SlideShare a Scribd company logo
1 of 90
Download to read offline
HIMPUNAN KARYA KHALIL GIBRAN
(1833-1931)
Kahlil Gibran
SEORANG PUJANGGA DARI LIBANON
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
ANAK
Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dakapan
dadanya berkata, Bicaralah pada kami perihal Anak.
Dan dia berkata:
Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu
Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu
Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu
Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu
Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri
Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka
Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah
dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi
Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan
mereka sepertimu
Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa
lalu
Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah
yang hidup diluncurkan
Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia
merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu
dapat meluncur dengan cepat dan jauh.
Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan
Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia
juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan
sepenuh kekuatan.
(Dari 'Cinta, Keindahan, Kesunyian')
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
PENYAIR
Dia adalah rantai penghubung
Antara dunia ini dan dunia akan datang
Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan,
Dia adalah sebatang pohon tertanam
Di lembah sungai keindahan
Memikul bebuah ranum
Bagi hati lapar yang mencari.
Dia adalah seekor burung 'nightingale'
Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan
Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya
Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah
Naik dan mengembang memenuhi angkasa.
Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padang kehidupan. Membuka
kelopak mereka bagi menerima cahaya.
Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi.
Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam.
Tak terliput gelap malam
Tak tergoyah oleh angin kencang
Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang
Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya.
Dia adalah manusia yang selalu bersendirian,
hidup serba sederhana dan berhati suci
Dia duduk di pangkuan alam mencari inspirasi ilham
Dan berjaga di keheningan malam,
Menantikan turunnya ruh
Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya di ladang kasih
sayang
dan kemanusiaan menyuburkannya
Inilah penyair yang dipinggirkan oleh manusia
pada zamannya,
Dan hanya dikenali sesudah jasad ditinggalkan
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dunia pun mengucapkan selamat tinggal dan kembali ia pada Ilahi
Inilah penyair yang tak meminta apa-apa
dari manusia kecuali seulas senyuman
Inilah penyair yang penuh semangat dan memenuhi
cakerawala dengan kata-kata indah
Namun manusia tetap menafikan kewujudan keindahannya
Sampai bila manusia terus terlena?
Sampai bila manusia menyanjung penguasa yang
meraih kehebatan dgn mengambil kesempatan??
Sampai bila manusia mengabaikan mereka yang boleh memperlihatkan
keindahan pada jiwa-jiwa mereka
Simbol cinta dan kedamaian?
Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa org yang sudah
tiada?
dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan
yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala
bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa
Dan oh para penyair,
Kalian adalah kehidupan dalam kehidupan ini:
Telah engkau tundukkan abad demi abad termasuk tirainya.
Penyair..
Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia
Dan, kerana itu kerajaanmu adalah abadi.
Penyair..periksalah mahkota berdurimu..kau akan menemui kelembutan
di sebalik jambangan bunga-bunga Laurel...
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
MIMPI
Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di
wajah bumi, aku bangun dan berjalan ke laut, "Laut tidak pernah
tidur, dan dalam keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa
yang terjaga.",
Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya
seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis. Aku
melihat ombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya
kepada Tuhan dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang
tersembunyi di dalam ombak-ombak itu - kekuatan yang lari bersama
angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan
menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.
Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu.
Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa
aku dapat melawannya.
Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan
ada tenaga magis yang menahanku. Saat itu, salah satunya berdiri dan
dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
"Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah.
Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan
seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam
satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah."
Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,"Hidup
tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya.
Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup,
perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat
dipisahkan ataupun diubah."
Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar
:
"Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan
tanpa akal seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal
adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna."
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang
menggerunkan sekali:
'Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.'
Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak
dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.
Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika
aku membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan
itu, hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang
apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
KEHIDUPAN
Engkau dibisiki bahawa hidup adalah kegelapan
Dan dengan penuh ketakutan
Engkau sebarkan apa yang telah dituturkan padamu
penuh kebimbangan
Kuwartakan padamu bahawa hidup adalah kegelapan
jika tidak diselimuti oleh kehendak
Dan segala kehendak akan buta bila tidak diselimuti pengetahuan
Dan segala macam pengetahuan akan kosong
bila tidak diiringi kerja
Dan segala kerja hanyalah kehampaan
kecuali disertai cinta
Maka bila engkau bekerja dengan cinta
Engkau sesungguhnya tengah menambatkan dirimu
Dengan wujudnya kamu, wujud manusia lain
Dan wujud Tuhan.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN
Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan
yang membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan
tentang Keadilan dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau
pasti berpuas hati dengan nasibmu.
Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu
sibuk mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut
pengertian tentang Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu
berhasrat mengejar kekuatan dan keagungan bagi menempuh jalan
kebenaran.
Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan
penyambung lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah,
kerana engkau merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang
memerintah terhadapmu, dan tiang kejujuran bagi mereka yang
membimbingmu.
Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang
menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu,
dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana
kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati kerana
pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing,
serta membuatmu bijaksana.
Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai
yang berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara
penyerahan terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur
dan jaga, di luar fajar merekah.
Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api
keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya.
Duka melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila
Duka dan kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu
tulis yang kosong, hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan.
Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta
kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan
mendakap erat emasnya.
Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan
hanya mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang
papa yang
kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang
merupakan waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang
kebahagiaan bagi takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang
yang senang bermewah-mewahan dan mengumpul emas, pada
hakikatnya seperti hidup cacing di dalam kuburan. Itu menandakan
ketakutan.
Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni
daripada tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis
daripada ejekan seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati
dan kuman benci, dan mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati
yang patah.
Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan
kembali pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita
yang kausandang, akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak
Syurga. Dan angkatan mendatang akan mempelajari Dukacita dan
Kemelaratan sebagai pelajaran tentang Kasih Sayang dan Persamaan.
(Dari 'Suara Sang Guru')
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
PERSAHABATAN
Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang
Persahabatan.
Dan dia menjawab:
Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan
penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa
mahu kedamaian.
Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut
membisikkan kata "Tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau
menyembunyikan kata "Ya".
Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya;
kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran,
hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan
kegembiraan tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita;
Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak
lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang
pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya
roh kejiwaan.
Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya,
bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap
yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim
pasangmu.
Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk
sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu!
Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi
kekosonganmu.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan
berkongsi kegembiraan..
Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar
dan ghairah segar kehidupan.
Kahlil Gibran
DUA KEINGINAN
Di keheningan malam, Sang Maut turun atas hadrat Tuhan menuju ke
bumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati
seluruh penghuni dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa
yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang
yang terlena di dalam kekuasaan Sang Lelap.
Ketika rembulan tersungkur di kaki langit, dan kota itu berubah warna
menjadi hitam kepekatan, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang
di celah-celah kediaman - berhati-hati tidak menyentuh apa-apa pun -
sehingga tiba di sebuah istana. Ia masuk melalui pagar besi berpaku
tanpa sebarang halangan dan berdiri di sisi sebuah ranjang , dan tika
ia menyentuh dahi si lena, lelaki itu membuka kelopak matanya dan
memandang dengan penuh ketakutan.
Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan
suara ketakutan bercampur aduk kemarahan, "Pergilah kau dariku,
mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah
engkau ini? Dan bagaimana mungkin kau memasuki istana ini? Apa yang
kau inginkan? Tinggalkan rumah ini dengan segera! Ingatlah, akulah
tuan rumah ini. Nyahlah kau, kalau tidak, kupanggil para hamba
suruhanku dan para pengawalku untuk mencincangmu menjadi
kepingan!"
Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan,
"Akulah kematian, berdiri dan tunduklah padaku."
Dan si lelaki itu menjawab, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang,
dan benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika urusanku
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
belum selesai? Apa yang kau inginkan dari orang kaya berkuasa
seperti aku? Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah, dan
ambillah dia! Aku ngeri melihat taring-taringmu yang berdarah dan
wajahmu yang bengis, dan mataku sakit menatap sayap-sayapmu yang
menjijikkan dan tubuhmu yang meloyakan."
Namun selepas tersedar, dia menambah dengan ketakutan, "Tidak,
tidak, Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telah
kukatakan, kerana rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata
yang sesungguhnya terlarang. Maka ambillah longgokan emasku
semahumu atau nyawa salah seorang dari hamba-hambaku, dan
tinggalkanlah diriku... Aku masih mempunyai urusan kehidupan yang
belum selesai dan berhutang emas dengan orang. Di atas laut aku
memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan, permintaanku..jangan
ambil nyawaku... Ambillah olehmu barang yang kau inginkan dan
tinggalkanlah daku. Aku punya perempuan simpanan yang luarbiasa
cantiknya untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya
seorang putera tunggal yang kusayangi, dialah sumber kegembiraan
hidupku. Kutawarkan dia juga sebagai galang ganti, tapi nyawaku
jangan kau cabut dan tinggalkan diriku sendirian."
Sang Maut itu mengeruh,"Engkau tidak kaya tapi orang miskin yang
tak sedar diri." Kemudian Maut mengambil tangan orang hina itu,
mencabut nyawanya, dan memberikannya kepada para malaikat di
langit untuk menghukumnya.
Dan Maut berjalan perlahan di antara setinggan orang-orang miskin
hingga ia mencapai rumah paling daif yang ia temukan. Ia masuk dan
mendekati ranjang di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan
yang damai. Maut menyentuh matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan
ketika melihat Sang Maut berdiri di sampingnya, ia berkata dengan
suara penuh cinta dan harapan, "Aku di sini, wahai Sang Maut yang
cantik. Sambutlah rohku, kerana kaulah harapan impianku. Peluklah
diriku, kekasih jiwaku, kerana kau sangat penyayang dan tak kan
meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan
kebenaran. Bawalah daku pada Ilahi. Jangan tinggalkan daku di sini."
"Aku telah memanggil dan merayumu berulang kali, namun kau tak jua
datang. Tapi kini kau telah mendengar suaraku, kerana itu jangan
kecewakan cintaku dengan menjauhi diri. Peluklah rohku, Sang Maut
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
yang dikasihi."
Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir
yang bergetar itu, mencabut nyawanya, dan menaruh roh itu di bawah
perlindungan sayap-sayapnya.
Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang -- ke dunia
- dan dalam bisikan amaran ia berkata, "Hanya mereka di dunia yang
mencari Keabadianlah yang sampai ke Keabadian itu."
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
ALAM & MANUSIA
Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang
menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya,
"Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?' Dan sungai itu
menjawab, 'Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia
merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku
minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai
pembersih
sampah, meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik
menjadi sifat-sifat buruk."
Dan aku mendengar burung-burung menangis, dan aku bertanya,
"Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?"
Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku, dan hinggap di
hujung sebuah cabang pohon dan berkata, "Anak-anak Adam akan
segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata
pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya.
Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain, sebab kami
tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan
Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi."
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari
puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi
keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri, 'Mengapa
Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh
alam?'
Kahlil Gibran
CINTA (I)
Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta.
Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan
manusia itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara
lantang dia berkata:
Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa
melukaimu.
Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara
membinasakan taman.
Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia akan
menghukummu.
Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu, demikian pula dia ada
untuk mencantasmu.
Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra
ranting-ranting lembutmu yang bergetar dalam cahaya matahari.
Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan menggegarkannya
di dalam pautanmu pada bumi.
Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya.
Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang
Dia mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih.
Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya sehingga engkau
bisa menjadi hidangan suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kau
fahami rahsia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping
hati Kehidupan.
Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian
dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah
keluar dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa, tapi tak
seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua
airmatamu.
Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada
mengambil apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki;
Kerana cinta telah cukup bagi cinta.
Pabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam
hatiku," tapi sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan."
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab
cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu.
Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun
pabila kau mencintai dan memerlukan keghairahan, biarlah ini menjadi
keghairahanmu:
Luluhkan dirimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai, yang
menyanyikan alunannnya bagai sang malam.
Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tentang cinta;
Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan dan mensyukuri hari
baru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang
meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan
sekuntum nyanyian puji-pujian pada bibirmu.
(Dari 'Sang Nabi')
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
CINTA (II)
Mereka berkata tentang serigala dan tikus
Minum di sungai yang sama
Di mana singa melepas dahaga
Mereka berkata tentang helang dan hering
Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama
Dan berdamai - di antara satu sama lain,
Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu
Oh Cinta, yang tangan lembutnya
mengekang keinginanku
Meluapkan rasa lapar dan dahaga
akan maruah dan kebanggaan,
Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku
Memakan roti dan meminum anggur
Menggoda diriku yang lemah ini
Biarkan rasa lapar menggigitku,
Biarkan rasa haus membakarku,
Biarkan aku mati dan binasa,
Sebelum kuangkat tanganku
Untuk cangkir yang tidak kau isi,
Dan mangkuk yang tidak kau berkati
(Dari 'The Forerunner))
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
CINTA (III)
Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat
dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri
dan kesucian cinta.
Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya
gelap. Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu
kekuatan menjadi lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama."
Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan
suara bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan
hati yang ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang
dengan generasi masa lalu dan generasi yang akan datang.'
Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil
mendesah, dia berkata, 'Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam
berbisa yang menderita di neraka, terbang melayang dan
berputar-putar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia
hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan
mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun dan mati untuk
selamanya.'
Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan
tersenyum dia berkata, "Cinta itu laksana air pancuran yang
digunakan roh pengantin sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg
kuat, membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di
malam hari dan senandung pujian di depan matahari di siang hari.'
Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya
panjang dengan dahi berkerut, dia berkata, "Cinta adalah
ketidakpedulian yang buta. la bermula dari hujung masa muda dan
berakhir pada pangkal masa muda.'
Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia
berkata, 'Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata
kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa
melihatnya.'
Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
tongkatnya ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, 'Cinta
adalah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau
yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana
di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya
sendiri yang bergema di lembah-lembah.'
Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan
menyanyi, 'Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman
kehidupan yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya.
Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan
melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi
indah yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran.'
Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai
potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia
berkata, "Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian
makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian.’
Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil
tertawa dia berkata, "Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya
ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta."
Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat.
Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta.
Semua menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan
misteri-misteri kehidupannya.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
IBU
Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir
manusia.
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.
Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang
memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta
dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.
Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci
yang senantiasa
merestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai
ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam
merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan
dan sesungaian.
Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan,
menjaga dan membesarkannya. Pepohonan
dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan
bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.
Penuh cinta dan kedamaian.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
RAHASIA JODOH
Berpasangan engkau telah diciptakan
Dan selamanya engkau akan berpasangan
Bergandingan tanganlah dikau
Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala
Dalam ikatan agung menyatu kalian
Saling menataplah dalam keharmonian
Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan
Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula
Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan
Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian
Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam
Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan
bersama pula dalam menikmatinya
Kerana alam dan kurniaan Tuhan
Terlampau luas untuk dinikmati sendirian
Bersamalah engkau dalam setiap keadaan
Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis
Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari,
bagi mereka yang mencuba
Dan bagi mereka yang mampu memahami erti hidup bersama
Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya
orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka
Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu
Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi
Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu
Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu
Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta
Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah
Bagai mata air kehidupan
Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa
Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama..
Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka
Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya
Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri
Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya
Sebab itulah simfoni kehidupan
Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya
Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri
Yang kalian temukan dalam dia
Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya
Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat
Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat?
Dan pohon jati serta pohon cemara
Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing?
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
PERJAMUAN JIWA
BANGUNLAH, Cintaku. Bangun! Kerana jiwaku mengalu-alumu dari
dasar laut, dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang
yang mengamuk
Bangunlah, kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan
langkah para pejalan kaki.
Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku
terbangun sendiri, rasa rindu membukakan kertas surat tidurku.
Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan
diriku menjauh darimu.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan
desah nafasku meninggalkan tempat tidurku, Cintaku, kerana takut
pada hantu lupa yang berada di balik selimut.
Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan
desah nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan
mataku!
Bangun, bangunlah, Cintaku dan dengar diriku!
Aku mendengarkanmu, Cintaku! Aku mendengar panggilanmu dari
lautan lepas dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah
jauh dari ranjangku, beranjak ke tanah lapang, hingga embun
membasahi kaki dan bajuku. Di sinilah aku berdiri, dibawah
bunga-bunga pohon badam, memenuhi panggilan jiwamu.
Bicaralah padaku, Cintaku, dan biarkan nafasmu menghirup angin
gunung yang datang padaku dari lembah-lembah Lebanon. Bicaralah.
Tak ada yang akan mendengar selain diriku. Malam telah melarutkan
semua manusia ditempat tidurnya.
Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke
seluruh daratan Lebanon, Cintaku.
Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam, jubah tebal
membentang dihembus asap dari cerobong kain, dihembus nafas
kemari, dan mengelarnya di telapak kota, Cintaku.
Para penduduk telah pulas menganyam mimpi di ubun-ubunnya di
tengah pohon-pohon kenari. Jiwa mereka mempercepatkan langkah
mengejar negeri mimpi, Cintaku.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Lelaki-lelaki longlai menggendong emas, dan tebing curam yang akan
dilalui melemaskan lutut mereka. Mata mereka mengantuk kerana dililit
kesulitan dan ketakutan. Mereka melemparkan tubuh ke tempat tidur
sebagai tempat berlindung dari hantu-hantu yang menakutkan dan
mengerikan, Cintaku.
Hantu-hantu dari masa lalu berkeliaran di lembah-lembah. Jiwa para
raja melintasi bukit-bukit. Fikiranku yang berhias kenangan
menyingkap kekuatan bangsa Chaldea, kemegahan Arab.
Di lorong-lorong gelap, jiwa-jiwa pencuri yang tegap berjalan,
muncung-muncung nafsu ular berbisa muncul dari celah-celah
benteng, dan rasa sakit berdengung kematian, muntah-muntah
sepanjang jalan. Kenangan menyingkap tabir kelupaan dari mataku dan
nampaklah Sodom yang menjijikkan, serta dosa-dosa Gomorah.
Ranting-ranting berayun-ayun, Cintaku, dan desirnya bertemu dengan
alunan anak sungai di lembah. Syair-syair Sulaiman, nada kecapi Daud
dan lagu Ishak Al-Mausaili terngiang-ngiang di telinga kami.
Jiwa anak-anak yang lapar di penginapan menggelupur, ibunya
mengeluh di atas kamar kesedihan, dan kekecewaan telah jatuh dari
langit. Mimpi-mimpi kebimbangan melanda hati yang lemah. Aku
mendengar rintihan pahitnya.
Semerbak bunga melambai seiring nafas pohon-pohon cedar. Terbawa
angin sepoi-sepoi menuju perbukitan, harum itu mengisi jiwa dengan
kasih sayang dan meniupkan kerinduan untuk terbang.
Tetapi racun dari rawa-rawa jug berkelana mengepul bersama
penyakit. Seperti panah rahsia yang tajam, racun itu telah menembusi
perasaan dan meracuni udara.
Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi, Cintaku, dan
jari-jari timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap.
Cahaya itu memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan
menyelak hati dan kemenangan. Desa-desa, yang sedang tertidur
dalam damai dan tenang di pundak-pundak lembah, bangun,
loceng-loceng berdenting memenuhi angkasa sebagai panggilan untuk
mula berdoa. Dan dari gua-gua, gema-gema juga berdengung,
seolah-olah seluruh alam sedang berdoa bersama-sama dengan
khusyuknya. Anak-anak sapi telah keluar dari kandangnya, biri-biri
dan kambing meninggalkan bangsalnya untuk menuai rumput yang
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
berembun dan berkilatan cahaya. Penggembalanya mengikuti dari
belakang sambil mengamatinya di balik lelalang. Di belakangnya lagi
gadis-gadis bernyanyi seperti burung menyambut pagi.
Kini tangan siang hari yang perkasa terbaring di atas kota. Tirai telah
diselak dari jendela dan pintu pun terbuka. Mata yang penat dan
wajah lesu para penjahit telah siap di tempat kerjanya. Mereka
merasakan kematian telah melanggar batas kehidupan mereka, dan
riak muka yang layu mempamerkan ketakutan dan kekecewaan. Di
jalanan padat dengan jiwa-jiwa yang tamak dan tergesa-gesa, dan di
mana-mana terdengar desingan besi, pusingan roda dan siulan angin.
Kota telah menjadi arena pertempuran di mana yang kuat menindas
yang lemah dan si kaya mengeksploitasi dan menguasai si miskin.
Betapa indah hidup ini, Cintaku, seperti hati penyair yang penuh
dengan cahaya dan kelembutan hati.
Dan betapa kerasnya hidup ini, Cintaku, seperti dada penjahat, yang
berdebar-debar kerana selalu merasa bimbang dan takut.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
BANGSA KASIHAN
Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya,
memakan roti dari gandum yang tidak dituainya
dan meminum anggur yang tidak diperasnya
Kasihan bangsa yang menjadikan orang bodoh menjadi pahlawan,
dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah.
Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika
tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun.
Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara
kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan,
tidak sesumbar kecuali di runtuhan,
dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya
sudah berada di antara pedang dan landasan.
Kasihan bangsa yang negarawannya serigala,
falsafahnya karung nasi,
dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru.
Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya
dengan trompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian,
hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan trompet lagi.
Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu
menghitung tahun-tahun berlalu
dan orang kuatnya masih dalam gendongan.
Kasihan bangsa yang berpecah-belah,
dan masing-masing mengangap dirinya sebagai satu bangsa.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
WAKTU
