Makalah ini membahas model desain instruksional Dick and Carey yang terdiri atas 10 langkah sistematis mulai dari analisis kebutuhan, analisis instruksional, analisis pembelajar dan konteks, merumuskan tujuan, mengembangkan instrumen, mengembangkan strategi instruksional, mengembangkan materi, evaluasi formatif, revisi, hingga evaluasi sumatif."
Dengan mengadakan penilaian, guru dapat mengetahui kelemahan siswa dan mengetahui sebab kelemahan tersebut. Dengan mengadakan penilaian maka mempermudah mencari cara untuk mengatasi kelemahan tersebut
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Dalam isitilah bahasa Inggris assesment berarti penilaian terhadap suatu keadaan, penilaian, dalam konteks ini adalah evaluasi terhadap kondisi atau keadaan anak berkebutuhan khusus, jadi bukan merupakan penilaian terhadap suatu aktivitas atau kegiatan pembelajaran disekolah.
Dengan mengadakan penilaian, guru dapat mengetahui kelemahan siswa dan mengetahui sebab kelemahan tersebut. Dengan mengadakan penilaian maka mempermudah mencari cara untuk mengatasi kelemahan tersebut
Teori teori perkembangan moral (piaget & kohlberg)Rima Trianingsih
I. Perkembangan Moral Menurut Jean Piaget
Perkembangan moral dapat pula dipahami melalui pendekatan kognitif. Piaget (dalam Slavin, 2006:51) bahkan mempercayai bahwa struktur kognitif dan kemampuan kognitif anak adalah dasar dari pengembangan moralnya. Kemampuan kognitif itulah yang kemudian akan membantu anak untuk mengembangkan penalaran yang berkaitan dengan masalah sosial. Untuk mempelajari penalaran moral anak-anak, Piaget menghabiskan waktu yang panjang untuk mengamati anak-anak yang sedang bermain kelereng dan menanyakan kepada mereka tentang aturan permainan yang digunakan. Dalam permainan kelereng tersebut Piaget menemukan beberapa hal yaitu anak di bawah usia 6 tahun pada kenyataannya belum mengenal aturan permainan, sedangkan anak mulai usia 6 tahun sudah mengenal adanya aturan dalam permainan, meskipun mereka belum menerapkannya dengan baik dalam permainan. Anak usia 10-12 tahun , anak-anak sudah mampu mengikuti aturan permainan yang berlaku dan mereka sadar bahwa aturan tersebut dibuat untuk menghindari pertikaian antar pemain.
Piaget kemudian membagi tahap perkembangan moral anak menjadi dua tahapan, yaitu tahap heteronomous dan tahap autonomous.
II. Perkembangan Moral Menurut Lawrence Kohlberg
Mengembangkan teori dari Piaget, Lawrence Kohlberg membagi perkembangan moral menjadi tiga tingkatan, yaitu tingkat prekonvensional, tingkat konvensional, dan tingkat postkonvensional (Slavin, 2006:54). Menurut pandangan Kohlberg dari tiga tingkatan tersebut, anak harus melewati enam tahap dalam dirinya. Setiap tahap memberikan jalan untuk menuju ke tahap selanjutnya ketika anak mampu menemukan ‘aturan’ pada tahap itu, kemudian anak harus meninggalkan penalaran moral dari tahap awal menuju ke tahap berikutnya. Dengan cara tersebut, penalaran moral anak berkembang melalui tiga tingkat yang berbeda meskipun tidak semua anak mampu menguasainya (Manning, 1977:108).
Tahapan-tahapan perkembangan moral yang dikemukakan Kohlberg jauh lebih kompleks dibanding dengan tahapan-tahapan perkembangan moral dalam teori Piaget.
Dalam isitilah bahasa Inggris assesment berarti penilaian terhadap suatu keadaan, penilaian, dalam konteks ini adalah evaluasi terhadap kondisi atau keadaan anak berkebutuhan khusus, jadi bukan merupakan penilaian terhadap suatu aktivitas atau kegiatan pembelajaran disekolah.
