Praktikum ini bertujuan untuk mengamati dan mengenal morfologi empat jenis ikan. Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan perbedaan ciri morfologi antara ikan ekor kuning, julung-julung, kakatua, dan layang seperti bentuk tubuh, warna, dan jumlah jari-jari sirip."
2. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Iktiologi berasal dari Ichthyologia (Bahasa latin: Yunani) dimana
perkataan Ichtys artinya ikan dan logos artinya ilmu. Sehingga iktiologi diartikan
sebagai salah satu cabang ilmu (zoologi) yang mempelajari khusus tentang ikan
beserta segala aspek kehidupan yang dimilikinya (Burhanuddin, 2014).
Ikan merupakan hewan vertebrata aquatik berdarah dingin dan bernafas
dengan insang. Ikan didefinisikansebagai hewan bertulang belakang (vertebrata)
yang hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada filum chordata dengan
karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen terlarut
dari air dan sirip digunakan untuk berenang (Syah dkk., 2016).
Morfologi merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari tentang
bentuk, struktur dan ukuran suatu organisme. Jadi, morfologi ikan merupakan
ilmu yang mempelajari bentuk luar dan ukuran dari ikan. Menurut Bhagawati dkk.
(2013), tidak semua jenis ikan memiliki bentuk tubuh dengan satu kategori,
namun terdapat pula jenis ikan yang memiliki bentuk kombinasi, oleh karenanya,
morfologi dapat digunakan sebagai pembeda dari masing-masing spesies.
Berdasarkan uraian diatas penting dilakukannya praktikum iktologi
mengenai morfologi ikan agar kita dapat mengetahui bentuk dan ciri luar dari ikan
dan dapat membedakan masing-masing spesies ikan berdasarkan ciri
morfologinya.
Berdasarkan latar belakang diatas maka sangat penting untuk dilakukan
praktikum morfologi ikan.
3. B. Tujuan dan Manfaat
Tujuan pratikum ini untuk mengamati dan mengenal berbagai bentuk luar
ikan, dan letak/posisi bagian luar tubuh ikan secara in situ.
Manfaat pada praktikum ini adalah selain untuk menambah ilmu
pengetahuan mahasiswa dalam mengkaji materi iktiologi khususnya pada bagian
morfologi ikan, juga dapat mengetahui bagian bentuk dan letak/posisi luar tubuh
pada ikan.
4. II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi
Klasifikasi ikan julung-julung (Caesionidae) menuurut Juanita dkk.
(2017) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Perciformes
Family : Caesionidae
Genus : Caesio
Species : Caesio cuning
Gambar 1.ikan ekor kuning
(Caesionidae)
Klasifikasi ikan layang (Decapterus spp.) Menurut Prihartini (2006),
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Telestoi
5. Order : Perciformes
Family : Carangidae
Genus : Decapterus
Species : Decapterus sp
Gambar 2. Ikan layang (Decapterus spp.)
(sumber: Dok. Pribadi, 2019)
Klasifikasi ikan Menurut Adrim (2008), klasifikasi Ikan Kakatua (Scarus
dimidiatus) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Ostheichythyes
Order : Perciformes
Family : Scaridae
Genus : Scarus
Species : Scarus dimidiatus
6. Gambar 3. Ikan kakak tua
(Scarus dimidiatus)
Klasifikasi ikan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) menurut
Menurut Allen (1999), adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actinopterygii
Order : Beloniformes
Family : Gemiramphidae
Genus : Gemiramphus sp
Species : Gemiramphus brasiliensis
Gambar 4.Ikan julung-julung
(Hemiramphus brasiliensis)
7. B. Morfologi dan Anatomi
Ikan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) memiliki bentuk tubuh
bulat, sirip ekor bercagak jelas dengan cuping bawah yang terpanjang, lunas pada
setiap sisi pangkal ekor, 21-25 jari sirip punggung , tidak ada jarak antara rahang
saat mulut tertutup.( White, et al.,1968)
Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) termasuk kedalam family
caesionidae,merupakan jenis ikan yang hidup di perairan karang. Memiliki
karakteristik berbadan compressed.Berwarna kuning pada bagian atas sirip kor
dan bagian belakang. Bagian bawah dan perut putih atau kemerah-merahan
(merah muda). Sirip dada, sirip perut, dan sirip anal, berwarna putih hingga merah
muda (Carpenter, 1998)
Ikan Kakatua (Scarus dimidiatu) bentuk tubuh agak pipih dan
lonjong,bentuk tubuh membundar dan kepal tumpul,sirip punggung bergabung
antara 9duri keras dan 10 duri lemah.Sirip dubur dengan 3duri keras dan 9 duri
lemah.Sirip dada dengan 13-17 duri lemah .Sirip perut dengan satu duri keras
dan lima duri lemah .Sisik besar dan tidak bergerigi (cycloid). Gurat sisik
memiliki 22-24 sisik berporos,dan terpisah dua bagian..Pada pipi terdapat 1-4
sisik. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada 2-8.Pada rahang atas dan bawah
terdapat gigi plat yang kuat.Struktur gigi ikan ini sangat unik,disebut gigi plat
karena susunsn gigi menyatu dan ditengah ada celah .Pada ikan terdapat satu atau
dua taring pendek disam ping rahang atas pada posisi belakang (Parenti &
Randali, 2000).