Dan seorang pakar astronomi berkata, "Guru, bagaimanakah perihal
Waktu?"
Dan dia menjawab:
Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur.
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan
perjalanan jiwamu menurut jam dan musim.
Suatu ketika kau ingin membuat anak sungai, di mana atas tebingnya
kau akan duduk dan menyaksikan alirannya.
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesedaran akan kehidupan
nan abadi,
Dan mengetahui bahawa semalam hanyalah kenangan utk hari ini dan
esok adalah harapan dan impian utk hari ini.
Dan yang menyanyi dan merenung dari dalam jiwa, sentiasa menghuni
ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa.
Siapa di antara kalian yang tidak merasa bahawa daya mencintainya
tiada batasnya?
Dan siapa pula yang tidak merasa bahawa cinta sejati, walau tiada
batas, terkandung di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari
fikiran cinta ke fikiran cinta, pun bukan dari tindakan cinta ke
tindakan cinta yang lain?
Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbahagi dan
tiada kenal ruang?
Tapi jika di dalam fikiranmu baru mengukur waktu ke dalam musim,
biarkanlah tiap musim merangkumi semua musim yang lain,
Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan
masa depan dengan kerinduan.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
FIKIRAN DAN SAMADI
Hidup menjemput dan melantunkan kita dari satu tempat ke tempat
yang lain; Nasib memindahkan kita dari satu tahap ke tahap yang lain.
Dan kita yang diburu oleh keduanya, hanya mendengar suara yang
mengerikan, dan hanya melihat susuk yang menghalangi dan merintangi
jalan kita.
Keindahan menghadirkan dirinya dengan duduk di atas singgahsana
keagungan; tapi kami mendekatinya atas dorongan Nafsu ; merenggut
mahkota kesuciannya, dan mengotori busananya dengan tindak laku
durhaka.
Cinta lalu di depan kita, berjubahkan kelembutan ; tapi kita lari
ketakutan, atau bersembunyi dalam kegelapan, atau ada pula yang
malahan mengikutinya, untuk berbuat kejahatan atas namanya.
Meskipun orang yang paling bijaksana terbongkok kerana memikul
beban Cinta, tapi sebenarnya beban itu seiringan bayu pawana
Lebanon yang berpuput riang.
Kebebasan mengundang kita pada mejanya agar kita menikmati
makanan lazat dan anggurnya ; tapi bila kita telah duduk
menghadapinya, kita pun makan dengan lahap dan rakus.
Tangan Alam menyambut hangat kedatangan kita, dan menawarkan
pula agar kita menikmati keindahannya ; tapi kita takut akan
keheningannya, lalu bergegas lari ke kota yang ramai,
berhimpit-himpitan seperti kawanan kambing yang lari ketakutan dari
serigala garang.
Kebenaran memanggil-manggil kita di antara tawa anak-anak atau
ciuman kekasih, tapi kita menutup pintu keramahan baginya, dan
menghadapinya bagaikan musuh.
Hati manusia menyeru pertolongan ; jiwa manusia memohon
pembebasan ; tapi kita tidak mendengar teriak mereka, kerana kita
tidak membuka telinga dan berniat memahaminya. Namun orang yang
mendengar dan memahaminya kita sebut gila lalu kita tinggalkan.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Malampun berlalu, hidup kita lelah dan kurang waspada, sedang hari
pun memberi salam dan merangkul kita. Tapi di siang dan malam hari,
kita sentiasa ketakutan.
Kita amat terikat pada bumi, sedangkan gerbang Tuhan terbuka lebar.
Kita memijak-mijak roti Kehidupan, sedangkan kelaparan memamah
hati kita. Sungguh betapa budiman Sang Hidup terhadap Manusia,
namun betapa jauh Manusia meninggalkan Sang Hidup.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
HIDUP
Kehidupan merupakan sebuah pulau di lautan kesepian, dan bagi pulau
itu bukti karang yang timbul merupakan harapan, pohon merupakan
impian, bunga merupakan keheningan perasaan, dan sungai merupakan
damba kehausan.
Hidupmu, wahai saudara-saudaraku, laksana pulau yang terpisah dari
pulau dan daerah lain. Entah berapa banyak kapal yang bertolak dari
pantaimu menuju wilayah lain, entah berapa banyak armada yang
berlabuh di pesisirmu, namun engkau tetap pulau yang sunyi,
menderita kerana pedihnya sepi dan dambaan terhadap kebahagiaan.
Engkau tak dikenal oleh sesama insan, lagi pula terpencil dari
keakraban dan perhatian.
Saudaraku, kulihat engkau duduk di atas bukit emas serta menikmati
kekayaanmu -bangga akan hartamu, dan yakin bahawa setiap genggam
emas yang kau kumpulkan merupakan mata rantai yang
menghubungkan
hasrat dan fikiran orang lain dengan dirimu.
Di mata hatiku engkau kelihatan bagaikan panglima besar yang
memimpin bala tentara, hendak menggempur benteng musuh. Tapi
setelah kuamati lagi, yang nampak hanya hati hampa belaka, yang
tertempel di balik longgok emasmu, bagaikan seekor burung kehausan
dalam sangkar emas dengan wadah air yang kosong.
Kulihat engkau, saudaraku, duduk di atas singgahsana agung; di
sekelilingmu berdiri rakyatmu yang memuji-muji keagunganmu,
menyanyikan lagu penghormatan bagi karyamu yang mengagumkan,
memuji kebijaksanaanmu, memandangmu seakan-akan nabi yang mulia,
bahkan jiwa mereka melambung kesukaan sampai ke langit-langit
angkasa.
Dan ketika engkau memandang kelilingmu, terlukislah pada wajahmu
kebahagiaan, kekuasaan, dan kejayaan, seakan-akan engkau adalah
nyawa bagi raga mereka.
Tapi bila kupandang lagi, kelihatan engkau seorang diri dalam
kesepian, berdiri di samping singgahsanamu, menadahkan tangan ke
segala arah, seakan-akan memohon belas kasihan dan pertolongan dari
roh-roh yang tak nampak -mengemis perlindungan, kerana tersisih dari
persahabatan dan kehangatan persaudaraan.
Kulihat dirimu, saudaraku, yang sedang mabuk asmara pada wanita
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
jelita, menyerahkan hatimu pada paras kecantikannya. Ketika kulihat
ia memandangmu dengan kelembutan dan kasih keibuan, aku berkata
dalam hati, "Terpujilah Cinta yang mampu mengisi kesepian pria ini
dan mengakrabkan hatinya dengan hati manusia lain."
Namun, bilamana kuamati lagi, di sebalik hatimu yang bersalut cinta
terdapat hati lain yang kesunyian, meratap hendak menyatakan
cintanya pada wanita; dan di sebalik jiwamu yang sarat cinta,
terdapat jiwa lain yang hampa, bagaikan awan yang mengembara,
menjadi titik-titik air mata kekasihmu...
Hidupmu, wahai saudaraku, merupakan tempat tinggal sunyi yang
terpisah dari wilayah penempatan orang lain, bagaikan ruang tengah
rumah yang tertutup dari pandangan mata tetangga. Seandainya
rumahmu tersalut oleh kegelapan, sinar lampu tetanggamu tak dapat
masuk meneranginya. Jika kosong dari persediaan kemarau, isi gudang
tetanggamu tak dapat mengisinya. Jika rumahmu berdiri di atas gurun,
engkau tak dapat memindahkannya ke halaman orang lain, yang telah
diolah dan ditanami oleh tangan orang lain. Jika rumahmu berdiri di
atas puncak gunung, engkau tak dapat memindahkannya atas lembah,
kerana lerengnya tak dapat ditempuh oleh kaki manusia.
Kehidupanmu, saudaraku, dibaluti oleh kesunyian, dan jika bukan
kerana kesepian dan kesunyian itu, engkau bukanlah engkau, dan aku
bukanlah aku. Jika bukan kerana kesepian dan kesunyian itu, aku akan
percaya kiranya aku memandang wajahmu, itulah wajahku sendiri yang
sedang memandang cermin.
(Dari 'Suara Sang Guru')
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
NYANYIAN SUKMA
Di dasar relung jiwaku
Bergema nyanyian tanpa kata; sebuah lagu
yang bernafas di dalam benih hatiku,
Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ; ia meneguk rasa
kasihku
dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang,
Namun bukan menyentuh bibirku.
Betapa dapat aku mendesahkannya?
Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana
Kepada siapa aku akan menyanyikannya?
Dia tersimpan dalam relung sukmaku
Kerna aku risau, dia akan terhempas
Di telinga pendengaran yang keras.
Pabila kutatap penglihatan batinku
Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya,
Dan pabila kusentuh hujung jemariku
Terasa getaran kehadirannya.
Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya,
Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya
bintang-bintang bergemerlapan.
Air mataku menandai sendu
Bagai titik-titik embun syahdu
Yang membongkarkan rahsia mawar layu.
Lagu itu digubah oleh renungan,
Dan dikumandangkan oleh kesunyian,
Dan disingkiri oleh kebisingan,
Dan dilipat oleh kebenaran,
Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan,
Dan difahami oleh cinta,
Dan disembunyikan oleh kesedaran siang
Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Lagu itu lagu kasih-sayang,
Gerangan 'Cain' atau 'Esau' manakah
Yang mampu membawakannya berkumandang?
Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati:
Suara manakah yang dapat menangkapnya?
Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci,
Getar nada mana yang mampu menggoyahnya?
Siapa berani menyatukan debur ombak samudra
dengan kicau bening burung malam?
Siapa yang berani membandingkan deru alam,
Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian?
Siapa berani memecah sunyi
Dan lantang menuturkan bisikan sanubari
Yang hanya terungkap oleh hati?
Insan mana yang berani
melagukan kidung suci Tuhan?
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
NYANYIAN HUJAN
Aku ini percikan benang-benang perak yang dihamburkan dari syurga
oleh dewa-dewa.
Alam raya kemudian meraupku, bagi menyirami ladang dan lembahnya.
Aku ini taburan mutiara, yang dipetik dari mahkota Raja Ishtar, oleh
puteri Fajar,
untuk menghiasi taman-taman mayapada.
Pabila kuurai air mata, bukit-bukit tertawa;
Pabila aku meniup rendah, bunga-bunga gembira,
Dan bila aku menunduk, segalanya cerah-ceria.
Ladang dan awan mega berkasih-mesra,
Di antara mereka aku pembawa amanat setia,
Yang satu kulepas dari dahaga,
Yang lain kuubati dari luka.
Suara guruh mengkhabarkan kedatanganku
Pelangi di langit menghantar pemergianku,
Bagai kehidupan duniawi, diriku,
Dimulakan pada kaki kekuatan alam,
Dan diakhiri di bawah sayap kematian.
Aku muncul dari dalam jantung samudera,
Melayang tinggi bersama pawana,
Pabila kulihat ladang memerlukanku,
Aku turun, kubelai mesra bunga-bunga dan pepohonan
Dalam berjuta cara.
Jemariku lembut bermain pada jendela-jendela kaca
Dan berita yang kubawa membawa bahagia,
Semua orang dapat mendengarnya, namun hanya yang peka,
Dapat memahami maknanya.
Panas udara melahirkan aku,
Namun sebagai balasannya aku membunuhnya,
Laksana wanita yang mengungguli jejaka,
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dengan kekuatan yang dihisap daripadanya.
Diriku helaan nafas samudera
Gelak tertawa padang ladang,
Dan cucuran air mata dari syurga.
Maka, disertai cinta kasih -
dihela dari kedalaman laut kasih-sayang;
tertawa ria dari rona padang jiwa,
air mata dari kenangan syurga abadi.
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
MASA MUDA DAN KEINDAHAN
Keindahan menjadi milik usia muda, tapi keremajaan yang untuknya
dunia ini diciptakan tidak lebih dari sekadar mimpi yang manisnya
diperhamba oleh kebutaan yang menghilangkan kesedaran.
Akankah hari itu datang, ketika orang-orang bijak menyatukan
kemanisan masa muda dan kenikmatan pengetahuan?
Sebab masing-masing hanyalah kosong bila hanya sendirian.
Akankah hari itu datang ketika alam menjadi guru yang mengajar
manusia, dan kemanusiaan menjadi buku bacaan
sedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari?
Hasrat masa muda akan kesenangan-kenikmatan tidak terlalu menuntut
tanggung jawab -hanya akan terpenuhi bila fajar telah menyelak
kegelapan hari.
Banyak lelaki yang tenggelam dalam keasyikan hari-hari masa muda
yang mati dan beku;
banyak perempuan yang menyesali dan mengutuk tahun-tahun tak
berguna mereka seperti raungan singa betina yang kehilangan anak;
dan banyak para pemuda dan pemudi yang menggunakan hati mereka
sekadar sebagai alat penggali kenangan pahit masa depan,
melukai diri melalui kebodohan dengan anak panah yang tajam dan
beracun kerana kehilangan kebahagiaan.
Usia tua adalah permukaan kulit bumi;
ia harus, melalui cahaya dan kebenaran,
memberikan kehangatan bagi benih-benih masa muda yang
ada dibawahnya, melindungi dan memenuhi keperluan mereka
hingga Nisan datang dan menyempurnakan kehidupan masa muda yang
sedang tumbuh dengan kebangkitan baru
Kita berjalan terlalu lambat ke arah kebangkitan spiritual,
dan perjalanan itu seluas angkasa tanpa batas,
sebagai pemahaman keindahan kewujudan melalui
rasa kasih dan cinta kepada keindahan tersebut
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
SURAT DARI KEKASIH
Untukmu yang selalu Kucintai,
Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan
berharap engkau akan berbicara kepadaKu., bercerita,
meminta pendapatKu, mengucapkan sesuatu untukKu
walaupun hanya sepatah kata.
Atau berterima kasih kepadaKu atas sesuatu hal yang
indah yang terjadi dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau
waktu yang lalu....
Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk
pergi bekerja...
Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu.
Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap,
Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan
menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk...
Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun.
Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu.
Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau
berlari ke telefon dan menelefon seorang teman untuk sekadar
berbual-bual.
Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku
menanti dengan sabar sepanjang hari. Namun dengan
semua kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu sibuk
untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu.
Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke
sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara
kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak
sedikitpun menyapaKu.
Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan
melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKu
dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan,
tetapi engkau tidak melakukannya.....
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan
Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu,
meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya
seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan.
Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV, Aku
tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak,
hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak
waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun
dan hanya menikmati siaran yang ditampilkan, hingga waktu-
waktu untukKu dilupakan.
Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati
makananmu tetapi kembali engkau lupa menyebut namaKu
dan berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan.
Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah.
Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu,
kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa
sepatahpun namaKu kau sebut. Tidak mengapa kerana mungkin
engkau masih belum menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu.
Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari.
Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang
lain. Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah
kata darimu, ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba.
Baiklah..... engkau bangun kembali dan kembali Aku
menanti dengan penuh kasih bahawa hari ini kau akan
memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu...
Tapi yang Kutunggu ... ah tak juga kau menyapaKu.
Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi
kau masih tidak mempedulikan Aku.
Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada
pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU....
Apakah salahKu padamu ...? Rezeki yang Kulimpahkan,
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
kesihatan yang Kuberikan, Harta yang Kurelakan, makanan
yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan,
kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak
membuatmu ingat kepadaKu ???
Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap
berharap suatu saat engkau akan menyapaKu, memohon
perlindunganKu, bersujud menghadapKu ... Kembali kepadaKu.
Yang selalu bersamamu setiap saat,
Tuhanmu....
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
KEHIDUPAN SEBUAH CINTA
MUSIM BUNGA
Marilah, sayang, mari berjalan menjelajahi perbukitan,
Salju telah cair dan Kehidupan telah terjaga dari lenanya
dan kini mengembara menyusuri pegunungan dan lembah-lembah,
Mari kita ikut jejak-jejak Musim Bunga, yang melangkaui
Ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan
'Tuk menadah ilham dari aras ketinggian,
Di atas hamparan ngarai nan sejuk kehijauan.
Fajar Musim Bunga telah mengeluarkan pakaiannya
dari lipatan simpanan, dan menyangkutnya
pada pohon pic dan sitrus , dan mereka kelihatan bagai pengantin
dalam upacara tradisi Malam Kedre..
Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan bagai kekasih
Air kali pun lincah berlompatan menari ria,
Di sela-sela batuan, menyanyikan lagu riang.
Dan bunga-bunga bermekaran dari jantung alam,
Laksana buih-buih bersemburan, dari kalbu lautan
Kemarilah, sayang: mari meneguk sisa air mata
musim dingin, dari gelas kelopak bunga lili,
Dan menenangkan jiwa, dengan gerimis nada-nada
Curahan simfoni burung-burung yang berkicauan
dan berkelana riang dalam bayu mengasyikkan
Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga violet
berteduh dalam persembunyian, dan meniru
Kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rindu.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
MUSIM PANAS
Mari pergi ke ladang, kekasihku, kerana
Musim menuai telah tiba, dan cahaya suria
Telah memanggang gandum kuning-kekuningan.
Mari kita mengerjakan hasil bumi, sebagaimana semangat kegembiraan
menyuburkan butir gandum
Dari benih cinta-kasih, yang tertanam dalam sanubari.
Mari mengisi guni kita dengan limpahan hasil bumi
bagai kehidupan mengisi penuh rongga hati,
Dengan harta kekayaan tak terperi,
Mari, jadikan bunga-bunga alas tilam kita
Dan langit biru selimut kita
Sandarkan kepala di bantal harum jerami,
Mari kita berehat setelah bekerja sepanjang hari,
Sambil mendengar bisik gemercik air sungai yang menyanyi.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
MUSIM GUGUR
kita pergi memetik anggur di perkebunan
Dan memerah sari buah segar
Dan menyimpannya di jambangan tua
Sebagaimana jiwa menyimpan ilmu pengetahuan
Abad-abad lalu, dalam gedung keabadian.
Dan sekarang mari pulang, kerna sang bayu telah
Menerbangkan daun-daun kuning dan mengisar bunga-bunga layu
Yang membisikkan dendang kematian pada Musim Gugur
Mari pulang, kekasihku abadi, kerana burung-burung
Telah terbang bagi perjalanan migrasi menuju kehangatan
Meninggalkan padang yang dingin dan kesepian.
Bunga mirtel dan melati pun telah lama
Mengeringkan air matanya.
Mari kembali, sebab anak sungai yang sayu
Telah kehabisan lagu, dan sumber air yang lincah
Telah membisu, enggan mengucapkan kata perpisahan.
Sedang bukit-bukit tua telah mulai melipat
pakaiannya yang berwarna-warni.
Mari, kekasihku; Alam telah letih,
Ia bersemangat melambaikan selamat tinggal
Dengan dendangan sayup dan ketenangan.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
MUSIM DINGIN
Dekatlah ke mari,oh teman sepanjang hidupku,
Dekatlah padaku, dan jangan biarkan sentuhan Musim Dingin,
Mencelah di antara kita. Duduklah disampingku di depan tungku,
Sebab nyalaan api adalah satu-satunya nyawa musim ini.
Bicaralah padaku tentang kekayaan hatimu,
Yang jauh lebih besar daripada unsur Alam yang menggelodak
Di luar pintu.
Palanglah pintu dan patri engselnya,
Sebab wajah angkasa menekan semangatku
Dan pemandangan ladang-ladang salju
Menimbulkan tangis dalam jiwaku.
Tuangkan minyak ke dalam lampu, jangan biarkan ia pudar,
Letakkan dekat wajahmu, supaya aku boleh membaca dalam tangis
Apa yang telah ditulis pada wajahmu
Tentang kehidupan kau bersamaku..
Berilah aku anggur Musim Gugur, dan mari minum bersama
Sambil mendendangkan lagu kenangan pada ghairah Musim Bunga
Dan layanan hangat Musim Panas, serta anugerah
tuaian dari Musim Gugur.
Dekatlah padaku, oh kekasih jiwaku; api mendingin dalam tungku,
Menyelinap padam nyalanya satu-satu, dari timbunan abu
Dakaplah aku, sebab aku ngeri akan kesepian.
Lampu meredup, dan anggur minuman membuat mata sayu mengatup.
Mari kita saling berpandangan, sebelum mata tertutup.
Cari aku dengan rabaan, temui daku dalam pelukan
Lalu biarkan kabus malam merangkul jiwa kita menjadi satu
Kucuplah aku, kekasihku, kerana Musim Dingin,
Telah merenggut segala, kecuali bibir yang berkata:
Engkau dalam dakapan, oh Kekasihku Abadi,
Betapa dalam dan kuat samudera lena,
Dan betapa cepatnya subuh...
(Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman)
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
SEMALAM
Semalam aku sendirian di dunia ini, kekasih;
dan kesendirianku... sebengis kematian...
Semalam diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara...,
Di dalam fikiran malam.
Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di
atas lidah hari.
Dan, ia berlangsung dalam seminit dari sang waktu yang melahirkan
sekilas pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekucup ciuman
Kahlil Gibran
ANTARA PAGI DAN MALAM HARI
TENANGLAH hatiku, kerana langit tak pun mendengari
Tenanglah, kerana bumi dibebani dengan ratapan kesedihan.
Dia takkan melahirkan melodi dan nyanyianmu.
Tenanglah, kerana roh-roh malam tak menghiraukan bisikan rahsiamu,
dan bayang-bayang tak berhenti dihadapan mimpi-mimpi.
Tenanglah, hatiku. Tenanglah hingga fajar tiba, kerana dia yang
menanti pagi dengan sabar akan menyambut pagi dengan kekuatan. Dia
yang mencintai cahaya, dicintai cahaya.
Tenanglah hatiku, dan dengarkan ucapanku.
DALAM mimpi aku melihat seekor murai menyanyi saat dia terbang di
atas kawah gunung berapi yang meletus.
Kulihat sekuntum bunga Lili menyembulkan kelopaknya di balik salju.
Kulihat seorang bidadari telanjang menari-menari di antara batu-batu
kubur.
Kulihat seorang anak tertawa sambil bermain dengan
tengkorak-tengkorak.
Kulihat semua makhluk ini dalam sebuah mimpi. Ketika aku terjaga dan
memandang sekelilingku, kulihat gunung berapi memuntahkan nyala
api, tapi tak kudengar murai bernyanyi, juga tak kulihat dia terbang.
Kulihat langit menaburkan salju di atas padang dan lembah, dilapisi
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
warna putih mayat dari bunga lili yang membeku.
Kulihat kuburan-kuburan, berderet-deret, tegak di hadapan
zaman-zaman yang tenang. Tapi tak satu pun kulihat di sana yang
bergoyang dalam tarian, juga tidak yang tertunduk dalam doa.
Saat terjaga, kulihat kesedihan dan kepedihan; ke manakah perginya
kegembiraan dan kesenangan impian?
Mengapa keindahan mimpi lenyap, dan bagaimana
gambaran-gambarannya menghilang? Bagaimana mungkin jiwa tertahan
sampai sang tidur membawa kembali roh-roh dari hasrat dan
harapannya?
DENGARLAH hatiku, dan dengarlah ucapanku.
Semalam jiwaku adalah sebatang pohon yang kukuh dan tua,
menghunjam akar-akarnya ke dasar bumi dan cabang-cabangnya
mencekau ke arah yang tak terhingga.
Jiwaku berbunga di musim bunga, memikul buah pada musim panas.
Pada musim gugur kukumpulkan buahnya di mangkuk perak dan
kuletakkannya di tengah jalan. Orang-orang yang lalu lalang
mengambil dan memakannya, serta meneruskan perjalanan mereka.
KALA musim gugur berlalu dan gita pujinya bertukar menjadi lagu
kematian dan ratapan, kudapati semua orang telah meninggalkan
diriku kecuali satu-satunya buah di talam perak.
Kuambil ia dan memakannya, dan merasakan pahitnya bagai kayu
gaharu, masam bak anggur hijau.
Aku berbicara dalam hati,"Bencana bagiku, kerana telah kutempatkan
sebentuk laknat di dalam mulut orang-orang itu, dan permusuhan
dalam perutnya.
" Apa yang telah kaulakukan, jiwaku, dengan kemanisan akar-akarmu
itu yang telah meresap dari usus besar bumi, dengan wangian
daun-daunmu yang telah meneguk cahaya matahari?"
Lalu kucabut pohon jiwaku yang kukuh dan tua.
Kucabut akarnya dari tanah liat yang di dalamnya dia telah bertunas
dan tumbuh dengan subur. Kucabut akar dari masa lampaunya,
menanggalkan kenangan seribu musim bunga dan seribu musim gugur.
Dan kutanam sekali lagi pohon jiwaku di tempat lain.
Kutanam dia di padang yang tempatnya jauh dari jalan-jalan waktu.
Kulewatkan malam dengan terjaga di sisinya, sambil
berkata,"Mengamati bersama malam yang membawa kita mendekati
kerlipan bintang."
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Aku memberinya minum dengan darah dan airmataku, sambil
berkata,"Terdapat sebentuk keharuman dalam darah, dan dalam
airmata sebentuk kemanisan."
Tatkala musim bunga tiba, jiwaku berbunga sekali lagi.
PADA musim panas jiwaku menyandang buah. Tatkala musim gugur
tiba, kukumpulkan buah-buahnya yang matang di talam emas dan
kuletakkan di tengah jalan. Orang-orang melintas, satu demi satu atau
dalam kelompok-kelompok, tapi tak satu pun menghulurkan tangannya
untuk mengambil bahagiannya.
Lalu kuambil sebuah dan memakannya, merasakan manisnya bagai
madu pilihan, lazat seperti musim bunga dari syurga, sangat
menyenangkan laksana anggur Babylon, wangi bak wangi-wangian dari
melati.
Aku menjerit,"Orang-orang tak menginginkan rahmat pada mulutnya
atau kebenaran dalam usus mereka, kerana rahmat adalah puteri
airmata dan kebenaran putera darah!"
Lalu aku beralih dan duduk di bawah bayangan pohon sunyi jiwaku di
sebuah padang yang tempatnya jauh dari jalan waktu.
TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba.
Tenanglah, kerana langit menghembus bau hamis kematian dan tak
bisa meminum nafasmu.
Dengarkan, hatiku, dan dengarkan aku bicara.
Semalam fikiranku adalah kapal yang terumbang-ambing oleh
gelombang laut dan digerakkan oleh angin dari pantai ke pantai
Kapal fikiranku kosong kecuali untuk tujuh cawan yang dilimpahi
dengan warna-warna, gemilang berwarna-warni.
Sang waktu datang kala aku merasa jemu terapung-apungan di atas
permukaan laut dan berkata,
"Aku akan kembali ke kapal kosong fikiranku menuju pelabuhan kota
tempat aku dilahirkan."
Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku
Aku mulai mengecat sisi-sisi kapalku dengan warna-warni - kuning
matahari terbenam, hijau musim bunga baru, biru kubah langit, merah
senjakala yang menjadi kecil. Pada layar dan kemudinya kuukirkan
susuk-susuk menakjubkan, menyenangkan mata dan menyenangkan
penglihatan.
Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku laksana pandangan luas
seorang nabi, berputar dalam ketidakterbatasan laut dan langit.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Kumasuki pelabuhan kotaku, dan orang muncul menemuiku dengan
pujian dan rasa terima kasih. Mereka membawaku ke dalam kota,
memukul gendang dan meniup seruling.
Ini mereka lakukan kerana bahagian luar kapalku yang dihias dengan
cemerlang, tapi tak seorang pun masuk ke dalam kapal fikiranku.
Tak seorang pun bertanya apakah yang kubawa dari seberang lautan
Tak seorang pun tahu kenapa aku kembali dengan kapal kosongku ke
pelabuhan.
Lalu kepada diriku sendiri, aku berkata,"Aku telah menyesatkan
orang-orang, dan dengan tujuh cawan warna telah kudustai mata
mereka"
Setelah setahun aku menaiki kapal fikiranku dan kulayari di laut
untuk kedua kalinya.
Aku berlayar menuju pulau-pulau timur, dan mengisi kapalku dengan
dupa dan kemenyan, pohon gaharu dan kayu cendana.
Aku berlayar menuju pulau-pulau barat, dan membawa bijih emas dan
gading, batu merah delima dan zamrud, dan sulaman serta pakaian
warna merah lembayung.
Dari pulau-pulau selatan aku kembali dengan rantai dan pedang tajam,
tombak-tombak panjang, serta beraneka jenis senjata.
Aku mengisi kapal fikiranku dengan harta benda dan barang-barang
lhasil bumi dan kembali ke pelabuhan kotaku, sambil berkata,
"Orang-orangku pasti akan memujiku, memang sudah pastinya. Mereka
akan menggendongku ke dalam kota sambil menyanyi dan meniup
trompet"
Tapi ketika aku tiba di pelabuhan, tak seorangpun keluar menemuiku.
Ketika kumasuki jalan-jalan kota, tak seorang pun memerhatikan
diriku.
Aku berdiri di alun-alun sambil mengutuk pada orang-orang bahawa
aku membawa buah dan kekayaan bumi. Mereka memandangku,
mulutnya penuh tawa, cemuhan pada wajah mereka. Lalu mereka
berpaling dariku.
Aku kembali ke pelabuhan, kesal dan bingung. Tak lama kemudian aku
melihat kapalku. Maka aku melihat perjuangan dan harapan dari
perjalananku yang menghalangi perhatianku. Aku menjerit.
Gelombang laut telah mencuri cat dari sisi-sisi kapalku, tak
meninggalkan apa pun kecuali tulang belulang yang bertaburan.
Angin, badai dan terik matahari telah menghapus lukisan-lukisan dari
layar, memudarkan ia seperti pakaian berwarna kelabu dan usang.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Kukumpulkan barang-barang hasil dan kekayaan bumi ke dalam sebuah
perahu yang terapung di atas permukaan air. Aku kembali ke
orang-orangku, tapi mereka menolak diriku kerana mata mereka hanya
melihat bahagian luar.
Pada saat itu kutinggalkan kapal fikiranku dan pergi ke kota kematian.
Aku duduk di antara kuburan-kuburan yang bercat kapur,
merenungkan rahsia-rahsianya.
TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba.
Tenanglah, meskipun prahara yang mengamuk mencerca
bisikan-bisikan batinmu, dan gua-gua lembah takkan menggemakan
bunyi suaramu.
Tenanglah, hatiku, hingga fajar tiba. Kerana dia yang menantikan
dengan sabar hingga fajar, pagi hari akan memeluknya dengan
semangat.
NUN di sana! Fajar merekah, hatiku. Bicaralah, jika kau mampu
bicara!
Itulah arak-arakan sang fajar, hatiku! Akankah hening malam
melumpuhkan kedalaman hatimu yang menyanyi menyambut fajar?
Lihatlah kawanan merpati dan burung murai melayang di atas lembah.
Akankah kengerian malam menghalangi engkau untuk menduduki sayap
bersama mereka?
Para pengembala memandu kawanan dombanya dari tempat ternak dan
kandang.
Akankah roh-roh malam menghalangimu untuk mengikuti mereka ke
padang rumput hijau?
Anak lelaki dan perempuan bergegas menuju kebun anggur. Kenapa
kau tak berganjak dan berjalan bersama mereka?
Bangkitlah, hatiku, bangkit dan berjalan bersama fajar, kerana malam
telah berlalu. Ketakutan malam lenyap bersama mimpi gelapnya.
Bangkitlah, hatiku, dan lantangkan suaramu dalam nyanyian, kerana
hanya anak-anak kegelapan yang gagal menyatu ke dalam nyanyian
sang fajar.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
7 ALASAN MENCELA DIRI
Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku,
pertama kali ketika aku melihatnya lemah,
padahal seharusnya ia bisa kuat.
Kedua kali ketika melihatnya berjalan terjongket-jongket
dihadapan orang yang lumpuh
Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan mudah
ia memilih yang mudah
Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan cuba menghibur
diri
dengan mengatakan bahawa semua orang juga melakukan kesalahan
Kelima kali, ia menghindar kerana takut, lalu mengatakannya sebagai
sabar
Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk
padahal ia tahu, bahawa wajah itu adalah salah satu topeng yang
sering ia pakai
Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu
sebagai suatu yang bermanfaat
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
SETITIS AIRMATA DAN SEULAS SENYUMAN
Takkan kutukar dukacita hatiku demi kebahagiaan khalayak. Dan,
takkan kutumpahkan air mata kesedihan yang mengalir dari tiap
bahagian diriku berubah menjadi gelak tawa. Kuingin diriku tetaplah
setitis air mata dan seulas senyuman.
Setitis airmata yang menyucikan hatiku dan memberiku pemahaman
rahsia kehidupan dan hal ehwal yang tersembunyi. Seulas senyuman
menarikku dekat kepada putera kesayanganku dan menjelma sebuah
lambang pemujaan kepada tuhan.
Setitis airmata meyatukanku dengan mereka yang patah hati; Seulas
senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan.
Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan
berbanding jika aku hidup menjemukan dan putus asa.
Aku bersedia kelaparan demi cinta dan keindahan yang ada di dasar
jiwaku setelah kusaksikan mereka yang dimanjakan amat menyusahkan
orang. Telah kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan dan itu
lebih manis daripada melodi yang termanis.
Ketika malam tiba bunga menguncupkan kelopak dan tidur, memeluk
kerinduannya. tatkala pagi menghampiri, ia membuka bibirnya demi
menyambut ciuman matahari.
Kehidupan sekuntum bunga sama dengan kerinduan dan pengabulan.
Setitis airmata dan seulas senyuman.
Air laut menjadi wap dan naik menjelma menjadi segumpal mega. Awan
terapung di atas pergunungan dan lembah ngarai hingga berjumpa
angin sepoi bahasa, jatuh bercucuran ke padang-padang lalu
bergabung bersama aliran sungai dan kembali ke laut, rumahnya.