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Dedy Wiranto
Sebelum membahas model pengembangan instruksional, perlu dipahami dulu apa itu pengembangan instruksional. Pengembangan instruksional merupakan terminalogi yang berkembang sejak tahun 1970, dimana Indonesia mulai popular menggunakan PPSI
( Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
Merangkum dan mengkaji pendapat Clarence Schauer (1971), Hamreus (1971), Buhl (1975), Twelker, Urbach dan Buck (1972), Reigeluth (1978) dan AT&T pengertian pengembangan instruksional adalah proses yang sistematis dalam mencapai tujuan instruksional secara efektif dan efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus dievaluasi.
Pengembangan instruksional dan desain instruksional secara konseptual dapat dipilah bidang garapannya. Proses desain dimulai dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan indentifikasi bahan dan strategi instruksional. Sedangkan proses pengembangan dimulai dengan memilih atau mengembangkan bahan instruksional dan menuangkannya ke dalam strategi instruksional yang telah didesain kemudian diakhiri dengan mengevaluasi strategi berikut bahan instruksional tersebut untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensinya.
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Dedy Wiranto
Istilah model diartikan dalam prosedur kerja yang teratur atau sistematis, tampilan grafis, dan terdapat pemikiran yang bersifat penjelasan serta saran. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa sebuah model desain pembelajaran menyajikan bagaimana pembelajaran disajikan berdasarkan teori-teori seperti pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan sebagainya.
Ada berbagai model perancangan pembelajaran, serta setiap model pengembangan desain pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan adanya beraneka ragam jenis model pengembangan desain pembelajaran memberikan kesempatan yang luas bagi para pengajar untuk dapat memilih model pengembangan desain pembelajaran yang sesuai dengan ilmu atau pengetahuan yang mereka bina. Pada hal ini pendidik mendapat kesempatan untuk dapat mengembangkan model-model desain pembelajaran yang sudah ada dengan menciptakan model-model turunan dari model pengembangan desain yang sudah ada. Dengan berkembangannya model-model desain dapat memberikan jawaban atas perkembangan zaman.
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiDedy Wiranto
Teknologi pendidikan berarti suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berkaitan dengan segala aspek belajar (AECT, 1971). Teknologi instruksional juga berpengertian seperti itu, tetapi dibatasi hanya pada situasi belajar yang terkontrol dan bertujuan. Jadi, penggarapan pada teknologi instruksional tidak untuk seluruh aspek belajar seperti halnya pada teknologi pendidikan.
Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke dalam situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang berarti tidak menggarap semua aspek belajar. Situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendali di sini berarti banyak berkaitan dengan kegiatan instruksional, kegiatan membelajarkan sasaran dengan segala komponen yang diperlukannya. komponen-komponen instruksional yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan adalah bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-komponen tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan hasil belajar sasaran secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Dedy Wiranto
Dewasa ini kegiatan proses pembelajaran diselenggarakan sebagai suatu usaha sadar dan terencana sebagai suatu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat menjangkau ranah hasil pembelajaran, baik secara peningkatan dalam ranah kognisi, afeksi dan ranah psikomotorik dalam bentuk perubahan sikap dan prilaku. Sehingga setiap lembaga pendidikan perlu dikelola oleh mereka yang memiliki kompetensi dalam membuat desain atau pola pembelajaran, sehingga dapat dilakukan perubahan dan penyesuaian dan adanya inovasi dalam proses pembelajaran.
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalDedy Wiranto
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum dijadikan pedoman seorang guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran didalam kelas disuatu instansi pendidikan. Seorang guru harus mengetahui dan memahami secara utuh tentang implementasi kurikulum. Karena kuikulum juga berisi tentang tujuan tujuan yang hendak dicapai didalam pendidikan. Tujuan ini lah yang akan atau ingin digapai oleh seorang guru. Karena sukses atau tidaknya suatu pembelajaran yang telah dilaksanakan bergantung tujuan yang telah dibuat guna dicapai. Jika tujuan ini belum bisa dicapai berarti pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan belum bisa dikatakan ekektif dan efisien.
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa (Hamalik, 2002) dari pendapat ini dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa peserta didik dapat menggali dan memperkaya pengetahuan dari berbagai perangkat belajar yang ada. Metode mengajar dapat dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Minat yang rendah dalam belajar dapat dipacu melalui penerapan strategi tersebut. Penerapan metode dalam pembelajaran yang sesuai merupakan tugas utama guru dalam mengolah proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Dengan adanya variasi teknik dalam mengajar maka akan menciptakan sebuah hubungan timbal balik yang sangat efektif dari pengajar dan peserta didik. Guru dapat menyampaikan materi secara mudah dan tepat kepada peserta didik, sedangkan peserta didik dapat menerima dan memahami materi secara mendalam dan menyeluruh. Hubungan dua arah seperti inilah yang meningkatkan prestasi belajar dan intelegensi pada siswa.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk
mencapaitujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup.
