Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Laporan ini menguji daya perkecambahan dan indeks vigor benih padi dan jagung menggunakan metode kertas gulung dan petridish.
2. Hasilnya menunjukkan daya perkecambahan benih jagung 90% dan indeks vigor serta koefisien vigor benih padi masing-masing 5,45 dan 72,36.
3. Vigor benih dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan seperti pemupukan yang memp
1. LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI DAN PRODUKSI BENIH
ACARA V
PENGUJIAN DAYA PERKECAMBAHAN DAN INDEKS VIGOR
PERKECAMBAHAN
Oleh :
Alfian Nopara Saifudin
NIM A1D015033
Rombongan 2
Pj asisten : Farichatul Mufaroh
KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2017
2. 132
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih pada spesies tanaman mempunyai daya tumbuh yang berbeda-beda
ada yang memiliki daya tumbuh besar dan ada pula yang kecil. Secara ideal,
semua benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi sehingga saat ditanam
pada kondisi lingkungan yang berbeda-beda akan tetap tumbuh serta berproduksi
tinggi dengan kualitas yang baik. Kelangsungan daya hidup benih ditunjukan oleh
persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan
perkecambahan dan vigor akhir yang menyelesaikan perkecambahannya. Proses
perkecambahan suatu benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas
benih yang tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya
pemecahan dorminasinya. Tingkat vigor merupakan komponen penting dalam
menguji kualitas suatu benih. Vigor benih harus sesuai dengan kemauan dan
lingkungan sehingga dapat diatur saat berkecambah dan membantu proses
produksi dengan harapan mendapat hasil yang maksimal.
Tujuan pengujian daya tumbuh benih adalah untuk mendapatkan keterangan
dari benih yang diuji agar mudah untuk ditanaman di lapangan. Dari benih yang
baik akan muncul kecambah yang normal, sebaliknya benih yang rusak, rendah
kualitasnya menghasilkan kecambah atau bibit abnormal. Kecambah atau bibit
abnormal adalah bibit yang tidak memenuhi syarat sebagai bibit normal.
Abnormalitas dapat terjadi pada plumula terbelah, kerdil, akar tumbuh lemah atau
tidak tumbuh sama sekali, koleoptil kosong atau tidak keluar seluruhnya. Dapat
3. 133
juga plumula dan akar tumbuh melingkar-lingkar (spiral). Pada Legume
abnormalitas berupa tidak ada epikotil, hipokotil pendek, menjadi tebal atau
belah, akar terlambat perkembangannya. Dapat juga kotiledon dan epikotil busuk
atau rusak.
Benih dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul
plumula dan radikula dari embrio. Sebagian umum embryo axis yang pertama kali
menonjol keluar dari biji adalah radikula, kemudian diikuti oleh plumule.
Radikula akan tumbuh memanjang dan kemudian dari radikula ini akan keluar
bulu – bulu akar. Plumula akan tumbuh dan membesar menuju arah atangnya
sinar matahari. Plumula dan radikula yang tumbuh akan dapat menghasilkan
kecambah yang normal, jika faktor lingkungan mendukung.
B. Tujuan
Menguji daya berkecambah berbagai benih tanaman, mengidentifikasi
kecambah/ bibit normal dan abnormal, dan membiasakan dengan konsep indeks
matematis vigor benih.
4. 134
II. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa
penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh,
tergantung pada viabilitas benih, kondisi lingkungan yang cocok dan pada
beberapa tanaman tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Viabilitas benih
menunjuk pada persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan,
kecepatan perkecambahan dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru
berkecambah (Hardjadi, 1979).
