komunikasi yang efektif untuk
semua anggota yang terlibat dalam proses implementasi pembaharuan. Penyediaan
kondisi-kondisi tersebut, merupakan tanggung jawab kepala sekolah (Nicholls, 1983: 48).
Gross dalam Nicholls, (1983: 48) menguraikan, bahwa kondisi untuk memudahkan
implementasi pembaharuan adalah: (1) memperjelas pemahaman tentang pembaharuan
yang dimaksud, (2) guru-guru memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan
pembaharuan tersebut, (3) Material dan sumber-sumber yang diperlukan tersedia, (4)
susunan organisasi cocok dengan pembaharuan, (5) personal sekolah bersedia untuk
mencurahkan waktu dan tenaganya untuk keperluan tersebut di atas. Lebih lanjut
dikatakan, persiapan kondisi tersebut di atas, merupakan fungsi manajemen dan hal itu
menjadi tanggung jawab manajemen untuk menciptakan dan memeliharanya
Sergiovanni (1991:258), dengan pandangan sistemnya, menyebutkan bahwa
faktor-faktor penentu keberhasilan pembaharuan adalah interaksi antar unit
pembaharuan. Unit-unit tersebut meliputi: (1) individu (kebutuhan, minat, dan hubungan
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 6
kerja), (2) sekolah (iklim, dan budaya sekolah), (3) alur kerja (workflow) (target
pembaharuan, protokol pembaharuan, material kurikulum dan unit pengajaran), dan (4)
sistem politik kerja (tindakan administrasi, sistem penghargaan, kesesuaian anggaran,
penerimaan oleh kelompok guru, penerimaan oleh sponsor sekolah, komitmen
administrasi, dan penerimaan oleh masyarakat). Rogers (1983: 210-232) menambahkan
pula, bahwa karakteristik program pembaharuan menjadi faktor pula yang menentukan
keberhasilan implementasi pembaharuan. Selanjutnya Rogers (1983: 210-232),
mengidentifikasi lima karakteristik program pembaharuan, meliputi (1) kompatibilitas, (2)
keuntungan relatif, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan (5) observabilitas program.
Sejalan dengan itu, Barnett dalam Hanafi (1985), menyatakan penerimaan ide baru
tidaklah secara kebetulan dan tidak dapat diprediksi, hal itu kadang-kadang terjadi.
Karakter ide baru itu sendiri, merupakan faktor penentu yang penting.
Berdasarkan perian kondisi tersebut, pada dasarnya keberhasilan pembaharuan
ditentukan oleh : (1) perubahan struktural sekolah, (2) perubahan perilaku, modifikasi
sikap dan peranan guru, dan (3) karakteristik program pembaharuan itu sendiri
(Sergiovanni,1991: 256; Gorton, 1976:245; Bafadal,1995:50-56). Bertolak dari ketiga
faktor tersebut, berikut dipaparkan syarat-syarat keberhasilan pembaharuan.
1) Perubahan Latar Pembaharuan
Faktor kedua, yang ikut menentukan keberhasilan implementasi pembaharuan,
adalah kondisi latar pembaharuan. Dalam kaitan tersebut, Nicholls (1983: 62-75)
menyebutkan ada empat latar pembaharuan yakni, (1) latar struktural organisasi sekolah,
(2) iklim sekolah, (3) kesehatan organisasi sekolah, dan (4) komunikasi.
a) Perubahan Latar Struktural Sekolah
Pembaharuan mempersyaratkan perubahan latar struktural sekolah. Termasuk
latar struktural sekolah meliputi, perancangan kembali pola kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan guru dalam pembelajaran, pemodifikasian srtruktur formal sekolah,
perubahan norma, perubahan personal sekolah, pemodifikasian norma sekolah,
pengadaan sumber belajar, dan alat-bantu belajar. Dalam kaitannya untuk
pengimplementasian pola pembelajaran yang berorientasi pada CBSA, perubahan
struktural sekolah yang dimaksud adalah perubahan pola pengorganisasian
pembelajaran siswa, perubahan rincian tugas guru, tersediannya buku panduan guru
untuk pembelajaran, pengadaan sumber belajar dan alat bantu belajar yang baru
seperti tersediannya kit IPA, kit IPS, matematika dll. (Bafadal, 1995:51).
Nicholls (1983:63) menyebutkan bahwa kondisi struktural untuk implementasi
pembaharuan meliputi pula susunan waktu untuk pembelajaran, kondisi ruang
pembelajaran, pola ujian yang diterapkan, pendelegasian tanggungjawab dan
saluran komunikasi. Pembaharuan pembelajaran menuntut perubahan peran guru
dalam pembelajaran (Nicholls, 1983: 65). Implisit didalamnya termasuk perubahan
peran siswa, perubahan pada dimensi program.
Studi yang dilakukan oleh Gross dkk dalam (Nicholls, 1983:63),
merekomendasikan bahwa suatu pembaharuan memerlukan susunan organisasi
yang kompatibel dengan pembaharuan yang dimaksud. Susunan organisasi yang
tidak kompatibel dengan inovasi merupakan penghambat dari implementasi
pembaharuan. Sementara Hamilton dalam Nicholls, 1983:63) menekankan
lingkungan belajar, pengelompokan siswa, struktur organisasi sekolah, pengambilan
keputusan merupakan latar struktural yang berpengaruh dalam implementasi
pembaharuan
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 7
b) Pengembangan Iklim Sekolah
Iklim sekolah berkenaan dengan : sikap siswa terhadap yang lain, hubungan
antar staf dan hubungan antara staf dengan siswa, dan sikap kerja (Nicholls,
1983:65). Halpin dalam Nicholls,(1983:65), menglasifikasikan iklim sekolah dari
yang terbuka ke yang tertutup dalan enam kelompok, yakni (1) terbuka, (2) otonom,
(3) terkontrol, (4) kekeluargaan, (5) paternal (kebapakan), (6) tertutup.
Studi di Amerika dengan menggunakan kuesener Halpin hasilnya mem-
perlihatkan bahwa iklim sekolah yang terbuka lebih inovatif. Studi lain yang dilakukan
Hilfiker menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara keinovatifan
dengan keterbukaan iklim organisasi (akses-bilitas, sikap kooperatif, toleran terhadap
perubahan, permisif terhadap diversitas situasi sosial, dan keyakinan terhadap
kemampuan (Nicholls, 1983:67).
c) Pengembangan kesehatan sekolah
Implementasi pembaharuan dapat berhasil manakala kesehatan organisasinya
baik. Mile menglasifikasikan kesehatan sekolah dalam sepuluh dimensi, yani (1)
fokus tujuan yang dapat diterima, dipahami anggota dan dapat dicapai secara tepat,
(2) terdapat komunikasi multi arah yang tepat, (3) terdapat kesamaan kekuasaan
yang optimal, (4) penggunaan sumber utamanya sumber daya manusia memiliki
kontribusi terhadap organisasi, (5) kekohesifan, (6) moral kerja yang tinggi, (7)
keinovatifan, (8) otonom, (9) adaptif, (10) problem solving secara tepat ( Nicholls,
1983:68-69).
Gross dalam studinya menghasilkan kesimpulan bahwa tujuan yang jelas
merupakan kondisi yang diperlukan untuk memahami pembaharuan. Demikian pula,
studi Nicholls, komunikasi yang tepat merupakan prasyaratan pembaharuan.
Problem solving, kohesif dan, kesamaan kekuasaan berkenaan dengan partisipasi
dalam pengambilan keputusan (Nicholls,1983:69).
d) Komunikasi organisasi sekolah
Hasil studi Nicholls menyimpulkan bahwa komunikasi yang tepat merupakan
prasyaratan pembaharuan (Nicholls,1983:69). Dalam kaitan ini, pola komunikasi dan
juga jaringan komunikasi menjadi faktor penting dalam pelaksanaan program
pembaharuan.
Pola komunikasi dalam kajian ini, berkenaan dengan orientasi gaya komunikasi
yang dikembangkan oleh pimpinan organisasi. Pada hakekatnya tentang orientasi
komunikasi, dapat dibedakan dalam dua tipe utama. Tipe komunikasi yang
berorientasi pada tugas, dan tipe komunikasi yang berorientasi pada hubungan
manusiawi (human relationship). Tipe komunikasi yang berorientasi pada tugas, lebih
menekankan pada terselesaikannya tugas. Tipe komunikasi ini, dari segi hubungan
antara pemimpin dengan bawahan bersifat fungsional-formal. Sementara gaya
komunikasi yang berorientasi pada human relationship, lebih menekankan pada
hubungan manusiawi. Interaksi pemimpin dan bawahan lebih fleksibel, dan
kesejawatan, saling menghargai (Soetopo,1990:37).
Gaya komunikasi yang berorientasi pada hubungan manusiawi banyak diakui
signifikansinya bagi efektivitas organisasi, hal ini berarti memiliki signifikansi pula
bagi keberhasilan pembaharuan. Pierre Casse dalam menyusun instrumen untuk
mengetahui gaya komunikasi pimpinan membedakan ciri gaya komunikasi dalam
dua tipe gaya, yakni (1) komunikasi yang mementingkan isi, dan (2) gaya komunikasi
yang mementingkan proses. Selanjutnya membedakan pula kedalam empat orientasi
gaya komunikasi, yakni gaya yang berorientasi pada : tindakan, proses, orang, dan
ide (Sujak,1990:110).
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 8
Proses pembaharuan organisasi, di samping memerlukan pola komunikasi
yang efektif dalam organisasi, juga membutuhkan jaringan komunikasi yang luas.
Utama sekali adalah membuka jaringan komunikasi dengan agen-agen
pembaharuan. Dalam kaitan ini, pimpinan organisasi berperan sebagai penghubung
(Linker) yang berperan untuk membuka jalur komunikasi antara anggota organisasi
dengan agen pembaharuan (Bafadal, 1995).
Pembaharuan organisasi mempersyaratkan pimpinan organisasi yang bertipe
inovator. Pimpinan yang bertipe inovator dari segi perilaku komunikasinya menurut
Rogers (1983: 210-232) memiliki ciri : (1) partisipasi sosialnya tinggi, (2) lebih sering
mengadakan komunikasi dengan orang di luar sistem. (3) sering mengadakan
komunikasi interpersonal dengan anggota sistem, (4) sering melakukan komunikasi
dengan agen pembaharuan, (5) lebih sering bertatap muka dengan media massa, (6)
mencari informasi sebanyak-banyaknya, (7) tinggi tingkat kepemimpinannya, (8)
memiliki norma yang lebih modern.
2) Pengubahan Tingkah laku
Setiap pembaharuan berarti adanya perubahan. Akibat adanya perubahan
tersebut, berimplikasi pada perlunya perubahan pula pada pelaku pembaharuan.
Perubahan pada pelaku perubahan, menyangkut perubahan sikap, keterampilan,
pengetahuan dan peran (Sergiovanni, 1991:256).
Nicholls, (1983: 39) menyebutkan faktor-faktor perubahan perilaku yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pembaharuan, adalah reaksi individu terhadap
pembaharuan. Dalam kaitan ini, Nicholls (1983:39) mempertimbangkan dua hal yakni (1)
inovator dan resister, (2) partisipasi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan
Rogers (1983:248-250), mengategorikan reaksi individu dengan menyebutnya
keinovatifan terhadap pembaharuan, yang dalam kaitan ini mengategorikan ke dalam
lima tipe yang meliputi tipe: (1) inovator, (2) adopter awal (pelopor), (3) pengikut dini, (4)
pengikut akhir (skeptis), dan (5) tradisional. Kategori inovator, merupakan tipe individu
yang ideal dalam penerimaan pembaharuan. Kepribadian inovator menurut Rogers
(1983) memiliki ciri-ciri: (1) memiliki emphati yang tinggi, (2) kurang dogmatis, (3)
kemampuan abstraksi yang tinggi, (4) rasional, (5) inteligen, (6) memiliki sikap terbuka
terhadap perubahan, (7) mau mengambil resiko, (8) tidak mudah menyerah, (9) sikap
terbuka terhadap pengetahuan dan pendidikan, (10) motivasinya tinggi, (11) aspirasinya
tinggi.
Guru menjadi faktor dasar pelaksanaan pembaharuan pembelajaran. Berjalan
tidaknya pembaharuan pembelajaran ada di tangan guru. Oleh karena itu, keberhasilan
pembaharuan tidak saja ditentukan oleh jaringan komunikasi yang ada, tetapi utama
sekali adalah kesediaan guru untuk memerima perubahan (Rich, 1974:79). Kepastian
tentang kesediaan guru itu penting mengingat apa bila dilakukan pembaharuan
fenomena umum yang ada di antara anggota organisasi, termasuk guru, adalah sikap
resisten dan menolak (Rich, 1974:79; Nicholls, 1983:39). Di samping kesediaan guru,
adalah pengetahuan guru, dan keterampilannya.
Kegagalan dalam pengimplementasian suatu pembaharuan, sering disebabkan
oleh karena pengetahuan guru dan keterampilannya kurang memadai (Gorton, 1976:246-
247; Neagley,1980:179-180). Oleh karena itu maka peran kepala sekolah sangat penting
bagi terjadinya perubahan perilaku guru ke arah penguasaan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembaharuan.
Dari paparan tersebut memperlihatkan bahwa guru pemegang peranan kunci bagi
aktualisasi pembaharuan pembelajaran. Di sebutkan bahwa resistensi terhadap
pembaharuan merupakan sikap umum yang terjadi manakala diadakan perubahan
organisasi. Nicholls, (1983:40), menyebutkan bahwa resistensi terhadap perubahan
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 9
dilihat oleh sejumlah penulis merupakan fenomena yang sering tampak dan kuat diantara
anggota organisasi. Selain itu, resistensi merupakan fenomena yang kompleks. Owens
dalam Gorton, (1976: 247) menyatakan bahwa resistensi bukanlah fenomena yang
sederhana. Menanggulangi sikap resisten ini merupakan tugas yang berat bagi kepala
sekolah. Kepala sekolah perlu membuat pertimbangan dengan serius dalam
mendiagnosis sumber penyebabnya
Timbulnya sikap resistensi merupakan campuran antara ketidakpahaman terhadap
pembaharuan dan pengabaian. Di samping itu adalah adanya rasa takut, dan dilihat
sebagai beban yang berat. Gejala yang tampak pada perilaku resister menurut Lippit
dalam Nicholls, (1983: 41) menyatakan bahwa resister tampak mengabaikan perubahan,
merasa tidak cocok, dan senang dengan keadaan yang ada. Sedangkan Gorton,
