SlideShare a Scribd company logo
Laporan Praktikum Biologi Perikanan 
PENGENALAN JENIS IKAN DAN IDENTIFIKASI 
Dosen Penanggung Jawab 
Indra Lesmana, S.Pi, M.Si 
Ani Suryanti, S.Pi, M.Si 
Oleh 
Tiur Natalia Manalu 
120302028 
VI / B 
LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN 
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA 
PERAIRAN 
FAKULTAS PERTANIAN 
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 
MEDAN 
2014
2 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang 
belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai 
medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air 
untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan 
tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan 
oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang/vertebrata, ikan 
menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang 
tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 
483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut 
yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. 
Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena 
hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% 
merupakan perairan tawar. Informasi yang digunakan dalam mempelajari 
hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama 
deskripsi ikan (Burhanuddin, 2008). 
Ikan merupakan hewan vertebrata yang tergolong ke dalam Filum 
Chordata, Kelas Pisces, yang terdiri dari 4 sub kelas, yaitu : Elasmobranchii, 
Chondrostei, Dipnoi dan Teleostei, masing – masing dengan beberapa Ordo, 
Famili dan Genus. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang 
nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas 
antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit terdiri atas Dermis dan Epidermis. 
Dermis terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi dari sebelah luar oleh 
Nepitelium. Diantara sel – sel epitelium terdapat kelenjar uniselluler yang 
mengeluarkan lendir yang manyebabkan kulit ikan menjadi licin. Ikan termasuk 
vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis bernafas melalui 
alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara). 
Mempunyai otak yang terbagi menjadi region - region. Otak dibungkus dalam 
tulang kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang
3 
sejati. Memiliki sepasang mata. Kecuali ikan - ikan siklostomata, mulut ikan 
disokong oleh rahang. Telinga hanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran - 
saluran sirkular, sebagai organ keseimbangan (equilibrium). Sirkulasi mengangkut 
aliran seluruh darah dan jantung melalui insang lalu keseluruh bagian lain. Tipe 
ginjal adalah pronefros dan mesonefros (Ummi, 2011). 
Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis ikan 
yang tinggi. Letak perairan yang berada di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis 
membuat Indonesia memiliki kekayaan jenis biota air yang lebih banyak 
dibandingkan dengan daerah dingin maupun subtropis. Tidak kurang dari 7.000 
spesies ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar 2.000 spesies di antaranya 
merupakan jenis ikan air tawar dan sekitar 27 spesies yang sudah dibudidayakan. 
Ikan nila (Oreochromis niloticusL.) merupakan salah satu ikan air tawar yang 
banyak di budidayakan di Indonesia sejak di datangkan dari Taiwan tahun 1969. 
Ikan nila merupakan ikan asli dari Afrika. Pembudidayaan ikan nila mempunyai 
prospek yang cerah. Hal tersebut disebabkan ikan nila mudah berkembangbiak, 
pertumbuhannya cepat, menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak, ukuran 
badan relatif besar dibandingkan ikan air tawar lain, tahan terhadap penyakit dan 
memiliki rasa yang enak (Tinova, 2011). 
Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) 
spesies ikan di muka bumi ini selalu berkaitan dengan masalah habitat dan 
sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan 
pada habitat tertentu, tidak terlepas dari penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki 
anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses 
pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, cara 
memperoleh makanan, reproduksi dan lain-lain. Kaji banding karakter morfologi 
baik secara internal maupun eksternal dapat menjadi acuan dalam bidang 
ichtiology dan rekayasa genetika. Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari 
morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat 
dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat 
berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal 
bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut,
4 
ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta 
ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi (Rohansyah, dkk., 2010). 
Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi 
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. 
Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Jadi dalam 
melakukan identifikasi kita harus selalu berhubungan dengan kunci identifikasi. 
Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan klasifikasi. Seringkali kedua 
pengertian ini dicampur adukkan padahal prosedur klasifikasi bersifat induktif. 
Identifikasi berhubungan dengan ciri taksonomi dalam jumlah sedikit akan 
membawa specimen ke dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan 
klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri. 
Klasifikasi adalah penataan hewan-hewan ke dalam kelompok yang didasarkan 
atas kesamaan dan hubungan mereka. Identifikasi penting artinya bila ditinjau 
dari segi ilmiahnya, sebab seluruh urutan pekerjaan berikutnya sangat tergantung 
kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu spesies (Ridho, dkk., 2012). 
1.2 Tujuan Praktikum 
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 
1. Untuk mengenal dan mengetahui secara langsung jenis-jenis ikan yang hidup 
secara alami di perairan umum. 
2. Untuk mengetahui cara pengidentifikasian ikan berdasarkan pengamatan 
meristik dan morphometrik ikan. 
3. Untuk mengetahui penggolongan dari spesies ikan yang diamati berdasarkan 
klasifikasinya. 
4. Mengetahui hubungan antara data meristik dan morphometrik ikan serta 
kaitannya dengan lingkungan dimana ikan tersebut berada. 
1.3 Manfaat Praktikum 
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk 
mengikuti praktikum Biologi Perikanan dan sebagai sumber informasi bagi pihak 
yang membutuhkan.
5 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) 
Menurut Muhotimah (2013), ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan 
genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi 
tinggi terhadap kualitas air yang rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada 
habitat-habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk dari ikan nila 
panjang dan ramping berwarna kemerahan atau kuning keputih-putihan. 
Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan 3 : 1. Ikan nila memiliki rupa 
yang mirip dengan ikan mujair, tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih 
tebal, ciri khas lain adalah garis-garis kearah vertikal disepanjang tubuh yang 
lebih jelas dibanding badan sirip ekor dan sirip punggung. Mata kelihatan 
menonjol dan relatif besar dengan tepi bagian mata berwarna putih. Adapun 
klasifikasi dari ikan nila adalah sebagai berikut : 
Kingdom : Animalia 
Filum : Chordata 
Kelas : Osteichtyes 
Ordo : Percomorphii 
Famil : Chiclidae 
Genus : Oreochromis 
Spesies : Oreochromis niloticus 
Ikan nila merupakan spesies ikan tropis yang lebih suka hidup di air 
dangkal. Toleransi ikan ini terhadap perbedaan lingkungan sangat tinggi, dapat 
hidup pada salinitas 0-29 permil, pada suhu 14-38o C, dan pH 5-11, merupakan 
omnivora yang sangat menyenangi pakan alami berupa rotifera, Daphnia sp., 
benthos, perifiton dan fitoplankton, disamping itu bisa juga diberi pakan seperti 
pellet dan dedak. Ikan ini dapat melakukan pemijahan sepanjang tahun dan mulai 
memijah pada umur 6-8 bulan. Seekor induk betina ukuran 200-400 gram dapat 
menghasilkan larva 500-1000 ekor. Keuntungan dari budidaya ikan nila adalah 
kemampuan untuk bereproduksi cukup tinggi. Antara 2-3 bulan dari bibit, ikan 
nila sudah dewasa dan dapat menghasilkan telur setiap bulan satu kali. Sifat ikan
6 
nila yang cepat menghasilkan anak ikan menyebabkan kelebihan populasi ikan 
nila dalam kolam, yang berdampak pada pertumbuhan ikan yang lambat. Hal ini 
dapat dilihat pada saat panen ikan nila terdapat berbagai ukuran dari kecil, sedang 
dan besar. Selain itu sifat penting lain yang dimiliki ikan nila adalah tahan 
terhadap penyakit dan kepadatan tinggi serta lingkungan dengan kualitas air yang 
kurang baik (Sinjali, 2012). 
2.2 Morfometrik dan Meristik Ikan 
Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan 
(measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke 
bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk 
diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar 
badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata. Satuan ukuran yang 
digunakan di dalam morfometrik sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran 
yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau milimeter (mm), tergantung 
kepada keinginan peneliti. Ukuran-ukuran ini disebut ukuran mutlak. Untuk 
memperoleh pengukuran yang lebih teliti, sebaiknya menggunakan jangka sorong 
(calipper). Adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memberikan ukuran 
bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada saat melakukan 
identifikasi. Ukuran yang digunakan untuk identifikasi hanyalah merupakan 
ukuran perbandingan. Seekor ikan yang memiliki panjang total 25 cm dan panjang 
kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam buku-buku identifikasi 
adalah panjang kepala sama dengan seperlima panjang totalnya (Omar, 2011). 
Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini 
dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor 
lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH dan salinitas. Perbedaan 
ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat 
disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan salinitas atau karena 
faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh 
yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pengukuran ciri morfometrik dapat 
dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda pengukuran baku dan 
metoda truss morfometri. Namun metoda baku mengandung kelemahan misalnya
7 
pengukuran lebar badan tidak mengikuti anatomi ikan sehingga tidak konsisten 
dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh masih 
terlalu umum dalam menggambarkan bentuk ikan. Sedangkan metoda truss 
morfometrik digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan 
dengan memilih titik-titik homologus tertentu disepanjang tubuh dan mengukur 
jarak antara titik-titik tersebut (Widiyanto, 2008). 
Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran 
bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan 
penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang 
termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, 
jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah 
vertebra, dan jumlah gelembung renang. Sirip punggung disingkat dengan D, sirip 
ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan V dan sirip dada dengan 
P. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari 
lemah. Jari-jari keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak 
dapat dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk atau patil dan 
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari lemah bersifat agak 
cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku atau beruas-ruas. 
Bentuknya berbeda-beda tergantung pada jenis ikannya. Jari-jari lemah ini 
mungkin sebagian keras atau mengeras, pada salah satu sisinya bergigi-gigi, 
bercabang atau satu sama lain saling berlekatan (Omar, 2011). 
Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di 
bawah sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk 
tidak ada maka dihitung jumlah sisik pada garis dimana biasa garis rusuk berada. 
Penghitungan berakhir pada permulaan pangkal ekor, atau pada ruas tulang 
belakang bagian ekor yang terakhir. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah 
sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung 
bahu ini. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung sisik-sisik di atas 
dan di bawah garis rusuk, yaitu: 1) dengan cara menjatuhkan garis tegak dari 
permulaan sirip punggung pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, 
kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis tersebut, 2) jika 
cara di atas tidak mungkin dilakukan karena garis tersebut melalui dasar sirip
8 
perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut sampai ke 
punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis ini, 
3) cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari 
permulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan ke belakang, sedangkan 
untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai pada permulaan sirip dubur dan 
dihitung miring naik ke atas dan ke muka (Agus, 2010). 
Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada 
(pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal 
fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas 
sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip 
anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya 
berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah. Ikan Nila memiliki 
sirip punggung dengan rumus D XV, 10, sirip ekor C II, 15, dan sirip perut C I, 6. 
rumus tersebut menunjukkan perincian sebagai berikut : D XV, 10 artinya D = 
Dorsalis (sirip punggung), XV = 15 duri, dan 10 = 10 jari-jari lemah. Adapaun C 
II, 15 artinya C = Caudalis (sirip ekor) terdiri dari 2 duri, dan 15 jari-jari lemah.. 
V I, 6 artinya V = Ventralis (sirip perut) terdiri dari 1 duri, dan 6 jari-jari lemah 
(Sinjali, 2012). 
Determinasi ikan di lakukan untuk menentukan sistematik ikan ke dalam 
hirarki taksis yang meliputi spesies, genus, famili, ordo, kelas dan filum. Tubuh 
ikan dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Kepala, batas kepala mulai dari mulut 
sampai tutup insang, 2. Badan, batas badan yaitu mulai dari bagian belakang tutup 
insang sampai dengan anus, 3. Ekor, batas ekor yaitu mulai dari anus sampai 
ujung sirip ekor. Variasi bentuk dari bagian tersebut terkadang sangat menonjol, 
sehingga dapat dijadikan pegangan pengenalan atau identifikasi ikan. Sifat, bentuk 
dan bagian ikan yang penting untuk identifikasi adalah : a) Rumus sirip yaitu: 
suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari sirip dan bentuk 
sirip, 2) Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi badan tertentu atau antara 
bagian-bagian itu sendiri, 3) Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk 
garis rusuk itu, 4) Jumlah sisik pada garis pertengahan sisi atau garis sisi, 5) 
Bentuk sisik dan gigi beserta susunan dan tempatnya, 6) Tulang-tulang insang 
(Wahyudi, 2011).
9 
Sudah banyak ditunjukkan dari hasil-hasil percobaan bahwa faktor 
lingkungan seperti suhu, salinitas, pH dan kadar oksigen dapat merubah ekspresi 
gen-gen yang bertanggung jawab terhadap karakter-karakter meristik. Dengan 
demikian untuk ketinggian lintang tertentu jumlah elemen-elemen dari karakter 
meristik pada individu-individu suatu stok dapat berubah sesuai dengan perubahan 
lingkungan hidupnya. Jadi ekspresi sifat-sifat fenotip dari karakter meristik 
mempunyai hubungan timbal balik yang erat dengan epigenetika, faktor fisiologi 
dan lingkungan. Masalah yang muncul dalam mempelajari stok ikan dengan 
metode merfometrik dan meristik dan dapat membuat hasil-hasil analisanya tidak 
bermanfaat adalah terjadinya percampuran antaratara stok ikan-ikan sejenis yang 
mempunyai perbedaan umur. Namun menurut pendapat para ahli biologi bahwa 
pengukuran rutin beberapa aspek morfologi akan menjadi sangat berharga untuk 
memantau perubahan-perubahan yang terjadi pada jenis ikan itu sendiri 
(Syahailatua, 1993). 
Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, 
membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman 
morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga 
hubungan filogenik. Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk 
membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya antara jenis ikan 
yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda dan antar varietas ikan. 
Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai 
kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis tertentu. 
Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup memadai, tetapi 
seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut secara kuantitatif 
dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan menyatakan 
statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukuraukuran 
tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang 
dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri 
morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa 
pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter 
morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur (Widiyanto, 2008).
10 
BAB III 
METODOLOGI 
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum 
Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 05 Mei 2014, 
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biologi Perikanan 
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas 
Sumatera Utara Medan. 
3.2 Alat dan Bahan Praktikum 
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah nampan sebagai 
wadah ikan mas yang akan diamati, pinset untuk menyentuh bagian-bagian 
tertentu dari tubuh ikan mas, penggaris untuk menghitung morfometrik ikan, 
kamera digital sebagai dokumentasi foto hasil pengamatan, alat tulis untuk 
mencatat data yang diperoleh, buku identifikasi sebagai petunjuk dalam 
pengidentifikasian ikan, kertas A4 sebagai tempat penulisan data sementara dan 
kain lap/tissue untuk mengeringkan peralatan yang dipakai. 
Bahan yang digunakan adalah ikan yang hidup secara alami diperairan 
umum yang berbeda pada masing-masing kelempok yang akan diidentifikasi dan 
air untuk membersihkan peralatan yang telah selesai digunakan. 
3.3 Prosedur Praktikum 
1. Diambil ikan perairan umum yang akan diamati, diidentifikasi data 
morfometriknya ikan yang meliputi : panjang total (TL), panjang baku (SL), 
panjang fork (FK), tinggi kepala (Hdl) dan lebar badan tertinggi (Bdh). 
2. Diidentifikasi lagi data meristik ikan yaitu jumlah jari-jari sirip punggung 
(D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A) dan sirip ekor (C), yang 
dihitung meliputi jari-jari keras, lemah mengeras dan jari-jari lemah. 
3. Digambar objek ikan yang digunakan pada kertas A4 dan dicari klasifikasi 
beserta data identifikasi yang diperoleh. 
4. Diambil foto dari setiap perlakuan pengamatan sebagai tujuan dokumentasi 
dan ditabulasi semua data kelompok yang diperoleh.
11 
BAB IV 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
4.1 Hasil 
Gambar ikan Nila (Oreochromis niloticus) 
Gambar ikan Gabus (Channa striata) 
Gambar ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
12 
Gambar ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) 
Gambar Ikan Mas (Cyprinus carpio) 
Data pengamatan identifikasi kan 
No Jenis Ikan Nama Pengamatan Jumlah/ 
Ukuran 
1 Ikan Nila 
(Oreochromis niloticus) 
I. Data Meristik 
A. Perhitungan jumlah sirip 
1) Jumlah sirip punggung (D) 30 
a. Jumlah sirip keras 17 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 10 
c. Jumlah sirip lemah 
2) Jumlah sirip dada (P) 12 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 9 
c. Jumlah sirip lemah 3 
3) Jumlah sirip perut (V) 12 
a. Jumlah sirip keras 12 
b. Jumlah sirip lemah mengeras - 
c. Jumlah sirip lemah -
13 
4) Jumlah sirip anus (A) 12 
a. Jumlah sirip keras 2 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 10 
c. Jumlah sirip lemah - 
5) Jumlah sirip ekor (C) 16 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 16 
c. Jumlah sirip lemah - 
B. Perhitungan jumlah sisik 
1) Pada linea lateralis 22 
2) Pada bagian tubuh terlebar 15 
3) Pada batang ekor 7 
II. Data Morfometrik 
1) Panjang Total (TL) 23 cm 
2) Panjang Baku (SL) 18,7 cm 
3) Panjang Fork (FK) 20.5 cm 
4) Panjang Kepala (Hdl) 6.5 cm 
5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.5 cm 
2 Ikan Gabus 
(Channa striata) 
I. Data Meristik 
A. Perhitungan jumlah sirip 
1) Jumlah sirip punggung (D) 17 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 17 
c. Jumlah sirip keras - 
2) Jumlah sirip dada (P) 31 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 31 
3) Jumlah sirip perut (V) 11 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 11 
4) Jumlah sirip anus (A) 26 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 26 
c. Jumlah sirip lemah - 
5) Jumlah sirip ekor (C) 13 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 13 
c. Jumlah sirip keras 
B. Perhitungan jumlah sisik 
- 
1) Pada linea lateralis 54 
2) Pada bagian tubuh terlebar 19
14 
3) Pada batang ekor 8 
II. Data Morfometrik 
1) Panjang Total (TL) 25 cm 
2) Panjang Baku (SL) 21 cm 
3) Panjang Fork (FK) 25 cm 
4) Panjang Kepala (Hdl) 7 cm 
5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 35 cm 
3 Ikan Mujair 
(Oreochromis 
mossambicus) 
I. Data Meristik 
A. Perhitungan jumlah sirip 
1) Jumlah sirip punggung (D) 27 
a. Jumlah sirip keras 14 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 
c. Jumlah sirip keras 10 
2) Jumlah sirip dada (P) 2 
a. Jumlah sirip keras 6 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 
c. Jumlah jari sirip lemah 3 
3) Jumlah sirip perut (V) 2 
a. Jumlah sirip keras 2 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 2 
c. jumlah jari sirip lemah 2 
4) Jumlah sirip anus (A) 1 
a. Jumlah sirip keras 3 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 5 
c. Jumlah sirip lemah 3 
4) Jumlah sirip ekor (C) 1 
a. Jumlah sirip keras 9 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 4 
c. Jumlah sirip lemah 
B. Perhitungan jumlah sisik 
3 
1) Pada linea lateralis 60 
2) Pada bagian tubuh terlebar 40 
3) Pada batang ekor 20 
II. Data Morfometrik 
1) Panjang Total (TL) 
2) Panjang Baku (SL) 
3) Panjang Fork (FK) 
4) Panjang Kepala (Hdl) 
5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 
4 Ikan Mujair 
(Oreochromis 
mossambicus) 
I. Data Meristik 
A. Perhitungan jumlah sirip 
1) Jumlah sirip punggung (D) 1
15 
a. Jumlah sirip keras 16 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 7 
c. Jumlah sirip lemah 12 
2) Jumlah sirip dada (P) 2 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 56 
