SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
PELAYANAN TERPADU (PANDU)
PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM)
DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
PENYAKIT PARU KRONIK
ASMA DAN PPOK
PENDAHULUAN
Prevalensi PPOK
di Indonesia
Sumber: Riskesdas, 2013
• Estimated global prevalence of 11.7% (95% CI 8.4%–
15.0%).
• By 2030 predicted 4.5 million COPD related deaths
annually.
• Asia Pacific COPD Roundtable Group 2006
COPD prevalence 6,3%  Indonesia 5,6%
• BIOMASS study 2013: COPD prevalence in non-smokers
in Indonesia 6,3% (Urban 5,4% & Rural 7,2%)
• Indonesia (SKRT 2005)COPD cases increase
 increasing life expectancy
 high prevalence of smoking
 increase air pollution
Prevalence of COPD
PEDOMAN ASMA & PPOK
PENCEGAHAN TERPADU
PTM DI FKTP
MATERI INTI 1
1. PENGERTIAN PTM DAN
FAKTOR RISIKONYA
PENGERTIAN ASMA
 Asma adalah
 gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan
berbagai sel inflamasi dan elemennya yang berhubungan
dengan hiperreaktivitas bronkus sehingga menyebabkan
gejala episodik berulang berupa mengi, sesak, rasa berat
di dada dan batuk yang timbul terutama pada malam
atau dini hari yang bersifat reversible (dapat membaik)
dengan atau tanpa pengobatan.
 Episodic perburukan tersebut berkaitan dengan luasnya
peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi jalan napas
yang bersifat reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan
Asma
Normal
• Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah
– penyakit paru kronik yang umumnya dapat dicegah dan
diobati ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara
dalam saluran napas yang persisten dan progresif, yang
berhubungan dengan meningkatnya respons inflamasi
kronik pada saluran napas dan parenkim paru karena
paparan partikel atau gas berbahaya.
• Partikel atau gas berbahaya yang utama adalah asap rokok.
Gas berbahaya lainnya adalah debu, bahan kimia di tempat
kerja, asap dapur. PPOK timbul pada usia pertengahan (di
atas 40 tahun) akibat kebiasaan merokok dalam jangka
waktu yang lama
PENGERTIAN PPOK
Resting State
Severe obstruction,
+ markedly decreased
Elastic Recoil
Mild Obstruction,
+ mildly decreased
Elastic Recoil
COPD
Hyperinflation
Normal
Dynamic Hyperinflation
Initial breathing cycle
Air is trapped
During
Exercise
COPD
Normal
Normal
FAKTOR RISIKO
Faktor Lingkungan
Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma
menetap
Alergen di dalam dan di luar ruangan
Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise
Perubahan cuaca
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
FAKTOR RISIKO ASMA
FAKTOR RISIKO PPOK
• Penyakit penyerta (komorbiditas)
• Riwayat infeksi pernapasan berat
sejak usia dini, berulang dan tidak
tuntas mempunyai rlsiko terjadinya
PPOK melalui penurunan faal paru
• Stress oksidatif, sebagai respons
tubuh terhadap hasil pajanan
polutan.
Faktor genetik pejamu dan atau
individu
• Usia
• Jenis kelamin
• Defisiensi a-1 antitripsin,
• Gangguan bersihan mukosilier,
• Respons imunologis individu
• Pertumbuhan dan perk.embangan
paru dikaitkan dengan masa
kehamilan,
• berat badan lahir dan pajanan masa
anak
FAKTOR RISIKO PPOK
Perilaku individu kebiasaan
merokok
Sebatang rokok terdapat sekitar 4000
zat kimia berbahaya keluar melalui asap
rokok tersebut, antara lain aseton (bahan
cat), amenia (pembersih lantai), arsen
(racun), butane (bahan baker ringan},
kadmium (aki kendaraan), karbon
monoksida (asap knalpot), DDT
(insektisida), hidrogen sianida (gas
beracun), methanol (bensin roket),
naftalen (kamper), toluene (pelarut
industri), dan vinil klorida (plastik).
4000 zat kimia
2. UPAYA PROMOTIF DAN
PREVENTIF
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK
EDUKASI
Edukasi di Puskesmas ditujukan
untuk mencegah bertambah
beratnya penyakit dengan cara
mengunakan obat yang tersedia
dengan tepat, menyesuaikan
keterbatasan aktivitas, serta
mencegah eksaserbasi
PENGURANGAN
PAJANAN FAKTOR RISIKO
Pengurangan pajanan asap
rokok, debu pekerjaan, bahan
kimia, dan polusi udara
indoor maupun outdoor,
termasuk asap dari memasak
merupakan tujuan penting
untuk mencegah timbul dan
perburukan PPOK
UPAYA PREVENTIF PADA ASMA
Pencegahan Primer
Pencegahan primer ditujukan untuk
mencegah sensitisasi pada bayi
dengan orang tua pasien asma
dengan cara yaitu :
• Penghindaran asap rokok dan
polutan lain selama kehamilan
dan masa perkembangan
bayi/anak.
• Diet hipoalergienik ibu hamil,
dengan syarat diet tersebut tidak
mengganggu asupan janin
• Pemberian ASI eksklusif sampai 6
bulan
Pencegahan sekunder
ditujukan untuk mencegah
inflamasi pada anak yang telah
tersensitisasi dengan cara
menghindar pajanan asap
rokok, serta alergen dalam
ruangan terutama tungau debu