Kehidupan awan-gemawan itu adalah sesuatu perpisahan dan
pertemuan. Bagai setitis airmata seulas senyuman. Dan, kemudian jiwa
jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat
melintas bagai segumpal mega diatas pergunungan dukacita dan
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
dataran kebahagiaan.
Menuju samudera cinta dan keindahan - kepada Tuhan.
Kahlil Gibran
NASIHAT JIWAKU
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang
yang membenciku,
Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku.
Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta
tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang
dicintai.
Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga,
dekat satu sama lain; Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di
sekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari
semua yang ada, dan bertambah secara kekal.
Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang
ada di sebalik bentuk dan warna.
Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah
sampai nampaklah keelokannya.
Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku,
Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap;
tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya
melihat api yang membakar.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang
keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan.
Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku
yang bodoh dan sia-sia.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan,
Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman.
Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan..
Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku
dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam
cangkir-cangkir,
Yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibir
Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam
abu.
Tertiup angin dingin dari musim-musim bunga;
Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku,
Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagianku.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang tak dapat dilihat;
Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh
adalah apa yang kita impikan.
Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum
tumbuhan yang tak memiliki akar, tangkai maupun bunga, dan yang tak
pernah dapat dilihat mata.
Sebelum jiwaku menasihati, aku mencari bau harum dalam
kebun-kebun,
Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa; Tapi
sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar,
Aku mencium udara lebih harum dari semua kebun-kebun di dunia ini
dan semua angin di angkasa raya.
Jiwaku menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa mulia
kerana pujian
Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian.
Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilai pekerjaanku;
Tapi sekarang aku belajar;
Bahawa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuah di musim panas
Dan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi
benar-benar telanjang di musim dingin.
Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku
Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih
rendah berbanding raksasa.
Sebelumnya aku melihat manusia ada dua,
Seorang yang lemah yang aku caci atau kukasihani,
Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawan
dalam pemberontakan.
Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanah
yang sama darimana semua manusia diciptakan.
Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka, dan pengembaraan
mereka adalah juga milikku.
Bila mereka melanggar aku juga pelanggar,
Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik
mereka.
Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka;
Bila mereka tinggal di belakang, aku juga menemani mereka.
Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahawa cahaya
yang kubawa bukanlah cahayaku,
Bahawa laguku tidak diciptakan dalam diriku;
Kerana meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya,
Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat kemas oleh
dawai-dawaiku,
Aku bukanlah pemain kecapi.
Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu
dengan perkataan ini: "Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari
esok." Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang
lenyap dan akan dilupakan, Dan masa depan kuanggap suatu masa yang
tak bisa kucapai;
Tapi kini aku terdidik perkara ini : Bahawa dalam keseluruhan waktu
masa kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, Harus
diraih sampai dapat.
Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku.
Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu.
Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beza di antara kita.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang
kudengar dalam heningku,
Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu, dan engkau adalah
penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini.
Kahlil Gibran
IBU
Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan.
Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di
dalam kelemahan.
Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan.
Manusia yang kehilangan ibunya bererti kehilangan jiwa sejati yang
memberi berkat dan menjaganya tanpa henti.
Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang susuk ibu.
Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya
dengan pancaran panasnya.
Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari
sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian
lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai.
Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu
yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian.
Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh
kekal, penuh dengan keindahan dan cinta.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
LAGU OMBAK
Pantai yang perkasa adalah kekasihku,
Dan aku adalah kekasihnya,
Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta,
Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya.
Kupergi padanya dengan cepat
Lalu berpisah dengan berat hati.
Membisikkan selamat tinggal berulang kali.
Aku segera bergerak diam-diam
Dari balik kebiruan cakerawala
Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku
Ke pangkuan keemasan pasirnya
Dan kami berpadu dalam adunan terindah.
Aku lepaskan kehausannya
Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya
Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora di dada.
Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta
di telinganya, dan dia memelukku penuh damba
Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan
Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang
Gerakku pantas diwarnai kebimbangan
Sedangkan dia tetap sabar dan tenang.
Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan
Kala air pasang kami saling memeluk
Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doa
Seribu sayang, aku selalu berjaga sendiri
Menyusut kekuatanku.
Tetapi aku pemuja cinta,
Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa,
Mungkin kelelahan akan menimpaku,
Namun tiada aku bakal binasa.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
DARI PETIKAN SANG NABI (THE PROPHET)
PERENGGAN 12
Seorang ahli hukum menyusul bertanya;
Dan bagaimana tentang undang-undang kita?
Dijawabnya;
Kalian senang meletakkan perundangan,
namun lebih senang lagi melakukan perlanggaran,
Bagaikan kanak-kanak yang asyik bermain di tepi pantai,
yang penuh kesungguhan menyusun pasir jadi menara,
kemudian menghancurkannya sendiri,
sambil gelak tertawa ria.
Tapi,
selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu,
sang laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ke tepi,
Dan pada ketika kau menghancurkan menara buatanmu,
sang laut pun turut tertawa bersamamu.
Sesungguhnya,
samudera sentiasa ikut tertawa,
bersama mereka yang tanpa dosa.
Tapi bagaimanakah mereka,
yang menganggap kehidupan bukan sebagai samudera,
dan melihat undang-undang buatannya sendiri,
bukan ibarat menara pasir?
Merekalah yang memandang kehidupan,
laksana sebungkal batu karang,
dan undang-undang menjadi pahatnya,
untuk memberinya bentuk ukiran,
menurut selera manusia,
sesuai hasrat kemahuan.
Bagaimana dia,
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
si tempang yang membenci para penari?
Bagaimana pula kerbau yang menyukai bebannya,
dam mencemuh kijang,
menamakannya haiwan liar tiada guna?
Lalu betapa ular tua,
yang tak dapat lagi menukar kulitnya,
dan kerana itu menyebut ular lain sebagai telanjang,
tak kenal susila?
Ada lagi dia,
yang pagi- pagi mendatangi pesta,
suatu keramaian perkahwinan,
kemudian setelah kenyang perutnya,
dengan badan keletihan,
meninggalkan keramaian dengan umpatan,
menyatakan semua pesta sebagai suatu kesalahan,
dan semua terlibat melakukan kesalahan belaka.
Apalah yang kukatakan tentang mereka,
kecuali bahawa memang mereka berdiri di bawah sinar mentari,
namun berpaling wajah, dan punggung mereka membelakangi?
Mereka hanya melihat bayangannya sendiri,
dan bayangan itulah menjadi undang-undangnya.
Apakah erti sang suria bagi mereka,
selain sebuah pelempar bayangan?
Dan apakah kepatuhan hukum baginya,
selain terbongkok dan melata di atas tanah,
mencari dan menyelusuri bayangan sendiri?
Tapi kau,
yang berjalan menghadapkan wajah ke arah mentari,
bayangan apa di atas tanah,
yang dapat menahanmu?
Kau yang mengembara di atas angin,
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
kincir mana yang mampu memerintahkan arah perjalananmu,
hukum mana yang mengikatmu,
bila kau patahkan pikulanmu,
tanpa memukulnya pada pintu penjara orang lain?
Hukum apa yang kau takuti,
jikalau kau menari-nari,
tanpa kakimu tersadung belenggu orang lain?
Dan siapakah dia yang menuntutmu,
bila kau mencampakkan pakaianmu,
tanpa melemparkannya di jalan orang lain?
Rakyat Orphalese,
kalian mungkin mampu memukul gendang,
dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi,
namun katakan,
siapakah yang dapat menghalangi,
burung pipit untuk menyanyi.
PERENGGAN 13
Seorang ahli pidato maju ke depan;
bertanyakan masalah kebebasan.
Dia mendapat jawapan;
Telah kusaksikan,
di gerbang kota maupun dekat tungku perapian,
dikau bertekuk lutut memuja Sang Kebebasan.
Laksana hamba budak merendahkan diri di depan sang tuan,
si zalim yang disanjung puja,
walaupun dia hendak menikam.
Ya, sampaipun di relung-relung candi,
dan keteduhan pusat kota,
kulihat yang paling bebas pun diantara kalian,
mengendong kebebasannya laksana pikulan,
mengenakannya seperti besi pembelenggu tangan.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Hatiku menitikkan darah dalam dada,
kerana kutahu,
bahawa kau hanya dapat bebas sepenuhnya,
pabila kau dapat menyedari;
bahawa keinginan untuk kebebasan pun,
merupakan sebentuk belenggu jiwamu.
Hanya jikalau kau pada akhirnya,
berhenti bicara tentang Kebebasan,
sebagai suatu tujuan dan sebuah hasil perbincangan,
maka kau akan bebas,
bila hari-hari tiada kosong dari beban fikiran,
dan malam-malammu tiada sepi dari kekurangan dan kesedihan.
Bahkan justeru Kebebasanmu berada dalam rangkuman beban hidup
ini,
tetapi yang berhasil engkau atasi,
dan jaya kau tegak menjulang tinggi,
sempurna, terlepas segala tali-temali.
Dan bagaimana kau kan bangkit,
mengatasi hari dan malammu,
pabila kau tak mematahkan belenggu ikatan,
yang di pagi pengalamanmu,
telah engkau kaitkan pada ketinggian tengah harimu?
Sesungguhnyalah,
apa yang kau namai Kebebasan,
tak lain dari mata terkuat diantara mata rantai belenggumu,
walau kilaunya gemerlap cemerlang di sinar suria,
serta menyilaukan pandang matamu.
Dan sedarkah engkau,
apa yang akan kau lepaskan itu?
tiada lain adalah cebisan dari dirimu,
jikalau kau hendak mencapai kebebasan yang kau rindu.
Pabila yang akan kau buang itu,
suatu hukum yang tak adil,
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
akuilah bahwa dia telah kau tulis dengan tanganmu sendiri,
serta kau pahatkan diatas permukaan keningmu.
Mustahil kau akan menghapusnya,
dengan hanya membakar kitab-kitab hukummu,
tak mungkin pula dengan cara membasuh kening para hakimmu,
walau air seluruh lautan kaucurahkan untuk itu.
Pabila seorang zalim yang hendak kau tumbangkan,
usahakanlah dahulu,
agar kursi tahtanya yang kau tegakkan di hatimu,
kau cabut akarnya sebelum itu.
Sebab bagaimanakah seorang zalim,
dapat memerintah orang bebas dan punya harga diri,
jika bukan engkau sendiri membiarkannya,
menodai kebebasan yang kaujunjung tinggi,
mencorengkan arang pada harkat martabat kemanusiaanmu peribadi?
Pabila suatu beban kesusahan yang hendak kautanggalkan,
maka ingatlah bahwa beban itu telah pernah menjadi pilihanmu,
bukannya telah dipaksakan diatas pundakmu.
Bilamana ketakutan yang ingin kau hilangkan,
maka perasaan ngeri itu bersarang di hatimu,
bukannya berada pada dia yang kau takuti.
Sebenarnyalah, segalanya itu bergetar dalam diri,
dalam rangkulan setengah terkatup, yang abadi;
antara;
yang kauinginkan dan yang kau takuti,
yang memuakkan dan yang kausanjung puji,
yang kaukejar-kejar dan yang hendak kau tinggal pergi.
Kesemuanya itu hadir dalam dirimu selalu,
bagaikan Sinar dan Bayangan,
dalam pasangan-pasangan,
yang lestari berpelukan.
Dan pabila sang bayangan menjadi kabur, melenyap hilang,
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
maka sinar yang tinggal, wujudlah bayangan baru,
bagi sinar yang lain;
demikianlah selalu.
Seperti itulah pekerti Kebebasan,
pabila ia kehilangan pengikatnya yang lama,
maka ia sendirilah menjadi pengikat baru,
bagi Kebebasan yang lebih agung,
sentiasa.
Kahlil Gibran
PROSA (I)
Bila engkau sedang bersukaria
renunglah dalam-dalam
ke lubuk hati
disanalah nanti engkau dapati
bahwa hanya yang pernah membuat derita
berkemampuan memberimu bahagia
Jika engkau berdukacita
renunanglah lagi, ke lubuk hati
disanalah pula bakal kau temui
bahawa sesungguhnya
engkau sedang menangisi
sesuatu yang pernah
engkau syukuri
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
PROSA (II)
Bila kau memberi dari hartamu, tidak banyaklah pemberian itu. Bila
kau memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh erti. Sebab,
apalah harta milikan itu, pabila ia bukan simpanan yang kaujaga buat
persediaan di hari kemudian ?
Dan hari kemudian; terkandung janji apakah bagi dia, si anjing kikir,
Yang menimbun tulang-tulang di bawah pasir, Dalam perjalanan ke
kota suci, mengikuti musafir ?
Dan bukankah ketakutan akan kemiskinan, Merupakan kemiskinan itu
sendiri ? Ketakutan akan dahaga, sedangkan sumur masih penuh,
Bukankah dahaga yang tak mungkin dipuaskan ?
Ada orang yang memberi sedikit dari miliknya yang banyak Dan
pemberian itu dilakukan demi sanjungan, Hasrat tersembunyi membuat
tak murni dermanya.
Ada pula yang memiliki sedikit dan memberikan segalanya. Merekalah
yang percaya akan kehidupan dan anugerah kehidupan, Dan peti
mereka tiada pernah mengalami kekosongan.
Ada yang memberi dengan kegembiraan di hati, Kegembiraanlah yang
menjadi anugerah pengganti. Ada yang memberi dengan kepedihan di
hati, maka Kepedihan menjadi air pensucian diri.
Dan ada yang memberi tanpa merasa sakit di dalamnya, Tanpa mencari
kegirangan dari pemberiannya, Tanpa mengingat-ingat kebaikannya;
Mereka memberi, sebagaimana di lembah sana, Bunga-bunga
menyebarkan wewangiannya ke udara.
Melalui mereka inilah, Tuhan berbicara, Dan dari sinar lembut tatapan
mata mereka Dia tersenyum pada dunia.
...
Sebab sesungguhnya, kehidupanlah yang memberi pada kehidupan
.Sedangkan kau, yang mengira dirimu seorang pemberi, Sebetulnya
hanyalah seorang saksi.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dan kau, kaum penerima - ya, engkau semuanya tergolong penerima !
Jangan memberati diri dengan rasa terhutang budi, Sebab kau akan
membebani dirimu dan dia yang memberi.
Sayugia kau bangkit bersama si pemberi, Naik sayap pemberiannya,
Melambung ke taraf yang lebih tinggi.
Terlampau menyedari hutangmu, adalah meragukan kedermawanan dia,
Sang putera Bumi yang murah hati, Dan Tuhan, sebagai sumber segala
hartanya.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
PROSA (III)
Dan aku melihat hal-hal yang menyedihkan,
Para Malaikat Kebahagiaan tengah berperang dgn Syaitan-syaitan
Penderitaan
Dan Manusia berdiri di antara mereka.
Yang satu menariknya dengan Harapan dan yang lain dengan
Keputus-asaan.
Aku melihat Cinta dan Benci bermain-main di hati manusia, Cinta
menyembunyikan kesalahan Manusia dan memabukkanya dengan
anggur kepatuhan, pujian dan rayuan: sementara Kebencian
menghasutnya dan menutup telinganya dan membutakan matanya dari
Kebenaran...
Aku melihat para pemimpin mulutnya berbuih seperti serigala licik dan
juri penyelamat palsu merencanakan dan bersekongkol untuk Melawan
Kebahagiaan Manusia..
Dan aku melihat Manusia memanggil Kebijakan untuk membebaskannya,
tetapi Kebijakan tidak mendengar jeritannya, kerana Manusia pernah
Mengabaikannya ketika ia berbicara kepadanya di jalananan kota...
(Dari Suara Sang Guru)
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
PROSA (IV)
Kemudian datang seorang pertapa, Yang sekali setahun turun ke kota,
Memohon jawapan tentang kesenangan. Jawabnya demikian :
Kesenangan adalah lagu kebebasan, Namun bukannya sang kebebasan
sendiri,
Dialah bunga-bunga hasrat keinginan, Namun bukan buah yang asli.
Sebuah jurang ternganga yang berseru ke puncak ketinggian, Itulah
dia ; namun dia bukan kedalaman maupun ketinggian itu sendiri. Dialah
si terkurung yang
terbang terlepas, Namun bukannya ruang yang terbentang luas ; Ya,
sesungguhnyalah kesenangan merupakan lagu kebebasan. Dan aku amat
suka bila dapat mendengarkan, Kalian menyanyikannya dengan
sepenuh hati, Namun
jangan hanyutkan diri dalam nyanyian
Beberapa diantaramu mencari kesenangan, Seolah kesenangan itu
adalah segala-galanya, Dan mereka ini dipersoalkan, dihakimi dan
dipersalahkan. Aku tak akan mempersalahkannya, ataupun
memarahinya,
Melainkan akan mendorong mereka untuk mencari dan menyelami.
Sebab mereka akan menemukan kesenangan, Namun kesenangan tiada
berdiri sendiri. Saudaranya ada beberapa, ialah tujuh orang puteri,
Yang terjelek pun diantaranya lebih unggul kecantikannya, Daripada
dia yang bernama
kesenangan. Engkau pernah mendengar tentang seorang manusia, Yang
menggali tanah hendak mencari akar, Namun menemukan harta pusaka
?
Beberapa di antara orang tua mengenangkan saat kesenangan, Dengan
penuh rasa penyesalan, Seolah kesenangan itu dosa yang
diperbuatnya, Tatkala sedang terbius di luar kesedarannya.
Tapi penyesalan ini hanya mengaburkan akal budi, Tiada
berkemampuan menyucikan hati nurani, Sayugia mereka mengingat
kesenangan yang lalu, Dengan rasa syukur dan terima kasih dalam
kalbu, Sebagaimana mereka
mengenang rahmat tuaian di musim panas ; Namun pabila rasa
penyesalan lebih menenteramkan hatinya, Maka biarlah mereka
menikmati ketenteramannya.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dan ada di antaramu yang bukan lagi remaja namun masih perlu
mencari, Pun belum terlampau tua namun memerlukan kenang-kenangan
untuk digali,
Lalu menyingkirkan segala kesenangan yang ada di mayapada, Khuatir
melemahkan kekuatan jiwa, Ataupun bertentangan dan merugikannya.
Tapi dalam pencegahan diri inipun terletak kesenangan mereka, Dan
dengan demikian mereka pun menemui sebuah mustika,
Walau semua mereka dengan tangan gementar, hanya mencuba
menggali akar. Tetapi katakanlah padaku, siapakah yang dapat
menenang jiwa ? Si burung bul-bul yang menyanyikan lagu merdu,
Terganggukah olehnya ketenangan malam yang syahdu ? Atau ambillah
dia, si kunang-kunang, Adakah diganggunya keagungan
bintang-bintang ? Dan nyala api, ataupun asap bara, Adakah dia
memberati pawana ? Dan dikau mengira, bahwa jiwa merupakan danau
yang tenang, Yang hanya dengan sentuhan sepucuk kayu, dapat
kauganggu ?
Betapa seringnya, dengan menyingkiri segala kesenangan, Kau hanya
menimbun keinginan tersembunyi, di relung kesedaran. Siapa tahu
bahawa apa yang nampaknya lenyap sekarang, dari
permukaan, hanya menanti saat kebangkitan dihari kemudian ?
Bahkan jasmani memahami kudratnya dan keperluan hak alamiahnya,
Serta tiada sudi mengalami tipuan dari akal manusia. Jasmani adalah
kecapi jiwa,
Tergantung kepada manusia, Untuk menggetarkannya dengan petikan
lagu merdu, Ataupun suara yang tiada menentu.
Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu; bagaimana cara membezakan
baik-buruk dalam kesenangan? Maka pergilah dikau ke ladang, kebun
dan tamanmu, Dan kau akan mengerti, bahawa bagi lebah, menghisap
madu adalah kesenangan, namun bagi bunga pun memberikan madu
adalah kesenangan.
Untuk lebah, bunga merupakan pancaran kehidupan, Untuk bunga,
lebah merupakan duta kasih kehidupan. Dan bagi keduanya, sang lebah
maupun sang bunga, Memberi dan menerima kesenangan adalah
keperluan dan keasyikan.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Rakyat Orphalese, bersenanglah bagaikan bunga dan lebah.
KATA SELEMBAR KERTAS SEPUTIH SALJU
Kata selembar kertas seputih salju,"Aku tercipta secara murni, kerana
itu aku akan tetap murni selamanya. Lebih baik aku dibakar dan
kembali menjadi abu putih daripada menderita kerana tersentuh
kegelapan atau didekati oleh sesuatu yang kotor."
Tinta botol mendengar kata kertas itu. Ia tertawa dalam hatinya yang
hitam, tapi tak berani mendekatinya. Pensil-pensil beraneka warna pun
mendengarnya, dan mereka pun tak pernah mendekatinya. Dan
selembar kertas yang seputih salju itu tetap suci dan murni selamanya
-suci dan murni- dan kosong.
Kahlil Gibran
TANYA SANG ANAK
Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibu
Serta seorang anak gadis muda dan naif!
Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!
Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita?
Sang ibu menjawab,"Kerana ibu lebih kuat dari ayah!"
Sang anak terdiam dan berkata,"Kenapa jadi begitu?"
Sang anak pun bertanya kepada sang ayah!
Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,"Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab," Iya, kau adalah yang terkuat!"
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.
Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,"Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!"
"Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?" Sang anak pun kembali
melontarkan pertanyaan.
Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan.
"Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam.
Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!
Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.
Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,"Kau, kau adalah cinta kami sayang.."
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
GURU
Barangsiapa mahu menjadi guru,
biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri
sebelum mengajar orang lain,
dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan
kata-kata.
Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan memperbetulkan
perbuatan-perbuatannya sendiri
lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan
daripada mereka yang hanya mengajar orang lain
dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain.
Kahlil Gibran
INDAHNYA KEMATIAN
Bahagian 1 ~ Panggilan
Biarkan aku terbaring dalam lelapku, kerana jiwa ini telah dirasuki
cinta, dan biarkan daku istirahat, kerana batin ini memiliki segala
kekayaan malam dan siang.
Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling
ranjang ini, dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar.
Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini
dengan wangian, dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis
jelas di dahi ini.
Biarku istirahat di ranjang ini, kerana kedua bola mata ini telah
teramat lelahnya;
Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku;
Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku.
Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar
harapan dalam mataku, kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai
ranjang kapas tempat hatiku berbaring.
Hapuslah air matamu, saudaraku, dan tegakkanlah kepalamu seperti
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi.
Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku
dengan jarak infiniti;
Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya.
Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku. Ciumlah mataku
dengan seulas senyummu.
Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan
kelembutan jemari merah jambu mereka;
Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan
memberkatiku;
Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan
dalam mataku, dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan
nafasku....
Kahlil Gibran
PROSA (V)
Aku akan melakukan segala apa yang telah engkau ucapkan tadi
Dan aku akan menjadikan jiwaku sebagai sebuah kelambu yang
menyelubungi jiwamu.
Hatiku akan menjadi tempat tinggal keanggunanmu
serta dadaku akan menjadi kubur bagi penderitaanmu.
Aku akan selalu mencintaimu...sebagaimana padang rumput
yang luas mencintai musim bunga.
Aku akan hidup di dalam dirimu laksana bunga-bunga yang hidup oleh
panas matahari.
Aku akan menyanyikan namamu seperti lembah menyanyikan gema
loceng di desa
Aku akan mendengar bahasa jiwamu seperti pantai mendengarkan
kisah-kisah gelombang.
Aku akan mengingatimu seperti perantau asing yang mengenang
tanahair tercintanya,
Sebagaimana orang lapar mengingati pesta jamuan makan,
Seperti raja yang turun takhta mengingati masa-masa
kegemilangannya,
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Dan seperti seorang tahanan mengingati masa-masa kesenangan dan
kebebasan.
Aku akan mengingatimu sebagaimana seorang petani yang mengingati
bekas-bekas gandum di lantai tempat simpanannya,
juga seperti gembala mengingati padang rumput yang luas dan
sungai yang segar airnya."
(Dari Sayap Sayap Patah)
Kahlil Gibran
MUSIM BUNGA
Bunga akan nampak indah
Ketika musim bunga bermula
Mencium pucuk-pucuk kecilnya
Namun kasih akan sentiasa
Nampak indah dari bunga
Kerana ia terus tumbuh tanpa bantuan musim
Kahlil Gibran
DUA PUISI
Berabad-abad yang lalu, di suatu jalan menuju Athens, dua orang
penyair bertemu. Mereka mengagumi satu sama lain. Salah seorang
penyair bertanya, "Apa yang kau ciptakan akhir-akhir ini, dan
bagaimana dengan lirikmu?"
Penyair yang seorang lagi menjawab dengan bangga, "Aku tidak
melakukan hal lain selain menyelesaikan syairku yang paling indah,
kemungkinan merupakan syair yang paling hebat yang pernah ditulis di
Yunani. Isinya pujian tentang Zeus yang Mulia."
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata,
"Ke mari, lihatlah, syair ini kubawa, dan aku senang bila dapat
membacakannya untukmu. Ayuh, mari kita duduk berteduh di bawah
pohon cypress putih itu."
Lalu penyair itu membacakan syairnya. Syair itu panjang sekali.
Setelah selesai, penyair yang satu berkata, "Itu syair yang indah
sekali. Syair itu akan dikenang berabad-abad dan akan membuat
engkau masyhur."
Penyair pertama berkata dengan tenang, "Dan apa yang telah kau
ciptakan akhir-akhir ini?"
Penyair kedua menjawab, "Aku hanya menulis sedikit. Hanya lapan
baris untuk mengenang seorang anak yang bermain di kebun." Lalu ia
membacakan syairnya.
Penyair pertama berkata, "Boleh tahan, boleh tahan."
Kemudian mereka berpisah.
Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca
di setiap lidah, diulang-ulang, dihargai dan selalu dikenang. Dan
walaupun syair yang satu lagi memang benar bertahan berabad-abad
lamanya dalam perpustakaan, di rak-rak buku, dan walaupun syair itu
dikenang, namun tidak ada yang tertarik untuk menyukainya atau
membacanya.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
KEKASIHKU LAYLA
Kemarilah, kekasihku.
Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku.
Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah
daripada cinta...
Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan
pahitnya anggur itu.
Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan
rantai-rantaiku.
Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi
dan yang telah menyelimuti rahsia-rahsia hatiku.
Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jemarimu yang
berlumuran darah.
Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan
kananku dan katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri
kerana putus asa dan cemburu.
Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berfikir
bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku,
kebahagiaanku, kehidupanku daripada melarikan diri bersamamu pada
malam pernikahanmu.
Ciumlah aku, kekasih jiwaku... sebelum orang-orang melihat tubuhku...
Ciumlah aku... ciumlah, Layla...
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
KISAHKU
Dengarkan kisahku... .
Dengarkan, tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku: kerana belas
kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam
penderitaanku..
Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk
diri kita. Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan berada dalam
diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri. Jika kita menderita, kesakitan
kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam.
Jangan kau anggap bahawa cinta itu datang kerana pergaulan yang
lama atau rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa,
dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta
bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi.
Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan
raga adalah sebuah kebenaran, yang terbuka namun rahsia; ia hanya
dapat difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan;
dan ketika kita mencuba untuk menggambarkannya ia menghilang
bagai segumpal wap.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
CIUMAN PERTAMA
Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa
dari air pancuran cinta.
Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan dan
menyedihkan hati dengan takdir yang mengisinya dengan
kebahagiaan.
Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan , bab pertama dari
suatu novel tentang manusia.
Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu dengan
kejayaan masa depan.
Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaan-perasaan dengan
nyanyian-nyanyiannya.
Itulah satu kata yang diucapkan oleh sepasang bibir yang menyatukan
hati sebagai singgahsana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai
mahkota.
Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari-jemari
angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas
kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih.
Itulah permulaan getaran-getaran yang memisahkan kekasih dari dunia
ruang dan matra dan membawa mereka kepada ilham dan
impian-impian.
Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga
buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga.
Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para
dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan
bunga pertama yang mekar pada ranting pohon cabang pertama
kehidupan.
Kahlil Gibran
Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN
SUARA PENYAIR
Berkah amal soleh tumbuh subur dalam ladang hatiku.
Aku akan menuai gandum dan membahagikannya pada mereka yang
lapar.
Jiwaku menyuburkan ladang anggur yang kuperas buahnya dan
kuberikan sarinya pada mereka yang kehausan.
Syurga telah mengisi pelitaku dengan minyaknya dan akan kuletakkan
di jendela.
Agar musafir berkelana di gelap malam menemui jalannya.
Kulakukan semua itu kerana mereka adalah diriku.
Andaikan nasib membelenggu tanganku dan aku tak bisa lagi menuruti
hati nuraniku, maka yang tertinggal dalam hasratku hanyalah : Mati!
Aku seorang penyair, apabila aku tak bisa memberi, akupun tak mau
menerima apa-apa.
Kahlil Gibran
BAGI SAHABATKU YANG TERTINDAS
Wahai engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan, diberi
makan pada dada penurunan nilai, yang bermain sebagai seorang anak
di rumah tirani, engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan
meminum air keruhmu bercampur dengan airmata yang getir.
Wahai askar yang diperintah oleh hukum yang tidak adil oleh lelaki
yang meninggalkan isterinya, anak-anaknya yang masih kecil,
sahabat-sahabatnya, dan memasuki gelanggang kematian demi
kepentingan cita-cita, yang mereka sebut 'keperluan'.
Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung
halamannya, tak dikenali di antara mereka yang mengenalinya, yang
hanya berhasrat untuk hidup di atas sampah masyarakat dan dari
tinggalan atas permintaan dunia yang hanya tinta dan kertas.
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran
Karya Kahlil Gibran

