Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
Pendidikan holistik merupakan suatu filsafat pendidikan yang berangkat dari pemikiran bahwa pada dasarnya seorang individu dapat menemukan identitas, makna dan tujuan hidup melalui hubungannya dengan masyarakat, lingkungan alam, dan nilai-nilai spiritual. Secara historis, pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang baru.
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu mengembangkan potensi individu dalam suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan menggairahkan, demoktaris dan humanis melalui pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, peserta didik diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning to be). Dalam arti dapat memperoleh kebebasan psikologis, mengambil keputusan yang baik, belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya, memperoleh kecakapan sosial, serta dapat mengembangkan karakter dan emosionalnya (Basil Bernstein).
Pendidikan holistik memperhatikan kebutuhan dan potensi yang dimiliki peserta didik, baik dalam aspek intelektual, emosional, emosional, fisik, artistik, kreatif, dan spritual. Proses pembelajaran menjadi tanggung jawab personal sekaligus juga menjadi tanggung jawab kolektif, oleh karena itu strategi pembelajaran lebih diarahkan pada bagaimana mengajar dan bagaimana orang belajar. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi pembelajaran holistik, diantaranya: (1) menggunakan pendekatan pembelajaran transformatif; (2) prosedur pembelajaran yang fleksibel; (3) pemecahan masalah melalui lintas disiplin ilmu, (4) pembelajaran yang bermakna, dan (5) pembelajaran melibatkan komunitas di mana individu berada.
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas dosen untuk memimpin dan mengontrol kegiatan pembelajaran hanya sedikit dan dosen lebih banyak berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator. Peran dosen seperti seorang teman dalam perjalanan yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
Kampus sebagaimana Sekolah hendaknya menjadi tempat peserta didik dan dosen bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai dan kerjasama (kolaborasi) lebih utama dari pada kompetisi.
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...Nurfaizatul Jannah
1. Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu pedoman kehidupan yang sangat relevan untuk negara Indonesia. Pancasila diharapkan mampu mendasari pembangunan sampai ke semua lini kehidupan, mencakup bidang politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, hubungan antar umat beragama, sampai dengan IPTEK. Pembangunan yang dilakukan harus berlandaskan sila-sila Pancasila yang merupakan hasil pemikiran rakyat untuk menuju tujuan bersama membangun bangsa yang lebih baik.
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
MAKALAH “PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN DALAM BERMASYARAKAT, BERBANGSA...Nurfaizatul Jannah
1. Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu pedoman kehidupan yang sangat relevan untuk negara Indonesia. Pancasila diharapkan mampu mendasari pembangunan sampai ke semua lini kehidupan, mencakup bidang politik, hukum, ekonomi, sosial budaya, hubungan antar umat beragama, sampai dengan IPTEK. Pembangunan yang dilakukan harus berlandaskan sila-sila Pancasila yang merupakan hasil pemikiran rakyat untuk menuju tujuan bersama membangun bangsa yang lebih baik.
Makalah Aliran-aliran Dalam PendidikanDedy Wiranto
Pendidikan selalu mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam perkembangan itulah muncul berbagai pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pendidikan atau yang disebut dengan aliran-aliran dalam pendidikan. Adanya aliran-aliran dalam pendidikan dan pemikiran-pemikiran pendidikan dimulai sejak awal hidup manusia karena setiap manusia selalu dihadapkan dengan generasi penerus (generasi muda). Pemikiran-pemikiran dalam pendidikan selalu berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan yang akan selalu menimbulkan pro dan kontra, bermula dari pro dan kontra inilah bermunculan suatu pemikiran-pemikiran yang baru. Pemikiran-pemikiran baru tersebut muncul karena pemikiran-pemikiran lama yang mengalami perkembangan dan pembaharuan dari masa ke masa. Hal ini disebabkan pemikiran dari generasi sebelumnya di jadikan bahan diskusi oleh generasi penerusnya.
Makalah Teori Belajar - Pemrosesan InformasiDedy Wiranto
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa mempelajari sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadan alam, benda-benda atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pengembangan kurikulumsman 2 mataram
Makalah yang cukup sederhana ini akan menela’ah pengembangan Kurikulum dan kurikulum itu sendiri adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education). Oleh karena itu, sudah seharusnya kurikulum, saat ini, memberikan perhatian yang lebih besar pada pendidikan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa sebelumnya.
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional Dan Pemahaman Aplikati...Dedy Wiranto
Istilah model diartikan dalam prosedur kerja yang teratur atau sistematis, tampilan grafis, dan terdapat pemikiran yang bersifat penjelasan serta saran. Penjelasan tersebut menjelaskan bahwa sebuah model desain pembelajaran menyajikan bagaimana pembelajaran disajikan berdasarkan teori-teori seperti pembelajaran, psikologi, komunikasi, sistem dan sebagainya.
