SlideShare a Scribd company logo
1 of 68
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)/
Chronic Obstuctive Pulmonary Disease
(COPD)
Case Report Session
Oleh:
dr.Muhammad Rafi
PEMBIMBING:
dr. Elvidawati, Sp.PD-FINASM
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit
respiratorik kronik yang sering ditemukan, di Indonesia masih
belum ada data yang akurat tentang insiden PPOK.
Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut diantaranya
kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas usia 15 tahun 60-70%),
pertambahan penduduk, meningkatnya usia rata-rata penduduk,
industrialisasi dan polusi udara di kota-kota besar.
TUJUAN PENULISAN
Penulisan case report ini bertujuan
untuk memahami dan menambah
pengetahuan tentang peyakit paru
obstruktif kronik.
BATASAN MASALAH
Case report ini akan membahas mengenai kasus
Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Penyakit
paru yang
dapat
dicegah
dan diobati
hambatan
aliran udara
yang tidak
sepenuhnya
reversible,
bersifat
progresif
respons
inflamasi
paru
terhadap
partikel atau
gas yang
beracun /
berbahaya
Disertai efek
ekstra paru
yang
berkontribusi
terhadap
derajat berat
penyakit
PREVALENSI
Masalah Kesehatan
PPOK merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas kronis di seluruh
dunia.
PPOK saat ini merupakan penyebab utama kematian ke empat di dunia, namun
diperkirakan menjadi penyebab utama kematian ke tiga pada tahun 2020.
Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2012 dengan
persentase 6% dari semua kematian di seluruh dunia. Secara global beban
PPOK diperkirakan meningkat dalam beberapa decade karena terus terpapar
faktor resiko PPOK
Harapan hidup meningkat
Pajanan faktor risiko meningkat
Penderita
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of obstructive
pulmonary disease. National Institute of Health. National Heart, Lung and Blood Institute. Update 2017
Etiologi dan Faktor Risiko PPOK
PPOK Paparan: uap, gas, debu, bahan
bakar,merokok, polusi
Infeksi saluran nafas bawah berulang
Genetik: Homozygous α-1-antitrypsin
deficiency (PiZZ) , heterozygous alpha-
1-antitrypsin deficient (PiMZ)
Faktor awal kehidupan dan masa kanak
penting: IUGR, prematur, perokok second-
hand, polusi
PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI
Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi
utama pada PPOK yang diakibatkan oleh adanya
perubahan yang khas pada saluran nafas bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru
yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik
dan perubahan struktural pada paru.
Patofisiologi
PPOK
Inflamasi Kronik
Peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil
Peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar
saluran nafas
restriksi pembukaan jalan nafas Hambatan
aliran udara
Patofisiologi
PPOK
Radikal
bebas dan
antioksidan
yang
seimbang
Kerusakan
di paru
Menginduksi
batuk kronis
Bronkus
lebih mudah
terinfeksi
Patofisiologi
PPOK
Gas
Polutan
stress
oksidan
Peroksidasi
Lipid
Kerusakan sel
Inflamasi
Mengaktifkan sel makrofag alveolar
Faktor kemotaktik neutrofil dilepaskan
Neutrofil melepaskan protease
Parenkim paru rusak
Dinding alveolar
rusak
Hipersekresi mukus
DIAGNOSIS
Anamnesis
 Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa
gejala pernapasan
 Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
 Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
 Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal
berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas
berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
 Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
 Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan Fisis
Inspeksi
-Pursed - lips
breathing
-Barrel chest
- Penggunaan
otot bantu napas
-Hipertropi otot
bantu napas
-pelneran sela iga
Palpasi
Normal atau
Fremitus
dapat
melemah,
sela iga
melebar
Perkusi
Normal atau
hipersonor
Auskuktasi
- Suara napas
vesikular atau
melemah
- Ronkhi atau
mengi
- Ekspirasi
memanjang
DIAGNOSIS
Pemeriksaan rutin
Faal Paru : Spirometri dan Uji bronkodilator
Laboratorium darah : Hb, Ht, trombosit, leukosit dan analisis gas darah.
Radiologi: Hiperinflasi, Hiperlusen, Ruang retrosternal
melebar, Sela iga melebar, Jantung menggantung (jantung
pendulum/tear drop/eye drop appearance).
RESIKO EKSASERBASI PPOK
Diagnosis eksaserbasi dapat ditegakkan
berdasarkan peningkatan:
• Sesak nafas
• Produksi Sputum
• Perubahan warna sputum
Risiko eksaserbasi dapat ditentukan melalui 3
metode :
Menggunakan spirometri untuk menentukan
derajat GOLD (GOLD 1 dan 2 indikasi risiko
rendah, GOLD 3 dan 4 indikasi risiko tinggi).
Penilaian riwayat serangan dalam 12 bulan
terakhir.
Menetukan satu atau lebih rawatan pada
serangan sebelumnya.
DIAGNOSIS BANDING
 Asma
 SOPT (Sindroma Obstruksi Pasca tuberculosis)
 Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang
ditemukan pada penderita pasca tuberculosis dengan
lesi paru yang minimal.
 Pneumotoraks
 Gagal jantung kronik
 Bronkiektasis
 Bronkhitis obliteratif.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan :
• Mengurangi gejala
• Mencegah eksaserbasi berulang
• Memperbaiki dan mencegah penurunan faal
paru
• Meningkatkan kualitas hidup penderita
Edukasi : pengetahuan dasar tentang PPOK, obat-
obatan serta manfaat dan efek sampingnya, cara
pencegahan perburukan penyakit, menghindari
eksaserbasi dan pantangan-pantangan yang harus
dihindari
Berhenti merokok
Obat-obatan : bronkodilator, antiinflamasi,
antibiotika, antioksidan, mukolitik,dan antitusif 
disesuaikan dengan derajat klinis pasien
PENATALAKSANAAN
Terapi Oksigen
Pada PPOK hipoksemia progresif dan
berkepanjangan menyebabkan kerusakan sel dan
jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal
yang sangat penting untuk mempertahankan
oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik
di otot maupun di organ.
Indikasi
O2
PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90%
PaO2 55-59 mmHg atau SaO2 >89% disertai kor pulmonal, perubahan P pulmonal, Ht
>55% dan tanda-tanda gagal janutng kanan, sleep apnea, penyakit paru lain.
Terapi oksigen diberikan 1-2 L dengan nasal kanul, lama
pemberian 15 jam/hari.
Ventilasi
Mekanik
Eksaserbasi Gagal nafas akut
pasien PPOK
derajat berat
dengan sesak
kronik
Nutrisi
Malnutrisi sering terjadi pada PPOK  karena
bertambahnya energy akibat muskulus respirasi
meningkat akibat hiperkapnia dan hipoksemia
kronik  hipermetabolisme.
Rehabilitasi
Tujuan : untuk meningkatkan toleransi latihan
dan memperbaiki kualitas hidup penderita
PPOK.
Ditujukan untuk penderita yang telah mendapat
pengobatan optimal dengan gejala pernapasan
