Makalah ini membahas model-model desain pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pembelajaran, seperti model Dick dan Carey, ADDIE, Morrison-Ross-Kemp, Gagne, ASSURE, dan ISMAN. Model-model tersebut dirancang berdasarkan teori-teori pembelajaran untuk memfasilitasi pembelajaran peserta didik secara efektif.
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran “ANTUSIAS”Dwi Budiwiwaramulja
Menguraikan pendekatan struktur atau tatanan model pembelajaran beruntusias
Menguraikan hubungan setiap komponen yang saling mensupport usaha meningkatkan semangat calon pembelajar
Menggambarkan kerangka model berantusias.
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Model Pembelajaran “ANTUSIAS”Dwi Budiwiwaramulja
Menguraikan pendekatan struktur atau tatanan model pembelajaran beruntusias
Menguraikan hubungan setiap komponen yang saling mensupport usaha meningkatkan semangat calon pembelajar
Menggambarkan kerangka model berantusias.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
1. TUGAS
Diajukan Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah
Model Desain Pembelajaran
OLEH :
1. DESMON KAMALUDIN NIM. 1811021012
Dosen Pengampu Mata Kuliah:
1. Dr. I Made Tegeh, SPd., M.Pd.
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PSIKOLOGI DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
TAHUN 2020
2. Model-model Desain Pembelajaran yang meningkatkan mutu belajar
Oleh: Desmon Kamaludin
Pendahuluan
Situasi Perkembangan di era globalisasi saat ini membawa masyarakat mulai sadar
akan artinya sebuah Pendidikan, yang akhirnya muncul sebuah problema mampu kah
masyarakat untuk beradaptasi pada perkembangan sebuah IPTEK saat ini. Saat ini
khalayak semakin sadar akan pentingnya Pendidikan pada kehidupan manusia.
Pendidikan melahirkan sebuah insan yang kreatif dan inovatif, manusia memperoleh
hal itu tentu melalui sebuah pembelajaran. Belajar adalah suatu kejadian yang terjadi
didalam kondisi yang dari semula tidak tahu menjadi tahu, hal ini membuat seorang
pendidik sebagai garda terpenting dalam Pendidikan dituntut untuk mampu melahirkan
sebuah situasi dan kondisi belajar bagi peserta didik untuk dapat mencapai sebuah
kemampuan yang diharapkan.
Lembaga Pendidikan yang mempersiapkan generasi yang berkualitas tak kala hanya
mengarah kepada peningkatan yang arahnya kepada fisik seperti sarana dan prasarana
belum mengarah kepada bagaimana menciptakan sebuah desain pembelajaran yang
menyenangkan yang dapat meningkatkan mutu belajar peserta didik. Dalam hal ini
sekolah tentunya harus diberi perhatian lagi terhadap kualitas dan kuantitas agar
mampu memproses peserta didik yang pada akhirnya akan menciptakan sebuah hasil
output yang optimal
Oleh karena itu guru juga dituntut untuk dapat menyajikan sumber belajar yang
menyenangkan dan tepat sasaran bagi para peserta didik, dengan menggunakan bahan
yang sesuai dengan prinsip dan teori belajar serta menilai sendiri efisiensi atau pun
efektivitas dari sumber belajar yang digunakannya. Pada hal ini desain pembelajaran
menjadi sebuah kunci peranan penting dalam mengembangkan Pendidikan yang
berkualitas. Desain pembelajaran dapat menjadi sebuah signal baik untuk menyediakan
situasi belajar yang menyenangkan bagi peserta didik karena jika hal ini dibiarkan terus
meneruts tentu akan menjadi permasalahan bagi kualitas lulusan dan sumber daya
manusia yang tidak mampu bersaing di era global dan ini membuat generasi Indonesia
akan semakin jauh dari harapan. Oleh sebab itu meningkatkan kualitas pembelajaran
merupakan sebuah upaya utama untuk mengatasi hal ini berikut pada makalah kali ini
akan dipaparkan perihal model-model desain pembelajaran yang cocok dan sesuai
dengan karakteristik peserta didik, dan juga sebagai sebuah informasi untuk merancang
sebuah desain pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Serta mendesain
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik (learner oriented), bukan
berorientasi pada guru (teacher oriented)
3. Pembahasan
A. Definisi Desain Pembelajaran
Menurut Tegeh Sudatha (2019:21) Kata desain pembelajaran merupakan padanan kata
dari desain instruksional (instructional design). Desain pembelajaran pada intinya
merupakan suatu sistem dan berhubungan dengan desain materi pembelajaran untuk
dikembangkan dan disampaikan. Sebagai sebuah sistem, desain pembelajaran
merupakan hal yang kompleks karena melibatkan beberapa komponen yang saling
berkaitan untuk mencapai suatu tujuan
Sementara itu desain pembelajaran sebagai proses menurut Syaiful Sagala (2005:136)
adalah pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus
teori-teori pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut
mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai dengan
konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Sedangkan menurut Suparman (2009) Desain pembelajaran dapat dimaknai dari
berbagai sudut pandang, misalnya sebagai disiplin, sebagai ilmu, sebagai sistem, dan
sebagai proses.
