SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
ADAPTASI HEWAN PERAIRAN PADA
EKOSISTEM SUNGAI PADA BERBAGAI
FAKTOR FISIK LINGKUNGAN
Oleh :
1. Ira Kendy
2. Ine Tiara Anggita
3. Leny Aprianita
4. Muchammad Sangkut
5. Nia Nopita
6. Najma Istifada
7. Ovie Sella Ramadhani
8. Okta Diana
Pembimbing : Irham Falahudin, M.Si
Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
IAIN Raden Fatah Palembang
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi
mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel
lingkungan yang dihadapi organisme tersebut (Campbell. 2004; 288). Artinya
bahwa setiap organisme harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi
lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah
laku. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam
pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota
perairan (Tunas. 2005;16).
Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie. 1990;
180). Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air
lainnya terganggu (Kanisius. 1992; 22). Menurut Soetjipta (1993; 71), Air
memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air
berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa
walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air daripada di udara, namun
suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu mahluk akuatik sering
memiliki toleransi yang sempit.
Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas
tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan
sekelilingnya (Hoole et al, dalam Tunas. 2005; 16). Sebagai hewan air, ikan
memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat.
Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan
dengan kondisi lingkungan (Yushinta. 2004: 14). Secara kesuluruhan ikan lebih
toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa spesies mampu hidup pada suhu air
mencapai 290C, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat
dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya
terbatas(Sukiya. 2005; 9)
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan
mengalami kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992; 23). Hal tersebut dapat
diamati dari perubahan gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara
spesies ikan satu dengan lainnya berbeda, misalnya pada ikan salmonid suhu
terendah yang dapat menyebabkan kematian berada tepat diatas titik beku,
sedangkan suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis ikan (Tunas. 2005;
16-17). Telah diketahui diatas bahwa suhu merupakan faktor abiotik yang paling
berpengaruh pada lingkungan perairan, maka perlu diketahui bagaimana suhu
mempengaruhi aktifitas biologis spesies ikan tertentu melalui gerakan operculum
Ikan Mas Komet (Carassius auratus).
Ikan memiliki kemampuan adaptasi yang beragam, ini bisa saja terkait
ekosistem ataupun terkait fungsi tubuh hewan itu sendiri. Maka dari itu dilakukan
suatu pengamatan agar bisa mengetahui bagaimana ikan beradaptasi, mampu
bertahan hidup diberbagai kondisi dan berbagai kegiatan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.Melihat perbedaan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi kehidupan
disungai.
2.Melihat adaptasi hewan air terhadap perubahan faktor-faktor fisik dan
kemis.
3.Mengetahui aktivitas metamarfosis katak dan ikan pada air kolam atau
sungai.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Fisiologi
Fisiologi dapat di defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi,
mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi
mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh
proses kehidupan (Nawangsari, 1984).
Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologi yang tidak
di miliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-
organ ikan di sesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, ikan memiliki
kemampuan untuk mendeteksi kekuatan dan arah arus air karena memiliki
memiliki organ yang di kenal dengan linea lateralis. Contoh lain, perbeedaan
konsentrasi antara medium tempat hidup dan konsentrasi cairan tubuhnya
(Nawangsari, 1984).
Ikan secara fisiologi memiliki kemampuan untuk mempertahankan agar
suhu tubuhnya tetap hangat (endotermi) contohnya pada ikan-ikan pelagis besar
(Tuna), namun sebagian besar ikan bersifat poikiloterm yaitu suhu tubuhnya
bergantung pada suhu lingkungan. Ikan tidak dapat mempertahankn temperatur
tubuh yang berbeda dengan lingkungan, karena sistem pergerakan panas dalam
otot-ototnya sebanding dengan pergerakan yang melalui insang. Sebagian besar
panas dalam darah di transfer ke otot melalui pembuluh arteri yang merupakan
tempat pertukaran panas. Agar suhu tubuhnya tetap stabil, ikan melakukan
adaptasi fisiologi melalui pergerakannya, misalnya diurnal, nocturnal, musiman
dll. Apabila di suatu daerah suhu airnya menjadi hangat, maka ikan-ikan akan
bergerak ke bawah, kebagian yang lebih dingin atau bermigrasi ke tempat lain.
Demikian pula sebaliknya (Nawangsari, 1984).
2.2 Pengertian Adaptasi
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan
sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap
lingkungannya mampu untuk:
a) memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
b) mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan
panas.
c) mempertahankan hidup dari musuh alaminya bereproduksi.
d) merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya (Ewusie, 1990)
Menurut Ewusie (1990), organisme yang mampu beradaptasi akan
bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi
kepunahan atau kelangkaan jenis. Dalam beradaptasi, hewan memiliki toleransi
dan resistensi pada kisaran :
1) Zona Lethal
Kisaranekstrimdarivariabellingkunganyangmenyebabkankematian bagiorganisme.
2) ZonaOrganisme
Kisaran intermedier dimana suatu organisme dapat hidup.
2.3 Jenis Adaptasi
Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu: Adaptasi morfologi adalah adaptasi
yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas.
Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Adaptasi
Fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa
berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim
selulase oleh hewan memamah biak. Adaptasi Tingkah Laku adalah adaptasi
berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke
permukaan untuk mengambil udara (Ewusie, 1990).
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan
kebutuhanorganismehidup.
2. Adaptasi Fisiologi
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang
menyebabkanadanyapenyesuaianpadaalat-alattubuhuntukmempertahankanhidupdengan
baik.
3. AdaptasiTingkahLaku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku
terhadaplingkungannyasepertipadabinatangbunglonyangdapatberubahwarnakulitsesuai
denganwarnayangadadilingkungansekitarnyadengantujuanuntukmenyembunyikandiri.
2.4 Biologi Ikan
Pisces (Ikan) merupakan superkelas dari subfilum Vertebrata yang memiliki
keanekaragaman sangat besar (Sukiya. 2005; 33). Ikan adalah anggota vertebrata
poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang.
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah
spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia (Fujaya,1999 dalam Dhamadi. 2009).
Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air suhu air,
seperti vertebrata poikiloterm lain suhu tubuhnya bersifat ektotermik, artinya suhu
tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan (Sukiya.2005;9-10). Selanjutnya
Sukiya menambahkan bahwa beberapa ikan mempunyai perilaku istimewa seperti
ikan Glodok yang dapat berjalan di atas daratan dan memanjat pohon.
2.5 Fisiologi Respirasi Ikan
Sebagai biota perairan, Ikan merupakan mendapatkan Oksigen terlarut dalam
air. Pada hampir semua Ikan, insang merupakan komponen penting dalam
pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras,
dengan beberapa filamen insang di dalamnya (Fujaya. 1999; 103).
Menurut Sukiya (2005; 16), Setiap kali mulut dibuka, maka air dari luar
akan masuk menuju farink kemudian keluar lagi melalui melewati celah insang,
peristiwa ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filamen ikan. Selanjutnya
Sukiya menambahkan bahwa lamella insang berupa lempengan tipis yang
diselubungi epitel pernafasan menutup jaringan vaskuler dan busur aorta,
sehingga karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen terlarut di dalam
air.
Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk
mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang
operkulum di sebelah sisi lateral insang (Sugiri. 1984; 1966). Laju gerakan
operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi ikan.
2.6 Pengertian Suhu
Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi
secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan
kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang
secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang
relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa
ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga
sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi
baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena
itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat
di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu.
Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut
bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat
stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir
suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat.
Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada
pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik (Ewusie, 1990).
Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu :
a) Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang
mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya
dan sumber daya hayati laut pada umumnya.
b) Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut
mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui
suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan
kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan.
c) Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu
tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran
organisme.
Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian besar
organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa
air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran organisme laut sangat mengikuti
perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan
laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi
4 zona biogeografik utama yaitu: kutub, tropic, beriklim sedang panas dan
beriklim sedang dingin. Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini,
tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan
musim.
Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada
kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C
menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya
cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7
ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi.
Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup
suhu yang sangat ekstrim.
Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum
20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis
pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor
oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada
umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan
lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di
daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada
musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai
Selatan 21-23°C.
2.7 Pengaruh Suhu Air terhadap Ekosistem Perairan
Salah satu faktor fisik lingkungan perairan adalah suhu. Permukaan air peka
terhadap perubahan suhu, perubahan suhu dipengaruhi oleh letak geografisnya,
ketinggian tempat, lama paparan terhadap matahari dan kedalaman badan air
(Tunas. 2005;16, 18).
Kenaikan suhu air akan dapat menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut
(Kanisius. 2005; 22-23):
a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun.
b. Kecepatan reaksi kimia meningkat
c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu.
d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya
mungkin akan mati.
Selanjutnya menurut Munro (1978 dalam Tunas 2005; 18), Peningkatan suhu
air dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas-gas, tetapi meningkatkan
solubilitas senyawa-senyawa toksik seperti polutan minyak mentah dan pestisida,
serta meningkatkan toksisitas logam berat, sebagai contoh bahwa pada air tawar
(salinitas 0%) peningkatan suhu dari 25 menjadi 300C menyebabkan penurunan
kelarutan oksigen dari 8,4 menjadi 7,6 mg/liter.
2.8 Pengaruh Suhu Air terhadap Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ikan
Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang
sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi
terhadap penyakit (Tunas. 2005;16). Selanjutkan Tunas menambahkan bahwa
ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang
dapat ditoleransi.
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan
gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai
tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah
mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen
akibat melemahnya sistem imun (Tunas. 2005;16-17). Pada dasarnya suhu rendah
memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah
menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan
denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat
kekurangan oksigen.
Penelitihan oleh Kuz’mina et al. (1996 dalam Tunas. 2005) menunjukkan
bahwa suhu perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme dan proses-
proses biologis ikan. Ditunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan karbohidrase
sangat dipengaruhi oleh suhu, aktivitas protease tertinggi dijumpai pada musim
panas, adapun aktivitas amilase tertinggi dijumpai pada musim gugur (Hofer,
1979a ; 1979b dalam Tunas. 2005; 18).
Menurut Kanisius (1992; 23) suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara
lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk
mencari oksigen.
2.9 Pengertian Salinitas
Salinitas adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Ikan
seribu (Poecilia reticulata), merupakan salah satu ikan tawar yang banyak
ditemukan di sekitar lingkungan, misalnya parit, sungai, dan lain sebagainya,
sebab ikan tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Perbedaan antara ikan seribu jantan berada pada ukurannya. Ikan
jantan memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan betina, selain itu ikan
jantan memiliki aneka macam warna pada tubuhnya, dan memiliki bintik hitam
seperti mata pada masing-masing sisi tubuhnya, sedangkan ikan betina tidak
memilikinya (Gusrina, 2008).
Setiap ikan akan mengalami proses osmosis melalui insangnya, air secara
terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif
berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar
garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya.
Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini
berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh
ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah
untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan (Gusrina, 2008).
Masing-masing ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Poecilita reiculata dapat hidup dengan ukuran salinitas
tertentu, yaitu pada perairan dengan salinitas tinggi (air asin), hingga 150%
salinitas normal air laut. Untuk membuktikan pada salinitas berapakah ikan seribu
tersebut dapat bertahan hidup, maka praktikum ini dilaksanakan. Selain itu, P.
reticulata dipilih sebagai sampel karena mudah ditemukan dan mudah untuk
diamati pergerakkannya pada setiap salinitas yang berbeda.
2.10 Hubungan Salinitas Dengan Fisiologi Ikan
Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam dalam gram
pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur
salinitas di laut, oleh karena itu penentuan nilai salinitas dilakukan dengan
meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). andungan klorida
ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu
kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida.
Laevastu dan Hayes (1981) menyatakan perubahan salinitas di laut terbuka
relatif lebih kecil dibandingkan dengan perubahan salinitas di pantai yang
memiliki masukan air tawar dari sungai terutama saat musim hujan. Salinitas
berpengaruh pada osmoregulasi dari ikan serta berpengaruh besar terhadap
kesuburan dan pertumbuhan telur. Beberapa spesies bisa hidup dengan toleransi
salinitas yang besar (euryhaline) tetapi ada juga yang sempit (stenohaline).
Disamping itu Hayes dan Laevastu (1982) menyatakan bahwa salinitas
berpengaruh pada distribusi, orientasi migrasi, dan kesuksesan reprodukasi dari
ikan.
Hayes dan Laevastu (1982) menjelaskan bahwa salinitas mempengaruhi
fisiologis kehidupan organisme dalam hubungannya dengan penyesuaian tekanan
osmotik antara sitoplasma dan lingkungan. pengaruh ini berbeda pada setiap
organisme baik itu fitoplankton, zooplankton, maupun ichthyoplankton. Pengaruh
salinitas pada ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di laut relatif stabil yaitu
berkisar antara 30 - 36 ‰, sedangkan larva ikan biasanya cepat menyusuaikan diri
terhadap tekanan osmotik. Namun demikian cenderung memilih perairan dengan
kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya. Dan hal ini secara
langsung akan sangat mempengaruhi distribusi larva ikan (Lignot et al., 2000).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pengamatan perilaku adaptasi hewan perairan pada beberapa
faktor fisik lingkungan yaitu pada tanggal hari dan tahun, bertempat
dilaboratorium Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Raden
Fatah Palembang
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. pH Meter
