Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garamsiti nurlaeli
Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya dalam produksi garam. Garam lokal sudah biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri aneka pangan ikan, asin, perminyakan kulit, pakan ternak, es, tekstil, dan pengeboran minyak. Petani garam mengklain sebagian besar produiksi garam nasional sudah bisa memenuhi persyaratan kualitas yang dibutuhkan industri. Karenanya, petani menolak upaya pemerintah mengimpor garam sesuai dengan rekomendasi dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Denganan demikian, wacana impor garam dianggap sebagai akal-akalan pengusaha semata.
Industri makanan dan minuman membutuhkan garam dengan kadar alkali yang cukup tinggi sebesar 2,2 juta ton hingga 2,3 juta ton atau lebih. Selain itu, garam yang diperlukan industri makanan dan minuman memiliki kadar NaCL sebesar 97% dengan kadar air maksimum 0,5% sementara, kebanyakan produksi lokal dipandang belum mampu memenuhi syarat garam industri tersebut. Disisi lain dari pihak pelaku industri menyatakan bahwa persoalannya bukan hanya sekedar bisa produksi, faktor penting lain juga ada pada kualitas. Hal ini lah yang memicu PT.Garuda Food menghentikan kegiatan produksinya untuk sementara jika pasokan garam industri tidak segera tersedia dalam waktu dekat.
Kebijakan impor garam pertama kali ditempuh berdasarkan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang belum bisa dipenuhi oleh produsen garam industri maupun garam konsumsi. Dalam peraturan itu dinyatakan bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai bahan baku industri serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani garam perlu mengatur ketentuan garam impor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka kami merumuskannya dalam 2 pertanyaan, antara lain :
1. Apa yang menjadi penyebab impor garam industri Indonesia semakin meningkat?
2. Bagaimana upaya PT. Garam selaku BUMN yang mengurusi pergaraman menangani tataniaga garam industri?
Kami mengupasnya dalam powerpoint ini.
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garamsiti nurlaeli
Indonesia sebagai negara kepulauan yang dikelilingi lautan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya dalam produksi garam. Garam lokal sudah biasa digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri aneka pangan ikan, asin, perminyakan kulit, pakan ternak, es, tekstil, dan pengeboran minyak. Petani garam mengklain sebagian besar produiksi garam nasional sudah bisa memenuhi persyaratan kualitas yang dibutuhkan industri. Karenanya, petani menolak upaya pemerintah mengimpor garam sesuai dengan rekomendasi dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Denganan demikian, wacana impor garam dianggap sebagai akal-akalan pengusaha semata.
Industri makanan dan minuman membutuhkan garam dengan kadar alkali yang cukup tinggi sebesar 2,2 juta ton hingga 2,3 juta ton atau lebih. Selain itu, garam yang diperlukan industri makanan dan minuman memiliki kadar NaCL sebesar 97% dengan kadar air maksimum 0,5% sementara, kebanyakan produksi lokal dipandang belum mampu memenuhi syarat garam industri tersebut. Disisi lain dari pihak pelaku industri menyatakan bahwa persoalannya bukan hanya sekedar bisa produksi, faktor penting lain juga ada pada kualitas. Hal ini lah yang memicu PT.Garuda Food menghentikan kegiatan produksinya untuk sementara jika pasokan garam industri tidak segera tersedia dalam waktu dekat.
Kebijakan impor garam pertama kali ditempuh berdasarkan pertimbangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang belum bisa dipenuhi oleh produsen garam industri maupun garam konsumsi. Dalam peraturan itu dinyatakan bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai bahan baku industri serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani garam perlu mengatur ketentuan garam impor.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka kami merumuskannya dalam 2 pertanyaan, antara lain :
1. Apa yang menjadi penyebab impor garam industri Indonesia semakin meningkat?
2. Bagaimana upaya PT. Garam selaku BUMN yang mengurusi pergaraman menangani tataniaga garam industri?
Kami mengupasnya dalam powerpoint ini.