More Related Content

What's hot

Instrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-wordInstrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-wordMuhamad Anugrah
 
LAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdf
LAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdfLAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdf
LAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdfOom Surahman
 
Surat peminjaman tempat mubes
Surat peminjaman tempat mubesSurat peminjaman tempat mubes
Surat peminjaman tempat mubesFitria Andita
 
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknyaKumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknyaUtami Trianti
 
Contoh teks eksposisi 2
Contoh teks eksposisi 2Contoh teks eksposisi 2
Contoh teks eksposisi 2cicitbiru9
 
Berita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuanBerita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuanpandirambo900
 
Perbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan SastraPerbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan SastraDermawan Jaqee
 
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fix
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fixSambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fix
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fixShintaDevi11
 
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaTeks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaFakhriyah Elita
 
Cerita anak bergambar
Cerita anak bergambarCerita anak bergambar
Cerita anak bergambarYanz Smangat
 
Naskah pidato prabowo
Naskah pidato prabowoNaskah pidato prabowo
Naskah pidato prabowoAhmad Toriq
 
Surat keterangan telah melakukan kunjungan studi
Surat keterangan telah melakukan kunjungan studiSurat keterangan telah melakukan kunjungan studi
Surat keterangan telah melakukan kunjungan studiWibowo Wibowo
 
Ngamumule basa sunda
Ngamumule basa sundaNgamumule basa sunda
Ngamumule basa sundaDevi Ramli
 
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat "Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat Apner Krei
 

What's hot (20)

Instrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-wordInstrumen supervisi-akademik-versi-word
Instrumen supervisi-akademik-versi-word
 
Pidato bahasa indonesia hari kemerdekaan
Pidato bahasa indonesia hari kemerdekaanPidato bahasa indonesia hari kemerdekaan
Pidato bahasa indonesia hari kemerdekaan
 
LAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdf
LAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdfLAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdf
LAMP 4. KI-KD Bahasa Sunda.pdf
 
Surat peminjaman tempat mubes
Surat peminjaman tempat mubesSurat peminjaman tempat mubes
Surat peminjaman tempat mubes
 
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknyaKumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
Kumpulan puisi dan unsur intrinsiknya
 
Contoh teks eksposisi 2
Contoh teks eksposisi 2Contoh teks eksposisi 2
Contoh teks eksposisi 2
 
Berita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuanBerita acara serah terima bantuan
Berita acara serah terima bantuan
 
Makalah kimia
Makalah kimiaMakalah kimia
Makalah kimia
 
Perpisahan
PerpisahanPerpisahan
Perpisahan
 
Surat peryataan memundurkan diri
Surat  peryataan memundurkan diriSurat  peryataan memundurkan diri
Surat peryataan memundurkan diri
 
Perbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan SastraPerbedaan Setiap Angkatan Sastra
Perbedaan Setiap Angkatan Sastra
 
Drama 3 orang persahabatan
Drama 3 orang persahabatanDrama 3 orang persahabatan
Drama 3 orang persahabatan
 
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fix
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fixSambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fix
Sambutan bupati wonosobo acara pembukaan pelatihan blk fix
 
Surat persetujuan pindah sekolah
Surat persetujuan pindah sekolahSurat persetujuan pindah sekolah
Surat persetujuan pindah sekolah
 
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian DuniaTeks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
Teks Pidato: Santri Indonesia sebagai Perdamaian Dunia
 
Cerita anak bergambar
Cerita anak bergambarCerita anak bergambar
Cerita anak bergambar
 
Naskah pidato prabowo
Naskah pidato prabowoNaskah pidato prabowo
Naskah pidato prabowo
 
Surat keterangan telah melakukan kunjungan studi
Surat keterangan telah melakukan kunjungan studiSurat keterangan telah melakukan kunjungan studi
Surat keterangan telah melakukan kunjungan studi
 
Ngamumule basa sunda
Ngamumule basa sundaNgamumule basa sunda
Ngamumule basa sunda
 
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat "Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
"Dewi Nawang Wulan" Cerita Rayat
 

Viewers also liked (12)

61 kunci untuk sukses dalam kehidupan
61 kunci untuk sukses dalam kehidupan61 kunci untuk sukses dalam kehidupan
61 kunci untuk sukses dalam kehidupan
 
Langkah 6 developing assessment instruments
Langkah 6  developing assessment instrumentsLangkah 6  developing assessment instruments
Langkah 6 developing assessment instruments
 
Evaluasiprogrampengajaran
EvaluasiprogrampengajaranEvaluasiprogrampengajaran
Evaluasiprogrampengajaran
 
Langkah 1 identifying instructional goal
Langkah 1  identifying instructional goalLangkah 1  identifying instructional goal
Langkah 1 identifying instructional goal
 
Paket pembelajaran tik
Paket pembelajaran tikPaket pembelajaran tik
Paket pembelajaran tik
 
Awareness
AwarenessAwareness
Awareness
 
Prinsip visual
Prinsip visualPrinsip visual
Prinsip visual
 
KAHLIL GIBRAN Sang Pujaan
KAHLIL GIBRAN Sang PujaanKAHLIL GIBRAN Sang Pujaan
KAHLIL GIBRAN Sang Pujaan
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
epilepsy in IEM
epilepsy in IEMepilepsy in IEM
epilepsy in IEM
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 

Similar to Karya Kahlil Gibran

Tenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijckTenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijckHisyam Fayrus
 
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUHANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUHAldi Aldinar
 
Antologi puisi, cerpe, dan skenario drama
Antologi puisi, cerpe, dan skenario dramaAntologi puisi, cerpe, dan skenario drama
Antologi puisi, cerpe, dan skenario dramaEliErnawati4
 
Kumpulan puisi-terbaik
Kumpulan puisi-terbaikKumpulan puisi-terbaik
Kumpulan puisi-terbaikFuny Day
 
kumpulan-puisi-terbaik
kumpulan-puisi-terbaikkumpulan-puisi-terbaik
kumpulan-puisi-terbaikIwan Setya
 
doa dan puisi
doa dan puisidoa dan puisi
doa dan puisiariyan29
 
Kumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKampung Baca
 
PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"Maghfur Amien
 
Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017andika dika
 

Similar to Karya Kahlil Gibran (20)

Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Tenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijckTenggelamnya kapal van der wijck
Tenggelamnya kapal van der wijck
 
Puisi citraan penglihatan
Puisi citraan penglihatanPuisi citraan penglihatan
Puisi citraan penglihatan
 
Filosofi ok
Filosofi okFilosofi ok
Filosofi ok
 
Gh
GhGh
Gh
 
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUHANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
ANTOLOGI SYAIR KELAS 9J - SMPN 1 CIPANAS - JAGUAR PETANG TIGA PULUH
 
Puisi
PuisiPuisi
Puisi
 
Antologi puisi, cerpe, dan skenario drama
Antologi puisi, cerpe, dan skenario dramaAntologi puisi, cerpe, dan skenario drama
Antologi puisi, cerpe, dan skenario drama
 
Kumpulan puisi-terbaik
Kumpulan puisi-terbaikKumpulan puisi-terbaik
Kumpulan puisi-terbaik
 
kumpulan-puisi-terbaik
kumpulan-puisi-terbaikkumpulan-puisi-terbaik
kumpulan-puisi-terbaik
 
KHALIL GIBRAN
KHALIL GIBRANKHALIL GIBRAN
KHALIL GIBRAN
 
Chairil anwar
Chairil anwarChairil anwar
Chairil anwar
 
doa dan puisi
doa dan puisidoa dan puisi
doa dan puisi
 
Teks Puisi2 Ws Rendra
Teks Puisi2 Ws RendraTeks Puisi2 Ws Rendra
Teks Puisi2 Ws Rendra
 
Teks Puisi2 Ws
Teks Puisi2 WsTeks Puisi2 Ws
Teks Puisi2 Ws
 
bahasa.docx
bahasa.docxbahasa.docx
bahasa.docx
 
Kumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadiKumpulan puisi nedi suryadi
Kumpulan puisi nedi suryadi
 
PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"PUISI "antologi Maghfur Amien"
PUISI "antologi Maghfur Amien"
 
Lukisan hasan
Lukisan hasanLukisan hasan
Lukisan hasan
 
Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017Puisi penyisian fl2sn 2017
Puisi penyisian fl2sn 2017
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 
5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi5 pilar manajemen organisasi
5 pilar manajemen organisasi
 
