Teknologi pendidikan berarti suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berkaitan dengan segala aspek belajar (AECT, 1971). Teknologi instruksional juga berpengertian seperti itu, tetapi dibatasi hanya pada situasi belajar yang terkontrol dan bertujuan. Jadi, penggarapan pada teknologi instruksional tidak untuk seluruh aspek belajar seperti halnya pada teknologi pendidikan.
Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke dalam situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang berarti tidak menggarap semua aspek belajar. Situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendali di sini berarti banyak berkaitan dengan kegiatan instruksional, kegiatan membelajarkan sasaran dengan segala komponen yang diperlukannya. komponen-komponen instruksional yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan adalah bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-komponen tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan hasil belajar sasaran secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Dedy Wiranto
Dewasa ini kegiatan proses pembelajaran diselenggarakan sebagai suatu usaha sadar dan terencana sebagai suatu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat menjangkau ranah hasil pembelajaran, baik secara peningkatan dalam ranah kognisi, afeksi dan ranah psikomotorik dalam bentuk perubahan sikap dan prilaku. Sehingga setiap lembaga pendidikan perlu dikelola oleh mereka yang memiliki kompetensi dalam membuat desain atau pola pembelajaran, sehingga dapat dilakukan perubahan dan penyesuaian dan adanya inovasi dalam proses pembelajaran.
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Dedy Wiranto
Dewasa ini kegiatan proses pembelajaran diselenggarakan sebagai suatu usaha sadar dan terencana sebagai suatu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat menjangkau ranah hasil pembelajaran, baik secara peningkatan dalam ranah kognisi, afeksi dan ranah psikomotorik dalam bentuk perubahan sikap dan prilaku. Sehingga setiap lembaga pendidikan perlu dikelola oleh mereka yang memiliki kompetensi dalam membuat desain atau pola pembelajaran, sehingga dapat dilakukan perubahan dan penyesuaian dan adanya inovasi dalam proses pembelajaran.
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Dedy Wiranto
Istilah model diartikan dalam prosedur kerja yang teratur atau sistematis, tampilan grafis, dan terdapat pemikiran yang bersifat penjelasan serta saran. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa sebuah model desain pembelajaran menyajikan bagaimana pembelajaran disajikan berdasarkan teori-teori seperti pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan sebagainya.
Ada berbagai model perancangan pembelajaran, serta setiap model pengembangan desain pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan adanya beraneka ragam jenis model pengembangan desain pembelajaran memberikan kesempatan yang luas bagi para pengajar untuk dapat memilih model pengembangan desain pembelajaran yang sesuai dengan ilmu atau pengetahuan yang mereka bina. Pada hal ini pendidik mendapat kesempatan untuk dapat mengembangkan model-model desain pembelajaran yang sudah ada dengan menciptakan model-model turunan dari model pengembangan desain yang sudah ada. Dengan berkembangannya model-model desain dapat memberikan jawaban atas perkembangan zaman.
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Dedy Wiranto
Model pembelajaran Dick dan Carey adalah model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Pendekatan yang mempertimbangkan tahapan tahapan pemecahan masalah yang setiap langkah di pahami dan menghasilkan sebuah solusi alternatif dan solusi yang di pilih dapat di terapkan. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk yang terdiri atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Dick dan Carey memasukan unsure kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Unsur kognitif yang mengutamakan daya kognitif atau daya pemikiran dari peserta didik dan unsur behavioristik yang mengedepankan tingkah laku peserta didik dalam pembelajaran.
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Dedy Wiranto
Sebelum membahas model pengembangan instruksional, perlu dipahami dulu apa itu pengembangan instruksional. Pengembangan instruksional merupakan terminalogi yang berkembang sejak tahun 1970, dimana Indonesia mulai popular menggunakan PPSI
( Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
Merangkum dan mengkaji pendapat Clarence Schauer (1971), Hamreus (1971), Buhl (1975), Twelker, Urbach dan Buck (1972), Reigeluth (1978) dan AT&T pengertian pengembangan instruksional adalah proses yang sistematis dalam mencapai tujuan instruksional secara efektif dan efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus dievaluasi.
Pengembangan instruksional dan desain instruksional secara konseptual dapat dipilah bidang garapannya. Proses desain dimulai dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan indentifikasi bahan dan strategi instruksional. Sedangkan proses pengembangan dimulai dengan memilih atau mengembangkan bahan instruksional dan menuangkannya ke dalam strategi instruksional yang telah didesain kemudian diakhiri dengan mengevaluasi strategi berikut bahan instruksional tersebut untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensinya.