1) Sebagai disiplin, desain pembelajaran membahas berbagai penelitian dan teori
tentang strategi serta proses pengembangan pembelajaran dan pelaksanaannya.
2) Sebagai ilmu, desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan
spesifikasi pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi
yang memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan
mikro untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
3) Sebagai sistem, desain pembelajaran merupakan pengembangan sistem
pembelajaran dan sistem pelaksanaannya termasuk sarana serta prosedur untuk
meningkatkan mutu belajar.
4) sebagai proses, menłpakan pengembangan sistematis tentang spesifikasi
pembelajaran dengan menggunakan teori pembelajaran dan teori belajar untuk
menjamin mutu pembelajaran.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran adalah suatu system
pengembangan sistematik yang berhubungan dengan desain pembelajaran yang
dimaknai berbagai sudut pandang dan digunakan secara khusus untuk menjamin
kualitas dan mutu pembelajaran
B. Model-Model Desain Pembelajaran
berbagai model desain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan-pendekatan
tertentu sebagai berikut:
4. 1. Model Dick and Carey
Salah satu model sistematis yang Dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey
(1985). Langkah langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah
1. Menganalisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan (instructional goal)
2. Menganalisis pembelajaran
3. Menganalisis pebelajar dan konteksnya
4. Menuliskan tujuan unjuk kerja
5. Mengembangkan instrumen penilaian
6. Mengembangkan strategi pembelajaran
7. Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran
8. Merancang dan melaksanakan Evaluasi formatif
9. Merevisi pembelajaran
10. Merancang dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Menurut Prof. Atwi Suparman (Rektor UT), model ini cocok untuk pembelajaran
formal di sekolah dan untuk sistem pembelajaran yang melibatkan komputer dalam
proses pembelajaran
2. Model ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation,
Evaluation).
Menurut Tegeh Sudatha (2019) Model ADDIE Salah satu model desain
pembelajaran sistematik. Romiszowski (1996) mengemukakan bahwa pada tingkat
desain materi pembelajaran dan pengembangan, sistematik sebagai aspek prosedural
pendekatan sistem telah diwujudkan dalam banyak praktik metodologi untuk desain
dan pengembangan teks. Ada lima langkah yang dikemukakan dalam model ini sesuai
dengan namanya, yaitu:
1 Analysis: menganalisis kebutuhan untuk menentukan masalah dan solusi yang
tepat dan menentukan kompetensi siswa.
2 Design: menentukan kompetensi khusus, metode, bahan ajar, dan pembelajaran.
3 Development: memproduksi program dan bahan ajar yang akan digunakan dalam
program pembelajaran.
4 Implementation: melaksanakan program pembelajaran dengan menerapkan
desain atau spesifikasi program pembelajaran.
5 Evaluation: melakukan evaluasi program pembelajaran dan evaluasi hasil
belajar.
3 Model Morrison, Ross, Kemp (MRK)
5. Model desian pembelajaran Morrison, Ross, Kemp (MRK) merupakan model
desain pembelajaran yang dikembangkan dari model desain pembelajaran Kemp. Pada
mulanya model MRK dikembangkan oleh Jerold Kemp tahun 1985.
Morrison, Ross, & Kemp mengemukakan bahwa terdapat empat komponen dasar
dalam perencanaan desain pembelajaran. Keempat kompenen dasar ini dipandu dengan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
1 Untuk siapa program ini dibuat dan dikembangkan?
(karakteristik peserta didik)
2 Apa tujuan peserta didik mempelajari suatu materi pembelajaran?
(tujuan pembelajaran)
3 Dengan metode yang bagaimana suatu isi pembelajaran paling baik untuk
dipelajari?
(strategi pembelajaran)
4 Bagaimana cara kita mengukur hasil pembelajaran yang telah dicapai?
(prosedur evaluasi).
Berdasarkan keempat fokus tersebut, model MRK menggunakan sembilan elemen
untuk mengembangkan perencanaan desain pembelajaran, antara lain:
(1) instructional problem, (2) learner characteristic, (3) task analysis, (4) instructional
objectives, (5) content sequencing, (6) instructional strategies, (7) designing the
message, (8) instructional delivery, dan (9) evaluation instruments.