2. Salinometer
3. Termometer
4. Aquarium
3.2.2 Bahan
1. Garam
2. Batu es
3. Ikan mujair atau ikan mas (oreo cromis)
4. Air hangat
5. Air bersuhu normal
3.3 Cara Kerja
1. Sediakan 3 aquarium dan 3 ikan mujair atau ikan mas
2. Masukkan masing-masing aquarium dengan air biasa, air garam dan air
dingin (es) serta air hangat.
3. Untuk aquarium berisi air hangat dan air dingin ukur suhu airnya dengan
menggunakan termometer, kemudian ukur pH airnya dan kadar garamnya
4. Untuk aquarium berisi air garam, terlebih dahulu ukur kadar garamnya
dengan salinometer, selajutnya ukur pH nya dan suhunya.
5. Masukkan ikan pada masing-masing aquarium, lalu amati perubahan
insangnya dan kemudian catat berapa banyak ikan tersebut membuka dan
menutup insang atau mulutnya pada masing-masing aquarium.
6. Catat data yang diperoleh dan masukkan dalam tabel pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel Hasil Pengamatan
Ikan mujair Pada Suhu rendah yaitu dengan suhu 10o
C dan pH 8, 30
Panjang insang 17 cm Lebar 8 cm.
waktu Hasil
Kondisi
awal
Warna insang masih berwarna merah hati dan pergerakan ikan
ini masih aktif
5 menit
pertama
Insang membuka dan menutup sebanyak 255 kali dengan suhu
10 o
C
5 menit
kedua
Insang membuka dan menutup sebanyak 115 kali dengan suhu
10 o
C
5 Menit ke
tiga
Insang membuka dan menutup sebanyak 104 kali dengan suhu
10 o
C
5 menit ke 4 Insang membuka dan menutup sebanyak 130 kali dengan suhu
10 o
C
5 menit ke 5 Insang membuka dan menutup sebanyak 138 kali dengan suhu
10 o
C138 kali
5 menit ke 6 Insang membuka dan menutup sebanyak 192kali dengan suhu 10
o
C138 kali
4.2 Pembahasan
Pada praktikum Pengaruh Lingkungan terhadap Ikan dengan terhadap
banyaknya beberapa kali ikan menutup dan membuka operculum telah
menunjukkan bahwa kenaikan maupun penurunan suhu air tidak mempengaruhi
gerakan operkulum ikan dengan nyata. Pada uji coba yang kami lakukan terbukti
bahwa perubahan suhu air memberikan respon yang tidak berarti bagi ikan.
Namun berdasarkan data, secara kasar dapat dikatakan juga penurunan suhu
membuat ikan semakin lama melemah aktivitasnya.
Suhu kontrol awal yakni 24o
C, selanjutnya suhu diturunkan dengan
diberikan batu es pergerakan operkulum per lima menit pertama yaitu sebanyak
225 kali. Suhu yang digunakan yaitu tidak berubah yaitu 10 o
C, namun hasilnya
semakin lama waktu ikan dimasukkan dalam air es, semakin lambat pula gerakan
operkulumnya. Hal ini kemungkinan karena faktor suhu yang membuat ikan ini
tidak nyaman atau tidak bisa beradabtasi dengan baik, sehingga akhirnya ikan ini
mati.
Kecepatan renang Ikan pada suhu air normal berbeda pada saat suhu air
berada pada 10o
C. Pada suhu normsl ikan berenang lebih cepat daripada pada
suhu sebelumnya. Perubahan kecepatan renang tersebut tidak selalu berbanding
lurus dengan perubahan gerakan operkulum, karena peningkatan kecepatan renang
tidak menyebabkan peningkatan gerakan operkulum pada ulangan 1.
Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata
mempengaruhi adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan
berenang lebih cepat (Campbell. 2002; 294). Pada perlakuan ini ada korelasi
bahwa semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang Ikan dan
semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana
korelasi ini tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas.
Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan
mengalami kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992; 23). Hal tersebut dapat
diamati dari perubahan gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara
spesies ikan satu dengan lainnya berbeda, misalnya pada ikan salmonid suhu
terendah yang dapat menyebabkan kematian berada tepat diatas titik beku,
sedangkan suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis ikan (Tunas. 2005;
16-17). Sedangkan kisaran toleransi pada Ikan Mas Komet dalam praktikum kali
ini sulit ditentukan dengan pasti. Namun dapat diketahui bahwa suhu tinggi
menyebabkan gerakan operkulum semakin naik dan suhu rendah menurunkan
gerakan operkulum.
Gerakan operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan.
Sedangkan suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui
bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut,
akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas
oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya. Menurut Fujaya (1999;106)
rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan atau hewan air harus
memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil
Oksigen. Fujaya menambahkan bahwa tidak hanya volume besar yang dibutuhkan
tetapi juga energi pemompaan juga semakin besar. Menurut Nolan dan Collin
(1996;4) suhu air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi
kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.
Dapat diperkirakan bahwa perubahan suhu lingkungan hidup dapat
mempengaruhi proses-proses hayati di dalam tubuh organisme karena proses ini
bersifat kimiawi. Juga suhu lingkungan hidup merupakan faktor dalam distribusi
organisme, sedangkan sifat fisika lingkungan hidup, misalnya viskositas air
mempengaruhi suhu. Viskositas air menurun dengan meningkatnya suhu.
Mengingat faktor tersebut suhu merupakan faktor ekologi yang penting
(Koesbiono,1980 dalam Mamangkey, Jack j. 2004).
Dari hasil analisis tabel hasil pengamatan diketahui bahwa ikan menunjukkan
respon yang berbeda terhadap pengaruh perubahan suhu. Hal ini menunjukkan
bahwa kebutuhan Oksigen dan Kisaran toleransi ikan berbeda meski dalam satu
spesies. Menurut Fujaya (1999;115) kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi
umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua umur ikan, laju metabolisme
semakin rendah. Fujaya menambahkan bahwa perbedaan aktivitas juga
menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Pada praktikum kali ini dapat
dirumuskan beberapa kemungkinan yang menyebabkan gerakan operkulum ikan
berbeda pada beberapa perlakuan, kemungkinan tersebut antara lain yakni, ikan
mujair yang digunakan dalam praktikum kali ini memiliki umur, aktivitas dan
ukuran tubuh yang berbeda.
Dapat disimpulkan juga ikan yang berada pada suhu rendah tidak langsung
mati begitu saja, namun melalui tahap-tahap adaptasi terlebih dahulu. Setelah
hewan ini tdak mampu beradaptasi maka hewan ini akan mati, terlihat pada proses
pengamatan ikan yang kami amati pingsan terlebih dahulu, badannya keras, ketika
kami pindahkan kesuhu normal ikan ini mash mampu bertahan hidup namun tidak
lama kemudian ikan ini mati
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulakan beberapa hal yaitu :
1. Salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam
hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan
lingkungan. pengaruh ini berbeda pada setiap organisme baik itu
fitoplankton, zooplankton, maupun ichthyoplankton. Pengaruh salinitas
pada ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di laut relatif stabil yaitu
berkisar antara 30-36, sedangkan larva ikan biasanya cepat menyusuaikan
diri terhadap tekanan osmotik.
2. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan
gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang
ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu
rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan
bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun.
5.2 Saran
Agar praktikum dapat berjalan dengan baik, kegiatan praktikum harus
berjalan dengan prosedur yang ada. Tingkat kehati-hatian juga mempengaruhi
hasil praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga
Collin.1996. Ventilation rates for Goldfish Carassius auratus during changes in
dissolved oxygen. Professional Papper. University of Nevada Las Vegas.
12-4-1996
Darmadi. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan (Operkulum Ikan).
Bandung. Universitas Padjajaran. http://dharmadharma.wordpress.com/
diakses pada Jum’at, 8 April 2011 pukul 19.30 WIB
Djamal, Zoer’aini.1992.Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit
P.T Bumi Aksara
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung. Penerbit Institut Teknologi
Bandung
Fujaya, Yushinta. 2004. Fisologi Ikan. Jakarta. Penerbit P.T Rineka Cipta
Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius
Koesbiono, 1980. Biologi Laut. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.
Mamangkey, Jack j. 2004. Ekologi Ikan Butini (Glossogobius matanensis) di
Danau Matano Daerah Malili Sulawesi Selatan. Makalah Falsafah Sains
(pps 702) program pascasarjana/s3 Institut Pertanian Bogor November 25,
2004 Nolan,
Nawangsari. 1984. Zoologi Umum. Jakarta. Penerbit Erlangga
Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogjakarta. Penerbit Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Sugiri,
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang
Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit
Universitas Gadjah Mada

