1. Dokumen tersebut membahas tentang taksonomi ikan, jenis-jenis sisik pada ikan, dan proses identifikasi dan klasifikasi ikan.
2. Terdapat empat jenis sisik pada ikan yaitu placoid, cosmoid, ganoid, dan cycloid serta ctenoid.
3. Proses identifikasi dan klasifikasi ikan meliputi penentuan ciri-ciri fisik dan rumus sirip untuk mengelompokkannya dalam taksonomi.
1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia. Negara ini juga memiliki
posisi geografis yang unik sekaligus menjadikannya strategis. Hal ini dapat dilihat dari letak
Indonesia yang berada di antara dua samudera dan dua benua. Sekaligus posisi ini menyebabkan
Indonesia kaya akan keragaman budaya dan suku bangsa. Selain itu, letak di antara dua benua
dan dua samudera mempengaruhi kondisi cuaca dan iklim.
Ikan mempunyai organ – organ tubuh tertentu yang berfungsi sebagai pelindung bagian
anatomi maupun morfologinya yang salah satunya adalah sisik, jadi pengertian sisik adalah
sistem penutup tubuh pada ikan yang berupa tulang lunak yang tipis yang tersusun dari unsur
mineral kapur.
Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannya, vaitu:
1. Sisik Placoid, yaitui sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan disebut
dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya
memiliki lapisan lapisan yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine
yang berisi pembuluh dentinal. Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan
(Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau
bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis
kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik
tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang mempunyai titik perkembangan
menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar,
tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan
saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut
dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid
menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis
yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak
epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik( Subani,
Waluyo. 1978.)
B. TUJUAN
Untuk mengetahui materi sisik dan sirip pada ikan
2. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Taksonomi
Taksonomi merupakan cara untuk mengelompokan spesies tertentu berdasarkan cirri-cirinya.
Taksonomi didefinisikan sebagai teori dan praktik untuk mengklasifikasikan makhluk
hidup.Dalam biologi, taksonomi disebut juga klasifikasi atau sistematika. Sistem yang dipakai
adalah penamaan dengan dua sebutan, yang dikenal sebagai tatanama binomial atau binomial
nomenclatur, yang diusulkan oleh Carl von Linne (Latin: Carolus Linnaeus), seorang naturalis
berkebangsaan Swedia(Fujaya, Y. 2004)
Ia memperkenalkan enam hierarki (pemeringkatan) untuk mengelompokkan semua organisme
hidup. Keenam hierarki (yang disebut takson) itu berturut-turut (dari tertinggi hingga terendah,
istilah dalam kurung adalah usulan untuk penggunaan dalam bahasa Indonesia):
• Filum,
• Kelas,
• Ordo (Bangsa),
• Familia (Suku),
• Genus (Marga), dan
• Spesies (Jenis).
Bagi tumbuh-tumbuhan, istilah Divisio sering dipakai untuk menggantikan Filum. Dalam
tatanama binomial, penamaan suatu jenis cukup hanya menyebutkan nama marga (selalu diawali
dengan huruf besar) dan nama jenis (selalu diawali dengan huruf kecil) yang dicetak miring
(dicetak tegak jika naskah utama dicetak miring) atau ditulis dengan garis bawah. Aturan ini
seharusnya tidak akan membingungkan karena nama marga tidak boleh sama untuk tingkatan
takson lain yang lebih tinggi.Perkembangan pengetahuan lebih lanjut memaksa dibuatnya takson
baru di antara keenam takson yang sudah ada (memakai awalan super- dan sub-) dan juga takson
di bawah tingkat jenis (infraspesies) (Varietas dan Forma). Dibuat pula satu takson di atas
Phylum (disebut Regnum (secara harafiah berarti 'Kerajaan') untuk membedakan Prokariota
(regnum Archaea dan Bacteria) dan Eukariota (regnum Mycota, Plantae atau Tumbuhan, dan
Animalia Hewan)( Kriswantoro, M. dan Y A Sunyoto. 1986)
Didalam suatu taksonomi pada ikan terdapat beberapa alur-alur yang harus dilakukan yaitu.