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalDedy Wiranto
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum dijadikan pedoman seorang guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran didalam kelas disuatu instansi pendidikan. Seorang guru harus mengetahui dan memahami secara utuh tentang implementasi kurikulum. Karena kuikulum juga berisi tentang tujuan tujuan yang hendak dicapai didalam pendidikan. Tujuan ini lah yang akan atau ingin digapai oleh seorang guru. Karena sukses atau tidaknya suatu pembelajaran yang telah dilaksanakan bergantung tujuan yang telah dibuat guna dicapai. Jika tujuan ini belum bisa dicapai berarti pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan belum bisa dikatakan ekektif dan efisien.
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa (Hamalik, 2002) dari pendapat ini dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa peserta didik dapat menggali dan memperkaya pengetahuan dari berbagai perangkat belajar yang ada. Metode mengajar dapat dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Minat yang rendah dalam belajar dapat dipacu melalui penerapan strategi tersebut. Penerapan metode dalam pembelajaran yang sesuai merupakan tugas utama guru dalam mengolah proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Dengan adanya variasi teknik dalam mengajar maka akan menciptakan sebuah hubungan timbal balik yang sangat efektif dari pengajar dan peserta didik. Guru dapat menyampaikan materi secara mudah dan tepat kepada peserta didik, sedangkan peserta didik dapat menerima dan memahami materi secara mendalam dan menyeluruh. Hubungan dua arah seperti inilah yang meningkatkan prestasi belajar dan intelegensi pada siswa.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk
mencapaitujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara IndonesiaDedy Wiranto
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup.
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Dedy Wiranto
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, system nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan,kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru dituntut untuk bertanggung jawab atas pelayanan peserta didik. Hal itu karena pelayanan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik tersebut.
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (development learning) atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning disabilities). Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif. Kognitif merupakan suatu yang berhubungan dengan proses berpikir guna untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Wujud dari penggunaan fungsi kemampuan kognitif seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan matematika (Wienman. 1981: 142).
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususDedy Wiranto
Pendidikan untuk semua adalah satu konsep yang seharusnya diwujudkan dalam kehidupan kita. Hal ini terkait dengan berbagai upaya untuk mencipatakan kondisi kehidupan yang lebih baik dan kondusif. Pendidikan menjadi satu jembatan untuk menciptakan kehidupan sebagai upaya mengubah kondisi sulit menjadi kondisi yang mudah dijalani, Saroni (2012 : 19). Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembngkan potensi-potensi kemanusiaannya. Tirtarahardja & La Sulo (2005 : 1).
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumDedy Wiranto
Menurut permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 1, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Inclusive Education untuk siswa dengan Special Education Need di sekolah umum adalah menjadi salah satu reformasi seperti dalam sistem pendidikan saat ini. Dan ia juga menuliskan bahwa IE mengacu pada semua yang dihargai, diterima, dan dihormati terlepas dari latar belakang etnis dan budaya, social ekonomi, keadaan, kemampuan, jenis kelamin, usia, agama, keyakinan, dan perilaku.
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Kebutuhan akan pendidikan adalah milik semua orang, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus atau ABK. Keterbatasan yang dialami menjadikan anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan NasionalDedy Wiranto
Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penetapan standar sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, setidaknya menggambarkan optimisme Pemerintah dan DPR untuk mendongkrak mutu pendidikan nasional sehingga tidak tertinggal jauh dibanding negara-negara lainnya di Asia khususnya dan dunia pada umumnya.
Makalah Psikologi Pendidikan - Teori Belajar dan Pembelajaran BehavioristikDedy Wiranto
Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktifitas belajar. Menurut Piaget belajar adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang yang telah selesai melakukan proses belajar akan menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
1. I
KEGIATAN INSTRUKSIONAL BERBASIS KOMPETENSI
Makalah disusun guna memenuhi tugas
mata kuliah Desain Instruksional
(Kelompok 3)
Dosen Pengampu :
Drs. Kustiono, M.Pd
Disusun Oleh:
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kegiatan
Instruksional Berbasis Kompetensi ini dengan baik. Tak lupa sholawat serta salam kami haturkan
kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW, yang kita tunggu-tunggu syafaatnya kelak di
yaumul akhir.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kegiatan Instruksional Berbasis Kompetensi
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca.