c. Jumlah sirip lemah 24 
3) Jumlah sirip perut (V) 2 
a. Jumlah sirip keras 10 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 2 
c. Jumlah sirip lemah 30 
4) Jumlah sirip anus (A) 
a. Jumlah sirip keras 8 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 
c. Jumlah sirip lemah 22 
5) Jumlah sirip ekor (C) 
a. Jumlah sirip keras - 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 54 
c. Jumlah sirip lemah 
B. Perhitungan jumlah sisik 
15 
1) Pada linea lateralis 56 
2) Pada bagian tubuh terlebar 37 
3) Pada batang ekor 22 
II. Data Morfometrik 
1) Panjang Total (TL) 24.2 cm 
2) Panjang Baku (SL) 20.5 cm 
3) Panjang Fork (FK) 22.9 cm 
4) Panjang Kepala (Hdl) 5.9 cm 
5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.1 cm 
4 Ikan Mas 
(Cyprinus carpio) 
I. Data Meristik 
A. Perhitungan jumlah sirip 
1) Jumlah sirip punggung (D) 
a. Jumlah sirip keras 8 
b. Jumlah sirip lemah mengeras - 
c. Jumlah sirip lemah - 
2) Jumlah sirip dada (P) 
a. Jumlah sirip keras 8 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 
c. Jumlah sirip lemah 2 
3) Jumlah sirip perut (V) 
a. Jumlah sirip keras 5 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 
4) Jumlah sirip anus (A) 
a. Jumlah sirip keras 4
16 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 
c. Jumlah sirip lemah - 
5) Jumlah sirip ekor (C) 
a. Jumlah sirip keras 12 
b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 
c. Jumlah sirip lemah 
B. Perhitungan jumlah sisik 
- 
1) Pada linea lateralis 36 
2) Pada bagian tubuh terlebar 13 
3) Pada batang ekor 11 
II. Data Morfometrik 
1) Panjang Total (TL) 26.5 cm 
2) Panjang Baku (SL) 22 cm 
3) Panjang Fork (FK) 24 cm 
4) Panjang Kepala (Hdl) 6 cm 
5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.5 cm 
4.2 Pembahasan 
Pada saat praktikum, identifikasi ikan nila yang dilakukan meliputi 
pengukuran panjang total tubuh 23 cm, panjang baku 18.7 cm, panjang fork 20.5 
cm, panjang kepala 6.5 cm dan tinggi badan ikan nila 8.5 cm. Identifikasi ini 
dinamakan morfometrik dimana dilakukan pengkuran bagian terluar umum ikan 
nila. Menurut literatur omar (2011), yang menjelaskan bahwa morfometrik adalah 
ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring methods). 
Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. 
Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang 
total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang 
sirip, dan diameter mata. Satuan ukuran yang digunakan di dalam morfometrik 
sangat bervariasi. Ikan Nila memiliki sirip punggung dengan rumus D XV, 10, 
sirip ekor C II, 15, dan sirip perut C I, 6. rumus tersebut menunjukkan perincian 
sebagai berikut : D XV, 10 artinya D = Dorsalis (sirip punggung), XV = 15 duri, 
dan 10 = 10 jari-jari lemah. Adapaun C II, 15 artinya C = Caudalis (sirip ekor) 
terdiri dari 2 duri, dan 15 jari-jari lemah.. V I, 6 artinya V = Ventralis (sirip perut) 
terdiri dari 1 duri, dan 6 jari-jari lemah.
17 
Pada saat pengamatan praktikum juga dijumpai adanya variasi antara 
ukuran morfometrik tubuh ikan yang diidentifikasi baik satu spesies maupun 
antarspeies. Ikan nila yang diamati memiliki ukuran morfometrik tubuh yang 
berbeda dari jenis ikan yang diidentifikasi lainnya. Menurut literatur Widiyanto 
(2008), yang menjelaskan bahwa setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang 
berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan 
lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, 
pH dan salinitas. Perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu 
pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan 
dan salinitas atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan 
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pengukuran ciri 
morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda 
pengukuran baku dan metoda truss morfometri. 
Adapun pengukuran merismetik ikan nila yang diukur pada saat praktikum 
meliputi : a) jumlah sirip punggung (D), jumlah sirip keras 17, sirip lemah 3 dan 
sirip lemah mengeras 10, b) jumlah sirip dada (P), jumlah sirip lemah 3, dan 
jumlah sirip lemah mengeras 9, c) jumlah sirip perut (V), jumlah sirip keras 12, d) 
jumlah sirip anus (A), jumlah sirip lemah mengeras 10 dan jumlah sirip keras 2 
dan 5) jumlah sirip ekor (C), jumlah sirip lemah mengeras 16. Pengukuran data 
merismetik ikan nila ini sangat berbeda dengan pengukuran data morfometriknya. 
Menurut literatur Omar (2011), yang menjelaskan bahwa karakter meristik 
berkaitan dengan penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting 
methods). Variabel yang termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari 
sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu 
(pyloric caeca), jumlah vertebra dan jumlah gelembung renang. Jari-jari sirip 
dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-jari 
keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat 
dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk atau patil dan 
berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari lemah bersifat agak 
cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku atau beruas-ruas.
18 
Pada saat praktikum diperoleh data perhitungan jumlah sisik ikan nila, 
yaitu sisik pada linea lateralis sebanyak 22 keping, sisik pada panjang badan 
terlebar 15 keping dan sisik pada batang ekor 7 keping. Ikan nila tergolong ikan 
yang memiliki bagian-bagian tubuh seperti yang dimiliki oleh ikan pada 
umumnya. Menurut literatur Agus (2010), yang menjelaskan bahwa sisik adalah 
garis yang dibentuk oleh pori ikan. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk 
menghitung sisik-sisik di atas dan di bawah garis rusuk, yaitu: 1) dengan cara 
menjatuhkan garis tegak dari permulaan sirip punggung pertama (D1) sampai ke 
pertengahan dasar sirip perut, kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang 
dilalui oleh garis tersebut, 2) jika cara di atas tidak mungkin dilakukan karena 
garis tersebut melalui dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung 
dasar sirip perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik 
yang dilalui oleh garis ini, 3) cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis 
rusuk dihitung mulai dari permulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan 
ke belakang, sedangkan untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai pada 
permulaan sirip dubur dan dihitung miring naik ke atas dan ke muka. 
Pengukuran morfometrik dan meristik ikan nila pada saat pengamatan 
laboratorium memiliki sejumlah manfaat yang dijadikan sebagai pengetahuan 
awal tentang pengenalan suatu spesies ikan diperairan. Selain itu ada kaitan antara 
morfometrik dan merismetik ikan nila. Menurut literatur Widiyanto (2008), yang 
menjelaskan bahwa studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat 
yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola 
keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan 
menduga hubungan filogenik. Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk 
membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya antara jenis ikan 
yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda dan antar varietas ikan. Hal 
yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dihitung) 
misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri 
morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa 
pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter 
morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur.
19 
BAB V 
KESIMPULAN DAN SARAN 
5.1 Kesimpulan 
1. Identifikasi morfometrik ikan nila pada saat praktikum meliputi pengukuran 
panjang total tubuh yaitu 23 cm, panjang baku 18.7 cm, panjang fork 20.5 cm, 
panjang kepala 6.5 cm dan tinggi badan ikan nila 8.5 cm. 
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran suatu spesies ikan di perairan adalah 
umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya, faktor lingkungan yang 
dimaksud adalah makanan, suhu, pH dan salinitas. 
3. Adapun pengukuran merismetik ikan nila yang diukur pada saat praktikum 
meliputi : a) jumlah sirip punggung (D), jumlah sirip keras 17, sirip lemah 3 
dan sirip lemah mengeras 10, b) jumlah sirip dada (P), jumlah sirip lemah 3, 
dan jumlah sirip lemah mengeras 9, c) jumlah sirip perut (V), jumlah sirip 
keras 12, d) jumlah sirip anus (A), jumlah sirip lemah mengeras 10 dan jumlah 
sirip keras 2 dan 5) jumlah sirip ekor (C), jumlah sirip lemah mengeras 16. 
4. Pada saat praktikum diperoleh data perhitungan jumlah sisik ikan nila, yaitu 
sisik pada linea lateralis sebanyak 22 keping, sisik pada panjang badan 
terlebar 15 keping dan sisik pada batang ekor 7 keping. 
5. Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan 
jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis 
antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan 
filogenik. 
5.2 Saran 
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah 
terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar 
proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
20 
DAFTAR PUSTAKA 
Agus, E. 2010. Ciri-ciri Morfologi Ikan di Lingkungan Perairan. Universitas 
Borneo, Tarakan. 
Burhanuddin, A. I. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan 
Pemahaman System Organ Ikan yang Berbasis Scl pada Matakuliah 
Ikhtiologi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan 
Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. 
Muhotimah. Analisis Morfometrik dan Meristik Nila (Oreochromis Sp.) Strain 
Larasati F5 dan Tetuanya. [SKRIPSI]. Fakultas Pertanian. Universitas 
Gadjah Mada, Yogyakarta. 
Ridho, M, R., Effendi, P. S, Nurliana, Rida, Y., Rita, H. Penuntun Praktikum 
Laboratorium Zoologi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu 
Pengetahuan Alam. Universitas Sriwijaya, Palembang. 
Rohansyah, Elrifadah dan Rini, M. 2010. Kaji Banding Karakter Morfologi Dua 
Varian Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch). Media Sains. Volume 
II Nomor. Fakultas Pertanian. Universitas Achmad Yani, Banjarmasin. 
Sharifuddin Bin Andy Omar. 2011. Iktiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan 
Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar. 
Sinjali, Y. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di 
Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur – Jawa Barat. 
[SKRIPSI] Universitas Muhammadiyah, Sukabumi. 
Tinova, R. 2011. Studi Morfometri dan Jumlah Kromosom Ikan Nila 
(Oreochromis Niloticus L.) Strain Gift dan Jica Di Sentra Produksi 
Perikanan Padang Belimbing Kabupaten Solok. [SKRIPSI]. Jurusan 
Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas 
Andalas, Padang. 
Ummi, H. 2011. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat 
Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). [DISERTASI] 
Universitas Bung Hatta, Padang. 
Wahyudi, M. Y. 2011. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Endemik (Melanotaenia 
Arfakensis) dan Ikan Introduksi (Gambusia Affinis) di Sungai Nimbai 
Manokwari. [SKRIPSI] Universitas Negeri Papua, Manokwari. 
Widiyanto, I. N. Kajian Pola Pertumbuhan Dan Ciri Morfometrik-Meristik 
Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan
21 
Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Departemen Manajemen 
Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut 
Pertanian Bogor, Bogor.