More Related Content

What's hot

Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilSelly Noviyanty Yunus
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...UNESA
 
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrositSofyan Dwi Nugroho
 
Praktikum Sel Jaringan Hewan dan Tumbuhan
Praktikum Sel Jaringan Hewan dan TumbuhanPraktikum Sel Jaringan Hewan dan Tumbuhan
Praktikum Sel Jaringan Hewan dan TumbuhanHariyatunnisa Ahmad
 
Laporan Pengamatan Praktikum Lalat
Laporan Pengamatan Praktikum LalatLaporan Pengamatan Praktikum Lalat
Laporan Pengamatan Praktikum LalatIswi Haniffah
 
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerUNESA
 
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriFaktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriAditya Rendra
 
Makalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhanMakalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhanRaden Sengkuni
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaTidar University
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi MikrobaRukmana Suharta
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGIEDIS BLOG
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan MediumRukmana Suharta
 
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisPorifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisSinggih Azwar Anas
 

What's hot (20)

Evolusi Vertebrata 1
Evolusi Vertebrata 1Evolusi Vertebrata 1
Evolusi Vertebrata 1
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi ReptilLaporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
Laporan Praktikum 4 Identifikasi Reptil
 
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
Laporan Fisiologi Tumbuhan II Difusi dan Osmosis (Penentuan Potensial Air Jar...
 
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
2. laporan praktikum biologi pengaruh tekanan osmotik terhadap membran eritrosit
 
Praktikum Sel Jaringan Hewan dan Tumbuhan
Praktikum Sel Jaringan Hewan dan TumbuhanPraktikum Sel Jaringan Hewan dan Tumbuhan
Praktikum Sel Jaringan Hewan dan Tumbuhan
 
Laporan Pengamatan Praktikum Lalat
Laporan Pengamatan Praktikum LalatLaporan Pengamatan Praktikum Lalat
Laporan Pengamatan Praktikum Lalat
 
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas PrimerLaporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
Laporan Praktikum Ekologi: Produktivitas Primer
 
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteriFaktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
Faktor faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-bakteri
 
Makalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhanMakalh jaringan pada tumbuhan
Makalh jaringan pada tumbuhan
 
Sistem otot ikan
Sistem otot ikanSistem otot ikan
Sistem otot ikan
 
Praktikum amfibi
Praktikum amfibiPraktikum amfibi
Praktikum amfibi
 
Pengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhanaPengecatan bakteri secara sederhana
Pengecatan bakteri secara sederhana
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi MikrobaLaporan Mikrobiologi -  Teknik Isolasi Mikroba
Laporan Mikrobiologi - Teknik Isolasi Mikroba
 
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGILAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENALAN ALAT-ALAT MIKROBIOLOGI
 
Sistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewanSistem endokrin pada hewan
Sistem endokrin pada hewan
 
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan MediumLaporan Mikrobiologi -  Teknik Pembuatan Medium
Laporan Mikrobiologi - Teknik Pembuatan Medium
 
Porifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilisPorifera leucosolenia viriabilis
Porifera leucosolenia viriabilis
 
Uji Biuret
Uji BiuretUji Biuret
Uji Biuret
 

Viewers also liked

Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)
Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)
Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)aris trea
 
Laporan praktikum pengindraan
Laporan praktikum pengindraanLaporan praktikum pengindraan
Laporan praktikum pengindraanKumalaa Maulanii
 
Laporan praktikum fha
Laporan praktikum fhaLaporan praktikum fha
Laporan praktikum fhaHeri Abrianto
 
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fishendokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fishPutra putra
 
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY SolokLaporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solokhimabioummy
 
Laporan ekowan behaviour
Laporan ekowan behaviour Laporan ekowan behaviour
Laporan ekowan behaviour musa alfatah
 
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas BrawijayaLaporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas BrawijayaDoni Dwi Darsana
 
7 pencemaran air
7 pencemaran air7 pencemaran air
7 pencemaran airawireni
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Heri Abrianto
 
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu RaniPertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu RaniSuryati Purba
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanPT. SASA
 
Laporan biokimia bab 2 agta
Laporan biokimia bab 2 agtaLaporan biokimia bab 2 agta
Laporan biokimia bab 2 agtaagta liem agta
 

Viewers also liked (20)

Laporan fisiologi hewan air
Laporan fisiologi hewan airLaporan fisiologi hewan air
Laporan fisiologi hewan air
 
Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)
Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)
Praktikum iii respirasi ikan nila (http://arisnagan.blogspot.co.id)
 
Protozoa
ProtozoaProtozoa
Protozoa
 
Penelitian protozoa
Penelitian protozoaPenelitian protozoa
Penelitian protozoa
 
Laporan praktikum pengindraan
Laporan praktikum pengindraanLaporan praktikum pengindraan
Laporan praktikum pengindraan
 
Laporan praktikum fha
Laporan praktikum fhaLaporan praktikum fha
Laporan praktikum fha
 
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fishendokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
endokrinologi ikan sub bahasan stress in fish
 
Anatomi dan fisiologi ikan nila hitam
Anatomi dan fisiologi ikan nila hitamAnatomi dan fisiologi ikan nila hitam
Anatomi dan fisiologi ikan nila hitam
 
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY SolokLaporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
Laporan praktikum ekologi hewan UMMY Solok
 
Laporan ekowan behaviour
Laporan ekowan behaviour Laporan ekowan behaviour
Laporan ekowan behaviour
 
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas BrawijayaLaporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
Laporan Praktikum Oseanografi Universitas Brawijaya
 
Morfologi ikan
Morfologi ikanMorfologi ikan
Morfologi ikan
 
7 pencemaran air
7 pencemaran air7 pencemaran air
7 pencemaran air
 
Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18Laporan praktikum 2 kelompok 18
Laporan praktikum 2 kelompok 18
 
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu RaniPertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
Pertemuan 5. interaksi alelik dan epistasisDasar-dasar Genetika Bu Rani
 
Makalah Redenominasi
Makalah RedenominasiMakalah Redenominasi
Makalah Redenominasi
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
Pergerakan Haiwan
Pergerakan HaiwanPergerakan Haiwan
Pergerakan Haiwan
 
Sistem gerak hewan
Sistem gerak hewanSistem gerak hewan
Sistem gerak hewan
 
Laporan biokimia bab 2 agta
Laporan biokimia bab 2 agtaLaporan biokimia bab 2 agta
Laporan biokimia bab 2 agta
 

Similar to Laporan ekologi hewan fisiologi ikan

Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)winda dwi
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautGoogle
 
homeostasis.pptx
homeostasis.pptxhomeostasis.pptx
homeostasis.pptxJirahYunus1
 
Fisiologi hewan
Fisiologi hewanFisiologi hewan
Fisiologi hewanindri951
 
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxPPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxLondo4
 
Osmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptx
Osmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptxOsmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptx
Osmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptxnabilahsakhira
 
Power Point Mekanisme Homeostasis Hewan
Power Point Mekanisme Homeostasis  HewanPower Point Mekanisme Homeostasis  Hewan
Power Point Mekanisme Homeostasis Hewaninasriandy1996
 