rumah
Pencegahan tersier
ditujukan untuk mencegah
manifestasi asma pada anak
yang telah menunjukkan
manifestasi penyakit alergi
3. DETEKSI DINI FAKTOR
RISIKO PTM
DETEKSI DINI PADA ASMA
1. Deteksi dini pada kelompok deteksi dini
Dibawah usia 3 tahun, bila ada gejala mengi, anak dengan
orang tua asma atau dermatitis atopi  perlu dicurigai untuk
menderita asma dikemudian hari
2. Penemuan kasus asma
Penemuan kasus asma (kesakitan dan kematian) dilaksanakan
secara rutin dan berjenjang dimulai dari Dinas Kesehatan
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Puskesmas/Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama diseluruh wilayah Indonesia yang diintegrasi
dengan pelayanan penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Dan
juga bisa dilakukan penemuan kasus asma pada kegiatan yang
berbasis masyarakat seperti POSBINDU PTM
DETEKSI DINI PADA PPOK
1. Kelompok individu berlsiko
a. Mempunyai riwayat pajanan: rokok, polusi udara,
lingkungan tempat kerja
b. Usia pertengahan
c. Mempunyai gejala dan keluhan batuk berdahak,
sesak napas, gejala berlangsung lama umumnya semakin
memberat.
Termasuk ibu rumah tangga yang memasak dengan
menggunakan kayu bakar atau kompor minyak tanah
dengan ventilasi ruangan yang kurang baik.
DETEKSI DINI PADA PPOK
2. Kelompok Masyarakat
Kelompok masyarakal yang bekerja atau tinggal di daerah:
 pertambangan (batu. batu bara, asbes),
 pabrik (bahan baku asbes, baja, mesin, perkakas logam
keras, tekstil, kapas, semen, bahan kimia},
 penghalusan batu,
 penggerlndaan logam keras,
 penggergajian kayu,
 daerah pasca erupsi gunung berapi,
 daerah kebakaran hutan dan pekeda khusus (salon, cat, foto
copy},
 polantas,
 karyawan penjaga pintu to!, dan lain-lain.
PENGENDALIAN TERPADU
PTM DI FKTP
TATALAKSANA PENYAKIT PARU
(ASMA)
Bagan. Gejala gangguan pernapasan
Diagnosis Asma
Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting,
sehingga penyakit ini dapat ditangani dengan
baik dan benar.
Diagnosis klinis berdasarkan gejala, riwayat
penyakit dan pemeriksaan fisis sangat berarti
dalam menegakkan diagnosis asma.
Anamnesis
Gejala asma bervariasi yaitu
batuk berulang,
sesak napas,
rasa berat di dada,
napas berbunyi (mengi).
Gejala tipikal asma
a. Episodisitas
serangan yang berulang (hilang timbul), yang diantaranya terdapat periode
bebas serangan.
b. Variabilitas
bervariasinya kondisi asma pada waktu2 tertentu bahkan dalam satu hari
terjadi variabilitas dengan perburukan pada malam atau dini hari.
c. Reversibilitas
meredanya gejala asma dengan atau tanpa obat bronkodilator agonis β2
kerja singkat / SABA,terjadi karena mekanisme obstruksi jalan napas pada
asma terutama didominasi oleh kontraksi otot polos bronkus.
d. Faktor Pencetus
seperti perubahan cuaca, alergen, iritan, dll
e. Riwayat Alergi
pada pasien atau keluarganya seperti rinitis alergik, dermatitis atopi dan
ada riwayat asma.
Pemeriksaan Fisis
Bervariasi dari normal pada saat stabil
(tidak eksaserbasi), sampai berat yaitu
pada eksaserbasi akut berat.
Kelainan pemeriksaan fisis yang paling
sering ditemukan adalah mengi pada
auskultasi, yang merupakan tanda
terdapatnya obstruksi jalan napas.
Pemeriksaan Penunjang
Penunjang standar
• Pemeriksaan faal
paru standar
dengan spirometri
(Jika tersedia)
• Pemeriksaan dan
penilaian faal paru
secara sederhana
dengan alat peak
flow meter
Penunjang tambahan
• Pemeriksaan penunjang
tambahan yang
dibutuhkan sesuai
kondisi pasien adalah uji
provokasi
• Uji alergi untuk menilai
status alergi (uji tusuk
kulit dan pemeriksaan
serum IgE Atopi
Diagnosis Banding
Dewasa
1) Penyakit Paru Obstruksi Kronik
(PPOK)
2) Gagal jantung kongestif
3) Batuk kronik akibat keadaan
yang lain
4) Disfungsi larings
5) Obstruksi mekanis
6) Emboli paru
7) Disfungsi pita suara
Anak
1) Rhinosinusitis
2) Refluks gastroeosofageal
3) Bronkitis akut berulang
4) Displasia bronkopulmonal
5) Tuberkulosis
6) Malformasi kongenital yang
menyebabkan penyempitan saluran
intratorakal dan trakeomalasia
7) Aspirasi benda asing
8) Sindroma diskinesia silier primer
9) Defisiensi imun
10) Penyakit jantung bawaan
Tujuan Pengobatan Asma
 Tujuan pengobatan asma adalah mencapai
asma terkendali/terkontrol.
Klasifikasi terkendalinya asma untuk
memudahkan penilaian asma didalam keadaan
tidak serangan menggunakan Asma Control
Test (ACT).
Contoh Nilai ACT
1
1
3
2
2
9
DEFINISI KONTROL TOTAL
Tidak ada
Tidak ada
Tiap hari
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Gejala
Pemakaian salbutamol
APE pagi 80%
Terbangun malam hari
Eksaserbasi
Kunjungan ke IGD
Efek samping obat
Bateman et al. ARJCCM 2004
Prinsip Tata Laksana Asma
Tatalaksana asma jangka panjang
Tatalaksana asma akut /saat serangan
MENGHINDARI FAKTOR