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Dedy Wiranto
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, system nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan,kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru dituntut untuk bertanggung jawab atas pelayanan peserta didik. Hal itu karena pelayanan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik tersebut.
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (development learning) atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning disabilities). Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif. Kognitif merupakan suatu yang berhubungan dengan proses berpikir guna untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Wujud dari penggunaan fungsi kemampuan kognitif seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan matematika (Wienman. 1981: 142).
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususDedy Wiranto
Pendidikan untuk semua adalah satu konsep yang seharusnya diwujudkan dalam kehidupan kita. Hal ini terkait dengan berbagai upaya untuk mencipatakan kondisi kehidupan yang lebih baik dan kondusif. Pendidikan menjadi satu jembatan untuk menciptakan kehidupan sebagai upaya mengubah kondisi sulit menjadi kondisi yang mudah dijalani, Saroni (2012 : 19). Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembngkan potensi-potensi kemanusiaannya. Tirtarahardja & La Sulo (2005 : 1).
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumDedy Wiranto
Menurut permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 1, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Inclusive Education untuk siswa dengan Special Education Need di sekolah umum adalah menjadi salah satu reformasi seperti dalam sistem pendidikan saat ini. Dan ia juga menuliskan bahwa IE mengacu pada semua yang dihargai, diterima, dan dihormati terlepas dari latar belakang etnis dan budaya, social ekonomi, keadaan, kemampuan, jenis kelamin, usia, agama, keyakinan, dan perilaku.
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Kebutuhan akan pendidikan adalah milik semua orang, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus atau ABK. Keterbatasan yang dialami menjadikan anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan NasionalDedy Wiranto
Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penetapan standar sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, setidaknya menggambarkan optimisme Pemerintah dan DPR untuk mendongkrak mutu pendidikan nasional sehingga tidak tertinggal jauh dibanding negara-negara lainnya di Asia khususnya dan dunia pada umumnya.
Makalah Psikologi Pendidikan - Teori Belajar dan Pembelajaran BehavioristikDedy Wiranto
Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktifitas belajar. Menurut Piaget belajar adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang yang telah selesai melakukan proses belajar akan menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and Carey
1. Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and
Carey
Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Desain Instruksional
Tahun Akademik 2017
Dosen: Dr. Kustiono, M. Pd
DISUSUN OLEH:
JURUSAN KURIKULUM TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
2. i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat sebagai tugas mata kuliah Desain Instruksional
dengan dosen pengampu Dr. Kustiono, M. Pd. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.
Semarang, 10 April 2017
Penulis
3. ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Desain Instruksional Dick and Carey ..............................2
B. Langkah-langkah Desain Instruksional Dick and Carey ..............................3
C. Kelebihan Model Pengembangan Dick and Carey ..............................6
D. Kelemahan Model Pengembangan Dick and carey ..............................7
BAB III
Kesimpulan ..........................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran Dick dan Carey adalah model pembelajaran yang
dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Pendekatan yang
mempertimbangkan tahapan tahapan pemecahan masalah yang setiap langkah di
pahami dan menghasilkan sebuah solusi alternatif dan solusi yang di pilih dapat di
terapkan. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk yang terdiri
atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas
pembelajaran yang lebih besar. Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem
pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi.
Dick dan Carey memasukan unsure kognitif dan behavioristik yang menekankan pada
respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Unsur kognitif yang mengutamakan
daya kognitif atau daya pemikiran dari peserta didik dan unsur behavioristik yang
mengedepankan tingkah laku peserta didik dalam pembelajaran.
Implementasi model desain sistem pembelajaran ini memerlukan proses yang
sistematis yang menyeluruh. Karena model pembelajaran ini merupakan model yang
dikembangkan pada pendekatan sistem. Hal ini dipelukan untuk dapat menciptakan
desain sistem pembelajaran yang mampu digunakan secara optimal dalam mengatasi
masalah-masalah pembelajaran. Dengan model Dick and Carey yang teratur, efektif dan
efisien dalam pelaksanaannya yang mampu mendorong motivasi dan prestasi belajar
peserta didik.
