BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu tumbuhan tak berpembuluh (non vaskuler) dan tumbuhan berpembuluh (vaskuler). Tumbuhan tak berpembuluh yaitu lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhan tak berbiji, yaitu paku dan tumbuhan berbiji. Sedangkan tumbuhan berbiji sendiri dibagi dalam tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae). Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta). Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Dengan kata lain, biji dapat dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif). Selain itu, ada juga pembiakan secara aseksual (vegetatif).
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada tumbuhan biji terbuka, biji tertutup dengan daging buah atau daun buah (karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar. Sementara itu, pada tumbuhan berbiji tertutup, biji di tutupi oleh daging buah atau daun buah. Misalnya, pada mangga, durian, dan jeruk. Dalam tumbuhan berbiji banyak sekali ordo ataupuun famili dari tiap divisi. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan yang dapat dikatakan tumbuhan yang memiliki bagian yang sangatlah banyak.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani yaitu, Gymno =terbuka atau telanjang dan sperma=biji. Anggota Gymnospermae memiliki ciri utama berupa bakal biji yang tumbuh pada permukaan megasporafil (daun buah). Tumbuhan ini memiliki habitus semak, perdu, atau pohon. Akarnya merupakan akar tunggang, batang tumbuhan tegak lurus dan bercabangcabang. Gymnospermae tidak memiliki bunga yang sesungguhnya, sporofil terpisah-pisah atau membentuk stabilus jantan dan strobilus betina. Umumnya berkelamin tunggal namun ada juga yang berkelamin dua. Penyerbukan pada gymnospermae hampir selalu dengan cara anemogami (bantuan angin). Waktu penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Gymnospermae hidup di mana-mana, hampir di seluruh permukaan bumi ini. Mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub dan dari daerah yang cukup air hingga daerah kering.
Angiospermae, tumbuhan yang tergolong dalam anak divisi ini
berupa pohon-pepohonan, semak-semak maupun terna dengan batang yang bercabang monopodial atau simpodial. Berkas pengangkutan kolateral terbuka atau tertutup. Ada pula yang bokolateral, dalam akar selalu radikal. Dalam xilem selalu terdapat trakea dan trakeida.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa masalah yaitu:
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.Grace Ginting
this is the presentation that I've made. mmmm.. hope You like it and I Hope too this Presentation Useful for you.
Me : Grace Clara Lydia Br. Ginting, Students of Universitas Prima Indonesia Medan. :)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan dibagi menjadi dua, yaitu tumbuhan tak berpembuluh (non vaskuler) dan tumbuhan berpembuluh (vaskuler). Tumbuhan tak berpembuluh yaitu lumut, sedangkan tumbuhan berpembuluh terdiri atas tumbuhan tak berbiji, yaitu paku dan tumbuhan berbiji. Sedangkan tumbuhan berbiji sendiri dibagi dalam tumbuhan berbiji terbuka (gymnospermae) dan tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae). Tumbuhan berbiji ( Spermatophyta ) adalah tumbuhan yang mempunyai bagian yang di sebut biji. Pada dasarnya tumbuhan biji itu dicirikan dengan adanya bunga sehingga sering disebut dengan tumbuhan berbunga (Anthopyta). Biji dihasilkan oleh bunga setelah terjadi peristiwa penyerbukan dan pembuahan. Dengan kata lain, biji dapat dihasilkan merupakan alat pembiakan secara seksual (generatif). Selain itu, ada juga pembiakan secara aseksual (vegetatif).
Tumbuhan berbiji di kelompokkan menjadi dua anak divisi, yaitu tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dan tumbuhan biji tertutup (Angiospermae). Pada tumbuhan biji terbuka, biji tertutup dengan daging buah atau daun buah (karpelum). Misalnya, pada cemara, pinus, dan damar. Sementara itu, pada tumbuhan berbiji tertutup, biji di tutupi oleh daging buah atau daun buah. Misalnya, pada mangga, durian, dan jeruk. Dalam tumbuhan berbiji banyak sekali ordo ataupuun famili dari tiap divisi. Hal ini membuktikan bahwa tumbuhan berbiji merupakan tumbuhan yang dapat dikatakan tumbuhan yang memiliki bagian yang sangatlah banyak.