berat, beberapa kali masuk ruang gawat darurat,
dan kualitas hidup yang menurun.
Operasi
• Lung volume reduction surgery (LVRS)
• Bullektomi
• Transplantasi paru
PENATALAKSANAAN
PPOK STABIL
Kriteria
PPOK
Stabil
tidak dalam gagal napas akut pada gagal napas
kronik
AGD pCO2 <45 mmHg dan pO2 >60
mmHg
Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai
derajar PPOK
Dahak jernih tidak berwarna
Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Tabel farmakologi tatalaksana PPOK
Grup Pasien
Rekomendasi
utama
Pilihan alternatif
Terapi lain yang
memungkinkan
A
Memiliki beberapa gejala
dan risiko rendah
eksaserbasi
Short acting
antikolinergic
Atau SABA
Long acting antikolinergic
Atau LABA
Atau SABA + SAMA
Teofilin
B
Memiliki gejala lebih
signifikan tetapi risiko
eksaserbasi rendah
LAMA
atau
LABA
LAMA + LABA
SABA dan/atau
SAMA
Teofilin
C
Memiliki beberapa gejala
tapi risiko tinggi
eksaserbasi
ICS + LABA
atau
LAMA
LAMA + LABA
Atau LAMA + pospodiesterase-4
inhibitor atau
LABA + pospodiesterase-4
inhibitor
SABA + SAMA
Teofilin
D
Memiliki banyak gejala
dan risiko tinggi
eksaserbasi
ICS + LABA
dan/atau LAMA
ICS + LABA dan LAMA
Atau ICS + LAMA dan
phospodiesterase-4 inhibitor
Karbosistein
N-asetil sistein
SABA dan/atau
SAMA
Teofilin
PENANGANAN
PPOK
EKSASERBASI
1. Diagnosis beratnya eksaserbasi
Gejala : peningkatan sesak, peningkatan produksi sputum,
perubahan warna sputum.
Klasifikasi :
tipe I : 3 gejala diatas
tipe II : 2 positif dari 3 gejala
tipe III : 1 positif dari 3 gejala
Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi akut adalah
mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan
mencegah gagal nafas. Bila telah menjadi gagal nafas
segeera atasi untuk mencegah kematian. Beberapa
yang perlu diperhatikan :
2. Terapi oksigen adekuat
Tujuan : memperbaiki hipoksemia dan
mencegah keadaan yang mengancam jiwa,
dapat dilakukan di IGD atau di ICU. Sebaiknya
dipertahankan PaO2 >60 mmHg dan SaO2 >90%,
evaluasi ketat hiperkapni.
3. Pemberian obat-obat
a. Bronkodilator
Pemberian bronkodilator di rumah sakit secara
intravena dan nebulisasi. SABA dan/atau tanpa
SAMA biasanya digunakan untuk eksaserbasi.
b. Kortikosteroid
Pada eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan
prednisone 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada
derajat berat diberikan secara i.v.
c. Antibiotik
Antibiotik diberikan pada eksaserbasi derajat III,
peningkatan purulensi sputum, dan
membutuhkan ventilasi mekanik. Rekomendasi
pemberian antibiotik 5-10 hari. Pemilihan
antibiotik disesuaikan dengan pola kuman
setempat, pemberian di rumah sakit sebaiknya
per drip atau intravena.
f. Kondisi lain yang berkaitan (Monitor balance cairan,
pengeluaran sputum, gagal jantung/aritmia)
g. Evaluasi ketat progresifitas penyakit
d. Nutrisi adekuat
Untuk mencegah starvation yang disebabkan
hiposemi berkepanjangan, dan menghindari
kelelahan otot bantu pernapasan.
e. Ventilasi mekanik
Indikasi : sesak nafas berat >35x/i, kesadaran
menurun, hipoksemi berat PaO2 <50%, asidosis
(pH < 7,25), hiperkapnia PaCO2 > 60 mmH,
komplikasi kardiovaskular.
Komplikasi PPOK
• Gagal napas kronik  AGD: ,<60 mmHg dan PCO2>60 mmHg dan pH
normal
• Gagal napas akut pada gagal napas kronik
• Infeksi berulang:
• Kor pulmonale:
• PPOK dengan pneumotoraks
LAPORAN
KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn.S
Umur : 60 tahun
Jenis kelamisn : Laki-laki
Agama : Islam
Tanggal masuk : 21-11-2019
Anamnesis
Keluhan utama:
• Sesak napas sejak ± 1 hari yang lalu sebelum masuk
rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Sesak napas (+) meningkat sejak 1 hari yang lalu
sebelum masuk RS, menciut (+), tidak dipengaruhi
cuaca, makanan dan emosi. Di luar serangan pasien
tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Sesak meningkat
bila beraktifitas. Sesak sudah dirasakan sejak 3 tahun
yang lalu, bersifat hilang timbul. Pasien sudah pernah
di spirometri dengan hasil PPOK. Kontrol teratur ke
RSUD Raden Mattaher Jambi, obat semprot Berotec,
seretide dan Spiriva.
• Batuk (+) meningkat sejak 5 hari yang lalu, dahak
berwarna putih kekuningan dan kental.
• Riwayat batuk lama (+)
• Batuk darah (-), riwayat batuk darah (-)
• Nyeri dada (-)
• Demam (+) sejak 5 hari yang lalu, tidak menggigil
dan tidak tinggi
• Keringat malam (-)
• Penurunan nafsu makan (-)
• Penurunan BB (-)
• Mual (+), muntah (-)
• BAK dan BAB tidak ada keluhan
Riwayat Penyakit Dahulu:
• Riwayat DM (-)
• Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
• Riwayat OAT dalam kelaurga (-)
• Riwayat DM (-)
• Riwayat HT (-)
Riwayat kebiasaan, sosial, pekerjaan:
• Pasien seorang petani, riwayat merokok 24
batang/ hari, selama 35 tahun (IB berat), berhenti
2 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik
Vital sign
• Keadaan umum : Sedang
• Kesadaran : Composmentis Cooperatif
• Suhu : 36,8ºC
• Tekanan darah : 130/80 mmHg
• Frekuensi napas : 32x/’
• Frekuensi nadi : 100x/’
• Tinggi badan : cm
• Berat baddan : kg
Kepala : Tidak ada kelainan
Mata : Sklera tidak ikterik,
Konjungtiva tidak anemis
Leher
• JVP : 5-0 cmH2O
• Trakea : tidak ada deviasi trakea
• KGB : tidak ada pembesaran KGB
Jantung
• Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
• Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari lateral
LMCS RIC V
• Perkusi : batas jantung normal
• Auskultasi : Bunyi jantung (+) reguler,
murmur (-)
Paru depan (Dada)
• Inspeksi : Statis : simetris kiri dan kanan
Dinamis : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
• Palpasi : Fremitus kanan sama dengan fremitus kiri
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Suara napas ekspirasi memanjang, ronkhi (+), wheezing (+)
Paru belakang (Punggung)
• Inspeksi : Statis : simetris kiri dan kanan
Dinamis : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan
• Palpasi : Fremitus kanan sama dengan fremitus kiri
• Perkusi : Sonor
• Auskultasi : Suara napas ekspirasi memanjang, ronkhi (+), wheezing (+).
Abdomen
• Inspeksi : distensi abdomen (-)
• Palpasi : nyeri tekan epigastrium
• Perkusi : timpani
• Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia : tidak diperiksa
Ekstremitas : udem -/-, clubbing finger -/-
Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 14,7 gr/dL Analisa Gas Darah
Leukosit : 10.022 /mm3 pH : 7,37
Ht : 44% Pco2 : 35,3
Trombosit : / mm3 Po2 : 199,4
GDS : 135 mg/dl HCO3- : 20,9
Ureum : 17 mg/dl BE : -4,5
Kreatinin : 0.9 mg/dl SO2 : 99,9
Na/K/Cl : 141/4,2/107
Total protein : 6,6 gr/dL
Albumin : 4,5 gr/dL
Globulin : 2,1 gr/dL
Kesan labor : leukositosis,
Diagnosis Kerja
PPOK eksaserbasi akut
Diagnosis Banding
Asma
RENCANA PENGOBATAN