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh
normal pada keadaan lingkungan yang suboptimal. Vigor dapat dibedakan atas
vigor benih, vigor kecambah, vigor bibit dan vigor tanaman (Sutopo, 2002). Vigor
benih adalah komponen kualitas penting yang berguna untuk menduga lama benih
dalam penyimpanan (Pandey et al., 2013). Vigor atau kekuatan tumbuh benih
memberikan informasi akan kemungkinan kemampuan benih untuk tumbuh
menjadi tanaman normal dan berproduksi wajar meskipun keadaan biofisik
lapangan produksi suboptimum. Vigor kekuatan tumbuh (VKT), meliputi tinggi
bibit (cm), jumlah daun (helai), panjang akar, bobot kering akar (g), bobot kering
tajuk (g), penimbangan bobot kering tajuk, bobot kering bibit (g), bobot kering
bibit dan bibit yang hidup dari kecambah normal yang dipindahkan(%).
Kecambah digunakan adalah kecambah normal yang menampakkan pertumbuhan
morfologi kecambah yang baik. kecambah normal adalah munculnya plumula dan
radikula yang diikuti tumbunya akar-akar lateral secara sempurna). Vigor
5. 135
kekuatan tumbuh (VKT) benih/bibit yang mampu tumbuh di lapang menghasilkan
bibit/tanaman normal yang berproduksi normal pada kodisi sub-optimum atau
menghasilkan produk di atas normal pada kondisi optimum. Indeks vigor hiptetik
(IVH) bibit merupakan hasil perhitungan perbandingan semua komponen tumbuh
bibit yang dibandingkan dengan umur bibit. Dengan demikian bibit yang
mempunyai indeks vigor hipotetik lebih besar berarti pertumbuhan bibit tersebut
lebih cepat, karena pertambahan bobot kering bibit lebih besar (Saleh dan Somba,
2010).
Pada hakikatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya
dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi.
Pada umumnya uji vigor benih hanya sampai pada tahapan bibit. Karena terlalu
sulit dan mahal untuk mengamati seluruh lingkaran hidup tanaman. Oleh karena
itu digunakanlah kaidah korelasi misal dengan mengukur kecepatan berkecambah
sebagai parameter vigor, karena diketahui ada korelasi antara kecepatan
berkecambah dengan tinggi rendahnya produksi tanaman (Koes dan Arief, 2011).
Benih yang berkualitas tinggi akan menghasilkan semai yang sehat dan
memiliki kondisi pertumbuhan yang baik dan sesuai dengan materi genetik benih.
Masalah yang dihadapi dalam penyimpanan benih makin kompleks sejalan
dengan meningkatnya kadar air benih. Penyimpanan benih yang berkadar air
tinggi dapat menimbulkan resiko terserang cendawan. Benih bersifat higroskopis,
sehingga selama penyimpanannya akan mengalami kemunduran tergantung dari
tingginya faktor-faktor kelembaban relatif udara dan suhu lingkungan tempat
benih disimpan (Suryanto, 2013).
6. 136
Mutu benih dapat mengalami kemunduran seiring dengan berjalannya
waktu dan tidak dapat dikembalikan (Jyoti and Malik, 2013). Faktor-faktor yang
mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal mencakup sifat genetik, daya tumbuh dan
vigor, kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan
benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Azadi and Younesi,
2013).
7. 137
III. METODE PRAKTIKUM
A. Bahan dan Alat
Kertas label, kertas merang, benih padi dan jagung, plastik bening,
petridish, sprayer, ember.
B. Prosedur Kerja
1. Pengujian Daya Perkecambahan Dengan Kertas Gulung
Metode Uji Kertas Digulung dalam plastik (UKDdp) sebagai berikut :
a. Kertas direndam air sampai seluruh bagiannya basah, kemudian di pres
dengan alat pengepres kertas hingga air tidak mengalir lagi.
b. Hamparkan 1 (satu) lembar plastik lalu letakkan tiga lembar kertas merang
di Atasnya.
c. Selanjutnya benih sebanyak 20 butir diletakan secara zig zag di atas kertas
merang, kemudian ditutup dengan 2 - 3 lembar kertas merang, lipat bagian
bawah kertas dan digulung. Kemudian ditulis tanggal tanam, tanggal
panen benih, pada label yang ditempelkan di gulungan kertas.
d. Gulungan kertas yang telah diberi ikatan/isolasi agar tidak lepas disusun
dalam germinator dengan posisi lipatan di bawah.
e. Pengamatan dilakukan 2 (dua) kali yaitu perhitungan pertama 5 hari
setelah tanam dan perhitungan ke dua 10 hari setelah tanam.
f. Pengamatan dengan menghitung benih normal, abnormal, biji keras, biji
segar dan biji mati, kemudian membuat persentasenya.