Personal blog
Personal blogPersonal blog
Personal blog
 

Karya Kahlil Gibran

  • 1. HIMPUNAN KARYA KHALIL GIBRAN (1833-1931) Kahlil Gibran SEORANG PUJANGGA DARI LIBANON
  • 2. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN ANAK Dan seorang perempuan yang menggendong bayi dalam dakapan dadanya berkata, Bicaralah pada kami perihal Anak. Dan dia berkata: Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu Mereka adalah anak-anak kehidupan yang rindu akan dirinya sendiri Mereka dilahirkan melalui engkau tapi bukan darimu Meskipun mereka ada bersamamu tapi mereka bukan milikmu Pada mereka engkau dapat memberikan cintamu, tapi bukan fikiranmu Kerana mereka memiliki fikiran mereka sendiri Engkau bisa merumahkan tubuh-tubuh mereka, tapi bukan jiwa mereka Kerana jiwa-jiwa itu tinggal di rumah hari esok, yang tak pernah dapat engkau kunjungi meskipun dalam mimpi Engkau bisa menjadi seperti mereka, tapi jangan cuba menjadikan mereka sepertimu Kerana hidup tidak berjalan mundur dan tidak pula berada di masa lalu Engkau adalah busur-busur tempat anakmu menjadi anak-anak panah yang hidup diluncurkan Sang pemanah telah membidik arah keabadian, dan ia merenggangkanmu dengan kekuatannya, sehingga anak-anak panah itu dapat meluncur dengan cepat dan jauh. Jadikanlah tarikan tangan sang pemanah itu sebagai kegembiraan Sebab ketika ia mencintai anak-anak panah yang terbang, maka ia juga mencintai busur teguh yang telah meluncurkannya dengan sepenuh kekuatan. (Dari 'Cinta, Keindahan, Kesunyian') Kahlil Gibran
  • 3. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN PENYAIR Dia adalah rantai penghubung Antara dunia ini dan dunia akan datang Kolam air manis buat jiwa-jiwa yang kehausan, Dia adalah sebatang pohon tertanam Di lembah sungai keindahan Memikul bebuah ranum Bagi hati lapar yang mencari. Dia adalah seekor burung 'nightingale' Menyejukkan jiwa yang dalam kedukaan Menaikkan semangat dengan alunan melodi indahnya Dia adalah sepotong awan putih di langit cerah Naik dan mengembang memenuhi angkasa. Kemudian mencurahkan kurnianya di atas padang kehidupan. Membuka kelopak mereka bagi menerima cahaya. Dia adalah malaikat diutus Yang Maha Kuasa mengajarkan Kalam Ilahi. Seberkas cahaya gemilang tak kunjung padam. Tak terliput gelap malam Tak tergoyah oleh angin kencang Ishtar, dewi cinta, meminyakinya dengan kasih sayang Dan, nyanyian Apollo menjadi cahayanya. Dia adalah manusia yang selalu bersendirian, hidup serba sederhana dan berhati suci Dia duduk di pangkuan alam mencari inspirasi ilham Dan berjaga di keheningan malam, Menantikan turunnya ruh Dia adalah si tukang jahit yang menjahit benih hatinya di ladang kasih sayang dan kemanusiaan menyuburkannya Inilah penyair yang dipinggirkan oleh manusia pada zamannya, Dan hanya dikenali sesudah jasad ditinggalkan
  • 4. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dunia pun mengucapkan selamat tinggal dan kembali ia pada Ilahi Inilah penyair yang tak meminta apa-apa dari manusia kecuali seulas senyuman Inilah penyair yang penuh semangat dan memenuhi cakerawala dengan kata-kata indah Namun manusia tetap menafikan kewujudan keindahannya Sampai bila manusia terus terlena? Sampai bila manusia menyanjung penguasa yang meraih kehebatan dgn mengambil kesempatan?? Sampai bila manusia mengabaikan mereka yang boleh memperlihatkan keindahan pada jiwa-jiwa mereka Simbol cinta dan kedamaian? Sampai bila manusia hanya akan menyanjung jasa org yang sudah tiada? dan melupakan si hidup yg dikelilingi penderitaan yang menghambakan hidup mereka seperti lilin menyala bagi menunjukkan jalan yang benar bagi orang yang lupa Dan oh para penyair, Kalian adalah kehidupan dalam kehidupan ini: Telah engkau tundukkan abad demi abad termasuk tirainya. Penyair.. Suatu hari kau akan merajai hati-hati manusia Dan, kerana itu kerajaanmu adalah abadi. Penyair..periksalah mahkota berdurimu..kau akan menemui kelembutan di sebalik jambangan bunga-bunga Laurel... (Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman) Kahlil Gibran
  • 5. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN MIMPI Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di wajah bumi, aku bangun dan berjalan ke laut, "Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.", Ketika aku sampai di pantai, kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis. Aku melihat ombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu - kekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit. Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu. Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa aku dapat melawannya. Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan ada tenaga magis yang menahanku. Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata: "Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah." Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,"Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup, perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah." Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar : "Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan. Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna."
  • 6. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang menggerunkan sekali: 'Itulah anak-anak cinta, Buah dari perjuangan, Akibat dari kebebasan, Tiga manifestasi Tuhan, Dan Tuhan adalah ungkapan dari alam yang bijaksana.' Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus. Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. Ketika aku membuka mataku, aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, hanya laut yang dipeluk halimunan. Aku duduk, tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke syurga. Kahlil Gibran
  • 7. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN KEHIDUPAN Engkau dibisiki bahawa hidup adalah kegelapan Dan dengan penuh ketakutan Engkau sebarkan apa yang telah dituturkan padamu penuh kebimbangan Kuwartakan padamu bahawa hidup adalah kegelapan jika tidak diselimuti oleh kehendak Dan segala kehendak akan buta bila tidak diselimuti pengetahuan Dan segala macam pengetahuan akan kosong bila tidak diiringi kerja Dan segala kerja hanyalah kehampaan kecuali disertai cinta Maka bila engkau bekerja dengan cinta Engkau sesungguhnya tengah menambatkan dirimu Dengan wujudnya kamu, wujud manusia lain Dan wujud Tuhan. Kahlil Gibran
  • 8. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN KASIH SAYANG DAN PERSAMAAN Sahabatku yang papa, jika engkau mengetahui, bahawa Kemiskinan yang membuatmu sengsara itu mampu menjelaskan pengetahuan tentang Keadilan dan pengertian tentang Kehidupan, maka engkau pasti berpuas hati dengan nasibmu. Kusebut pengetahuan tentang Keadilan : Kerana orang kaya terlalu sibuk mengumpul harta utk mencari pengetahuan. Dan kusebut pengertian tentang Kehidupan : Kerana orang yang kuat terlalu berhasrat mengejar kekuatan dan keagungan bagi menempuh jalan kebenaran. Bergembiralah, sahabatku yang papa, kerana engkau merupakan penyambung lidah Keadilan dan Kitab tentang Kehidupan. Tenanglah, kerana engkau merupakan sumber kebajikan bagi mereka yang memerintah terhadapmu, dan tiang kejujuran bagi mereka yang membimbingmu. Jika engkau menyedari, sahabatku yang papa, bahawa malang yang menimpamu dalam hidup merupakan kekuatan yang menerangi hatimu, dan membangkitkan jiwamu dari ceruk ejekan ke singgahsana kehormatan, maka engkau akan merasa berpuas hati kerana pengalamanmu, dan engkau akan memandangnya sebagai pembimbing, serta membuatmu bijaksana. Kehidupan ialah suatu rantai yang tersusun oleh banyak mata rantai yang berlainan. Duka merupakan salah satu mata rantai emas antara penyerahan terhadap masa kini dan harapan masa depan. Antara tidur dan jaga, di luar fajar merekah. Sahabatku yang papa, Kemiskinan menyalakan api keagungan jiwa, sedangkan kemewahan memperlihatkan keburukannya. Duka melembutkan perasaan, dan Suka mengubati hati yang luka. Bila Duka dan kemelaratan dihilangkan, jiwa manusia akan menjadi batu tulis yang kosong, hanya memperlihatkan kemewahan dan kerakusan. Ingatlah, bahawa keimanan itu adalah peribadi sejati Manusia. Tidak
  • 9. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN dapat ditukar dengan emas; tidak dapat dikumpul seperti harta kekayaan. Mereka yang mewah sering meminggirkan keimananan, dan mendakap erat emasnya. Orang muda sekarang jangan sampai meninggalkan Keimananmu, dan hanya mengejar kepuasan diri dan kesenangan semata. Orang-orang papa yang kusayangi, saat bersama isteri dan anak sekembalinya dari ladang merupakan waktu yang paling mesra bagi keluarga, sebagai lambang kebahagiaan bagi takdir angkatan yang akan datang. Tapi hidup orang yang senang bermewah-mewahan dan mengumpul emas, pada hakikatnya seperti hidup cacing di dalam kuburan. Itu menandakan ketakutan. Air mata yang kutangiskan, wahai sahabatku yang papa, lebih murni daripada tawa ria orang yang ingin melupakannya, dan lebih manis daripada ejekan seorang pencemuh. Air mata ini membersihkan hati dan kuman benci, dan mengajar manusia ikut merasakan pedihnya hati yang patah. Benih yang kautaburkan bagi si kaya, dan akan kau tuai nanti, akan kembali pada sumbernya, sesuai dengan Hukum Alam. Dan dukacita yang kausandang, akan dikembalikan menjadi sukacita oleh kehendak Syurga. Dan angkatan mendatang akan mempelajari Dukacita dan Kemelaratan sebagai pelajaran tentang Kasih Sayang dan Persamaan. (Dari 'Suara Sang Guru') Kahlil Gibran
  • 10. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN PERSAHABATAN Dan seorang remaja berkata, Bicaralah pada kami tentang Persahabatan. Dan dia menjawab: Sahabat adalah keperluan jiwa, yang mesti dipenuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih. Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Kerana kau menghampirinya saat hati lupa dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian. Bila dia berbicara, mengungkapkan fikirannya, kau tiada takut membisikkan kata "Tidak" di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata "Ya". Dan bilamana dia diam,hatimu berhenti dari mendengar hatinya; kerana tanpa ungkapan kata, dalam persahabatan, segala fikiran, hasrat, dan keinginan dilahirkan bersama dan dikongsi, dengan kegembiraan tiada terkirakan. Di kala berpisah dengan sahabat, tiadalah kau berdukacita; Kerana yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin kau nampak lebih jelas dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran. Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya roh kejiwaan. Kerana cinta yang mencari sesuatu di luar jangkauan misterinya, bukanlah cinta , tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya menangkap yang tiada diharapkan. Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenali pula musim pasangmu. Gerangan apa sahabat itu jika kau sentiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu? Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Kerana dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
  • 11. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria dan berkongsi kegembiraan.. Kerana dalam titisan kecil embun pagi, hati manusia menemui fajar dan ghairah segar kehidupan. Kahlil Gibran DUA KEINGINAN Di keheningan malam, Sang Maut turun atas hadrat Tuhan menuju ke bumi. Ia terbang melayang-layang di atas sebuah kota dan mengamati seluruh penghuni dengan tatapan matanya. Ia menyaksikan jiwa-jiwa yang melayang-layang dengan sayap-sayap mereka, dan orang-orang yang terlena di dalam kekuasaan Sang Lelap. Ketika rembulan tersungkur di kaki langit, dan kota itu berubah warna menjadi hitam kepekatan, Sang Maut berjalan dengan langkah tenang di celah-celah kediaman - berhati-hati tidak menyentuh apa-apa pun - sehingga tiba di sebuah istana. Ia masuk melalui pagar besi berpaku tanpa sebarang halangan dan berdiri di sisi sebuah ranjang , dan tika ia menyentuh dahi si lena, lelaki itu membuka kelopak matanya dan memandang dengan penuh ketakutan. Melihat bayangan Sang Maut di hadapannya, dia menjerit dengan suara ketakutan bercampur aduk kemarahan, "Pergilah kau dariku, mimpi yang mengerikan! Pergilah engkau makhluk jahat! Siapakah engkau ini? Dan bagaimana mungkin kau memasuki istana ini? Apa yang kau inginkan? Tinggalkan rumah ini dengan segera! Ingatlah, akulah tuan rumah ini. Nyahlah kau, kalau tidak, kupanggil para hamba suruhanku dan para pengawalku untuk mencincangmu menjadi kepingan!" Kemudian Maut berkata dengan suara lembut, tapi sangat menakutkan, "Akulah kematian, berdiri dan tunduklah padaku." Dan si lelaki itu menjawab, "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, dan benda apa yang kau cari? Kenapa kau datang ketika urusanku
  • 12. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN belum selesai? Apa yang kau inginkan dari orang kaya berkuasa seperti aku? Pergilah sana, carilah orang-orang yang lemah, dan ambillah dia! Aku ngeri melihat taring-taringmu yang berdarah dan wajahmu yang bengis, dan mataku sakit menatap sayap-sayapmu yang menjijikkan dan tubuhmu yang meloyakan." Namun selepas tersedar, dia menambah dengan ketakutan, "Tidak, tidak, Maut yang pengampun, jangan pedulikan apa yang telah kukatakan, kerana rasa takut membuat diriku mengucapkan kata-kata yang sesungguhnya terlarang. Maka ambillah longgokan emasku semahumu atau nyawa salah seorang dari hamba-hambaku, dan tinggalkanlah diriku... Aku masih mempunyai urusan kehidupan yang belum selesai dan berhutang emas dengan orang. Di atas laut aku memiliki kapal yang belum kembali ke pelabuhan, permintaanku..jangan ambil nyawaku... Ambillah olehmu barang yang kau inginkan dan tinggalkanlah daku. Aku punya perempuan simpanan yang luarbiasa cantiknya untuk kau pilih, Kematian. Dengarlah lagi : Aku punya seorang putera tunggal yang kusayangi, dialah sumber kegembiraan hidupku. Kutawarkan dia juga sebagai galang ganti, tapi nyawaku jangan kau cabut dan tinggalkan diriku sendirian." Sang Maut itu mengeruh,"Engkau tidak kaya tapi orang miskin yang tak sedar diri." Kemudian Maut mengambil tangan orang hina itu, mencabut nyawanya, dan memberikannya kepada para malaikat di langit untuk menghukumnya. Dan Maut berjalan perlahan di antara setinggan orang-orang miskin hingga ia mencapai rumah paling daif yang ia temukan. Ia masuk dan mendekati ranjang di mana tidur seorang pemuda dengan kelelapan yang damai. Maut menyentuh matanya, anak muda itu pun terjaga. Dan ketika melihat Sang Maut berdiri di sampingnya, ia berkata dengan suara penuh cinta dan harapan, "Aku di sini, wahai Sang Maut yang cantik. Sambutlah rohku, kerana kaulah harapan impianku. Peluklah diriku, kekasih jiwaku, kerana kau sangat penyayang dan tak kan meninggalkan diriku di sini. Kaulah utusan Ilahi, kaulah tangan kanan kebenaran. Bawalah daku pada Ilahi. Jangan tinggalkan daku di sini." "Aku telah memanggil dan merayumu berulang kali, namun kau tak jua datang. Tapi kini kau telah mendengar suaraku, kerana itu jangan kecewakan cintaku dengan menjauhi diri. Peluklah rohku, Sang Maut
  • 13. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN yang dikasihi." Kemudian Sang Maut meletakkan jari-jari lembutnya ke atas bibir yang bergetar itu, mencabut nyawanya, dan menaruh roh itu di bawah perlindungan sayap-sayapnya. Ketika ia naik kembali ke langit, Maut menoleh ke belakang -- ke dunia - dan dalam bisikan amaran ia berkata, "Hanya mereka di dunia yang mencari Keabadianlah yang sampai ke Keabadian itu." (Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman) Kahlil Gibran ALAM & MANUSIA Aku mendengar anak sungai merintih bagai seorang janda yang menangis meratapi kematian anaknya dan aku kemudian bertanya, "Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?' Dan sungai itu menjawab, 'Sebab aku dipaksa mengalir ke kota tempat Manusia merendahkan dan mensia-siakan diriku dan menjadikanku minuman-minuman keras dan mereka memperalatkanku bagai pembersih sampah, meracuni kemurnianku dan mengubah sifat-sifatku yang baik menjadi sifat-sifat buruk." Dan aku mendengar burung-burung menangis, dan aku bertanya, "Mengapa engkau menangis, burung-burungku yang cantik?" Dan salah satu dari burung itu terbang mendekatiku, dan hinggap di hujung sebuah cabang pohon dan berkata, "Anak-anak Adam akan segera datang di ladang ini dengan membawa senjata-senjata pembunuh dan menyerang kami seolah-olah kami adalah musuhnya. Kami sekarang terpisah di antara satu sama yang lain, sebab kami tidak tahu siapa di antara kami yang bisa selamat dari kejahatan Manusia. Ajal memburu kami ke mana pun kami pergi."
  • 14. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Kini, matahari terbit dari balik puncak pergunungan, dan menyinari puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkota. Kupandangi keindahan ini dan aku bertanya kepada diriku sendiri, 'Mengapa Manusia mesti menghancurkan segala karya yang telah diciptakan oleh alam?' Kahlil Gibran CINTA (I) Lalu berkatalah Almitra, Bicaralah pada kami perihal Cinta. Dan dia mengangkatkan kepalanya dan memandang ke arah kumpulan manusia itu, dan keheningan menguasai mereka. Dan dengan suara lantang dia berkata: Pabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia, Walau jalannya sukar dan curam. Dan pabila sayapnya memelukmu menyerahlah kepadanya. Walau pedang tersembunyi di antara hujung-hujung sayapnya bisa melukaimu. Dan kalau dia berbicara padamu percayalah padanya. Walau suaranya bisa menggetar mimpi-mimpimu bagai angin utara membinasakan taman. Kerana sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia akan menghukummu. Sebagaimana dia ada untuk menyuburkanmu, demikian pula dia ada untuk mencantasmu. Sebagaimana dia mendaki ke puncakmu dan membelai mesra ranting-ranting lembutmu yang bergetar dalam cahaya matahari. Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu dan menggegarkannya di dalam pautanmu pada bumi. Laksana selonggok jagung dia menghimpun engkau pada dirinya. Dia menghempuk engkau hingga kau telanjang Dia mengasing-asingkan kau demi membebaskan engkau dari kulitmu.
  • 15. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dia menggosok-gosok engkau sampai putih bersih. Dia meramas engkau hingga kau menjadi lembut; Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya sehingga engkau bisa menjadi hidangan suci untuk pesta kudus Tuhan. Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta, supaya bisa kau fahami rahsia hatimu, dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan. Namun pabila dalam ketakutanmu kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta. Maka lebih baiklah bagimu untuk menutupi tubuhmu dan melangkah keluar dari lantai-penebah cinta. Memasuki dunia tanpa musim tempat kau dapat tertawa, tapi tak seluruh gelak tawamu, dan menangis, tapi tak sehabis semua airmatamu. Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri dan tiada mengambil apa-apa pun kecuali dari dirinya sendiri. Cinta tiada memiliki, pun tiada ingin dimiliki; Kerana cinta telah cukup bagi cinta. Pabila kau mencintai kau takkan berkata, "Tuhan ada di dalam hatiku," tapi sebaliknya, "Aku berada di dalam hati Tuhan." Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta, sebab cinta, pabila dia menilaimu memang pantas, mengarahkan jalanmu. Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya. Namun pabila kau mencintai dan memerlukan keghairahan, biarlah ini menjadi keghairahanmu: Luluhkan dirimu dan mengalirlah bagaikan anak sungai, yang menyanyikan alunannnya bagai sang malam. Kenalilah penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh. Rasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tentang cinta; Dan menitiskan darah dengan ikhlas dan gembira.
  • 16. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Terjaga di kala fajar dengan hati berawangan dan mensyukuri hari baru penuh cahaya kasih; Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap; Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur; Dan kemudian tidur bersama doa bagi kekasih di dalam hatimu dan sekuntum nyanyian puji-pujian pada bibirmu. (Dari 'Sang Nabi') Kahlil Gibran
  • 17. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN CINTA (II) Mereka berkata tentang serigala dan tikus Minum di sungai yang sama Di mana singa melepas dahaga Mereka berkata tentang helang dan hering Menjunam paruhnya ke dalam bangkai yg sama Dan berdamai - di antara satu sama lain, Dalam kehadiran bangkai - bangkai mati itu Oh Cinta, yang tangan lembutnya mengekang keinginanku Meluapkan rasa lapar dan dahaga akan maruah dan kebanggaan, Jangan biarkan nafsu kuat terus menggangguku Memakan roti dan meminum anggur Menggoda diriku yang lemah ini Biarkan rasa lapar menggigitku, Biarkan rasa haus membakarku, Biarkan aku mati dan binasa, Sebelum kuangkat tanganku Untuk cangkir yang tidak kau isi, Dan mangkuk yang tidak kau berkati (Dari 'The Forerunner)) Kahlil Gibran
  • 18. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN CINTA (III) Kelmarin aku berdiri berdekatan pintu gerbang sebuah rumah ibadat dan bertanya kepada manusia yang lalu-lalang di situ tentang misteri dan kesucian cinta. Seorang lelaki setengah baya menghampiri, tubuhnya rapuh wajahnya gelap. Sambil mengeluh dia berkata, "Cinta telah membuat suatu kekuatan menjadi lemah, aku mewarisinya dari Manusia Pertama." Seorang pemuda dengan tubuh kuat dan besar menghampiri. Dengan suara bagai menyanyi dia berkata, "Cinta adalah sebuah ketetapan hati yang ditumbuhkan dariku, yang rnenghubungkan masa sekarang dengan generasi masa lalu dan generasi yang akan datang.' Seorang wanita dengan wajah melankolis menghampiri dan sambil mendesah, dia berkata, 'Cinta adalah racun pembunuh, ular hitam berbisa yang menderita di neraka, terbang melayang dan berputar-putar menembusi langit sampai ia jatuh tertutup embun, ia hanya akan diminum oleh roh-roh yang haus. Kemudian mereka akan mabuk untuk beberapa saat, diam selama satu tahun dan mati untuk selamanya.' Seorang gadis dengan pipi kemerahan menghampiri dan dengan tersenyum dia berkata, "Cinta itu laksana air pancuran yang digunakan roh pengantin sebagai siraman ke dalam roh orang-orang yg kuat, membuat mereka bangkit dalam doa di antara bintang-bintang di malam hari dan senandung pujian di depan matahari di siang hari.' Setelah itu seorang lelaki menghampiri. Bajunya hitam, janggutnya panjang dengan dahi berkerut, dia berkata, "Cinta adalah ketidakpedulian yang buta. la bermula dari hujung masa muda dan berakhir pada pangkal masa muda.' Seorang lelaki tampan dengan wajah bersinar dan dengan bahagia berkata, 'Cinta adalah pengetahuan syurgawi yang menyalakan mata kita. Ia menunjukkan segala sesuatu kepada kita seperti para dewa melihatnya.' Seorang bermata buta menghampiri, sambil mengetuk-ngetukkan
  • 19. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN tongkatnya ke tanah dan dia kemudian berkata sambil menangis, 'Cinta adalah kabus tebal yang menyelubungi gambaran sesuatu darinya atau yang membuatnya hanya melihat hantu dari nafsunya yang berkelana di antara batu karang, tuli terhadap suara-suara dari tangisnya sendiri yang bergema di lembah-lembah.' Seorang pemuda, dengan membawa sebuah gitar menghampiri dan menyanyi, 'Cinta adalah cahaya ghaib yang bersinar dari kedalaman kehidupan yang peka dan mencerahkan segala yang ada di sekitarnya. Engkau bisa melihat dunia bagai sebuah perarakan yang berjalan melewati padang rumput hijau. Kehidupan adalah bagai sebuah mimpi indah yang diangkat dari kesedaran dan kesedaran.' Seorang lelaki dengan badan bongkok dan kakinya bengkok bagai potongan-potongan kain menghampiri. Dengan suara bergetar, dia berkata, "Cinta adalah istirahat panjang bagi raga di dalam kesunyian makam, kedamaian bagi jiwa dalam kedalaman keabadian.’ Seorang anak kecil berumur lima tahun menghampiri dan sambil tertawa dia berkata, "Cinta adalah ayahku, cinta adalah ibuku. Hanya ayah dan ibuku yang mengerti tentang cinta." Waktu terus berjalan. Manusia terus-menerus melewati rumah ibadat. Masing-masing mempunyai pandangannya tersendiri tentang cinta. Semua menyatakan harapan-harapannya dan mengungkapkan misteri-misteri kehidupannya. Kahlil Gibran
  • 20. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN IBU Ibu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir - bibir manusia. Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah. Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa. Ibu adalah segalanya. Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista. Ibu adalah mata air cinta, kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi. Siapa pun yang kehilangan ibinya, ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasa merestui dan memberkatinya. Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu. Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya. Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian. Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan. Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya. Pepohonan dan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian. Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud. Penuh cinta dan kedamaian. Kahlil Gibran