Ada berbagai model perancangan pembelajaran, serta setiap model pengembangan desain pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan. Dengan adanya beraneka ragam jenis model pengembangan desain pembelajaran memberikan kesempatan yang luas bagi para pengajar untuk dapat memilih model pengembangan desain pembelajaran yang sesuai dengan ilmu atau pengetahuan yang mereka bina. Pada hal ini pendidik mendapat kesempatan untuk dapat mengembangkan model-model desain pembelajaran yang sudah ada dengan menciptakan model-model turunan dari model pengembangan desain yang sudah ada. Dengan berkembangannya model-model desain dapat memberikan jawaban atas perkembangan zaman.
Makalah Pemahaman Teoritis Dan Aplikatif Model Desain Instruksional Dick and ...Dedy Wiranto
Model pembelajaran Dick dan Carey adalah model pembelajaran yang dikembangkan melalui pendekatan sistem (System Approach). Pendekatan yang mempertimbangkan tahapan tahapan pemecahan masalah yang setiap langkah di pahami dan menghasilkan sebuah solusi alternatif dan solusi yang di pilih dapat di terapkan. Model sistem pembelajaran yang dikembangkan oleh Dick dkk yang terdiri atas beberapa komponen yang perlu dilakukan untuk membuat rancangan aktifitas pembelajaran yang lebih besar. Terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi dan evaluasi. Dick dan Carey memasukan unsure kognitif dan behavioristik yang menekankan pada respon siswa terhadap stimulus yang dihadirkan. Unsur kognitif yang mengutamakan daya kognitif atau daya pemikiran dari peserta didik dan unsur behavioristik yang mengedepankan tingkah laku peserta didik dalam pembelajaran.
Makalah Asumsi Dasar Dan Definisi Desain Instruksional (Project Minerva Instr...Dedy Wiranto
Sebelum membahas model pengembangan instruksional, perlu dipahami dulu apa itu pengembangan instruksional. Pengembangan instruksional merupakan terminalogi yang berkembang sejak tahun 1970, dimana Indonesia mulai popular menggunakan PPSI
( Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional).
Merangkum dan mengkaji pendapat Clarence Schauer (1971), Hamreus (1971), Buhl (1975), Twelker, Urbach dan Buck (1972), Reigeluth (1978) dan AT&T pengertian pengembangan instruksional adalah proses yang sistematis dalam mencapai tujuan instruksional secara efektif dan efisien melalui pengidentifikasian masalah, pengembangan strategi dan bahan instruksional, serta pengevaluasian terhadap strategi dan bahan instruksional tersebut untuk menentukan apanya yang harus dievaluasi.
Pengembangan instruksional dan desain instruksional secara konseptual dapat dipilah bidang garapannya. Proses desain dimulai dari identifikasi masalah dan diakhiri dengan indentifikasi bahan dan strategi instruksional. Sedangkan proses pengembangan dimulai dengan memilih atau mengembangkan bahan instruksional dan menuangkannya ke dalam strategi instruksional yang telah didesain kemudian diakhiri dengan mengevaluasi strategi berikut bahan instruksional tersebut untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensinya.
Makalah Kegiatan Instruksional Berbasis KompetensiDedy Wiranto
Teknologi pendidikan berarti suatu proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah yang berkaitan dengan segala aspek belajar (AECT, 1971). Teknologi instruksional juga berpengertian seperti itu, tetapi dibatasi hanya pada situasi belajar yang terkontrol dan bertujuan. Jadi, penggarapan pada teknologi instruksional tidak untuk seluruh aspek belajar seperti halnya pada teknologi pendidikan.
Teknologi instruksional dirumuskan sebagai proses yang kompleks dan terpadu yang meliputi manusia, prosedur, ide alat, dan organisasi untuk menganalisis masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi belajar yang bertujuan dan terkendali. Di sini perlu digaris bawahi ke dalam situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendaliâ yang berarti tidak menggarap semua aspek belajar. Situasi belajar yang bertujuan dan yang terkendali di sini berarti banyak berkaitan dengan kegiatan instruksional, kegiatan membelajarkan sasaran dengan segala komponen yang diperlukannya. komponen-komponen instruksional yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan adalah bidang-bidang yang digarap untuk kepentingan instruksional. Komponen-komponen tersebut, baik sebagian maupun seluruhnya, dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan hasil belajar sasaran secara terkendali sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Makalah Kegiatan Instruksional Sebagai Sistem Dilihat Dari Sudut Pandang Tekn...Dedy Wiranto
Dewasa ini kegiatan proses pembelajaran diselenggarakan sebagai suatu usaha sadar dan terencana sebagai suatu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat menjangkau ranah hasil pembelajaran, baik secara peningkatan dalam ranah kognisi, afeksi dan ranah psikomotorik dalam bentuk perubahan sikap dan prilaku. Sehingga setiap lembaga pendidikan perlu dikelola oleh mereka yang memiliki kompetensi dalam membuat desain atau pola pembelajaran, sehingga dapat dilakukan perubahan dan penyesuaian dan adanya inovasi dalam proses pembelajaran.