8. C. Habitat dan Penyebaran
Ikan julung-julung (Hemiramphus brasiliensis) hidup di lapisan
permukaan dan menyendiri. Tergolong ikan pelagis, daerah penyebaran sepanjang
pantai perairan yang berbatasan laut dalam terutama perairan Indonesia bagian
timur, selatan Jawa, barat Sumatera dan Selat Sunda (Samad, 1999).
Ikan Ekor Kuning dikenal dengan nama yellowtail fusilier. Daerah
penyebarannnya ditemukan di perairan Pasifik barat, mulai dari Srilanka, hingga
perairan Indonesia, Vanuatu, Selatan Jepang dan peraira utara Australia. Habitat
utama ikan ini adalah daerah yang berbatu dan terumbu karang
(Prihatiningsih dkk., 2018).
Distribusi ikan layang dapat ditemukan di seluruh perairan dunia. Dapat
tersebar pada perairan tropis dan subtropis di Indo-Pasifik dan Lautan Atlantik.
Daerah penangkapan ikan layang di Indonesia dapat ditemukan di Laut Banda
pada 100 meter. Salinitas perairan yang disenangi oleh ikan layang berkisar
antara 30‰ - 34‰. Suhu perairan memiliki peranan penting bagi penyebaran
ikan layang. Suhu perairan untuk ikan layang berkisar antara 20°C-30°C
(Bubun & Amir, 2016).
Ikan Kakatua (Scarus dimidiatus) tergolong hewan penghuni peraian
karang.Memiliki ukuran tubuh beragam , mulai dari sedang sampai ukuran
besar.Pada umumnya kakatua hidup di perairan tropis dan subtropis.Di kawasan
Indo-Pasifik kelompok ikan tersebut sangat melimpah,dan terdapat 49 jenis ikan
kakatua dikawasan Indo-Pasifik, dan ini meliputi perairan Indonesia
(Beaufort, 1990).
9. E. Makanan dan Kebiasaan Makan
` Isi lambung Ikan Ekor Kuning menunjukkan bahwa komposisi makanan
yang ditemukan adalah fitoplankton dan zooplankton. Hal ini membuktikan
bahwa Ikan Ekor Kuning merupakan plankton feeder (Nggajo dkk., 2009).
Hampir semua jenis ikan kakatua mengambil makanan mengikuti pola
makan tanpa pilih (non-selektif) dengan melakukan "grazing" terhadap algae
halus yang tumbuh menutupi permukaan karang mati. Veget asi algae biru,
coklat, merah dan hijau biasanya merupakan sumber makanan bagi hewan-hewan
herbivora, termasuk ikan kakatua (Adrim, 2008).
F. Nilai Ekonomis
Ikan Cendro memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di beberapa
tempat termasuk di Selat Bangka, Likupang, Sulawesi Utara. Di kawasan ini Ikan
Cendro menjadi salah satu sumber pendapatan bagi masyarakat nelayan karena
memiliki nilai jual yang cukup tinggi, karena dipasarkan dalam keadaan segar.
Ikan Cendro (Tylosurus spp.) umumnya dijual langsung dalam bentuk segar atau
diolah sebagai ikan asin dan ikan asap (Luasunaung & Emil, 2016).