Semarang, April 2016
Penyusun
3. DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................................1
BAB IIPEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. Pengertian Kegiatan Instruksional.............................................................................................2
B. Pengertian Kompetensi............................................................................................................3
C. Tujuan Instruksional................................................................................................................4
D. Strategi Instruksional...............................................................................................................5
E. Hubungan Kompetensi Dengan Kegiatan Instruksional ............................................................10
BAB III PENUTUP..........................................................................................................................11
Kesimpulan ..................................................................................................................................11
4. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi pendidikan berarti suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi
manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang,
melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berkaitan dengan
segala aspek belajar (AECT, 1971). Teknologi instruksional juga berpengertian seperti itu,
tetapi dibatasi hanya pada situasi belajar yang terkontrol dan bertujuan. Jadi, penggarapan pada
teknologi instruksional tidak untuk seluruh aspek belajar seperti halnya pada teknologi
pendidikan.
Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang
meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta
merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi
belajar yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke dalam situasi belajar
yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang berarti tidak menggarap semua aspek belajar. Situasi
belajar yang bertujuan dan yang terkendali di sini berarti banyak berkaitan dengan kegiatan
instruksional, kegiatan membelajarkan sasaran dengan segala komponen yang diperlukannya.
komponen-komponen instruksional yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan
adalah bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-komponen
tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan
hasil belajar sasaran secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian teknologi instruksional tersebut mengandung arti yang luas. Di
dalamnya terliput seluruh komponen yang mendukungnya, berproses menuju kepada suatu
arah yang jelas sejalan dengan tujuan-tujuan pendidikan. dapat ditarik kesimpulan bahwa ,
pengertian ini merupakan proses sistem, sistem instruksional yang secara khusus digambarkan
atau dijabarkan dalam konsep pengembangan sistem instruksional. Dikatakan sistem
instruksional karena seluruh komponen yang terliput di dalamnya merupakan satu kesatuan
yang saling berfungsi dan berproses menuju kepada suatu tujuan. Untuk lebih jelasnya berikut
akan dibahas mengenai kegiatan instruksional yang berkaitan dengan suatu kompetensi, yang
mana dinamakan sebagai kegiatan instruksional berbasis kompetensi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan antara kompetensi dengan tujuan instruksional ?
2. Bagaimana hubungan antara kompetensi dengan strategi instruksional ?
3. Bagaimana hubungan kompetensi dengan pengajar ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui hubungan antara kompetensi dengan tujuan instruksional
2. Untuk mengetahui hubungan antara kompetensi dengan strategi instruksional
3. Untuk mengetahui hubungan kompetensi dengan pengajar
5. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kegiatan Instruksional
American Telephone & Telegraph (AT & T) mengemukakan Desain Instruksional
merupakan suatu resep dalam menyusun peristiwa dan kegiatan yang diperlukan untuk
memberi petunjuk ke arah pencapaian tujuan belajar tertentu. Hasil proses desain instruksional
dan media yang akan digunakan untuk mencapai tujuan.
Instruksional berasal dari kata instruction yang berarti pengajaran, pelajaran atau bahkan
perintah / instruksi. Menurut Webster’s Third International Dictonary of The English
Language menyebut instruksional berarti memberi pengetahuan / informasi khusus dengan
maksud melatih berbagai bidang khusus memberikan keahlian / pengetahuan dalam berbagai
bidang seni / spesialis tertentu. Sedangkan didunia pendidikan, Intruksional berarti pengajaran
/ pelajaran.Konsep Instruksional adalah proses dalam pengelolaan belajar dan mengajar yang
didalamnya terdapat komponen dan aspek lainnya seperti manusia dan pesan yang saling
berhubungan satu sama lain dan membentuk hubungan yang bersifat sistematik. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan Instruksional yaitu kegiatan pengajar dalam
menyampaikan isi pelajaran kepada mahasiswa yang didasarkan atas urutan urutan kegiatan
instruksional. Urut urutanya adalah sebagai berikut :
1. Pendahuluan
Dick dan Carey (1985) menyebutnya preinstructional activities dan Universitas Terbuka
menggunakan istilah pengantar atau kadang-kadang disebut pendahuluan. Kegiatan awal
tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan mental siswa agar siap dalam mempelajari
pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Seorang pengajar yang baik tidak akan
mendadak mengajarkan topik pada hari itu. Pengajar yang baik harus bersedia
menggunakan waktunya sejenak untuk mengikuti siswanya, baru kemudian pelan-pelan
masuk ke dalam topik yang akan dibahas. Selain itu, pengajar yang baik akan
meningkatkan motivasi siswa untuk mempelajari pelajaran baru sebelum ia
mengajarkannya dengan cara menjelaskan apa manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa di
kemudian hari.