8. 138
2. Pengujian Indeks Vigor Perkecambahan
a. Kecambahkan benih-benih tersebut di atas sebanyak 20 butir, diulangi 2
kali di dalam cawan petri dengan media kertas filter.
b. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari, hitung benih yang
berkecambah (diambil). Sebagai kriteria berkecambah adalah setelah
keluar akar sepanjang 5 mm.
c. Dihitung indeks vigor dan coefficient vigor dengan rumus-rumus di atas.
9. 139
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel.5.1 Pengujian Daya Perkecambahan Dengan Kertas Gulung
Benih Perkecambahan Normal Perkecambahan
Abnormal
Tidak
Berkecambah
Jagung 18 1 1
Perhitungan = jumlah benih berkecambah normal / jumlah semua benih yang
ditanam
Kesimpulan : Daya perkecambahan benih jagung pada media kertas merang
sebesar 90%
Tabel 5.2 Pengujian Indeks Vigor Perkecambahan
Benih
Pengamatan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Padi 0 0 7 11 1 1 0 0 0 0
Indeks Vigor (IV) =
𝐺1
𝐷1
+
𝐺2
𝐷2
+
𝐺3
𝐷3
+
𝐺4
𝐷4
+
𝐺5
𝐷5
+
𝐺6
𝐷6
+
𝐺7
𝐷7
+
𝐺8
𝐷8
+
𝐺9
𝐷9
+
𝐺10
𝐷10
=
0
1
+
0
2
+
7
3
+
11
4
+
1
5
+
1
6
+
0
7
+
0
8
+
0
9
+
0
10
=
140+165+12+10
60
= 5,45
Coefficient Vigor (CV) =
100 (1+2+3+4+5+6+7+8+9+10)
(0.1)+(0.2)+((7.3)+(11.4)+(1.5)+(1.6)+(0.7)+(0.8)+..(0.10)
=
5500
76
= 72,36
Kesimpulan = Indeks vigor perkecambahan benih padi pada media kertas merang
di dalam cawan sebesar 5,45 dan koefisien vigornya 72,36.
10. 140
B. Pembahasan
Menurut Ichsan (2006), vigor dicerminkan oleh vigor kekuatan tumbuh dan
daya simpan benih. Kedua nilai fisiologis ini memungkinkan benih tersebut untuk
tumbuh menjadi normal meskipun keadaan biofisik dilapangan produksi sub
optimum. Tingkat vigor tinggi dapat dilihat dari penampilan kecambah yang tahan
terhadap berbagai faktor pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangannya.
Vigor benih merupakan keadaan fisiologi yang ditentukan oleh faktor
genetik dan faktor lingkungan. Pemupukan merupakan salah satu faktor
lingkungan yang mempengaruhi tanaman induk di lapang. Benih yang vigor akan
tanggap terhadap pemupukan. Tanaman hasil pemupukan yang tepat akan
mempunyai penampilan sempurna dan pada akhirnya akan menghasilkan benih
yang vigor. Peningkatan vigor benih dengan pemupukan berkorelasi dengan
peningkatan susunan kimia benih. Unsur pupuk yang memegang peranan penting
diantaranya unsur fosfat (P). Fosfat memelihara energi yang sangat diperlukan
selama proses perkecambahan (Madauna, 2007).