Makalah Terminologi dan Implementasi Desain IntruksionalDedy Wiranto
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Kurikulum dijadikan pedoman seorang guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran didalam kelas disuatu instansi pendidikan. Seorang guru harus mengetahui dan memahami secara utuh tentang implementasi kurikulum. Karena kuikulum juga berisi tentang tujuan tujuan yang hendak dicapai didalam pendidikan. Tujuan ini lah yang akan atau ingin digapai oleh seorang guru. Karena sukses atau tidaknya suatu pembelajaran yang telah dilaksanakan bergantung tujuan yang telah dibuat guna dicapai. Jika tujuan ini belum bisa dicapai berarti pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan belum bisa dikatakan ekektif dan efisien.
Analisis Dimensi Sosial “Metode Numbered Head Together (NHT)"Dedy Wiranto
Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa (Hamalik, 2002) dari pendapat ini dapat ditarik sebuah pemahaman bahwa peserta didik dapat menggali dan memperkaya pengetahuan dari berbagai perangkat belajar yang ada. Metode mengajar dapat dikatakan relevan jika mampu mengantarkan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Minat yang rendah dalam belajar dapat dipacu melalui penerapan strategi tersebut. Penerapan metode dalam pembelajaran yang sesuai merupakan tugas utama guru dalam mengolah proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Dengan adanya variasi teknik dalam mengajar maka akan menciptakan sebuah hubungan timbal balik yang sangat efektif dari pengajar dan peserta didik. Guru dapat menyampaikan materi secara mudah dan tepat kepada peserta didik, sedangkan peserta didik dapat menerima dan memahami materi secara mendalam dan menyeluruh. Hubungan dua arah seperti inilah yang meningkatkan prestasi belajar dan intelegensi pada siswa.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan diarahkan untuk
mencapaitujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar melakukan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Makalah Teori Pembelajaran Menurut Edwin Ray GuthrieDedy Wiranto
Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku Individu. Belajar merupakan hal yang sangat penting dan harus di jalani oleh setiap manusia. Dengan Pendidikan sesorang bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, dengan pendidikan seseorang bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh, dan dengan Pendidikan juga seseorang bisa merumuskan tujuan hidup.
Makalah Model Pengembangan Kurikulum “DEMONSTRATION”Dedy Wiranto
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, system nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses pengembangan,kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternative prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T. dkk 2009: 74).
Secara etimologis, kata moral berasal dari kata mos dalam bahasa Latin, bentuk jamaknya mores, yang artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis, terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif materiilnya tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
Guru adalah pemeran utama dalam menyampaikan materi pembelajaran, namun tugas guru tidak hanya sekedar mentransfer atau menyampaikan materi saat proses pembelajaran. Guru dituntut untuk bertanggung jawab atas pelayanan peserta didik. Hal itu karena pelayanan peserta didik satu sama lain berbeda-beda dan tergantung dari peserta didik tersebut.
Makalah Layanan Terhadap Anak Berkesulitan Kognitif/Akademik.docxDedy Wiranto
Kesulitan belajar kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan belajar yang bersifat perkembangan (development learning) atau kesulitan belajar preakademik (preacademic learning disabilities). Kesulitan belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagian besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif. Kognitif merupakan suatu yang berhubungan dengan proses berpikir guna untuk mengetahui atau memahami sesuatu. Wujud dari penggunaan fungsi kemampuan kognitif seseorang dapat dilihat dari kemampuannya dalam menggunakan bahasa dan matematika (Wienman. 1981: 142).
Makalah Model Pengembangan Kurikulum Adaptif Pada Pendidikan Kelas KhususDedy Wiranto
Pendidikan untuk semua adalah satu konsep yang seharusnya diwujudkan dalam kehidupan kita. Hal ini terkait dengan berbagai upaya untuk mencipatakan kondisi kehidupan yang lebih baik dan kondusif. Pendidikan menjadi satu jembatan untuk menciptakan kehidupan sebagai upaya mengubah kondisi sulit menjadi kondisi yang mudah dijalani, Saroni (2012 : 19). Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuhkembngkan potensi-potensi kemanusiaannya. Tirtarahardja & La Sulo (2005 : 1).
Makalah Hakikat dan Fungsi Pendidikan Kelas Khusus Bagi Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
Pendidikan khusus merupakan pendidikan yang diperuntukan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Oleh karena itu, untuk mendorong kemampuan pembelajaran mereka dibutuhkan lingkungan belajar yang kondusif, baik tempat belajar, metoda, sistem penilaian, sarana dan prasarana serta yang tidak kalah pentingnya adalah tersedianya media pendidikan yang memadai sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Makalah Standar Kompetensi Pendidikan Kelas Khusus dan Komponen KurikulumDedy Wiranto
Menurut permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Pasal 1, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Inclusive Education untuk siswa dengan Special Education Need di sekolah umum adalah menjadi salah satu reformasi seperti dalam sistem pendidikan saat ini. Dan ia juga menuliskan bahwa IE mengacu pada semua yang dihargai, diterima, dan dihormati terlepas dari latar belakang etnis dan budaya, social ekonomi, keadaan, kemampuan, jenis kelamin, usia, agama, keyakinan, dan perilaku.
