SlideShare a Scribd company logo
Scenario Asma
Ners,,, saya sulit bernafas.
Ny. A umur 35 tahun datang ke Igd RS Fort De Kock dengan keluhan sulit bernafas
semenjak 3 hari terakhir dan semakin parah 3 jam yang lalu sebelum dibawa kerumah sakit.
Setelah dilakukan pengkajian didapatkan pasien merasa sesak, batuk pasien berdahak dan pasien
mengatakan ia mempunyai riwayat asma dan pernah dirawat di RS saat remaja dan ia juga alergi
terhadap debu pasien mengatakan ibu pasien juga menderita asma dan pasien biasanya
menggunakan obat salbutamol untuk menghilangkan/ mengurangi sesak nafasnya. Dari hasil
pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan suara nafas pasien terdengar wheezing dan warna
sputum pasien putih kental. Hasil TTV: TD: 140/100 MmHg, RR: 38X/menit, HR: 79X/menit
dan Suhu: 36,50C.
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
Nama Pasien : Ny. A Tanggal : 16 Oktober 2014
Umur : 35 tahun Ruangan :
 Diagnosaa Medis : Asma
 Tindakan Keperawatan yang dilakukan: pemasangan O2.
 Primary Survey
A: adanya secret sehingga menghalangi jalan nafas pasien.
B: peningkatan sekresi mucus
C:peningkatan tekanan darah dan nadi cepat
D:GCS: 13 dan respon pupil terhadap cahaya bagus
E: berikan ruangan yang nyaman dan yang cukup hangat kepada pasien.
 Web of caution
 Data penting :
 Subjektif:
o Pasien mengatakan dadanya nyeri hebat
o Pasien mengatakan sulit bernafas
o Pasien mengatakan mempunyai riwayat asma
o Pasien mengatakan ia alergi debu
 Objektif:
o suara nafas pasien terdengar wheezing
o warna sputum pasien terlihat putih kental.
o Hasil pengukuran TTV: TD: 140/100 MmHg, RR: 38X/menit, HR:
79X/menit dan Suhu: 36,50C.
o Pasien terlihat sulit bernafas
 Diagnose Keperawatan
 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen (bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.
 Tujuan dan Kriteria Hasil
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 Jam diharapkan:
o jalan napas paten dengan bunyi napas bersih atau jelas.
o Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
 Intervensi Keperawatan
 Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, contoh: mengi
 Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.
 Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan
obat bantu.
 Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala
tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur.
 Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dan lain-
lain.
 Prinsip-prinsip tindakan rasional
 Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.
 Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut.
 Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses
akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.
 Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
 Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.
 Bahaya-bahaya yang mungkin muncul terjadi akibat tindakan tersebut dan cara
pencegahannya
 Bahaya yang mungkin muncul henti nafas pencegahannya pantau selalu
respirasi pasien
 Hasil yang didapat
 Subjektif:
o Pasien mengatakan nyeri dadanya berkurang
o Pasien mengatakan sekarang lebih mudah bernafas
 Objektif:
o Pasien terlihat rileks
o Sputum pasien telah berkurang
o Hasil pengukuran TTV: TD: 130/90 MmHg, RR: 26X/menit, HR:
70X/menit dan Suhu: 35,50C.
 Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah/diagnose tersebut secara mandiri dan kolaborasi
 Mandiri: mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri
 Kolaborasi: pemberian obat
 Evaluasi diri
TEORI ASMA
1. DEFENISI ASMA
Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran napas-saluran kecil
yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-paru. Asma adalah penyakit inflamasi
(peradangan). Saluran napas penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma
sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak semua
penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang mempunyai alergi
menyandang asma (Bull & Price, 2007).
Sedangkan menurut PDPI asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Jadi asma merupakan penyakit akibat inflamasi atau peradangan pada saluran nafas yang
bias desebabkan oleh berbagai factor seperti reaksi alergi dengan gejala nafas dangkal dan