Viabilitas adalah kemampuan benih atau daya hidup benih untuk tumbuh
secara normal pada kondisi optimum. Berdasarkan pada kondisi lingkungan
pengujian viabilitas benih dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam
kondisi lingkungan sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi
lingkungan tidak sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi
lingkungan tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan
dengan kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong
11. 141
untukmenduga parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi
lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka tergolong
dalam pengujian untuk menduga parameter viabilitas tumbuh benih. Pengujian
untuk menunjukkan kualitas benih tidak hanya ditentukan dari kualitas fisik,
fisiologis, dan genetik, tetapi juga ditentukan oleh tingkat kesehatan. Secara visual
kondisi benih sehat sulit dibedakan dengan benih yang terinfeksi patogen,
sebagian besar tidak menunjukkan gejala apa pun, secara morfologis, benih
tampak sehat (Bramasto, 2011).
Menurut Copeland dan McDonald (2001), viabilitas benih menunjukan daya
hidup benih, aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang dapat mengkatalis
reaksi metabolik yang diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan
kecabah. Viabilitas absolt merupakan indikasi viabilitas benih yang menunjukan
benih kuat tumbuh dilapang dalam kondisi yang suboptimum, dan tahan untuk
disimpan dalam kondisi yang tidak ideal. Dengan demikian, vigor benih dipilah
atas dua kualifikasi, yaitu Vigor Kekuatan Tumbuh (VKT) dan Vigor Daya
Simpan (VSD), (Sadjad, 1993). Viabilitas beih adalah daya hidup benih yang
dapat ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan atu gejala pertumbuhan, selain
itu daya kecambah juga merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih
(Kamil, 1979).
Benih dapat berkecambah dengan tingkat vigor dan viabilitas bila tersedia
faktor-faktor pendukung selama terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan
benih dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar, yaitu :
12. 142
A. Faktor Dalam
Faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan benih antara lain :
a. Tingkat kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak
mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum memiliki cadangan makanan
yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna (Sutopo, 2002). Pada
umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat sekitar 20 persen, maka
benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos atau masak fungsional dan
pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum, daya tumbuh maksimum
(vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau dengan kata lain benih
mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).
b. Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan
makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai
sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Berat benih berpengaruh
terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan
besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen
(Sutopo, 2002).
c. Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi tidak
berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap
telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau juga dapat
13. 143
dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana benih-benih
sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi yang
secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu
dan cahaya yang sesuai (Schmidt, 2002).
d. Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1997), penghambat perkecambahan benih dapat berupa
kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya
larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat
lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
B. Faktor Luar
Faktor luar utama yang mempengaruhi perkecambahan diantaranya :
a. Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama
kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya,
sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo,
2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk
ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih
mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi
media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri
(Sutopo, 2002).
14. 144
b. Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya
perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai
yaitu pada kisaran suhu antara 26,5-35 °C (Sutopo, 2002). Suhu juga
mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan
oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh
giberelin.
c. Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai
dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi
panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses
perkecambahan benih. Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan
dipengaruhi oleh suhu, mikroorgan (Sutopo, 2002).
d. Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya berfariasi tergantung
pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap
perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya
penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Sutopo (2002) pengaruh cahaya terhadap
perkecambahan benih dapat dibagi atas 4 golongan yaitu golongan yang
memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan cahaya untuk
mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada
15. 145
tempat gelap maupun ada cahaya.isme yang terdapat dalam benih (Kuswanto,
1997).
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang
baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme
penyebab penyakit terutama cendawan. Pengujian viabilitas benih dapat
digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan tanah (Sutopo, 2002).
Menurut Farin (2004), kecambah normal yaitu kecambah yang
menunjukkan potensi untuk berkembang lebih lanjut menjadi tanaman normal.
Ciri-cirinya adalah sebagai berikut: kecambah memiliki perkembangan sistem
perakaran yang baik, terutama akar primer dan akar seminal paling sedikit dua,
perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada
jaringan, pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh
baik. Epikotil tumbuh sempurna dengan kuncup normal dan memiliki satu
kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil.