• Oksigen 3-4 L
• IVFD NaCl 0,9% / 12 jam
• Drip aminofilin 1amp
• Inj. Ceftriaxone 1x2 gr iv
• Methyl prednisolone 2 x 12 mg
• Combivent nebu 6x 2,5ml
BAB III
DISKUSI
• Seorang pasien laki-laki berumur 60 tahun datang dengan keluhan utama
sesak napas sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak
menciut tidak dipengaruhi oleh emosi, cuaca dan makanan. Di luar
serangan pasien tidak dapat beraktivitas biasa. Sesak meningkat dengan
aktifitas. Riwayat sesak nafas sudah dirasakan ± 3 tahun yang lalu, bersifat
hilang timbul. Pasien sudah pernah dispirometri dengan hasil PPOK.
Kontrol teratur ke RSUD Raden Mattaher dan diberi obat semprot berotec,
serotide, Spiriva.
• Batuk (+) meningkat sejak 4 hari yang lalu dengan dahak putih kekuningan
dan kental. Pasien sebelumnya punya riwayat batuk lama.
• Demam (+) dirasakan sejak 5 hari yang lalu, tidak menggigil dan tidak
tinggi.
• Pasien seorang petani, riwayat merokok 24 batang/ hari, selama tahun,
berhenti 2 tahun yang lalu.
DISKUSI
• Dari keluhan diatas dapat dicurigai pasien mengalami
gangguan pada saluran napas dan parenkim paru
karena adanya inflamasi kronik berlebihan akibat
gas/partikel berbahaya yang menyebabkan hilangnya
hubungan antara alveoli dan saluran napas kecil dan
menurun elastisitas rekoil paru sehingga terjadi
keterbatasan aliran udara yang persisten dan progresif.
• Hal ini menimbulkan gejala sesak napas yang
bertambah berat seiring berjalannya waktu (progresif)
dan meningkat dengan aktivitas disertai batuk kronik
berdahak. Gangguan tersebut disebut Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK).
DISKUSI
• Gejala sesak napas pada PPOK berhubungan
dengan keterbatasan aliran udara dan air trapping
akibat peradangan, fibrosis, eksudat luminal dalam
saluran udara kecil yang mengakibatkan penurunan
VEP1 (merupakan gejala khas PPOK) dan penurunan
rasio VEP1/KVP. Obstruksi jalan napas perifer
menyebabkan udara terperangkap dan terjadi
hiperinflasi yang mengurangi kapasitas inspirasi
(peningkatan kapasitas residual fugsional, khususnya
selama latihan/hiperinflasi dinamis), akibatnya terjadi
dispnea dan keterbatasan aktivitas latihan.
DISKUSI
Pada PPOK juga terjadi ketidakseimbangan
pertukaran gas sehingga terjadi hipoksemia dan
hiperkapnia. Obstruksi jalan napas perifer
mengakibatkan ketidakseimbangan mekanisme
ventilasi-perfusi.
DISKUSI
• Gejala lain adalah batuk kronik berdahak. Batuk
merupakan mekanisme refleks untuk menjaga jalan
napas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil
sekresi lendir yang menumpuk pada jalan napas. Tidak
hanya lendir yang akan disingkirkan oleh refleks batuk
tetapi juga gumpalan darah dan benda asing. Batuk
merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada
infeksi dan inflamasi saluran napas. Pada PPOK, batuk
kronik berdahak berkaitan dengan metaplasia mukosa
yang meningkatkan jumlah sel goblet dan
membesarnya kelenjar submukosa sebagai respon
terhadap iritasi kronik saluran napas oleh asap
rokok/agen berbahaya lain.
DISKUSI
• Inflamasi yang bersifat kronis pada PPOK menyebabkan
kerusakan dan perubahan struktural saluran napas
sehingga terjadi perubahan patologis berupa
peningkatan sel goblet, pembesaran kelenjar
submukosa (keduanya menyebabkan hipersekresi
lendir), metaplasia sel epitel skuamosa, perubahan
saluran napas proksimal (trakea, bronkus diameter >
2mm), perubahan saluran napas perifer (bronkiolus
diameter < 2mm), kerusakan dinding alveolus,
apoptosis sel epitel dan endotel, perubahan struktur
pembuluh darah (penebalan intima, disfungsi sel
endotel, penebalan otot polos/hipertensi pulmonal).
DISKUSI
• Pasien memiliki kebiasaan merokok 24
batang/hari selama 35 tahun dengan Indeks
Brinkman berat. Hal ini meningkatkan dugaan
terjadinya PPOK pada pasien, karena rokok
merupakan faktor yang berperan
meningkatkan penyakit PPOK.
DISKUSI
• Inhalasi asap rokok dan partikel berbahaya
lain menyebabkan inflamasi saluran napas dan
paru, akibatnya rusak jaringan parenkim,
terjadi emfisema dan mekanisme pertahanan
terganggu, fibrosis saluran napas kecil,
perubahan patologis, lalu udara terperangkap
sehingga terjadi keterbatasan aliran udara.
Pada perokok, sering terjadi dilatasi dan
kerusakan bronkiolus yang mengakibatkan
emfisema sentrilobular.
DISKUSI
• Asap rokok juga menghasilkan mediator
inflamasi yang akan menarik sel inflamasi dari
sirkulasi, menguatkan proses inflamasi, dan
mendorong perubahan struktural dan fibrosis
saluran napas.
DISKUSI
• Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
sedang dengan kesadaran Composmentis
Cooperatif, suhu 36,8 °C, tekanan darah
130/80 mmHg , frekuensi napas 22 x/menit
pada pasien terjadi takipnea (N:18-20
kali/menit) karena obstruksi saluran napas
sehingga terjadi keterbatasan aliran udara
yang progresif dan persisten, frekuensi nadi
100x/menit.
• Pasien tampak dengan ekspirasi memanjang (pursed-
lips breathing), ini merupakan mekanisme tubuh untuk
mengeluarkan retensi CO2 pada gagal napas kronik.
• Pada auskultasi suara napas ekspirasi memanjang,
karena adanya obstruksi jalan napas perifer, akibatnya
udara terperangkap dan terjadi hiperinflasi yang
mengurangi kapasitas inspirasi seperti peningkatan
kapasitas residual fungsional, khususnya selama
latihan. Ronkhi +/+ karena lewatnya udara melalui
penyempitan saluran napas, inflamasi, atau spasme
saluran napas pada bronkitis, asma, dan PPOK.
Wheezing +/+ kanan dan kiri karena obstruksi jalan
napas (khas pada asma dan PPOK).
• Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
ditemukan tanda-tanda eksaserbasi akut PPOK
pada pasien, karena terjadinya perburukan
dibandingkan kondisi sebeumnya yaitu sesak
yang bertambah, sputum bertambah, dan
sputum berubah warna menjadi putih
kekuningan, sehingga pasien dapat
diklasifikasikan ke dalam PPOK eksaserbasi
akut tipe I (eksaserbasi berat)
• Pada pemeriksaan laboratorium, tampak
peningkatan leukosit (Leukositosis). Leukosit
adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh
yang berperan melindungi diri dari infeksi dan
penyakit. Kerusakan jaringan di tubuh, infeksi,
peradangan, kebiasaan merokok, dapat
meningkatkan jumlah leukosit.
• Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi
akut adalah mengatasi segera eksaserbasi dan
mencegah gagal napas.
• Rencana pemeriksaan meliputi spirometri post
bronkodilator saat pasien sudah dalam keadaan
stabil dan kultur sputum. Obstruksi ditentukan
oleh nilai VEP1/KVP (%). Berdasarkan GOLD,
obstruksi pada PPOK terjadi jika VEP1/KVP < 70%.
Kultur sputum bertujuan untuk mengidentifikasi
bakteri spesifik pada sputum dalam membantu
menegakkan diagnosis definitif.