Gymnospermae berasal dari bahasa Yunani yaitu, Gymno =terbuka atau telanjang dan sperma=biji. Anggota Gymnospermae memiliki ciri utama berupa bakal biji yang tumbuh pada permukaan megasporafil (daun buah). Tumbuhan ini memiliki habitus semak, perdu, atau pohon. Akarnya merupakan akar tunggang, batang tumbuhan tegak lurus dan bercabangcabang. Gymnospermae tidak memiliki bunga yang sesungguhnya, sporofil terpisah-pisah atau membentuk stabilus jantan dan strobilus betina. Umumnya berkelamin tunggal namun ada juga yang berkelamin dua. Penyerbukan pada gymnospermae hampir selalu dengan cara anemogami (bantuan angin). Waktu penyerbukan sampai pembuahan relatif panjang. Gymnospermae hidup di mana-mana, hampir di seluruh permukaan bumi ini. Mulai dari daerah tropis hingga daerah kutub dan dari daerah yang cukup air hingga daerah kering.
Angiospermae, tumbuhan yang tergolong dalam anak divisi ini
berupa pohon-pepohonan, semak-semak maupun terna dengan batang yang bercabang monopodial atau simpodial. Berkas pengangkutan kolateral terbuka atau tertutup. Ada pula yang bokolateral, dalam akar selalu radikal. Dalam xilem selalu terdapat trakea dan trakeida.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diambil beberapa masalah yaitu:
PENDEKATAN dalam PENGEMBANGAN KURIKULUM.Grace Ginting
this is the presentation that I've made. mmmm.. hope You like it and I Hope too this Presentation Useful for you.
Me : Grace Clara Lydia Br. Ginting, Students of Universitas Prima Indonesia Medan. :)
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM MURRAY PRINT.pptxAmirohSKom
Paparan ini menjelaskan tentang Model Pengembangan Kurikulum Murray PRINT yang dirangkum dari Buku Curriculum Development and Design by Murray Print 1988.
Teori Fungsionalisme Kulturalisasi Talcott Parsons (Dosen Pengampu : Khoirin ...nasrudienaulia
Dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Talcott Parsons, konsep struktur sosial sangat erat hubungannya dengan kulturalisasi. Struktur sosial merujuk pada pola-pola hubungan sosial yang terorganisir dalam masyarakat, termasuk hierarki, peran, dan institusi yang mengatur interaksi antara individu. Hubungan antara konsep struktur sosial dan kulturalisasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola Interaksi Sosial: Struktur sosial menentukan pola interaksi sosial antara individu dalam masyarakat. Pola-pola ini dipengaruhi oleh norma-norma budaya yang diinternalisasi oleh anggota masyarakat melalui proses sosialisasi. Dengan demikian, struktur sosial dan kulturalisasi saling memengaruhi dalam membentuk cara individu berinteraksi dan berperilaku.
2. Distribusi Kekuasaan dan Otoritas: Struktur sosial menentukan distribusi kekuasaan dan otoritas dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat juga memengaruhi bagaimana kekuasaan dan otoritas didistribusikan dalam struktur sosial. Kulturalisasi memainkan peran dalam melegitimasi sistem kekuasaan yang ada melalui nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat.
3. Fungsi Sosial: Struktur sosial dan kulturalisasi saling terkait dalam menjalankan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat. Nilai-nilai budaya dan norma-norma yang terinternalisasi membentuk dasar bagi pelaksanaan fungsi-fungsi sosial yang diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan stabilitas dalam masyarakat.
Dengan demikian, konsep struktur sosial dalam teori fungsionalisme kulturalisasi Parsons tidak dapat dipisahkan dari kulturalisasi karena keduanya saling berinteraksi dan saling memengaruhi dalam membentuk pola-pola hubungan sosial, distribusi kekuasaan, dan pelaksanaan fungsi-fungsi sosial dalam masyarakat.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
1. Nama : Riris Togi Nauli Tarigan
NIM : 7153141039
Kelas : B Reguler Pendidikan Ekonomi 2015
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan serta Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum (curriculum development/curriculum planning/curriculum
design) adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang ditujukan untuk membawa
siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan itu
telah terjadi pada diri siswa. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum adalah suatu proses
siklus yang tidak pernah ada titik awal dan akhirnya. Sebab, pengembangan kurikulum ini
merupakan suatu proses yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang di
dalamnya meliputi tujuan metode dan material, penilaian dan balikan (feedback). Tujuan
menggambarkan semua pengetahuan dan pertimbangan tujuan-tujuan pembelajaran, baik
berhubungan dengan mata pelajaran maupun kurikulum secara keseluruhan.