Pengambilan Keputusan Dalam OrganisasiRossi Agisti
Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi
1. Definisi Dan Dasar Pengambilan Keputusan
2. Jenis –Jenis Keputusan Organisasi
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
4. Implikasi Manajerial
1. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 1
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM BUDAYA ORGANISASI
(Decision Making Process in Organizational Culture)
https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
PENDAHULUAN
Pengambilan keputusan merupakan pekerjaan sehari-hari dari manajemen
sehingga perlu diketahui apa definisi pengambilan keputusan, bagaimana tiba pada
keputusan, tingkat-tingkat keputusan, klasifikasi dan jenis-jenis pengam-bilan
keputusan. Didalam setiap organisasi, baik organisasi besar maupun kecil, dapat saja
terjadi perubahan kondisi, pergeseran personalia, timbul pertentangan-pertentangan,
terjadi kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan, dan muncul hal-hal yang tidak
terduga sama sekali sebelumnya. Menghadapi perkembangan atau masalah
semacam itu memerlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Di samping
itu, keputusan-keputusan harus diambil dengan tepat agar roda organisasi beserta
administrasinya dapat berjalan terus dengan lancar.
Setiap keputusan haruslah diikuti dengan pelaksanaan, dan orang yang
membuat keputusan harus bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah ia
buat. Setiap keputusan yang dilaksanakan diusahakan agar jangan sampai
menggunakan kekerasan(fisik),kalau tidak sangat terpaksa. Setiap keputusan yang
diambil harus dapat dipertanggung jawabkan,dan pelaksanaan keputusan lebih
ditekankan pada sifat kepemimpinan dari orang yang mengambil keputusan.
Dalam suatu organisasi pengambilan keputusan menjadi hal yang sangat
penting untuk mempertahankan keberlangsungan kehidupan organisasi, maka dapat
dikatakan bahwa pengambilan keputusan menjadi landasan dasar, kemana akan
dibawa organisasi dalam menghadapi setiap tantangan, baik dari dalam maupun luar
lingkungan organisasi. pentingnya pengambilan keputusan akan keberlangsungan
kehidupan suatu organisasi juga dipengaruhi budaya organisasi. budaya organisasi
dalam hal ini memegang pengaruh dalam penyesuaian model pengambilan
keputusan yang akan diambil oleh suatu organisasi. Sehingga memungkinkan untuk
terciptanya model pengambilan keputusan yang berbeda dari keadaan yang
sekarang terjadi sangat dimungkinkan.
Budaya dalam suatu organisasi tercipta pada saat terjadinya organisasi itu
sendiri pertama kali berdiri. Budaya organisasi menjadi suatu hal yang penting untuk
dimiliki oleh setiap organisasi karena budaya menjadi kepribadian bagi organisasi
sama dengan individu.
Jika kita hubungkan pengambilan keputusan dengan budaya organisasi,
kedua hal tersebut saling berkesinambungan. Dalam pengambilan keputusan terlebih
dahulu mengkaji apakan keputusan yang telah diambil bertentangan tidak dengan
budaya organisasi yang bersangkutan. Jika keputusan yang diambil bertentangan,
maka manajer wajib untuk mencari alternatif lain. Manajer yang berfungsi menjadi
pengambil keputusan dalam organisasi , diharapkan menjadi orang yang tahu benar
mengenai organisasi dan masalah yang menghinggapi organisasi yang dikelolanya.
Terkadang dalam mengambil keputusan manajer berhadapan dengan berbagai hal
seperti tidak sempurna dan ketidaklengkapan informasi, masalah yang terlalu
kompleks, waktu yang terbatas dalam proses pengambiln keputusan, preferensi yang
bertentangan dengan pengambilan keputusan untuk tujuan organisasi.
2. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 2
PENGERTIAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Ada beberapa definisi tentang pengambilan keputusan, misalnya saja Terry, ia
memberikan definisi pengambilan keputusan adalah pemi-lihan alternatif perilaku dari
dua alternatif atau lebih. Decision making can be definied as the selection of one
behavior alternative from two or more possible alternative.