2. Penyajian
Penyajian merupaka sub komponen yang sering ditafsirkan secara langsung sebagai
pengajaran karena merupakan inti kegiatan pengajaran. Dimana didalam penyajian tersebut
terdapat beberapa pengertian pokok, yaitu: urain, contoh, dan latihan.
3. Penutup
6. Sub komponen ini terdiri dari dua langkah, yaitu: tes formatif dan umpan balik, tindak
lanjut.
a. Tes Formatif
Adalah satu set pertanyaan untuk dijawab atau seperangkat tugas yang dilakukan untuk
mengukur kemajuan belajar siswa setelah menyelesaikan suatu tahap pelajaran. Selain
itu tes merupakan bagian dari kegiatan belajar siswa secara aktif dan secara efektif
membuat siswa menguasai pelajaran. Hasil tes formatif ini harus segera diberitahukan
kepada siswa sebagai umpan balik, agar proses belajar menjadi efektif, efisien, dan
menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiata yag memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran siswa.
b. Tindak lanjut
Adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes formatif dan umpan
balik. Siswa yang mendapatkan hasil tes dengan nilai baik, dapat melanjutkan ke
bagian pelajaran selanjutnya atau mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam
pengetahuan. Untuk siswa yag mendapatkan hasil kurang baik dapat mengulang isi
pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional yang sama atau berbeda.
Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus dilakukan siswa merupakan salahsatu
bentuk pemberian tanda dan bantuan kepada siswa untuk memperlancar kegiatan
belajar selanjutnya.
B. Pengertian Kompetensi
KepMenDiknas NO.045/U/2002 menerangkan bahwa kompetensi merupakan
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu. Kompetensi itu sendiri dapat dimaknai sebagai seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh
guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi kompetensi adalah kecakapan,
mengetahui, berwenang, dan berkuasa memutuskan atau menentukan atas sesuatu. UU No.
13/2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 10, definisi kompetensi adalah kemampuan
kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pengertian kompetensi menurut Wardiman
Djojonegoro (1996:11) memberikan arti kompetensi sebagai karakteristik dasar yang
dimiliki oleh seorang individu yang berhubungan secara kausal dengan standar penilaian
yang tereferensi pada performansi yang superior atau pada sebuah pekerjaan. Kompetensi
adalah keterampilan, pengetahuan, sikap dasar serta nilai yang dicerminkan ke dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak yang sifatnya berkembang, dinamis, kontinyu (terus menerus)
serta dapat di raih setiap waktu. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konstan, konsisten
dan dilakukan terus-menerus akan membuat seseorang menjadi kompeten. Gordon (1988 :
109) menjelaskan beberapa dimensi yang terkandung dalam konsep kompetensi adalah sebagai
berikut :
1. Understanding atau pemahaman, yaitu kedalaman kognitif yang dimiliki oleh seseorang;
7. 2. Skill atau kemampuan, yaitu sesuatu keterampilan ataupun bakat yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan pekerjaan yang dibebankan kepadanya;
3. Knowledge atau pengetahuan, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, yang berarti
mengetahui apa yang harus diperbuat;
4. Interest atau minat, yaitu kecenderungan seseorang yang tinggi terhadap sesuatu atau untuk
melakukan sesuatu perbuatan;
5. Attitude atau sikap, yaitu reaksi seseorang terhadap rangsangan yang datang dari luar,
misal; rasa senang, suka atau tidak suka;
6. Value atau nilai, yaitu suatu standar perilaku atau sikap yang dipercaya secara psikologis
telah menyatu dalam diri seseorang.
C. Tujuan Instruksional
Sejatinya bahwa setiap kegiatan pastinya ada suatu hal yang melatarbelakangi serta ada suau
hal yang menjadi tujuan kegiatan itu dilaksanakan. Seperti halnya kegiatan instruksional diatas
yang sudah dijelaskan bahwasannya memiliki tujuan, yang mana dalam hal ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Tujuan Instruksional Umum
Tujuan instruksional umum dirumuskan dalam kalimat dengan kata kerja yang operasional
dan dapat dilihat menggunakan istilah “akan dapat”. Tujuan umum ini yang dimaksud
berupa tujuan yang menggunakan kata kerja aktif yang dapat diamati serta mengandung
“objek”.