  • 21. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN RAHASIA JODOH Berpasangan engkau telah diciptakan Dan selamanya engkau akan berpasangan Bergandingan tanganlah dikau Hingga sayap-sayap panjang nan lebar lebur dalam nyala Dalam ikatan agung menyatu kalian Saling menataplah dalam keharmonian Dan bukanlah hanya saling menatap ke depan Tapi bagaimana melangkah ke tujuan semula Berpasangan engkau dalam mengurai kebersamaan Kerana tidak ada yang benar-benar mampu hidup bersendirian Bahkan keindahan syurga tak mampu menghapus kesepian Adam Berpasangan engkau dalam menghimpun rahmat Tuhan Ya, bahkan bersama pula dalam menikmatinya Kerana alam dan kurniaan Tuhan Terlampau luas untuk dinikmati sendirian Bersamalah engkau dalam setiap keadaan Kerana kebahagiaan tersedia, bagi mereka yang menangis Bagi mereka yang disakiti hatinya, bagi mereka yang mencari, bagi mereka yang mencuba Dan bagi mereka yang mampu memahami erti hidup bersama Kerana mereka itulah yang menghargai pentingnya orang-orang yang pernah hadir dalam kehidupan mereka Bersamalah dikau sampai sayap-sayap sang maut meliputimu Ya, bahkan bersama pula kalian dalam musim sunyi Namun biarkan ada ruang antara kebersamaan itu Tempat angin syurga menari-nari diantara bahtera sakinahmu Berkasih-kasihlah, namun jangan membelenggu cinta Biarkan cinta mengalir dalam setiap titisan darah Bagai mata air kehidupan Yang gemerciknya senantiasa menghidupi pantai kedua jiwa Saling isilah minumanmu tapi jangan minum dari satu piala
  • 22. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Saling kongsilah rotimu tapi jangan makan dari pinggan yang sama.. Menyanyilah dan menarilah bersama dalam suka dan duka Hanya biarkan masing-masing menghayati waktu sendirinya Kerana dawai-dawai biola, masing-masing punya kehidupan sendiri Walau lagu yang sama sedang menggetarkannya Sebab itulah simfoni kehidupan Berikan hatimu namun jangan saling menguasainya Jika tidak, kalian hanya mencintai pantulan diri sendiri Yang kalian temukan dalam dia Dan lagi, hanya tangan kehidupan yang akan mampu merangkulnya Tegaklah berjajar namun jangan terlampau dekat Bukankah tiang-tiang candi tidak dibina terlalu rapat? Dan pohon jati serta pohon cemara Tidak tumbuh dalam bayangan masing-masing? Kahlil Gibran
  • 23. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN PERJAMUAN JIWA BANGUNLAH, Cintaku. Bangun! Kerana jiwaku mengalu-alumu dari dasar laut, dan menawarkan padamu sayap-sayap di atas gelombang yang mengamuk Bangunlah, kerana sunyi telah menghentikan derap kaki kuda dan langkah para pejalan kaki. Rasa kantuk telah memeluk roh setiap laki-laki, sementara aku terbangun sendiri, rasa rindu membukakan kertas surat tidurku. Cinta membawaku dekat denganmu, namun kebimbangan melemparkan diriku menjauh darimu. Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan tempat tidurku, Cintaku, kerana takut pada hantu lupa yang berada di balik selimut. Aku telah membuang bukuku, kerana keluhku mengunci kata-kata dan desah nafasku meninggalkan halaman buku yang kosong di depan mataku! Bangun, bangunlah, Cintaku dan dengar diriku! Aku mendengarkanmu, Cintaku! Aku mendengar panggilanmu dari lautan lepas dan merasakan lembutnya sentuhan sayapmu. Aku telah jauh dari ranjangku, beranjak ke tanah lapang, hingga embun membasahi kaki dan bajuku. Di sinilah aku berdiri, dibawah bunga-bunga pohon badam, memenuhi panggilan jiwamu. Bicaralah padaku, Cintaku, dan biarkan nafasmu menghirup angin gunung yang datang padaku dari lembah-lembah Lebanon. Bicaralah. Tak ada yang akan mendengar selain diriku. Malam telah melarutkan semua manusia ditempat tidurnya. Syurga telah menyulam cahaya rembulan dan menghamparkannya ke seluruh daratan Lebanon, Cintaku. Syurga telah meriasnya dengan bayangan malam, jubah tebal membentang dihembus asap dari cerobong kain, dihembus nafas kemari, dan mengelarnya di telapak kota, Cintaku. Para penduduk telah pulas menganyam mimpi di ubun-ubunnya di tengah pohon-pohon kenari. Jiwa mereka mempercepatkan langkah mengejar negeri mimpi, Cintaku.
  • 24. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Lelaki-lelaki longlai menggendong emas, dan tebing curam yang akan dilalui melemaskan lutut mereka. Mata mereka mengantuk kerana dililit kesulitan dan ketakutan. Mereka melemparkan tubuh ke tempat tidur sebagai tempat berlindung dari hantu-hantu yang menakutkan dan mengerikan, Cintaku. Hantu-hantu dari masa lalu berkeliaran di lembah-lembah. Jiwa para raja melintasi bukit-bukit. Fikiranku yang berhias kenangan menyingkap kekuatan bangsa Chaldea, kemegahan Arab. Di lorong-lorong gelap, jiwa-jiwa pencuri yang tegap berjalan, muncung-muncung nafsu ular berbisa muncul dari celah-celah benteng, dan rasa sakit berdengung kematian, muntah-muntah sepanjang jalan. Kenangan menyingkap tabir kelupaan dari mataku dan nampaklah Sodom yang menjijikkan, serta dosa-dosa Gomorah. Ranting-ranting berayun-ayun, Cintaku, dan desirnya bertemu dengan alunan anak sungai di lembah. Syair-syair Sulaiman, nada kecapi Daud dan lagu Ishak Al-Mausaili terngiang-ngiang di telinga kami. Jiwa anak-anak yang lapar di penginapan menggelupur, ibunya mengeluh di atas kamar kesedihan, dan kekecewaan telah jatuh dari langit. Mimpi-mimpi kebimbangan melanda hati yang lemah. Aku mendengar rintihan pahitnya. Semerbak bunga melambai seiring nafas pohon-pohon cedar. Terbawa angin sepoi-sepoi menuju perbukitan, harum itu mengisi jiwa dengan kasih sayang dan meniupkan kerinduan untuk terbang. Tetapi racun dari rawa-rawa jug berkelana mengepul bersama penyakit. Seperti panah rahsia yang tajam, racun itu telah menembusi perasaan dan meracuni udara. Tanpa kusedari matahari telah mengilaukan cahaya pagi, Cintaku, dan jari-jari timur yang lentik menimang mata-mata orang yang terlelap. Cahaya itu memaksa mereka untuk membuka daun jendela dan menyelak hati dan kemenangan. Desa-desa, yang sedang tertidur dalam damai dan tenang di pundak-pundak lembah, bangun, loceng-loceng berdenting memenuhi angkasa sebagai panggilan untuk mula berdoa. Dan dari gua-gua, gema-gema juga berdengung, seolah-olah seluruh alam sedang berdoa bersama-sama dengan khusyuknya. Anak-anak sapi telah keluar dari kandangnya, biri-biri dan kambing meninggalkan bangsalnya untuk menuai rumput yang
  • 25. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN berembun dan berkilatan cahaya. Penggembalanya mengikuti dari belakang sambil mengamatinya di balik lelalang. Di belakangnya lagi gadis-gadis bernyanyi seperti burung menyambut pagi. Kini tangan siang hari yang perkasa terbaring di atas kota. Tirai telah diselak dari jendela dan pintu pun terbuka. Mata yang penat dan wajah lesu para penjahit telah siap di tempat kerjanya. Mereka merasakan kematian telah melanggar batas kehidupan mereka, dan riak muka yang layu mempamerkan ketakutan dan kekecewaan. Di jalanan padat dengan jiwa-jiwa yang tamak dan tergesa-gesa, dan di mana-mana terdengar desingan besi, pusingan roda dan siulan angin. Kota telah menjadi arena pertempuran di mana yang kuat menindas yang lemah dan si kaya mengeksploitasi dan menguasai si miskin. Betapa indah hidup ini, Cintaku, seperti hati penyair yang penuh dengan cahaya dan kelembutan hati. Dan betapa kerasnya hidup ini, Cintaku, seperti dada penjahat, yang berdebar-debar kerana selalu merasa bimbang dan takut. Kahlil Gibran
  • 26. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN BANGSA KASIHAN Kasihan bangsa yang memakai pakaian yang tidak ditenunnya, memakan roti dari gandum yang tidak dituainya dan meminum anggur yang tidak diperasnya Kasihan bangsa yang menjadikan orang bodoh menjadi pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah. Kasihan bangsa yang meremehkan nafsu dalam mimpi-mimpinya ketika tidur, sementara menyerah padanya ketika bangun. Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak sesumbar kecuali di runtuhan, dan tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan. Kasihan bangsa yang negarawannya serigala, falsafahnya karung nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru. Kasihan bangsa yang menyambut penguasa barunya dengan trompet kehormatan namun melepasnya dengan cacian, hanya untuk menyambut penguasa baru lain dengan trompet lagi. Kasihan bangsa yang orang sucinya dungu menghitung tahun-tahun berlalu dan orang kuatnya masih dalam gendongan. Kasihan bangsa yang berpecah-belah, dan masing-masing mengangap dirinya sebagai satu bangsa. Kahlil Gibran
  • 27. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN WAKTU Dan seorang pakar astronomi berkata, "Guru, bagaimanakah perihal Waktu?" Dan dia menjawab: Kau ingin mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur. Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan perjalanan jiwamu menurut jam dan musim. Suatu ketika kau ingin membuat anak sungai, di mana atas tebingnya kau akan duduk dan menyaksikan alirannya. Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesedaran akan kehidupan nan abadi, Dan mengetahui bahawa semalam hanyalah kenangan utk hari ini dan esok adalah harapan dan impian utk hari ini. Dan yang menyanyi dan merenung dari dalam jiwa, sentiasa menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang di angkasa. Siapa di antara kalian yang tidak merasa bahawa daya mencintainya tiada batasnya? Dan siapa pula yang tidak merasa bahawa cinta sejati, walau tiada batas, terkandung di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari fikiran cinta ke fikiran cinta, pun bukan dari tindakan cinta ke tindakan cinta yang lain? Dan bukanlah sang waktu sebagaimana cinta, tiada terbahagi dan tiada kenal ruang? Tapi jika di dalam fikiranmu baru mengukur waktu ke dalam musim, biarkanlah tiap musim merangkumi semua musim yang lain, Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa depan dengan kerinduan. Kahlil Gibran
  • 28. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN FIKIRAN DAN SAMADI Hidup menjemput dan melantunkan kita dari satu tempat ke tempat yang lain; Nasib memindahkan kita dari satu tahap ke tahap yang lain. Dan kita yang diburu oleh keduanya, hanya mendengar suara yang mengerikan, dan hanya melihat susuk yang menghalangi dan merintangi jalan kita. Keindahan menghadirkan dirinya dengan duduk di atas singgahsana keagungan; tapi kami mendekatinya atas dorongan Nafsu ; merenggut mahkota kesuciannya, dan mengotori busananya dengan tindak laku durhaka. Cinta lalu di depan kita, berjubahkan kelembutan ; tapi kita lari ketakutan, atau bersembunyi dalam kegelapan, atau ada pula yang malahan mengikutinya, untuk berbuat kejahatan atas namanya. Meskipun orang yang paling bijaksana terbongkok kerana memikul beban Cinta, tapi sebenarnya beban itu seiringan bayu pawana Lebanon yang berpuput riang. Kebebasan mengundang kita pada mejanya agar kita menikmati makanan lazat dan anggurnya ; tapi bila kita telah duduk menghadapinya, kita pun makan dengan lahap dan rakus. Tangan Alam menyambut hangat kedatangan kita, dan menawarkan pula agar kita menikmati keindahannya ; tapi kita takut akan keheningannya, lalu bergegas lari ke kota yang ramai, berhimpit-himpitan seperti kawanan kambing yang lari ketakutan dari serigala garang. Kebenaran memanggil-manggil kita di antara tawa anak-anak atau ciuman kekasih, tapi kita menutup pintu keramahan baginya, dan menghadapinya bagaikan musuh. Hati manusia menyeru pertolongan ; jiwa manusia memohon pembebasan ; tapi kita tidak mendengar teriak mereka, kerana kita tidak membuka telinga dan berniat memahaminya. Namun orang yang mendengar dan memahaminya kita sebut gila lalu kita tinggalkan.
  • 29. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Malampun berlalu, hidup kita lelah dan kurang waspada, sedang hari pun memberi salam dan merangkul kita. Tapi di siang dan malam hari, kita sentiasa ketakutan. Kita amat terikat pada bumi, sedangkan gerbang Tuhan terbuka lebar. Kita memijak-mijak roti Kehidupan, sedangkan kelaparan memamah hati kita. Sungguh betapa budiman Sang Hidup terhadap Manusia, namun betapa jauh Manusia meninggalkan Sang Hidup. Kahlil Gibran
  • 30. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN HIDUP Kehidupan merupakan sebuah pulau di lautan kesepian, dan bagi pulau itu bukti karang yang timbul merupakan harapan, pohon merupakan impian, bunga merupakan keheningan perasaan, dan sungai merupakan damba kehausan. Hidupmu, wahai saudara-saudaraku, laksana pulau yang terpisah dari pulau dan daerah lain. Entah berapa banyak kapal yang bertolak dari pantaimu menuju wilayah lain, entah berapa banyak armada yang berlabuh di pesisirmu, namun engkau tetap pulau yang sunyi, menderita kerana pedihnya sepi dan dambaan terhadap kebahagiaan. Engkau tak dikenal oleh sesama insan, lagi pula terpencil dari keakraban dan perhatian. Saudaraku, kulihat engkau duduk di atas bukit emas serta menikmati kekayaanmu -bangga akan hartamu, dan yakin bahawa setiap genggam emas yang kau kumpulkan merupakan mata rantai yang menghubungkan hasrat dan fikiran orang lain dengan dirimu. Di mata hatiku engkau kelihatan bagaikan panglima besar yang memimpin bala tentara, hendak menggempur benteng musuh. Tapi setelah kuamati lagi, yang nampak hanya hati hampa belaka, yang tertempel di balik longgok emasmu, bagaikan seekor burung kehausan dalam sangkar emas dengan wadah air yang kosong. Kulihat engkau, saudaraku, duduk di atas singgahsana agung; di sekelilingmu berdiri rakyatmu yang memuji-muji keagunganmu, menyanyikan lagu penghormatan bagi karyamu yang mengagumkan, memuji kebijaksanaanmu, memandangmu seakan-akan nabi yang mulia, bahkan jiwa mereka melambung kesukaan sampai ke langit-langit angkasa. Dan ketika engkau memandang kelilingmu, terlukislah pada wajahmu kebahagiaan, kekuasaan, dan kejayaan, seakan-akan engkau adalah nyawa bagi raga mereka. Tapi bila kupandang lagi, kelihatan engkau seorang diri dalam kesepian, berdiri di samping singgahsanamu, menadahkan tangan ke segala arah, seakan-akan memohon belas kasihan dan pertolongan dari roh-roh yang tak nampak -mengemis perlindungan, kerana tersisih dari persahabatan dan kehangatan persaudaraan. Kulihat dirimu, saudaraku, yang sedang mabuk asmara pada wanita
  • 31. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN jelita, menyerahkan hatimu pada paras kecantikannya. Ketika kulihat ia memandangmu dengan kelembutan dan kasih keibuan, aku berkata dalam hati, "Terpujilah Cinta yang mampu mengisi kesepian pria ini dan mengakrabkan hatinya dengan hati manusia lain." Namun, bilamana kuamati lagi, di sebalik hatimu yang bersalut cinta terdapat hati lain yang kesunyian, meratap hendak menyatakan cintanya pada wanita; dan di sebalik jiwamu yang sarat cinta, terdapat jiwa lain yang hampa, bagaikan awan yang mengembara, menjadi titik-titik air mata kekasihmu... Hidupmu, wahai saudaraku, merupakan tempat tinggal sunyi yang terpisah dari wilayah penempatan orang lain, bagaikan ruang tengah rumah yang tertutup dari pandangan mata tetangga. Seandainya rumahmu tersalut oleh kegelapan, sinar lampu tetanggamu tak dapat masuk meneranginya. Jika kosong dari persediaan kemarau, isi gudang tetanggamu tak dapat mengisinya. Jika rumahmu berdiri di atas gurun, engkau tak dapat memindahkannya ke halaman orang lain, yang telah diolah dan ditanami oleh tangan orang lain. Jika rumahmu berdiri di atas puncak gunung, engkau tak dapat memindahkannya atas lembah, kerana lerengnya tak dapat ditempuh oleh kaki manusia. Kehidupanmu, saudaraku, dibaluti oleh kesunyian, dan jika bukan kerana kesepian dan kesunyian itu, engkau bukanlah engkau, dan aku bukanlah aku. Jika bukan kerana kesepian dan kesunyian itu, aku akan percaya kiranya aku memandang wajahmu, itulah wajahku sendiri yang sedang memandang cermin. (Dari 'Suara Sang Guru') Kahlil Gibran
  • 32. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN NYANYIAN SUKMA Di dasar relung jiwaku Bergema nyanyian tanpa kata; sebuah lagu yang bernafas di dalam benih hatiku, Yang tiada dicairkan oleh tinta di atas lembar kulit ; ia meneguk rasa kasihku dalam jubah yg nipis kainnya, dan mengalirkan sayang, Namun bukan menyentuh bibirku. Betapa dapat aku mendesahkannya? Aku bimbang dia mungkin berbaur dengan kerajaan fana Kepada siapa aku akan menyanyikannya? Dia tersimpan dalam relung sukmaku Kerna aku risau, dia akan terhempas Di telinga pendengaran yang keras. Pabila kutatap penglihatan batinku Nampak di dalamnya bayangan dari bayangannya, Dan pabila kusentuh hujung jemariku Terasa getaran kehadirannya. Perilaku tanganku saksi bisu kehadirannya, Bagai danau tenang yang memantulkan cahaya bintang-bintang bergemerlapan. Air mataku menandai sendu Bagai titik-titik embun syahdu Yang membongkarkan rahsia mawar layu. Lagu itu digubah oleh renungan, Dan dikumandangkan oleh kesunyian, Dan disingkiri oleh kebisingan, Dan dilipat oleh kebenaran, Dan diulang-ulang oleh mimpi dan bayangan, Dan difahami oleh cinta, Dan disembunyikan oleh kesedaran siang Dan dinyanyikan oleh sukma malam.
  • 33. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Lagu itu lagu kasih-sayang, Gerangan 'Cain' atau 'Esau' manakah Yang mampu membawakannya berkumandang? Nyanyian itu lebih semerbak wangi daripada melati: Suara manakah yang dapat menangkapnya? Kidung itu tersembunyi bagai rahsia perawan suci, Getar nada mana yang mampu menggoyahnya? Siapa berani menyatukan debur ombak samudra dengan kicau bening burung malam? Siapa yang berani membandingkan deru alam, Dengan desah bayi yang nyenyak di buaian? Siapa berani memecah sunyi Dan lantang menuturkan bisikan sanubari Yang hanya terungkap oleh hati? Insan mana yang berani melagukan kidung suci Tuhan? (Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman) Kahlil Gibran
  • 34. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN NYANYIAN HUJAN Aku ini percikan benang-benang perak yang dihamburkan dari syurga oleh dewa-dewa. Alam raya kemudian meraupku, bagi menyirami ladang dan lembahnya. Aku ini taburan mutiara, yang dipetik dari mahkota Raja Ishtar, oleh puteri Fajar, untuk menghiasi taman-taman mayapada. Pabila kuurai air mata, bukit-bukit tertawa; Pabila aku meniup rendah, bunga-bunga gembira, Dan bila aku menunduk, segalanya cerah-ceria. Ladang dan awan mega berkasih-mesra, Di antara mereka aku pembawa amanat setia, Yang satu kulepas dari dahaga, Yang lain kuubati dari luka. Suara guruh mengkhabarkan kedatanganku Pelangi di langit menghantar pemergianku, Bagai kehidupan duniawi, diriku, Dimulakan pada kaki kekuatan alam, Dan diakhiri di bawah sayap kematian. Aku muncul dari dalam jantung samudera, Melayang tinggi bersama pawana, Pabila kulihat ladang memerlukanku, Aku turun, kubelai mesra bunga-bunga dan pepohonan Dalam berjuta cara. Jemariku lembut bermain pada jendela-jendela kaca Dan berita yang kubawa membawa bahagia, Semua orang dapat mendengarnya, namun hanya yang peka, Dapat memahami maknanya. Panas udara melahirkan aku, Namun sebagai balasannya aku membunuhnya, Laksana wanita yang mengungguli jejaka,
  • 35. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dengan kekuatan yang dihisap daripadanya. Diriku helaan nafas samudera Gelak tertawa padang ladang, Dan cucuran air mata dari syurga. Maka, disertai cinta kasih - dihela dari kedalaman laut kasih-sayang; tertawa ria dari rona padang jiwa, air mata dari kenangan syurga abadi. (Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman) Kahlil Gibran
  • 36. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN MASA MUDA DAN KEINDAHAN Keindahan menjadi milik usia muda, tapi keremajaan yang untuknya dunia ini diciptakan tidak lebih dari sekadar mimpi yang manisnya diperhamba oleh kebutaan yang menghilangkan kesedaran. Akankah hari itu datang, ketika orang-orang bijak menyatukan kemanisan masa muda dan kenikmatan pengetahuan? Sebab masing-masing hanyalah kosong bila hanya sendirian. Akankah hari itu datang ketika alam menjadi guru yang mengajar manusia, dan kemanusiaan menjadi buku bacaan sedangkan kehidupan adalah sekolah sehari-hari? Hasrat masa muda akan kesenangan-kenikmatan tidak terlalu menuntut tanggung jawab -hanya akan terpenuhi bila fajar telah menyelak kegelapan hari. Banyak lelaki yang tenggelam dalam keasyikan hari-hari masa muda yang mati dan beku; banyak perempuan yang menyesali dan mengutuk tahun-tahun tak berguna mereka seperti raungan singa betina yang kehilangan anak; dan banyak para pemuda dan pemudi yang menggunakan hati mereka sekadar sebagai alat penggali kenangan pahit masa depan, melukai diri melalui kebodohan dengan anak panah yang tajam dan beracun kerana kehilangan kebahagiaan. Usia tua adalah permukaan kulit bumi; ia harus, melalui cahaya dan kebenaran, memberikan kehangatan bagi benih-benih masa muda yang ada dibawahnya, melindungi dan memenuhi keperluan mereka hingga Nisan datang dan menyempurnakan kehidupan masa muda yang sedang tumbuh dengan kebangkitan baru Kita berjalan terlalu lambat ke arah kebangkitan spiritual, dan perjalanan itu seluas angkasa tanpa batas, sebagai pemahaman keindahan kewujudan melalui rasa kasih dan cinta kepada keindahan tersebut Kahlil Gibran
  • 37. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN SURAT DARI KEKASIH Untukmu yang selalu Kucintai, Saat kau bangun di pagi hari, Aku memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKu., bercerita, meminta pendapatKu, mengucapkan sesuatu untukKu walaupun hanya sepatah kata. Atau berterima kasih kepadaKu atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu pada tadi malam, kemarin, atau waktu yang lalu.... Tetapi Aku melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja... Tak sedikitpun kau menyedari Aku di dekat mu. Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap, Aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKu, tetapi engkau terlalu sibuk... Di satu tempat, engkau duduk tanpa melakukan apapun. Kemudian Aku melihat engkau menggerakkan kakimu. Aku berfikir engkau akan datang kepadaKu, tetapi engkau berlari ke telefon dan menelefon seorang teman untuk sekadar berbual-bual. Aku melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan Aku menanti dengan sabar sepanjang hari. Namun dengan semua kegiatanmu Aku berfikir engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKu. Sebelum makan siang Aku melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKu, itulah sebabnya mengapa engkau tidak sedikitpun menyapaKu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKu dengan lembut sebelum menjamah makanan yang kuberikan, tetapi engkau tidak melakukannya.....
  • 38. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Ya, tidak mengapa, masih ada waktu yang tersisa dan Aku masih berharap engkau akan datang kepadaKu, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menghidupkan TV, Aku tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak, hanya engkau selalu ke sana dan menghabiskan banyak waktu setiap hari di depannya, tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati siaran yang ditampilkan, hingga waktu- waktu untukKu dilupakan. Kembali Aku menanti dengan sabar saat engkau menikmati makananmu tetapi kembali engkau lupa menyebut namaKu dan berterima kasih atas makanan yang telah Kuberikan. Saat tidur Kufikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ke tempat tidurmu dan tertidur tanpa sepatahpun namaKu kau sebut. Tidak mengapa kerana mungkin engkau masih belum menyedari bahawa Aku selalu hadir untukmu. Aku telah bersabar lebih lama dari yang kau sedari. Aku bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. Aku sangat menyayangimu, setiap hari Aku menantikan sepatah kata darimu, ungkapan isi hatimu, namun tak kunjung tiba. Baiklah..... engkau bangun kembali dan kembali Aku menanti dengan penuh kasih bahawa hari ini kau akan memberiKu sedikit waktu untuk menyapaKu... Tapi yang Kutunggu ... ah tak juga kau menyapaKu. Subuh, Zuhur, Asar, Magrib, Isya dan Subuh lagi kau masih tidak mempedulikan Aku. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap doa, tak ada pula harapan dan keinginan untuk sujud kepadaKU.... Apakah salahKu padamu ...? Rezeki yang Kulimpahkan,
  • 39. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN kesihatan yang Kuberikan, Harta yang Kurelakan, makanan yang Kuhidangkan , Keselamatan yang Kukurniakan, kebahagiaan yang Kuanugerahkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKu ??? Percayalah, Aku selalu mengasihimu, dan Aku tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKu, memohon perlindunganKu, bersujud menghadapKu ... Kembali kepadaKu. Yang selalu bersamamu setiap saat, Tuhanmu.... Kahlil Gibran