Pada hakekatnya, pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang
sistematis terhadap hakekat suatu masalah,pengum-pulan fakta-fakta dan data,
penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan me-ngambil tindakan yang
menurut perhitungan merupakan tindakan yang pa-ling tepat. Dari pengertian di atas
menunjukkan lima hal yang jelas, yaitu :
1. Dalam proses pengambilan keputusan tidak ada hal yang terjadi secara
kebetulan.
2. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan secara sembarangan.
3. Bahwa sebelum sesuatu masalah dapat dipecahkan dengan baik,hake-kat
daripada masalah itu harus diketahui dengan jelas.
4. Bahwa pemecahan masalah tidak dapat dilakukan melalui mengarang, akan
tetapi harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis,
terolah dengan baik dan tersimpan secara teratur sehingga fakta/data itu
sungguh dapat dipercayai.
5. Bahwa keputusan yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai
alternatif yang ada setelah alternatif itu dianalisa dengan matang.
Tetapi juga dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan adalah tindakan
pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam orga-nisasi yang
dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang
dimungkinkan.
PENGERTIAN BUDAYA ORGANISASI
Konteks lingkungan organisasi harus selalu diingat sebagai analisis budaya
organisasi yang dikejar. Budaya melibatkan anggota sebuah organisasi dalam
realitas yang dibangun secara sosial. Anggota organisasi berbagi realitas ini dalam
indera ganda persamaan dan perbedaan. Unsur-unsur di atas dimana berbagi
budaya didasarkan pada termasuk artefak, simbol, norma, nilai, keyakinan, dan
asumsi, dan fisik, perilaku, dan simbol-simbol linguistik. Unsur-unsur budaya ini saling
terkait dalam makna jaringan yang terjalin, seperangkat inti anggapan dan sebuah
pandangan, dapat diakses oleh semua anggota budaya.
Pandangan membantu anggota dalam mengelola kegiatan dan dalam
memaknai pengalaman organisasi. Hubungan konstruksi sosial ini, yang anggota
budayanya secara rutin mengarahkan pengalaman dan aktivitas, adalah apa yang
disebut sebagai budaya organisasi.
3. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 3
TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN ORGANISASI (Organizational Decision Making Theories)
Pengambilan keputusan dalam organisasi terkait mengenai proses
pengambilan keputusan yang terjadi pada semua tingkatan dan dalam semua unit
dalam organisasi. ada dua macam proses pengambilan keputusan dalam pengertian
ini, dapat kita lihat bahwa sebuah organsasi menjadi suatu fokus kegiatan dalam
proses pengambilan keputusan.
1. Pengambilan keputusan pada Organisasi Hierarki.
Di dalam struktur hierarki, manajer tertinggi berfungsi menjadi pusat dari
pengambilan keputusan strategis yang menyangkut dengan keputusan
pelembagaan, manajer tingkat tengah mengepalai pengambilan keputusan.
2. Pengambilan keputusan pada Organisasi Fungsional.
Pengambilan keputusan dalam struktur fungsional dikelola oleh tiap-tiap
bidang dengan departemen yang memimpinnya. Sementara itu, model
struktur per divisi masing-masing memegang dan menjalankan
kepentingannya.
Berikut ini akan dibahas mengenai analisis proses pengambilan keputusan yang
didominasi oleh teori Mary Jo Hatch.
a. Bounded Rationality (Pembatasan Rasionalitas)
Herbert Simon mengidentifikasi dan mempertanyakan asumsi model rasional.