cepat, sertadada terasa nyeri.
2. Etiologi Asma
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma
(Hadibroto & Alam, 2006):
1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran
pernapasan (bronkokonstriksi). Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi
termasuk stimulus sehari-hari seperti perubahan cuaca dan suhu udara dimana cuaca lembab
dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. (Bull & Price, 2007).
2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran
pernapasan. Umumnya penyebab (inducer) asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk
ingestan dimana alergen masuk ke tubuh melalui mulut (dimakan/diminum) terutama
makanan dan obat-obatan. Selain itu, bisa juga dalam bentuk inhalan yaitu alergen yang
masuk ke tubuh melalui hidung atau mulut. seperti tepung sari (serbuk) bunga, tanaman,
pohon, tungau, serpihan dan kotoran binatang, serta jamur.
Sedangkan menurut PDPI factor yang mempercepat resiko berkembangnya asma
merupakan interaksi antara factor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu
disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma,
yaitu genetik asma, alergik (atopi) , hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor
lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan/ predisposisi asma untuk
berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan
gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam factor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi
lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status
sosioekonomi dan besarnya keluarga.
3. Patofisiologi Asma
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor
lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi
saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada
asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk
asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin.
a. Inflamasi akut
1) Reaksi tipe cepat
Allergen masuk ketubuh melalui mulut, hidung dan lain-lain => allergen terikat
pada IgE => menempel pada sel mast => terjadi degranulasi sel mast =>
menghasilkan preformed mediator (histamine, protease) dan newly generated
mediator ( leukotrin, prostaglandin dan PAF) => terjadi kontraksi otot polos bronkus
=> sekresi mucus => vasodilatasi saluran nafas => sesak nafas => asma.
2) Reaksi tipe lambat
Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan
pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag.
b. Inflamasi Kronik
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut ialah limfosit
T, eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.
4. Klasifikasi Asma
Asma dapat di klasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan
udara. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
a. Derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis
b. Derajat berat asma pada penderita dalam pengobatan
5. Manifestasi klinis asma
Batuk kering yang intermitten dan mengi merupakan gejala kronis yang sering
dikeluhkan pasien. Pada anak yang lebih tua dan dewasa mengeluhkan sukar bernafas
dan terasa sesak di dada. Pada anak yang lebih kecil sering merasakan nyeri yang
nonfokal di bagian dada. Simptom respiratori ini bisa lebih parah pada waktu malam
terutamanya apabila terpapar lebih lama dengan alergen. Orang tua sering mengeluhkan
anak mereka yang asma mudah letih dan membatasi aktivitas fisik mereka (Nelson,
2007). Manakala menurut Boguniewicz (2007), mengi merupakan karakteristik yang
utama pada pasien asma. Jika bronkokonstriksi bertambah parah, suara mengi akan lebih
jelas kedengaran dan suara pernafasan menghilang. Menurutnya lagi, sianosis pada bibir
dan nail beds akan terlihat disebabkan oleh hipoksia. Takikardia dan pulsus paradoxus
juga bisa terjadi. Agitasi dan letargi merupakan tanda-tanda permasalahan pada
pernafasan. Menurut Abbas et al (2007), pada pasien asma terjadi peningkatan produksi
mukus. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi bronkus dan pasien mengeluhkan sukar
bernafas. Kebanyakan dari penderita asma juga mengalami alergi rinitis dan eksema
(Sheffer, 2004). Alergi rinitis merupakan inflamasi pada mukosa nasal yang ditandai