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWANMAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWANikhsan saputra
 
Hubungan Suhu dan pelagis besar
Hubungan Suhu dan pelagis besarHubungan Suhu dan pelagis besar
Hubungan Suhu dan pelagis besarRachmatHidayat82
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2jackruto
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...jackruto
 
Termoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getarTermoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getarAsfar Syafar
 

Similar to Laporan ekologi hewan fisiologi ikan (20)

Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
Laporan fiswan oksigen terlarut (dissolved oxygen)
 
Laporan 8 suhu
Laporan 8 suhuLaporan 8 suhu
Laporan 8 suhu
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
homeostasis.pptx
homeostasis.pptxhomeostasis.pptx
homeostasis.pptx
 
Fisiologi hewan
Fisiologi hewanFisiologi hewan
Fisiologi hewan
 
Titip yah
Titip yahTitip yah
Titip yah
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptxPPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
PPT KEL 1 FISIOlLOGI HEWAN HOMEOSTASIS.pptx
 
Osmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptx
Osmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptxOsmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptx
Osmoregulasi Kelompok pelajaran sains1A.pptx
 
Makalah fiswan
Makalah fiswan Makalah fiswan
Makalah fiswan
 
Prin besok
Prin besokPrin besok
Prin besok
 
Power Point Mekanisme Homeostasis Hewan
Power Point Mekanisme Homeostasis  HewanPower Point Mekanisme Homeostasis  Hewan
Power Point Mekanisme Homeostasis Hewan
 
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWANMAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
MAKALAH osmoregulasi PADA HEWAN
 
Hubungan Suhu dan pelagis besar
Hubungan Suhu dan pelagis besarHubungan Suhu dan pelagis besar
Hubungan Suhu dan pelagis besar
 
Laporan 2 (termoregulasi)
Laporan 2 (termoregulasi)Laporan 2 (termoregulasi)
Laporan 2 (termoregulasi)
 
Kelompok 2
Kelompok 2Kelompok 2
Kelompok 2
 
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN Penyesuaian Hewan Poikilotermik Terhadap Ok...
 
Termoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getarTermoregulasi rambut getar
Termoregulasi rambut getar
 
Ekosistem
EkosistemEkosistem
Ekosistem
 
Makalh thermoregulasi
Makalh thermoregulasiMakalh thermoregulasi
Makalh thermoregulasi
 

Recently uploaded

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapsefrida3
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5ssuserd52993
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptxHendryJulistiyanto
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptxMiftahunnajahTVIBS
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 

Recently uploaded (20)

Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genapDinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
Dinamika Hidrosfer geografi kelas X genap
 
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
JAWAPAN BAB 1 DAN BAB 2 SAINS TINGKATAN 5
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
442539315-ppt-modul-6-pend-seni-pptx.pptx
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
11 PPT Pancasila sebagai Paradigma Kehidupan dalam Masyarakat.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 