Kriteria tujuan istruksional umum ini diantaranya meliputi:
a. Berisi perilaku siswa (bukan staf pengajar) dalam kawasan kognitif, afektif dan
psikomotor
b. Periaku lengkap sebagai indikator keberhasilan siswa untuk meta pelajaran yang
ditempuh yang dapat diamati
c. Berorientasi pada hasil belajar, bukan proses belajar
d. Perilaku berjenjang bila lebih dari satu
e. Dapat dicapai dengan kegiatan instruksional
2. Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah tujuan pengajaran yang mana perubahan
perilaku sudah dapat dilihat dan diukur. Kata kerja yang menggambarkan perubahan
perilaku telah terkhusus sehingga memungkinkan dilakukan pengukuran tanpa
menimbulkan lagi berbagai perberdaan penafsiran. Misal TIK yang dirumuskan sebagai
berikut “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap kebudayaan nasional”, dapat lebih
dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan membuktikan penghargaannya terhadapa
seni tari nasional dengan ikut membawakan suatu tarian dalam perpisahan kelas”
Pada pedoman pelaksanaan kurikulum dijelaskan bahwa, dalam kegiatan belajar
mengajarguru diharuskan memperhatikan pula- keterampilan siswa dalam hal memperoleh
hasil, yakni memperoleh keterampilan tentang prosesnya. Pendekatan ini disebut dengan
istilah Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Keterampilan-keterampilan yang dimaksud
meliputi keterampilan dalam hal:
8. a. Mengamati,
b. Menginterprestasikan (menafsirkan) hasil pengamatan,
c. Meramalkan,
d. Menerapkan konsep,
e. Merencanakan penelitian,
f. Melaksanakan penelitian,
g. Mengkomunikasikan hasil penemuan
Sesuai dengan tuntutan tersebut maka guru dalam merumuskan Tujuan Instruksional
Khusus harus mengundang apa yang dilakukan siswa dalam kegiatan belajar mengajar
(keterampilan yang mana), bagaimana menunjukan kemampuan atau hasilnya (tingkah
laku) dan perolehannya. Untuk mempermudah tugas ini, dalam buku GBPP kurikulum
1984. Tujuan instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan
yang menjelaskan:
a. Materi yang dipelajari,
b. Perilaku mengutarakan hasil,
b. Proses mencapaiannya
D. Strategi Instruksional
1. Pengertian
Strategi instruksional merupakan pendekatan dalam mengelola kegiatan instruksional
dengan mengintegrasikan komponen urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi dan
siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses instruksional untuk
mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan secara efektif dan efisien.
Strategi instruksional meliputi unsur:
a. Mengembangkan langkah-langkah kegiatan
b. Merancang pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran
c. Merancang media pembelajaran
d. Menetapkan alokasi waktu
Sebagai seorang profesional, seorang guru sudah pasti harus betul-betul memiliki
wawasan dan pengetahuan yang luas di bidang pendidikan. salah satu pengetahuan yang
harus dimiliki oleh guru adalah strategi instruksional. Strategi instruksional merupakam
cara dalam rangka mencapai sasaran yang telah diditeapkan dalam tujuan pembelajaran.
Melalui pengembangan strategi tersebut, guru memiliki pegangan berkaitan dengan
beberapa alternatif pilihan yang mungkin, dapat ataupun harus ditempuh agar kegiatan
belajar-mengajar itu berlangsung secara teratur, sistematis, terarah, lancar dan efektif.
Dick and Carey dalam Suparman (2012:236) mengatakan bahwa suatu strategi
instruksional menjelaskan komponen-komponen umum dari suatu set bahan instruksional
dan prosedur-prosedur yang akan digunakan bersama bahan-bahan tersebut untuk
menghasilkan hasil belajar tertentu pada siswa.
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Jika dihubungkan dengan
9. pembelajaran, strategi dapat diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan peserta
didik dalam perwujudan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Trianto, 2007).
Dari definisi dan pengertian yang sudah dijelaskan diatas maka penulis dapat menarik
kesimpulan, bahwa strategi instruksional merupakan suatu langkah mudah atau trik yang
digunakan oleh seorang pengajar dalam rangka merancang dan mendesain instruksional
proses pembelajaran di kelas.