Ekor Kuning (Caesio cuning) merupakan salah satu spesies ikan yang
termasuk dalam kelompok ikan target. Kelompok ikan target merupakan
kelompok ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai ikan konsumsi. Potensi
Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) sebesar 27.623 ton per tahun dengan potensi
lestari 13.8111 ton per tahun (Mujiyanto dkk., 2010).
Ikan layang (Decapterus spp.) merupakan sumberdaya ikan pelagis kecil
yang berperan besar dalam sektor perekonomian nelayan di Sulawesi Selatan.
Selain dikonsumsi oleh masyarakat, ikan layang juga digunakan sebagai umpan
10. pada alat penangkapan tuna long line lokal dan luar negeri. Berdasarkan data
Statistik perikanan tahun 2001, produksi ikan layang di Sulawesi Selatan sebesar
42.857,4 ton. Ekspor ikan nelayan beku tercatat 75,4 ton dengan Negara tujuan
Korea dan Jepang (Latukonsina, 2010).
Ikan Kakatua (Scarus dimidiatus) merupakan ikan yang cukup digemari
dan sangat laku di pasaran. Di Indonesia akhir-akhir ini ikan tersebut telah
menjadi komuditi ekonomis penting yang diekspor dalam keadaa segar ke
Hongkong, Taiwan dan Singapura. Di Taiwan, kakatua sangat digemari dan
popular di kalangan pengunjung restoran makan laut.`Salah satu supermarket di
Jakarta, Carrefour juga menyidiakan ikan ini dalam keadaan segar sebagai salah
satu di antara bahan makan laut (Adrim, 2008).
11. III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 25 September 2019 pukul
15.20-selesai dan bertempat di Laboratorium Produksi, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu Pinset, Mistar, papan preparat, bolpoint,
gunting tajam dan tumpul,dan kertas HVS laminating.
Bahan yang digunakan yaitu Ikan ekor kuning (caesionidae), ikan
julung-julung (Hemiramphus brasiliensis), ikan kakak tua (Scaridae), ikan
laying (Decapterus),dan tissue.
C. Prosedur Kerja
Siapkan preparat (ikan) usahakan yang berukuran besar (agak
mudah diamati) dan beberapa jenis ikan.
Siapkan papan preparat, mikroskop/lup, pinset, buku gambar dan
peralatan lainnya
Letakkan ikan diatas papan preparat, lalu amati morfologi : bagian-
bagian luar ikan (mata, nasal dan sebagainya) : bentuk badan,
bentuk dan letak mulut, bentuk dan letak sungut, bentuk dan letak
sirip, bentuk ekor, linea lateralis, dan morfologi lainnya.
12. IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
Tabel 1 hasil pengamatan morfologi
No
.
PARAMETER
KETERANGAN INDIVIDU
1 2 3 4
1. Bentuk tubuh compressed
compresse
d
compresse
d
fusiform
2. Bentuk mulut;
a. Berdasarkan
bentuk
terminal inverior superior superior
b. Dapat
tidaknya
Disembulkan
iya iya tidak tidak
c. Berdasarkan
letaknya
terminal inverior superior superior
3.
Sungut
(ada/tidak ada)
tidak tidak tidak tidak
4. Bentuk sirip ekor forked truncate truncate forked
5.
Sirip pelvic
(berpasangan/tid
ak berpasangan)
iya iya iya iya
6.
Sirip anal
Berpasangan/tida
k berpasangan)
tidak tidak tidak tidak
7. Warna tubuh
Merah,kuning,bi
ru
Hijau,
merah,
biru
,biru
Abu-abu
kekuninga
n
8.
Bar (ada/tidak
ada)
tidak tidak tidak tidak
13. 9.
Band(ada/tidak
ada)
tidak tidak tidak Tidak
10.
Blotch(ada/tidak
ada)
tidak tidak Tidak tidak
11.
Panjang
premaxila (ppa)
- - - -
12.
Jumlah jari-jari
sirip dorsal
D.X.12 D.I.9 D.V.11 D.VI.9
13.
Spot (ada/tidak
ada)
tidak tidak tidak Tidak
14.