Laporan ekologi hewan fisiologi ikan

  • 1. ADAPTASI HEWAN PERAIRAN PADA EKOSISTEM SUNGAI PADA BERBAGAI FAKTOR FISIK LINGKUNGAN Oleh : 1. Ira Kendy 2. Ine Tiara Anggita 3. Leny Aprianita 4. Muchammad Sangkut 5. Nia Nopita 6. Najma Istifada 7. Ovie Sella Ramadhani 8. Okta Diana Pembimbing : Irham Falahudin, M.Si Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang 2014
  • 2. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan suatu organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi mencerminkan keseluruhan toleransinya terhadap seluruh kumpulan variabel lingkungan yang dihadapi organisme tersebut (Campbell. 2004; 288). Artinya bahwa setiap organisme harus mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi lingkungannya. Adaptasi tersebut berupa respon morfologi, fisiologis dan tingkah laku. Pada lingkungan perairan, faktor fisik, kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan (Tunas. 2005;16). Suhu merupakan faktor penting dalam ekosistem perairan (Ewusie. 1990; 180). Kenaikan suhu air dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu (Kanisius. 1992; 22). Menurut Soetjipta (1993; 71), Air memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air daripada di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu mahluk akuatik sering memiliki toleransi yang sempit. Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu lingkungan sekelilingnya (Hoole et al, dalam Tunas. 2005; 16). Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Yushinta. 2004: 14). Secara kesuluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa spesies mampu hidup pada suhu air mencapai 290C, sedangkan jenis lain dapat hidup pada suhu air yang sangat dingin, akan tetapi kisaran toleransi individual terhadap suhu umumnya terbatas(Sukiya. 2005; 9) Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992; 23). Hal tersebut dapat
  • 3. diamati dari perubahan gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan satu dengan lainnya berbeda, misalnya pada ikan salmonid suhu terendah yang dapat menyebabkan kematian berada tepat diatas titik beku, sedangkan suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis ikan (Tunas. 2005; 16-17). Telah diketahui diatas bahwa suhu merupakan faktor abiotik yang paling berpengaruh pada lingkungan perairan, maka perlu diketahui bagaimana suhu mempengaruhi aktifitas biologis spesies ikan tertentu melalui gerakan operculum Ikan Mas Komet (Carassius auratus). Ikan memiliki kemampuan adaptasi yang beragam, ini bisa saja terkait ekosistem ataupun terkait fungsi tubuh hewan itu sendiri. Maka dari itu dilakukan suatu pengamatan agar bisa mengetahui bagaimana ikan beradaptasi, mampu bertahan hidup diberbagai kondisi dan berbagai kegiatan. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut : 1.Melihat perbedaan faktor-faktor fisik yang mempengaruhi kehidupan disungai. 2.Melihat adaptasi hewan air terhadap perubahan faktor-faktor fisik dan kemis. 3.Mengetahui aktivitas metamarfosis katak dan ikan pada air kolam atau sungai.
  • 4. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fisiologi Fisiologi dapat di defenisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme, dan cara kerja dari organ, jaringan dan sel-sel organisme. Fisiologi mencoba menerangkan faktor-faktor fisika dan kimia yang mempengaruhi seluruh proses kehidupan (Nawangsari, 1984). Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologi yang tidak di miliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ- organ ikan di sesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, ikan memiliki kemampuan untuk mendeteksi kekuatan dan arah arus air karena memiliki memiliki organ yang di kenal dengan linea lateralis. Contoh lain, perbeedaan konsentrasi antara medium tempat hidup dan konsentrasi cairan tubuhnya (Nawangsari, 1984). Ikan secara fisiologi memiliki kemampuan untuk mempertahankan agar suhu tubuhnya tetap hangat (endotermi) contohnya pada ikan-ikan pelagis besar (Tuna), namun sebagian besar ikan bersifat poikiloterm yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan. Ikan tidak dapat mempertahankn temperatur tubuh yang berbeda dengan lingkungan, karena sistem pergerakan panas dalam otot-ototnya sebanding dengan pergerakan yang melalui insang. Sebagian besar panas dalam darah di transfer ke otot melalui pembuluh arteri yang merupakan tempat pertukaran panas. Agar suhu tubuhnya tetap stabil, ikan melakukan adaptasi fisiologi melalui pergerakannya, misalnya diurnal, nocturnal, musiman dll. Apabila di suatu daerah suhu airnya menjadi hangat, maka ikan-ikan akan bergerak ke bawah, kebagian yang lebih dingin atau bermigrasi ke tempat lain. Demikian pula sebaliknya (Nawangsari, 1984). 2.2 Pengertian Adaptasi Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
  • 5. a) memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan). b) mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas. c) mempertahankan hidup dari musuh alaminya bereproduksi. d) merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya (Ewusie, 1990) Menurut Ewusie (1990), organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis. Dalam beradaptasi, hewan memiliki toleransi dan resistensi pada kisaran : 1) Zona Lethal Kisaranekstrimdarivariabellingkunganyangmenyebabkankematian bagiorganisme. 2) ZonaOrganisme Kisaran intermedier dimana suatu organisme dapat hidup. 2.3 Jenis Adaptasi Adaptasi terbagi atas tiga jenis yaitu: Adaptasi morfologi adalah adaptasi yang meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Adaptasi Fisiologi adalah adaptasi yang meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak. Adaptasi Tingkah Laku adalah adaptasi berupa perubahan tingkah laku. Misalnya: ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara (Ewusie, 1990). 1. Adaptasi Morfologi Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhanorganismehidup. 2. Adaptasi Fisiologi Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkanadanyapenyesuaianpadaalat-alattubuhuntukmempertahankanhidupdengan baik. 3. AdaptasiTingkahLaku
  • 6. Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadaplingkungannyasepertipadabinatangbunglonyangdapatberubahwarnakulitsesuai denganwarnayangadadilingkungansekitarnyadengantujuanuntukmenyembunyikandiri. 2.4 Biologi Ikan Pisces (Ikan) merupakan superkelas dari subfilum Vertebrata yang memiliki keanekaragaman sangat besar (Sukiya. 2005; 33). Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia (Fujaya,1999 dalam Dhamadi. 2009). Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air suhu air, seperti vertebrata poikiloterm lain suhu tubuhnya bersifat ektotermik, artinya suhu tubuh sangat tergantung atas suhu lingkungan (Sukiya.2005;9-10). Selanjutnya Sukiya menambahkan bahwa beberapa ikan mempunyai perilaku istimewa seperti ikan Glodok yang dapat berjalan di atas daratan dan memanjat pohon. 2.5 Fisiologi Respirasi Ikan Sebagai biota perairan, Ikan merupakan mendapatkan Oksigen terlarut dalam air. Pada hampir semua Ikan, insang merupakan komponen penting dalam pertukaran gas, insang terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras, dengan beberapa filamen insang di dalamnya (Fujaya. 1999; 103). Menurut Sukiya (2005; 16), Setiap kali mulut dibuka, maka air dari luar akan masuk menuju farink kemudian keluar lagi melalui melewati celah insang, peristiwa ini melibatkan kartilago sebagai penyokong filamen ikan. Selanjutnya Sukiya menambahkan bahwa lamella insang berupa lempengan tipis yang diselubungi epitel pernafasan menutup jaringan vaskuler dan busur aorta, sehingga karbondioksida darah dapat bertukar dengan oksigen terlarut di dalam air. Organ insang pada ikan ditutupi oleh bagian khusus yang berfungsi untuk mengeluarkan air dari insang yang disebut operculum yang membentuk ruang
  • 7. operkulum di sebelah sisi lateral insang (Sugiri. 1984; 1966). Laju gerakan operculum ikan mempunyai korelasi positif terhadap laju respirasi ikan. 2.6 Pengertian Suhu Suhu adalah ukuran energi gerakan molekul. Di samudera, suhu bervariasi secara horizontal sesuai garis lintang dan juga secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Proses kehidupan yang vital yang secara kolektif disebut metabolisme, hanya berfungsi didalam kisaran suhu yang relative sempit biasanya antara 0-40°C, meskipun demikian bebarapa beberapa ganggang hijau biru mampu mentolerir suhu sampai 85°C. Selain itu, suhu juga sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Oleh karena itu, tidak heran jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu. Ada yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, disebut bersifat euryterm. Sebaliknya ada pula yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm. Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat. Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik (Ewusie, 1990). Beberapa ahli mengemukakan tentang suhu : a) Nontji (1987), menyatakan suhu merupakan parameter oseanografi yang mempunyai pengaruh sangat dominan terhadap kehidupan ikan khususnya dan sumber daya hayati laut pada umumnya. b) Hela dan Laevastu (1970), hampir semua populasi ikan yang hidup di laut mempunyai suhu optimum untuk kehidupannya, maka dengan mengetahui suhu optimum dari suatu spesies ikan, kita dapat menduga keberadaan kelompok ikan, yang kemudian dapat digunakan untuk tujuan perikanan. c) Nybakken (1988), sebagian besar biota laut bersifat poikilometrik (suhu tubuh dipengaruhi lingkungan) sehingga suhu merupakan salah satu faktor