More Related Content

What's hot

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Betari Wanda Saskia
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
Listiana Dewi
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
Pradasary
 
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Sabam Simanjuntak
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Verar Oka
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
cokordawahyu
 

What's hot (20)

Tuberculosis
Tuberculosis Tuberculosis
Tuberculosis
 
Tetanus
TetanusTetanus
Tetanus
 
Stilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafasStilah untuk suara nafas
Stilah untuk suara nafas
 
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
 
Referat pneumothorax
Referat pneumothoraxReferat pneumothorax
Referat pneumothorax
 
Cairan infuse
Cairan infuseCairan infuse
Cairan infuse
 
3. laring
3. laring3. laring
3. laring
 
Ppt pneumonia
Ppt pneumoniaPpt pneumonia
Ppt pneumonia
 
Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
identifikasi kasus blok 30
identifikasi kasus blok 30identifikasi kasus blok 30
identifikasi kasus blok 30
 
7. peritonitis
7. peritonitis7. peritonitis
7. peritonitis
 
Sesak
SesakSesak
Sesak
 
ASMA: patofisiologi Asthma
ASMA: patofisiologi AsthmaASMA: patofisiologi Asthma
ASMA: patofisiologi Asthma
 
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto ThoraksInterpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
Interpretasi Rontgen Dada atau Foto Thoraks
 
Primary and secondary survey
Primary and secondary surveyPrimary and secondary survey
Primary and secondary survey
 
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
Bantuan Hidup Dasar (2015 AHA Guideline)
 
Sinusitis
SinusitisSinusitis
Sinusitis
 
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantungPemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
Pemeriksaan fisik thorax, pulmonalis, jantung
 
Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2Check list pemeriksaan neurologi 2
Check list pemeriksaan neurologi 2
 
Pneumothoraks
PneumothoraksPneumothoraks
Pneumothoraks
 

Similar to PPT-PPOK.pptx

Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
sharklasers22
 
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptxPresentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
EkaArtha1
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
SuryatiHusin
 
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptxPPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
eko adi purnomo
 

Similar to PPT-PPOK.pptx (20)

ppok
ppokppok
ppok
 
COPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptxCOPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptx
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxModul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 
lapsus ppok .pptx
lapsus ppok .pptxlapsus ppok .pptx
lapsus ppok .pptx
 
penyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronispenyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronis
 