dengan nasal kongesti, rinorea, bersin dan iritasi konjuntiva. Rinorea, nasal kongesti,
bersin paroxysmal dan pruritus pada mata, hidung, telinga dan palatum merupakan tanda
yang sering dikeluhkan oleh pasien alergi rinitis. Anak yang alergi rinitis bisa juga terjadi
gangguan tidur, aktivitas yang terbatas, irritabilitas dan gangguan mood dan kognitif
yang bisa menggangu prestasi anak di sekolah. Hidung yang terasa gatal akan
menyebabkan anak sering terlihat menggosok hidung dengan tangan (Nelson, 2007).
Beberapa kajian telah menyatakan bahwa alergi rinitis merupakan salah satu faktor
pemicu terjadinya asma. Prevalensi alergi rinitis pada pasien asma diperkirakan sebanyak
80 % hingga 90% (B Leynaert, 2000).
Menurut Akdis et al (2006) dalam Bieber (2008) dermatitis atopik atau eksema adalah
penyakit kulit yang sering dideritai oleh pasien dengan penyakit atopik yang lain seperti
asma dan alergi rinitis. Lesi kulit dermatitis atopik memperlihatkan adanya edema dan
infiltrasi sel mononuklear dan eosinofil serta penimbunan cairan dalam kulit(membentuk
vesikel yang jelas terlihat secara klinis). Pecahnya vesikel kecil dalam jumlah yang
banyak ini mengakibatkan terbentuknya krusta dan kulit menjadi bersisik. Perubahan ini
dan pruritus berat yang mendahului dan menyertai erupsi, terjadi karena kulit sangat
kering. Pada keadaan ini, terjadi hambatan pengeluaran keringat dan retensi keringat
seringkali menimbulkan gatal-gatal berat yang disebabkan oleh panas. Rasa gatal dan
rasa sakit yang hebat akibat kulit yang pecah-pecah adalah keluhan utama pasien eksema
( Solomon, 2003). Eksema jarang terjadi pada orang dewasa. Eksema dimulai sejak usia 2
bulan sampai 6 bulan, sering terdapat pada wajah dan iritasi ini menyebabkan anak tidak
dapat tidur. Hasil kajian juga menunjukkan 25% penderita eksema alergi terhadap telur,
susu, kacang, tepung, ikan dan kerang (Pitaloka, 2002).
6. Penatalaksanaan Asma
Sasaran utama sebagai strategi pertahanan terhadap asma adalah zat – zat iritan
dan alergen. Keduanya bisa merangsang timbulnya reaksi pada salur pernafasan.
Penghindaran terhadap faktor lingkungan adalah saran yang paling ampuh dalam usaha
menghadapi asma. Cara ini sangat alami, tidak perlu mengkonsumsi obat-obatan, tiada
akibat sampingannya serta udara dan lingkungan yang bersih membawa manfaat bagi
seluruh anggota keluarga yang lain (Iwan dan Syamsir, 2006).
Terdapat dua kategori obat untuk penyembuhan asma yaitu obat pelega yang
bekerja dengan cepat (quick-relief) dan obat kontrol untuk jangka panjang (long-term
control). Obat pelega yang digunakan adalah short-acting ß2 agonist (SABA), anti
kolinergik dan kotikosteroid oral. SABA (seperti albuterol, levalbuterol dan pirbuterol)
merupakan antara bronkodilator yang efektif. SABA bekerja dengan memberikan efek
relaksasi pada otot polos bronkus dan mula bekerja 5 hingga 10 menit setelah
administrasi. Ipratropium bromida merupakan antikolinergik bronkodilator yang
mengurangkan hipersekresi mukus dan irritabilitas reseptor batuk dengan mengikat
asetilkolin di reseptor muskarinik yang terdapat pada otot polos bronkus. Anak asma
dengan eksaserbasi akut diberikan kortikosteroid untuk 3 hingga 10 hari. Dosis awal
diberikan 1-2 mg/kg/hari dengan Prednison untuk 2 hingga 5 hari yang berikutnya. Untuk
obat kontrol jangka panjang pula digunakan obat long-acting ß 2 agonist (LABA),
kortikosteroid inhalasi, teofilin dan leukotrien modifiers. LABA (salmeterol, formoterol
dan bambuterol) memberikan efek relaksasi otot polso bronkus dan bekerja selama 12
jam tapi obat ini tidak memberikan efek anti inflamatori yang signifikan. Leukotriene
modifiers dibagi menjadi dua kelompok yaitu cysteinyl leukotriene reseptor
antagonists(zafirlukast dan montelukast) dan leukotriene synthesis inhibitors (zileuton)
(Nelson, 2006). Leukotriene modifiers bekerja sebagai anti inflamasi dan bronkodilator.
Manakala teofilin bekerja dengan cara menghambat fosfodiesterase seterusnya
menghambat pemecahan cyclic-AMP. Teofilin merupakan terapi tambahan bagi
kortikosteroid inhalasi (Gwilt et al, 2008).
Sumber:
Bull, Eleanor & David Price. (2007). Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di
Indonesia . di unduh 15 oktober 2014.