  • 8. yang sangat penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme. Sesuai apa yg dikatakan Nybakken pada tahun 1988 bahwa Sebagian besar organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat dipengaruhi suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik. Berdasarkan penyebaran suhu permukaan laut dan penyebaran organisme secara keseluruhan maka dapat dibedakan menjadi 4 zona biogeografik utama yaitu: kutub, tropic, beriklim sedang panas dan beriklim sedang dingin. Terdapat pula zona peralihan antara daerah-daerah ini, tetapi tidak mutlak karena pembatasannya dapat agak berubah sesuai dengan musim. Organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30°C. Perubahan suhu di bawah 20°C atau di atas 30°C menyebabkan ikan mengalami stres yang biasanya diikuti oleh menurunnya daya cerna (Trubus Edisi 425, 2005). Oksigen terlarut pada air yang ideal adalah 5-7 ppm. Jika kurang dari itu maka resiko kematian dari ikan akan semakin tinggi. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa ikan yang mampu hidup suhu yang sangat ekstrim. Dari data satelit NOAA, contoh jenis ikan yang hidup pada suhu optimum 20-30°C adalah jenis ikan ikan pelagis. Karena keberadaan beberapa ikan pelagis pada suatu perairan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi. Faktor oseanografis yang dominan adalah suhu perairan. Hal ini dsebabkan karena pada umumnya setiap spesies ikan akan memilih suhu yang sesuai dengan lingkungannya untuk makan, memijah dan aktivitas lainnya. Seperti misalnya di daerah barat Sumatera, musim ikan cakalang di Perairan Siberut puncaknya pada musim timur dimana SPL 24-26°C, Perairan Sipora 25-27°C, Perairan Pagai Selatan 21-23°C. 2.7 Pengaruh Suhu Air terhadap Ekosistem Perairan
  • 9. Salah satu faktor fisik lingkungan perairan adalah suhu. Permukaan air peka terhadap perubahan suhu, perubahan suhu dipengaruhi oleh letak geografisnya, ketinggian tempat, lama paparan terhadap matahari dan kedalaman badan air (Tunas. 2005;16, 18). Kenaikan suhu air akan dapat menimbulkan beberapa akibat sebagai berikut (Kanisius. 2005; 22-23): a. Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun. b. Kecepatan reaksi kimia meningkat c. Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. d. Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya mungkin akan mati. Selanjutnya menurut Munro (1978 dalam Tunas 2005; 18), Peningkatan suhu air dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas-gas, tetapi meningkatkan solubilitas senyawa-senyawa toksik seperti polutan minyak mentah dan pestisida, serta meningkatkan toksisitas logam berat, sebagai contoh bahwa pada air tawar (salinitas 0%) peningkatan suhu dari 25 menjadi 300C menyebabkan penurunan kelarutan oksigen dari 8,4 menjadi 7,6 mg/liter. 2.8 Pengaruh Suhu Air terhadap Respon Fisiologis dan Tingkah Laku Ikan Ikan memiliki derajat toleransi terhadap suhu dengan kisaran tertentu yang sangat berperan bagi pertumbuhan, inkubasi telur, konversi pakan dan resistensi terhadap penyakit (Tunas. 2005;16). Selanjutkan Tunas menambahkan bahwa ikan akan mengalami stres manakala terpapar pada suhu di luar kisaran yang dapat ditoleransi. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun (Tunas. 2005;16-17). Pada dasarnya suhu rendah
  • 10. memungkinkan air mengandung oksigen lebih tingi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres pernafasan pada ikan berupa penurunan laju respirasi dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen. Penelitihan oleh Kuz’mina et al. (1996 dalam Tunas. 2005) menunjukkan bahwa suhu perairan sangat berpengaruh terhadap laju metabolisme dan proses- proses biologis ikan. Ditunjukkan bahwa aktivitas enzim pencernaan karbohidrase sangat dipengaruhi oleh suhu, aktivitas protease tertinggi dijumpai pada musim panas, adapun aktivitas amilase tertinggi dijumpai pada musim gugur (Hofer, 1979a ; 1979b dalam Tunas. 2005; 18). Menurut Kanisius (1992; 23) suhu air yang relatif tinggi dapat ditandai antara lain dengan munculnya ikan-ikan dan hewan air lainnya ke permukaan untuk mencari oksigen. 2.9 Pengertian Salinitas Salinitas adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Ikan seribu (Poecilia reticulata), merupakan salah satu ikan tawar yang banyak ditemukan di sekitar lingkungan, misalnya parit, sungai, dan lain sebagainya, sebab ikan tersebut dapat dengan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Perbedaan antara ikan seribu jantan berada pada ukurannya. Ikan jantan memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan betina, selain itu ikan jantan memiliki aneka macam warna pada tubuhnya, dan memiliki bintik hitam seperti mata pada masing-masing sisi tubuhnya, sedangkan ikan betina tidak memilikinya (Gusrina, 2008). Setiap ikan akan mengalami proses osmosis melalui insangnya, air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Proses ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Sebaliknya garam akan cenderung keluar. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung secara seimbang. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan ini dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah
  • 11. untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan (Gusrina, 2008). Masing-masing ikan memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Poecilita reiculata dapat hidup dengan ukuran salinitas tertentu, yaitu pada perairan dengan salinitas tinggi (air asin), hingga 150% salinitas normal air laut. Untuk membuktikan pada salinitas berapakah ikan seribu tersebut dapat bertahan hidup, maka praktikum ini dilaksanakan. Selain itu, P. reticulata dipilih sebagai sampel karena mudah ditemukan dan mudah untuk diamati pergerakkannya pada setiap salinitas yang berbeda. 2.10 Hubungan Salinitas Dengan Fisiologi Ikan Secara ideal, salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan nilai salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). andungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Laevastu dan Hayes (1981) menyatakan perubahan salinitas di laut terbuka relatif lebih kecil dibandingkan dengan perubahan salinitas di pantai yang memiliki masukan air tawar dari sungai terutama saat musim hujan. Salinitas berpengaruh pada osmoregulasi dari ikan serta berpengaruh besar terhadap kesuburan dan pertumbuhan telur. Beberapa spesies bisa hidup dengan toleransi salinitas yang besar (euryhaline) tetapi ada juga yang sempit (stenohaline). Disamping itu Hayes dan Laevastu (1982) menyatakan bahwa salinitas berpengaruh pada distribusi, orientasi migrasi, dan kesuksesan reprodukasi dari ikan. Hayes dan Laevastu (1982) menjelaskan bahwa salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan lingkungan. pengaruh ini berbeda pada setiap organisme baik itu fitoplankton, zooplankton, maupun ichthyoplankton. Pengaruh salinitas pada ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di laut relatif stabil yaitu berkisar antara 30 - 36 ‰, sedangkan larva ikan biasanya cepat menyusuaikan diri terhadap tekanan osmotik. Namun demikian cenderung memilih perairan dengan
  • 12. kadar salinitas yang sesuai dengan tekanan osmotik tubuhnya. Dan hal ini secara langsung akan sangat mempengaruhi distribusi larva ikan (Lignot et al., 2000). BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum pengamatan perilaku adaptasi hewan perairan pada beberapa faktor fisik lingkungan yaitu pada tanggal hari dan tahun, bertempat dilaboratorium Jurusan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Raden Fatah Palembang 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat 1. pH Meter 2. Salinometer 3. Termometer 4. Aquarium 3.2.2 Bahan 1. Garam 2. Batu es 3. Ikan mujair atau ikan mas (oreo cromis) 4. Air hangat 5. Air bersuhu normal 3.3 Cara Kerja 1. Sediakan 3 aquarium dan 3 ikan mujair atau ikan mas 2. Masukkan masing-masing aquarium dengan air biasa, air garam dan air dingin (es) serta air hangat. 3. Untuk aquarium berisi air hangat dan air dingin ukur suhu airnya dengan menggunakan termometer, kemudian ukur pH airnya dan kadar garamnya