Metode dan material menggambarkan metode-metode dan material sekolah guna
mencapai tujuan-tujuan tersebut.Penilaian, berhubungan dengan sejauh mana keberhasilan
kegiatan yang telah dikembangkan tujuan baru.Balikan (feedback), merupakan semua
pengalaman yang telah diperoleh dan pada gilirannya menjadi titik tolak bagi langkah
pengembangan.Pengembangan kurikulum sendiri adalah kegiatan yang mengacu pada usaha
untuk melaksanakan dan mempertahankan dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada
guna memperoleh hasil yang lebih baik lagi.
Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Sedangkan pendekatan pengembangan kurikulum merujuk pada titik
tolak atau sudut pandang umum tentang proses pengembangan kurikulum.
B. Macam-macam pendekatan Kurikulum
Ada dua jenis pendekatan kurikulum, yakni pertama pendekatan top down atau
pendekatan administrative yaitu pendekatan dengan sistem komando dari atas ke bawah,
kedua pendekatan grass root atau pengembangan kurikulumyang diawalli oleh inisiatif dari
bawah lalu disebarluaskan pada tingkat atau skala yang lebih luas, dengan istilah singkat
sering dinamakan pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
a. Pendekatan Top down
2. Pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para
administrator atau dari pemegang kebijakan (pejabat) pendidikan seperti dirjen atau para
kepala kantor wilayah. Selanjutnya, melalui komando akan disebarluaskan ke bawah atau
disebut sebagai line staff model. Diterapkan dalam system pendidikan sentralisasi. Prosedur
pengembangn kurikulum model ini dilakukan sebagai berikut:
1) pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan yang terdiri dari para
pengawas pendidikan, ahli kurikulum, disiplin ilmu ataupun tokoh-tokoh dari dunia kerja.
Tugasnya dalah merumuskan konsep dasar, garis-garis besar kebijakan, menyiapkan rumusan
falsafah dan tujuan umum pendidikan.
2) menyusun tim untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang telah
dibentuk pada langkah pertama. Anggotanya adalah ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari
berbagai perguruan tinggi dan guru-guru senior yang diaggap telah berpengalaman. Tugas
utamanya adalah untuk menjabarkan rumusan kebijakan menjadi lebih operasional, memilih
dan menyusun sequence bahan pelajaran, memilih strategi pengajaran dan alat petunjuk dan
cara pengevaluasian serta menyusun pedoman-pedoman pelaksanaan kurikulum bagi guru.
3) penyerahan hasil perumusan dan penjabaran kepada tim perumus untuk dikaji dan
direvisi. selain itu, bisa juga melakukan uji coba dan dievaluasi kelayakannya. Hal ini dapat
dijadikan sebagai bahan penyempurnaan.
4) kurikulum diimplementasikan disetiap sekolah berdasarkan komando dari
administrator.
Pada prinsipnya pengembangan kurikulum dengan model ini bersifat tidak
demokratis, Karena prakarsa, inisiatif dan arahan dilakukan melalui garis staf hirarkis dari
atas ke bawah, bukan berdasarkan kebutuhan dan aspirasi dari bawah ke atas; Pengalaman
menunjukkan bahwa model ini bukan alat yang efektif dalam perubahan kurikulum secara
signifikan, karena perubahan kurikulum tidak mengacu pada perubahan masyarakat,
melainkan semata-mata melalui manipulasi organisasi dengan pembentukkan macam-macam
kepanitian. Kelemahan utama dari model administratif adalah diterapkannya konsep dua fase,
yakni konsep yang mengubah kurikulum lama menjadi kurikulum baru secara uniform
melalui sistem sekolah dalam dua fase sendiri-sendiri, yakni penyiapan dokumen kurikulum
baru, dan fase pelaksanaan dokumen kurikulum tersebut.