Linea literalis
(ada/tidak ada)
ada ada tidak ada
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum laboratorium diperoleh data
yaitu ikan ekor kuning memiliki bentuk tubuh compressed.memiliki posisi mulut
terminal dan dapat disembulkan. Memiliki warna tubuh kebiru-biruan, sedikit
berwarna merah dibagian bawah dan kuning pada bagian belakang hingga ekor.
Memiliki 10 jari-jari keras pada sirip dorsal dan 12 jari-jari lemah pada sirip
dorsal.dan memiliki bentuk ekor forked. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Carpenter ( 1998) bahwa morfologi ikan ekor kuning (Caesio cuning) termasuk
kedalam family caesionidae,merupakan jenis ikan yang hidup di perairan karang.
Memiliki karakteristik berbadan compressed.Berwarna kuning pada bagian atas
sirip kor dan bagian belakang. Bagian bawah dan perut putih atau kemerah-
merahan (merah muda). Sirip dada, sirip perut, dan sirip anal, berwarna putih
hingga merah muda.
14. ikan kakak tua memiliki bentuk tubuh compressed, bentuk mulut
inverior memiliki bentuk sisik ctenoid dan warna sisik yang didoninasi warna
hijau kebiruan, tetapi dibagian ventral sisik berwarna merah,sirip caudal
berbentuk tegak dan memiliki bentuk ekor truncate. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Parenti & Randali (2000) bahwa Ikan Kakatua (Scarus dimidiatu)
bentuk tubuh agak pipih dan lonjong,bentuk tubuh membundar dan kepal
tumpul,sirip punggung bergabung antara 9duri keras dan 10 duri lemah.Sirip
dubur dengan 3duri keras dan 9 duri lemah.Sirip dada dengan 13-17 duri lemah
.Sirip perut dengan satu duri keras dan lima duri lemah .Sisik besar dan tidak
bergerigi (cycloid). Gurat sisik memiliki 22-24 sisik berporos,dan terpisah dua
bagian..Pada pipi terdapat 1-4 sisik. Jumlah sisik sebelum sirip punggung ada 2-
8.Pada rahang atas dan bawah terdapat gigi plat yang kuat.Struktur gigi ikan ini
sangat unik,disebut gigi plat karena susunsn gigi menyatu dan ditengah ada celah
.Pada ikan terdapat satu atau dua taring pendek disam ping rahang atas pada
posisi belakang.
Ikan layang memiliki bentuk tubuh fusiform, letak mulut superior,
memiliki dua sirip punggung. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 7, sirip
punggung kedua berjari-jari keras 2 dan lemah 6 dan berwarna abu-abu kekuning-
gan pucat dan memiliki bentuk ekor forked.
Ikan julung julung memiliki bentuk tubuh compressed, memanjang
kurang lebih mirip seperti silidris atau pipa. Sedangkan dikepalanya terdapat sisik,
rahang bawah ikan ini lebih panjang dari rahang bagian atasnya ataupun bagian
ujungnya, memiliki bentuk mulut superior dan sisiknya berwarna kebiru-biruan
dan memiliki bentuk ekor truncate. Hal ini sesuai dengan pernyataan White, et
15. al.,(1968) bahwa Ikan julung- julung memiliki bentuk tubuh bulat, sirip ekor
bercagak jelas dengan cuping bawah yang terpanjang, lunas pada setiap sisi
pangkal ekor, 21-25 jari sirip punggung , tidak ada jarak antara rahang saat mulut
tertutup.
16. V.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa
morfologi ikan ekor kuning yaitu memiliki bentuk tubuh compressed.memiliki
posisi mulut terminal dan dapat disembulkan. Memiliki warna tubuh kebiru-
biruan, sedikit berwarna merah dibagian bawah dan kuning pada bagian belakang
hingga ekor. Memiliki 10 jari-jari keras pada sirip dorsal dan 12 jari-jari lemah
pada sirip dorsal.dan memiliki bentuk ekor forked.
ikan kakak tua memiliki bentuk tubuh compressed, bentuk mulut
inverior memiliki bentuk sisik ctenoid dan warna sisik yang didoninasi warna
hijau kebiruan, tetapi dibagian ventral sisik berwarna merah,sirip caudal
berbentuk tegak dan memiliki bentuk ekor truncate.