More Related Content

What's hot

Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAbdul Ghony
 
SAP ASMA
SAP ASMA SAP ASMA
SAP ASMA
nindy cofiana
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmateguhprayitnopro
 
Askep Klien dengan Tb paru
Askep Klien dengan Tb paruAskep Klien dengan Tb paru
Askep Klien dengan Tb paruAlvita Wijayanti
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brTeye Onti
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Selvia Agueda
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
Yabniel Lit Jingga
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Fransiska Oktafiani
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragikmamasaugi
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
May Dwi Yuri Santoso
 
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
pjj_kemenkes
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfﱞﱞ ﱞﱞ ﱞﱞ
 

What's hot (20)

Ii. askep hipertensi
Ii. askep hipertensiIi. askep hipertensi
Ii. askep hipertensi
 
Asuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumoniaAsuhan keperawatan pneumonia
Asuhan keperawatan pneumonia
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
7. asuhan keperawatan pada tonsilitis
 
SAP ASMA
SAP ASMA SAP ASMA
SAP ASMA
 
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asmaAsuhan keperawatan an.m dengan asma
Asuhan keperawatan an.m dengan asma
 
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA Askep febris AKPER PEMDA MUNA
Askep febris AKPER PEMDA MUNA
 
Askep diabetes mellitus
Askep diabetes mellitusAskep diabetes mellitus
Askep diabetes mellitus
 
Askep Klien dengan Tb paru
Askep Klien dengan Tb paruAskep Klien dengan Tb paru
Askep Klien dengan Tb paru
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Askep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen brAskep pasien colic abdomen br
Askep pasien colic abdomen br
 
Laporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan BronkitisLaporan Pendahuluan Bronkitis
Laporan Pendahuluan Bronkitis
 
Lp tb paru
Lp tb paruLp tb paru
Lp tb paru
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
 
Stroke non hemoragik
Stroke non hemoragikStroke non hemoragik
Stroke non hemoragik
 
Askep thalasemia
Askep thalasemiaAskep thalasemia
Askep thalasemia
 
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi KeperawatanJenis model Dokumentasi Keperawatan
Jenis model Dokumentasi Keperawatan
 
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdfImplementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
Implementasi,evaluasi,pembahasan.pdf
 
Analisa data
Analisa dataAnalisa data
Analisa data
 
Askep faringitis
Askep faringitisAskep faringitis
Askep faringitis
 

Viewers also liked

asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmiaasuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI
 
Askep anemia.doc
Askep anemia.docAskep anemia.doc
Askep anemia.doc
Sumadin1112
 
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
eriska eqy eprilina
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnDwi Ap
 
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikAsuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Falah123
 
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
pjj_kemenkes
 
Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)
tara nusa
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
pjj_kemenkes
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Haryani Nuravindari
 
askep miokarditis
askep miokarditisaskep miokarditis
askep miokarditis
younkOyounk
 
Laporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixLaporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fix
beequeen_30
 

Viewers also liked (20)

asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmiaasuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
asuhan keperawatan gawat darurat Aritmia
 
Askep anemia.doc
Askep anemia.docAskep anemia.doc
Askep anemia.doc
 
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
MAKALAH ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA IBU HAMIL (Kesehatan Masyarakat UNNES)
 
Makalah anemia
Makalah anemia Makalah anemia
Makalah anemia
 
Askep gagal ginjal kronik
Askep gagal ginjal kronikAskep gagal ginjal kronik
Askep gagal ginjal kronik
 
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
Askep gagal ginjal kronik AKPER PEMDA MUNA
 
Makalah batu ginjal
Makalah batu ginjalMakalah batu ginjal
Makalah batu ginjal
 
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep tb paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep amputatum
Askep amputatumAskep amputatum
Askep amputatum
 
Asuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tnAsuhan keperawatan pada tn
Asuhan keperawatan pada tn
 
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronikAsuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
Asuhan keperawatan klien dengan gagal ginjal kronik
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
 
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
Asuhan keperawatan gagal ginjal kronik.
 
Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)Final exam case study(studi kasus)
Final exam case study(studi kasus)
 
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA Askep penyakit jantung koroner  AKPER PEMKAB MUNA
Askep penyakit jantung koroner AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradanganAskep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
Askep pada pasien dengan gangguan pernafasan akibat peradangan
 
Makalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronikMakalah gagal ginjal kronik
Makalah gagal ginjal kronik
 
Laporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasisLaporan pendahuluan kolelitiasis
Laporan pendahuluan kolelitiasis
 
askep miokarditis
askep miokarditisaskep miokarditis
askep miokarditis
 
Laporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fixLaporan kasus malaria falciparum fix
Laporan kasus malaria falciparum fix
 