2.3.1. Identifikasi
Identifikasi merupakan salah satu tugas pokok dari ahli taksonomi, dimana ini merupakan
tingkatan analitis. Tugas pokok dari ahli sistematika adalah mengelompokkan jasad yang begitu
beranekaragam yang ada di alam, ke dalam berbagai kelompok yang mudah dikenali untuk
menentukan ciri-ciri penting dari kelompok ini. Selain itu, senantiasa mencari perbedaan-
perbedaan yang tetap antara kelompok tersebut. Di samping itu, dia harus memberi nama ilmiah
3. kepada kelompok tersebut, untuk memungkinkan pemberian pengakuan kepadanya.
(Kriswantoro, M. dan Y A Sunyoto. 1986)
Hal-hal yang harus diketahui dalam melakukan identifikasi adalah sifat-sifat, tanda-tanda dan
bentuk dari ikan tersebut, antara lain :
1. Rumus sirip
Suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah sirip. Jari-jari sirip terbagi 2 yaitu jari
keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), dan tidak dapat dibengkokkan. Biasanya jari
keras ini berupa duri cucuk atau patil, dan berupa alat untuk mempertahankan diri. Sedangkan
jari-jari lemah kurang lebih seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku.
Bentuknya berbeda-beda tergantung dari jenis ikannya. Jari-jari lemah ini sebagian keras atau
mengeras, pada satu samping bergigi-gigi, bercabang atau satu sama lain saling berdekatan atau
menempel(Rahardjo, MF. 1985)
2. Perbandingan panjang, lebar dan tinggi dari bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu
sendiri ukuran yang diberikan untuk identifikasi hanya ukuran perbandingan saja.
a. Panjang ikan
Panjang ikan di sini yang dimaksud adalah jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang
paling muka dengan pelipatan pangkal dari sirip ekor.
b. Tinggi badan
Yaitu jarak yang diukur pada tempat yang tertinggi dimana dari bagian dasar sirip yang melewati
garis punggung tidak ikut diukur.
c. Lebar ikan
Yaitu jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan.
3. Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk.
4. Jumlah sisik pada garis pertengahan sisi atau gurat sisi.
5. Bentuk sisik dan mulut beserta susunan dan tempatnya.
6. Tulang-tulang insang
2.3.2. Klasifikasi
Pada umumnya untuk menyusun suatu klasifikasi adalah dengan menetapkan suatu definisi dari
suatu kelompok atau kategori-kategori menurut skala hirarki. Tiap-tiap kategori meliputi satu
atau beberapa kelompok lebih rendah yang terdekat yang merupakan kategori berikutnya.
Hasilnya adalah bahwa semua binatang diklasifikasikan ke dalam suatu hirarki taksonomis yang
terdiri dari satu rentetan kategori-kategori yang meningkat dari spesies hingga kingdom, tiap-tiap
kategori berikutnya meliputi satu atau beberapa kategori sebelumnya (Rahardjo, 1985). Suatu hal
yang perlu diingat bahwa klasifikasi pada pokoknya harus praktis. Dari semua kategori-kategori
tersebut akan mempunyai spesifik jenis ikan yang ditumakan.didalam suatu klasifiukasi sendiri,
terdapat suatu klasifikasi untuk ikan yaitu:Kategori-kategori yang saat ini dipakai adalah :
Kingdom
4. Phyllum
Sub Phyllum
Class
Sub Class
Ordo
Family
Genus
Species
(Rahardjo, MF. 1985)
2.2 Jenis Sisik Pada Ikan
Jenis sisik yang duniliki ikan dapat dibagi atas bahan-bahan pembentukannya, vaitu:
1. Sisik Placoid, yaitui sisik yang biasa dimiliki oleh kelompok Elasmobranchii dan disebut
dermal denticle. Sisik ini terbentuk seperti pada gigi manusia dimana bagian ectodermalnya
memiliki lapisan lapisan yang disebut sebagai vitrodentin dan lapisan dalamnya ‘disebut dentine
yang berisi pembuluh dentinal. Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan
(Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau
bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis
kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik
tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang mempunyai titik perkembangan
menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar,
tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan
saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut
dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid
menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis
yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak
epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik( Subani,
Waluyo. 1978.)