PENCETUS
 Alergen
 Perubahan cuaca
 Makanan
 Aktivitas berlebihan
 Polusi udara
 Infeksi saluran napas
 Emosi yg berlebihan
 Zat kimia/obat-obatan
Pencetus Serangan ASMA
Sangat bervariasi
Bersifat individual
TUNGAU (House dust mite)
Polusi Udara & Asap Rokok
Bulu binatang Jamur
Debu
Kecoa
Tepung sari
Bau zat kimia
Asthma medication
Controller
drug to control asthma
Therefore attack or
symptom not easily
emerge
• Inhaled steroid
• LABA
Reliever
drug to relieve
asthma attack or
symptoms
• -agonist
• Xanthine
• anticholinergic
Perbedaan obat
pengontrol dengan pelega
Obat Pelega
 dipakai hanya pada saat
serangan
 berfungsi melebarkan
saluran napas
 pemakaian yang sering 
asma tidak terkontrol
Obat Pengontrol
• dipakai rutin setiap hari
• berfungsi mengatasi
peradangan
(mengendalikan asma),
mencegah/ mengurangi
frekuensi dan berat
serangan
Penyebab dasar asma:
peradangan
Gejala akut asma:
sesak napas, mengi, batuk
TATALAKSANA PENYAKIT PARU
(PPOK)
Diagnosis PPOK
Anamnesis
• Gejala: batuk berdahak dan sesak napas.
• Gejala berlangsung lama dan semakin memberat.
• Sesak napas bertambah saat beraktivitas
• Ada riwayat merokok atau pajanan polusi
Pemeriksaan Fisis
• Pada PPOK ringan pemeriksaan fisis bisa normal
• Pada tahap lanjut dapat ditemukan tanda-tanda hiperinflasi
sebagai berikut: dada cembung, sela iga melebar, hipersonor,
suara nafas melemah, sianosis dan jari tabuh (clubbing finger).
Pemeriksaan penunjang:
• Penunjang standar untuk diagnosis PPOK adalah
pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri.
• Pemeriksaan penunjang tambahan: Foto toraks, EKG,
Laboratorium kimia darah.
Diagnosis Banding
Asma,
Bronkiektasis,
TB paru yang luas,
Sindrom pasca TB paru,
Penyakit interstisial paru,
Panbronkiolitis luas dan lainnya.
Diagnosis dan Penilaian Awal
© 2017 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
Penilaian PPOK
Konfirmasi diagnosis
dengan spirometri
Penilaian hambatan
saluran napas
Penilaian gejala dan
risiko ekaserbasi
Post-
bronchodilator
FEV1/FVC < 0.7
FEV1
(% Predicted)
GOLD 1 ≥ 80
GOLD 2 50-79
GOLD 3 30-49
GOLD 4 < 30
≥ 2 atau
≥ memerlukan
rawat inap
0 or 1 (tidak
memerlukan
rawat inap)
Riwayat
ekaserbasi
C D
A B
mMRC 0-1
CAT < 10
mMRC ≥ 2
CAT ≥10
Gejala
Pemeriksaan penunjang
• CAT (COPD Assessment Test)
• mMRC (Modified Medical Research Council
Questionaire for Assessing the severity of
Breathlessness )
• Spirometri
• Uji jalan 6 menit
• Pemeriksaan penunjang lain : (Diff count, Foto
thorax bila tersedia)
mMRC Dyspnoe scale
(modified Medical Research Council)
Tingkat
0
Tidak terganggu oleh sesak napas kecuali
saat olah-raga berat.
Tingkat
1
Terganggu dengan sesak napas ketika
terburu-buru berjalan di tanah yang datar
atau mendaki tanjakan.
Tingkat
2
Berjalan lebih lambat pada permukaan
yang datar dibandingkan orang seusia
karena sesak napas atau harus berhenti
untuk bernapas ketika berjalan pada
kecepatan sendiri di permukaan yang
datar.
Tingkat
3
Berhenti untuk bernapas setelah berjalan
90 meter atau setelah beberapa menit di
permukaan yang datar
Tingkat
4
Terlalu sesak untuk meninggalkan rumah
atau sesak saat berpakaian atau berganti
pakaian.
• Tes fisiologi untuk menilai
fungsi paru melalui pengukuran
volume paru saat inspirasi dan
ekspirasi maksimal dalam fungsi
waktu
• Merupakan “gold standard”
diagnosis COPD
• Tanda-tanda obstruksi
• Pemeriksaan berguna untuk :
 Menunjang diagnosis
 Melihat laju perjalanan penyakit
 Menentukan prognosis
SPIROMETRI
JENIS ALAT
SPIROMETRI
SPIROMETRY IN COPD
Normal
COPD
Apakah foto toraks
membantu?
• Adanya hiperinflasi, emfisema
dan hipertensi pulmoner
• Berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain
• Menilai adanya pneumonia saat
terjadi eksaserbasi
Foto toraks
Tujuan terapi PPOK Stabil
Mengurangi
Gejala
• Melegakan gejala
• Meningkatkan toleransi olahraga
• Memperbaiki status kesehatan
Menurunkan
Risiko
ekaserbasi
• Mencegah progesivitas penyakit
• Mencegah dan mengobatan ekaserbasi
• Menurunkan mortalitas
GOLD 2017
Manajemen PPOK Stabil
GOLD 2017
Definition of abbreviations: eos: blood eosinophil count in cells per microliter; mMRC: modified Medical Research
Council dyspnea questionnaire; CAT™: COPD Assessment Test™.
 Mengurangi laju beratnya penyakit
 Mempertahankan PPOK yang stabil
 Mengatasi eksaserbasi ringan
 Merujuk ke spesialis paru atau
rumah sakit
 Melanjutkan pengobatan dari spesialis
paru atau rumah sakit rujukan
TUJUAN PENATALAKSANAAN
PPOK di Puskesmas
Pencegahan timbulnya PPOK
• Tidak merokok
• Berhenti merokok
• Hindari polusi yang mempengaruhi saluran
napas yang terus menerus
Rujukan PPOK :
a.Rujukan klinis (untuk diagnosis dan terapi)
b.Rujukan balik
Melakukan Rujukan PPOK
Terima kasih