More Related Content

What's hot

Fitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar pptFitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar pptichfar16
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Azizah Kuswardini
 
Sampling plankton
Sampling planktonSampling plankton
Sampling plankton
Stella Mustika Puteri
 
Biologi Anatomi ikan nila hitam
Biologi Anatomi ikan nila hitamBiologi Anatomi ikan nila hitam
Biologi Anatomi ikan nila hitam
Aceh Engineering State
 
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur IkanBiologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Aji Sanjaya
 
Burung Laut
Burung LautBurung Laut
osmoregulasi
osmoregulasiosmoregulasi
osmoregulasi
Yoga Amanta
 
Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes
Nana Citra
 
Laporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurLaporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telur
Deden Reinaldi
 
Biologi pices
Biologi picesBiologi pices
Biologi pices
Naura Shabrina Alfino
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
firmanahyuda
 
Laporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikanLaporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikan
musa alfatah
 
Materi Estuari
Materi EstuariMateri Estuari
Materi Estuari
HellenLangie
 

What's hot (20)

Fitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar pptFitoplankton di air tawar ppt
Fitoplankton di air tawar ppt
 
Kelompok 1 (gastropoda)
Kelompok 1 (gastropoda)Kelompok 1 (gastropoda)
Kelompok 1 (gastropoda)
 
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus) SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO  (Clarias gariepinus)
SEKSUALITAS IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
 
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikanLaporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan
 
Sampling plankton
Sampling planktonSampling plankton
Sampling plankton
 
Biologi Anatomi ikan nila hitam
Biologi Anatomi ikan nila hitamBiologi Anatomi ikan nila hitam
Biologi Anatomi ikan nila hitam
 
Biologi udang
Biologi udangBiologi udang
Biologi udang
 
Makalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasiMakalah osmoregulasi
Makalah osmoregulasi
 
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang VanamePengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
Pengamatan Chemoreseptor Pada Udang Vaname
 
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur IkanBiologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
Biologi Perikanan - Penentuan Umur Ikan
 
Burung Laut
Burung LautBurung Laut
Burung Laut
 
osmoregulasi
osmoregulasiosmoregulasi
osmoregulasi
 
Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes Bab 7. Osteichthyes
Bab 7. Osteichthyes
 
Laporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telurLaporan fekunditas telur
Laporan fekunditas telur
 
Ikan nila
Ikan nilaIkan nila
Ikan nila
 
Plankton net
Plankton netPlankton net
Plankton net
 
Biologi pices
Biologi picesBiologi pices
Biologi pices
 
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyudaPpt pertumbuhan ikan firman ahyuda
Ppt pertumbuhan ikan firman ahyuda
 
Laporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikanLaporan ekologi hewan fisiologi ikan
Laporan ekologi hewan fisiologi ikan
 
Materi Estuari
Materi EstuariMateri Estuari
Materi Estuari
 

Similar to Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi

Osmoregulasi
OsmoregulasiOsmoregulasi
Osmoregulasi
DianPramandaPutriPan
 
Makalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuMakalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuDody Perdana
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sAngga Asc
 
Hewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptxHewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptx
mikeyulisa
 
Hewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjauHewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjau
mikeyulisa
 
Pikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikanPikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikan
Yosie Andre Victora
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
fadillahyana
 
MANAJEMEN KELAUTAN.docx
MANAJEMEN KELAUTAN.docxMANAJEMEN KELAUTAN.docx
MANAJEMEN KELAUTAN.docx
MuchsinHaris
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
Amos Pangkatana
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibamaYuga Rahmat S
 
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
Amos Pangkatana
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemRatih Sulistyo
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
Mustain Adinugroho
 
Tugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptxTugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptx
HendrifikanaDhema
 

Similar to Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi (20)

Osmoregulasi
OsmoregulasiOsmoregulasi
Osmoregulasi
 
Makalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyuMakalah konservasi penyu
Makalah konservasi penyu
 
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
PENGAMATAN HISTOLOGI GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis)
 
Usulan pnltn geu rengki
Usulan pnltn geu rengkiUsulan pnltn geu rengki
Usulan pnltn geu rengki
 
Laporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza sLaporan Dasgen Angga reza s
Laporan Dasgen Angga reza s
 
Hewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptxHewan Endemik.pptx
Hewan Endemik.pptx
 
Hewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjauHewan Endemik di danau maninjau
Hewan Endemik di danau maninjau
 
Pikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikanPikp modul5&6-jenis ikan
Pikp modul5&6-jenis ikan
 
Morfologi
MorfologiMorfologi
Morfologi
 
MANAJEMEN KELAUTAN.docx
MANAJEMEN KELAUTAN.docxMANAJEMEN KELAUTAN.docx
MANAJEMEN KELAUTAN.docx
 
Bab i udangku
Bab i udangkuBab i udangku
Bab i udangku
 
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
88000176 laporan-biologi-perikanan-hipofisasi
 
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANGINVENTARISASI  JENIS- JENIS IKAN KARANG
INVENTARISASI JENIS- JENIS IKAN KARANG
 
Taksonomi hewan
Taksonomi hewanTaksonomi hewan
Taksonomi hewan
 
2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama2010 pengamatan invertebratadibama
2010 pengamatan invertebratadibama
 
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
DINAMIKA POPULASI IKAN Tentang Umur Ikan
 
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
TINGKAH LAKU REPRODUKSI IKAN PLATI PEDANG (Xiphophorus helleri)
 
Makalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilemMakalah ikhtiologi ikan nilem
Makalah ikhtiologi ikan nilem
 
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
SKRIPSI - BEBAN KERJA OSMOTIK, PERUBAHAN OSMOEFEKTOR DAN EFISIENSI PEMANFAATA...
 
Tugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptxTugas_bu_lilis.pptx
Tugas_bu_lilis.pptx
 

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat

Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat
 

More from Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat (11)

GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora) GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
GERAK REFLEKS PADA SPINAL KATAK SAWAH (Fejervarya cancrivora)
 
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
KEMATANGAN GONAD IKAN BILIH (Mystacoleucus padangensis) MELALUI INDEKS KEMATA...
 
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
PENGOLAHAN TRADISIONAL PENGASAPAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) Oleh: Ke...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
KEANEKARAGAMAN BENTHOS DAN NEKTON PADA HUTAN MANGROVE DI DESA PULAU SEMBILAN ...
 
LAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARATLAYOUT PETA JAWA BARAT
LAYOUT PETA JAWA BARAT
 
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
DIGITASI PETA JAWA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN MapInfo 6.0
 
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)  USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius)  DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
USAHA BUDIDAYA IKAN PATIN (Pangasius pangasius) DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)
 
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio) PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP  IKAN MAS (Cyprinus carpio)
PENGAMATAN PERGERAKAN SIRIP-SIRIP IKAN MAS (Cyprinus carpio)
 
Rasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan GuppyRasio Kelamin Ikan Guppy
Rasio Kelamin Ikan Guppy
 
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
Tingkat kematangan gonad ikan bilih (Mystacoleucus padangensis)
 

Recently uploaded

PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
emiliawati098
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
athayaahzamaulana1
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
nadyahermawan
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
emiliawati098
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
ProfesorCilikGhadi
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
almiraulimaz2521988
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
ArumNovita
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
LEESOKLENGMoe
 

Recently uploaded (8)

PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptxPPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
PPT Partikel Penyusun Atom dan Lambang Atom.pptx
 
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
SOAL GEOGRAFI-SMA NEGERI 1 YOGYAKARTA BAB 7_ ULANGAN HARIAN DINAMIKA HIDROSFE...
 
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
481605266-11-CPOB-ppt.ppt FARMAKOLOGI NEW UP
 
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptxMATERI KIMIA KELAS X  NANOTEKNOLOGI.pptx
MATERI KIMIA KELAS X NANOTEKNOLOGI.pptx
 
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
Presentasi vitamin secara umum yang terdiri dari vitamin larut lemak dan laru...
 
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptxMI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
MI-P2-P3-Metabolisme Mikroorganisme.pptx
 
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
Asam, Basa, Garam - materi kimia kelas 7
 
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
Sistem Pencernaan Manusia Sains Tingkatan 2
 

Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi

  • 1. Laporan Praktikum Biologi Perikanan PENGENALAN JENIS IKAN DAN IDENTIFIKASI Dosen Penanggung Jawab Indra Lesmana, S.Pi, M.Si Ani Suryanti, S.Pi, M.Si Oleh Tiur Natalia Manalu 120302028 VI / B LABORATORIUM BIOLOGI PERIKANAN PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan adalah hewan berdarah dingin, ciri khasnya adalah mempunyai tulang belakang, insang dan sirip, dan terutama ikan sangat bergantung atas air sebagai medium dimana tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Dalam keluarga hewan bertulang belakang/vertebrata, ikan menempati jumlah terbesar, sampai sekarang terdapat sekitar 25.000 species yang tercatat, walaupun perkiraannya ada pada kisaran 40.000 spesies, yang terdiri dari 483 famili dan 57 ordo. Jenis-jenis ikan ini sebagian besar tersebar di perairan laut yaitu sekitar 58% (13,630 jenis) dan 42% (9870 jenis) dari keseluruhan jenis ikan. Jumlah jenis ikan yang lebih besar di perairan laut, dapat dimengerti karena hampir 70% permukaan bumi ini terdiri dari air laut dan hanya sekitar 1% merupakan perairan tawar. Informasi yang digunakan dalam mempelajari hubungan evolusioner ikan berawal dari pengetahuan taksonomi terutama deskripsi ikan (Burhanuddin, 2008). Ikan merupakan hewan vertebrata yang tergolong ke dalam Filum Chordata, Kelas Pisces, yang terdiri dari 4 sub kelas, yaitu : Elasmobranchii, Chondrostei, Dipnoi dan Teleostei, masing – masing dengan beberapa Ordo, Famili dan Genus. Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus dan caudal. Batas yang nyata antara caput dan truncus disebut tepi caudal operculum dan sebagai batas antara truncus dan ekor disebut anus. Kulit terdiri atas Dermis dan Epidermis. Dermis terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi dari sebelah luar oleh Nepitelium. Diantara sel – sel epitelium terdapat kelenjar uniselluler yang mengeluarkan lendir yang manyebabkan kulit ikan menjadi licin. Ikan termasuk vertebrata aquatis dan bernafas dengan insang (beberapa jenis bernafas melalui alat tambahan berupa modifikasi gelembung renang/gelembung udara). Mempunyai otak yang terbagi menjadi region - region. Otak dibungkus dalam tulang kranium (tulang kepala) yang berupa kartilago (tulang rawan) atau tulang
  • 3. 3 sejati. Memiliki sepasang mata. Kecuali ikan - ikan siklostomata, mulut ikan disokong oleh rahang. Telinga hanya terdiri dari telinga dalam, berupa saluran - saluran sirkular, sebagai organ keseimbangan (equilibrium). Sirkulasi mengangkut aliran seluruh darah dan jantung melalui insang lalu keseluruh bagian lain. Tipe ginjal adalah pronefros dan mesonefros (Ummi, 2011). Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman jenis ikan yang tinggi. Letak perairan yang berada di daerah khatulistiwa dan beriklim tropis membuat Indonesia memiliki kekayaan jenis biota air yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah dingin maupun subtropis. Tidak kurang dari 7.000 spesies ikan terdapat di perairan Indonesia dan sekitar 2.000 spesies di antaranya merupakan jenis ikan air tawar dan sekitar 27 spesies yang sudah dibudidayakan. Ikan nila (Oreochromis niloticusL.) merupakan salah satu ikan air tawar yang banyak di budidayakan di Indonesia sejak di datangkan dari Taiwan tahun 1969. Ikan nila merupakan ikan asli dari Afrika. Pembudidayaan ikan nila mempunyai prospek yang cerah. Hal tersebut disebabkan ikan nila mudah berkembangbiak, pertumbuhannya cepat, menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak, ukuran badan relatif besar dibandingkan ikan air tawar lain, tahan terhadap penyakit dan memiliki rasa yang enak (Tinova, 2011). Kehadiran suatu populasi ikan di suatu tempat dan penyebaran (distribusi) spesies ikan di muka bumi ini selalu berkaitan dengan masalah habitat dan sumberdayanya. Keberhasilan populasi tersebut untuk dapat hidup dan bertahan pada habitat tertentu, tidak terlepas dari penyesuaian atau adaptasi yang dimiliki anggota populasi tersebut. Perairan merupakan habitat bagi ikan dalam proses pembentukan struktur tubuh ikan, proses pernafasan, cara pergerakan, cara memperoleh makanan, reproduksi dan lain-lain. Kaji banding karakter morfologi baik secara internal maupun eksternal dapat menjadi acuan dalam bidang ichtiology dan rekayasa genetika. Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat ikan tersebut,
  • 4. 4 ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi (Rohansyah, dkk., 2010). Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Prosedur identifikasi berdasarkan pemikiran yang bersifat deduktif. Jadi dalam melakukan identifikasi kita harus selalu berhubungan dengan kunci identifikasi. Pengertian identifikasi berbeda sekali dengan klasifikasi. Seringkali kedua pengertian ini dicampur adukkan padahal prosedur klasifikasi bersifat induktif. Identifikasi berhubungan dengan ciri taksonomi dalam jumlah sedikit akan membawa specimen ke dalam suatu urutan kunci identifikasi, sedangkan klasifikasi berhubungan dengan upaya mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri. Klasifikasi adalah penataan hewan-hewan ke dalam kelompok yang didasarkan atas kesamaan dan hubungan mereka. Identifikasi penting artinya bila ditinjau dari segi ilmiahnya, sebab seluruh urutan pekerjaan berikutnya sangat tergantung kepada hasil identifikasi yang benar dari suatu spesies (Ridho, dkk., 2012). 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Untuk mengenal dan mengetahui secara langsung jenis-jenis ikan yang hidup secara alami di perairan umum. 2. Untuk mengetahui cara pengidentifikasian ikan berdasarkan pengamatan meristik dan morphometrik ikan. 3. Untuk mengetahui penggolongan dari spesies ikan yang diamati berdasarkan klasifikasinya. 4. Mengetahui hubungan antara data meristik dan morphometrik ikan serta kaitannya dengan lingkungan dimana ikan tersebut berada. 1.3 Manfaat Praktikum Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai salah satu syarat untuk mengikuti praktikum Biologi Perikanan dan sebagai sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan.
  • 5. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Menurut Muhotimah (2013), ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan genus ikan yang dapat hidup dalam kondisi lingkungan yang memiliki toleransi tinggi terhadap kualitas air yang rendah, sering kali ditemukan hidup normal pada habitat-habitat yang ikan dari jenis lain tidak dapat hidup. Bentuk dari ikan nila panjang dan ramping berwarna kemerahan atau kuning keputih-putihan. Perbandingan antara panjang total dan tinggi badan 3 : 1. Ikan nila memiliki rupa yang mirip dengan ikan mujair, tetapi ikan ini berpunggung lebih tinggi dan lebih tebal, ciri khas lain adalah garis-garis kearah vertikal disepanjang tubuh yang lebih jelas dibanding badan sirip ekor dan sirip punggung. Mata kelihatan menonjol dan relatif besar dengan tepi bagian mata berwarna putih. Adapun klasifikasi dari ikan nila adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Osteichtyes Ordo : Percomorphii Famil : Chiclidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus Ikan nila merupakan spesies ikan tropis yang lebih suka hidup di air dangkal. Toleransi ikan ini terhadap perbedaan lingkungan sangat tinggi, dapat hidup pada salinitas 0-29 permil, pada suhu 14-38o C, dan pH 5-11, merupakan omnivora yang sangat menyenangi pakan alami berupa rotifera, Daphnia sp., benthos, perifiton dan fitoplankton, disamping itu bisa juga diberi pakan seperti pellet dan dedak. Ikan ini dapat melakukan pemijahan sepanjang tahun dan mulai memijah pada umur 6-8 bulan. Seekor induk betina ukuran 200-400 gram dapat menghasilkan larva 500-1000 ekor. Keuntungan dari budidaya ikan nila adalah kemampuan untuk bereproduksi cukup tinggi. Antara 2-3 bulan dari bibit, ikan nila sudah dewasa dan dapat menghasilkan telur setiap bulan satu kali. Sifat ikan
  • 6. 6 nila yang cepat menghasilkan anak ikan menyebabkan kelebihan populasi ikan nila dalam kolam, yang berdampak pada pertumbuhan ikan yang lambat. Hal ini dapat dilihat pada saat panen ikan nila terdapat berbagai ukuran dari kecil, sedang dan besar. Selain itu sifat penting lain yang dimiliki ikan nila adalah tahan terhadap penyakit dan kepadatan tinggi serta lingkungan dengan kualitas air yang kurang baik (Sinjali, 2012). 2.2 Morfometrik dan Meristik Ikan Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata. Satuan ukuran yang digunakan di dalam morfometrik sangat bervariasi. Di Indonesia, satuan ukuran yang umum digunakan adalah sentimeter (cm) atau milimeter (mm), tergantung kepada keinginan peneliti. Ukuran-ukuran ini disebut ukuran mutlak. Untuk memperoleh pengukuran yang lebih teliti, sebaiknya menggunakan jangka sorong (calipper). Adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada saat melakukan identifikasi. Ukuran yang digunakan untuk identifikasi hanyalah merupakan ukuran perbandingan. Seekor ikan yang memiliki panjang total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam buku-buku identifikasi adalah panjang kepala sama dengan seperlima panjang totalnya (Omar, 2011). Setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH dan salinitas. Perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan salinitas atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pengukuran ciri morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda pengukuran baku dan metoda truss morfometri. Namun metoda baku mengandung kelemahan misalnya
