2. Asma akibat kerja didefinisikan sebagai suatu
penyakit yang ditandai dengan berbagai
keterbatasan aliran udara dan atau hiperresponsif
saluran udara yang disebabkan oleh kondisi
lingkungan kerja, bukan oleh rangsangan ditempat
kerja
5 – 15 % dari asma disebabkan karena pajanan
ditempat kerja
3. Membedakan asma akibat kerja dengan asma
klasik
Asma akibat kerja memiliki koralasi antara gejala
asma dan kerja, serta perbaikan ketika libur dari
pekerjaan selama beberapa hari
Pengukuran arus puncak secara seri selama
sebulan penuh, misalnya saat bekerja maupun
diakhir pekan atau hari libur dapat membantu
dalam mengidentifikasi pola-pola yang mungkin
mengarah ke asma akibat kerja
4. GEJALA
Gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat serta batuk terutama
malam atau dini hari
Faktor pejamu meliputi predisposisi genetik, yaitu
genetik asma, alergi (atopi), hiperaktivitas
bronkus, jenis kelamin, dan ras.
Faktor lingkungan meliputi alergen, sensitisasi
lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi
saluran napas, kondisi gizi serta status sosial
ekonomi
5. Penyebab
Asma akibat kerja disebabkan oleh penghirupan
melalui saluran pernapasan (inhalasi) agen-agen
sensitisasi atau iritan yang terdapat dalam
lingkungan kerja.
Agen-agen tersebut dapat berupa debu, percikan dan
gas
6. Zat-zat yang dapat merangsang hiperreaksi dari
bronkus (Chan-Yeung dan Lam, 1986)
Tumbuh-tumbuhan
Debu, kulit kerang, ulat sutra serangga, serta
bangkai hewan lab seperti tikus, mencit dan
marmut
Obat-obatan terutama golongan antibiotika
Senyawa organik, misalnya formaldehid,
fenilendiamin, isosianat dan zat pewarna aktif
Logam terutama bentuk garam-garamnya,
misalnya platinum, kromium dan nikel
7. pekerja yang menangani biji-bijian dan padi-padian,
misalnya pekerja gudang, penggilingan, tukang roti,
pemberi makanan ternak dsb.
Pekerja yang mengolah kayu, operator gergaji,
industri mebel, perajin platinum, tukang cat, pekerja
industri kimia dan farmasi serta petugas kesehatan
PEKERJA YANG BERESIKO
8. Gangguan pernapasan yang disebabkan oleh
agen-agen sensitisasi dan iritan ditandai
dengan :
Obstruksi saluran napas akut yang reversibel
akibat bronkokonstriksi, edema, dan peradangan
saluran napas
Ekskresi mukus yang diinduksi oleh paparan
terhadap agen-agen yang terkait dengan pekerjaan
tersebut.
Pada beberapa kondisi menyebabkan alveolitis
alergika
9. Mekanisme
Agen sensitisasi merangsang produksi
immunoglobulin (IgE)
Spesifik pada individu yang rentan
(Hipersensitivitas tipe I)
Alergen : debu padi-padian, produk binatang,
protein serangga, enzim dari B subtilis, gum
akasia, dan minyak jarak.
• Alergen ini biasanya mencetuskan reksi asmatik
segera, dimulai dalam beberapa menit sampai
30 menit setelah paparan. Rekasi lambat dapat
saja terjadi sekitar 4-8 jam setelah paparan
10. GEJALA UMUM
Gangguan pernapasan merupakan gejala yang
sangat menonjol pada asma akibat kerja
Penyumbatan (obstruksi) saluran pernapasan
akut yang dapat pulih, edema (pembengkakan)
dan peradangan saluran pernapasan, disertai
dengan produksi lendir (Nadel dan Busse, 1998)
11. Gejala klinik hiper-reaksi bronkus dan asma kimia
identik dengan gejala asma bukan akibat asma
Sesak napas
Mengi
gangguan fungsi paru tipe obstruksi
Pemeriksaan rontgen dada tidak menunjukkan
adanya tanda-tanda patologi.
12. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis AAK, perlu diketahui
riwayat atopi, penilaian pajanan. Immunologi
(molekular dan selular), foto paru, dan fisiologi
seperti hiperaktivitas bronkus
Uji inhalasi spesifik merupakan gold standar
13. Diagnosis asma akibat kerja pada prinsipnya
adalah menghubungkan gejala klinis asma dengan
lingkungan kerja
Anamnesis teliti mengenai apa yang terjadi
ditempat kerja merupakan hal penting
Waktu mulai bekerja
Apa pekerjaan sebelumnya
Apa yang dikerjakan setiap hari
Proses apa yang terjadi ditempat kerja
Bahan-bahan yang dipakai
Peninjauan lapangan
14. Selain anamnesis mengenai tempat kerja, yang perlu
juga diketahui adalah mengenai klinis yang terjadi
Kapan mulai timbulna keluhan sejak mulai masuk
tempat tersebut
15. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang spirometri (FEV 1) sebelum
dan sesudah shift.
Dikatakan positif jika terjadi penurunan FEV 1 lebih
dari 5 % antara sebelum dan sesudah kerja
Pada orang normal variabel tersebut kurang dari 3 %
16. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma kerja terutama bagi pekerja
yang peka terhadap bahan-bahan tertentu di tempat
kerja
Memindahkan pekerja ketempat lain
Pencegahan terhadap pajanan dapat dilakukan
dengan menghilangkan bahan penyebab dari tempat
kerja, atau penderita yang harus menghindari
lingkungan kerja tersebut
Menggunakan APD
17. Pencegahan
Pemeriksaan awal
Pemeriksaan medis secara berkala terutama setahun
sekali
Alat pelindung diri sangat diperlukan untuk
mencegah atau mengurangi kemungkinan masuknya
agen-agen lewat saluran pernapasan.
Namun demikian pekerja yang telah menderita asma
akibat kerja tentu saja harus memperoleh
penanganan dan dijauhkan dari paparan