Benih kecambah normal merupakan kecambah yang menunjukan potensi
untuk berkembang lebih lanjut hingga menjadi tanmaan normal. Sedangkan
kecambah tidak normal atau abnormal tidak menunjukan adanya potensi nk
berkembang lebih lanjut. Daya kecambah benih memberikan informasi kepada
pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang
berproduksi wajar dalam lingkungan yang optimum. Kriteria kecambah normal
diantaranya adalah:
16. 146
1. Benih berkecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik,
terutama akar prier dan akar seminal paling sedikit dua
2. Perkembangan hipokotil baik dan sempurna tanpa ada kerusakan pada
jaringan.
3. Pertumbhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik.epikotil
tumbuh sepurna dengan kuncup normal.
4. Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagi dikotil
(Yuniarti et al., 2013)
Kecambah abnormal yaitu kecambah yang tidak menunjukkan adanya
potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal jika ditambahkan pada tanah
berkualitas baik dan di bawah kondisi yang sesuai bagi pertumbuhannya. Ciri-
cirinya adalah sebagai berikut : kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah,
dan akar primer pendek, bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian
penting lemah dan kurang seimbang. Plumula terputar, hipokotil, epikotil,
kotiledon membengkok, akar pendek, kecambah kerdil, kecambah tidak
membentuk klorofil dan kecambah lunak. Benih mati adalah benih–benih yang
busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah jangka waktu pengujian
yang ditentukan, tetapi bukan dalam keadan dorman. (Hasanah, 2002)
Menurut Kartasapoetra (2003) terdapat 2 macam metode pengujian daya
berkecambah dan kekuatan tumbuh, yaitu:
1. Pengujian secara langsung
Cara pengujian langsung baik dilakukan untuk benih yang cepat
berkecambah. Pada benih yang sulit berkecambah benih harus melalui
17. 147
perlakuan lebih dulu dan membutuhkan waktu pengujian yang lebih lama.
Pada pengujian secara langsung terdapat beberapa metode yang dapat
digunakan yaitu diantaranya:
a. UKDp (Uji Kertas Digulung dalam plastik)
Pada metode ini benih diuji dengan cara menanam benih diantara lembar
substrat lalu digulung
b. UAK (Uji Antar Kertas)
Metode UAK digunakan untuk benih yang tidak peka terhadap cahaya.
Pada metode ini benih ditanam di antara substrat, kemusian substrat
dilipat
c. UDK (Uji Diatas Kertas) dan UDKm (Uji Diatas Kertas diMiringkan)
Dengan metode UDK dan UDKm dimaksudkan menguji benih di atas
lembar substrat. Metode ini sangat beik digunakan untuk benih yang
membutuhkan cahaya bagi perkecambahnnya.
d. UKDdp (Uji Kertas Digulung didirikan dalam plastik)
Metode ini menggunakan lapisan plastik diluarnya ang berfungsi
mencegah tembusnya substrat kertas oleh akar.
2. Pengujian secara tidak langsung
Cara pengujian tidak langsung dilakukan dengan melakukan pewarnaan benih
menggunakan bahan kimia garam tetrazolium yang memberikan warna merah
pada sel.