b. Pendekatan Grass Roots
Pada pendekatan ini kurikulum dikembangkan dari bawah keatas, yakni guru sebagai
implementator memberikan inisiatif dalam pengembangan kurikulumnya lalu inisiatif ini
dikembangkan kelingkungan yang lebih luas.Pendekatan ini disebut juga sebagai pendekatan
3. bawah ke atas.Prinsip dasar ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum,
namun dalam skala yang terbatas dapat juga digunakan untuk mengembangkan kurikulum
baru. Guru dapat berinisitif juka kurikulum yang digunakan bersifat fleksibel, sehingga
memebrikan kesempatan pada guru untuk memperbaharui dan menyempurnakan kurikulum
yang sedang diberlakukan. Hal ini bisa dilakukan jika guru yang bersangkutan bersikap
professional dan memiliki kemampuan yang memadai. Langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam penyempurnaan kurikulum ini, adalah sebagai berikut:
1) kesadaran akan adanya masalah. Seperti, dirasa adanya ketidakcocokan
penggunaan strategi pembelajaran, kegiatan evaluasi yang tidak tepat dan lain lain.
Kesadaran inilah yang menjadi kunci dalam model pendekatan ini.
2) mengadakan refleksi. Setelah menyadari adanya masalah maka yang berikutnya
dilakukan adalah mencari penyebab-penyebabnya.Langkah ini dapat dilaksanakan dengan
melakukan pengkajian dari berbagai literature dan melakukan diskusi-diskusi dengan teman
sejawat dan lain lain.
3) mengajukan hipotesis. Dari berbagai literature dan hasil refleksi, guru memetakan
kemungkinan-kemungkinan penyelesaian permasalahannya.Inilah yang disebt sebagai
hipotesis atau dugaan sementara.
4) memilih hipotesis yang memiliki kemungkinan terbesar dalam penyelesaian
masalah tersebut. Kemudian menyusun rencana penyelesaian masala-masalah tersebut.
5) mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus
hingga masalah tersebut dapat diselesaikan.
6) membuat laporan hasil pelaksanaan pengembangan kurikulum melalui grass root.
Langkah ini penting sebagai bahan publikasi dan diseminasi, sehingga dapat dimanfaatkan
dan diterapkan oleh orang lain dan dapat disebar luaskan.
C. Model-model Pengembangan Kurikulum
Menurut Good (1972) dan Trvaers (1973), model adalah abstrasi dunia nyata atau
representasi peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta
lambing-lambang lainnya.Model adalah rancangan yang dapat digunakan untuk
menterjemahkan sesuatu ke dalam realitas yang bersifat lebih praktis.Model digunakan untuk
mempermudah komunikasi, sebagai petunjuk prespektif untuk mengambil suatu keputusan
atau sebagi petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.Model yang baik adalah yang
dapat dibaca secara menyeluruh dan radikal oleh setiap orang. Model ini memiliki manfaat
sebagai berikut:
a.dapat menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia,
4. b.dapat mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian,
c. dapat menyederhanakan suatu proses yang kompleks, dan
d.dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat
digunakan.Model-model tersebut memiliki ciri khas baik dari keluasan pengembangannya
ataupun tahapan pengembangannya. Berikut adalah macam-macam pengembangan
kurikulum:
a. Model Tyler
Model pengembangan menurut Tyler didasarkan pada empat hal, yakni tujuan
pendidikan, pengalaman belajar, pengorganisasian pengalaman belajar dan pengevaluasian.
1). Penentuan Tujuan
Tujuan adalah sasaran akhir yang harus dicapai dalam program pendidikan dan
pembelajaran.Tujuan pendidikan harus dapat menggamarkan perilaku akhir peserta didik
setelah mengikuti program pendidikan. Oleh karena itu, sasaran akhir ini harus dirumuskan
secara jelas untuk memudahkan proses pencapaian dan penilaian berhasil tidaknya suatu
program pendidikan.
2). Menentukan Proses Pembelajaran (Pengalaman Belajar)
Setelah tahu apa yang akan dituju, maka langkah selanjutnya yakni menentukan
langkah apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Proses pembelajaran yang
seperti apa yang dibutuhkan dan sesuai. Perumusan ini hendaknya mengacu pada siswa, jadi
proses pembelajaran disesuaikan dengan minat, bakat dan kemampuan yang telah dimiliki
siswa. Proses pembelajaran ini menyangkut berbagai interaksi, interaksi antar peserta didik,
interaksi dengan lingkungannya dan lain-lain. Oleh Karena itu penentuan proses
pembelajaran harus sesuai dengan tujuan pendidikan, harus dapat memuaskan siswa dan
harus melibatkan siswa dalam setiap rancangan pendidikannya.Pengalaman pembelajaran
yang dapat dikembangkan dapat berupa kemampuan berfikir, pengalaman belajar yang
membantu siswa mengumpulkan informasi, mengembangkan sikap social dan
mengembangkan bakatnya.
3). Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar mencakup tahapan-tahapan belajar dan materi yang dipelajari.
Pengorgainasian berfungsi untuk memberikan penjelasan yang pasti tentang apa yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses belajar dapat dikembangkan dengan
dua jenis pengorganisasian, yakni yang pertama secara vertical. Pengorganisasian yang
menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang kajian yang sama namun dalam tingkatan
5. yang berbeda. Misalnya, pengorganisasian pengalama belajar geografi pada kelas delapan
dan sembilan. Jenis yang kedua, yakni pengorganisasian horizontal, yakni pengorganisasian
pengalaman belajar dalam bidang kajian yang berbeda namun masih dalam tingkatan yang
sama.
4). Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses mengumpulkan data baik kualitatif maupun kuantitatif
yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan. Dalam proses evaluasi
ini, proses-proses sebelumnya akan dikaji, sehingga dapat diketahui apakah program tersebut
telah berhasil atau belum, apakah tujuan-tujuan telah tercapai atau belum. Inilah yang disebut
sebagai fungsi sumatif. Dalam evaluasi akan dinilai apakah telah terjadi perubahan tingkah
laku pada peserta didik atau belum. Perbandingan anatara keadaan awal dan akhir muthlak
diperlukan. Dalam proses evaluasi ini sebaiknya digunakan lebih dari satu instrument
penilaian sehingga hasil yang diperoleh lebih valid. Selain itu evaluasi juga berfungsi untuk
mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan evektif ata tidak.Fungsi evaluasi ini
disebut sebagai fungsi formatif.
b. Model Taba (Inverted Model)
Model pengembangan kurikulum menurut Taba, lebih menitik beratkan pada
pengembangan kurikulum dengan perbaikan dan penyempurnaan.Kurikulum dikembangkan
secara induktif agar tercapai adanya pembaharuan kurikulum.Menurutnya, guru merupakan
faktor utama pengembang kurikulum. Guru diposisikan sebagai innovator dalam
pengembangangn kurikulum.Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut
Hilda Taba adalah sebagai berikut:
1). Mengadakan unit-unit hasil eksperimen
Sebelum mengadakan unit-unit percobaan, guru harus melakukan perencanaan
berdasarkan teori-teori yang kuat, kemudian guru harus melakukan eksperimen didalam kelas
agar data yang dihasilkan bersifat empiric dan teruji. Adapun langkah-langkahnya adalah
dengan mendiagnosis kebutuhan (menentukan latarbelakang siswa, apa yang dibutuhkan dan
diinginkan siswa dan kelebihan serta kekerungan siswa); memformulasikan tujuan; memilih
isi(sesuai tujuan, validitas, dan kebermaknaan terhadap peserta didik); pengorganisasian isi;
pemilihan pengalaman belajar; pengorganisasian pengalaman belajar (berupa paket-paket
pembelajaran); menentukan alat evaluasi serta prosedurnya; melihat sekuens dan
keseimbangan kurikulum.
2). Menguji unit eksperimen
6. Diujicobakan untuk mengetahui validitas dan kepraktisan, sehingga diperoleh data
sebagai bahan penyempurnaan kurikulum.
3). Merevisi dan mengkonsolidasi
Setelah dilakukan uji coba hasil uji coba digunakan untuk melakukan perbaikan atau
revisi.Selain itu juga harus dilakukan konsolidasi untuk menyimpulkan hal-hal yang masih
bersifat umum dan menentukan konsistensi teori yang digunakan.Hasilnya adalh teaching
learning yang telah teruji di lapangan.
4). Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
Hasil penyempurnaan dan konsiladasi harus dapat diterapkan secara menyeluruh dan
dikaji lebihlanjut oleh ahli kurikulum untuk dikembangkan lebih lanjut.