Ikan julung julung memiliki bentuk tubuh compressed, memanjang
kurang lebih mirip seperti silidris atau pipa. Sedangkan dikepalanya terdapat sisik,
rahang bawah ikan ini lebih panjang dari rahang bagian atasnya ataupun bagian
ujungnya, memiliki bentuk mulut superior dan sisiknya berwarna kebiru-biruan
dan memiliki bentuk ekor truncate.
Ikan layang memiliki bentuk tubuh fusiform, letak mulut superior,
memiliki dua sirip punggung. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 7, sirip
punggung kedua berjari-jari keras 2 dan lemah 6 dan berwarna abu-abu kekuning-
gan pucat dan memiliki bentuk ekor forked.
17. B.Saran
Tiada kesempurnaan di dunia ini, kami sangat mengharapkan kritik
maupun saran dari makalah ini tujuannya hanyalah demi kesempurnaan. Dan
semoga makalah yang telah kami susun bermanfaat bagi kita semua, AAMIIN.
18. V. DAFTAR PUSTAKA
Adrim, M. 2008. Aspek Biologi Ikan Kakatua (Suku Scaridae). Oseana.
Vol.33(1): 41-50
Allen, G. 1999. Marine Fishes of South-East Asia. Periplus Edition: Singapura.
250 Hal.
Bhagawati, D. Abulias M. N. & Amurwanto, A. 2013. Fauna Ikan Siluriformes
dari Sungai Serayu, Banjaran, dan Tajum di Kabupaten Banyumas. Jurnal
MIPA. Vol. 36(2): 112-122
Bubun, R. L. & Amir, M. 2016. Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang (Decapterus
spp.) Berdasarkan Hasil Tangkapan Pukat Cincin di Perairan Timur
Sulawesi Tenggara. Jurnal Airaha. Vol. 5(1): 32-38
Burhanuddin, A. I. 2014. Ikhtiologi Ikan dan Segala Aspek Kehidupannya.
Deepublish: Yogyakarta. 421 Hal.
Juanita, I. I., Sri, T, H. & Indar, S. H. 2017. Pertumbuhan Sebaran Ukuran
Panjang dan Kematangan Gonad Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) di
Perairan Kepulauan Seribu. Porsiding Seminar Nasional Ikan IV. 293-298.
Latukonsina, H. 2010. Pendugaan Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Ikan Layang
(Decapterus spp.) di Perairan Laut Flores Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah
Agribisnis dan Perikanan. Vol. 3(2): 47-54
Luasunaung, A. & Emil, R. 2016. Umpan Buatan dan Pengaruhya Terhadap Hasil
Tangkapan Pancing Layang-Lyang di Selat Bangka, Sulawesi Utara.
Marine Fisheres. Vol. 7(2): 117-123
Mujiyato., Hendra, S. & Yayuk, S. 2010. Hubungan Panjang dan Berat Ekor
Kuning (Caesio cuning) Hasil Tangkapan Bubu di Perairan Teluk Saleh
Nusa Tenggara Barat. Seminar asional Biologi. 972-977.
Nggajo, R., Yusli, W. & Neviaty, P. Z. 2009. Keterkaitan Sumberdaya Ikan Ekor
Kuning (Caesio cuning) dengan Karakteristik Habitat pada Ekosistem
Terumbu Karang di Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan dan
Perikanan Indonesia. Vol. 16(2): 97-109
Prihartini, A. 2006. Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus spp.)
Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan Di PPN Pekalongan. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Prihatiningsih., Isa, N. E. & Bambang, S. 2018. Biologi Reproduksi, Pertumbuhan
dan Mortalitas Ikan Ekor Kuning (Caesio cuning) di Perairan Natuna.
Bawal. Vol. 10(1): 1-15
19. Syah, S. F., Irma, D. & Thaib, R. 2016. Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Laguna
Gampoeng Pulot Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah. Vol.1(1): 66-81
Samad, A. G. 1999. Pengenalan Jenis-Jenis Ikan Laut Ekonomi Penting di
Indonesia. Oseana. Vol. 24(1): 17-38
William T. White, et al 1968. “Market Fishes Of Indonesia”.
Juanita, I. I dkk.Pertumbuhan, sebaran ukuran panjang,dan kematangan gonad
ikan ekor kuning (Ceesio cuning) di perairan Kepulauan Seribu.Prosiding
Seminar Nasional Ikan VI 293-298