Model rasional memiliki asumsi bahwa para pengambil keputusan memiliki
pengetahuan alternatif dan konsekuensi pelaksanaan alternatif dan juga hal
ini mengasumsikan bahwa ada preferensi yang konsisten diantara para
pengambil keputusan dan aturan-aturan keputusan yang dapat dikenal dan
diterima oleh semua orang yang memiliki kaitan.
b. Proses Pengambilan Keputusan Rasional
Ketika terdapat kesepakatan mengenai tujuan dan kesepakatan bagaimana
cara pencapaian tujuan atau mengenai penanganan masalah, kemudian
ketidakpastian dan keambiguan berada pada kondisi minimum dan benar
untuk menggunakan model rasional. Hal ini tidak berarti seorang manajer
akan berhenti menggunakan proses pengambilan keputusan ini. Bahkan
ketika adanya peningkatan ketidakpastian dan ambiguitas, manajer
dimungkinkan untuk menemukan bahwa penggunaan metode model rasional
mempunyai insentif yang lebuh besar untuk dapat memberikan rasa aman
secara simbolis dari proses keputusan yang kurang.
c. Proses Pengambilan Keputusan Trial-and-Error
Pada proses pengambilan keputusan trial-and-error, keputusan yang
besarnya cukup berpengaruh biasanya berhati-hati dalam mengatur kondisi
yang kerap kali tidak statis. Pembuat keputusan yang tidak setuju dengan
tujuan kegiatan seringkali menemukan informasi untuk membandingkan
diantara sedikitnya alternatif, dan kebanyakan hanya tambahan untuk
keputusan terakhir.
d. Model Koalisi
Biasanya pembentukan suatu koalisi didasarkan pada perundingan yang
berlangsung dibalik layar yang berusaha untuk memberikan pertimbangan
4. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 4
kepada semua kepentingan dalam posisi bersama di dalam koalisi. Dengan
kondisi tersebut, para pembuat keputusan menjadi tidak fokus pada pencarian
informasi pemecahan masalah, akan tetapi lebih menekankan menampung
minat alternatif.
e. Model Tong Sampah
Dalam kondisi kesepakatan mengenai pencapaian tujuan dan pen-sarana-an
untuk mencapai hal tersebut menemui jalan buntu, model tong sampah dapat
menjadi gambaran terbaik bagi organisasi dalam proses pengambilan
keputusan yang terjadi seperti dalam organisasi. Model ini sesuai untuk situasi
yang hanya mempunyai lingkungan atau teknologi yang kurang mencukupi,
atau saat dimana aktor utama bergerak keluar masuk dari proses keputusan
karena kegiatan lain bersaing dalam waktu dan perhatian yang sama. Model
ini diberi nama “tong sampah” untuk menekan ketidakteraturan dalam
pengambilan keputusan. Meskipun tidak terdapat organisasi yang beroperasi
dalam modus ini sepanjang waktu, namun setiap organisai akan menemui
situasi seperti ini dari waktu-kewaktu.
f. Irasionalitas dalam Pembuatan Keputusan Organisasi
Nils Brunsson berpendapat bahwa keputusan rasional tidak selalu
memberikan dasar yang baik untuk tindakan yang tepat dan sukses, dan
bukannya panggilan untuk bertindak rasionalis. Brunsson berpendapat bahwa
tindakan organisasi yang efektif tergantung pada pelaksanaan keputusan.
Pelaksanaan mensyaratkan bahwa tindakan harus memiliki harapan positif
agar dapat mengalami motivasi untuk mengambil tindakan dan komitmen
untuk melibatkan diri dalam melihat melalui kesimpulan yang sukses.
TUJUAN DAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Tujuan pengambilan keputusan itu bersifat tunggal, dalam arti bahwa sekali
diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain. Tujuan pengambilan
keputusan dapat juga bersifat ganda dalam arti bahwa satu keputusan yang
diambilnya itu sekaligus memecahkan dua masalah atau lebih. Dalam masyarakat
yang masih sederhana, secara relatif proses pengambilan keputusan juga akan
bersifat sederhana pula.Tetapi dalam masyarakat modern dimana pengembangan
ilmu pengetahuan dan tekno-logi telah maju pesat, keadaan masyarakatnya pun juga
menjadi rumit. Oleh karena itu, pengambilan keputusan dalam masyarakat modern
perlu diperhitungkan akibatnya dari berbagai segi, sedemikian rupa sehingga
diusahakan sejauh mungkin tidak ada pihak-pihak yang dirugikan. Apabila terpaksa
ada yang dirugikan, maka kerugiannya diusahakan seminimum mungkin.