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)gagal jantung (Heart Failure)
gagal jantung (Heart Failure)
 
Tatalaksana gangguan cemas
Tatalaksana gangguan cemasTatalaksana gangguan cemas
Tatalaksana gangguan cemas
 
Audiometri
AudiometriAudiometri
Audiometri
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
EKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi JantungEKG, Hipertrofi Jantung
EKG, Hipertrofi Jantung
 
Herniasi Otak
Herniasi OtakHerniasi Otak
Herniasi Otak
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Guillain barre sindrom
Guillain barre sindromGuillain barre sindrom
Guillain barre sindrom
 
Case Report BPPV
Case Report BPPVCase Report BPPV
Case Report BPPV
 
SKA / CAD
SKA / CADSKA / CAD
SKA / CAD
 
Overdosis opiat
Overdosis opiatOverdosis opiat
Overdosis opiat
 
Otitis eksterna
Otitis eksternaOtitis eksterna
Otitis eksterna
 
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
Praktikum Patologi Anatomi BLOK 20 Integumen (Kulit)
 
Bronko pneumonia
Bronko pneumoniaBronko pneumonia
Bronko pneumonia
 
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
Efloresensi (modul kulit dan jaringan penunjang)
 
Skizofrenia
Skizofrenia Skizofrenia
Skizofrenia
 
Abses hepar
Abses heparAbses hepar
Abses hepar
 
ASMA PDPI 2021.pdf
ASMA PDPI 2021.pdfASMA PDPI 2021.pdf
ASMA PDPI 2021.pdf
 
Syok anafilaksis
Syok anafilaksisSyok anafilaksis
Syok anafilaksis
 

Similar to Asma_PPOK Pandu PTM.ppt

materi bahan ajar penyakit gangguan pernafasan
materi bahan ajar penyakit gangguan pernafasanmateri bahan ajar penyakit gangguan pernafasan
materi bahan ajar penyakit gangguan pernafasanranibenawa1
 
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxPPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxSitiRohmah175718
 