  • 7. 7 pengukuran lebar badan tidak mengikuti anatomi ikan sehingga tidak konsisten dari suatu bentuk ke bentuk yang lainnya dan pengukuran panjang tubuh masih terlalu umum dalam menggambarkan bentuk ikan. Sedangkan metoda truss morfometrik digunakan untuk menggambarkan secara lebih tepat bentuk ikan dengan memilih titik-titik homologus tertentu disepanjang tubuh dan mengukur jarak antara titik-titik tersebut (Widiyanto, 2008). Berbeda dengan karakter morfometrik yang menekankan pada pengukuran bagian-bagian tertentu tubuh ikan, karakter meristik berkaitan dengan penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah vertebra, dan jumlah gelembung renang. Sirip punggung disingkat dengan D, sirip ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan V dan sirip dada dengan P. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-jari keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk atau patil dan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari lemah bersifat agak cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku atau beruas-ruas. Bentuknya berbeda-beda tergantung pada jenis ikannya. Jari-jari lemah ini mungkin sebagian keras atau mengeras, pada salah satu sisinya bergigi-gigi, bercabang atau satu sama lain saling berlekatan (Omar, 2011). Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di bawah sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk tidak ada maka dihitung jumlah sisik pada garis dimana biasa garis rusuk berada. Penghitungan berakhir pada permulaan pangkal ekor, atau pada ruas tulang belakang bagian ekor yang terakhir. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung bahu ini. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung sisik-sisik di atas dan di bawah garis rusuk, yaitu: 1) dengan cara menjatuhkan garis tegak dari permulaan sirip punggung pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis tersebut, 2) jika cara di atas tidak mungkin dilakukan karena garis tersebut melalui dasar sirip
  • 8. 8 perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis ini, 3) cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan ke belakang, sedangkan untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai pada permulaan sirip dubur dan dihitung miring naik ke atas dan ke muka (Agus, 2010). Ikan Nila memiliki lima sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip dada (pectoral fin), sirip perut (venteral fin), sirip anus (anal fin), dan sirip ekor (caudal fin). Sirip punggung memanjang, dari bagian atas tutup insang hingga bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil. Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sementara itu, sirip ekornya berbentuk berbentuk bulat dan hanya berjumlah satu buah. Ikan Nila memiliki sirip punggung dengan rumus D XV, 10, sirip ekor C II, 15, dan sirip perut C I, 6. rumus tersebut menunjukkan perincian sebagai berikut : D XV, 10 artinya D = Dorsalis (sirip punggung), XV = 15 duri, dan 10 = 10 jari-jari lemah. Adapaun C II, 15 artinya C = Caudalis (sirip ekor) terdiri dari 2 duri, dan 15 jari-jari lemah.. V I, 6 artinya V = Ventralis (sirip perut) terdiri dari 1 duri, dan 6 jari-jari lemah (Sinjali, 2012). Determinasi ikan di lakukan untuk menentukan sistematik ikan ke dalam hirarki taksis yang meliputi spesies, genus, famili, ordo, kelas dan filum. Tubuh ikan dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Kepala, batas kepala mulai dari mulut sampai tutup insang, 2. Badan, batas badan yaitu mulai dari bagian belakang tutup insang sampai dengan anus, 3. Ekor, batas ekor yaitu mulai dari anus sampai ujung sirip ekor. Variasi bentuk dari bagian tersebut terkadang sangat menonjol, sehingga dapat dijadikan pegangan pengenalan atau identifikasi ikan. Sifat, bentuk dan bagian ikan yang penting untuk identifikasi adalah : a) Rumus sirip yaitu: suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah jari-jari sirip dan bentuk sirip, 2) Perbandingan antara panjang, lebar dan tinggi badan tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri, 3) Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk itu, 4) Jumlah sisik pada garis pertengahan sisi atau garis sisi, 5) Bentuk sisik dan gigi beserta susunan dan tempatnya, 6) Tulang-tulang insang (Wahyudi, 2011).
  • 9. 9 Sudah banyak ditunjukkan dari hasil-hasil percobaan bahwa faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH dan kadar oksigen dapat merubah ekspresi gen-gen yang bertanggung jawab terhadap karakter-karakter meristik. Dengan demikian untuk ketinggian lintang tertentu jumlah elemen-elemen dari karakter meristik pada individu-individu suatu stok dapat berubah sesuai dengan perubahan lingkungan hidupnya. Jadi ekspresi sifat-sifat fenotip dari karakter meristik mempunyai hubungan timbal balik yang erat dengan epigenetika, faktor fisiologi dan lingkungan. Masalah yang muncul dalam mempelajari stok ikan dengan metode merfometrik dan meristik dan dapat membuat hasil-hasil analisanya tidak bermanfaat adalah terjadinya percampuran antaratara stok ikan-ikan sejenis yang mempunyai perbedaan umur. Namun menurut pendapat para ahli biologi bahwa pengukuran rutin beberapa aspek morfologi akan menjadi sangat berharga untuk memantau perubahan-perubahan yang terjadi pada jenis ikan itu sendiri (Syahailatua, 1993). Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik. Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya antara jenis ikan yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda dan antar varietas ikan. Perbedaan morfologis antar populasi atau spesies biasanya digambarkan sebagai kontras dalam bentuk tubuh secara keseluruhan atau ciri-ciri anatomis tertentu. Meskipun deskripsi secara kualitatif ini mungkin dianggap cukup memadai, tetapi seringkali diperlukan untuk mengekspresikan perbedaan tersebut secara kuantitatif dengan mengambil berbagai ukuran dari individu-individu dan menyatakan statistik (misalnya rata-rata, kisaran, ragam, dan korelasi dari ukuraukuran tersebut). Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur (Widiyanto, 2008).
  • 10. 10 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum Biologi Perikanan dilaksanakan pada hari Senin, 05 Mei 2014, pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Biologi Perikanan Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. 3.2 Alat dan Bahan Praktikum Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum adalah nampan sebagai wadah ikan mas yang akan diamati, pinset untuk menyentuh bagian-bagian tertentu dari tubuh ikan mas, penggaris untuk menghitung morfometrik ikan, kamera digital sebagai dokumentasi foto hasil pengamatan, alat tulis untuk mencatat data yang diperoleh, buku identifikasi sebagai petunjuk dalam pengidentifikasian ikan, kertas A4 sebagai tempat penulisan data sementara dan kain lap/tissue untuk mengeringkan peralatan yang dipakai. Bahan yang digunakan adalah ikan yang hidup secara alami diperairan umum yang berbeda pada masing-masing kelempok yang akan diidentifikasi dan air untuk membersihkan peralatan yang telah selesai digunakan. 3.3 Prosedur Praktikum 1. Diambil ikan perairan umum yang akan diamati, diidentifikasi data morfometriknya ikan yang meliputi : panjang total (TL), panjang baku (SL), panjang fork (FK), tinggi kepala (Hdl) dan lebar badan tertinggi (Bdh). 2. Diidentifikasi lagi data meristik ikan yaitu jumlah jari-jari sirip punggung (D), sirip dada (P), sirip perut (V), sirip anus (A) dan sirip ekor (C), yang dihitung meliputi jari-jari keras, lemah mengeras dan jari-jari lemah. 3. Digambar objek ikan yang digunakan pada kertas A4 dan dicari klasifikasi beserta data identifikasi yang diperoleh. 4. Diambil foto dari setiap perlakuan pengamatan sebagai tujuan dokumentasi dan ditabulasi semua data kelompok yang diperoleh.
  • 11. 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Gambar ikan Nila (Oreochromis niloticus) Gambar ikan Gabus (Channa striata) Gambar ikan Mujair (Oreochromis mossambicus)
  • 12. 12 Gambar ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) Gambar Ikan Mas (Cyprinus carpio) Data pengamatan identifikasi kan No Jenis Ikan Nama Pengamatan Jumlah/ Ukuran 1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) I. Data Meristik A. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 30 a. Jumlah sirip keras 17 b. Jumlah sirip lemah mengeras 10 c. Jumlah sirip lemah 2) Jumlah sirip dada (P) 12 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 9 c. Jumlah sirip lemah 3 3) Jumlah sirip perut (V) 12 a. Jumlah sirip keras 12 b. Jumlah sirip lemah mengeras - c. Jumlah sirip lemah -
  • 13. 13 4) Jumlah sirip anus (A) 12 a. Jumlah sirip keras 2 b. Jumlah sirip lemah mengeras 10 c. Jumlah sirip lemah - 5) Jumlah sirip ekor (C) 16 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 16 c. Jumlah sirip lemah - B. Perhitungan jumlah sisik 1) Pada linea lateralis 22 2) Pada bagian tubuh terlebar 15 3) Pada batang ekor 7 II. Data Morfometrik 1) Panjang Total (TL) 23 cm 2) Panjang Baku (SL) 18,7 cm 3) Panjang Fork (FK) 20.5 cm 4) Panjang Kepala (Hdl) 6.5 cm 5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.5 cm 2 Ikan Gabus (Channa striata) I. Data Meristik A. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 17 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 17 c. Jumlah sirip keras - 2) Jumlah sirip dada (P) 31 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 31 3) Jumlah sirip perut (V) 11 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 11 4) Jumlah sirip anus (A) 26 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 26 c. Jumlah sirip lemah - 5) Jumlah sirip ekor (C) 13 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 13 c. Jumlah sirip keras B. Perhitungan jumlah sisik - 1) Pada linea lateralis 54 2) Pada bagian tubuh terlebar 19
  • 14. 14 3) Pada batang ekor 8 II. Data Morfometrik 1) Panjang Total (TL) 25 cm 2) Panjang Baku (SL) 21 cm 3) Panjang Fork (FK) 25 cm 4) Panjang Kepala (Hdl) 7 cm 5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 35 cm 3 Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) I. Data Meristik A. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 27 a. Jumlah sirip keras 14 b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 c. Jumlah sirip keras 10 2) Jumlah sirip dada (P) 2 a. Jumlah sirip keras 6 b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 c. Jumlah jari sirip lemah 3 3) Jumlah sirip perut (V) 2 a. Jumlah sirip keras 2 b. Jumlah sirip lemah mengeras 2 c. jumlah jari sirip lemah 2 4) Jumlah sirip anus (A) 1 a. Jumlah sirip keras 3 b. Jumlah sirip lemah mengeras 5 c. Jumlah sirip lemah 3 4) Jumlah sirip ekor (C) 1 a. Jumlah sirip keras 9 b. Jumlah sirip lemah mengeras 4 c. Jumlah sirip lemah B. Perhitungan jumlah sisik 3 1) Pada linea lateralis 60 2) Pada bagian tubuh terlebar 40 3) Pada batang ekor 20 II. Data Morfometrik 1) Panjang Total (TL) 2) Panjang Baku (SL) 3) Panjang Fork (FK) 4) Panjang Kepala (Hdl) 5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 4 Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) I. Data Meristik A. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) 1