Makalah Penyebab Anak Berkebutuhan KhususDedy Wiranto
Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Kebutuhan akan pendidikan adalah milik semua orang, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus atau ABK. Keterbatasan yang dialami menjadikan anak berkebutuhan khusus memerlukan layanan pendidikan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak.
Makalah Sistem Pendidikan Nasional - Standar Pendidikan NasionalDedy Wiranto
Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Penetapan standar sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003, setidaknya menggambarkan optimisme Pemerintah dan DPR untuk mendongkrak mutu pendidikan nasional sehingga tidak tertinggal jauh dibanding negara-negara lainnya di Asia khususnya dan dunia pada umumnya.
Makalah Psikologi Pendidikan - Teori Belajar dan Pembelajaran BehavioristikDedy Wiranto
Belajar merupakan kegiatan seseorang untuk melakukan aktifitas belajar. Menurut Piaget belajar adalah aktifitas anak bila ia berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya. Menurut pandangan psikologi behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang yang telah selesai melakukan proses belajar akan menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Makalah Manajemen Pendidikan - Pengambilan Keputusan dalam PendidikanDedy Wiranto
Betapapun terdapat banyak kritik yang dilancarkan oleh berbagai kalangan terhadap pendidikan, atau tepatnya terhadap praktek pendidikan, namun hampir semua pihak sepakat bahwa nasib suatu komunitas atau suatu bangsa di masa depan sangat bergantung pada kontibusinya pendidikan. Shane (1984: 39), misalnya sangat yakin bahwa pendidikanlah yang dapat memberikan kontribusi pada kebudayaan di hari esok.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Sebagai salah satu pertanggungjawab pembangunan manusia di Jawa Timur, dalam bentuk layanan pendidikan yang bermutu dan berkeadilan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat. Untuk mempercepat pencapaian sasaran pembangunan pendidikan, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur telah melakukan banyak terobosan yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Salah satunya adalah Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jenjang Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, dan Sekolah Luar Biasa Provinsi Jawa Timur tahun ajaran 2024/2025 yang dilaksanakan secara objektif, transparan, akuntabel, dan tanpa diskriminasi.
Pelaksanaan PPDB Jawa Timur tahun 2024 berpedoman pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru, Keputusan Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi nomor 47/M/2023 tentang Pedoman Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan, dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 15 Tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Luar Biasa. Secara umum PPDB dilaksanakan secara online dan beberapa satuan pendidikan secara offline. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peserta didik, orang tua, masyarakat untuk mendaftar dan memantau hasil PPDB.
Apakah program Sekolah Alkitab Liburan ada di gereja Anda? Perlukah diprogramkan? Jika sudah ada, apa-apa saja yang perlu dipertimbangkan lagi? Pak Igrea Siswanto dari organisasi Life Kids Indonesia membagikannya untuk kita semua.
Informasi lebih lanjut: 0821-3313-3315 (MLC)
#SABDAYLSA #SABDAEvent #ylsa #yayasanlembagasabda #SABDAAlkitab #Alkitab #SABDAMLC #ministrylearningcenter #digital #sekolahAlkitabliburan #gereja #SAL
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
Makalah Pendidikan Karakter Untuk Memajukan Negara Indonesia
1. i
MAKALAH
PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MEMAJUKAN NEGARA
INDONESIA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Karya Ilmiah
Dosen Pengampu : Niam Wahzudik,M.Pd dan Dra. Nurussadah, M. Si
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME, karena hanya dengan
rahmat-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.Makalah ini disajikan
sesederhana mungkin untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi makalah ini.
Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Mata Kuliah
Pengembangan Karya Ilmiah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Dengan adanya makalah ini Mahasiswa diharapkan dapat
melestarikan dan menerapkan nilai-nilai luhur pendidikan yang berkarakter untuk
memajukan Negara Indonesia dengan terciptanya generasi penerus bangsa yang
unggul dan berkarakter. Sehingga kita Mahasiswa akan mampu menjadi pribadi yang
cerdas, intensif, mandiri, dan berbudi luhur. Sehingga diharapkan Mahasiswa bisa
menjadi generasi penerus bangsa yang akan membawa bangsa ini menjadi lebih baik
dan maju. Amin
3. iii
DAFTAR ISI
Judul ......................................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi...................................................................................................................iii
Bab 1 PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 2
Bab 2 PEMBAHASAN............................................................................................. 3
2.1 Pengertian Pendidikan Karakter ............................................................... 3
2.2 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter.................................................... 3
2.3 Ciri-Ciri dan Prinsip Pendidikan Karakter................................................. 6
2.4 Penerapan Pendidikan Karakter................................................................. 7
2.5 Penerapan dan Pengembangan Pendidikan Karakter ................................ 9
2.6 Upaya Pendidikan Karakter dalam Mencapai Pendidikan Indonesia.......... 10
Bab 3 PENUTUP ..................................................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 13
3.2. Saran........................................................................................................... 13
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 14
4. 1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi
yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik,
kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial sampai kepada
masalah kepercayaan atau keimanan. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai
suatu lembaga pendidikan formal mempunyai suatu muatan beban yang cukup
berat dalam melaksanakan misi pendidikan tersebut. Lebih-lebih kalau dikaitkan
dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang sangat berpengaruh terhadap
anak-anak didik dalam berfikir, bersikap dan berperilaku, khususnya terhadap
mereka yang masih dalam tahap perkembangan dalam transisi yang mencari
identitas diri.