4 Model Desain Pembelajaran Gagne
Pada tahun 1965 Gagne mencetuskan Teori Condition of Learning. Teori ini
sangat mempengaruhi penerapan desian pembelajaran yang sampai saat ini
berkembang.
Menurut Gagne akan terdapat hasil belajar yang berbeda dari proses
pembelajaran, yang tergantung dari pencapaian desain pembelajaran yang spesifik.
Gagne mengemukakan bahwa terdapat kondisi lingkungan belajar yang wajib dipenuhi
dalam pembelajaran yang disebut dengan istilah Condition of Learning. Teori Gagne
sangat dipengaruhi oleh teori-teori belajar Behaviorisme. Menurutnya terdapat delapan
jenis kondisi belajar, yang sebagian besar berdasarkan Behaviorism Stimulus
Response. Kedelapan jenis kondisi belajar tersebut adalah:
(1) signal learning,
(2) stimulus-response learning,
(3) behavior chaining learning,
(4) verbal association,
(5) discrimination learning,
(6) concept learning,
(7) rule learning, dan
6. (8) problem solving
5 Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi
untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model berorientasi kelas.
Menurut Heinich et al (2005) model ini terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1 Analyze Learners
2 States Objectives
3 Select Methods, Media, and Material
4 Utilize Media and materials
5 Require Learner Participation
6 Evaluate and Revise
6 Model ISMAN
Landasan teori model Isman berasal dari aliran behaviorisme, kognitivisme, dan
pandangan konstruktivisme. Behaviorisme sebagai teori belajar menjadi pijakan untuk
menciptakan hubungan antara stimulus dan respon, faktor penguatan, dan merancang
kondisi lingkungan. Teori ini digunakan untuk memotivasi siswa supaya mau belajar.
Behavioris memandang desain pembelajaran memiliki lima langkah yaitu analisis,
desain,pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Dalam langkah-langkah analisis,
desainer pembelajaran mengidentifikasi informasi inputan seperti tujuan pembelajaran,
sasaran, karakteristik guru, karakteristik siswa, bahan, dan lainnya. Pada langkah
desain, desainer pembelajaran merancang kegiatan belajar mengajar. Pada langkah
pengembangan, desainer pembelajaran mengembangkan bahan pembelajaran dan
metode pembelajaran. Pada langkah pelaksanaan, guru melaksanakan kegiatan
pembelajaran. Pada langkah terakhir, perancang pembelajaran memeriksa output
pembelajaran. Model Isman menggunakan keempat langkah tersebut untuk merancang
kegiatan pembelajaran.
7 Model Hannafin dan Peck
Model Hannafin & Peck (1987) terdiri dari tiga proses utama. Tahap pertama
model ini adalah tahap penilaian kebutuhan, dilanjutkan dengan tahap desain, dan tahap
ketiga adalah pengembangan dan implementasi. Dalam model ini, semua tahapan
melibatkan proses evaluasi dan revisi. Model ini adalah model desain pembelajaran
berorientasi produk. Fase pertama dari model Hannafin dan Peck adalah analisis
kebutuhan. Fase ini diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan dalam
mengembangkan suatu media pembelajaran termasuklah di dalamnya tujuan dan
objektif media pembelajaran yang dibuat
7. Fasa yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Hannafin dan Peck
(1988) menyatakan fase desain bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan pembuatan media
tersebut. Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board
yang mengikut urutan aktivitas pengajaran berdasarkan keperluan pelajaran dan
objektif media pembelajaran
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan dan
implementasi. Hannafin dan Peck (1988) mengatakan aktivitas yang dilakukan pada
fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan
diagram alir yang dapat membantu proses pembuatan media pembelajaran.Untuk
menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan
Hannafin dan Peck (1988) juga menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian
formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif ialah penilaian yang dilakukan
sepanjang proses pengembangan media sedangkan penilaian sumatif dilakukan setelah
media telah selesai dikembangkan
Penutup
Makalah ini memaparkan tentang model-model desain pembelajaran yang
meningkatkan mutu belajar dalam pembelajaran. Model-model desain pembelajaran
menjadi sebuah pertimbangan dalam merancang sebuah pembelajaran sehingga belajar
tidak lah menjadi momok yang menakutkan bagi peserta didik melainkan menjadi
sebuah hal yang menyenangkan. Dalam makalah ini disarankan agar para perancang
pembelajaran agar menerapkan model-model desain pembelajaran tersebut tanpa
melupakan beberapa teori-teori yang di jelaskan pada masing-masing model desain
pembelajaran tersebut
8. DAFTAR RUJUKAN
Tegeh. Sudatha 2019. Model-Model Desain Pembelajaran. Bali. Universitas
Pendidikan Ganesha
Suparman, Atwi 2009. Desain Instruksional. Jakarta: Universitas Terbuka