Dasar pengambilan keputusan itu bermacam-macam tergantung dari
permasalahannya. Keputusan dapat diambil berdasarkan persaan se- mata-mata
dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio.Tetapi tidak mustahil keputusan yang
diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya
1. Pengambilan keputusan berdasarkan perasaan (intuisi).
Keputusan yang diambil berdasarkan perasaan itu jelas lebih ber-sifat
subjektif. Perasaan dalam yang bersifat subjektif ini mudah terkena sugesti,
pengaruh luar, rasa lebih suka yang satu daripada yang lain. Dan faktor
kejiwaan yang lainnya. Pengambilan keputusan yang berdasarkan
pertimbangan perasaan yang bersangkutan itu membutuhkan waktu yang relatif
5. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 5
singkat. Memang sulit untuk dikatakan bahwa pembuatan keputusan
berdasarkan perasaan itu tentu baik atau tentu jelek, atau banyak jeleknya
sehingga hal itu jangan dilakukan. Bagaimanapun kurang objektifnya keputusan
berdasarkan perasaan ini, namun kadang-kadang pengambilan keputusan yang
intuitif ini sangat diperlukan apabila menghadapi masalah yang sangat peka
perasaan. Jadi kembali pada persoalan semula yakni macam dari dasar
pembuatan keputusan itu tergantung dari permasalahan yang dihadapi untuk
kemudian dipecahkan.
2. Pengambilan keputusan rasional.
Keputusan yang bersifat rasional banyak berkaitan dengan pertim-
bangan dari segi daya guna. Masalah yang dihadapi juga merupakan masalah
yang memerlukan pemecahan rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan
pertimbangan yang rasional itu lebih besifat objektf. Dalam masyarakat,
keputusan yang rasional itu dapat terasa apabila kepuasan optimal masyarakat
dapat terlaksana dalam batas-batas nilai-nilai kema-syarakatan yang diakui
saat itu.
3. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang
cukup itu memang merupakan keputusan yang dapat dikatakan sehat, solid dan
baik, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu pun seringkali sulit.
Bahkan dengan bantuan komputer pun kadang kala masih mengalami kesulitan
juga. Informasi yang terpercaya datanya lebih dulu harus diolah dengan cermat.
Pengolahan dengan cermat melalui: diagnosis, pengelompokan, dan
interpretasi.Untuk keperluan ini dibutuh-kan tenaga yang terampil yang mampu
mengolah data menjadi informasi ang canggih. Mereka perlu dididik, dilatih
dengan sebaik-baiknya.
4. Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman.
Pengalaman dapat dijadikan pedoman dalam penyelesaian masalah.
Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi pengeta-
huan praktis. Pengalaman dan kemampuan memperkirakan apa yang men-jadi
latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecahan masalah. Apalagi jika pimpi-nan
yang harus mengambil keputusan itu telah mempunyai banyak penga-laman
dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam organisasinya. Karena
pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan juga seseorang dapat
memperkirakan kira-kira kapan suatu mode itu dapat bertahan. Karena
berpengalaman, maka seseorang sudah dapat menduga permasala-hannya
walaupun hanya melihat sepintas lalu, dan mungkin ia sudah dapat menduga
macam apa penyelesaian yang dianggap paling baik diantara ber- macam-
macam alternatif pemecahan masalah.
5. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang.
Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai tugas dan
wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan kegiatan
demi tercapainya tujuan organisasi dengan berhasil guna dan ber- daya guna.
Keputusan yang berdasarkan wewenang mempunyai beberapa keuntungan,
diantaranya: banyak diterima oleh bawahan, meskipun kepu-tusan itu
dilaksanakan dengan senang hati atau terpaksa, karena pengambi-lan
keputusan ini berdasarkan wewenang yang resmi maka akan lebih per-manen
sifatnya. Disamping mempunyai keuntungan, keputusan yang diambil
6. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 6
berdasarkan wewenang ini juga mempunyai kelemahan, diantara-
nya:keputusan yang berdasarkan pada wewenang belaka akan menimbul-kan
sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik diktatorial, keputusan, inipun
kadang oleh pembuat keputusan sering melewati permasalahan yang
seharusnya dipecahkan sehingga malah mengaburkan.