Dalam kaitannya dengan pendidikan karakter, bangsa Indonesia sangat
memerlukan SDM yang besar dan bermutu untuk mendukung terlaksananya
program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan yang
berkualitas, yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam memiliki
sumber daya yang bermutu.
Ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh
pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh
kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Pendidikan yang sangat
dibutuhkan saat ini adalah pendidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan
karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh
dimensi anak (kognitif, fisik, sosial-emosi, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan
dengan model seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai manusia
yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek kognitif,
namun juga dalam karakternya. Anak yang unggul dalam karakter akan mampu
menghadapi segala persoalan.
Pada saat menentukan metode pembelajaran yang utama adalah
menetukan kemampuan apa yang akan diubah dari anak setelah menjalani
pembelajaran tersebut dari sisi karakterya. Apabila kita ingin mewujudkan
karakter tersebut dalam kehidupan sehari-hari, maka sudah menjadikan kewajiban
bagi kita untuk membentuk pendidik sukses dalam pendidikan dan
pengajarannya.
5. 2
1.2 Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Pendidikan Karakter?
2. Apa fungsi dan tujuan Pendidikan Karakter?
3. Apa Ciri-ciri dan Prinsip Pendidikan Karakter?
4. Apa saja komponen yang pendukung dalam Pendidikan Karakter?
5. Bagaimana penerapan Pendidikan karakter ?
6. Bagaimana upaya Pendidikan Karakter dalam mencapai tujuan
Pendidikan di Indonesia?
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian pendidikan karakter.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pendidikan karakter.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri dan prinsip pendidikan karakter.
4. Untuk mengetahui komponen pendukung dalam pendidikan karakter.
5. Untuk mengetahui penerapan pendidikan karakter.
6. Untuk mengetahui upaya pendidikan karakter dalam mencapai tujuan
pendidikan di Indonesia.
6. 3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian pendidikan Karakter
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat tabiat, tempramen dan
watak, sementara itu yang disebut dengan berkarakter ialah berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat dan berwatak sedangkan pendidikan dalam arti
sederhana sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina,
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan
dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan
kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat. Dalam perkembangannya , istilah pendidikan berarti bimbingan
atau pertolongan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Selanjutnya pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang
atau kelompok lain agar menjadi dewasa untuk mencapai tingkat hidup atau
penghidupam lebih tinggi dalam arti mental.
Jadi, Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan
nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen
pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan
untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama manusia, linkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud
insane kamil.
Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar
membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan
juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya
sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan
sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.
2.2 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Dalam TAP MPR No. II/MPR/1993, disebutkan bahwa pendidikan
bertujuan meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
7. 4
berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja profesional, serta sehat jasmani rohani.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan
dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang,
sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa
patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan
Pancasila.Pendidikan Karakter bertujuan sebagai berikut:
1. Membentuk Manusia Indonesia yang Bermoral
Persoalan moral merupakan masalah serius yang menimpa bangsa
Indonesia. Setiap saat, masyarakat dihadapkan pada kenyataan
merebaknya dekadensi moral yang menimpa kaum remaja, pelajar,
masyarakat pada umumnya , bahkan para pejabat pemerintah.
Ciri yang paling kentara tentang terjadinya dekadensi moral di
tengah-tengah masyarakat antara lain merebaknya aksi-aksi kekerasan,
tawuran massa, pembunuhan, pemerkosaan, perilaku yang menjurus pada
pornografi.Problem moral seperti ini jelas meresahkan semua kalangan.
Ironisnya, maraknya aksi-aksi tidak bermoral tersebut justru banyak
dilakukakan oleh kalangan terdidik. Dengan demikian bisa dipahami jika
tuntutan diselenggarakannya pendidikan karakter semakin santer
dibicarakan dengan tujuan agar generasi masa depan menjadi sosok
manusia yang berkarakter, yang mampu berperilaku positif dalam segala
hal.
2.Membentuk Manusia Indonesia yang Cerdas dan Rasional
Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan membentuk manusia
Indonesia yang bermoral, beretika dan berakhlak, melainkan juga
membentuk manusia yang cerdas dan rasional, mengambil keputusan yang
tepat, serta cerdas dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya.
Kecerdasan dalam memanfaakan potensi diri dan bersikap rasional
merupakan ciri orang yang berkepribadian dan berkarakter. Inilah yang
8. 5
dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini, yakni tatanan masyarakat yang
cerdas dan rasional.