2. Komponen- Komponen
a. Komponen Metode Instruksional
Komponen metode instruksional terdiri dari berbagai metode yang dipakai dalam
setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Setiap langkah menggunakan
satu atau beberapa metode atau mungkin pula memakai metode yang sama. Tidak
semua metode instruksional sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan
instruksional tertentu dikarenaka setiap metode memiliki karakteristik masing
masing yang membedakan satu metode dengan metode yang lainnya. Oleh karena
itu, seorang pengembang instruksional harus memilih metode yang sesuai untuk
setiap TIK yang ingin dicapai. Metode-metode yang dapat digunakan antara lain
Metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam menyajikan isi pelajaran
kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Berbagai metode yang digunakan
dalam kegiatan instruksional antara lain dengan tabel berikut ini :
Hubungan antara Metode dengan Kemampuan yang akan dicapai
NO METODE KEMAMPUAN DALAM TIK
1 Ceramah Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
2 Demontrasi
Melakukan suatu keterampilan berdasarkan standar
prosedur tertentu
3 Penampilan Melakukan suatu keterampilan
4 Diskusi Menganalisis/memecahkan masalah
5 Studi Mandiri
Menjelaskan/menganalisis/mensisntesis/mengeva-
luasi sesuatu yang bersifat kognitif dan
psikomotorik
6
Kegiatan
Instruksional
Terprogram
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
7
Latihan dengan
Teman
Melakukan suatu keterampilan
8 Simulasi
Menjelaskan, menerapkan dan menganalisis suatu
konsep dan prinsip
9 Sumbang Saran
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis konsep,
prinsip, dan prosedur tertentu
10 Studi Kasus Menganalisis/memecahkan masalah
10. 11 CAL
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis.
Mensintesis, mengevaluasi sesuatu
12 Insiden Menganalisis, memecahkan masalah
13 Praktikum Melakukan suatu keterampilan
14 Proyek Melakukan/menyusun laporan suatu kegiatan
15 Bermain Peran Menerapkan suatu konsep, prinsip atau prosedur
16 Seminar Menganalisis, memecahkan masalah
17 Simposium Menganalisis masalah
18 Tutorial
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu
konsep, prinsip dan prosedur
19 Deduktif
Menjelaskan, menerapkan, menganalisis suatu
konsep, prinsip dan prosedur
20 Induktif Mensintesis suatu konsep, prinsip atau perilaku
(Suparman, 2012:261)
Menurut Suparman (2012:252) metode instruksional berfungsi sebagai cara dalam
menyajikan (menguraikan, memberi contoh dan memberi latihan) isi atau materi
instruksional kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.
1) Metode Ceramah
Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada siswa dan biasanya
diikuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas.
Beberapa kelebihan metode ceramah adalah:
a) Guru mudah menguasai kelas.
b) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah besar
c) Dapat diikuti anak didik dalam jumlah besar.
d) Waktu terbatas sedangkan informasi yang akan disampaikan banyak
Beberapa kelemahan metode ceramah (Syaiful Bahri Djamarah, 2000) adalah
:
a) Partisipasi peserta didik rendah
b) Kemajuan peserta didik sulit dipantau
c) Perhatian dan minat peserta didik tidak dipantau
d) Anak didik yang lebih tanggap dari visi visual akan menjadi rugi dan
anak didik yang lebih tanggap auditifnya dapat lebih besar menerimanya.
e) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata).
f) Bila terlalu lama membosankan
2) Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah interaksi antara siswa dari siswa atau siswa dengan
pengajar untuk menganalisis, atau memperdebatkan topic atau permasalahan
tertentu. Metode diskusi ddiimplementasikan dalam proses belajar mengajar
untuk:
a) Mendorong siswa berpikir kritis.
b) Mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas.
11. c) Mendorong siswa menyumbangkan buah pikirnya untuk memecahkan
masalah bersama.
d) Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk
memecahkan masalah berdsarkan pertimbangan yang seksama
Kelebihan metode diskusi sebagai berikut :
a) Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan berbagai
jalan.
b) Menyadarkan anak didik bahwa dengan melakukan diskusi mereka saling
dapat mengutarakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
c) Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan bersikap
toleransi.
Kelemahan metode diskusi sebagai berikut :
1) Peserta diskusi memperoleh informasi yang terbatas
2) Tidak dapat digunakan dalam kelompok yang besar
3) Dapat dikuasai oleh orang-orang yang menyukai public speaking
4) Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal
b. Komponen Media Instruksional
Kata media dalam “media pembelajaran” secara harfiah berarti perantara
atau pengantar; sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi
yang diciptakan untuk membuat seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”.