METODE-METODE DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Ada empat metode pengambilan keputusan yang dianggap lazim
dipergunakan dalam pengambilan keputusan organisasional, yaitu :
1. Metode rasional(model rasional). Ini adalah model klasik yang mencakup
model birokratik dari pe-ngambilan keputusan, bahkan juga merupakan model
klasik dalam pengambilan keputusan ekonomi dan bisnis. Model ini banyak
mendapat kritik karena dianggap kurang realistik, tetapi akhir-akhir ini telah
mulai dikaitkan dengan analisis kebijaksanaan sehingga menjadi penting.
2. Metode tawar-menawar inkremental yang justru dipandang sebagai model
paling mendasar dalam aktivitas politik, yaitu penyelesaian konflik melalui
negosiasi. Karakteristik dari inkrementalisme adalah bahwa kepu-tusan tentang
suatu kebijaksanaan terjadi dalam bentuk langkah-langkah kecil dan karenanya
tidak jauh dari status quo. Hasil keputusannya diperoleh sebagai jerih payah
dari tawar-menawar yang melelahkan dan persuasif melalui perdebatan dan
negosiasi. Variasi dari metode inkremen-tal antara lain, metode satisficing dan
mixed scanning. Metode mixed scanning menawarka suatu kompromi antar
keputusan rasionaldan inkrementalisme. Maksud kompromi disini adalah bahwa
para pengambil keputusan dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar
yang mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan
dengan ruang lingkup terbatas.
3. Metode agregatif mencakup antara lain teknik Dephi dan teknik-teknik
pengambilan keputusan yang berkaitan . Seringkali metode ini memanfaat-kan
konsultan dan tim-tim staf yang bekerja keras dalam merumuskan
kebijaksanaan-kebijaksanaan politik. Konsensus dan peran serta meru-pakan
karakteristik utama dari metode agregatif.
4. Metode keranjang sampah yang dikembangkan oeh March dan Olsen. Model
keranjang sampah menolak model rasional, bahkan rasional-inkre-mental yang
sederhana sekalipun.Ia lebih tertarik pada karakter yang ditampilkan dalam
pengambilan keputusan, pada isu yang bermacam-macam dari peserta
pengambil keputusan, pada masalah-masalah yang timbul pada saat itu.
Serigkali keputusan yang diambil tidak direncanakan sebagai akibat dari
perdebatan dalam kelompok. Dalam membahas alternatif-alternatif justru yang
paling banyak diungkapkan ialah tujuan dan sasaran, tetapi tidak mengevaluasi
cara terbaik untuk mencapai tujuan dan sasaran itu. Pembahasan tentang
pengambilan keputusan diwarnai oeh kepentingan pribadi, klik, persekutuan,
mitos, konflik, pujian dan tuduhan, menggalang persahabatan baru, melepas
ikatan lama, mencari kebenaran, dan menampilkan kekuasaan.
7. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 7
Dalam dataran teoritis, terdapat empat metode pengambilan keputusan, yaitu
kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli (expert
opinion), kewenangan setelah diskusi (authority rule after discussion), dan
kesepakatan (consensus).
1. Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para
pemimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu,
metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang
dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya
ketidak percayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan
seluruh anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
2. Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi
predikat sebagai ahli (expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan
dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini
akan bekerja dengan baik, apabila seorang anggota kelompok yang dianggap
ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam
hal tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut
bukanlah masalah yang sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator
yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang
berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas
terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang
yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah
seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
3. Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila
dibandingkan dengan metode yang pertama. Karena metode authority rule after
discussion ini pertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu anggota
kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian, keputusan
yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas dan tanggung
jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan
(quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha
menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain,
pendapat anggota kelompok sangat diperhatikan dalam proses pembuatan
keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih
berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu
pada anggota kelompok akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau
8. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 8
pembuat keputusan. Artinya bagaimana para anggota kelompok yang
mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan keputusan, berusaha
mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.
4. Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensusakan terjadi kalau semua anggota dari
suatu kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan
keputusan ini memiliki keuntungan, yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota
kelompok akan dapat meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik
seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung keputusan tersebut.
Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan
melalui kesepakatn ini, tidak lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang
paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu yang relatif lebih banyak dan lebih
lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan dalam keadaan
mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan
Rodman, dikutip dari Riend’s blog, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-
ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibandingkan metode
pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan
dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam
mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Dalam hal genting atau terdesak seorang pimpinan dapat saja mengambil
keputusan dengan metode kewenangan didasarkan oleh keadaan yang terdesak dan
telah memikirkan dan mempertimbangkan keputusannya tersebut sehingga
memperkecil kekacauan yang disebabkannya.
Namun apabila dalam pengambilan keputusan suatu permasalahan yang
rumit dan besar seperti perancangan rencana kerja dsb. Sebaiknya di gunakan
metode kesepakan dengan koordinasi yang tepat agar hasilnya tepat, cepat, dan
akurat sehingga pekerjaan atau yang lainnya dapat diselesaikan dengan baik dan
tanpa masalah dan tidak mengundang kesalahpahaman di dalam organisasi.
LANGKAH-LANGKAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN.
Banyak para pakar politik yang mengemukakan pendapatnya mengenai
proses pengambilan keputusan,diantaranya Dunn yang menyata-kan bahwa
komponen-komponen proses kebijakan juga merupakan komponen proses
pengambilan keputusan dimana antara komponen yang satu dengan komponen
berikutnya terdapat metode yang dapat digunakan, komponen ini meliputi :
1. Masalah kebijakan.
2. Alternatif kebijakan.
9. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 9
3. Tindakan kebijakan.
4. Hasil kebijakan.
5. Pola pelaksanaan kebijakan.
Kiranya tidak jauh berbeda dengan Dunn, Siagian mengemukakan urutan
proses pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Definisi masalah.
2. Pengumpulan data.
3. Analisis data.
4. Penentuan alternatif-alternatif.
5. Pemilihan alternatif yang terbaik.
6. Memutuskan.
7. implementasi dan monitoring hasil.
8. Evaluasi. Dari hasil evaluasi ini ada kemungkinan untuk mengubah tujuan dan
sasaran dalam menghadapi masalah sama berikutnya.
Tahapan proses pembuatan keputusan menurut Simon meliputi 4 hal:
1. kegiatan intelijen yang oleh Simon diartikan dalam bentuk mengamati
lingkungan yang memungkinkan untuk pembuatan keputusan.
2. Kegiatan perancangan, dalam arti menemukan, mengembangkan, dan
mengadakan analisis serangkaian kemungkinan tindakan dalam rangka
pembuatan keputusan.
3. Kegiatan pemilihan, yakni memilih tindakan tertentu dari bermacam-macam
kemungkinan tindakan yang dapat ditempuh.
4. Kegiatan peninjauan, dalam arti apa yang telah dipilih tersebut kemudian
dilaksanakan, dan diadakan evaluasi.
Sementara itu Prajudi mengemukakan pola proses pengambilan keputusan
meliputi :
1. Seseorang mula-mula harus menyadari dan menempatkan diri sebagai
pimpinan dalam suatu organisasi yangahrus bertanggung jawab. Sebagai
pimpinan itu harus memutuskan sesuatu jika dalam organisasinya itu terdapat
masalah.
2. Masalah yang dihadapi lebih dulu harus ditelaah, mengingat bahwa masalah
itu mempunyai bermacam-macam sifat, bentuk, dam kompleksitasnya.
3. selain menelaah masalahnya, juga harus dianalisis situasi yang mempengaruhi
baik organisasinya maupun masalahnya.
4. Memilih satu diantara alternatif tersebut yang dianggap paling tepat.
5. Setelah keputusan diambil,maka keputusan itu kemudian dilaksanakan.
Keberhasilan pelaksanaan keputusan itu akan saling terpengaruh dari jiwa
kepemimpinan dan manajemen dari pimpinan yang bersangkutan.