(1976:245) melihat resistensi terjadi karena pembaharuan dilihat resister akan mengubah
kebiasaan yang ada.
Berkait dengan faktor resistensi tersebut, untuk tercapainya keberhasilan
pembaharuan, kepala sekolah sejak awal sudah harus mengantisipasi dan
memperhitungkannya (Gorton, 1976:68; Nicholls, 1983:42). Gorton, (1983:245)
menjelaskan bahwa usulan pembaharuan ada kemungkinannya untuk di tolak.
Penolakan itu dapat terjadi oleh yayasan, siswa, guru, orang tua, atasan. Beberapa
alasan penolakan yang perlu diwaspadai oleh kepala sekolah adalah berikut ini : (1)
pembaharuan menyebabkan perubahan kebiasaan, (2) perubahan mempengaruhi
stabilitas lembaga, (3) ketidakmampuan sekolah memberi insentif yang diperlukan
berkenaan dengan tambahan beban kerja akibat perubahan, (4) karakteristik program
dianggap kompleks, tidak cocok, tidak aman, (5) adopsi terhadap pembaharuan oleh
guru di pandang sebagai tantangan bagi otonomi profesionalitasnya, sementara
masyarakat melihat bahwa dengan perubahan akan berimplikasi terhadap peningkatan
beaya pendidikan maupun stabilitas kekuasaan dalam hubungannya dengan masyarakat,
(6) penolakan terjadi karena ketidakpahaman terhadap pembaharuan, (7) pembaha-ruan
ditolak karena berbeda dengan opni yang berkembang, (8) pembaharuan ditolak karena
tidak adanya keterampilan untuk menjalankan pembaharuan tersebut.
Pelibatan partisipasi guru dalam pengambilan keputusan inovasi sangat diperlukan
dalam kaitannya dengan implementasi pembaharuan (Nicholls, 1983:61). Pelibatan
partisipasi guru dalam pengambilan keputusan tersebut, dapat mengurangi timbulnya
faktor resistensi (Robbins,1990: 531; Nicholls, 1983: 42). Beberapa penulis seperti
Argyle, 1967; Coch dan French, 1948; Johns, 1973 dalam Nicholls, (1983:42),
menegaskan pula pentingnya partisipasi dalam pengambilan keputusan untuk
menghindari resistensi terhadap pembaharuan
Roobins (1990:531), menyebutkan ada enam taktik yang dapat digunakan kepala
sekolah untuk menghadapi sikap resistensi guru-guru dan atau staf yang lain terhadap
pembaharuan yang diprogramkannya. Ke enam taktik tersebut adalah berikut ini: (1)
pendidikan dan komunikasi, apabila sumber resistensi adalah pengetahuan dan
keterampilan yang kurang serta misinformasi dan kurang komunikasi, (2) partisipasi,
pelibatan menimbulkan rasa ikut memiliki, karena itu merasa ikut bertanggungjawab, (3)
Fasilitasi dan dukungan, hal ini bertolak dari asumsi bahwa resistensi bersumber dari
ketakutan dan kecemasan staf terhadap pembaharuan akibatketerampilannya yang
kurang, (4) negosiasi, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan misalnya
bilamana berhasil dalam pelaksanaan pembaharuan, (5) manipulasi dan kooptasi, dan
(6) pemaksaan.
3) Karakteristik Program Pembaharuan
Rogers (1983: 210-232) menambahkan pula, bahwa karakteristik program
pembaharuan menjadi faktor pula yang menentukan keberhasilan implementasi
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 10
pembaharuan. Barnett dalam Rogers (1983:210-232) menyatakan penerimaan ide baru
tidaklah secara kebetulan dan tidak dapat diprediksi, hal itu kadang-kadang terjadi.
Karakter ide baru itu sendiri, merupakan faktor penentu yang penting. Selanjutnya
Rogers (1983: 210-232), mengidentifikasi lima karakteristik program pembaharuan,
meliputi (1) kompatibilitas, (2) keuntungan relatif, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan (5)
observabilitas program.
3. EVALUASI PEMBAHARUAN
Evaluasi terhadap proses pembaharuan yang dilaksanakan sangat penting. Evaluasi
mempunyai peranan kontrol, oleh karena itu, evaluasi dapat dikenakan pada proses dan
juga pada hasil. Berkenaan dengan hal itu, evaluasi dikenakan pada perencanaan,
implementasi, dan institusionalisasi pembaharuan.
Nicholls (1983:80) mengidentifikasi kerangka penilaian yang mencakup: (1) penilaian
terhadap persiapan, yang meliputi keinginan untuk mengadakan pembaharuan, keberadaan
pembaharuan, latar dan personal, (2) penilaian perencanaan meliputi, penilaian terhadap
proses pengenalan, proses perencanaan, (3) penilaian terhadap implementasi, meliputi,
penilaian terhadap aplikasi program pembaharuan, penilaian terhadap program penilaian itu
sendiri.
4. INSTITUSIONALISASI PEMBAHARUAN
Kepala sekolah berperan penting agar pembaharuan tersebut berlangsung secara
permanen. Artinya pembaharuan tersebut melembaga. Pelembagaan atau institusionalisasi,
menurut Miles dalam Sergiovanni, (1991: 256) berarti bahwa pembaharuan tersebut telah
menjadi bagian dari perilaku pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Untuk itu,
diperlukan susunan srtuktural baru yang cocok dan juga pola perilaku baru dari staf yang di
dukung melalui pemberian kompensasi yang berupa finansial, dan non finansial, termasuk
pemberian penghargaan). Semuanya itu menjadi tantangan kepala sekolah dalam proses
pembaharuan pembelajaran di sekolah.
Rubin dalam Nicholls (1983:36) menyatakan untuk melembagakan pembaharuan
secara efektif mempersyaratkan tiga tahap, (1) analisis awal, (2) pemilihan strategi, dan (3)
Implementasi. Tiap-tiap tahap terdiri atas sejumlah langkah. Tahap analisis awal terdiri atas
langkah-langkah (1) diagnosis kelemahan, (2) analisis faktor-faktor kemungkinan, (3)
membandingkan alternatif-alternatif yang baik, (4) pemilihan alternatif terbaik. Tahap
pemilihan strategi, terdiri atas langkah: (1) macam pembaharuan yang dilembagakan, (2)
siapa yang merencanakan pelembagaan, (3) karakteristik kondisi lingkungan yang
diharapkan. Tahap implementasi, terdiri atas langkah: (1) analisis persyaratan inovasi dalam
pelatihan, material dan pertalian dengan keberadaan sistem, (2) inisiasi tekanan untuk
memotivasi melalui cara yang menyebabkan rasa tidak senang dan menjelaskan
penghargaan, (3) inisiasi strategi untuk mempengaruhi, (4) inisiasi untuk persiapan aktivitas,
(5) pelembagaan inovasi, (6) dukungan transisi dari yang lama ke yang baru, (7)
mempertalikan inovasi dalam sistem yang tetap.
Pelembagaan inovasi model Trump dalam Nicholls, (1983: 37), mengajukan lima
langkah yaitu: (1) secara kopersatif menganalisis alasan untuk praktek yang disajikan, (2)
menemukan apakah menginginkan seseorang berbeda dari yang mereka kerjakan, (3)
membuat keputusan sementara tentang prioritas perubahan yang diusulkan, (4) meren-
canakan invasi secara hati-hati dalam persiapan guru, (5) menentukan waktu dan teknik
untuk mengevaluasi.
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 11
5. PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES PEMBAHARUAN
a. Rasional pentingnya Peran Kepala Sekolah
Keberhasilan dan kegagalan pembaharuan pembelajaran tidak dapat dilepaskan
dari peranan kepala sekolah. Sebagaimana diuraikan dalam latar belakang, kepala
sekolah bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan sekolah (Gorton, 1976:4). Maka
dari itu, keberhasilan dan kegagalan implementasi suatu program pembaharuan
pembelajaran di sekolah, juga menjadi tanggung jawab kepala sekolah (Gorton,
1976:244).
Peranan penting kepala sekolah dalam tercapainya keberhasilan pembaharuan
dikemukakan oleh beberapa penulis. DeRoche, (1985:24), bertolak dari beberapa hasil
penelitian menyimpulkan bahwa (1) kepemimpinan sekolah yang efektif berasal dari
kepala sekolah yang mampu menciptakan perubahan, (2) tanpa keterlibatan guru dan
kepala sekolah secara langsung dan berkesinambungan dalam pembaharuan,
perubahan-perubahan yang signifikan tidak pernah terjadi, (3) kepala sekolah dan guru-
guru, harus mengubah keterampilan, kebiasaan dan sikapnya apabila organisasi sekolah
ingin berubah.
Hoyle dalam Nicholls, (1983: 47), dalam pandangannya juga menyatakan bahwa
kepala sekolah memiliki otoritas untuk mengenalkan pembaharuan di sekolah. Kepala
sekolah mampu melihat sekolah secara keseluruhan, mampu-mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan akan pembaharuan, dan dapat mengontrol sumber daya yang
dimiliki untuk mengimplementasikan pembaharuan. Kepala sekolah tidak saja mampu
memprakarsai pembaharuan, tetapi juga mampu memberikan dukungan yang diperlukan
guru secara individual atau kelompok dalam implementasi pembaharuan. Demikian pula,
Mac Donald dan Rudduck dalam Nicholls, (1983: 47) menyatakan, kepala sekolah
merupakan figur kunci untuk memahami pembaharuan agar supaya dapat membuat
keputusan yang tepat dalam implementasi pembaharuan dan dapat menyiapkan
kemampuan guru untuk implementasi pembaharuan. Beberapa penulis seperti: Hoyles;
Richardson, dalam Nicholls, (1983: 47) mengakui pentingnya dukungan kepala sekolah
tersebut dalam implementasi pembaharuan.
b. Peran kepala sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran
Kepala sekolah adalah pemimpin instruksional , dalam hal ini, peranan kepala
sekolah adalah (1) menstimulasi dan memotivasi staf secara maksimum, (2) bersama
staf mengembangkan sistem obyektif dan realistik tentang pertanggungjawaban untuk
belajar, (3) mengembangkan secara bersama-sama prosedur assesmen yang dapat
dioperasionalkan untuk melaksanakan program belajar guna mengidentifikasi alternatif
perbaikan bidang yang lemah, (4) bekerja sama dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan evaluasi staf, (5) bekerja sama untuk memformulasikan dan
mengimplementasikan rencana untuk mengevaluasi dan melaporkan kemajuan belajar
murid, (6) menyediakan saluran komunikasi sekolah dengan masyarakat, (7) mendorong
studi kurikuler dan inovasi pembelajaran, (8) melengkapi kepemimpinan siswa, (9)
menyediakan pusat sumber belajar profesional dan kelancaran penggunaannya
(Arifin,1999:63).
c. Peran Kepala sekolah sebagai Agen Pembaharuan
Kepala sekolah adalah agen pembaharuan (Gorton,1976: 65). Kepala sekolah
sebagai agen pembaharuan, berperan penting dalam pengembangan pembelajaran.
Tugas pokok dalam pengembangan pembelajaran adalah menilai efektivitas program,
mengkaji, mengembangkan dan mengimplementasikan program-program
pengembangan (Gorton, 1976:215). Sebagai agen pembaharuan, tugas kepala sekolah
dalam pembaharuan adalah (1) mendiagnosis kebutuhan pembaharuan, (2)
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 12
mengembangkan dan menyeleksi pembaharuan, (3) memberikan orientasi kepada guru-
guru, (4) mengantisipasi masalah dan resistensi terhadap perubahan, (5) implementasi
pembaharuan, dan (6) mengevaluasi implementasi pembaharuan dan perbaikan jika
diperlukan, (Gorton, 1976: 68).
d. Peranan Kepala sekolah sebagai Fasilitator Pembaharuan
Kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan bagi perencanaan pembaharuan
(Rossow, 1990: 313). Gaya kepala sekolah sebagai agen pembaharuan dikaji oleh Hall
dan Hord. Kepala sekolah perlu menyadari variasi gaya sebagai fasilitator. Gaya sebagai
fasilitator menurut Hall dan Hord dalam Rossow, 1990:313), meliputi : (1) inisiator, (2)
responder, (3) manager
Gambar : Model Paradigma Manajemen Proses Pembaharuan
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 13
Gambar : Model Manajemen Pembaharuan Pembelajaran
.
BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 14
DAFTAR PUSTAKA
DeRoche, E.F., 1985.How School Administrators Solve Problems, Practical Solution to Common
Problems Based on a nationalwidwe Survey of 2000 School Executives, Englewood
Cliffs,New Jersey: Printice-Hall, Inc.
Evans, Jack M. and Brueckner, Martha M., 1992.Teaching and You, Committing, preparing
and succeeding, Needham Heights, Massachusetts: Allyn and Bacon A Division of
Simon and Schuster, Inc.
Gorton, R.A.,1976. School Administration, Challenge and Opportunity for Leadership. Dubuque,
Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers.
Gorton, R.A., 1983.Scholl Administration And Supervision. 2nd ed, Bubuque,Iowa: Wm, C.
Brown Company Publisher
Lipham, Rankin, Hoeh,1985. The Principalship Concept, competencies, and Case. New-York :
Longman
Neagley, R.L., and Evans, N.D., 1980. Handbook For Effective Supervision of Instructioal, Third
edition, Englewood Cliffs, New Jersey: Printice-Hall,Inc
Nicholls A., 1983. Managing Educational Innovations, London: George Allen & Uwin Ltd.
Rich, J. Martin, 1974. New Direction in Educational Policy, Lincoln, Nebraska: Profesional
Educators Publications, Inc.
Robbins, S.P.,1990. Organizational Behavior, concept, controversies, and application, fourth
edition, New Delhi: Printice-hall of India Private limited.
Rogers, E.M.,1983. Diffusion of Innovations , Third Edition, New York The Free Press, A
Division of Macmillan Publishing Co, Inc.
Rossow, L.F.,1990. The Principalship, Dimensions in Instructional Leadership,Englewood Cliffs,
New Jersey : Printice-Hall, Inc.
Sergiovanni,T.J., 1991. The Principalship a reflective practice perspective, Needham Height,
Massachusetts: Allyn and Bacon.