Dengan demikian, media pembelajaran memberikan penekanan pada posisi media
sebagai wahana penyalur pesan atau informasi belajar untuk mengkondisikan
seseorang untuk belajar. Dalam arti lain, bahwa pada saat kegiatan belajar
berlangsung bahan belajar (learning matterial) yang diterima siswa melalui
media. Terjadinya belajar bermakna ini tidak terlepas dari peran media terutama
dari kedudukan dan fungsinya. Secara umum media mempunyai kegunaan:
1) Memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis.
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu tenaga dan daya indra.
3) Menimbulkan gairah belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan
sumber belajar.
4) Memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan
visual, auditori & kinestetiknya.
5) Memberi rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman &
menimbulkan persepsi yang sama
Sebuah media yang efektif dan efisien serta menyenangkan tentu menjadi
dambaan dan kebutuhan untuk pembelajaran, untuk mendapatkan media tersebut
diperlukan beberapa prinsip yang perlu diperhatikan diantaranya dalam pemilihan
media. Terdapat beberapa pendapat dan cara dalam mengembangkan media,
12. meskipun caranya berbeda-beda, namun ada hal yang sepakat bahwa setiap media
memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan memberikan pengaruh kepada
efektifitas program pembelajaran.
Sehingga, dalam hal ini tidak ada satu media yang sempurna atau dapat
digunakan dalam semua situasi, semua karakteristik siswa dan semua mata
pelajaran, namun media sifatnya kondisional dan kontekstual sesuai dengan
kebutuhan. Sejalan dengan hal tersebut, pendekatan yang ditempuh adalah
mengkaji media sebagai bagian integral dalam proses pendidikan yang fokusnya
akan memperhatikan beberapa komponen, diantaranya :
1) Instructional Goals, yaitu ranjcangan tujuan instruksional apa yang akan
dicapai dalam kegiatan pembelajaran. Dari kajian Tujuan Instruksional Umum
(TIU) atau Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ini dapat dianalisis media apa
yang tepat guna mencapai tujuan tersebut. Jika kita kaitkan dengan kurikulum
berbasis kompetensi maka kita harus memperhatikan: standar kompetensi,
kompetensi dasar dan terutama indikator
2) Instructional content, materi pembelajaran, yaitu bahan atau kajian apa yang
akan diajarkan pada program pembelajaran tersebut. Pertimbangan lainnya, dari
bahan atau pokok bahasan tersebut sampai sejauhmana kedalaman yang harus
dicapai, dengan demikian kita bisa mempertimbangkan media apa yang sesuai
untuk penyampaian bahan tersebut
3) Learner Characteristic, familiaritas media dan karakteristik siswa, yaitu
mengkaji sifat-sifat dan ciri media yang akan digunakan dikaitkan dengan
karakteristik siswa, baik secara kuantitatif (jumlah) ataupun kualitatif
(kualitas, ciri, dan kebiasaan lain) dari siswa terhadap media yang akan
digunakan
4) Media selection, adanya sejumlah media yang bisa diperbandingkan karena
pemilihan media pada dasarnya adalah proses pengambilan keputusan dari
sejumlah media yang ada ataupun yang akan dikembangkan
c. Komponen Waktu
Komponen terakhir alam strategi instruksional adalah waktu. Waktu yaitu
jumlah waktu dalam menit yang dibutuhkan oleh pengajar dan peserta didik untuk
menyelesaikan setiap langkah pada urutan kegiatan instruksional. Ketersediaan
waktu sangat penting bagi pengajar, karena seorang pengajar harus dapat membagi
waktu untuk setiap langkah dalam pendahuluan, pennyajian, dan penutup.
Penentuan jumlah waktu bagi pengejar dan peserta didik pada setiap langkah
urutan kegiatan instruksional merupakan suatu batasan bagi pengajar dan
mahasiswa bahwa tujuab instruksional akan dapat dicapai bilamereka dapat
memenuhinya. Karena meskipun tujuan instruksional dan metode serta media yang
digunakan sama, namun penekanan jumlah waktu berbeda, hasilnya dapat berbeda
pula.
13. E. Hubungan Kompetensi Dengan Kegiatan Instruksional
Analisis kompetensi atau analisis instruksional adalah serangkaian kegiatan untuk
mengkaji dan menjabarkan kompetensi standar (tujuan instruksional umum) menjadi
kompetensi dasar indikator atau tujuan-tujuan yang lebih spesifik secara logis dan sistematis.