Model desain yang dikembangkan oleh Dick dkk ini sangat memperhatikan
proses yang sistematis karena model desain ini dikembangkan melalui pendekatan
sistem, jadi dalam peneraparan sangat harus diperhatikan mengenai sistem dari model
desain ini dalam pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dipaparkan adalah sebagai berikut.
1. Apakah pengertian dari model desain Dick and Carey ?
2. Bagaimana penerapan model desain Dick and Carey ?
3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari model desain Dick and Carey ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah adalah sebagai berikut.
1. Mampu mengetahui dan memahamimodel desain Dick and Carey.
2. Mengetahui penerapan model desain Dick and Carey.
3. Mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan dari model desain Dick and Carey.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Desain Instruksional Dick and Carey
Dick and Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan
menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Menurut Dick and Carey
bahwa pendekatan sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem
pengembangan pembelajaran (Instructional Systems Development/ISD).
Komponen model pembelajaran dick and carey meliputi; pembelajar, pengajar,
materi, dan lingkungan. Demikian pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi;
warga belajar (pembelajar), tutor (pengajar), materi, dan lingkungan pembelajaran.
Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Komponen dan tahapan model pembelajaran dick and carey lebih kompleks
jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain seperti Morrison, Ross, dan
Kemp. Walaupun model Morrison, Ross, dan Kemp juga memandang desain
pembelajaran sebagai sebuah sistem, tetapi sedikit berbeda. Mereka menyebutkan
desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan pendekatan sitematis.
Tahapan yang digunakan yaitu perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan
management proses.
6. 3
B. Langkah-Langkah Desain Instruksional Dick and Carey
Model Dick & Carey banyak di jumpai di banyak buku teks yang beredar di
Indonesia. Model penelitian dan pengembangan yang dirancang oleh Dick & Carey saat
ini merupakan salah satu model yang sering dipakai dalam penelitian dan
pengembangan secara luas. Dalam model tersebut terdiri atas sepuluh langkah.
Terdapat perbedaan istilah yang digunakan antara Model Dick & Carey 1978
dengan model yang terdapat dalam bukunya terbitan tahun 2009. Meskipun demikian
banyaknya langkah atau komponen Model Dick & Carey 1978 sama dengan Model Dick
& Carey 2009 hanya terdapat beberapa perbedaan istilah saja. Berikut merupakan
bentuk alur prosedural dan pengelompokan tahapan prosedural pengembangan
berdasarkan Instructional Design Dick, Carey, dan Carey.
a. Analisis Kebutuhan dan Tujuan (Identity Instructional Goal’s)
Melakukan analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan program atau produk
yang akan dikembangkan. Kegiatan analis kebutuhan ini peneliti mengidentifikasi
kebutuhan prioritas yang segera perlu dipenuhi.
Dengan mengkaji kebutuhan, pengembang akan mengetahui adanya suatu
keadaan yang seharusnya ada (what should be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan
yang sebenarnya (what is). Dengan cara “melihat” kesenjangan atau gap yang terjadi,
pengembangan mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan dengan cara
mengembangkan suatu produk atau desain tertentu.
Tentu saja, rencana yang akan dilakukan itu dilandasi dari segi teori dan kajian
empiris yang sudah ada sebelumnya, bahwa hal tersebut memang patut atau layak
dilakukan atau diadakan pengkajian lebih luas lagi. Dengan kata lain, bahwa
berdasarkan analisis ini pula, pengembangan mengetengahkan suatu persoalan atau
kesenjangan dan sekaligus menawarkan solusinya.
7. 4
b. Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis)
Apabila yang dipilih adalah latar pembelajaran, maka langkah berikutnya
pengembangan melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup ketrampilan, proses,
prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal-hal apa
saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi dan
selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin dikembangkan.
Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau desain yang akan dikembangkan lebih lanjut
dan memiliki kekhasan tersendiri.
c. Analisis Pembelajar dan Konteks (Anallyze Learners and Contexts)
Analisis ini bisa dilakukan secara simultan bersamaan dengan analisis
pembelajaran di atas, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Menganalis
pembelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap, karakteristik awal
pembelajar dalam latar pembelajaran.