Anggraeni putri tut 2
Anggraeni putri tut 2Anggraeni putri tut 2
Anggraeni putri tut 2
 
Copd dr irene
Copd dr ireneCopd dr irene
Copd dr irene
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Asthma copd overlap (
Asthma copd overlap (Asthma copd overlap (
Asthma copd overlap (
 
Pneumonia_.ppt
Pneumonia_.pptPneumonia_.ppt
Pneumonia_.ppt
 
Gagal nafas-final
Gagal nafas-final Gagal nafas-final
Gagal nafas-final
 
Modul 2 merokok
Modul 2 merokokModul 2 merokok
Modul 2 merokok
 
1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx
1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx
1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx
 
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptxPresentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
 
ASMA EKSASERBASI.ppt
ASMA EKSASERBASI.pptASMA EKSASERBASI.ppt
ASMA EKSASERBASI.ppt
 
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptxPPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
 
Penyakit_Pernapasan.pptx
Penyakit_Pernapasan.pptxPenyakit_Pernapasan.pptx
Penyakit_Pernapasan.pptx
 

Recently uploaded

materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
PrajaPratama4
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
PutriKemala3
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Halo Docter
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
DavyPratikto1
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
sandiharyanto
 

Recently uploaded (20)

KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR KEPERAWATAN D3
 
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptxPenyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
Penyuluhan kesehatan Diabetes melitus .pptx
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
543763829-Gangguan-Campuran-Anxietas-Depresi-PPT-NT.pdf
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
Low Back Pain untuk Awam dan pekerja tahun 2024
 
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docxSistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
Sistemm Klasifikasi Virus Baltimore.docx
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptxCRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
CRS OBG - AUB e.c Hiperplasia endometrium.pptx
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
Nama : obat penggugur kandungan wa " 087776558899
 
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.pptepidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
epidemiologi-penyakit-tidak-menular.ppt-1 2.ppt
 
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur KandunganJual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
Jual Obat Cytotec Asli 085225524732 Obat Penggugur Kandungan
 
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptxProsedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
Prosedur FFR & Instalasi FFR di Ruang Cathlab.pptx
 
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakitdistribusi obat farmasi manfar rumah sakit
distribusi obat farmasi manfar rumah sakit
 
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
2024 - Pencatatan dan Pelaporan PMT Lokal.pptx
 
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptxPENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
PENGELOLAAN OBAT PADA ANAK DAN LANSIA (1).pptx
 