More Related Content

What's hot

TATA CARA PENYUSUNAN TOR
TATA CARA PENYUSUNAN TORTATA CARA PENYUSUNAN TOR
TATA CARA PENYUSUNAN TORJoko Riswanto
 
Sejarah Manajemen
Sejarah ManajemenSejarah Manajemen
Sejarah Manajemen
Titin Indrawati
 
Analisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam OrganisasiAnalisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam Organisasi
Fahmi Hakam
 
PENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKE
PENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKEPENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKE
PENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKE
Universitas Negeri Gorontalo
 
Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Ikvheynha Awlya
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Wulandari Rima Kumari
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Tri Widodo W. UTOMO
 
Kepemimpinan PPT (Materi PMR)
Kepemimpinan PPT (Materi PMR)Kepemimpinan PPT (Materi PMR)
Kepemimpinan PPT (Materi PMR)Andhika Pratama
 
Budaya Organisasi
Budaya OrganisasiBudaya Organisasi
Budaya Organisasi
iceu novida adinata
 
Skema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Skema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya ManusiaSkema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Skema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
William Perkasa
 
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi RisikoManajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Deady Rizky Yunanto
 
Analisis swot pt. indofood sukses makmur
Analisis swot pt. indofood sukses makmurAnalisis swot pt. indofood sukses makmur
Analisis swot pt. indofood sukses makmur
ana_sari
 
9. teknologi organisasi
9. teknologi organisasi9. teknologi organisasi
9. teknologi organisasi
endahmustika
 
Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)
Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)
Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)
sudarsono mr
 
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODALARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
Roni Saputra
 
Etika Mahasiswa di Lingkungan Kampus
Etika Mahasiswa di Lingkungan KampusEtika Mahasiswa di Lingkungan Kampus
Etika Mahasiswa di Lingkungan Kampus
Anindya Kusumaningrum
 
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerjaPertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
Dhini Anden
 

What's hot (20)

Perencanaan operasional
Perencanaan operasionalPerencanaan operasional
Perencanaan operasional
 
TATA CARA PENYUSUNAN TOR
TATA CARA PENYUSUNAN TORTATA CARA PENYUSUNAN TOR
TATA CARA PENYUSUNAN TOR
 
Sejarah Manajemen
Sejarah ManajemenSejarah Manajemen
Sejarah Manajemen
 
Analisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam OrganisasiAnalisis SWOT dalam Organisasi
Analisis SWOT dalam Organisasi
 
PENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKE
PENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKEPENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKE
PENGORGANISASIAN DENGAN CONTOH KASUS PERUSAHAAN NIKE
 
Teori teori klompok
Teori teori klompokTeori teori klompok
Teori teori klompok
 
Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (Makalah komunikasi dalam organisasi (
Makalah komunikasi dalam organisasi (
 
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
Contoh Review Jurnal Ilmiah (PENGARUH KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN LIN...
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
 
Kepemimpinan PPT (Materi PMR)
Kepemimpinan PPT (Materi PMR)Kepemimpinan PPT (Materi PMR)
Kepemimpinan PPT (Materi PMR)
 
Budaya Organisasi
Budaya OrganisasiBudaya Organisasi
Budaya Organisasi
 
Skema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Skema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya ManusiaSkema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
Skema Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia
 
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi RisikoManajemen Risiko - Identifikasi Risiko
Manajemen Risiko - Identifikasi Risiko
 
Analisis swot pt. indofood sukses makmur
Analisis swot pt. indofood sukses makmurAnalisis swot pt. indofood sukses makmur
Analisis swot pt. indofood sukses makmur
 