Menurut Roberts (2012), metode uji viabilitas pada benih dapat dilakukan
secara langsung dan tidak langsung. Metode uji secara langsung dapat mengetahui
18. 148
dan menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan
metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih yang
ditunjukkan melalui gejala metabolisme. Umumnya media yang banyak
digunakan dan direkombinasikan dalam pengujian daya kecambah yakni kertas,
pasir, tanah, dan lainnya. Penggunaan kertas substrat merupakan bahan yang
praktis tidak banyak memerlukan tempat, mudah menilai struktur penting pada
kecambah dan mudah distandarisasi. Contoh jenis substrat kertas yang dapat
digunakan adalah kertas merang, kertas saring, kertas buram. Tingkat vigor tinggi
dapat dilihat dari penampilan kecambah yang tahan terhadap berbagai faktor
pembatas yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Sadjad
(1993) menyatakan bahwa ketahanan terhadap faktor pembatas juga dipengaruhi
oleh mutu genetis yang dicerminkan oleh varietas. Varietas yang lebih dapat
beradaptasi dengan kondisi daerah tropis dengan panjang hari yang netral disebut
varietas dari ecotype indica. Bimas Deptan (1997) mengemukakan bahwa
perbedaan ecotype dipengaruhi oleh keadaan letak geografis sehingga
mempengaruhi fotoperiodebitas tanaman berupa daya merumpun, panjang malai
dan tinggi rendahnya hasil serta pengaruh agronomis lainnya.
Indeks vigor yang mengekspresikan jumlah benih yang berkecambah pada
interval satu hari setelah dikecambahkan. Vigor benih dicerminkan oleh dua
informasi tentang viabilitas, masing-masing kekuata tumbh dan daya simpan
benih. Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan
kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal melalpaui suatu periode
simpan yang lama, indeks vigor benih digunkaan untuk menduga kecepatan dan
19. 149
kemampuan tumbuh benih, sedangkan indeks vigor hipotetik digunakan untuk
mengetahui kekuatan dan kemampuan tumbuh benih secara normal dilapangan.
Indeks vigor dapat digunakan untuk menduga keserempakkan dan kecepatan
benih tumbuh pada interval hari setelah dikecambahkan, namun tidak dapat
menduga kualitas dan ketegaran bibit yang dihasilkan. Oleh karena itu pengujian
indeks vigor harus beserta dengan indeks vigor hipotetik yang berguna untuk
mengetahui kekuatan dan kemampuan tumbuh benih secara normal dilapangan.
Daya kecambah (viabilitas) dan vigor benih dapat menjadi informasi penting
untuk mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan
suboptimal.
Kertas merang digunakan dalam metode UDK karena kertas merang
memiliki daya mempertahankan air yang tinggi, walaupun tujuh hari tidak diberi
air (Suwarno dan Hapsari, 2008).
Pengujian viabilitas benih dengan metode UKD yang dilakukan oleh
Santana (2005) menunjukkan bahwa kertas merang dapat digunakan sebagai
alternatif substrat perkecambahan benih berukuran besar seperti pada tanaman
pangan yaitu jagung, padi sedangkan pada Uji Diatas Kertas (UDK) untuk benih
berukuran kecil sepeti tanaman sayuran yaitu bayam dan wijen.
Substrat kertas dapat digunakan untuk berbagai metode uji viabilitas benih,
yaitu:
1. Uji Diatas Kertas (UDK), digunakan untuk uji benih-benih ukuran kecil yang
membutuhkan cahaya dala perkecambahannya
20. 150
2. Uji Antar Kertas (UAK), digunakan untuk benih-benih yang tidak peka
cahaya dalam perkecambahnnya
3. Uji Kertas Digulung (UKD)
4. Digunakan untuk benih-benih berukuran besar yang tidak peka cahaya dalam
perkecambahnnya. Jika dalam pemakaiannya digunakan plastik sebagai alas
kertas maka disebut Uji Kertas digulung dengan plastik (UKDdp), (Sadjad,
1993).
Uji perkecambahan padi menggunakan Uji Diatas Kertas (UDK) dan Uji
Kertas Digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) digunakn untuk melakukan
pengujian perkecambahan jagung karena sesuai dengan pendapat Sadjad (1993),
bahwa Uji Diatas Kertas (UDK) digunakan untuk benih-benih berukuran kecil
yang membutuhkan cahaya dalam perkecambahannya, baik benih pangan seperti
padi, benih sayuran (bayam dan wijen). Sementara Uji Kertas Digulung didirikan
dalam plastik (UKDdp) untuk benih besar (tanaman pangan) seperti jagung.