PPT-PPOK.pptx

  • 1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)/ Chronic Obstuctive Pulmonary Disease (COPD) Case Report Session Oleh: dr.Muhammad Rafi PEMBIMBING: dr. Elvidawati, Sp.PD-FINASM
  • 3. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyakit respiratorik kronik yang sering ditemukan, di Indonesia masih belum ada data yang akurat tentang insiden PPOK. Faktor yang berperan dalam peningkatan penyakit tersebut diantaranya kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas usia 15 tahun 60-70%), pertambahan penduduk, meningkatnya usia rata-rata penduduk, industrialisasi dan polusi udara di kota-kota besar.
  • 4. TUJUAN PENULISAN Penulisan case report ini bertujuan untuk memahami dan menambah pengetahuan tentang peyakit paru obstruktif kronik.
  • 5. BATASAN MASALAH Case report ini akan membahas mengenai kasus Penyakit Paru Obstruktif Kronik.
  • 7. DEFINISI Penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible, bersifat progresif respons inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun / berbahaya Disertai efek ekstra paru yang berkontribusi terhadap derajat berat penyakit
  • 8. PREVALENSI Masalah Kesehatan PPOK merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas kronis di seluruh dunia. PPOK saat ini merupakan penyebab utama kematian ke empat di dunia, namun diperkirakan menjadi penyebab utama kematian ke tiga pada tahun 2020. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2012 dengan persentase 6% dari semua kematian di seluruh dunia. Secara global beban PPOK diperkirakan meningkat dalam beberapa decade karena terus terpapar faktor resiko PPOK Harapan hidup meningkat Pajanan faktor risiko meningkat Penderita
  • 9. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Global strategy for the diagnosis, management, and prevention of obstructive pulmonary disease. National Institute of Health. National Heart, Lung and Blood Institute. Update 2017 Etiologi dan Faktor Risiko PPOK PPOK Paparan: uap, gas, debu, bahan bakar,merokok, polusi Infeksi saluran nafas bawah berulang Genetik: Homozygous α-1-antitrypsin deficiency (PiZZ) , heterozygous alpha- 1-antitrypsin deficient (PiMZ) Faktor awal kehidupan dan masa kanak penting: IUGR, prematur, perokok second- hand, polusi
  • 10. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI Hambatan aliran udara merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK yang diakibatkan oleh adanya perubahan yang khas pada saluran nafas bagian proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru yang dikarenakan adanya suatu inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru.
  • 11. Patofisiologi PPOK Inflamasi Kronik Peningkatan penebalan pada saluran nafas kecil Peningkatan formasi folikel limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas restriksi pembukaan jalan nafas Hambatan aliran udara
  • 13. Patofisiologi PPOK Gas Polutan stress oksidan Peroksidasi Lipid Kerusakan sel Inflamasi Mengaktifkan sel makrofag alveolar Faktor kemotaktik neutrofil dilepaskan Neutrofil melepaskan protease Parenkim paru rusak Dinding alveolar rusak Hipersekresi mukus
  • 14. DIAGNOSIS Anamnesis  Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan  Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja  Riwayat penyakit emfisema pada keluarga  Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, misal berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara  Batuk berulang dengan atau tanpa dahak  Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
  • 15. Pemeriksaan Fisis Inspeksi -Pursed - lips breathing -Barrel chest - Penggunaan otot bantu napas -Hipertropi otot bantu napas -pelneran sela iga Palpasi Normal atau Fremitus dapat melemah, sela iga melebar Perkusi Normal atau hipersonor Auskuktasi - Suara napas vesikular atau melemah - Ronkhi atau mengi - Ekspirasi memanjang DIAGNOSIS
  • 16. Pemeriksaan rutin Faal Paru : Spirometri dan Uji bronkodilator Laboratorium darah : Hb, Ht, trombosit, leukosit dan analisis gas darah. Radiologi: Hiperinflasi, Hiperlusen, Ruang retrosternal melebar, Sela iga melebar, Jantung menggantung (jantung pendulum/tear drop/eye drop appearance).
  • 17. RESIKO EKSASERBASI PPOK Diagnosis eksaserbasi dapat ditegakkan berdasarkan peningkatan: • Sesak nafas • Produksi Sputum • Perubahan warna sputum
  • 18. Risiko eksaserbasi dapat ditentukan melalui 3 metode : Menggunakan spirometri untuk menentukan derajat GOLD (GOLD 1 dan 2 indikasi risiko rendah, GOLD 3 dan 4 indikasi risiko tinggi). Penilaian riwayat serangan dalam 12 bulan terakhir. Menetukan satu atau lebih rawatan pada serangan sebelumnya.
  • 19.
  • 20.
  • 21. DIAGNOSIS BANDING  Asma  SOPT (Sindroma Obstruksi Pasca tuberculosis)  Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pasca tuberculosis dengan lesi paru yang minimal.  Pneumotoraks  Gagal jantung kronik  Bronkiektasis  Bronkhitis obliteratif.
  • 22. PENATALAKSANAAN Tujuan penatalaksanaan : • Mengurangi gejala • Mencegah eksaserbasi berulang • Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru • Meningkatkan kualitas hidup penderita
  • 23. Edukasi : pengetahuan dasar tentang PPOK, obat- obatan serta manfaat dan efek sampingnya, cara pencegahan perburukan penyakit, menghindari eksaserbasi dan pantangan-pantangan yang harus dihindari Berhenti merokok Obat-obatan : bronkodilator, antiinflamasi, antibiotika, antioksidan, mukolitik,dan antitusif  disesuaikan dengan derajat klinis pasien PENATALAKSANAAN
  • 24. Terapi Oksigen Pada PPOK hipoksemia progresif dan berkepanjangan menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun di organ.
  • 25. Indikasi O2 PaO2 < 60 mmHg atau SaO2 < 90% PaO2 55-59 mmHg atau SaO2 >89% disertai kor pulmonal, perubahan P pulmonal, Ht >55% dan tanda-tanda gagal janutng kanan, sleep apnea, penyakit paru lain. Terapi oksigen diberikan 1-2 L dengan nasal kanul, lama pemberian 15 jam/hari.
  • 26. Ventilasi Mekanik Eksaserbasi Gagal nafas akut pasien PPOK derajat berat dengan sesak kronik
  • 27. Nutrisi Malnutrisi sering terjadi pada PPOK  karena bertambahnya energy akibat muskulus respirasi meningkat akibat hiperkapnia dan hipoksemia kronik  hipermetabolisme.
  • 28. Rehabilitasi Tujuan : untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualitas hidup penderita PPOK. Ditujukan untuk penderita yang telah mendapat pengobatan optimal dengan gejala pernapasan berat, beberapa kali masuk ruang gawat darurat, dan kualitas hidup yang menurun.
  • 29. Operasi • Lung volume reduction surgery (LVRS) • Bullektomi • Transplantasi paru
  • 31. Kriteria PPOK Stabil tidak dalam gagal napas akut pada gagal napas kronik AGD pCO2 <45 mmHg dan pO2 >60 mmHg Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajar PPOK Dahak jernih tidak berwarna Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