Dan juga termasuk karakteristik latar pembelajaran tersebut di mana
pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan untuk merancang strategi
instrusional.
d. Merumuskan Tujuan Performasi
Merumuskan tujaun performasi atau untuk kerja dilakukan setelah analisis-
analisis pembelajar dan konteks. Merumuskan tujuan untuk kerja, atau operasional.
Gambaran rumusan oprasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau produk,
prosedur yang dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan informasi untuk
mengembangkan butir-butir tes. Pengembang melakukan penerjemahan tujuan umum
atau dari standar kompetensi yang telah ada ke dalam tujuan khusus yang lebih
operasional dengan indikator-indikator tertentu.
e. Mengembangkan Instrumen (Develope Assesment Instrument)
Langkah berikutnya adalah mengembangkan instrumen assessment, yang secara
langsung berkaitan dengan tujuan khusus, operasional. Tugas mengembangkan
instrumen ini menjadi sangat penting. Karena instrumen dalam hal ini bisa berkaitan
langsung dengan tujuan operasional yang ingin dicapai berdasarkan indikator-indikator
tertentu, dan juga instrumen untuk mengukur perangkat produk atau desain yang
dikembangkan. Instrumen yang berkaitan dengan tujuan khusus berupa tes hasil belajar,
sedangkan instrumen yang berkaitan dengan perangkat produk atau desain yang
dikembangkan dapat berupa kuesioner atau daftar cek.
8. 5
f. Mengembangkan Strategi Instruksional (Develope Instructional
Strategy)
Mengembangkan strategi instruksional, yang secara spesifik untuk membantu
pembelajar untuk mencapai tujuan khusus. Strategi instruksional tertentu yang
dirancang khusus untuk mencapai tujuan dinyatakan secara eksplisit oleh pengembang.
Strategi pembelajaran yang dirancang ini juga berkaitan dengan produk atau desain
yang ingin dikembangkan. Sebagai contoh, apabila pengembang ingin membuat produk
media gambar, maka strategi apa yang dipakai untuk membuat mempresentasikan
media gambar tersebut.
Apabila pengembang ingin mengembangkan suatu desain pembelajaran tertentu,
maka strategi apa yang cocok dan dipilih untuk menunjang desain tersebut. Jadi dengan
pendek kata, peranan strategi tetap sangat penting dalam kaitannya dengan proses
pengembangan yang ingin dilakukan.
g. Mengembangkan dan Memilih Material Instruksional (Develope and
Select Instructional materials)
Langkah ini merupakan kegiatan nyata yang dilakukan oleh pengembang.
Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, yang dalam hal ini dapat berupa :
bahan cetak, manual baik untuk pebelajar maupun pembelajarn, dan media lain yang
dirancang untuk mendukung pencapaian tujuan. Produk atau desain yang
dikembangkan berdasarkan tipe, jenis, dan model tertentu perlu diberikan argumen atau
alasan mengapa memilih dan mengembangkan berdasarkan tipe atau model tersebut.
Alasan memilih tipe atau model tersebut biasanya dikemukakan dalam subbagian model
pengembangan.
h. Merancang dan Melakukan Evaluasi Formatif (Design and Conduct
Formative Evaluation of Instruction)
Merancang dan melakukan evaluasi formatif, yaitu evaluasi yang dilaksanakan
oleh pengembang selama proses, prosedur, program atau produk dikembangkan. Atau,
evaluasi formatif ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan
maksud untuk mendukung proses peningkatan efektivitas. Dalam kondisi tertentu,
pengembang cukup sampai pada langkah ini Dick & Carey merekomendasikan suatu
proses evaluasi formatif yang terdiri dari tiga langkah :
Uji coba prototipe bahan secara perorangan (one-to-one trying out) ; uji coba
perorangan ini dilakukan untuk memperoleh masukan awal tentang produk atau
rancangan tertentu. Uji coba perorangan dilakukan kepada subjek 1-3 orang. Setelah itu
dilakukan uji coba perorangan, produk, atau rancangan revisi.
Uji coba kelompok kecil (small group tryout). Uji coba ini melibatkan subjek yang
terdiri atas 6-8 subjek. Hasil uji coba kelompok kecil ini dipakai untuk melakukan revisi
produk atau rancangan. Uji coba lapangan (field tryout). Uji coba ini melibatkan subjek
dalam kelas yang lebih besar yakni sekitar 15-30 subjek (a whole class of learners).
Selama uji coba ini, pengembang melakukan observasi dan wawancara.