Similar to askep gawat darurat Kasus asma

PW ASMA.pptx
PW ASMA.pptxPW ASMA.pptx
PW ASMA.pptx
yolandaraka
 
Tugas kesol (asma) mistia
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistiasamiyati
 
Tinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asmaTinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asma
Is Muhar
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom170691
 
Penyakit asma revisi
Penyakit asma revisiPenyakit asma revisi
Penyakit asma revisidhiqde
 
Asuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan PneumoniaAsuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan Pneumonia
Bella Citra H
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
sharklasers22
 
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Photo Setudio Planet solo grand mall
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkialyeliani
 
Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2Uma To'os
 
Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Uma To'os
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusiaKelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Photo Setudio Planet solo grand mall
 
Askep Asma Bronchial (Ana T).pptx
Askep Asma Bronchial (Ana T).pptxAskep Asma Bronchial (Ana T).pptx
Askep Asma Bronchial (Ana T).pptx
fadillahSulaiman
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
SilvhanyAkuba
 

Similar to askep gawat darurat Kasus asma (20)

Asma 01
Asma 01Asma 01
Asma 01
 
PW ASMA.pptx
PW ASMA.pptxPW ASMA.pptx
PW ASMA.pptx
 
Tugas kesol (asma) mistia
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistia
 
Tinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asmaTinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asma
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Penyakit asma revisi
Penyakit asma revisiPenyakit asma revisi
Penyakit asma revisi
 
Asma bronkial
Asma bronkialAsma bronkial
Asma bronkial
 
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
 
Asuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan PneumoniaAsuhan Keperawatan Pneumonia
Asuhan Keperawatan Pneumonia
 
ispa
ispaispa
ispa
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
 
Asma bronkhial
Asma bronkhialAsma bronkhial
Asma bronkhial
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2Ikun asma bab 1 dan 2
Ikun asma bab 1 dan 2
 
Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusiaKelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia
 
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNA
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNAPneumonia AKPER PEMKAB MUNA
Pneumonia AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep Asma Bronchial (Ana T).pptx
Askep Asma Bronchial (Ana T).pptxAskep Asma Bronchial (Ana T).pptx
Askep Asma Bronchial (Ana T).pptx
 
askep EFUSI PLEURA.docx
askep  EFUSI PLEURA.docxaskep  EFUSI PLEURA.docx
askep EFUSI PLEURA.docx
 