  • 13. 4. Untuk aquarium berisi air garam, terlebih dahulu ukur kadar garamnya dengan salinometer, selajutnya ukur pH nya dan suhunya. 5. Masukkan ikan pada masing-masing aquarium, lalu amati perubahan insangnya dan kemudian catat berapa banyak ikan tersebut membuka dan menutup insang atau mulutnya pada masing-masing aquarium. 6. Catat data yang diperoleh dan masukkan dalam tabel pengamatan.
  • 14. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Tabel Hasil Pengamatan Ikan mujair Pada Suhu rendah yaitu dengan suhu 10o C dan pH 8, 30 Panjang insang 17 cm Lebar 8 cm. waktu Hasil Kondisi awal Warna insang masih berwarna merah hati dan pergerakan ikan ini masih aktif 5 menit pertama Insang membuka dan menutup sebanyak 255 kali dengan suhu 10 o C 5 menit kedua Insang membuka dan menutup sebanyak 115 kali dengan suhu 10 o C 5 Menit ke tiga Insang membuka dan menutup sebanyak 104 kali dengan suhu 10 o C 5 menit ke 4 Insang membuka dan menutup sebanyak 130 kali dengan suhu 10 o C 5 menit ke 5 Insang membuka dan menutup sebanyak 138 kali dengan suhu 10 o C138 kali 5 menit ke 6 Insang membuka dan menutup sebanyak 192kali dengan suhu 10 o C138 kali 4.2 Pembahasan Pada praktikum Pengaruh Lingkungan terhadap Ikan dengan terhadap banyaknya beberapa kali ikan menutup dan membuka operculum telah menunjukkan bahwa kenaikan maupun penurunan suhu air tidak mempengaruhi
  • 15. gerakan operkulum ikan dengan nyata. Pada uji coba yang kami lakukan terbukti bahwa perubahan suhu air memberikan respon yang tidak berarti bagi ikan. Namun berdasarkan data, secara kasar dapat dikatakan juga penurunan suhu membuat ikan semakin lama melemah aktivitasnya. Suhu kontrol awal yakni 24o C, selanjutnya suhu diturunkan dengan diberikan batu es pergerakan operkulum per lima menit pertama yaitu sebanyak 225 kali. Suhu yang digunakan yaitu tidak berubah yaitu 10 o C, namun hasilnya semakin lama waktu ikan dimasukkan dalam air es, semakin lambat pula gerakan operkulumnya. Hal ini kemungkinan karena faktor suhu yang membuat ikan ini tidak nyaman atau tidak bisa beradabtasi dengan baik, sehingga akhirnya ikan ini mati. Kecepatan renang Ikan pada suhu air normal berbeda pada saat suhu air berada pada 10o C. Pada suhu normsl ikan berenang lebih cepat daripada pada suhu sebelumnya. Perubahan kecepatan renang tersebut tidak selalu berbanding lurus dengan perubahan gerakan operkulum, karena peningkatan kecepatan renang tidak menyebabkan peningkatan gerakan operkulum pada ulangan 1. Perubahan suhu yang besar dan mendadak jelas dengan nyata mempengaruhi adaptasi Ikan, Ikan yang diaklimasikan ke suhu yang dingin akan berenang lebih cepat (Campbell. 2002; 294). Pada perlakuan ini ada korelasi bahwa semakin rendah suhu maka semakin cepat gerakan renang Ikan dan semakin cepat pula gerakan operkulum sebagai respon suhu rendah, dimana korelasi ini tidak kami temui pada perlakuan pada suhu panas. Ikan yang hidup di dalam air yang mempunyai suhu relatif tinggi akan mengalami kenaikan kecepatan respirasi (Kanisius. 1992; 23). Hal tersebut dapat diamati dari perubahan gerakan operculum ikan. Kisaran toleransi suhu antara spesies ikan satu dengan lainnya berbeda, misalnya pada ikan salmonid suhu terendah yang dapat menyebabkan kematian berada tepat diatas titik beku, sedangkan suhu tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis ikan (Tunas. 2005; 16-17). Sedangkan kisaran toleransi pada Ikan Mas Komet dalam praktikum kali ini sulit ditentukan dengan pasti. Namun dapat diketahui bahwa suhu tinggi
  • 16. menyebabkan gerakan operkulum semakin naik dan suhu rendah menurunkan gerakan operkulum. Gerakan operkulum sebenarnya merupakan indikator laju respirasi Ikan. Sedangkan suhu merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Telah diketahui bahwa suhu tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya. Menurut Fujaya (1999;106) rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan atau hewan air harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil Oksigen. Fujaya menambahkan bahwa tidak hanya volume besar yang dibutuhkan tetapi juga energi pemompaan juga semakin besar. Menurut Nolan dan Collin (1996;4) suhu air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan. Dapat diperkirakan bahwa perubahan suhu lingkungan hidup dapat mempengaruhi proses-proses hayati di dalam tubuh organisme karena proses ini bersifat kimiawi. Juga suhu lingkungan hidup merupakan faktor dalam distribusi organisme, sedangkan sifat fisika lingkungan hidup, misalnya viskositas air mempengaruhi suhu. Viskositas air menurun dengan meningkatnya suhu. Mengingat faktor tersebut suhu merupakan faktor ekologi yang penting (Koesbiono,1980 dalam Mamangkey, Jack j. 2004). Dari hasil analisis tabel hasil pengamatan diketahui bahwa ikan menunjukkan respon yang berbeda terhadap pengaruh perubahan suhu. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan Oksigen dan Kisaran toleransi ikan berbeda meski dalam satu spesies. Menurut Fujaya (1999;115) kebutuhan oksigen ikan sangat dipengaruhi umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua umur ikan, laju metabolisme semakin rendah. Fujaya menambahkan bahwa perbedaan aktivitas juga menyebabkan perbedaan kebutuhan oksigen. Pada praktikum kali ini dapat dirumuskan beberapa kemungkinan yang menyebabkan gerakan operkulum ikan berbeda pada beberapa perlakuan, kemungkinan tersebut antara lain yakni, ikan mujair yang digunakan dalam praktikum kali ini memiliki umur, aktivitas dan ukuran tubuh yang berbeda.
  • 17. Dapat disimpulkan juga ikan yang berada pada suhu rendah tidak langsung mati begitu saja, namun melalui tahap-tahap adaptasi terlebih dahulu. Setelah hewan ini tdak mampu beradaptasi maka hewan ini akan mati, terlihat pada proses pengamatan ikan yang kami amati pingsan terlebih dahulu, badannya keras, ketika kami pindahkan kesuhu normal ikan ini mash mampu bertahan hidup namun tidak lama kemudian ikan ini mati
  • 18. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulakan beberapa hal yaitu : 1. Salinitas mempengaruhi fisiologis kehidupan organisme dalam hubungannya dengan penyesuaian tekanan osmotik antara sitoplasma dan lingkungan. pengaruh ini berbeda pada setiap organisme baik itu fitoplankton, zooplankton, maupun ichthyoplankton. Pengaruh salinitas pada ikan dewasa sangat kecil karena salinitas di laut relatif stabil yaitu berkisar antara 30-36, sedangkan larva ikan biasanya cepat menyusuaikan diri terhadap tekanan osmotik. 2. Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang. Misalnya stres yang ditandai tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal, sedangkan suhu rendah mengakibatkan ikan menjadi rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. 5.2 Saran Agar praktikum dapat berjalan dengan baik, kegiatan praktikum harus berjalan dengan prosedur yang ada. Tingkat kehati-hatian juga mempengaruhi hasil praktikum.
  • 19. DAFTAR PUSTAKA Campbell. 2004. Biologi, Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta. Penerbit Erlangga Collin.1996. Ventilation rates for Goldfish Carassius auratus during changes in dissolved oxygen. Professional Papper. University of Nevada Las Vegas. 12-4-1996 Darmadi. 2009. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan (Operkulum Ikan). Bandung. Universitas Padjajaran. http://dharmadharma.wordpress.com/ diakses pada Jum’at, 8 April 2011 pukul 19.30 WIB Djamal, Zoer’aini.1992.Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi. Jakarta. Penerbit P.T Bumi Aksara Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung. Penerbit Institut Teknologi Bandung Fujaya, Yushinta. 2004. Fisologi Ikan. Jakarta. Penerbit P.T Rineka Cipta Kanisius. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogjakarta. Penerbis Kanisius Koesbiono, 1980. Biologi Laut. Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor. Mamangkey, Jack j. 2004. Ekologi Ikan Butini (Glossogobius matanensis) di Danau Matano Daerah Malili Sulawesi Selatan. Makalah Falsafah Sains (pps 702) program pascasarjana/s3 Institut Pertanian Bogor November 25, 2004 Nolan, Nawangsari. 1984. Zoologi Umum. Jakarta. Penerbit Erlangga Soetjipta. 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Yogjakarta. Penerbit Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sugiri, Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang. Penerbit Universitas Negeri Malang Tunas, Arthama Wayan. 2005. Patologi Ikan Toloestei. Yogjakarta. Penerbit Universitas Gadjah Mada