Gambar sisik placoid
2. Sisik Cosmoid, yaitu sisik yang memiliki bagian terluar disebut vitrodentilie, lapisan bawahnya
disebut cosinine dan bagian terdalam terdapat pembuluh darah, syaraf dan substansi tulang
isopedine. Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari
kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-
turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang
merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari
substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas
tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan
Latimeria chalumnae Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah
5. punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang
berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine
yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari
substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas
tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan
Latimeria chalumnae(Subani, Waluyo. 1978).
3. Sisik Ganoid, yaitu sisik yang memiliki lapisan terluar berupa penunpukan garam-garam
anorganik yang disebut ganoine. Bagian dalamaya terdapat substansi tulang isopedine. Jenis sisik
ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini
terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa
garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling
dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik
type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae(Subani,
Waluyo. 1978)
4. Cycloid dan Ctenoid, yaitu sisik yang tidak mengandung dentine. Dua jenis sisik ini paling
banyak ditemui pada kebanyakan ikan. Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang
masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan
ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya
meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian
posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung
dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan
transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis
dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat
berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih
gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir
pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak
berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik
ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik
dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik( Subani, Waluyo. 1978).
Type sisik cycloid
Type sisik ctenoid
Pengelompokan sisik selain berdasarkan bahan penyusunnya juga didasarkan atas bentuk sisik
tersebut, yaitu:
1. Sisik Placoid, merupakan sisik yang tumbuhnya saling berdampingan atau sebelahan dengan
pola tumbuh mencuat dari kulitnya.
2. Sisik Rhombic, merupakan sisik yang berbentuk belah ketupat dengan pertumbuhan yang
6. sebelah menyebelah.
3. Sisik Cycloid, merupakan sisik yang bentuknya melingkar dimana didalamnya terdapat garis-
garis melingkar disebut circulii, anulii, radii, dan focus.
4. Sisik Ctenoid, merupakan sisik yang memiliki stenii pada bagian posteriornya dan bentukan
sisir pada bagian anteriornya.
(Saanin, H. 1968)
2.3 Rumus Sirip pada ikan
Identifikasi yang dilakukan merupakan identifikasi untuk mengenal ciri-ciri baik secara biologi
maupun deskriptif dari suatu jenis ikan. Biasanya yang digunakan sebagai dasar dalam
melakukan identifikasi adalah:
Rumus sirip, yaitu rumus yang menggambarkan bentuk dan .jumlah jari-¬jari sirip dan bentuk
sirip yang merupakan ciri khusus(Sugiri. 1992).
2.3.1 Penghitungan jari-jari sirip
Sirip pada ikan terdiri dan pinna caudalis, dorsalis, pectoralis, vertbralis dan analis. Sirip-sirip
tersebut tersusun atas jari jari sirip yang bersifa keras, lemah dan lemah mengeras. Tiap jenis sirip
memiliki semua jenis jari-jari sirip tersebut atau hanya sebagian saja.
Penulisan jari jari sirip dikodekan berdasarkan letak sirip tersebut pada tubuh ikan. Jumlah jari-
jari sirip dituliskan dalam angka Romawi besar untuk jari-jari sirip keras, angka Romawi kecil
untuk jari-jari sirip lemah mengeras dan angka Arab untuk jari jari sirip lemah.
- Sirip punggung dinotasikan dengan D
- Sirip punggung dinotasikan dengan V
- Sirip punggung dinotasikan dengan P
- Sirip punggung dinotasikan dengan A
(Sugiri. 1992).
2.3.2 Organ Gerak(Jenis – Jenis Sirip)
Ikan seperti pada hewan lain, melakukan gerakan dengan dukungan alat gerak. Pada ikan, alat
gerak yang utama dalam melakukan manuver di dalam air adalah sirip. Sirip ikan juga dapat
digunakan sebagai sumber data untuk identifikasi karena setiap sirip suatu spesies ikan memiliki
jumlah yang berbeda dan hal ini disebabkan oleh evolusi.