Copd dr irene
Copd dr ireneCopd dr irene
Copd dr ireneteea vani
 
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnyappt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnyassuserf1ec1e1
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.pptSuryatiHusin
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asmawitanurma
 
Penyakit-asma-akibat-kerja.pptx
Penyakit-asma-akibat-kerja.pptxPenyakit-asma-akibat-kerja.pptx
Penyakit-asma-akibat-kerja.pptxIndraDarmawan46
 
Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )
Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )
Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )Amelia Febiani
 
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perluDwiNormaR
 
penyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronispenyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronisKhomsha Sholikhah
 

Similar to Asma_PPOK Pandu PTM.ppt (20)

materi bahan ajar penyakit gangguan pernafasan
materi bahan ajar penyakit gangguan pernafasanmateri bahan ajar penyakit gangguan pernafasan
materi bahan ajar penyakit gangguan pernafasan
 
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptxPPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
PPT Farmakoteraphi Ashma Kelompok 1.pptx
 
PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusiaKelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
 
askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma askep gawat darurat Kasus asma
askep gawat darurat Kasus asma
 
Copd dr irene
Copd dr ireneCopd dr irene
Copd dr irene
 
Copd
CopdCopd
Copd
 
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnyappt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
 
ppok
ppokppok
ppok
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
 
Ispa pada bayi dan aqnak
Ispa pada bayi dan aqnakIspa pada bayi dan aqnak
Ispa pada bayi dan aqnak
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asma
 
RESPIROLOGI.pptx
RESPIROLOGI.pptxRESPIROLOGI.pptx
RESPIROLOGI.pptx
 
0 modul sesak
0 modul sesak0 modul sesak
0 modul sesak
 
Penyakit-asma-akibat-kerja.pptx
Penyakit-asma-akibat-kerja.pptxPenyakit-asma-akibat-kerja.pptx
Penyakit-asma-akibat-kerja.pptx
 
Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )
Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )
Materi Etika Profesi " Menganalisis Penyakit Akibat Kerja" ( SMK KELAS X )
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
 
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
11. Asma.ppt pada kasus kebidanan yang perlu
 
penyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronispenyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronis
 

Recently uploaded

PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxsandiharyanto
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxSimon Samsudin
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxcheatingw995
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptAnisyahHariadi
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024PyrecticWilliams1
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023AthoinNashir
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatssuser7c01e3
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3NadhifahRahmawati
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxgunadarmabarra
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxIrfanNersMaulana
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptxDavyPratikto1
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxTULUSHADI
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPeniMSaptoargo2
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxImmanuelIndrapratama
 

Recently uploaded (20)

PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
Manasik Kesehatan Haji Rosi BIMTEK TKH 2023
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptxPRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
PRESENTASI KELOMPOK 3 OJT PUS UNMET NEED.pptx
 
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptxAsuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
Asuhan Keperawatan Gagal ginjal akut & kronik.pptx
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptxPresentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
Presentasi Hasil MCU 2023 - RSMU (1).pptx
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
 