  • 15. 15 a. Jumlah sirip keras 16 b. Jumlah sirip lemah mengeras 7 c. Jumlah sirip lemah 12 2) Jumlah sirip dada (P) 2 a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 56 c. Jumlah sirip lemah 24 3) Jumlah sirip perut (V) 2 a. Jumlah sirip keras 10 b. Jumlah sirip lemah mengeras 2 c. Jumlah sirip lemah 30 4) Jumlah sirip anus (A) a. Jumlah sirip keras 8 b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 c. Jumlah sirip lemah 22 5) Jumlah sirip ekor (C) a. Jumlah sirip keras - b. Jumlah sirip lemah mengeras 54 c. Jumlah sirip lemah B. Perhitungan jumlah sisik 15 1) Pada linea lateralis 56 2) Pada bagian tubuh terlebar 37 3) Pada batang ekor 22 II. Data Morfometrik 1) Panjang Total (TL) 24.2 cm 2) Panjang Baku (SL) 20.5 cm 3) Panjang Fork (FK) 22.9 cm 4) Panjang Kepala (Hdl) 5.9 cm 5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.1 cm 4 Ikan Mas (Cyprinus carpio) I. Data Meristik A. Perhitungan jumlah sirip 1) Jumlah sirip punggung (D) a. Jumlah sirip keras 8 b. Jumlah sirip lemah mengeras - c. Jumlah sirip lemah - 2) Jumlah sirip dada (P) a. Jumlah sirip keras 8 b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 c. Jumlah sirip lemah 2 3) Jumlah sirip perut (V) a. Jumlah sirip keras 5 b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 4) Jumlah sirip anus (A) a. Jumlah sirip keras 4
  • 16. 16 b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 c. Jumlah sirip lemah - 5) Jumlah sirip ekor (C) a. Jumlah sirip keras 12 b. Jumlah sirip lemah mengeras 3 c. Jumlah sirip lemah B. Perhitungan jumlah sisik - 1) Pada linea lateralis 36 2) Pada bagian tubuh terlebar 13 3) Pada batang ekor 11 II. Data Morfometrik 1) Panjang Total (TL) 26.5 cm 2) Panjang Baku (SL) 22 cm 3) Panjang Fork (FK) 24 cm 4) Panjang Kepala (Hdl) 6 cm 5) Lebar Badan Tertinggi (Bdh) 8.5 cm 4.2 Pembahasan Pada saat praktikum, identifikasi ikan nila yang dilakukan meliputi pengukuran panjang total tubuh 23 cm, panjang baku 18.7 cm, panjang fork 20.5 cm, panjang kepala 6.5 cm dan tinggi badan ikan nila 8.5 cm. Identifikasi ini dinamakan morfometrik dimana dilakukan pengkuran bagian terluar umum ikan nila. Menurut literatur omar (2011), yang menjelaskan bahwa morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan (measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata. Satuan ukuran yang digunakan di dalam morfometrik sangat bervariasi. Ikan Nila memiliki sirip punggung dengan rumus D XV, 10, sirip ekor C II, 15, dan sirip perut C I, 6. rumus tersebut menunjukkan perincian sebagai berikut : D XV, 10 artinya D = Dorsalis (sirip punggung), XV = 15 duri, dan 10 = 10 jari-jari lemah. Adapaun C II, 15 artinya C = Caudalis (sirip ekor) terdiri dari 2 duri, dan 15 jari-jari lemah.. V I, 6 artinya V = Ventralis (sirip perut) terdiri dari 1 duri, dan 6 jari-jari lemah.
  • 17. 17 Pada saat pengamatan praktikum juga dijumpai adanya variasi antara ukuran morfometrik tubuh ikan yang diidentifikasi baik satu spesies maupun antarspeies. Ikan nila yang diamati memiliki ukuran morfometrik tubuh yang berbeda dari jenis ikan yang diidentifikasi lainnya. Menurut literatur Widiyanto (2008), yang menjelaskan bahwa setiap spesies ikan memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH dan salinitas. Perbedaan ciri-ciri yang berkaitan dengan jumlah bagian tertentu pada tubuh ikan dapat disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu perairan dan salinitas atau karena faktor genetik yang tidak seimbang. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ikan. Pengukuran ciri morfometrik dapat dilakukan dengan menggunakan dua metoda yaitu metoda pengukuran baku dan metoda truss morfometri. Adapun pengukuran merismetik ikan nila yang diukur pada saat praktikum meliputi : a) jumlah sirip punggung (D), jumlah sirip keras 17, sirip lemah 3 dan sirip lemah mengeras 10, b) jumlah sirip dada (P), jumlah sirip lemah 3, dan jumlah sirip lemah mengeras 9, c) jumlah sirip perut (V), jumlah sirip keras 12, d) jumlah sirip anus (A), jumlah sirip lemah mengeras 10 dan jumlah sirip keras 2 dan 5) jumlah sirip ekor (C), jumlah sirip lemah mengeras 16. Pengukuran data merismetik ikan nila ini sangat berbeda dengan pengukuran data morfometriknya. Menurut literatur Omar (2011), yang menjelaskan bahwa karakter meristik berkaitan dengan penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan (counting methods). Variabel yang termasuk dalam karakter meristik antara lain jumlah jari-jari sirip, jumlah sisik, jumlah gigi, jumlah tapis insang, jumlah kelenjar buntu (pyloric caeca), jumlah vertebra dan jumlah gelembung renang. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jari-jari lemah. Jari-jari keras tidak berbuku-buku, pejal (tidak berlubang), keras dan tidak dapat dibengkokkan. Jari-jari keras ini biasanya berupa duri, cucuk atau patil dan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. Jari-jari lemah bersifat agak cerah, seperti tulang rawan, mudah dibengkokkan dan berbuku-buku atau beruas-ruas.
  • 18. 18 Pada saat praktikum diperoleh data perhitungan jumlah sisik ikan nila, yaitu sisik pada linea lateralis sebanyak 22 keping, sisik pada panjang badan terlebar 15 keping dan sisik pada batang ekor 7 keping. Ikan nila tergolong ikan yang memiliki bagian-bagian tubuh seperti yang dimiliki oleh ikan pada umumnya. Menurut literatur Agus (2010), yang menjelaskan bahwa sisik adalah garis yang dibentuk oleh pori ikan. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk menghitung sisik-sisik di atas dan di bawah garis rusuk, yaitu: 1) dengan cara menjatuhkan garis tegak dari permulaan sirip punggung pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis tersebut, 2) jika cara di atas tidak mungkin dilakukan karena garis tersebut melalui dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik yang dilalui oleh garis ini, 3) cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan sirip punggung pertama terus ke bawah dan ke belakang, sedangkan untuk jumlah sisik di bawah garis rusuk dimulai pada permulaan sirip dubur dan dihitung miring naik ke atas dan ke muka. Pengukuran morfometrik dan meristik ikan nila pada saat pengamatan laboratorium memiliki sejumlah manfaat yang dijadikan sebagai pengetahuan awal tentang pengenalan suatu spesies ikan diperairan. Selain itu ada kaitan antara morfometrik dan merismetik ikan nila. Menurut literatur Widiyanto (2008), yang menjelaskan bahwa studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik. Karakter morfometrik juga dapat digunakan untuk membedakan antara satu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya antara jenis ikan yang sama dari geografis atau tempat yang berbeda dan antar varietas ikan. Hal yang sama dapat dilakukan pada ciri-ciri meristik (ciri-ciri yang dihitung) misalnya jari-jari sirip. Tetapi terdapat perbedaan mendasar antara ciri morfometrik dan meristik, yaitu ciri meristik lebih stabil jumlahnya selama masa pertumbuhan setelah ukuran tubuh yang mantap tercapai, sedangkan karakter morfometrik berubah secara kontinu sejalan ukuran dan umur.
  • 19. 19 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Identifikasi morfometrik ikan nila pada saat praktikum meliputi pengukuran panjang total tubuh yaitu 23 cm, panjang baku 18.7 cm, panjang fork 20.5 cm, panjang kepala 6.5 cm dan tinggi badan ikan nila 8.5 cm. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran suatu spesies ikan di perairan adalah umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya, faktor lingkungan yang dimaksud adalah makanan, suhu, pH dan salinitas. 3. Adapun pengukuran merismetik ikan nila yang diukur pada saat praktikum meliputi : a) jumlah sirip punggung (D), jumlah sirip keras 17, sirip lemah 3 dan sirip lemah mengeras 10, b) jumlah sirip dada (P), jumlah sirip lemah 3, dan jumlah sirip lemah mengeras 9, c) jumlah sirip perut (V), jumlah sirip keras 12, d) jumlah sirip anus (A), jumlah sirip lemah mengeras 10 dan jumlah sirip keras 2 dan 5) jumlah sirip ekor (C), jumlah sirip lemah mengeras 16. 4. Pada saat praktikum diperoleh data perhitungan jumlah sisik ikan nila, yaitu sisik pada linea lateralis sebanyak 22 keping, sisik pada panjang badan terlebar 15 keping dan sisik pada batang ekor 7 keping. 5. Studi morfometrik secara kuantitatif memiliki tiga manfaat yaitu, membedakan jenis kelamin dan spesies, mendeskripsikan pola-pola keragaman morfologis antar populasi atau spesies, serta mengklasifikasikan dan menduga hubungan filogenik. 5.2 Saran Sebelum memulai pelaksanaan praktikum sebaiknya praktikan sudah terlebih dahulu mempelajari dan memahami materi yang akan disampaikan agar proses praktikum dapat berjalan dengan lancar.
  • 20. 20 DAFTAR PUSTAKA Agus, E. 2010. Ciri-ciri Morfologi Ikan di Lingkungan Perairan. Universitas Borneo, Tarakan. Burhanuddin, A. I. Peningkatan Pengetahuan Konsepsi Sistematika dan Pemahaman System Organ Ikan yang Berbasis Scl pada Matakuliah Ikhtiologi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Hasanuddin, Makassar. Muhotimah. Analisis Morfometrik dan Meristik Nila (Oreochromis Sp.) Strain Larasati F5 dan Tetuanya. [SKRIPSI]. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ridho, M, R., Effendi, P. S, Nurliana, Rida, Y., Rita, H. Penuntun Praktikum Laboratorium Zoologi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sriwijaya, Palembang. Rohansyah, Elrifadah dan Rini, M. 2010. Kaji Banding Karakter Morfologi Dua Varian Ikan Papuyu (Anabas Testudineus Bloch). Media Sains. Volume II Nomor. Fakultas Pertanian. Universitas Achmad Yani, Banjarmasin. Sharifuddin Bin Andy Omar. 2011. Iktiologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar. Sinjali, Y. 2012. Kebiasaan Makanan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur – Jawa Barat. [SKRIPSI] Universitas Muhammadiyah, Sukabumi. Tinova, R. 2011. Studi Morfometri dan Jumlah Kromosom Ikan Nila (Oreochromis Niloticus L.) Strain Gift dan Jica Di Sentra Produksi Perikanan Padang Belimbing Kabupaten Solok. [SKRIPSI]. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas, Padang. Ummi, H. 2011. Hubungan Tampilan Pertumbuhan Dengan Karakteris Habitat Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blekeer). [DISERTASI] Universitas Bung Hatta, Padang. Wahyudi, M. Y. 2011. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Endemik (Melanotaenia Arfakensis) dan Ikan Introduksi (Gambusia Affinis) di Sungai Nimbai Manokwari. [SKRIPSI] Universitas Negeri Papua, Manokwari. Widiyanto, I. N. Kajian Pola Pertumbuhan Dan Ciri Morfometrik-Meristik Beberapa Spesies Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) di Perairan
  • 21. 21 Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.