Upaya yang perlu dilakukan agar masyarakat mampu memanfaatkan
kecerdasan dan rasionalitas dalam bertindak adalah menanamkan nilai-nilai
kepribadian tersebut pada generasi masa depan sejak dini. Para peserta didik
merupakan harapan kita. Oleh karena itu, mereka harus dibekali pendidikan
karakter sejak sekarang agar generasi masa depan indonesi tidak lagi menjadi
generasi yang irasional dan tak berkarakter.
3.Membentuk Manusia Indonesia yang Inovatif dan Suka Bekerja Keras
Pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai yang
diselenggarakan untuk menanamkan semangat suka bekerja keras, disiplin,
kreatif, dan inovatif pada diri peserta didik, yang diharapkan akan mengakar
menjadi karakter dan kepribadiannya. Oleh karena itu, pendidikan karakter
bertujuan mencetak generasi bangsa agar tumbuh menjadi pribadi yang
inovatif dan mau bekerja keras.
4.Membentuk Manusia Indonesia yang Optimis dan Percaya Diri
Sikap optimis dan percaya diri merupakan sikap yang harus
ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Kurangnya sikap optimis dan
percaya diri menjadi faktor yang menjadikan bangsa Indonesia kehilangan
semangat untuk dapat bersaing menciptakan kemajuan disegala bidang. Pada
masa depan, tentu saja kita akan semakin membutuhkan sosok-sosok yang
selalu optimis dan penuh percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi. Dan
hal itu terwujud apabila tidak ada upaya untuk menanamkan kedua sikap
tersebut kepada generasi penerus sejak dini.
Penyelenggaraan pendidikan karakter merupakan salah satu
langkah yang sangat tepat untuk membentuk kepribadian peserta didik
menjadi pribadi yang optimis dan percaya diri. Sejak sekarang, peserta
didik tidak hanya diarahkan untuk sekedar mengejar nilai namun juga
membekalinya dengan wawasan mengenai cara berperilaku di tengah-
tengah lingkungan, keluarga dan masyarakat.
5.Membentuk Manusia Indonesia yang Berjiwa Patriot
Salah satu prinsip yang dimiliki konsep pendidikan karakter adalah
terbinanya sikap cinta tanah air. Hal yang paling inti dari sikap ini adalah
kerelaan untuk berjuang, berkorban serta kesiapan diri dalam memberikan
bantuan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Harus kita akui bahwa sikap
tolong-menolong dan semangat juang untuk saling meberikan bantuan sudah
semakin luntur dari kehidupan masyarakat. Sikap kepedulian yang semula
9. 6
merupakan hal yang paling kita banggakan sepertinya sudah tergantikan
dengan tumbuh sumburnya sikap-sikap individualis dan egois. Kepekaan
sosial pun sudah berada pada taraf yang meprihatinkan. Maka tidak heran bila
setiap saat kita menyaksikan masalah-masalah sosial yang terjadi di
lingkungan kita , yang salah satu faktor penyebabnya adalah terkikisnya rasa
kepedulian satu sama lain.
Fungsi pendidikan karakter :
Beberapa fungsi penting dari pendidikan karakter adalah untuk
mengembangkan potensi dasar seorang anak agar berhati baik, berperilaku
baik, serta berpikiran yang baik. Dengan fungsi besarnya untuk memperkuat
serta membangun perilaku anak bangsa yang multikultur. Selain itu
pendidikan kharakter juga berfungsi meningkatkan peradaban manusia dan
bangsa yang baik di dalam pergaulan dunia.
Pendidikan karakter dapat dilakukan bukan hanya di bangku sekolah,
melainkan juga dari bergai media yang meliputi keluarga, lingkungan,
pemerintahan, dunia usaha, serta media teknologi.
Maka, disinilah pentingnya pendidikan karakter supaya peserta didik
benar-benar menyadari bahwa ilmu yang diperoleh harus dimanfaatkan untuk
kepentingan banyak orang
Fungsi dan tujuan pendidikan karakter itu sendiri itu dicapai apabila
pendidikan karakter dilakukan secara benar dan menggunakan media yang
tepat.
2.3 Ciri-ciri Dasar dan Prinsip Pendidikan Karakter
Ciri-ciri dasar dalam pendidikan karakter:
1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan herarki
nilai. Maka nilai menjadi pedoman yang bersifat normatif dalam setiap
tindakan.
2. Koherensi yang memberi keberanian membuat seseorang teguh ada
prinsip, dan tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut
resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu
sama lain. Tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas
seseorang.
3. Otonomi. Dimana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai
menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian atas
keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan pihak lain.
10. 7
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang
guna menginginkan apapun yang di pandang baik. Dan kesetiaan
merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Pendidikan di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam pelaksanaannya
memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas
memberikan beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan
karakter yang efektif sebagai berikut:
1. Memperomosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2. Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan dan perilaku.