Manfaatnya yakni untuk mengidentifikasi semua kompetensi yang harus dikuasai siswa,
menentukan urutan pelaksanaan pembelajaran, serta menentukan titik awal proses
pembelajaran (melalui penentuan perilaku awal siswa). Prosedur dalam menganalisisnya dapat
berupa:
1. Menulis kompetensi yang ada dalam tujuan instruksional umum (TIU)
2. melakukan suatu analisis yang meliputi
a. Menulis kompetensi khusus yang relevan dengan kompetensi umum dalam TIU pada
kertas kecil yang disediakan
b. Menentukan hubungan antar kompetensi khusus dalam susunan
c. Menggambarkan hubungan antar kompetensi khusus tersebut dalam bentuk bagan
3. Mengidentifikasi kompetensi khusus yang sudah dikuasai mahasiswa (kompetensi awal)
4. Menggaris batas horizontal guna memisahkan kompetensi khusus yang sudah dikuasai dari
kompetensi yang belum dikuasai mahasiswa
5. Memberi nomor setiap kompetensi khusus, dimulai dari kompetensi yang paling awal yang
harus dikuasai mahasiswa (dimulai dengan nomor 1)
6. Memberi tanda panah pada kompetensi khusus dimulai dari kompetensi yang paling rendah
ke kompetensi yang lebih tinggi
Namun, jika ditelisik ulang mengenai hubungan yang terjadi antara kompetensi dengan
kegiatan instruksional yakni saling mempengaruhi hingga tercetuskan suatu kegiatan
instruksional berbasis kompetensi. Hal tersebut dikarenakan terdapat hubungan antara tujuan
instruksional beserta strategi instruksional yang sudah dijelaskan diatas dengan kompetensi.
Dimana kompetensi dasar dimaknai sebagai suatu tujuan instruksional yang telah dilaksanakan
melalui kegiatan instruksional. Dari segi strategi instruksionalnya itu sendiri, merupakan
langkah sistematis dan logis dalam guru sebagai seorang pengajar menunjukkan
kompetensinya dalam rangka melaksanakan tugas-tugas dalam kegiatan instruksional.
Kemudian hubungan antara kompetensi dengan pengajar yaitu peran seorang pengajar
yang profesionalnya dalam memanfaatkan kompetensinya dalam melaksanakan dan
mendesain serta merancang kegiatan instruksional guna mencapai tujuan instruksional yang
telah ditetapkan. Karena sejatinya dalam proses terjadinya kegiatan instruksional itu sendiri
tidak akan terlepas oleh suatu peran dari seorang pengajar yang profesional. Yakni pengajar
yang berkompeten atau memiliki kompetensi khusus.
14. BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kegiatan instruksional merupakan suatu kegiatan yang dimaknai sebagai cara seorang
pengajar dalam mendesain dan merancang suatu kelas dalam proses pembelajaran guna mencapai
tujuan instruksional melalui strategi instruksional yang telah dirumuskan secara sistematis dan
logis. Kompetensi yang berarti suatu kecakapan seseorang dalam menjalankan ataupun
melaksanakan setiap pengetahuan, keterampilan, serta keahlian yang telah dimilikinya. Nah, dari
kedua hal tersebut jika disimpulkan bahwa definisi dari kegiatan instruksional berbasis kompetensi
itu sendiri merupakan suatu kegiatan dalam rangka mendesain dan merancang maupun
menyiapkan proses pembelajaran yang sedemikian rupa untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan, yang dilaksanakan oleh seorang pengajar yang memiliki kompetensi khusus yang
dapat memenuhi kualifikasi sebagai pengajar yang berkompeten dalam bidang pembelajaran.
Guna pembentukan desain instruksional di kelas kepada siswa dalam rangka pemenuhan
kompetensi pengajar sebagai seorang guru yang profesional.
15.
16. DAFTAR PUSTAKA
AECT (1977), The Definition of Educational Technology, Washington : Association for
Educational Communication and Technology.
Gordon. (1988). Pembelajaran Kompetensi. Jakarta : Rineka Cipta.
Republik Indonesia. (2003). UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 ayat 10. Jakarta
Suparman, M.A (2012). Desain instruksional Modern. Jakarta: Erlangga
Sadiman. A. S., Rahardjo, haryono, A., & Rahardjito.(2009). Media Pendidikann, pengertian,
pengembagan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif –Progresif. Jakarta: Kencana
Wardiman Djojonegoro. (1996). Lima puluh tahun perkembangan pendidikan Indonesia. Jakarta:
Depdikbud.