5). Implementais dan Desiminasi
Hasil kajian tersebut diimplementasikan dan sebarluaskan ke sekolah-sekolah. Dalam
tahap ini dibutuhkan data tentang kesulitan dan permasalahan-permasalahan di lapangan
untuk mengetahui dengan pasti persiapan implementator kurikulum.
c. Model Oliva
Kurikulum harus bersifat simple, komprehensif dan sistematik. Model kurikulum
yang dikemukakan oleh Oliva terdiri dari 12 komponen, yakni:
Ø perumusan filosofis, sasaran, misi dan visi yang didasarkan pada kebutuhan peserta
didik dan analisis kebutuhan masyarakat. (tujuan umum)
Ø Analisis tentang kebutuhan masyarakat disekitar satuan pendidikan, kebutuhan dan
urgensi dari disiplin ilmu. (tujuan khusus)
Ø berisi tujuan umum dan khusus yang didasarkan kebutuhan.
Ø mengorganisasi rancangan dan implementasi kurikulum.
Ø penjabaran kurikullum dalam tujuan umum dan khusus pembelajaran.
Ø penentuan strategi pembelajaran.
Ø studi awal kemungkinan strategi atau teknik penilaian yang akan digunakan.
Ø implementasi strategi pembelajaran dan penyempurnaan alat dan teknik
Ø evaluasi terhadap pembelajaran dan kurikulum.
Model ini dapat digunakan untuk penyempurnaan kurikulum dalam bidang-bidang
khusus; sebagai bahan untuk membuat keputusan dalam merancang program dan sebagai
pengembangan program secara khusus.
d. Model Beauchamp
Beauchamp mengungkapkan terdapat lima langkah pengembangan kurikulum, yakni:
1) Menentukan wilayah cakupan kurikulum
7. Wilayah yang akan digunakan untuk menerapkan kurikulum tersebut. Langkah ini
dilakukan oleh pemegang kebijakan.
2) Menetapkan persenolia
Menentukan orang-orang yang akan terlibat dalam penerapan kurikulum ini. Terdapat
empat kategori, yakni: ahli kurikulum/pendidikan yang berkedudukan di pusat
pengembangan kurikulum; ahli pendidikan dari perguruan tinggi dan guru-guru terpilih; para
professional pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat. Dalam proses ini ditentuka
nsapa saja yang terlibat dan apa saja peran dan tugas yang harus dilakukannya.
3) Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
Sebagai prosedur dalam penentuan tujuan umum, tujuan khusus, pemilihan isi dan
pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi. Dalam tahap ini harus dilakukan beberapa hal
yakni: pembentukan tim pengembangan kurikulum, mengadakan penelitian dan penilaian
kurikulum yang telah berlaku, studi penjajagan tentang kemungkinan penyusunan kurikulum
baru, penentuan kriteria-kriteria bagi penentuan kurikulum baru, dan penyusunan serta
penulisan kurikulum baru.
4) Implementasi kurikulumImplementasi ini membutuhkan kesiapan guru, siswa,
fasilitas, biaya, manajerial dan kepemimpinan di sekolah.
5) Evaluasi kurikulumHal-hal yang harus dievaluasi adalah pelaksanaan
kurikulum, desain kurikulumnya, hasil belajar peserta didik, dan keseluruhan system
kurikulum.
e. Model Wheeler
Menurut Wheeler, proses pengembangan kurikulum membentukan suatu siklus yang
terus berputar dan terdiri dari lima tahapan. Suatu tahapan dapat dilakukan jika tahapan
sebelumnya telah berhasil dilakukan. Dan setelah semua tahapan terlewati maka siklus akan
kembali pada tahapan awal. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tujuan umum dan khusus
Tujuan umum bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis dan bersifat
praktis.Adapun tujuan khusus lebih bersifat spesifik dan mudah terukur ketercapaiannya.
2) Menentukan pengalaman belajar
Pengalaman belajar yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan
3) Menentukan isi atau materi yang digunakan disesuaikan dengan pengalaman
belajar yang telah direncanakan.
8. 4) Mengorganisasi pengalaman belajar Menyatukan pengalaman belajar yang telah
dirancang dan menyusunannya dengan masteri atau isi belajar.