Tahapan kerja UKD (kertas gulung) dan UDK (diatas kertas) berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Uji Diatas Kertas
a. Benih padi dikecambahkan sebanyak 20 benih, dalam cawan petri yang
sudah dialasi kertas merang basah
b. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari setiap hari, diamati
jumlah benih yang berkecambah
2. Uji Kertas Digulung
21. 151
a. Kertas merang ukuran besar dan sedang direndam air hingga basah
seluruhnya, kemudian kertas merang ukuran besar dilipat menjadi dua
bagian dan dihamparkan diatas plastik bening
b. Benih jagung sebanayk 20 butir di sebar pada permukaan hamparaan
kertas merang secara zig-zag, kemudian ditutup dengan kertas merang
ukuran sedang dan dilipat pada bagian tepinya
c. Kertas kemudian digulung, bersama plastik benig yang berada dibagian
luar gulungan dan dipasangi karet ntuk menjada kertas tetap menggulung
d. Dilakukan pengamatan selama 10 hari setiap 2 hari
Menurut Sunantara (2005), tahapan kerja metode UDK (Uji Diatas Kertas)
dan UKD (Uji Kertas Digulung) adalah sebagai berikut:
1. UDK (Uji Diatas Kertas)
a. Siapkan 3-4 kertas merang lembab didalam petridish
b. Tanamkan 25 butir benih mentimun (kelompok 1-3), benih sawi
(kelompok 4-6), dan benih terong (7-10) diatas substrat pada petridish
yang berbeda dengan cara menysunnya secara teratur dalam posisi lingkar
c. Tutup petridish dan benih dibiarkan terbuka (terlihat)
d. Tempatkan materi yang sedang diuji didalam alat pengecambah
(germinator)
e. Amati bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal pada umur 4 dan 8
HST (hari setelah tanam) untuk mentimun, pada umur 5 dan 7 HST untuk
sawi dan pada umur 7 dan 14 HST untuk terong
22. 152
f. Buang kecambah normal yang dijumpai pada hiungan pertama demikian
juga kecambah yang mati atau busuk
g. Hitung presentase potensi berkecambah dan daya berkcambah benih pada
pengamatan terakhir
2. UKD (Uji Kertas Digulung)
a. Siapkan 3 – 4 kertas merang lembab berukuran 20 cm x 30 cm dan
letakkan terhampar di atas meja praktikum
b. Lipat substrat tersebut ke arah panjang kertas sehingga menjadi setengah
bagiannya
c. Tanam 25 butir benih kangkung di atas substrat itu dengan cara
menyusunnya secara teratur dalam 5 baris di atas setengah bagian kertas,
lalu benih kacang merah pada lipatan kertas yang dilipat membentuk
lipatan kipas
d. Lipatkan setengah bagian kertas yang tidak ditanami sehingga menutup
benih
e. Tempatkan materi yang sedang diuji di dalam alat pengecambah
f. Amati bentuk-bentuk kecambah normal dan abnormal pada umur 4 dan
10 HST untuk kangkung dan pada umur 5 dan 8 HST untuk kacang
merah
g. Buang kecambah normal yang dijumpai pada hitungan pertama,
demikian juga kecambah yang mati atau busuk 8. Hitung persentase
potensi Berdasarkan hasil praktikum, sebelumnya telah dilakukan
langkah kerja pada Uji Kertas Digulung dalam plastik (UKDdp)
23. 153
menggunakan kertas merang sebagai media tumbuh. Media kertas
merang dicelupkan ke dalam air lalu diletakan benih di atasnya. Kertas
yang telah berisi benih lalu digulung dan diletakan di dalam germinator
yang dibuat sedemikian rupa sehingga intensitas cahaya yang masuk dan
kelembaban udara di sekitarnya dapat diatur. Dari hasil pengamatan
benih padi yang berkecambah sedikit yaitu sebanyak 15 % saja.