Asma_PPOK Pandu PTM.ppt

  • 1. PELAYANAN TERPADU (PANDU) PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) DI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA PENYAKIT PARU KRONIK ASMA DAN PPOK
  • 3.
  • 5. • Estimated global prevalence of 11.7% (95% CI 8.4%– 15.0%). • By 2030 predicted 4.5 million COPD related deaths annually. • Asia Pacific COPD Roundtable Group 2006 COPD prevalence 6,3%  Indonesia 5,6% • BIOMASS study 2013: COPD prevalence in non-smokers in Indonesia 6,3% (Urban 5,4% & Rural 7,2%) • Indonesia (SKRT 2005)COPD cases increase  increasing life expectancy  high prevalence of smoking  increase air pollution Prevalence of COPD
  • 7. PENCEGAHAN TERPADU PTM DI FKTP MATERI INTI 1
  • 8. 1. PENGERTIAN PTM DAN FAKTOR RISIKONYA
  • 9. PENGERTIAN ASMA  Asma adalah  gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi dan elemennya yang berhubungan dengan hiperreaktivitas bronkus sehingga menyebabkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak, rasa berat di dada dan batuk yang timbul terutama pada malam atau dini hari yang bersifat reversible (dapat membaik) dengan atau tanpa pengobatan.  Episodic perburukan tersebut berkaitan dengan luasnya peradangan, variabilitas, beratnya obstruksi jalan napas yang bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan
  • 11. • Penyakit Paru Obstruktif kronik (PPOK) adalah – penyakit paru kronik yang umumnya dapat dicegah dan diobati ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara dalam saluran napas yang persisten dan progresif, yang berhubungan dengan meningkatnya respons inflamasi kronik pada saluran napas dan parenkim paru karena paparan partikel atau gas berbahaya. • Partikel atau gas berbahaya yang utama adalah asap rokok. Gas berbahaya lainnya adalah debu, bahan kimia di tempat kerja, asap dapur. PPOK timbul pada usia pertengahan (di atas 40 tahun) akibat kebiasaan merokok dalam jangka waktu yang lama PENGERTIAN PPOK
  • 12. Resting State Severe obstruction, + markedly decreased Elastic Recoil Mild Obstruction, + mildly decreased Elastic Recoil COPD Hyperinflation Normal
  • 13. Dynamic Hyperinflation Initial breathing cycle Air is trapped During Exercise COPD Normal Normal
  • 15. Faktor Lingkungan Mencetuskan eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap Alergen di dalam dan di luar ruangan Polusi udara di dalam dan di luar ruangan Infeksi pernapasan Exercise Perubahan cuaca Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan Ekspresi emosi yang berlebihan Asap rokok Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray) FAKTOR RISIKO ASMA
  • 16.
  • 17. FAKTOR RISIKO PPOK • Penyakit penyerta (komorbiditas) • Riwayat infeksi pernapasan berat sejak usia dini, berulang dan tidak tuntas mempunyai rlsiko terjadinya PPOK melalui penurunan faal paru • Stress oksidatif, sebagai respons tubuh terhadap hasil pajanan polutan. Faktor genetik pejamu dan atau individu • Usia • Jenis kelamin • Defisiensi a-1 antitripsin, • Gangguan bersihan mukosilier, • Respons imunologis individu • Pertumbuhan dan perk.embangan paru dikaitkan dengan masa kehamilan, • berat badan lahir dan pajanan masa anak
  • 18. FAKTOR RISIKO PPOK Perilaku individu kebiasaan merokok Sebatang rokok terdapat sekitar 4000 zat kimia berbahaya keluar melalui asap rokok tersebut, antara lain aseton (bahan cat), amenia (pembersih lantai), arsen (racun), butane (bahan baker ringan}, kadmium (aki kendaraan), karbon monoksida (asap knalpot), DDT (insektisida), hidrogen sianida (gas beracun), methanol (bensin roket), naftalen (kamper), toluene (pelarut industri), dan vinil klorida (plastik). 4000 zat kimia
  • 19. 2. UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
  • 20. UPAYA PROMOTIF PADA PPOK EDUKASI Edukasi di Puskesmas ditujukan untuk mencegah bertambah beratnya penyakit dengan cara mengunakan obat yang tersedia dengan tepat, menyesuaikan keterbatasan aktivitas, serta mencegah eksaserbasi PENGURANGAN PAJANAN FAKTOR RISIKO Pengurangan pajanan asap rokok, debu pekerjaan, bahan kimia, dan polusi udara indoor maupun outdoor, termasuk asap dari memasak merupakan tujuan penting untuk mencegah timbul dan perburukan PPOK
  • 21. UPAYA PREVENTIF PADA ASMA Pencegahan Primer Pencegahan primer ditujukan untuk mencegah sensitisasi pada bayi dengan orang tua pasien asma dengan cara yaitu : • Penghindaran asap rokok dan polutan lain selama kehamilan dan masa perkembangan bayi/anak. • Diet hipoalergienik ibu hamil, dengan syarat diet tersebut tidak mengganggu asupan janin • Pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan Pencegahan sekunder ditujukan untuk mencegah inflamasi pada anak yang telah tersensitisasi dengan cara menghindar pajanan asap rokok, serta alergen dalam ruangan terutama tungau debu rumah Pencegahan tersier ditujukan untuk mencegah manifestasi asma pada anak yang telah menunjukkan manifestasi penyakit alergi