9. teknologi organisasi
9. teknologi organisasi9. teknologi organisasi
9. teknologi organisasi
 
Organisasi belajar
Organisasi belajarOrganisasi belajar
Organisasi belajar
 
Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)
Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)
Materi Pertemuan Keempat Teori Organisasi (Dimensi Struktur Organisasi)
 
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODALARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
ARUS KAS DAN BEBERAPA TOPIK LAIN DALAM PENGANGGARAN MODAL
 
Etika Mahasiswa di Lingkungan Kampus
Etika Mahasiswa di Lingkungan KampusEtika Mahasiswa di Lingkungan Kampus
Etika Mahasiswa di Lingkungan Kampus
 
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerjaPertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
Pertemuan ke 4 hubungan dalam organisasi kerja
 

Viewers also liked

5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
teory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoya
teory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoyateory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoya
teory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoyaTransmission Music Group
 
Change Management Beberapa Kerangka Analisis
Change Management Beberapa Kerangka Analisis Change Management Beberapa Kerangka Analisis
Change Management Beberapa Kerangka Analisis
Dadang Solihin
 
Social simulation
Social simulationSocial simulation
Social simulation
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Langkah 11 revising introduction
Langkah 11 revising introductionLangkah 11 revising introduction
Langkah 11 revising introduction
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Sosial inquiry
Sosial inquirySosial inquiry
Sosial inquiry
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Contigency management
Contigency managementContigency management
Contigency management
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Evaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psgEvaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psg
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Retorika dan publik speaking
Retorika dan publik speakingRetorika dan publik speaking
Retorika dan publik speaking
Musdalifah yusuf
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikanKepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Copywriting
CopywritingCopywriting
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)
Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)
Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)DIP IPDN Angkatan 3
 
Memory Principles I & II
Memory Principles I & IIMemory Principles I & II
Memory Principles I & II
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Scientific inquiry
Scientific inquiryScientific inquiry
Scientific inquiry
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Belajar Visual Merchandising
Belajar Visual MerchandisingBelajar Visual Merchandising
Belajar Visual Merchandising
Danu Widiantoro
 
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRIHAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
HAK KEKAYAAN INTELEKTUALHAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 

Viewers also liked (20)

5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi
 
teory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoya
teory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoyateory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoya
teory-teori Pembaharuan Pemerintah Daerah - by Ornes kogoya
 
Change Management Beberapa Kerangka Analisis
Change Management Beberapa Kerangka Analisis Change Management Beberapa Kerangka Analisis
Change Management Beberapa Kerangka Analisis
 
Social simulation
Social simulationSocial simulation
Social simulation
 
Langkah 11 revising introduction
Langkah 11 revising introductionLangkah 11 revising introduction
Langkah 11 revising introduction
 
Sosial inquiry
Sosial inquirySosial inquiry
Sosial inquiry
 
Contigency management
Contigency managementContigency management
Contigency management
 
Evaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psgEvaluasi peogram psg
Evaluasi peogram psg
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Retorika dan publik speaking
Retorika dan publik speakingRetorika dan publik speaking
Retorika dan publik speaking
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Kepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikanKepemimpinan pendidikan
Kepemimpinan pendidikan
 
Copywriting
CopywritingCopywriting
Copywriting
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)
Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)
Pembaharuan manajemen pemerintahan (prof ermaya)
 
Memory Principles I & II
Memory Principles I & IIMemory Principles I & II
Memory Principles I & II
 
Scientific inquiry
Scientific inquiryScientific inquiry
Scientific inquiry
 
Belajar Visual Merchandising
Belajar Visual MerchandisingBelajar Visual Merchandising
Belajar Visual Merchandising
 
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRIHAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
HAK CIPTA & DESAIN INDUSTRI
 
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
HAK KEKAYAAN INTELEKTUALHAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL
 

Similar to Manajemen pembaharuan

Manajemen Program Instruksional dan Evaluasi Pendidikan
Manajemen Program Instruksional dan Evaluasi PendidikanManajemen Program Instruksional dan Evaluasi Pendidikan
Manajemen Program Instruksional dan Evaluasi Pendidikan
Nur Fadli Utomo
 
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikPembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikIrma Fitriani
 
Telaah riris pert 3
Telaah riris pert 3Telaah riris pert 3
Telaah riris pert 3
Riris Tarigan
 
INOVASI_PENDIDIKAN.pptx
INOVASI_PENDIDIKAN.pptxINOVASI_PENDIDIKAN.pptx
INOVASI_PENDIDIKAN.pptx
IPASEKOLAHDASAR
 
Organization development on change management
Organization development on change managementOrganization development on change management
Organization development on change management
Setiono Winardi
 
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUMTEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
Official : Kementerian Pelajaran Malaysia
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumBun Faris
 
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
Desmon Kamaludin Sihaloho
 
Career Development
Career DevelopmentCareer Development
Career Development
AnnisaDewiRengganis
 
Topik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulum
Topik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulumTopik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulum
Topik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulum
wulan anisa
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategi
Arief Marbot
 
Model pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulumModel pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulum
Mitha Ye Es
 
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamPeran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamMuhamad Fatih Rusydi
 
Model pengkur
Model pengkurModel pengkur
Organization Development for human capital
Organization Development for human capitalOrganization Development for human capital
Organization Development for human capitalSetiono Winardi
 
Konsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi PendidikanKonsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi Pendidikan
zoel elektronik
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatanPengertian pendekatan
Pengertian pendekatan
Eka Jayanti M
 
Ppt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-lukyPpt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-luky
Luky Rosida E
 
Ppt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-lukyPpt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-luky
Luky Rosida E
 

Similar to Manajemen pembaharuan (20)

Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Manajemen Program Instruksional dan Evaluasi Pendidikan
Manajemen Program Instruksional dan Evaluasi PendidikanManajemen Program Instruksional dan Evaluasi Pendidikan
Manajemen Program Instruksional dan Evaluasi Pendidikan
 
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta DidikPembangunan, Perubahan Sosial  Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
Pembangunan, Perubahan Sosial Dan Inovasi Pendidikan-Perkembangan Peserta Didik
 
Telaah riris pert 3
Telaah riris pert 3Telaah riris pert 3
Telaah riris pert 3
 
INOVASI_PENDIDIKAN.pptx
INOVASI_PENDIDIKAN.pptxINOVASI_PENDIDIKAN.pptx
INOVASI_PENDIDIKAN.pptx
 
Organization development on change management
Organization development on change managementOrganization development on change management
Organization development on change management
 
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUMTEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
TEORI, MODEL DAN PEMBANGUNAN KURIKULUM
 
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulumPrinsip prinsip pengembangan kurikulum
Prinsip prinsip pengembangan kurikulum
 
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
1811021012 desmon kamaludin_uas_desainpembelajaran
 
Career Development
Career DevelopmentCareer Development
Career Development
 
Topik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulum
Topik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulumTopik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulum
Topik 1. Mulai Dari Diri perancangan pengembangan kurikulum
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategi
 
Model pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulumModel pengembangan kurikulum
Model pengembangan kurikulum
 
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamPeran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
 
Model pengkur
Model pengkurModel pengkur
Model pengkur
 
Organization Development for human capital
Organization Development for human capitalOrganization Development for human capital
Organization Development for human capital
 
Konsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi PendidikanKonsep Dasar Inovasi Pendidikan
Konsep Dasar Inovasi Pendidikan
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatanPengertian pendekatan
Pengertian pendekatan
 
Ppt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-lukyPpt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-luky
 
Ppt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-lukyPpt bu-triana-dan-luky
Ppt bu-triana-dan-luky
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Personal blog
Personal blogPersonal blog
Personal blog
EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 
Personal blog
Personal blogPersonal blog
Personal blog
 

Recently uploaded

UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
AdrianAgoes9
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
UditGheozi2
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
PURWANTOSDNWATES2
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
DEVI390643
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
Dedi Dwitagama
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
denunugraha
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
safitriana935
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
ppgpriyosetiawan43
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
irawan1978
 

Recently uploaded (20)

UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik DosenUNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
UNTUK DOSEN Materi Sosialisasi Pengelolaan Kinerja Akademik Dosen
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak PERMATA BUNDA.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaanPermainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
Permainan Wiwi Wowo aksi nyata berkebhinekaan
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.pptKOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
KOMITMEN MENULIS DI BLOG KBMN PB PGRI.ppt
 
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPS Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SDKisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
Kisi-kisi Soal PAT Matematika Kelas 3 SD
 
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdfPPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
PPT Observasi Praktik Kinerja PMM SD pdf
 
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdfTabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
Tabel 1. 7 Ruang Lingkup Terintegrasi dalam Mata Pelajaran dalam CASEL PSE.pdf
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docxKisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
Kisi-kisi soal pai kelas 7 genap 2024.docx
 