  • 32. Tabel farmakologi tatalaksana PPOK Grup Pasien Rekomendasi utama Pilihan alternatif Terapi lain yang memungkinkan A Memiliki beberapa gejala dan risiko rendah eksaserbasi Short acting antikolinergic Atau SABA Long acting antikolinergic Atau LABA Atau SABA + SAMA Teofilin B Memiliki gejala lebih signifikan tetapi risiko eksaserbasi rendah LAMA atau LABA LAMA + LABA SABA dan/atau SAMA Teofilin C Memiliki beberapa gejala tapi risiko tinggi eksaserbasi ICS + LABA atau LAMA LAMA + LABA Atau LAMA + pospodiesterase-4 inhibitor atau LABA + pospodiesterase-4 inhibitor SABA + SAMA Teofilin D Memiliki banyak gejala dan risiko tinggi eksaserbasi ICS + LABA dan/atau LAMA ICS + LABA dan LAMA Atau ICS + LAMA dan phospodiesterase-4 inhibitor Karbosistein N-asetil sistein SABA dan/atau SAMA Teofilin
  • 34. 1. Diagnosis beratnya eksaserbasi Gejala : peningkatan sesak, peningkatan produksi sputum, perubahan warna sputum. Klasifikasi : tipe I : 3 gejala diatas tipe II : 2 positif dari 3 gejala tipe III : 1 positif dari 3 gejala Prinsip penatalaksanaan eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi yang terjadi dan mencegah gagal nafas. Bila telah menjadi gagal nafas segeera atasi untuk mencegah kematian. Beberapa yang perlu diperhatikan :
  • 35. 2. Terapi oksigen adekuat Tujuan : memperbaiki hipoksemia dan mencegah keadaan yang mengancam jiwa, dapat dilakukan di IGD atau di ICU. Sebaiknya dipertahankan PaO2 >60 mmHg dan SaO2 >90%, evaluasi ketat hiperkapni.
  • 36. 3. Pemberian obat-obat a. Bronkodilator Pemberian bronkodilator di rumah sakit secara intravena dan nebulisasi. SABA dan/atau tanpa SAMA biasanya digunakan untuk eksaserbasi. b. Kortikosteroid Pada eksaserbasi derajat sedang dapat diberikan prednisone 30 mg/hari selama 1-2 minggu, pada derajat berat diberikan secara i.v.
  • 37. c. Antibiotik Antibiotik diberikan pada eksaserbasi derajat III, peningkatan purulensi sputum, dan membutuhkan ventilasi mekanik. Rekomendasi pemberian antibiotik 5-10 hari. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan pola kuman setempat, pemberian di rumah sakit sebaiknya per drip atau intravena.
  • 38. f. Kondisi lain yang berkaitan (Monitor balance cairan, pengeluaran sputum, gagal jantung/aritmia) g. Evaluasi ketat progresifitas penyakit d. Nutrisi adekuat Untuk mencegah starvation yang disebabkan hiposemi berkepanjangan, dan menghindari kelelahan otot bantu pernapasan. e. Ventilasi mekanik Indikasi : sesak nafas berat >35x/i, kesadaran menurun, hipoksemi berat PaO2 <50%, asidosis (pH < 7,25), hiperkapnia PaCO2 > 60 mmH, komplikasi kardiovaskular.
  • 39. Komplikasi PPOK • Gagal napas kronik  AGD: ,<60 mmHg dan PCO2>60 mmHg dan pH normal • Gagal napas akut pada gagal napas kronik • Infeksi berulang: • Kor pulmonale: • PPOK dengan pneumotoraks
  • 41. Identitas Pasien Nama : Tn.S Umur : 60 tahun Jenis kelamisn : Laki-laki Agama : Islam Tanggal masuk : 21-11-2019
  • 42. Anamnesis Keluhan utama: • Sesak napas sejak ± 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Riwayat Penyakit Sekarang: • Sesak napas (+) meningkat sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk RS, menciut (+), tidak dipengaruhi cuaca, makanan dan emosi. Di luar serangan pasien tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Sesak meningkat bila beraktifitas. Sesak sudah dirasakan sejak 3 tahun yang lalu, bersifat hilang timbul. Pasien sudah pernah di spirometri dengan hasil PPOK. Kontrol teratur ke RSUD Raden Mattaher Jambi, obat semprot Berotec, seretide dan Spiriva.
  • 43. • Batuk (+) meningkat sejak 5 hari yang lalu, dahak berwarna putih kekuningan dan kental. • Riwayat batuk lama (+) • Batuk darah (-), riwayat batuk darah (-) • Nyeri dada (-) • Demam (+) sejak 5 hari yang lalu, tidak menggigil dan tidak tinggi • Keringat malam (-) • Penurunan nafsu makan (-) • Penurunan BB (-) • Mual (+), muntah (-) • BAK dan BAB tidak ada keluhan
  • 44. Riwayat Penyakit Dahulu: • Riwayat DM (-) • Riwayat hipertensi (-) Riwayat Penyakit Keluarga: • Riwayat OAT dalam kelaurga (-) • Riwayat DM (-) • Riwayat HT (-) Riwayat kebiasaan, sosial, pekerjaan: • Pasien seorang petani, riwayat merokok 24 batang/ hari, selama 35 tahun (IB berat), berhenti 2 tahun yang lalu.
  • 45. Pemeriksaan Fisik Vital sign • Keadaan umum : Sedang • Kesadaran : Composmentis Cooperatif • Suhu : 36,8ºC • Tekanan darah : 130/80 mmHg • Frekuensi napas : 32x/’ • Frekuensi nadi : 100x/’ • Tinggi badan : cm • Berat baddan : kg
  • 46. Kepala : Tidak ada kelainan Mata : Sklera tidak ikterik, Konjungtiva tidak anemis Leher • JVP : 5-0 cmH2O • Trakea : tidak ada deviasi trakea • KGB : tidak ada pembesaran KGB
  • 47. Jantung • Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat • Palpasi : iktus cordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC V • Perkusi : batas jantung normal • Auskultasi : Bunyi jantung (+) reguler, murmur (-)
  • 48. Paru depan (Dada) • Inspeksi : Statis : simetris kiri dan kanan Dinamis : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan • Palpasi : Fremitus kanan sama dengan fremitus kiri • Perkusi : Sonor • Auskultasi : Suara napas ekspirasi memanjang, ronkhi (+), wheezing (+) Paru belakang (Punggung) • Inspeksi : Statis : simetris kiri dan kanan Dinamis : pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan • Palpasi : Fremitus kanan sama dengan fremitus kiri • Perkusi : Sonor • Auskultasi : Suara napas ekspirasi memanjang, ronkhi (+), wheezing (+).
  • 49. Abdomen • Inspeksi : distensi abdomen (-) • Palpasi : nyeri tekan epigastrium • Perkusi : timpani • Auskultasi : bising usus (+) normal Genitalia : tidak diperiksa Ekstremitas : udem -/-, clubbing finger -/-
  • 50. Pemeriksaan Laboratorium Hb : 14,7 gr/dL Analisa Gas Darah Leukosit : 10.022 /mm3 pH : 7,37 Ht : 44% Pco2 : 35,3 Trombosit : / mm3 Po2 : 199,4 GDS : 135 mg/dl HCO3- : 20,9 Ureum : 17 mg/dl BE : -4,5 Kreatinin : 0.9 mg/dl SO2 : 99,9 Na/K/Cl : 141/4,2/107 Total protein : 6,6 gr/dL Albumin : 4,5 gr/dL Globulin : 2,1 gr/dL Kesan labor : leukositosis,
  • 53. RENCANA PENGOBATAN • Oksigen 3-4 L • IVFD NaCl 0,9% / 12 jam • Drip aminofilin 1amp • Inj. Ceftriaxone 1x2 gr iv • Methyl prednisolone 2 x 12 mg • Combivent nebu 6x 2,5ml