5) Melakukan evaluasi Setiap tahap yang telah dilakukan dikaji kembali dan
dievaluasi.
f. Model Nicholls
Model Nicholls juga menggunakan pendekatan siklus, namun model pengembangan
ini digunakan akibat terjadinya perubahan sitiasi. Langkah pengembangan kurikulum
menurut Nicholls, yaitu:
1) Analisis situasi,
2) Menentukan tujuan khusus,
3) Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran,
4) Menentuikan dan mengorganisasi metode, dan
5) Evaluasi.
g. Model Dynemic Skilbeck
Model ini cocok bagi guru-guru yang ingin mengembangkan kurikulum sesuai dnegan
kebutuhan sekolah. Langkah-langkah dalam mengembangkan kurikulum menurut model ini
adalah sebagai berikut:
1) Menganalisis situasi
2) Memformulasikan tujuan
3) Menyusun program
4) Interpretasi dan implementasi, dan
5) Monitoring, feedback, penilaian dan rekonstruksi.
h. Model Miller-Seller
Model ini merupakan model kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model
transaksi (Taba’s & Robison), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
1) Klarifikasi orientasi kurikulum
Dalam tahapan ini, orientasi harus diuji dan diklarifikasi.Orientasi ini merefleksikan
pandangan filosofis, psikologis dan sosiologis.Dan ada tigfa jenis orientasi kerikulum yaitu
transmisi, transaksidan transformasi.
9. 2) Pengembangan tujuantujuan umum, tujuan khusus berdasarkan orientasi
kurikulum yang bersangkutan. Tujuan umum merefleksikan pandangan orang dan
masyarakat.Tujuan ini harus dijabarkan secara khusus hingga pada tujuan instruksional.
3) Identifikasi model mengajar
Strategi mengajar harus sesuai dengan tujuan dan orientasi kurikulum.Strategi yang
digunakan disesuaikan dengan tujuan, strukturnya sesuai kebutuhan siswa, guru harus
memahami penerapan kurikulum, dan tersedianya sumber-sumber yang esensial.
4) Implementasi
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah komponen program studi, identifikasi sumber,
peranan, pengembangan professional, penetapan waktu dan system monitoring.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores model pengembangan kurikulum ini terdiri dari
dua bentuk model. Yang pertama, guru atau sekelompok guru melakukan ujicoba kurikulum
dengan melakukan penelitian dan pengembangan kurikulum.Dan hasilnya dapat diguanakan
secara luas.Yang kedua, bebrapa guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang
sudah ada mengadakan eksperimen, ujicoba dan mengadakan pengembangan secara mandiri
sebagai langkah perbaikan kurikulum.
Keuntungan model pengembangan ini adalah: lebih nyata dan ilmiah, perubahan
kurikulumnya masih dalam skala kecil sehingga kemungkinan ditolak kecil, menghindari
kesenjangan dokumen dan meningkatkan kreatifitas dan inisiatif guru.
10. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang secara
umum tentang proses pengembangan kurikulum. Sedangkan model dalam kurikulum adalah
komponen yang sangat menentukan keberhasilan sebuah proses pendidikan.
Ada dua jenis pendekatan kurikulum, yakni pertama pendekatan top down atau
pendekatan administrati, kedua pendekatan grass root.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat digunakanyaitu
:Model Tyler, Model Taba (Inverted Model), Model Oliva , Model Beauchamp, Model
Wheeler, Model Nicholls, Model Dynemic Skilbeck, Model Miller-Seller.
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.Pemilihan
suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikan-
kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan
dengan system pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang dianut serta model
konsep pendidikan mana yang digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system
pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya
desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek akademis
berbeda dengan kurikulm humanistik, teknologis, dan rekonstruksi social.
B. Saran
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pendekatan serta pengembangan
kurikulum, maka penulis menyarankan untuk pembaca agar dapat memahami
dnmengimplementasikan yang telah dipaparkan diatas. Serta dapat memanfaatkan beberapa
model kurikulum untuk dikembangkan dengan baik.
11. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal.Pengembangan Manajemen Mutu Kurikulum Pendidikan
Islam.Jogjakarta: Diva Press
Idi, Abdullah.Pengembangan Kurikulum teori dan Praktik .Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2013.
Nasution.Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993.
Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Kalam Mulia, 2002.
Ruhimat, Toto dan Alinawati, Muthia.Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: Rajawali
Press, 2013.
Sanjaya, Wina.Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan.Jakarta: Kencana, 2011.
Subandijah.Pengembangan dan inovasi Kurikulum.Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1996.
Sukmadinata, Nana Syaodih.Pengembangan kurikulum teori dan praktik.Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 1999.
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI.Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.Bandung: PT.
Imperial Bhakti Utama, 2007