Sirip pada ikan terdiri dari beberapa bagian yang dinamakan sesuai dengan letak sirip tersebut
berada pada tubuh ikan, yaitu :
1. Pinna dorsalis (dorsal fin)
Adalah sirip yang berada di bagian dorsal tubuh ikan dan berfungsi dalam stabilitas ikan ketika
berenang. Bersama-sama dengan pinna analis membantu ikan untuk bergerak memutar.
2. Pinna pectoralis (pectoral fin)Adalah sirip yang terletak di posterior operculum atau pada
pertengahan tinggi pada kedua sisi tubuh ikan. Fungsi sirip ini adalah untuk pergerakan maju, ke
samping dan diam (mengerem).
3. Pinna ventralis (ventral fin)Adalah sirip yang berada pada bagian perut. ikan dan berfungsi
7. dalam membantu menstabilkan ikan saat berenang. Selain itu, juga berfungsi dalam membantu
untuk menetapkan posisi ikan pada suatu kedalaman.
4. Pinna analis (anal fin)Adalah sirip yang berada pada bagian ventral tubuh di daerah posterior
anal. Fungsi sirip ini adalah membantu dalam stabilitas berenang ikan.
5. Pinna caudalis (caudal fin)Adalah sirip ikan yang berada di bagian posterior tubuh dan
biasanya disebut sebagai ekor. Pada sebagian besar ikan, sirip ini berfungsi sebagai pendorong
utama ketika berenang (maju) clan juga sebagai kemudi ketika bermanuver.
6. Adipose finAdalah sirip yang keberadaannya tidak pada semua jenis ikan. Letak sirip ini
adalah pada dorsal tubuh, sedikit di depan pinna caudalis(Mukayat, Djarubroto B. 1994).
Sirip ikan terdiri dari tiga jenis jari-jari sirip yang hanya sebagian atau seluruhnya dimiliki oleh
spesies ikan, yaitu :
1. Jari-jari sirip keras
Merupakan jari jari sirip yang tidak berbuku-buku dan keras.
2. Jari jari sirip lemah
Merupakan jari jari sirip yang dapat ditekuk, lemah, dan berbuku¬buku.
3. Jari jari sirip lemah mengeras
Merupakan jari jari sirip yang keras tetapi berbuku-buku.
Penggolongan ikan juga dapat dilakukan berdasarkan tipe pinna caudalis yang dimiliki suatu jenis
ikan. Tipe pinna caudalis ikan secara umum terbagi atas :
1. Protocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang tumpul dan simetris dimana columna vertebralis terakhir
mencapai ujung ekor.
2. Diphycercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang membulat atau meruncing, simetris dengan ruas vertebrae
terakhir tidak mencapai ujung sirip.
3. Heterocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang simetris dengan sebagian ujung ventral lebih pendek.
4. Homocercal
Merupakan bentuk pinna caudalis yang berlekuk atau tidak dan ditunjang oleh jari-jari sirip ekor.
(Mukayat, Djarubroto B. 1994)
2.4. Devinisi Pengukuran tubuh ikan(Total length, Standard length, fork length dan depth length)
Ukuran dan perbandingan ukuran tubuh ikan dapat digunakan untuk melakukan penggolongan.
Ukuran-ukuran ikan yang digunakan adalah:
a. Panjang total atau Total length (TL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai bagian
sirip ekor paling posterior.
b. Panjang baku atau Standard length (SL) diukur dari bagian mulut paling anterior sampai
pangkal batang ekor (caudal penducle)
8. c. Panjang sampai lekuk ekor atau fork length (FL) diukur dari bagian paling anterior sampai
lekukan sirip ekor.
d. Depht Lenght (DL)yaitu diukur dari tinggi ikan dari atas sampai bawah,dari batas antara dorsal
dengan badan ikan sampai bawah perut ikan.
(Lerman, M. 1986)