  • 55. • Seorang pasien laki-laki berumur 60 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas sejak 1 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Sesak menciut tidak dipengaruhi oleh emosi, cuaca dan makanan. Di luar serangan pasien tidak dapat beraktivitas biasa. Sesak meningkat dengan aktifitas. Riwayat sesak nafas sudah dirasakan ± 3 tahun yang lalu, bersifat hilang timbul. Pasien sudah pernah dispirometri dengan hasil PPOK. Kontrol teratur ke RSUD Raden Mattaher dan diberi obat semprot berotec, serotide, Spiriva. • Batuk (+) meningkat sejak 4 hari yang lalu dengan dahak putih kekuningan dan kental. Pasien sebelumnya punya riwayat batuk lama. • Demam (+) dirasakan sejak 5 hari yang lalu, tidak menggigil dan tidak tinggi. • Pasien seorang petani, riwayat merokok 24 batang/ hari, selama tahun, berhenti 2 tahun yang lalu. DISKUSI
  • 56. • Dari keluhan diatas dapat dicurigai pasien mengalami gangguan pada saluran napas dan parenkim paru karena adanya inflamasi kronik berlebihan akibat gas/partikel berbahaya yang menyebabkan hilangnya hubungan antara alveoli dan saluran napas kecil dan menurun elastisitas rekoil paru sehingga terjadi keterbatasan aliran udara yang persisten dan progresif. • Hal ini menimbulkan gejala sesak napas yang bertambah berat seiring berjalannya waktu (progresif) dan meningkat dengan aktivitas disertai batuk kronik berdahak. Gangguan tersebut disebut Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). DISKUSI
  • 57. • Gejala sesak napas pada PPOK berhubungan dengan keterbatasan aliran udara dan air trapping akibat peradangan, fibrosis, eksudat luminal dalam saluran udara kecil yang mengakibatkan penurunan VEP1 (merupakan gejala khas PPOK) dan penurunan rasio VEP1/KVP. Obstruksi jalan napas perifer menyebabkan udara terperangkap dan terjadi hiperinflasi yang mengurangi kapasitas inspirasi (peningkatan kapasitas residual fugsional, khususnya selama latihan/hiperinflasi dinamis), akibatnya terjadi dispnea dan keterbatasan aktivitas latihan. DISKUSI
  • 58. Pada PPOK juga terjadi ketidakseimbangan pertukaran gas sehingga terjadi hipoksemia dan hiperkapnia. Obstruksi jalan napas perifer mengakibatkan ketidakseimbangan mekanisme ventilasi-perfusi. DISKUSI
  • 59. • Gejala lain adalah batuk kronik berdahak. Batuk merupakan mekanisme refleks untuk menjaga jalan napas tetap terbuka dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang menumpuk pada jalan napas. Tidak hanya lendir yang akan disingkirkan oleh refleks batuk tetapi juga gumpalan darah dan benda asing. Batuk merupakan gejala yang paling sering ditemukan pada infeksi dan inflamasi saluran napas. Pada PPOK, batuk kronik berdahak berkaitan dengan metaplasia mukosa yang meningkatkan jumlah sel goblet dan membesarnya kelenjar submukosa sebagai respon terhadap iritasi kronik saluran napas oleh asap rokok/agen berbahaya lain. DISKUSI
  • 60. • Inflamasi yang bersifat kronis pada PPOK menyebabkan kerusakan dan perubahan struktural saluran napas sehingga terjadi perubahan patologis berupa peningkatan sel goblet, pembesaran kelenjar submukosa (keduanya menyebabkan hipersekresi lendir), metaplasia sel epitel skuamosa, perubahan saluran napas proksimal (trakea, bronkus diameter > 2mm), perubahan saluran napas perifer (bronkiolus diameter < 2mm), kerusakan dinding alveolus, apoptosis sel epitel dan endotel, perubahan struktur pembuluh darah (penebalan intima, disfungsi sel endotel, penebalan otot polos/hipertensi pulmonal). DISKUSI
  • 61. • Pasien memiliki kebiasaan merokok 24 batang/hari selama 35 tahun dengan Indeks Brinkman berat. Hal ini meningkatkan dugaan terjadinya PPOK pada pasien, karena rokok merupakan faktor yang berperan meningkatkan penyakit PPOK. DISKUSI
  • 62. • Inhalasi asap rokok dan partikel berbahaya lain menyebabkan inflamasi saluran napas dan paru, akibatnya rusak jaringan parenkim, terjadi emfisema dan mekanisme pertahanan terganggu, fibrosis saluran napas kecil, perubahan patologis, lalu udara terperangkap sehingga terjadi keterbatasan aliran udara. Pada perokok, sering terjadi dilatasi dan kerusakan bronkiolus yang mengakibatkan emfisema sentrilobular. DISKUSI
  • 63. • Asap rokok juga menghasilkan mediator inflamasi yang akan menarik sel inflamasi dari sirkulasi, menguatkan proses inflamasi, dan mendorong perubahan struktural dan fibrosis saluran napas. DISKUSI
  • 64. • Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum sedang dengan kesadaran Composmentis Cooperatif, suhu 36,8 °C, tekanan darah 130/80 mmHg , frekuensi napas 22 x/menit pada pasien terjadi takipnea (N:18-20 kali/menit) karena obstruksi saluran napas sehingga terjadi keterbatasan aliran udara yang progresif dan persisten, frekuensi nadi 100x/menit.
  • 65. • Pasien tampak dengan ekspirasi memanjang (pursed- lips breathing), ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 pada gagal napas kronik. • Pada auskultasi suara napas ekspirasi memanjang, karena adanya obstruksi jalan napas perifer, akibatnya udara terperangkap dan terjadi hiperinflasi yang mengurangi kapasitas inspirasi seperti peningkatan kapasitas residual fungsional, khususnya selama latihan. Ronkhi +/+ karena lewatnya udara melalui penyempitan saluran napas, inflamasi, atau spasme saluran napas pada bronkitis, asma, dan PPOK. Wheezing +/+ kanan dan kiri karena obstruksi jalan napas (khas pada asma dan PPOK).
  • 66. • Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda eksaserbasi akut PPOK pada pasien, karena terjadinya perburukan dibandingkan kondisi sebeumnya yaitu sesak yang bertambah, sputum bertambah, dan sputum berubah warna menjadi putih kekuningan, sehingga pasien dapat diklasifikasikan ke dalam PPOK eksaserbasi akut tipe I (eksaserbasi berat)
  • 67. • Pada pemeriksaan laboratorium, tampak peningkatan leukosit (Leukositosis). Leukosit adalah bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit. Kerusakan jaringan di tubuh, infeksi, peradangan, kebiasaan merokok, dapat meningkatkan jumlah leukosit.
  • 68. • Prinsip penatalaksanaan PPOK pada eksaserbasi akut adalah mengatasi segera eksaserbasi dan mencegah gagal napas. • Rencana pemeriksaan meliputi spirometri post bronkodilator saat pasien sudah dalam keadaan stabil dan kultur sputum. Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1/KVP (%). Berdasarkan GOLD, obstruksi pada PPOK terjadi jika VEP1/KVP < 70%. Kultur sputum bertujuan untuk mengidentifikasi bakteri spesifik pada sputum dalam membantu menegakkan diagnosis definitif.

Editor's Notes

  1. Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP) Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi (%) dan atau VEP1/KVP (%). Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) <75 % APE meter, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%. Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter. Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE <20% nilai awal dan < 200 ml.
  2. LAMA: Long Acting Muscarinic Agent LABA: Long Acting Beta Agonist SABA: Short Acting Beta Agonist SAMA: Short Acting Muscarinic Agent