Manajemen pembaharuan

  • 1. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 1 MANAJEMEN PEMBAHARUAN DALAM PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN Bahrur Rosyidi Duraisy Pembaharuan atau inovasi, seringkali diartikan penemuan dan pula ada yang mengaitkan dengan modernisasi. Inovasi memang berkait erat dengan penemuan dan modernisasi. Penggunaan kata perubahan dan inovasi seringkali juga tumpang tindih (Nicholls,1983:2). Pada dasarnya inovasi adalah ide, produk, kejadian atau metode yang dianggap baru bagi seseorang atau sekelompok orang atau unit adopsi yang lain, baik itu hasil invensi maupun hasil diskoveri (Ibrahim, 1998:1 ; Hanafi:1986:26; Rogers, 1983:11). Bertolak dari definisi tersebut, maka inovasi pendidikan dan atau pembelajaran adalah ide, produk, metode, praktek yang dipandang baru oleh seseorang atau sekelompok orang yang diadakan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan dan atau pembelajaran. Pengertian baru dalam kaitan ini diukur berdasarkan individu atau unit adopsi pengguna inovasi. Oleh karena itu, sesuatu ide atau barang atau metode dipandang baru bagi sekelompok orang, tetapi tidak bagi sekelompok yang lain. Penggunaan modul pembelajaran misalnya, merupakan sebuah inovasi dalam pendidikan di Indonesia, namun bukan bagi pendidikan di negeri asalnya. Manajemen pembaharuan secara implisit mengacu pada komponen perencanaan, pengawasan, pengarahan dan perintah. Urwick dalam Nicholls, (1983:1), mengidentifikasi, manajemen atau pengelolaan dimaksudkan sebagai aktivitas yang berkenaan dengan perencanaan, pengaturan, pemberian perintah, kordinasi, pengawasan dan penilaian . Berkait dengan hal tersebut, dalam kajian ini, manajemen atau pengelolaan dikaitkan dengan aktivitas yang berkenaan dengan upaya pendayagunaan segala sumber material dan non material untuk pencapaian tujuan pembaharuan. Dari sudut proses, manajemen pembaharuan berhubungan dengan kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi dan institusionalisasi pembaharuan pembelajaran. Uraian berikut berkenaan dengan keempat komponen dasar pengelolaan pembaharuan dari segi proses tersebut.
  • 2. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 2 1. PERENCANAAN PEMBAHARUAN Perencanaan pembaharuan menunutut kepala sekolah untuk melakukan assesmen situasi dan mengidentifikasi tujuan perubahan. Tanpa perencanaan yang efektif, kemungkinan keberhasilan pembaharuan diragukan (Rossow, 1990:304). a. Asesmen Situasi Kepala sekolah harus mendapatkan informasi secara luas tentang kesiapan guru- guru untuk melaksanakan pembaharuan. Berkenaan dengan hal itu, ada sejumlah pertanyaan pemandu yang dapat digunakan, yakni: (1) adakah ketidakpuasan karena pembaharuan? (2) siapa guru-guru yang tidak puas? (3) Siapkah untuk pembaharuann? (4) Apakah guru-guru memiliki kesiapan? (5) apakah guru-guru memiliki penghargaan kepada yang lain yang siap untuk melaksanakan pembaharuan? (6) Dapatkah mereka dipersiapkan. Kepala sekolah perlu waktu yang memadai untuk mengidentifikasi masalah, karena kasalahan pemecahannya memiliki resiko terhadap pembaharuan. b. Identifikasi Tujuan Neagley dan Evan (1980: 164) mengajukan tujuh proposisi yang perlu dipikirkan kepala sekolah dalam menyusun perencanaan pembaharuan. Proposisi tersebut ialah: (1) perencanaan dan inisiasi pembaharuan lebih efektif, apabila tujuan dan kebijakan organisasi adalah jelas, realistik dan dimengerti, (2) pembaharuan lebih efektif apabila direncanakan secara hati-hati, memiliki tujuan yang pasti, dan menggunakan metode pemecahan masalah untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (3) keefektifan pemba- haruan apabila guru-guru yang terterik dilibatkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, (4) pembaharuan akan berhasil apabila ada dukungan yang sesuai, sistematis, dan strategi yang menyeluruh, (5) pembahruan akan efektif apabila strategi yang dipilih sesuai dengan fokus usaha pemabaharuan yang dilakukan, (6) pembaharuan efektif apabila adanya keserasian dalam proses pembaharuan, usaha-usaha agen pembaharuan, (7) pembaharuan efektif apabila kelompok yang ada tidak saling kompetisi. Mc Coy dalam Rossow, 1990:305,.mengembangkan model PIM (Purpose Identification Model) dalam mengidentifikasi tujuan. Model PIM tersebut meliputi enam langkah berikut ini: (1) memiliki steering committe untuk membimbing kegiatan identifikasi dan membuat rekomendasi, (2) survey semua kelompok populasi untuk melakukan assesmen terhadap perasaan mereka tentang apa yang akhir-akhir ini dikerjakan dan apa kebutuhan untuk mengerjakan dimasa depan, (3) menganalisis kerja mereka dan mengapa mengerjakan dengan cara tersebut, (4) mengkaji saran pengembangan dari populasi, (5) mengasimilasikan semua masukan dan merevisi proses pelaksanaan organisasi sekolah, (6) menilai secara periodik keefektifan proses pencapaian tujuan 2. IMPLEMENTASI PEMBAHARUAN a. Model Pembaharuan Proses pembaharuan memiliki beberapa model. Rossow (1990:306-309) mengidentifikasi empat model, yaitu: (1) model interaksi sosial, (2) model pertalian (linkage), (3) model OD (Organizational Development), (4) RDD (Research Development and Diffusion) 1) Model Interaksi sosial Model interaksi sosial berfokus pada penggunaan informasi tentang kecanggihan pembaharuan agar supaya mempengaruhi perubahan perilaku klein. Ada empat langkah dalam model ini, (1) pembentukan kesadaran tentang adanya perilaku
  • 3. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 3 baru, (2) pembangkitan minat terhadap perilaku baru, (3) penilaian, dimana mengarah untuk memutuskan tentang perilaku baru, dan (4) konfirmasi dari sejawat untuk mengadopsi atau menolak atas perilaku baru yang dimaksud. Model ini menyarankan, dalam penyampaian informasi perilaku baru tersebut dapat dikenalkan melalui kontak pribadi, dan juga selebaran. Kepala sekolah bertindak sebagai fasilitator melakukan persuasi dengan mengenalkan ide-ide baru. Lipham (1985), menyarankan, agar model ini dapat berhasil, memerlukan kondisi berikut ini, (1) adanya dukungan finansial untuk menetapkan sumber-sumber informasi dari luar, (2) sikap kosmopolitan dari staf, (3) adanya kesempatan untuk mengikuti pertemuan dan membaca jurnal, (4) adanya kesempatan untuk berdikusi diantara guru, (5) adanya keinginan guru untuk memperoleh status, pengenalan, pengaruh, (6) adanya dana untuk pembelian produk, (7) adanya kedekatan dengan sumber-sumber idea baru. Berdasarkan uraian di atas, model interaksi sosial memerlukan kemampuan sosial yang tinggi bagi kepala sekolah. Di samping itu, ketersediaan waktu kepala sekolah untuk bertemu dan bertatap muka dengan guru sangat diperlukan untuk mengoperasikan model ini (Rossow, 1990:306-307). 2) Model Pertalian (Linkage Model) Model pertalian menekankan pada komunikasi antara klien dengan sumber informasi. Model ini pengoperasiannya melalui perantaraan agen penghubung yang dalam hal ini dapat dikerjakan oleh kepala sekolah, supervisor, ataupun birokrat di atasnya yang memiliki kewenangan profesional maupun birokrasi dengan lembaga- lembaga pendidikan. Kepala sekolah ataupun agen pembaharuan yang lain, dalam aplikasinya berperan agar mampu memahami sepenuhnya perubahan perilaku atau inovasi yang diharapkan. Fungsi utama kepala sekolah ataupun agen pembaharuan yang lain adalah melayani dan memudahkan keterlibatan guru dalam perubahan dengan menyediakan ide dan material yang relevan. Crandall dalam Rossow (1990:307) menyarankan sepuluh peran agen penghubung yakni (1) penjual produk, (2) penghubung informasi, (3) fasilitator program, (4) pemermudah proses, (5) provokator pembaharuan, (6) penyusun sumber pembaharuan, (7) pembantu teknis, (8) peneliti tindakan, (9) pengumpan balik data, (10) pendidik. Lipham dalam Rossow (1990:307) mempercayai bahwa model pertalian ini secara khusus berguna bagi kepala sekolah yang menghubungkan masyarakat pendidikan dan kunci agen pembaharuan internal untuk sekolah. 3) Model OD (Organizational Development) Model OD bermula untuk pengembangan pembaharuan di bidang bisnis. Adopsi model ini di dunia sekolah secara luas dilakukan dalam tahun tahun 1960-an oleh Schmuck dan asosiasinya (Rossow, 1990: 308). Konsep OD model bertolak dari konsepsi bahwa sekolah secara kelembagaan atau kelompok, merupakan sumber perubahan, dan bukanya individual. Dalam pada itu, Schmuck dalam Rossow, (1990: 308). berpendapat bahwa dinamika kelompok dan bukannya keterampilan individual yang merupakan sumber masalah dan penentu kualitas pemecahan. Strategi model OD yang diusulkan French dan Bell (Rossow, 1990: 308), menyebutkan ada dua belas jenis pendekatan, (1) diagnosis, (2) team building, (3) intergroup, (4) survey-feed back, (5) education and training, (6) techn structural or structural, (7) process consultation, (8) grid organization development, (9) third party