  • 22. 3. DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PTM
  • 23. DETEKSI DINI PADA ASMA 1. Deteksi dini pada kelompok deteksi dini Dibawah usia 3 tahun, bila ada gejala mengi, anak dengan orang tua asma atau dermatitis atopi  perlu dicurigai untuk menderita asma dikemudian hari 2. Penemuan kasus asma Penemuan kasus asma (kesakitan dan kematian) dilaksanakan secara rutin dan berjenjang dimulai dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, dan Puskesmas/Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama diseluruh wilayah Indonesia yang diintegrasi dengan pelayanan penyakit tidak menular (PTM) lainnya. Dan juga bisa dilakukan penemuan kasus asma pada kegiatan yang berbasis masyarakat seperti POSBINDU PTM
  • 24. DETEKSI DINI PADA PPOK 1. Kelompok individu berlsiko a. Mempunyai riwayat pajanan: rokok, polusi udara, lingkungan tempat kerja b. Usia pertengahan c. Mempunyai gejala dan keluhan batuk berdahak, sesak napas, gejala berlangsung lama umumnya semakin memberat. Termasuk ibu rumah tangga yang memasak dengan menggunakan kayu bakar atau kompor minyak tanah dengan ventilasi ruangan yang kurang baik.
  • 25. DETEKSI DINI PADA PPOK 2. Kelompok Masyarakat Kelompok masyarakal yang bekerja atau tinggal di daerah:  pertambangan (batu. batu bara, asbes),  pabrik (bahan baku asbes, baja, mesin, perkakas logam keras, tekstil, kapas, semen, bahan kimia},  penghalusan batu,  penggerlndaan logam keras,  penggergajian kayu,  daerah pasca erupsi gunung berapi,  daerah kebakaran hutan dan pekeda khusus (salon, cat, foto copy},  polantas,  karyawan penjaga pintu to!, dan lain-lain.
  • 29. Diagnosis Asma Diagnosis asma yang tepat sangatlah penting, sehingga penyakit ini dapat ditangani dengan baik dan benar. Diagnosis klinis berdasarkan gejala, riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis sangat berarti dalam menegakkan diagnosis asma.
  • 30. Anamnesis Gejala asma bervariasi yaitu batuk berulang, sesak napas, rasa berat di dada, napas berbunyi (mengi).
  • 31. Gejala tipikal asma a. Episodisitas serangan yang berulang (hilang timbul), yang diantaranya terdapat periode bebas serangan. b. Variabilitas bervariasinya kondisi asma pada waktu2 tertentu bahkan dalam satu hari terjadi variabilitas dengan perburukan pada malam atau dini hari. c. Reversibilitas meredanya gejala asma dengan atau tanpa obat bronkodilator agonis β2 kerja singkat / SABA,terjadi karena mekanisme obstruksi jalan napas pada asma terutama didominasi oleh kontraksi otot polos bronkus. d. Faktor Pencetus seperti perubahan cuaca, alergen, iritan, dll e. Riwayat Alergi pada pasien atau keluarganya seperti rinitis alergik, dermatitis atopi dan ada riwayat asma.
  • 32. Pemeriksaan Fisis Bervariasi dari normal pada saat stabil (tidak eksaserbasi), sampai berat yaitu pada eksaserbasi akut berat. Kelainan pemeriksaan fisis yang paling sering ditemukan adalah mengi pada auskultasi, yang merupakan tanda terdapatnya obstruksi jalan napas.
  • 33. Pemeriksaan Penunjang Penunjang standar • Pemeriksaan faal paru standar dengan spirometri (Jika tersedia) • Pemeriksaan dan penilaian faal paru secara sederhana dengan alat peak flow meter Penunjang tambahan • Pemeriksaan penunjang tambahan yang dibutuhkan sesuai kondisi pasien adalah uji provokasi • Uji alergi untuk menilai status alergi (uji tusuk kulit dan pemeriksaan serum IgE Atopi
  • 34. Diagnosis Banding Dewasa 1) Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) 2) Gagal jantung kongestif 3) Batuk kronik akibat keadaan yang lain 4) Disfungsi larings 5) Obstruksi mekanis 6) Emboli paru 7) Disfungsi pita suara Anak 1) Rhinosinusitis 2) Refluks gastroeosofageal 3) Bronkitis akut berulang 4) Displasia bronkopulmonal 5) Tuberkulosis 6) Malformasi kongenital yang menyebabkan penyempitan saluran intratorakal dan trakeomalasia 7) Aspirasi benda asing 8) Sindroma diskinesia silier primer 9) Defisiensi imun 10) Penyakit jantung bawaan
  • 35.
  • 36. Tujuan Pengobatan Asma  Tujuan pengobatan asma adalah mencapai asma terkendali/terkontrol. Klasifikasi terkendalinya asma untuk memudahkan penilaian asma didalam keadaan tidak serangan menggunakan Asma Control Test (ACT).
  • 37.
  • 39.
  • 40. DEFINISI KONTROL TOTAL Tidak ada Tidak ada Tiap hari Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Gejala Pemakaian salbutamol APE pagi 80% Terbangun malam hari Eksaserbasi Kunjungan ke IGD Efek samping obat Bateman et al. ARJCCM 2004
  • 41. Prinsip Tata Laksana Asma Tatalaksana asma jangka panjang Tatalaksana asma akut /saat serangan