9. 6
Dengan demikian, pengembang melakukan pendekatan kualitatif disamping data
kuantitatif (hasil tes, skala sikap, rubrik dan sebagainya). Hasil validasi dari langkah 8
inilah yang kemudian dipakai untuk melakukan revisi di langkah selanjutnya.
i. Melakukan revisi Instruksional (Revise Instruction)
Revisi dilakuakn terhadap proses (pembelajaran), prosedur, program, atau
produk yang dikaitkan dengan langkah-langkah sebelumnya. Revisi dilakukan terhadap
tujuh langkah pertama yaitu mulai dari : tujuan umum pembelajaran, analisis
pembelajaran, perilaku awal, tujuan unjuk kerja atau performansi, butir tes, strategi
pembelajaran dan/atau bahan-bahan pembelajaran. Strategi instruksional ditinjau
kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi instruksional
untuk membuatnya menjadi alat instruksional yang lebih efektif.
j. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design and Conduct
Summative Evaluation)
Hasil-hasil pada tahap revisi instruksional dijadikan dasar untuk menulis
perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat tersebut selanjutnya divalidasi dan
diujicobakan atau diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif. Setelah suatu
produk, program atau proses pengembangan selesai dikembangkan, langkah berikutnya
melakukan evaluasi sumatif. Evaluasi sumatif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
menentukan tingkat efektivitas produk, program, atau proses secara keseluruhan
dibandingkan dengan program lain. Untuk keperluan pengembangan ini biasanya
peneliti hanya menggunakan sampai langkah kesembilan, yakni evaluasi formatif di
mana rancangan, proses, atau program sudah dianggap selesai. Akan tetapi, untuk
keperluan uji efektivitas rancangan, proses, dan program secara menyeluruh diperlukan
uji atau evaluasi secara eksternal. Dengan demikian, diperoleh tingkat efisiensi,
efektiviras dan daya tarik rancangan, proses dan program secara menyeluruh.
C. Kelebihan Model Pengembangan Dick and Carey
Semua model desain mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Kelebihan dari model ini sebagai berikut.
1. Setiap langkah jelas, sehingga dapat diikuti
2. Teratur, efektif dan Efisien dalam pelaksanaa
3. Merupakan model atau perencanaan pembelajaran yang terperinci, sehingga
mudah diikuti.
4. Adanya revisi pada analisis instruksional, dimana hal tersebut merupakan hal
yang sangat baik, karena apabila terjadi kesalahan maka segera dapat dilakukan
perubahan pada analisis instruksional tersebut, sebelum kesalahan didalamnya
ikut mempengaruhi kesalahan pada komponen setelahnya
5. Model Dick & Carey sangat lengkap komponennya, hampir mencakup semua
yang dibutuhkan dalam suatu perencanaan pembelajaran.
10. 7
D. Kelemahan Model Pengembangan Dick and Carey
Kelemahan yang dimiliki oleh desain Dick-Carey adalah sebagai berikut.
a. Kaku, karena setiap langkah telah di tentukan
b. Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM dapat di kembangkan sesuai dengan
langkah-langkah tersebut
c. Tidak cocok diterapkan dalam pembelajaran skala besar
d. Uji coba tidak diuraikan secara jelas kapan harus dilakukan dan kegiatan revisi
baru dilaksanakan setelah diadakan tes formatif
e. Pada tahap-tahap pengembangan tes hasil belajar, strategi pembelajaran
maupun pada pengembangan dan penilaian bahan pembelajaran tidak nampak
secara jelas ada tidaknya penilaian pakar (validasi).
f. Terlalu banyak prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran.
11. 8
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Desain instruksional Dick-Carey merupakan model pendekatan sistem. Dimana
semua komponen. Langkah-langkah meliputi mengidentifikasi tujuan, melaksanakan
analisis pembelajaran, menganalisis pembelajar dan context, merumuskan sasaran
performansi, mengembangkan instrumen penilaian, mengembangkan strategi
pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, merancang dan
melaksanakan evaluasi formatif, mervisi pembelajaran, dan merancang dan
melaksanakan evaluasi sumatif.
DAFTAR PUSTAKA
Benny, A, P., (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
Dick, W., Carey L. (1996). The Systematic Design of Instruction. Ed 4. New York: Haper
Collins College Publisher.
Sanjaya, W. (2013). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.