  • 4. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 4 peacemaking, (10) coaching dan counceling, (11) life and career planning, (12) planing and goal setting 4) Model RDD (Research Development and Diffusion Model) Model ini berkenaan dengan proses perubahan melalui tahap-tahap yang rasional suatu aktivitas dimana inovasi ditemukan kemudian dikembangkan, dihasilkan dan didesiminasikan ke pengguna. Havelock and Havelock dalam Rossow (1990:308) mengidentifikasi karakteristik RDD sebagai berikut ini: (1) tahapan rasional suatu aktivitas dari peneliti untuk mengembangkan dan kemudian mendesiminasikan, (2) perencanaan dengan skala luas, (3) melibatkan pembagian kerja, peranan dan fungsi yang jelas, (4) menganggap pengguna bersedia menerima pembaharuan, (5) melibatkan beaya pengembangan awal yang tinggi. Owens (1991:214), mengklasifikasikan model RDD ke dalam empat fase kegiatan. Keempat fase tersebut meliputi fase penelitian, pengembangan, difusi dan adopsi. Pertama, fase penelitian, kualitas dan validitas penelitian adalah sangat penting. Pada fase ini merupakan fase dimana ditemukanya pengetahuan baru yang berupa invensi ataupun diskoveri. Kedua, fase pengembangan esensinya adalah menerjemahkan hasil penelitian dalam praktek di lapangan. Fase pengembangan RDD membutuhkan pemikiran yang mencakup disain pemecahan masalah, dan mempertimbangkan kelayakannya dengan kondisi nyata dalam implementasinya dilapangan maupun beaya. Fase pengembangan meliputi kegiatan : (1) temuan pemecahan masalah , (2) pengembangan dan evaluasi, (3) produksi hasil penelitian. Ketiga, fase difusi yang meliputi kegiatan (1) diseminasi hasil, dan (2) demonstrasi hasil. Keempat adalah fase adopsi yang meliputi kegiatan (1) uji coba terhadap produk baru dalam skala terbatas, (2) penginstalasian , proses perbaikan dan penyesuaian terhadap keadaan kondisi yang ada, (3) institusionalisasi, proses pengintegrasian inovasi ke dalam sistem. Lipham dalam Rossow (1990:309) menyarankan delapan syarat dalam menggunakan model RDD untuk latar sekolah, (1) perlu adanya kerjasama institusional antara pengembang, distributor dan pemakai, (2) kepemimpinan yang mendorong dan menstimulasi pemakaiannya, (3) penerimaan hasil penelitian yang tepat untuk pemecahan masalah yang aktual, (4) adanya kejelasan komunikasi antara peneliti dengan pemakai, (5) audien yang penuh perhatian atas pesan dan material dari pengembang, (6) adanya waktu untuk penemuan dan penerapan hasil penelitian, (7) adanya dana untuk belajar dan pembelian hasil penelitian, (8) dukungan untuk mengadakan perubahan dari birokrasi. b. Langkah-Langkah Pembaharuan Pembaharuan merupakan suatu proses. Proses pembaharuan tersebut sebenarnya telah menjadi topik diskusi sejak awal tahun 1970-an. Hage dan Aiken (Rossow, 1990:309), meyebutkan, bahwa proses perubahan terdiri atas empat langkah, yaitu: (1) evaluasi, (2) inisiasi, (3) implementasi, dan (4) rutinitas. Sedangkan Lipham dalam sintesisnya, mengembangkan tujuh langkah proses pembaharuan yakni: (1) kesadaran, (2) inisiasi, (3) implementasi, (4) rutinisasi, (5) perbaikan, (6) pembaharuan, (7) evaluasi (Rossow, 1990:310). Sedangkan Rogers (1983: 165), dengan menyebutkannya sebagai keputusan inovasi, mengidentifikasi tahap-tahap pembaharuan tersebut meliputi (1) tahap pengenalan di mana seseorang mengetahui adanya inovasi, (2) tahap persuasi, dimana seseorang membentuk sikap sehubungan adanya inovasi tersebut, (3) tahap keputusan yang menyebabkan seseorang menolak atau menerima
  • 5. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 5 inovasi, dan (4) tahap konfirmasi, dimana seseorang mencari penguat atas keputusan inovasi yang dibuatnya Akhirnya Gorton, (1983:294-295) mengembangkan sintesis teori proses perubahan dengan tujuh langkah berikut ini. Pertama, tahap asesmen kebutuhan terdiri atas kegiatan: (1) identifikasi kebutuhan untuk perubahan, (2) mengembangkan atau mengevaluasi dan memilih pendekatan baru. Kedua, tahap orientasi bagi guru-guru, terdiri atas kegiatan: (1) membangkitkan kesadaran dan minat guru terhadap pembaharuan, (2) pengkajian terhadap kebaikan dan keburukan satuan pembaharuan, Menguji dan memperbaiki satuan inovasi, (3) membuat kesepakatan dengan guru-guru untuk mencari sumber-sumber, mengadakan program pelatihan dan mengadakan perubahan-perubahan sesuai dengan kebutuhan untuk pembaharuan. Ketiga, tahap keputusan pengenalan perubahan yang diusulkan, terdiri atas kegiatan, (1) identifikasi partisipan pengambilan keputusan, (2) memutuskan tentang proses pengambilan keputusan, (3) memutuskan apakah mengimplementasikan pembaharuan yang telah diusulkan. Keempat, tahap perencanaan program implementasi, terdiri atas kegiatan: (1) perencanaan dan pelaksanaan program pelatihan, (2) penyediaan sumber dan fasilitas yang diperlukan dalam pengenalan pembaharuan, (3) mengantisipasi dan mencoba memecahkan masalah yang mengganggu pelaksanaan program pembaharuan. Kelima, tahap implementasi program pembaharuan. Keenam, tahap penilaian terdiri atas kegiatan, (1) disain dan sistem lembaga yang menyediakan umpan balik dimana pembaharuan mencapai tujuan, (2) diagnosis terhadap aspek-aspek implementasi yang masih memerlukan pengembangan. Ketujuh, tahap modifikasi, perbaikan dan pelembagaan, terdiri atas kegiatan (1) revisi pembaharuan, jika diperlukan diselenggarakan pula orientasi tambahan, pelatihan, sumber-sumber, fasilitas, (2) pelembagaan inovasi sehingga inovasi menjadi bagian perilaku yang permanen dalam pembelajaran yang dilaksanakan guru. c. Faktor-Faktor Penentu Pembaharuan Aktualisasi pembaharuan keberhasilannya mempersyaratkan kondisi tertentu. Nicholls dalam studinya di United Kingdom terhadap sekolah komprehensive, berkesimpulan bahwa kondisi untuk mencapai keberhasilan implementasi pembaharuan meliputi: (1) guru dan staf memahami pembaharuan secara jelas, (2) guru-guru perlu memiliki pengetahuan untuk merencanakan, keterampilan dan kemampuan untuk mengembangkan dan melaksanakan pembaharuan, (3) memiliki kriteria untuk menilai pembaharuan, (4) antisipasi terhadap resistensi, (5) pengetahuan dan atau perhatian terhadap proses implementasi pembaharuan, (6) saluran komunikasi yang efektif untuk semua anggota yang terlibat dalam proses implementasi pembaharuan. Penyediaan kondisi-kondisi tersebut, merupakan tanggung jawab kepala sekolah (Nicholls, 1983: 48). Gross dalam Nicholls, (1983: 48) menguraikan, bahwa kondisi untuk memudahkan implementasi pembaharuan adalah: (1) memperjelas pemahaman tentang pembaharuan yang dimaksud, (2) guru-guru memiliki kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembaharuan tersebut, (3) Material dan sumber-sumber yang diperlukan tersedia, (4) susunan organisasi cocok dengan pembaharuan, (5) personal sekolah bersedia untuk mencurahkan waktu dan tenaganya untuk keperluan tersebut di atas. Lebih lanjut dikatakan, persiapan kondisi tersebut di atas, merupakan fungsi manajemen dan hal itu menjadi tanggung jawab manajemen untuk menciptakan dan memeliharanya Sergiovanni (1991:258), dengan pandangan sistemnya, menyebutkan bahwa faktor-faktor penentu keberhasilan pembaharuan adalah interaksi antar unit pembaharuan. Unit-unit tersebut meliputi: (1) individu (kebutuhan, minat, dan hubungan
  • 6. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 6 kerja), (2) sekolah (iklim, dan budaya sekolah), (3) alur kerja (workflow) (target pembaharuan, protokol pembaharuan, material kurikulum dan unit pengajaran), dan (4) sistem politik kerja (tindakan administrasi, sistem penghargaan, kesesuaian anggaran, penerimaan oleh kelompok guru, penerimaan oleh sponsor sekolah, komitmen administrasi, dan penerimaan oleh masyarakat). Rogers (1983: 210-232) menambahkan pula, bahwa karakteristik program pembaharuan menjadi faktor pula yang menentukan keberhasilan implementasi pembaharuan. Selanjutnya Rogers (1983: 210-232), mengidentifikasi lima karakteristik program pembaharuan, meliputi (1) kompatibilitas, (2) keuntungan relatif, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan (5) observabilitas program. Sejalan dengan itu, Barnett dalam Hanafi (1985), menyatakan penerimaan ide baru tidaklah secara kebetulan dan tidak dapat diprediksi, hal itu kadang-kadang terjadi. Karakter ide baru itu sendiri, merupakan faktor penentu yang penting. Berdasarkan perian kondisi tersebut, pada dasarnya keberhasilan pembaharuan ditentukan oleh : (1) perubahan struktural sekolah, (2) perubahan perilaku, modifikasi sikap dan peranan guru, dan (3) karakteristik program pembaharuan itu sendiri (Sergiovanni,1991: 256; Gorton, 1976:245; Bafadal,1995:50-56). Bertolak dari ketiga faktor tersebut, berikut dipaparkan syarat-syarat keberhasilan pembaharuan. 1) Perubahan Latar Pembaharuan Faktor kedua, yang ikut menentukan keberhasilan implementasi pembaharuan, adalah kondisi latar pembaharuan. Dalam kaitan tersebut, Nicholls (1983: 62-75) menyebutkan ada empat latar pembaharuan yakni, (1) latar struktural organisasi sekolah, (2) iklim sekolah, (3) kesehatan organisasi sekolah, dan (4) komunikasi. a) Perubahan Latar Struktural Sekolah Pembaharuan mempersyaratkan perubahan latar struktural sekolah. Termasuk latar struktural sekolah meliputi, perancangan kembali pola kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran, pemodifikasian srtruktur formal sekolah, perubahan norma, perubahan personal sekolah, pemodifikasian norma sekolah, pengadaan sumber belajar, dan alat-bantu belajar. Dalam kaitannya untuk pengimplementasian pola pembelajaran yang berorientasi pada CBSA, perubahan struktural sekolah yang dimaksud adalah perubahan pola pengorganisasian pembelajaran siswa, perubahan rincian tugas guru, tersediannya buku panduan guru untuk pembelajaran, pengadaan sumber belajar dan alat bantu belajar yang baru seperti tersediannya kit IPA, kit IPS, matematika dll. (Bafadal, 1995:51). Nicholls (1983:63) menyebutkan bahwa kondisi struktural untuk implementasi pembaharuan meliputi pula susunan waktu untuk pembelajaran, kondisi ruang pembelajaran, pola ujian yang diterapkan, pendelegasian tanggungjawab dan saluran komunikasi. Pembaharuan pembelajaran menuntut perubahan peran guru dalam pembelajaran (Nicholls, 1983: 65). Implisit didalamnya termasuk perubahan peran siswa, perubahan pada dimensi program. Studi yang dilakukan oleh Gross dkk dalam (Nicholls, 1983:63), merekomendasikan bahwa suatu pembaharuan memerlukan susunan organisasi yang kompatibel dengan pembaharuan yang dimaksud. Susunan organisasi yang tidak kompatibel dengan inovasi merupakan penghambat dari implementasi pembaharuan. Sementara Hamilton dalam Nicholls, 1983:63) menekankan lingkungan belajar, pengelompokan siswa, struktur organisasi sekolah, pengambilan keputusan merupakan latar struktural yang berpengaruh dalam implementasi pembaharuan