  • 40. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN KEHIDUPAN SEBUAH CINTA MUSIM BUNGA Marilah, sayang, mari berjalan menjelajahi perbukitan, Salju telah cair dan Kehidupan telah terjaga dari lenanya dan kini mengembara menyusuri pegunungan dan lembah-lembah, Mari kita ikut jejak-jejak Musim Bunga, yang melangkaui Ladang-ladang jauh, dan mendaki puncak-puncak perbukitan 'Tuk menadah ilham dari aras ketinggian, Di atas hamparan ngarai nan sejuk kehijauan. Fajar Musim Bunga telah mengeluarkan pakaiannya dari lipatan simpanan, dan menyangkutnya pada pohon pic dan sitrus , dan mereka kelihatan bagai pengantin dalam upacara tradisi Malam Kedre.. Sulur-sulur daun anggur saling berpelukan bagai kekasih Air kali pun lincah berlompatan menari ria, Di sela-sela batuan, menyanyikan lagu riang. Dan bunga-bunga bermekaran dari jantung alam, Laksana buih-buih bersemburan, dari kalbu lautan Kemarilah, sayang: mari meneguk sisa air mata musim dingin, dari gelas kelopak bunga lili, Dan menenangkan jiwa, dengan gerimis nada-nada Curahan simfoni burung-burung yang berkicauan dan berkelana riang dalam bayu mengasyikkan Mari duduk di batu besar itu, tempat bunga violet berteduh dalam persembunyian, dan meniru Kemanisan mereka dalam pertukaran kasih rindu. Kahlil Gibran
  • 41. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN MUSIM PANAS Mari pergi ke ladang, kekasihku, kerana Musim menuai telah tiba, dan cahaya suria Telah memanggang gandum kuning-kekuningan. Mari kita mengerjakan hasil bumi, sebagaimana semangat kegembiraan menyuburkan butir gandum Dari benih cinta-kasih, yang tertanam dalam sanubari. Mari mengisi guni kita dengan limpahan hasil bumi bagai kehidupan mengisi penuh rongga hati, Dengan harta kekayaan tak terperi, Mari, jadikan bunga-bunga alas tilam kita Dan langit biru selimut kita Sandarkan kepala di bantal harum jerami, Mari kita berehat setelah bekerja sepanjang hari, Sambil mendengar bisik gemercik air sungai yang menyanyi. Kahlil Gibran
  • 42. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN MUSIM GUGUR kita pergi memetik anggur di perkebunan Dan memerah sari buah segar Dan menyimpannya di jambangan tua Sebagaimana jiwa menyimpan ilmu pengetahuan Abad-abad lalu, dalam gedung keabadian. Dan sekarang mari pulang, kerna sang bayu telah Menerbangkan daun-daun kuning dan mengisar bunga-bunga layu Yang membisikkan dendang kematian pada Musim Gugur Mari pulang, kekasihku abadi, kerana burung-burung Telah terbang bagi perjalanan migrasi menuju kehangatan Meninggalkan padang yang dingin dan kesepian. Bunga mirtel dan melati pun telah lama Mengeringkan air matanya. Mari kembali, sebab anak sungai yang sayu Telah kehabisan lagu, dan sumber air yang lincah Telah membisu, enggan mengucapkan kata perpisahan. Sedang bukit-bukit tua telah mulai melipat pakaiannya yang berwarna-warni. Mari, kekasihku; Alam telah letih, Ia bersemangat melambaikan selamat tinggal Dengan dendangan sayup dan ketenangan. Kahlil Gibran
  • 43. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN MUSIM DINGIN Dekatlah ke mari,oh teman sepanjang hidupku, Dekatlah padaku, dan jangan biarkan sentuhan Musim Dingin, Mencelah di antara kita. Duduklah disampingku di depan tungku, Sebab nyalaan api adalah satu-satunya nyawa musim ini. Bicaralah padaku tentang kekayaan hatimu, Yang jauh lebih besar daripada unsur Alam yang menggelodak Di luar pintu. Palanglah pintu dan patri engselnya, Sebab wajah angkasa menekan semangatku Dan pemandangan ladang-ladang salju Menimbulkan tangis dalam jiwaku. Tuangkan minyak ke dalam lampu, jangan biarkan ia pudar, Letakkan dekat wajahmu, supaya aku boleh membaca dalam tangis Apa yang telah ditulis pada wajahmu Tentang kehidupan kau bersamaku.. Berilah aku anggur Musim Gugur, dan mari minum bersama Sambil mendendangkan lagu kenangan pada ghairah Musim Bunga Dan layanan hangat Musim Panas, serta anugerah tuaian dari Musim Gugur. Dekatlah padaku, oh kekasih jiwaku; api mendingin dalam tungku, Menyelinap padam nyalanya satu-satu, dari timbunan abu Dakaplah aku, sebab aku ngeri akan kesepian. Lampu meredup, dan anggur minuman membuat mata sayu mengatup. Mari kita saling berpandangan, sebelum mata tertutup. Cari aku dengan rabaan, temui daku dalam pelukan Lalu biarkan kabus malam merangkul jiwa kita menjadi satu Kucuplah aku, kekasihku, kerana Musim Dingin, Telah merenggut segala, kecuali bibir yang berkata: Engkau dalam dakapan, oh Kekasihku Abadi, Betapa dalam dan kuat samudera lena, Dan betapa cepatnya subuh... (Dari 'Dam'ah Wa Ibtisamah' -Setitis Air Mata Seulas Senyuman) Kahlil Gibran
  • 44. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN SEMALAM Semalam aku sendirian di dunia ini, kekasih; dan kesendirianku... sebengis kematian... Semalam diriku adalah sepatah kata yang tak bersuara..., Di dalam fikiran malam. Hari ini... aku menjelma menjadi sebuah nyanyian menyenangkan di atas lidah hari. Dan, ia berlangsung dalam seminit dari sang waktu yang melahirkan sekilas pandang, sepatah kata, sebuah desakan dan... sekucup ciuman Kahlil Gibran ANTARA PAGI DAN MALAM HARI TENANGLAH hatiku, kerana langit tak pun mendengari Tenanglah, kerana bumi dibebani dengan ratapan kesedihan. Dia takkan melahirkan melodi dan nyanyianmu. Tenanglah, kerana roh-roh malam tak menghiraukan bisikan rahsiamu, dan bayang-bayang tak berhenti dihadapan mimpi-mimpi. Tenanglah, hatiku. Tenanglah hingga fajar tiba, kerana dia yang menanti pagi dengan sabar akan menyambut pagi dengan kekuatan. Dia yang mencintai cahaya, dicintai cahaya. Tenanglah hatiku, dan dengarkan ucapanku. DALAM mimpi aku melihat seekor murai menyanyi saat dia terbang di atas kawah gunung berapi yang meletus. Kulihat sekuntum bunga Lili menyembulkan kelopaknya di balik salju. Kulihat seorang bidadari telanjang menari-menari di antara batu-batu kubur. Kulihat seorang anak tertawa sambil bermain dengan tengkorak-tengkorak. Kulihat semua makhluk ini dalam sebuah mimpi. Ketika aku terjaga dan memandang sekelilingku, kulihat gunung berapi memuntahkan nyala api, tapi tak kudengar murai bernyanyi, juga tak kulihat dia terbang. Kulihat langit menaburkan salju di atas padang dan lembah, dilapisi
  • 45. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN warna putih mayat dari bunga lili yang membeku. Kulihat kuburan-kuburan, berderet-deret, tegak di hadapan zaman-zaman yang tenang. Tapi tak satu pun kulihat di sana yang bergoyang dalam tarian, juga tidak yang tertunduk dalam doa. Saat terjaga, kulihat kesedihan dan kepedihan; ke manakah perginya kegembiraan dan kesenangan impian? Mengapa keindahan mimpi lenyap, dan bagaimana gambaran-gambarannya menghilang? Bagaimana mungkin jiwa tertahan sampai sang tidur membawa kembali roh-roh dari hasrat dan harapannya? DENGARLAH hatiku, dan dengarlah ucapanku. Semalam jiwaku adalah sebatang pohon yang kukuh dan tua, menghunjam akar-akarnya ke dasar bumi dan cabang-cabangnya mencekau ke arah yang tak terhingga. Jiwaku berbunga di musim bunga, memikul buah pada musim panas. Pada musim gugur kukumpulkan buahnya di mangkuk perak dan kuletakkannya di tengah jalan. Orang-orang yang lalu lalang mengambil dan memakannya, serta meneruskan perjalanan mereka. KALA musim gugur berlalu dan gita pujinya bertukar menjadi lagu kematian dan ratapan, kudapati semua orang telah meninggalkan diriku kecuali satu-satunya buah di talam perak. Kuambil ia dan memakannya, dan merasakan pahitnya bagai kayu gaharu, masam bak anggur hijau. Aku berbicara dalam hati,"Bencana bagiku, kerana telah kutempatkan sebentuk laknat di dalam mulut orang-orang itu, dan permusuhan dalam perutnya. " Apa yang telah kaulakukan, jiwaku, dengan kemanisan akar-akarmu itu yang telah meresap dari usus besar bumi, dengan wangian daun-daunmu yang telah meneguk cahaya matahari?" Lalu kucabut pohon jiwaku yang kukuh dan tua. Kucabut akarnya dari tanah liat yang di dalamnya dia telah bertunas dan tumbuh dengan subur. Kucabut akar dari masa lampaunya, menanggalkan kenangan seribu musim bunga dan seribu musim gugur. Dan kutanam sekali lagi pohon jiwaku di tempat lain. Kutanam dia di padang yang tempatnya jauh dari jalan-jalan waktu. Kulewatkan malam dengan terjaga di sisinya, sambil berkata,"Mengamati bersama malam yang membawa kita mendekati kerlipan bintang."
  • 46. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Aku memberinya minum dengan darah dan airmataku, sambil berkata,"Terdapat sebentuk keharuman dalam darah, dan dalam airmata sebentuk kemanisan." Tatkala musim bunga tiba, jiwaku berbunga sekali lagi. PADA musim panas jiwaku menyandang buah. Tatkala musim gugur tiba, kukumpulkan buah-buahnya yang matang di talam emas dan kuletakkan di tengah jalan. Orang-orang melintas, satu demi satu atau dalam kelompok-kelompok, tapi tak satu pun menghulurkan tangannya untuk mengambil bahagiannya. Lalu kuambil sebuah dan memakannya, merasakan manisnya bagai madu pilihan, lazat seperti musim bunga dari syurga, sangat menyenangkan laksana anggur Babylon, wangi bak wangi-wangian dari melati. Aku menjerit,"Orang-orang tak menginginkan rahmat pada mulutnya atau kebenaran dalam usus mereka, kerana rahmat adalah puteri airmata dan kebenaran putera darah!" Lalu aku beralih dan duduk di bawah bayangan pohon sunyi jiwaku di sebuah padang yang tempatnya jauh dari jalan waktu. TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba. Tenanglah, kerana langit menghembus bau hamis kematian dan tak bisa meminum nafasmu. Dengarkan, hatiku, dan dengarkan aku bicara. Semalam fikiranku adalah kapal yang terumbang-ambing oleh gelombang laut dan digerakkan oleh angin dari pantai ke pantai Kapal fikiranku kosong kecuali untuk tujuh cawan yang dilimpahi dengan warna-warna, gemilang berwarna-warni. Sang waktu datang kala aku merasa jemu terapung-apungan di atas permukaan laut dan berkata, "Aku akan kembali ke kapal kosong fikiranku menuju pelabuhan kota tempat aku dilahirkan." Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku Aku mulai mengecat sisi-sisi kapalku dengan warna-warni - kuning matahari terbenam, hijau musim bunga baru, biru kubah langit, merah senjakala yang menjadi kecil. Pada layar dan kemudinya kuukirkan susuk-susuk menakjubkan, menyenangkan mata dan menyenangkan penglihatan. Tatkala kerjaku selesai, kapal fikiranku laksana pandangan luas seorang nabi, berputar dalam ketidakterbatasan laut dan langit.
  • 47. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Kumasuki pelabuhan kotaku, dan orang muncul menemuiku dengan pujian dan rasa terima kasih. Mereka membawaku ke dalam kota, memukul gendang dan meniup seruling. Ini mereka lakukan kerana bahagian luar kapalku yang dihias dengan cemerlang, tapi tak seorang pun masuk ke dalam kapal fikiranku. Tak seorang pun bertanya apakah yang kubawa dari seberang lautan Tak seorang pun tahu kenapa aku kembali dengan kapal kosongku ke pelabuhan. Lalu kepada diriku sendiri, aku berkata,"Aku telah menyesatkan orang-orang, dan dengan tujuh cawan warna telah kudustai mata mereka" Setelah setahun aku menaiki kapal fikiranku dan kulayari di laut untuk kedua kalinya. Aku berlayar menuju pulau-pulau timur, dan mengisi kapalku dengan dupa dan kemenyan, pohon gaharu dan kayu cendana. Aku berlayar menuju pulau-pulau barat, dan membawa bijih emas dan gading, batu merah delima dan zamrud, dan sulaman serta pakaian warna merah lembayung. Dari pulau-pulau selatan aku kembali dengan rantai dan pedang tajam, tombak-tombak panjang, serta beraneka jenis senjata. Aku mengisi kapal fikiranku dengan harta benda dan barang-barang lhasil bumi dan kembali ke pelabuhan kotaku, sambil berkata, "Orang-orangku pasti akan memujiku, memang sudah pastinya. Mereka akan menggendongku ke dalam kota sambil menyanyi dan meniup trompet" Tapi ketika aku tiba di pelabuhan, tak seorangpun keluar menemuiku. Ketika kumasuki jalan-jalan kota, tak seorang pun memerhatikan diriku. Aku berdiri di alun-alun sambil mengutuk pada orang-orang bahawa aku membawa buah dan kekayaan bumi. Mereka memandangku, mulutnya penuh tawa, cemuhan pada wajah mereka. Lalu mereka berpaling dariku. Aku kembali ke pelabuhan, kesal dan bingung. Tak lama kemudian aku melihat kapalku. Maka aku melihat perjuangan dan harapan dari perjalananku yang menghalangi perhatianku. Aku menjerit. Gelombang laut telah mencuri cat dari sisi-sisi kapalku, tak meninggalkan apa pun kecuali tulang belulang yang bertaburan. Angin, badai dan terik matahari telah menghapus lukisan-lukisan dari layar, memudarkan ia seperti pakaian berwarna kelabu dan usang.
  • 48. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Kukumpulkan barang-barang hasil dan kekayaan bumi ke dalam sebuah perahu yang terapung di atas permukaan air. Aku kembali ke orang-orangku, tapi mereka menolak diriku kerana mata mereka hanya melihat bahagian luar. Pada saat itu kutinggalkan kapal fikiranku dan pergi ke kota kematian. Aku duduk di antara kuburan-kuburan yang bercat kapur, merenungkan rahsia-rahsianya. TENANGLAH, hatiku, hingga fajar tiba. Tenanglah, meskipun prahara yang mengamuk mencerca bisikan-bisikan batinmu, dan gua-gua lembah takkan menggemakan bunyi suaramu. Tenanglah, hatiku, hingga fajar tiba. Kerana dia yang menantikan dengan sabar hingga fajar, pagi hari akan memeluknya dengan semangat. NUN di sana! Fajar merekah, hatiku. Bicaralah, jika kau mampu bicara! Itulah arak-arakan sang fajar, hatiku! Akankah hening malam melumpuhkan kedalaman hatimu yang menyanyi menyambut fajar? Lihatlah kawanan merpati dan burung murai melayang di atas lembah. Akankah kengerian malam menghalangi engkau untuk menduduki sayap bersama mereka? Para pengembala memandu kawanan dombanya dari tempat ternak dan kandang. Akankah roh-roh malam menghalangimu untuk mengikuti mereka ke padang rumput hijau? Anak lelaki dan perempuan bergegas menuju kebun anggur. Kenapa kau tak berganjak dan berjalan bersama mereka? Bangkitlah, hatiku, bangkit dan berjalan bersama fajar, kerana malam telah berlalu. Ketakutan malam lenyap bersama mimpi gelapnya. Bangkitlah, hatiku, dan lantangkan suaramu dalam nyanyian, kerana hanya anak-anak kegelapan yang gagal menyatu ke dalam nyanyian sang fajar. Kahlil Gibran
  • 49. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN 7 ALASAN MENCELA DIRI Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku, pertama kali ketika aku melihatnya lemah, padahal seharusnya ia bisa kuat. Kedua kali ketika melihatnya berjalan terjongket-jongket dihadapan orang yang lumpuh Ketiga kali ketika berhadapan dengan pilihan yang sulit dan mudah ia memilih yang mudah Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan cuba menghibur diri dengan mengatakan bahawa semua orang juga melakukan kesalahan Kelima kali, ia menghindar kerana takut, lalu mengatakannya sebagai sabar Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk padahal ia tahu, bahawa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia pakai Dan ketujuh, ketika ia menyanyikan lagu pujian dan menganggap itu sebagai suatu yang bermanfaat Kahlil Gibran
  • 50. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN SETITIS AIRMATA DAN SEULAS SENYUMAN Takkan kutukar dukacita hatiku demi kebahagiaan khalayak. Dan, takkan kutumpahkan air mata kesedihan yang mengalir dari tiap bahagian diriku berubah menjadi gelak tawa. Kuingin diriku tetaplah setitis air mata dan seulas senyuman. Setitis airmata yang menyucikan hatiku dan memberiku pemahaman rahsia kehidupan dan hal ehwal yang tersembunyi. Seulas senyuman menarikku dekat kepada putera kesayanganku dan menjelma sebuah lambang pemujaan kepada tuhan. Setitis airmata meyatukanku dengan mereka yang patah hati; Seulas senyum menjadi sebuah tanda kebahagiaanku dalam kewujudan. Aku merasa lebih baik jika aku mati dalam hasrat dan kerinduan berbanding jika aku hidup menjemukan dan putus asa. Aku bersedia kelaparan demi cinta dan keindahan yang ada di dasar jiwaku setelah kusaksikan mereka yang dimanjakan amat menyusahkan orang. Telah kudengar keluhan mereka dalam hasrat kerinduan dan itu lebih manis daripada melodi yang termanis. Ketika malam tiba bunga menguncupkan kelopak dan tidur, memeluk kerinduannya. tatkala pagi menghampiri, ia membuka bibirnya demi menyambut ciuman matahari. Kehidupan sekuntum bunga sama dengan kerinduan dan pengabulan. Setitis airmata dan seulas senyuman. Air laut menjadi wap dan naik menjelma menjadi segumpal mega. Awan terapung di atas pergunungan dan lembah ngarai hingga berjumpa angin sepoi bahasa, jatuh bercucuran ke padang-padang lalu bergabung bersama aliran sungai dan kembali ke laut, rumahnya. Kehidupan awan-gemawan itu adalah sesuatu perpisahan dan pertemuan. Bagai setitis airmata seulas senyuman. Dan, kemudian jiwa jadi terpisahkan dari jiwa yang lebih besar, bergerak di dunia zat melintas bagai segumpal mega diatas pergunungan dukacita dan
  • 51. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN dataran kebahagiaan. Menuju samudera cinta dan keindahan - kepada Tuhan. Kahlil Gibran NASIHAT JIWAKU Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar mencintai semua orang yang membenciku, Dan berteman dengan mereka yang memfitnahku. Jiwaku menasihatiku dan mengungkapkan kepadaku bahawa cinta tidak hanya menghargai orang yang mencintai, tetapi juga orang yang dicintai. Sejak saat itu bagiku cinta ibarat jaring lelabah di antara dua bunga, dekat satu sama lain; Tapi kini dia menjadi suatu lingkaran cahaya di sekeliling matahari yang tiada berawal pun tiada berakhir, Melingkari semua yang ada, dan bertambah secara kekal. Jiwaku menasihatiku dan mengajarku agar melihat kecantikan yang ada di sebalik bentuk dan warna. Jiwaku memintaku untuk menatap semua yang buruk dengan tabah sampai nampaklah keelokannya. Sesungguhnya sebelum jiwaku meminta dan menasihatiku, Aku melihat keindahan seperti titik api yang tergulung asap; tapi sekarang asap itu telah tersebar dan menghilang, dan aku hanya melihat api yang membakar. Jiwaku menasihatiku dan memintaku untuk mendengar suara yang keluar bukan dari lidah maupun dari tenggorokan. Sebelumnya aku hanya mendengar teriakan dan jeritan di telingaku yang bodoh dan sia-sia.
  • 52. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Tapi sekarang aku belajar mendengar keheningan, Yang bergema dan melantunkan lagu dari zaman ke zaman. Menyanyikan nada langit, dan menyingkap tabir rahsia keabadiaan.. Jiwaku berkata padaku dan menasihatiku agar memuaskan kehausanku dengan meminum anggur yang tak dituangkan ke dalam cangkir-cangkir, Yang belum terangkat oleh tangan, dan tak tersentuh oleh bibir Hingga hari itu kehausanku seperti nyala redup yang terkubur dalam abu. Tertiup angin dingin dari musim-musim bunga; Tapi sekarang kerinduan menjadi cangkirku, Cinta menjadi anggurku, dan kesendirian adalah kebahagianku. Jiwaku menasihatiku dan memintaku mencari yang tak dapat dilihat; Dan jiwaku menyingkapkan kepadaku bahwa apa yang kita sentuh adalah apa yang kita impikan. Jiwaku mengatakan padaku dan mengundangku untuk menghirup harum tumbuhan yang tak memiliki akar, tangkai maupun bunga, dan yang tak pernah dapat dilihat mata. Sebelum jiwaku menasihati, aku mencari bau harum dalam kebun-kebun, Dalam botol minyak wangi tumbuhan-tumbuhan dan bejana dupa; Tapi sekarang aku menyedari hanya pada dupa yang tak dibakar, Aku mencium udara lebih harum dari semua kebun-kebun di dunia ini dan semua angin di angkasa raya. Jiwaku menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa mulia kerana pujian Dan agar tidak disusahkan oleh ketakutan kerana cacian. Sampai hari ini aku berasa ragu akan nilai pekerjaanku; Tapi sekarang aku belajar; Bahawa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuah di musim panas Dan menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar-benar telanjang di musim dingin. Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.
  • 53. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku Bahawa aku tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa. Sebelumnya aku melihat manusia ada dua, Seorang yang lemah yang aku caci atau kukasihani, Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawan dalam pemberontakan. Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanah yang sama darimana semua manusia diciptakan. Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur mereka, dan pengembaraan mereka adalah juga milikku. Bila mereka melanggar aku juga pelanggar, Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan baik mereka. Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka; Bila mereka tinggal di belakang, aku juga menemani mereka. Jiwaku menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahawa cahaya yang kubawa bukanlah cahayaku, Bahawa laguku tidak diciptakan dalam diriku; Kerana meski aku berjalan dengan cahaya, aku bukanlah cahaya, Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat kemas oleh dawai-dawaiku, Aku bukanlah pemain kecapi. Jiwaku menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini: "Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok." Pada saat itu aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, Dan masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai; Tapi kini aku terdidik perkara ini : Bahawa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat, serta semua yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat. Jiwaku menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku. Dan seringkali jiwamu menasihati dan menerangimu. Kerana engkau seperti diriku, dan tak ada beza di antara kita.
  • 54. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang kudengar dalam heningku, Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu, dan engkau adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini. Kahlil Gibran IBU Ibu adalah segalanya, dialah penghibur di dalam kesedihan. Pemberi harapan di dalam penderitaan, dan pemberi kekuatan di dalam kelemahan. Dialah sumber cinta, belas kasihan, simpati dan pengampunan. Manusia yang kehilangan ibunya bererti kehilangan jiwa sejati yang memberi berkat dan menjaganya tanpa henti. Segala sesuatu di alam ini melukiskan tentang susuk ibu. Matahari adalah ibu dari planet bumi yang memberikan makanannya dengan pancaran panasnya. Matahari tak pernah meninggalkan alam semesta pada malam hari sampai matahari meminta bumi untuk tidur sejenak di dalam nyanyian lautan dan siulan burung-burung dan anak-anak sungai. Dan Bumi ini adalah ibu dari pepohonan dan bunga-bunga menjadi ibu yang baik bagi buah-buahan dan biji-bijian. Ibu sebagai pembentuk dasar dari seluruh kewujudan dan adalah roh kekal, penuh dengan keindahan dan cinta. Kahlil Gibran
  • 55. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN LAGU OMBAK Pantai yang perkasa adalah kekasihku, Dan aku adalah kekasihnya, Akhirnya kami dipertautkan oleh cinta, Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya. Kupergi padanya dengan cepat Lalu berpisah dengan berat hati. Membisikkan selamat tinggal berulang kali. Aku segera bergerak diam-diam Dari balik kebiruan cakerawala Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku Ke pangkuan keemasan pasirnya Dan kami berpadu dalam adunan terindah. Aku lepaskan kehausannya Dan nafasku memenuhi segenap relung hatinya Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora di dada. Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta di telinganya, dan dia memelukku penuh damba Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan Diiringi kucupan-kucupan kasih sayang Gerakku pantas diwarnai kebimbangan Sedangkan dia tetap sabar dan tenang. Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan Kala air pasang kami saling memeluk Kala surut aku berlutut menjamah kakinya Memanjatkan doa Seribu sayang, aku selalu berjaga sendiri Menyusut kekuatanku. Tetapi aku pemuja cinta, Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa, Mungkin kelelahan akan menimpaku, Namun tiada aku bakal binasa. Kahlil Gibran
  • 56. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN DARI PETIKAN SANG NABI (THE PROPHET) PERENGGAN 12 Seorang ahli hukum menyusul bertanya; Dan bagaimana tentang undang-undang kita? Dijawabnya; Kalian senang meletakkan perundangan, namun lebih senang lagi melakukan perlanggaran, Bagaikan kanak-kanak yang asyik bermain di tepi pantai, yang penuh kesungguhan menyusun pasir jadi menara, kemudian menghancurkannya sendiri, sambil gelak tertawa ria. Tapi, selama kau sedang sibuk menyusun menara pasirmu, sang laut menghantarkan lebih banyak lagi pasir ke tepi, Dan pada ketika kau menghancurkan menara buatanmu, sang laut pun turut tertawa bersamamu. Sesungguhnya, samudera sentiasa ikut tertawa, bersama mereka yang tanpa dosa. Tapi bagaimanakah mereka, yang menganggap kehidupan bukan sebagai samudera, dan melihat undang-undang buatannya sendiri, bukan ibarat menara pasir? Merekalah yang memandang kehidupan, laksana sebungkal batu karang, dan undang-undang menjadi pahatnya, untuk memberinya bentuk ukiran, menurut selera manusia, sesuai hasrat kemahuan. Bagaimana dia,