Ada pendapat lain yang ada kemiripan pendapat dengan Dunn, yaitu dalam
rangka untuk mengambil keputusan diperlukan beberapa langkah secara beturu-
turut, yaitu :
1. Mengidentifikasi masalahnya.
Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan, maka lebih dulu harus
dibuat jelas apakah itu memang masalah atau sekedar isu belaka. Dalam
mengadakan identifikasi itu sendiri perlu dilakukan :segala data atau hal yang
10. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 10
nampaknya merupakan komponen permasalahannya dicatat untuk nantinya
dianalisis lebih lanjut.
2. Menganalisis masalah.
Disini data-data permasalahan mulai dipilah-pilah, mana yang nampaknya
relavan dan mana yang nampaknya kurang relevan untuk masalah yang
dihadapinya. Kemudian juga harus diteliti dan dianalisis apa yang menjadi
penyebab timbulnya masalah.
3. Membuat beberapa alternatif pemecahan masalah.
Setelah mengetahui penyebab timbulnya masalah, maka dibuat
beberapa alternatif pemecahannya(tidak hanya satu alternatif). Dengan
berprinsip pada efisiensi, perlunya beberapa alternatif dibuat sekaligus,
kalau alternatif yang dipilihnya ternyata tidak dapat menyelesaikan
masalah dengan baik, maka digunakan alternatif lainnya yang tersedia.
Dalam membuat beberapa alternatif, maka masing-masing alternatif
harus ditunjukkan kelebihan dan kelemahannya. Ini sangat penting
dalam mempertimbangkan alternatif mana yang akan dipilihnya,
mengingat tidak ada alternatif yang sempurna.
4. Memperbandingkan alternatif-alternatif.
5. Pemilihan dan penentuan alternatif mana yang akan dipakai ini dapat
dilakukan oleh pimpinan itu sendiri, namun tidak tertutup kemung-kinan
disarankan oleh Unit Pengolah Data. Keputusan akhir alternatif mana yang
akan dipilih itu tetap pada pimpinan.
6. Memilih alternatif yang dianggap terbaik.
7. Mengambil keputusan dengan pasti.
8. Melaksanakan keputusan dan memantaunya.
PENUTUP
Pengambilan keputusan akan keberlangsungan kehidupan suatu organisasi
dipengaruhi oleh budaya organisasi. Budaya organisasi dalam hal ini memegang
pengaruh dalam penyesuaian model pengambilan keputusan yang akan diambil
oleh suatu organisasi. Budaya Sosial adalah suatu hubungan konstruksi sosial
yang anggota budayanya secara rutin mengarahkan pengalaman dan
aktivitasnya ke dalam organisasi.
Mary Jo Hatch mengemukakan teori mengenai proses pengambilan keputusan
organisasi, yaitu:
Bounded Rationality (Pembatasan Rasionalitas)
Proses Pengambilan Keputusan Rasional
Proses Pengambilan Keputusan Trial-and-Error
Model Koalisi
Model Tong Sampah
Irasionalitas dalam Pembuatan Keputusan Organisasi
Sementara itu, ada beberapa metode yang secara umum dilakukan dalam
pengambilan keputusan:
Kewenangan tanpa diskusi,
Pendapat ahli,
Kewenangan setelah diskusi, dan
Kesepakatan
11. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | DECISION MAKING PROCESS 11
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P and Barnwell, Neil. 2002. “Organisational Theory: Concept and
Cases 4th Ed”, Australia : Pearson education Australia.
Robbins, Stephen P. 2004 Organisation Theory: Structure,Design and It’s Application
Englewood Cliffs,N.J: Prentice Hall,Inc.
Hatch, Mary Jo. 1997. “Organisation Theory : Modern, Symbolic, Design and Post
Modern Perspective” New York : Oxford University Press.
Robbins, Stephen P and Sanghi, Seema 2005. “Organisational Behavior 11th Ed” NJ
: Prentice Hall Inc