  • 7. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 7 b) Pengembangan Iklim Sekolah Iklim sekolah berkenaan dengan : sikap siswa terhadap yang lain, hubungan antar staf dan hubungan antara staf dengan siswa, dan sikap kerja (Nicholls, 1983:65). Halpin dalam Nicholls,(1983:65), menglasifikasikan iklim sekolah dari yang terbuka ke yang tertutup dalan enam kelompok, yakni (1) terbuka, (2) otonom, (3) terkontrol, (4) kekeluargaan, (5) paternal (kebapakan), (6) tertutup. Studi di Amerika dengan menggunakan kuesener Halpin hasilnya mem- perlihatkan bahwa iklim sekolah yang terbuka lebih inovatif. Studi lain yang dilakukan Hilfiker menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara keinovatifan dengan keterbukaan iklim organisasi (akses-bilitas, sikap kooperatif, toleran terhadap perubahan, permisif terhadap diversitas situasi sosial, dan keyakinan terhadap kemampuan (Nicholls, 1983:67). c) Pengembangan kesehatan sekolah Implementasi pembaharuan dapat berhasil manakala kesehatan organisasinya baik. Mile menglasifikasikan kesehatan sekolah dalam sepuluh dimensi, yani (1) fokus tujuan yang dapat diterima, dipahami anggota dan dapat dicapai secara tepat, (2) terdapat komunikasi multi arah yang tepat, (3) terdapat kesamaan kekuasaan yang optimal, (4) penggunaan sumber utamanya sumber daya manusia memiliki kontribusi terhadap organisasi, (5) kekohesifan, (6) moral kerja yang tinggi, (7) keinovatifan, (8) otonom, (9) adaptif, (10) problem solving secara tepat ( Nicholls, 1983:68-69). Gross dalam studinya menghasilkan kesimpulan bahwa tujuan yang jelas merupakan kondisi yang diperlukan untuk memahami pembaharuan. Demikian pula, studi Nicholls, komunikasi yang tepat merupakan prasyaratan pembaharuan. Problem solving, kohesif dan, kesamaan kekuasaan berkenaan dengan partisipasi dalam pengambilan keputusan (Nicholls,1983:69). d) Komunikasi organisasi sekolah Hasil studi Nicholls menyimpulkan bahwa komunikasi yang tepat merupakan prasyaratan pembaharuan (Nicholls,1983:69). Dalam kaitan ini, pola komunikasi dan juga jaringan komunikasi menjadi faktor penting dalam pelaksanaan program pembaharuan. Pola komunikasi dalam kajian ini, berkenaan dengan orientasi gaya komunikasi yang dikembangkan oleh pimpinan organisasi. Pada hakekatnya tentang orientasi komunikasi, dapat dibedakan dalam dua tipe utama. Tipe komunikasi yang berorientasi pada tugas, dan tipe komunikasi yang berorientasi pada hubungan manusiawi (human relationship). Tipe komunikasi yang berorientasi pada tugas, lebih menekankan pada terselesaikannya tugas. Tipe komunikasi ini, dari segi hubungan antara pemimpin dengan bawahan bersifat fungsional-formal. Sementara gaya komunikasi yang berorientasi pada human relationship, lebih menekankan pada hubungan manusiawi. Interaksi pemimpin dan bawahan lebih fleksibel, dan kesejawatan, saling menghargai (Soetopo,1990:37). Gaya komunikasi yang berorientasi pada hubungan manusiawi banyak diakui signifikansinya bagi efektivitas organisasi, hal ini berarti memiliki signifikansi pula bagi keberhasilan pembaharuan. Pierre Casse dalam menyusun instrumen untuk mengetahui gaya komunikasi pimpinan membedakan ciri gaya komunikasi dalam dua tipe gaya, yakni (1) komunikasi yang mementingkan isi, dan (2) gaya komunikasi yang mementingkan proses. Selanjutnya membedakan pula kedalam empat orientasi gaya komunikasi, yakni gaya yang berorientasi pada : tindakan, proses, orang, dan ide (Sujak,1990:110).
  • 8. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 8 Proses pembaharuan organisasi, di samping memerlukan pola komunikasi yang efektif dalam organisasi, juga membutuhkan jaringan komunikasi yang luas. Utama sekali adalah membuka jaringan komunikasi dengan agen-agen pembaharuan. Dalam kaitan ini, pimpinan organisasi berperan sebagai penghubung (Linker) yang berperan untuk membuka jalur komunikasi antara anggota organisasi dengan agen pembaharuan (Bafadal, 1995). Pembaharuan organisasi mempersyaratkan pimpinan organisasi yang bertipe inovator. Pimpinan yang bertipe inovator dari segi perilaku komunikasinya menurut Rogers (1983: 210-232) memiliki ciri : (1) partisipasi sosialnya tinggi, (2) lebih sering mengadakan komunikasi dengan orang di luar sistem. (3) sering mengadakan komunikasi interpersonal dengan anggota sistem, (4) sering melakukan komunikasi dengan agen pembaharuan, (5) lebih sering bertatap muka dengan media massa, (6) mencari informasi sebanyak-banyaknya, (7) tinggi tingkat kepemimpinannya, (8) memiliki norma yang lebih modern. 2) Pengubahan Tingkah laku Setiap pembaharuan berarti adanya perubahan. Akibat adanya perubahan tersebut, berimplikasi pada perlunya perubahan pula pada pelaku pembaharuan. Perubahan pada pelaku perubahan, menyangkut perubahan sikap, keterampilan, pengetahuan dan peran (Sergiovanni, 1991:256). Nicholls, (1983: 39) menyebutkan faktor-faktor perubahan perilaku yang berpengaruh terhadap keberhasilan pembaharuan, adalah reaksi individu terhadap pembaharuan. Dalam kaitan ini, Nicholls (1983:39) mempertimbangkan dua hal yakni (1) inovator dan resister, (2) partisipasi dalam pengambilan keputusan. Sedangkan Rogers (1983:248-250), mengategorikan reaksi individu dengan menyebutnya keinovatifan terhadap pembaharuan, yang dalam kaitan ini mengategorikan ke dalam lima tipe yang meliputi tipe: (1) inovator, (2) adopter awal (pelopor), (3) pengikut dini, (4) pengikut akhir (skeptis), dan (5) tradisional. Kategori inovator, merupakan tipe individu yang ideal dalam penerimaan pembaharuan. Kepribadian inovator menurut Rogers (1983) memiliki ciri-ciri: (1) memiliki emphati yang tinggi, (2) kurang dogmatis, (3) kemampuan abstraksi yang tinggi, (4) rasional, (5) inteligen, (6) memiliki sikap terbuka terhadap perubahan, (7) mau mengambil resiko, (8) tidak mudah menyerah, (9) sikap terbuka terhadap pengetahuan dan pendidikan, (10) motivasinya tinggi, (11) aspirasinya tinggi. Guru menjadi faktor dasar pelaksanaan pembaharuan pembelajaran. Berjalan tidaknya pembaharuan pembelajaran ada di tangan guru. Oleh karena itu, keberhasilan pembaharuan tidak saja ditentukan oleh jaringan komunikasi yang ada, tetapi utama sekali adalah kesediaan guru untuk memerima perubahan (Rich, 1974:79). Kepastian tentang kesediaan guru itu penting mengingat apa bila dilakukan pembaharuan fenomena umum yang ada di antara anggota organisasi, termasuk guru, adalah sikap resisten dan menolak (Rich, 1974:79; Nicholls, 1983:39). Di samping kesediaan guru, adalah pengetahuan guru, dan keterampilannya. Kegagalan dalam pengimplementasian suatu pembaharuan, sering disebabkan oleh karena pengetahuan guru dan keterampilannya kurang memadai (Gorton, 1976:246- 247; Neagley,1980:179-180). Oleh karena itu maka peran kepala sekolah sangat penting bagi terjadinya perubahan perilaku guru ke arah penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembaharuan. Dari paparan tersebut memperlihatkan bahwa guru pemegang peranan kunci bagi aktualisasi pembaharuan pembelajaran. Di sebutkan bahwa resistensi terhadap pembaharuan merupakan sikap umum yang terjadi manakala diadakan perubahan organisasi. Nicholls, (1983:40), menyebutkan bahwa resistensi terhadap perubahan
  • 9. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 9 dilihat oleh sejumlah penulis merupakan fenomena yang sering tampak dan kuat diantara anggota organisasi. Selain itu, resistensi merupakan fenomena yang kompleks. Owens dalam Gorton, (1976: 247) menyatakan bahwa resistensi bukanlah fenomena yang sederhana. Menanggulangi sikap resisten ini merupakan tugas yang berat bagi kepala sekolah. Kepala sekolah perlu membuat pertimbangan dengan serius dalam mendiagnosis sumber penyebabnya Timbulnya sikap resistensi merupakan campuran antara ketidakpahaman terhadap pembaharuan dan pengabaian. Di samping itu adalah adanya rasa takut, dan dilihat sebagai beban yang berat. Gejala yang tampak pada perilaku resister menurut Lippit dalam Nicholls, (1983: 41) menyatakan bahwa resister tampak mengabaikan perubahan, merasa tidak cocok, dan senang dengan keadaan yang ada. Sedangkan Gorton, (1976:245) melihat resistensi terjadi karena pembaharuan dilihat resister akan mengubah kebiasaan yang ada. Berkait dengan faktor resistensi tersebut, untuk tercapainya keberhasilan pembaharuan, kepala sekolah sejak awal sudah harus mengantisipasi dan memperhitungkannya (Gorton, 1976:68; Nicholls, 1983:42). Gorton, (1983:245) menjelaskan bahwa usulan pembaharuan ada kemungkinannya untuk di tolak. Penolakan itu dapat terjadi oleh yayasan, siswa, guru, orang tua, atasan. Beberapa alasan penolakan yang perlu diwaspadai oleh kepala sekolah adalah berikut ini : (1) pembaharuan menyebabkan perubahan kebiasaan, (2) perubahan mempengaruhi stabilitas lembaga, (3) ketidakmampuan sekolah memberi insentif yang diperlukan berkenaan dengan tambahan beban kerja akibat perubahan, (4) karakteristik program dianggap kompleks, tidak cocok, tidak aman, (5) adopsi terhadap pembaharuan oleh guru di pandang sebagai tantangan bagi otonomi profesionalitasnya, sementara masyarakat melihat bahwa dengan perubahan akan berimplikasi terhadap peningkatan beaya pendidikan maupun stabilitas kekuasaan dalam hubungannya dengan masyarakat, (6) penolakan terjadi karena ketidakpahaman terhadap pembaharuan, (7) pembaha-ruan ditolak karena berbeda dengan opni yang berkembang, (8) pembaharuan ditolak karena tidak adanya keterampilan untuk menjalankan pembaharuan tersebut. Pelibatan partisipasi guru dalam pengambilan keputusan inovasi sangat diperlukan dalam kaitannya dengan implementasi pembaharuan (Nicholls, 1983:61). Pelibatan partisipasi guru dalam pengambilan keputusan tersebut, dapat mengurangi timbulnya faktor resistensi (Robbins,1990: 531; Nicholls, 1983: 42). Beberapa penulis seperti Argyle, 1967; Coch dan French, 1948; Johns, 1973 dalam Nicholls, (1983:42), menegaskan pula pentingnya partisipasi dalam pengambilan keputusan untuk menghindari resistensi terhadap pembaharuan Roobins (1990:531), menyebutkan ada enam taktik yang dapat digunakan kepala sekolah untuk menghadapi sikap resistensi guru-guru dan atau staf yang lain terhadap pembaharuan yang diprogramkannya. Ke enam taktik tersebut adalah berikut ini: (1) pendidikan dan komunikasi, apabila sumber resistensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang kurang serta misinformasi dan kurang komunikasi, (2) partisipasi, pelibatan menimbulkan rasa ikut memiliki, karena itu merasa ikut bertanggungjawab, (3) Fasilitasi dan dukungan, hal ini bertolak dari asumsi bahwa resistensi bersumber dari ketakutan dan kecemasan staf terhadap pembaharuan akibatketerampilannya yang kurang, (4) negosiasi, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian penghargaan misalnya bilamana berhasil dalam pelaksanaan pembaharuan, (5) manipulasi dan kooptasi, dan (6) pemaksaan. 3) Karakteristik Program Pembaharuan Rogers (1983: 210-232) menambahkan pula, bahwa karakteristik program pembaharuan menjadi faktor pula yang menentukan keberhasilan implementasi