  • 57. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN si tempang yang membenci para penari? Bagaimana pula kerbau yang menyukai bebannya, dam mencemuh kijang, menamakannya haiwan liar tiada guna? Lalu betapa ular tua, yang tak dapat lagi menukar kulitnya, dan kerana itu menyebut ular lain sebagai telanjang, tak kenal susila? Ada lagi dia, yang pagi- pagi mendatangi pesta, suatu keramaian perkahwinan, kemudian setelah kenyang perutnya, dengan badan keletihan, meninggalkan keramaian dengan umpatan, menyatakan semua pesta sebagai suatu kesalahan, dan semua terlibat melakukan kesalahan belaka. Apalah yang kukatakan tentang mereka, kecuali bahawa memang mereka berdiri di bawah sinar mentari, namun berpaling wajah, dan punggung mereka membelakangi? Mereka hanya melihat bayangannya sendiri, dan bayangan itulah menjadi undang-undangnya. Apakah erti sang suria bagi mereka, selain sebuah pelempar bayangan? Dan apakah kepatuhan hukum baginya, selain terbongkok dan melata di atas tanah, mencari dan menyelusuri bayangan sendiri? Tapi kau, yang berjalan menghadapkan wajah ke arah mentari, bayangan apa di atas tanah, yang dapat menahanmu? Kau yang mengembara di atas angin,
  • 58. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN kincir mana yang mampu memerintahkan arah perjalananmu, hukum mana yang mengikatmu, bila kau patahkan pikulanmu, tanpa memukulnya pada pintu penjara orang lain? Hukum apa yang kau takuti, jikalau kau menari-nari, tanpa kakimu tersadung belenggu orang lain? Dan siapakah dia yang menuntutmu, bila kau mencampakkan pakaianmu, tanpa melemparkannya di jalan orang lain? Rakyat Orphalese, kalian mungkin mampu memukul gendang, dan kalian dapat melonggarkan tali kecapi, namun katakan, siapakah yang dapat menghalangi, burung pipit untuk menyanyi. PERENGGAN 13 Seorang ahli pidato maju ke depan; bertanyakan masalah kebebasan. Dia mendapat jawapan; Telah kusaksikan, di gerbang kota maupun dekat tungku perapian, dikau bertekuk lutut memuja Sang Kebebasan. Laksana hamba budak merendahkan diri di depan sang tuan, si zalim yang disanjung puja, walaupun dia hendak menikam. Ya, sampaipun di relung-relung candi, dan keteduhan pusat kota, kulihat yang paling bebas pun diantara kalian, mengendong kebebasannya laksana pikulan, mengenakannya seperti besi pembelenggu tangan.
  • 59. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Hatiku menitikkan darah dalam dada, kerana kutahu, bahawa kau hanya dapat bebas sepenuhnya, pabila kau dapat menyedari; bahawa keinginan untuk kebebasan pun, merupakan sebentuk belenggu jiwamu. Hanya jikalau kau pada akhirnya, berhenti bicara tentang Kebebasan, sebagai suatu tujuan dan sebuah hasil perbincangan, maka kau akan bebas, bila hari-hari tiada kosong dari beban fikiran, dan malam-malammu tiada sepi dari kekurangan dan kesedihan. Bahkan justeru Kebebasanmu berada dalam rangkuman beban hidup ini, tetapi yang berhasil engkau atasi, dan jaya kau tegak menjulang tinggi, sempurna, terlepas segala tali-temali. Dan bagaimana kau kan bangkit, mengatasi hari dan malammu, pabila kau tak mematahkan belenggu ikatan, yang di pagi pengalamanmu, telah engkau kaitkan pada ketinggian tengah harimu? Sesungguhnyalah, apa yang kau namai Kebebasan, tak lain dari mata terkuat diantara mata rantai belenggumu, walau kilaunya gemerlap cemerlang di sinar suria, serta menyilaukan pandang matamu. Dan sedarkah engkau, apa yang akan kau lepaskan itu? tiada lain adalah cebisan dari dirimu, jikalau kau hendak mencapai kebebasan yang kau rindu. Pabila yang akan kau buang itu, suatu hukum yang tak adil,
  • 60. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN akuilah bahwa dia telah kau tulis dengan tanganmu sendiri, serta kau pahatkan diatas permukaan keningmu. Mustahil kau akan menghapusnya, dengan hanya membakar kitab-kitab hukummu, tak mungkin pula dengan cara membasuh kening para hakimmu, walau air seluruh lautan kaucurahkan untuk itu. Pabila seorang zalim yang hendak kau tumbangkan, usahakanlah dahulu, agar kursi tahtanya yang kau tegakkan di hatimu, kau cabut akarnya sebelum itu. Sebab bagaimanakah seorang zalim, dapat memerintah orang bebas dan punya harga diri, jika bukan engkau sendiri membiarkannya, menodai kebebasan yang kaujunjung tinggi, mencorengkan arang pada harkat martabat kemanusiaanmu peribadi? Pabila suatu beban kesusahan yang hendak kautanggalkan, maka ingatlah bahwa beban itu telah pernah menjadi pilihanmu, bukannya telah dipaksakan diatas pundakmu. Bilamana ketakutan yang ingin kau hilangkan, maka perasaan ngeri itu bersarang di hatimu, bukannya berada pada dia yang kau takuti. Sebenarnyalah, segalanya itu bergetar dalam diri, dalam rangkulan setengah terkatup, yang abadi; antara; yang kauinginkan dan yang kau takuti, yang memuakkan dan yang kausanjung puji, yang kaukejar-kejar dan yang hendak kau tinggal pergi. Kesemuanya itu hadir dalam dirimu selalu, bagaikan Sinar dan Bayangan, dalam pasangan-pasangan, yang lestari berpelukan. Dan pabila sang bayangan menjadi kabur, melenyap hilang,
  • 61. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN maka sinar yang tinggal, wujudlah bayangan baru, bagi sinar yang lain; demikianlah selalu. Seperti itulah pekerti Kebebasan, pabila ia kehilangan pengikatnya yang lama, maka ia sendirilah menjadi pengikat baru, bagi Kebebasan yang lebih agung, sentiasa. Kahlil Gibran PROSA (I) Bila engkau sedang bersukaria renunglah dalam-dalam ke lubuk hati disanalah nanti engkau dapati bahwa hanya yang pernah membuat derita berkemampuan memberimu bahagia Jika engkau berdukacita renunanglah lagi, ke lubuk hati disanalah pula bakal kau temui bahawa sesungguhnya engkau sedang menangisi sesuatu yang pernah engkau syukuri Kahlil Gibran
  • 62. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN PROSA (II) Bila kau memberi dari hartamu, tidak banyaklah pemberian itu. Bila kau memberi dari dirimu, itulah pemberian yang penuh erti. Sebab, apalah harta milikan itu, pabila ia bukan simpanan yang kaujaga buat persediaan di hari kemudian ? Dan hari kemudian; terkandung janji apakah bagi dia, si anjing kikir, Yang menimbun tulang-tulang di bawah pasir, Dalam perjalanan ke kota suci, mengikuti musafir ? Dan bukankah ketakutan akan kemiskinan, Merupakan kemiskinan itu sendiri ? Ketakutan akan dahaga, sedangkan sumur masih penuh, Bukankah dahaga yang tak mungkin dipuaskan ? Ada orang yang memberi sedikit dari miliknya yang banyak Dan pemberian itu dilakukan demi sanjungan, Hasrat tersembunyi membuat tak murni dermanya. Ada pula yang memiliki sedikit dan memberikan segalanya. Merekalah yang percaya akan kehidupan dan anugerah kehidupan, Dan peti mereka tiada pernah mengalami kekosongan. Ada yang memberi dengan kegembiraan di hati, Kegembiraanlah yang menjadi anugerah pengganti. Ada yang memberi dengan kepedihan di hati, maka Kepedihan menjadi air pensucian diri. Dan ada yang memberi tanpa merasa sakit di dalamnya, Tanpa mencari kegirangan dari pemberiannya, Tanpa mengingat-ingat kebaikannya; Mereka memberi, sebagaimana di lembah sana, Bunga-bunga menyebarkan wewangiannya ke udara. Melalui mereka inilah, Tuhan berbicara, Dan dari sinar lembut tatapan mata mereka Dia tersenyum pada dunia. ... Sebab sesungguhnya, kehidupanlah yang memberi pada kehidupan .Sedangkan kau, yang mengira dirimu seorang pemberi, Sebetulnya hanyalah seorang saksi.
  • 63. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dan kau, kaum penerima - ya, engkau semuanya tergolong penerima ! Jangan memberati diri dengan rasa terhutang budi, Sebab kau akan membebani dirimu dan dia yang memberi. Sayugia kau bangkit bersama si pemberi, Naik sayap pemberiannya, Melambung ke taraf yang lebih tinggi. Terlampau menyedari hutangmu, adalah meragukan kedermawanan dia, Sang putera Bumi yang murah hati, Dan Tuhan, sebagai sumber segala hartanya. Kahlil Gibran
  • 64. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN PROSA (III) Dan aku melihat hal-hal yang menyedihkan, Para Malaikat Kebahagiaan tengah berperang dgn Syaitan-syaitan Penderitaan Dan Manusia berdiri di antara mereka. Yang satu menariknya dengan Harapan dan yang lain dengan Keputus-asaan. Aku melihat Cinta dan Benci bermain-main di hati manusia, Cinta menyembunyikan kesalahan Manusia dan memabukkanya dengan anggur kepatuhan, pujian dan rayuan: sementara Kebencian menghasutnya dan menutup telinganya dan membutakan matanya dari Kebenaran... Aku melihat para pemimpin mulutnya berbuih seperti serigala licik dan juri penyelamat palsu merencanakan dan bersekongkol untuk Melawan Kebahagiaan Manusia.. Dan aku melihat Manusia memanggil Kebijakan untuk membebaskannya, tetapi Kebijakan tidak mendengar jeritannya, kerana Manusia pernah Mengabaikannya ketika ia berbicara kepadanya di jalananan kota... (Dari Suara Sang Guru) Kahlil Gibran
  • 65. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN PROSA (IV) Kemudian datang seorang pertapa, Yang sekali setahun turun ke kota, Memohon jawapan tentang kesenangan. Jawabnya demikian : Kesenangan adalah lagu kebebasan, Namun bukannya sang kebebasan sendiri, Dialah bunga-bunga hasrat keinginan, Namun bukan buah yang asli. Sebuah jurang ternganga yang berseru ke puncak ketinggian, Itulah dia ; namun dia bukan kedalaman maupun ketinggian itu sendiri. Dialah si terkurung yang terbang terlepas, Namun bukannya ruang yang terbentang luas ; Ya, sesungguhnyalah kesenangan merupakan lagu kebebasan. Dan aku amat suka bila dapat mendengarkan, Kalian menyanyikannya dengan sepenuh hati, Namun jangan hanyutkan diri dalam nyanyian Beberapa diantaramu mencari kesenangan, Seolah kesenangan itu adalah segala-galanya, Dan mereka ini dipersoalkan, dihakimi dan dipersalahkan. Aku tak akan mempersalahkannya, ataupun memarahinya, Melainkan akan mendorong mereka untuk mencari dan menyelami. Sebab mereka akan menemukan kesenangan, Namun kesenangan tiada berdiri sendiri. Saudaranya ada beberapa, ialah tujuh orang puteri, Yang terjelek pun diantaranya lebih unggul kecantikannya, Daripada dia yang bernama kesenangan. Engkau pernah mendengar tentang seorang manusia, Yang menggali tanah hendak mencari akar, Namun menemukan harta pusaka ? Beberapa di antara orang tua mengenangkan saat kesenangan, Dengan penuh rasa penyesalan, Seolah kesenangan itu dosa yang diperbuatnya, Tatkala sedang terbius di luar kesedarannya. Tapi penyesalan ini hanya mengaburkan akal budi, Tiada berkemampuan menyucikan hati nurani, Sayugia mereka mengingat kesenangan yang lalu, Dengan rasa syukur dan terima kasih dalam kalbu, Sebagaimana mereka mengenang rahmat tuaian di musim panas ; Namun pabila rasa penyesalan lebih menenteramkan hatinya, Maka biarlah mereka menikmati ketenteramannya.
  • 66. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dan ada di antaramu yang bukan lagi remaja namun masih perlu mencari, Pun belum terlampau tua namun memerlukan kenang-kenangan untuk digali, Lalu menyingkirkan segala kesenangan yang ada di mayapada, Khuatir melemahkan kekuatan jiwa, Ataupun bertentangan dan merugikannya. Tapi dalam pencegahan diri inipun terletak kesenangan mereka, Dan dengan demikian mereka pun menemui sebuah mustika, Walau semua mereka dengan tangan gementar, hanya mencuba menggali akar. Tetapi katakanlah padaku, siapakah yang dapat menenang jiwa ? Si burung bul-bul yang menyanyikan lagu merdu, Terganggukah olehnya ketenangan malam yang syahdu ? Atau ambillah dia, si kunang-kunang, Adakah diganggunya keagungan bintang-bintang ? Dan nyala api, ataupun asap bara, Adakah dia memberati pawana ? Dan dikau mengira, bahwa jiwa merupakan danau yang tenang, Yang hanya dengan sentuhan sepucuk kayu, dapat kauganggu ? Betapa seringnya, dengan menyingkiri segala kesenangan, Kau hanya menimbun keinginan tersembunyi, di relung kesedaran. Siapa tahu bahawa apa yang nampaknya lenyap sekarang, dari permukaan, hanya menanti saat kebangkitan dihari kemudian ? Bahkan jasmani memahami kudratnya dan keperluan hak alamiahnya, Serta tiada sudi mengalami tipuan dari akal manusia. Jasmani adalah kecapi jiwa, Tergantung kepada manusia, Untuk menggetarkannya dengan petikan lagu merdu, Ataupun suara yang tiada menentu. Lalu sekarang bertanyalah dalam hatimu; bagaimana cara membezakan baik-buruk dalam kesenangan? Maka pergilah dikau ke ladang, kebun dan tamanmu, Dan kau akan mengerti, bahawa bagi lebah, menghisap madu adalah kesenangan, namun bagi bunga pun memberikan madu adalah kesenangan. Untuk lebah, bunga merupakan pancaran kehidupan, Untuk bunga, lebah merupakan duta kasih kehidupan. Dan bagi keduanya, sang lebah maupun sang bunga, Memberi dan menerima kesenangan adalah keperluan dan keasyikan.
  • 67. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Rakyat Orphalese, bersenanglah bagaikan bunga dan lebah. KATA SELEMBAR KERTAS SEPUTIH SALJU Kata selembar kertas seputih salju,"Aku tercipta secara murni, kerana itu aku akan tetap murni selamanya. Lebih baik aku dibakar dan kembali menjadi abu putih daripada menderita kerana tersentuh kegelapan atau didekati oleh sesuatu yang kotor." Tinta botol mendengar kata kertas itu. Ia tertawa dalam hatinya yang hitam, tapi tak berani mendekatinya. Pensil-pensil beraneka warna pun mendengarnya, dan mereka pun tak pernah mendekatinya. Dan selembar kertas yang seputih salju itu tetap suci dan murni selamanya -suci dan murni- dan kosong. Kahlil Gibran TANYA SANG ANAK Konon pada suatu desa terpencil Terdapat sebuah keluarga Terdiri dari sang ayah dan ibu Serta seorang anak gadis muda dan naif! Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu! Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita? Sang ibu menjawab,"Kerana ibu lebih kuat dari ayah!" Sang anak terdiam dan berkata,"Kenapa jadi begitu?" Sang anak pun bertanya kepada sang ayah! Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah? Ayah pun menjawab,"Kerana ibumu seorang wanita!!! Sang anak kembali terdiam.
  • 68. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dan sang anak pun kembali bertanya! Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah? Dan sang ayah pun kembali menjawab," Iya, kau adalah yang terkuat!" Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya. Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain. Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu? Ayah kembali menjawab,"Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!" "Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?" Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan. Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. "Kerana engkau adalah buah dari cintanya! Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu! Dan kau adalah segalanya buat kami. Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami. Tawamu adalah tawa kami. Tangismu adalah air mata kami. Dan cintamu adalah cinta kami. Dan sang anak pun kembali bertanya! Apa itu Cinta, Ayah? Apa itu cinta, Ibu? Sang ayah dan ibu pun tersenyum! Dan mereka pun menjawab,"Kau, kau adalah cinta kami sayang.." Kahlil Gibran
  • 69. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN GURU Barangsiapa mahu menjadi guru, biarkan dia memulai mengajar dirinya sendiri sebelum mengajar orang lain, dan biarkan dia mengajar dengan teladan sebelum mengajar dengan kata-kata. Sebab mereka yang mengajar dirinya sendiri dengan memperbetulkan perbuatan-perbuatannya sendiri lebih berhak atas penghormatan dan kemuliaan daripada mereka yang hanya mengajar orang lain dan memperbetulkan perbuatan-perbuatan orang lain. Kahlil Gibran INDAHNYA KEMATIAN Bahagian 1 ~ Panggilan Biarkan aku terbaring dalam lelapku, kerana jiwa ini telah dirasuki cinta, dan biarkan daku istirahat, kerana batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang. Nyalakan lilin-lilin dan bakarlah dupa nan mewangi di sekeliling ranjang ini, dan taburi tubuh ini dengan wangian melati serta mawar. Minyakilah rambut ini dengan puspa dupa dan olesi kaki-kaki ini dengan wangian, dan bacalah isyarat kematian yang telah tertulis jelas di dahi ini. Biarku istirahat di ranjang ini, kerana kedua bola mata ini telah teramat lelahnya; Biar sajak-sajak bersalut perak bergetaran dan menyejukkan jiwaku; Terbangkan dawai-dawai harpa dan singkapkan tabir lara hatiku. Nyanyikanlah masa-masa lalu seperti engkau memandang fajar harapan dalam mataku, kerana makna ghaibnya begitu lembut bagai ranjang kapas tempat hatiku berbaring. Hapuslah air matamu, saudaraku, dan tegakkanlah kepalamu seperti
  • 70. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN bunga-bunga menyemai jari-jemarinya menyambut mahkota fajar pagi. Lihatlah Kematian berdiri bagai kolom-kolom cahaya antara ranjangku dengan jarak infiniti; Tahanlah nafasmu dan dengarkan kibaran kepak sayap-sayapnya. Dekatilah aku, dan ucapkanlah selamat tinggal buatku. Ciumlah mataku dengan seulas senyummu. Biarkan anak-anak merentang tangan-tangan mungilnya buatku dengan kelembutan jemari merah jambu mereka; Biarkanlah Masa meletakkan tangan lembutnya di dahiku dan memberkatiku; Biarkanlah perawan-perawan mendekati dan melihat bayangan Tuhan dalam mataku, dan mendengar Gema Iradat-Nya berlarian dengan nafasku.... Kahlil Gibran PROSA (V) Aku akan melakukan segala apa yang telah engkau ucapkan tadi Dan aku akan menjadikan jiwaku sebagai sebuah kelambu yang menyelubungi jiwamu. Hatiku akan menjadi tempat tinggal keanggunanmu serta dadaku akan menjadi kubur bagi penderitaanmu. Aku akan selalu mencintaimu...sebagaimana padang rumput yang luas mencintai musim bunga. Aku akan hidup di dalam dirimu laksana bunga-bunga yang hidup oleh panas matahari. Aku akan menyanyikan namamu seperti lembah menyanyikan gema loceng di desa Aku akan mendengar bahasa jiwamu seperti pantai mendengarkan kisah-kisah gelombang. Aku akan mengingatimu seperti perantau asing yang mengenang tanahair tercintanya, Sebagaimana orang lapar mengingati pesta jamuan makan, Seperti raja yang turun takhta mengingati masa-masa kegemilangannya,
  • 71. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Dan seperti seorang tahanan mengingati masa-masa kesenangan dan kebebasan. Aku akan mengingatimu sebagaimana seorang petani yang mengingati bekas-bekas gandum di lantai tempat simpanannya, juga seperti gembala mengingati padang rumput yang luas dan sungai yang segar airnya." (Dari Sayap Sayap Patah) Kahlil Gibran MUSIM BUNGA Bunga akan nampak indah Ketika musim bunga bermula Mencium pucuk-pucuk kecilnya Namun kasih akan sentiasa Nampak indah dari bunga Kerana ia terus tumbuh tanpa bantuan musim Kahlil Gibran DUA PUISI Berabad-abad yang lalu, di suatu jalan menuju Athens, dua orang penyair bertemu. Mereka mengagumi satu sama lain. Salah seorang penyair bertanya, "Apa yang kau ciptakan akhir-akhir ini, dan bagaimana dengan lirikmu?" Penyair yang seorang lagi menjawab dengan bangga, "Aku tidak melakukan hal lain selain menyelesaikan syairku yang paling indah, kemungkinan merupakan syair yang paling hebat yang pernah ditulis di Yunani. Isinya pujian tentang Zeus yang Mulia."
  • 72. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN Lalu dia mengambil selembar kulit dari sebalik jubahnya dan berkata, "Ke mari, lihatlah, syair ini kubawa, dan aku senang bila dapat membacakannya untukmu. Ayuh, mari kita duduk berteduh di bawah pohon cypress putih itu." Lalu penyair itu membacakan syairnya. Syair itu panjang sekali. Setelah selesai, penyair yang satu berkata, "Itu syair yang indah sekali. Syair itu akan dikenang berabad-abad dan akan membuat engkau masyhur." Penyair pertama berkata dengan tenang, "Dan apa yang telah kau ciptakan akhir-akhir ini?" Penyair kedua menjawab, "Aku hanya menulis sedikit. Hanya lapan baris untuk mengenang seorang anak yang bermain di kebun." Lalu ia membacakan syairnya. Penyair pertama berkata, "Boleh tahan, boleh tahan." Kemudian mereka berpisah. Sekarang, setelah dua ribu tahun berlalu, syair lapan baris itu dibaca di setiap lidah, diulang-ulang, dihargai dan selalu dikenang. Dan walaupun syair yang satu lagi memang benar bertahan berabad-abad lamanya dalam perpustakaan, di rak-rak buku, dan walaupun syair itu dikenang, namun tidak ada yang tertarik untuk menyukainya atau membacanya. Kahlil Gibran
  • 73. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN KEKASIHKU LAYLA Kemarilah, kekasihku. Kemarilah Layla, dan jangan tinggalkan aku. Kehidupan lebih lemah daripada kematian, tetapi kematian lebih lemah daripada cinta... Engkau telah membebaskanku, Layla, dari siksaan gelak tawa dan pahitnya anggur itu. Izinkan aku mencium tanganmu, tangan yang telah memutuskan rantai-rantaiku. Ciumlah bibirku, ciumlah bibir yang telah mencuba untuk membohongi dan yang telah menyelimuti rahsia-rahsia hatiku. Tutuplah mataku yang meredup ini dengan jari-jemarimu yang berlumuran darah. Ketika jiwaku melayang ke angkasa, taruhlah pisau itu di tangan kananku dan katakan pada mereka bahawa aku telah bunuh diri kerana putus asa dan cemburu. Aku hanya mencintaimu, Layla, dan bukan yang lain, aku berfikir bahwa tadi lebih baik bagiku untuk mengorbankan hatiku, kebahagiaanku, kehidupanku daripada melarikan diri bersamamu pada malam pernikahanmu. Ciumlah aku, kekasih jiwaku... sebelum orang-orang melihat tubuhku... Ciumlah aku... ciumlah, Layla... Kahlil Gibran
  • 74. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN KISAHKU Dengarkan kisahku... . Dengarkan, tetapi jangan menaruh belas kasihan padaku: kerana belas kasihan menyebabkan kelemahan, padahal aku masih tegar dalam penderitaanku.. Jika kita mencintai, cinta kita bukan dari diri kita, juga bukan untuk diri kita. Jika kita bergembira, kegembiraan kita bukan berada dalam diri kita, tapi dalam Hidup itu sendiri. Jika kita menderita, kesakitan kita tidak terletak pada luka kita, tapi dalam hati nurani alam. Jangan kau anggap bahawa cinta itu datang kerana pergaulan yang lama atau rayuan yang terus menerus. Cinta adalah tunas pesona jiwa, dan jika tunas ini tak tercipta dalam sesaat, ia takkan tercipta bertahun-tahun atau bahkan dari generasi ke generasi. Wanita yang menghiasi tingkah lakunya dengan keindahan jiwa dan raga adalah sebuah kebenaran, yang terbuka namun rahsia; ia hanya dapat difahami melalui cinta, hanya dapat disentuh dengan kebaikan; dan ketika kita mencuba untuk menggambarkannya ia menghilang bagai segumpal wap. Kahlil Gibran
  • 75. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN CIUMAN PERTAMA Itulah tegukan pertama dari cawan yang telah diisi oleh para dewa dari air pancuran cinta. Itulah batas antara kebimbangan yang menghiburkan dan menyedihkan hati dengan takdir yang mengisinya dengan kebahagiaan. Itulah baris pembuka dari suatu puisi kehidupan , bab pertama dari suatu novel tentang manusia. Itulah tali yang menghubungkan pengasingan masa lalu dengan kejayaan masa depan. Ciuman pertama menyatukan keheningan perasaan-perasaan dengan nyanyian-nyanyiannya. Itulah satu kata yang diucapkan oleh sepasang bibir yang menyatukan hati sebagai singgahsana, cinta sebagai raja, kesetiaan sebagai mahkota. Itulah sentuhan lembut yang mengungkapkan bagaimana jari-jemari angin mencumbui mulut bunga mawar, mempesonakan desah nafas kenikmatan panjang dan rintihan manis nan lirih. Itulah permulaan getaran-getaran yang memisahkan kekasih dari dunia ruang dan matra dan membawa mereka kepada ilham dan impian-impian. Ia memadukan taman bunga berbentuk bintang-bintang dengan bunga buah delima, menyatukan dua aroma untuk melahirkan jiwa ketiga. Jika pandangan pertama adalah seperti benih yang ditaburkan para dewa di ladang hati manusia, maka ciuman pertama mengungkapkan bunga pertama yang mekar pada ranting pohon cabang pertama kehidupan. Kahlil Gibran
  • 76. Pinasthika Artista | KAHLIL GIBRAN SUARA PENYAIR Berkah amal soleh tumbuh subur dalam ladang hatiku. Aku akan menuai gandum dan membahagikannya pada mereka yang lapar. Jiwaku menyuburkan ladang anggur yang kuperas buahnya dan kuberikan sarinya pada mereka yang kehausan. Syurga telah mengisi pelitaku dengan minyaknya dan akan kuletakkan di jendela. Agar musafir berkelana di gelap malam menemui jalannya. Kulakukan semua itu kerana mereka adalah diriku. Andaikan nasib membelenggu tanganku dan aku tak bisa lagi menuruti hati nuraniku, maka yang tertinggal dalam hasratku hanyalah : Mati! Aku seorang penyair, apabila aku tak bisa memberi, akupun tak mau menerima apa-apa. Kahlil Gibran BAGI SAHABATKU YANG TERTINDAS Wahai engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan, diberi makan pada dada penurunan nilai, yang bermain sebagai seorang anak di rumah tirani, engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur dengan airmata yang getir. Wahai askar yang diperintah oleh hukum yang tidak adil oleh lelaki yang meninggalkan isterinya, anak-anaknya yang masih kecil, sahabat-sahabatnya, dan memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita, yang mereka sebut 'keperluan'. Wahai penyair yang hidup sebagai orang asing di kampung halamannya, tak dikenali di antara mereka yang mengenalinya, yang hanya berhasrat untuk hidup di atas sampah masyarakat dan dari tinggalan atas permintaan dunia yang hanya tinta dan kertas.