24. 154
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil percobaan adalah metode perkecamabahan UKDdp
(Uji kertas digulung didirikan dalam plastik) menunjukkan persentase hasil 15 %.
Kemudian uji indeks vigor diatas kertas merang diperoleh indeks vigor 1,102 dan
koefisien vigornya 17,65
B. Saran
Sebaiknya penyiraman dilakukan lebih teratur agar benih dapat berkecambah
dengan normal dan variabel pengamatan dapat diamati dengan maksimal.
25. 155
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1992. Budidaya tanaman padi. Kanisius. Jakarta
Ashari. 2006. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan
Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta
Bimas Deptan. 1997. Pedoman bercocok tanam; padi, palawija, dan sayur-
sayuran. Badan Pengendali Bimas Departeman Pertanian. Jakarta
Bramasto, Y. et.al. 2011. Viabilitas Beni dan Pertumbuhan Semai Merbau (Intsia
bijuga O. Kuntze). Yang Terinfeksi Cendawan Fusarium sp. Dan
Penicillium sp. Jurnal Tekno Hutan Tanaman. Vol. 4 No. 3 : 100
Darjadi, L. dan Hardjono, 1972. Sendi-Sendi Silvikultur. Dirjen Kekutanan.
Jakarta
Dwidjoseputro. 1983. Biologi Sains dalam Kehidupan. Yudhistira. Yogyakarta
Harrington. 1972. Substrat Kertas Alternatif Pada Uji Viabilitas Benih. Balai
Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan. Surabaya
Ichsan, N. I. 2006. Uji Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Varietas Padi (Oryza
sativa L.) yang Diproduksi pada Temperatur yang Berbeda Selama
Kemasakan. Jurnal Floratek. Vol 2. No 3 : 27-42
Justice, O. L dan Lois, N. B. 1990. Praktek dan Penyimpanan Benih. Rajawali
Pers. Jakarta
Kamil, J. 1979. Teknologi Benih. Angkasa Raya. Bandung
Kartasapoetra. 2003. Ilmu dan Teknologi Benih. Rineka Cipta. Jakarta
Kuswanto, H. 1997. Analisis Benih. ANDI. Yogyakarta
Lesilolo, M. K. 2013. Pengujian Viabilitas dan Vigor Benih Beberapa Jenis
Tanaman yang Beredar di Pasaran Kota Ambon. Jurnal Agrologia. Vol. 2
No. 1 :1-9
Madauna, S.I. 2007. Vigor Benih Kacang Hijau pada Budidaya Tanpa Olah Tanah
dengan Aplikasi Pupuk Fosfat Dosis Rendah yang Ditanam Setelah Padi
Sawah. Jurnal Agroland. Vol. 14 No. 3 : 181-185
Mugnisjah, W. Q dan Setiawan, A. 1995. Pengantar produksi benih. Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Sadjad, S. 1972. Kekuatan tumbuh benih. Penataran penyuluhan pertanian
spesialis. Bagian Penataran BIMAS. Departemen Agronomi IPB. Bogor.
_________. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia. Jakarta
26. 156
Schmidt, L. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan
Subtropis. Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Departemen Kehutanan, Jakarta
Shanker. 2006. Hubungan Antara Kandungan Lignin Kulit Benih dengan
Permeabilitas dan Daya Hantar Listrik Rendemen Benih Kedelai. Jurnal
Alta Agrosia. Vol. 6 No. 2 : 25-27
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Suwandi, N. et.al. 1995. Aspek Agronomi Tanaman Pangan. Penebar Swadaya.
Jakarta
Utomo. 1990. Pengaruh Perbedaan Tingkat Kemasakan, Periode After-ripening,
Pematahan Dormansi dan Media Perkecambahan terhadap Dormansi Benih.
Skripsi. Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Wahyuni, S. 2011. Peningkatan Daya Berkecambah dan Vigor Benih Padi Hibrida
Melalui Invigorisasi. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. Vol 20
No. 2 : 83-84