  • 43.  Alergen  Perubahan cuaca  Makanan  Aktivitas berlebihan  Polusi udara  Infeksi saluran napas  Emosi yg berlebihan  Zat kimia/obat-obatan Pencetus Serangan ASMA Sangat bervariasi Bersifat individual
  • 45. Polusi Udara & Asap Rokok
  • 48. Asthma medication Controller drug to control asthma Therefore attack or symptom not easily emerge • Inhaled steroid • LABA Reliever drug to relieve asthma attack or symptoms • -agonist • Xanthine • anticholinergic
  • 49. Perbedaan obat pengontrol dengan pelega Obat Pelega  dipakai hanya pada saat serangan  berfungsi melebarkan saluran napas  pemakaian yang sering  asma tidak terkontrol Obat Pengontrol • dipakai rutin setiap hari • berfungsi mengatasi peradangan (mengendalikan asma), mencegah/ mengurangi frekuensi dan berat serangan Penyebab dasar asma: peradangan Gejala akut asma: sesak napas, mengi, batuk
  • 51. Diagnosis PPOK Anamnesis • Gejala: batuk berdahak dan sesak napas. • Gejala berlangsung lama dan semakin memberat. • Sesak napas bertambah saat beraktivitas • Ada riwayat merokok atau pajanan polusi Pemeriksaan Fisis • Pada PPOK ringan pemeriksaan fisis bisa normal • Pada tahap lanjut dapat ditemukan tanda-tanda hiperinflasi sebagai berikut: dada cembung, sela iga melebar, hipersonor, suara nafas melemah, sianosis dan jari tabuh (clubbing finger).
  • 52. Pemeriksaan penunjang: • Penunjang standar untuk diagnosis PPOK adalah pemeriksaan faal paru dengan menggunakan spirometri. • Pemeriksaan penunjang tambahan: Foto toraks, EKG, Laboratorium kimia darah.
  • 53. Diagnosis Banding Asma, Bronkiektasis, TB paru yang luas, Sindrom pasca TB paru, Penyakit interstisial paru, Panbronkiolitis luas dan lainnya.
  • 54. Diagnosis dan Penilaian Awal © 2017 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
  • 55. Penilaian PPOK Konfirmasi diagnosis dengan spirometri Penilaian hambatan saluran napas Penilaian gejala dan risiko ekaserbasi Post- bronchodilator FEV1/FVC < 0.7 FEV1 (% Predicted) GOLD 1 ≥ 80 GOLD 2 50-79 GOLD 3 30-49 GOLD 4 < 30 ≥ 2 atau ≥ memerlukan rawat inap 0 or 1 (tidak memerlukan rawat inap) Riwayat ekaserbasi C D A B mMRC 0-1 CAT < 10 mMRC ≥ 2 CAT ≥10 Gejala
  • 56. Pemeriksaan penunjang • CAT (COPD Assessment Test) • mMRC (Modified Medical Research Council Questionaire for Assessing the severity of Breathlessness ) • Spirometri • Uji jalan 6 menit • Pemeriksaan penunjang lain : (Diff count, Foto thorax bila tersedia)
  • 57. mMRC Dyspnoe scale (modified Medical Research Council) Tingkat 0 Tidak terganggu oleh sesak napas kecuali saat olah-raga berat. Tingkat 1 Terganggu dengan sesak napas ketika terburu-buru berjalan di tanah yang datar atau mendaki tanjakan. Tingkat 2 Berjalan lebih lambat pada permukaan yang datar dibandingkan orang seusia karena sesak napas atau harus berhenti untuk bernapas ketika berjalan pada kecepatan sendiri di permukaan yang datar. Tingkat 3 Berhenti untuk bernapas setelah berjalan 90 meter atau setelah beberapa menit di permukaan yang datar Tingkat 4 Terlalu sesak untuk meninggalkan rumah atau sesak saat berpakaian atau berganti pakaian.
  • 58. • Tes fisiologi untuk menilai fungsi paru melalui pengukuran volume paru saat inspirasi dan ekspirasi maksimal dalam fungsi waktu • Merupakan “gold standard” diagnosis COPD • Tanda-tanda obstruksi • Pemeriksaan berguna untuk :  Menunjang diagnosis  Melihat laju perjalanan penyakit  Menentukan prognosis SPIROMETRI
  • 60.
  • 62. Apakah foto toraks membantu? • Adanya hiperinflasi, emfisema dan hipertensi pulmoner • Berguna untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit lain • Menilai adanya pneumonia saat terjadi eksaserbasi Foto toraks
  • 63. Tujuan terapi PPOK Stabil Mengurangi Gejala • Melegakan gejala • Meningkatkan toleransi olahraga • Memperbaiki status kesehatan Menurunkan Risiko ekaserbasi • Mencegah progesivitas penyakit • Mencegah dan mengobatan ekaserbasi • Menurunkan mortalitas GOLD 2017
  • 64. Manajemen PPOK Stabil GOLD 2017 Definition of abbreviations: eos: blood eosinophil count in cells per microliter; mMRC: modified Medical Research Council dyspnea questionnaire; CAT™: COPD Assessment Test™.
  • 65.  Mengurangi laju beratnya penyakit  Mempertahankan PPOK yang stabil  Mengatasi eksaserbasi ringan  Merujuk ke spesialis paru atau rumah sakit  Melanjutkan pengobatan dari spesialis paru atau rumah sakit rujukan TUJUAN PENATALAKSANAAN PPOK di Puskesmas
  • 66. Pencegahan timbulnya PPOK • Tidak merokok • Berhenti merokok • Hindari polusi yang mempengaruhi saluran napas yang terus menerus
  • 67.
  • 68. Rujukan PPOK : a.Rujukan klinis (untuk diagnosis dan terapi) b.Rujukan balik Melakukan Rujukan PPOK