  • 10. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 10 pembaharuan. Barnett dalam Rogers (1983:210-232) menyatakan penerimaan ide baru tidaklah secara kebetulan dan tidak dapat diprediksi, hal itu kadang-kadang terjadi. Karakter ide baru itu sendiri, merupakan faktor penentu yang penting. Selanjutnya Rogers (1983: 210-232), mengidentifikasi lima karakteristik program pembaharuan, meliputi (1) kompatibilitas, (2) keuntungan relatif, (3) kompleksitas, (4) triabilitas, dan (5) observabilitas program. 3. EVALUASI PEMBAHARUAN Evaluasi terhadap proses pembaharuan yang dilaksanakan sangat penting. Evaluasi mempunyai peranan kontrol, oleh karena itu, evaluasi dapat dikenakan pada proses dan juga pada hasil. Berkenaan dengan hal itu, evaluasi dikenakan pada perencanaan, implementasi, dan institusionalisasi pembaharuan. Nicholls (1983:80) mengidentifikasi kerangka penilaian yang mencakup: (1) penilaian terhadap persiapan, yang meliputi keinginan untuk mengadakan pembaharuan, keberadaan pembaharuan, latar dan personal, (2) penilaian perencanaan meliputi, penilaian terhadap proses pengenalan, proses perencanaan, (3) penilaian terhadap implementasi, meliputi, penilaian terhadap aplikasi program pembaharuan, penilaian terhadap program penilaian itu sendiri. 4. INSTITUSIONALISASI PEMBAHARUAN Kepala sekolah berperan penting agar pembaharuan tersebut berlangsung secara permanen. Artinya pembaharuan tersebut melembaga. Pelembagaan atau institusionalisasi, menurut Miles dalam Sergiovanni, (1991: 256) berarti bahwa pembaharuan tersebut telah menjadi bagian dari perilaku pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Untuk itu, diperlukan susunan srtuktural baru yang cocok dan juga pola perilaku baru dari staf yang di dukung melalui pemberian kompensasi yang berupa finansial, dan non finansial, termasuk pemberian penghargaan). Semuanya itu menjadi tantangan kepala sekolah dalam proses pembaharuan pembelajaran di sekolah. Rubin dalam Nicholls (1983:36) menyatakan untuk melembagakan pembaharuan secara efektif mempersyaratkan tiga tahap, (1) analisis awal, (2) pemilihan strategi, dan (3) Implementasi. Tiap-tiap tahap terdiri atas sejumlah langkah. Tahap analisis awal terdiri atas langkah-langkah (1) diagnosis kelemahan, (2) analisis faktor-faktor kemungkinan, (3) membandingkan alternatif-alternatif yang baik, (4) pemilihan alternatif terbaik. Tahap pemilihan strategi, terdiri atas langkah: (1) macam pembaharuan yang dilembagakan, (2) siapa yang merencanakan pelembagaan, (3) karakteristik kondisi lingkungan yang diharapkan. Tahap implementasi, terdiri atas langkah: (1) analisis persyaratan inovasi dalam pelatihan, material dan pertalian dengan keberadaan sistem, (2) inisiasi tekanan untuk memotivasi melalui cara yang menyebabkan rasa tidak senang dan menjelaskan penghargaan, (3) inisiasi strategi untuk mempengaruhi, (4) inisiasi untuk persiapan aktivitas, (5) pelembagaan inovasi, (6) dukungan transisi dari yang lama ke yang baru, (7) mempertalikan inovasi dalam sistem yang tetap. Pelembagaan inovasi model Trump dalam Nicholls, (1983: 37), mengajukan lima langkah yaitu: (1) secara kopersatif menganalisis alasan untuk praktek yang disajikan, (2) menemukan apakah menginginkan seseorang berbeda dari yang mereka kerjakan, (3) membuat keputusan sementara tentang prioritas perubahan yang diusulkan, (4) meren- canakan invasi secara hati-hati dalam persiapan guru, (5) menentukan waktu dan teknik untuk mengevaluasi.
  • 11. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 11 5. PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM PROSES PEMBAHARUAN a. Rasional pentingnya Peran Kepala Sekolah Keberhasilan dan kegagalan pembaharuan pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari peranan kepala sekolah. Sebagaimana diuraikan dalam latar belakang, kepala sekolah bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan sekolah (Gorton, 1976:4). Maka dari itu, keberhasilan dan kegagalan implementasi suatu program pembaharuan pembelajaran di sekolah, juga menjadi tanggung jawab kepala sekolah (Gorton, 1976:244). Peranan penting kepala sekolah dalam tercapainya keberhasilan pembaharuan dikemukakan oleh beberapa penulis. DeRoche, (1985:24), bertolak dari beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) kepemimpinan sekolah yang efektif berasal dari kepala sekolah yang mampu menciptakan perubahan, (2) tanpa keterlibatan guru dan kepala sekolah secara langsung dan berkesinambungan dalam pembaharuan, perubahan-perubahan yang signifikan tidak pernah terjadi, (3) kepala sekolah dan guru- guru, harus mengubah keterampilan, kebiasaan dan sikapnya apabila organisasi sekolah ingin berubah. Hoyle dalam Nicholls, (1983: 47), dalam pandangannya juga menyatakan bahwa kepala sekolah memiliki otoritas untuk mengenalkan pembaharuan di sekolah. Kepala sekolah mampu melihat sekolah secara keseluruhan, mampu-mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan akan pembaharuan, dan dapat mengontrol sumber daya yang dimiliki untuk mengimplementasikan pembaharuan. Kepala sekolah tidak saja mampu memprakarsai pembaharuan, tetapi juga mampu memberikan dukungan yang diperlukan guru secara individual atau kelompok dalam implementasi pembaharuan. Demikian pula, Mac Donald dan Rudduck dalam Nicholls, (1983: 47) menyatakan, kepala sekolah merupakan figur kunci untuk memahami pembaharuan agar supaya dapat membuat keputusan yang tepat dalam implementasi pembaharuan dan dapat menyiapkan kemampuan guru untuk implementasi pembaharuan. Beberapa penulis seperti: Hoyles; Richardson, dalam Nicholls, (1983: 47) mengakui pentingnya dukungan kepala sekolah tersebut dalam implementasi pembaharuan. b. Peran kepala sekolah sebagai Pemimpin Pembelajaran Kepala sekolah adalah pemimpin instruksional , dalam hal ini, peranan kepala sekolah adalah (1) menstimulasi dan memotivasi staf secara maksimum, (2) bersama staf mengembangkan sistem obyektif dan realistik tentang pertanggungjawaban untuk belajar, (3) mengembangkan secara bersama-sama prosedur assesmen yang dapat dioperasionalkan untuk melaksanakan program belajar guna mengidentifikasi alternatif perbaikan bidang yang lemah, (4) bekerja sama dalam mengembangkan dan mengimplementasikan evaluasi staf, (5) bekerja sama untuk memformulasikan dan mengimplementasikan rencana untuk mengevaluasi dan melaporkan kemajuan belajar murid, (6) menyediakan saluran komunikasi sekolah dengan masyarakat, (7) mendorong studi kurikuler dan inovasi pembelajaran, (8) melengkapi kepemimpinan siswa, (9) menyediakan pusat sumber belajar profesional dan kelancaran penggunaannya (Arifin,1999:63). c. Peran Kepala sekolah sebagai Agen Pembaharuan Kepala sekolah adalah agen pembaharuan (Gorton,1976: 65). Kepala sekolah sebagai agen pembaharuan, berperan penting dalam pengembangan pembelajaran. Tugas pokok dalam pengembangan pembelajaran adalah menilai efektivitas program, mengkaji, mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pengembangan (Gorton, 1976:215). Sebagai agen pembaharuan, tugas kepala sekolah dalam pembaharuan adalah (1) mendiagnosis kebutuhan pembaharuan, (2)
  • 12. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 12 mengembangkan dan menyeleksi pembaharuan, (3) memberikan orientasi kepada guru- guru, (4) mengantisipasi masalah dan resistensi terhadap perubahan, (5) implementasi pembaharuan, dan (6) mengevaluasi implementasi pembaharuan dan perbaikan jika diperlukan, (Gorton, 1976: 68). d. Peranan Kepala sekolah sebagai Fasilitator Pembaharuan Kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan bagi perencanaan pembaharuan (Rossow, 1990: 313). Gaya kepala sekolah sebagai agen pembaharuan dikaji oleh Hall dan Hord. Kepala sekolah perlu menyadari variasi gaya sebagai fasilitator. Gaya sebagai fasilitator menurut Hall dan Hord dalam Rossow, 1990:313), meliputi : (1) inisiator, (2) responder, (3) manager Gambar : Model Paradigma Manajemen Proses Pembaharuan
  • 13. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 13 Gambar : Model Manajemen Pembaharuan Pembelajaran .
  • 14. BAHRUR ROSYIDI | MANAJEMEN PEMBAHARUAN 14 DAFTAR PUSTAKA DeRoche, E.F., 1985.How School Administrators Solve Problems, Practical Solution to Common Problems Based on a nationalwidwe Survey of 2000 School Executives, Englewood Cliffs,New Jersey: Printice-Hall, Inc. Evans, Jack M. and Brueckner, Martha M., 1992.Teaching and You, Committing, preparing and succeeding, Needham Heights, Massachusetts: Allyn and Bacon A Division of Simon and Schuster, Inc. Gorton, R.A.,1976. School Administration, Challenge and Opportunity for Leadership. Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown Company Publishers. Gorton, R.A., 1983.Scholl Administration And Supervision. 2nd ed, Bubuque,Iowa: Wm, C. Brown Company Publisher Lipham, Rankin, Hoeh,1985. The Principalship Concept, competencies, and Case. New-York : Longman Neagley, R.L., and Evans, N.D., 1980. Handbook For Effective Supervision of Instructioal, Third edition, Englewood Cliffs, New Jersey: Printice-Hall,Inc Nicholls A., 1983. Managing Educational Innovations, London: George Allen & Uwin Ltd. Rich, J. Martin, 1974. New Direction in Educational Policy, Lincoln, Nebraska: Profesional Educators Publications, Inc. Robbins, S.P.,1990. Organizational Behavior, concept, controversies, and application, fourth edition, New Delhi: Printice-hall of India Private limited. Rogers, E.M.,1983. Diffusion of Innovations , Third Edition, New York The Free Press, A Division of Macmillan Publishing Co, Inc. Rossow, L.F.,1990. The Principalship, Dimensions in Instructional Leadership,Englewood Cliffs, New Jersey : Printice-Hall, Inc. Sergiovanni,T.J., 1991. The Principalship a reflective practice perspective, Needham Height, Massachusetts: Allyn and Bacon.