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan
perilaku yang baik.
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan
menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun
karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
2.4 Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter
Di dalam pendidikan karakter mempunyai 9 komponen pendukung sebagai
berikut :
1. Partisipasi Masyarakat
Dalam hal ini, masyarakat meliputi tenaga pendidik, orangtua, anggota
masyarakat, dan peserta didik itu sendiri, semua komponen itu hendaknya dapat
bekerja sama dan membantu memberikan masukan, terutama mengenai langkah-
langkah penanaman karakter bagi peserta didik.
2. Kebijakan Pendidikan
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan
tingkah laku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan kebijakan-
11. 8
kebijakan. Sebagaimana dalam dunia formal pada umunnya. Sekolah tetap
menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter,
serta menentukkan dan menetapkan tujuan, visi dan misi, maupun beberapa
kebijakan lainnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi kebijakan
pendidikan formal atau kebijakan baru.
3. Kesepakatan
Betapapun pentingnya dan mendesaknya lembaga pendidikan
menerapkan pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di dalamnya,
namun bukan berarti itu ditetapkan secara sepihak. Sekolah harus
mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik terlebih dahulu dengan
melibatkan tenaga guru dan perwakilan masyarakat guna mencari
kesepakatan-kesepakatan di antara mereka. Pertemuan itu bertujuan
memperoleh kesepakatan definisi pendidikan karakter, fungsi dan manfaatnya,
serta cara mewujudkannya.
4. Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan karakter dapat berjalan secara maksimal, sekolah
perlu membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas. Sebab, setiap peserta
didik memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi mengenai
pengembangan karakter.
5. Pengalaman Pembelajaran
Pendidikan karakter sebenarnya lebih menitik beratkan pada pengalaman
dari pada sekedar pemahaman. Oleh karena itu, melibatkan peserta didik dalam
berbagai aktivitas positif dapat membantunya mengenal dan mempelajari
kenyataan yang dihadapi.
Pelayanan yang baik oleh seorang guru berupa kerja sama, pendampingan,
dan pengarahan optimal, yang merupakan komponen yang perlu diberlakukan
secara nyata. Sebab, hal itu akan memberikan kesan positif bagi peserta didik dan
mempengaruhi cara berpikirnya sekaligus karakternya.
6. Evaluasi
Guru perlu melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan
karakter yang sudah diterapkan .evaluasi dilakukan tidak dalam ragka
mendapatkan nilai, melainkan mengetahui sejauh mana peserta didik mengalami
perilaku di bandingkan sebelumnya.
7. Bantuan Orang Tua
Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta
orangtua peserta didik untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter ketika
peserta didik berada di rumah.
12. 9
8. Pengembangan Staf
Perlu disediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di
sekolah sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan
karakter secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan
pemahaman dari proses dan program, serta demi menciptakan pelajaran dan
kurikulum selanjutnya
9. Program
Program kependidikan karakter harus dipertahankan dan diperbaharui
melalui pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang
tinggi dari atas, dana yang memadai, dukungan untuk koordinasi distrik staf
yang berkualitas tinggi, pengembangan profesional berkelanjutan dan
jaringan, serta dukungan system bagi guru yang melaksanakan program
tersebut
2.5 Penerapan dan Pengembangan Pendidikan Karakter
Pijakan utama yang harus dijadikan sebagai landasan dalam
menerapkan pendidikan karakter ialah nilai moral universal yang dapat digali
dari agama. Meskipun demikian, ada beberapa nilai karakter dasar yang
disepakati oleh para pakar untuk diajarkan kepada peserta didik. Yakni rasa
cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa dan ciptaany-Nya, tanggung jawab, jujur,
hormat dan santun, kasih sayang, peduli, mampu bekerjasama, percaya diri,
kreatif,mau bekerja keras, pantang menyerah, adil, serta memiliki sikap
kepemimpinan, baik, rendah hati, toleransi, cinta damai dan cinta persatuan.
Dengan ungkapan lain dalam upaya menerapkan pendidikan karakter guru
harus berusaha menumbuhkan nilai-nilai tersebut melalui spirit keteladanan
yang nyata, bukan sekedar pengajaran dan wacana.
Beberapa pendapat lain menyatakan bahwa nilai-nilai karakter dasar
yang harus diajarkan kepada peserta didik sejak dini adalah sifat dapat
dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab,
ketulusan, berani, tekun, disiplin, visioner, adil dan punya integritas.
Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah
hendaknya berpijak pada nilai-nilai karakter tersebut, yang selanjutnya
dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak atau tinggi (yang bersifat
tidak absolut atau relatif), yang sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan
lingkungan sekolah itu sendiri.
Pembentukan karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan
(knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak
13. 10
terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan
kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuaanya, jika
tidak terlatih(menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut, karakter
juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasan diri.Dengan demikian
diperlukan tiga komponen yang baik yaitu moral knowing (pengetahuan
tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang
moral, dan moral action, atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar
peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem
pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan
mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan.
Dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing yang akan
mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral, pengetahuan tentang nilai-
nilai moral, penentuan sudut pandang, logika moral), keberanian mengambil
sikap (decision making), dan pengenalan diri ( self knowledge). Moral feeling
merupakan penguatan aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia
berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus
dirasakan oleh peserta didik, yaitu kesadaran akan jati diri ( Conscience),
percaya diri (self asteem), kepekaan terhadap derita orang lain (empathy),
kerendahan hati (humility), cinta kebenaran (Loving the good), pengendalian
diri (self control). Moral action merupakan perbuatan atau tindakan moral
yang merupakan hasil (outcome) dari dua komponen karakter lainnya. Untuk
memahami apa yang mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act
Morally) maka harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi
(competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah keterkaitan antara
komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai perilaku, yang dapat
dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai
perilaku dengan sikap atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik
terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta
dunia internasional.
2.6 Upaya Pendidikan Karakter dalam Mencapai Tujuan
Pembelajaran
Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu
yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk
memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang
14. 11
sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Terdapat empat jenis pendidikan karakter yang selama ini
dilaksanakan dalam proses pendidikan:
1. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran
wahyu Tuhan (konservasi moral);
2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya , antara lain yang berupa
budi pekerti, Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh
sejarah dan para pemimpin bangsa (konservasi lingkungan);
3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan);
4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil
proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis).
Pendidikan nilai diharapkan merupakan suatu hal yang dapat
mengimbangi tradisi pembelajaran yang selama ini lebih menitikberatkan
pada penguasaan kompetensi intelektual/kognitif semata. Munculnya
gagasan program pendidikan karakter di Indonesia, bisa dimaklumi.
Sebab, selama ini dirasakan, proses pendidikan belum berhasil
membangun manusia Indonesia yang berkarakter. Bahkan, banyak yang
menyebut pendidikan telah gagal, karena banyak lulusan lembaga
pendidikan (Indonesia) termasuk sarjana yang pandai dan mahir dalam
menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi tidak memiliki mental yang
kuat, bahkan mereka cenderung amoral.
Pendidikan karakter bukanlah suatu proses menghafal materi soal
ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan
pembiasaan untuk berbuat baik, pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria,
malu berbuat curang, malu bersikap malas, malu membiarkan
lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus
15. 12
dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan
yang ideal.
Disinilah bisa kita pahami, mengapa ada kesenjangan antara
praktik pendidikan dengan karakter peserta didik. Bisa dikatakan, dunia
pendidikan di Indonesia kini sedang memasuki masa-masa yang sangat
pelik. Kucuran anggaran pendidikan yang sangat besar disertai berbagai
program terobosan sepertinya belum mampu memecahkan soal mendasar
dalam dunia pendidikan, yakni bagaimana mencetak alumni pendidikan
yang unggul,yang beriman, bertakwa, profesional, sebagaiman disebutkan
dalam tujuan pendidikan nasional.
Maka tidaklah heran, jika banyak ilmuwan yang percaya, bahwa
karakter suatu bangsa akan sangat terkait dengan prestasi yang diraih oleh
bangsa itu dalam berbagai kehidupan. Pendidikan karakter pada intinya
bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia,
bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotic, berkembang
dinamis, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan pancasila.
16. 13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar
membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan
juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya
sendiri.
3.1.2 Fungsi dan tujuan pendidikan karakter itu dicapai apabila
pendidikan karakter dilakukan secara benar dan menggunakan media yang
tepat.
3.1.3 Pendidikan di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam
pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter.
3.1.4 Setiap peserta didik memiliki latar belakang yang berbeda, yang
ikut menentukan kepribadian dan karakternya. Oleh karena itu, guru, orang
tua maupun masyarakat seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
3.1.5 Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah
keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-nilai
perilaku, yang dapat dilakukan secara bertahap dan saling berhubungan.
3.1.6 Pendidikan nilai diharapkan merupakan suatu hal yang dapat
mengimbangi tradisi pembelajaran yang selama ini lebih menitikberatkan
pada penguasaan kompetensi intelektual/kognitif semata.
3.2 Saran
Keterpaduan Pendidikan Karakter adalah kegiatan pendidikan.
Pendidikan Karakter diharapkan menjadi kegiatan-kegiatan diskusi, simulasi,
dan penampilan berbagai kegiatan sekolah untuk itu guru diharapkan lebih
aktif dalam pembelajarannya lingkungan sekolah yang positif membantu
membangun karakter. Untuk itu benahi lingkungan sekolah agar menjadi
lingkungan yang positif. Guru harus disiplin lebih dulu siswa pasti akan
mengikuti disiplin.
17. 14
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Heri.(2012). Pendidikan Karakter ( Konsep dan Implementasi ).
Bandung: Alfabeta.
Munir, Abdullah. (2010). Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Pedagogia.
Mulyana.(2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
N. Sudirman. (1992). Ilmu pendidikan, Bandung : Remaja Rosdakarya.