askep gawat darurat Kasus asma

  • 1. Scenario Asma Ners,,, saya sulit bernafas. Ny. A umur 35 tahun datang ke Igd RS Fort De Kock dengan keluhan sulit bernafas semenjak 3 hari terakhir dan semakin parah 3 jam yang lalu sebelum dibawa kerumah sakit. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan pasien merasa sesak, batuk pasien berdahak dan pasien mengatakan ia mempunyai riwayat asma dan pernah dirawat di RS saat remaja dan ia juga alergi terhadap debu pasien mengatakan ibu pasien juga menderita asma dan pasien biasanya menggunakan obat salbutamol untuk menghilangkan/ mengurangi sesak nafasnya. Dari hasil pemeriksaan fisik dan observasi didapatkan suara nafas pasien terdengar wheezing dan warna sputum pasien putih kental. Hasil TTV: TD: 140/100 MmHg, RR: 38X/menit, HR: 79X/menit dan Suhu: 36,50C.
  • 2. LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Nama Pasien : Ny. A Tanggal : 16 Oktober 2014 Umur : 35 tahun Ruangan :  Diagnosaa Medis : Asma  Tindakan Keperawatan yang dilakukan: pemasangan O2.  Primary Survey A: adanya secret sehingga menghalangi jalan nafas pasien. B: peningkatan sekresi mucus C:peningkatan tekanan darah dan nadi cepat D:GCS: 13 dan respon pupil terhadap cahaya bagus E: berikan ruangan yang nyaman dan yang cukup hangat kepada pasien.  Web of caution  Data penting :  Subjektif: o Pasien mengatakan dadanya nyeri hebat o Pasien mengatakan sulit bernafas o Pasien mengatakan mempunyai riwayat asma o Pasien mengatakan ia alergi debu  Objektif: o suara nafas pasien terdengar wheezing o warna sputum pasien terlihat putih kental. o Hasil pengukuran TTV: TD: 140/100 MmHg, RR: 38X/menit, HR: 79X/menit dan Suhu: 36,50C. o Pasien terlihat sulit bernafas
  • 3.  Diagnose Keperawatan  Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.  Tujuan dan Kriteria Hasil  Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x 24 Jam diharapkan: o jalan napas paten dengan bunyi napas bersih atau jelas. o Menunjukan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret.  Intervensi Keperawatan  Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, contoh: mengi  Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi.  Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress pernafasan, penggunaan obat bantu.  Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh: meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur.  Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dan lain- lain.  Prinsip-prinsip tindakan rasional  Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya nafas advertisius.  Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut.  Disfungsi pernafasan adalah variable yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit.  Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi.
  • 4.  Pencetus tipe alergi pernafasan dapat mentriger episode akut.  Bahaya-bahaya yang mungkin muncul terjadi akibat tindakan tersebut dan cara pencegahannya  Bahaya yang mungkin muncul henti nafas pencegahannya pantau selalu respirasi pasien  Hasil yang didapat  Subjektif: o Pasien mengatakan nyeri dadanya berkurang o Pasien mengatakan sekarang lebih mudah bernafas  Objektif: o Pasien terlihat rileks o Sputum pasien telah berkurang o Hasil pengukuran TTV: TD: 130/90 MmHg, RR: 26X/menit, HR: 70X/menit dan Suhu: 35,50C.  Identifikasi tindakan keperawatan lainnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah/diagnose tersebut secara mandiri dan kolaborasi  Mandiri: mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri  Kolaborasi: pemberian obat  Evaluasi diri
  • 5. TEORI ASMA 1. DEFENISI ASMA Asma adalah kondisi jangka panjang yang mempengaruhi saluran napas-saluran kecil yang mengalirkan udara masuk ke dan keluar dari paru-paru. Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan). Saluran napas penyandang asma biasanya menjadi merah dan meradang. Asma sangat terkait dengan alergi. Alergi dapat memperparah asma. Namun demikian, tidak semua penyandang asma mempunyai alergi, dan tidak semua orang yang mempunyai alergi menyandang asma (Bull & Price, 2007). Sedangkan menurut PDPI asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan. Jadi asma merupakan penyakit akibat inflamasi atau peradangan pada saluran nafas yang bias desebabkan oleh berbagai factor seperti reaksi alergi dengan gejala nafas dangkal dan cepat, sertadada terasa nyeri. 2. Etiologi Asma Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma (Hadibroto & Alam, 2006):
  • 6. 1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti perubahan cuaca dan suhu udara dimana cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. (Bull & Price, 2007). 2. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernapasan. Umumnya penyebab (inducer) asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan dimana alergen masuk ke tubuh melalui mulut (dimakan/diminum) terutama makanan dan obat-obatan. Selain itu, bisa juga dalam bentuk inhalan yaitu alergen yang masuk ke tubuh melalui hidung atau mulut. seperti tepung sari (serbuk) bunga, tanaman, pohon, tungau, serpihan dan kotoran binatang, serta jamur. Sedangkan menurut PDPI factor yang mempercepat resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara factor pejamu (host factor) dan faktor lingkungan. Faktor pejamu disini termasuk predisposisi genetik yang mempengaruhi untuk berkembangnya asma, yaitu genetik asma, alergik (atopi) , hipereaktivitas bronkus, jenis kelamin dan ras. Faktor lingkungan mempengaruhi individu dengan kecenderungan/ predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma, menyebabkan terjadinya eksaserbasi dan atau menyebabkan gejala-gejala asma menetap. Termasuk dalam factor lingkungan yaitu alergen, sensitisasi lingkungan kerja, asap rokok, polusi udara, infeksi pernapasan (virus), diet, status sosioekonomi dan besarnya keluarga. 3. Patofisiologi Asma Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor
  • 7. lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi dapat ditemukan pada berbagai bentuk asma seperti asma alergik, asma nonalergik, asma kerja dan asma yang dicetuskan aspirin. a. Inflamasi akut 1) Reaksi tipe cepat Allergen masuk ketubuh melalui mulut, hidung dan lain-lain => allergen terikat pada IgE => menempel pada sel mast => terjadi degranulasi sel mast => menghasilkan preformed mediator (histamine, protease) dan newly generated mediator ( leukotrin, prostaglandin dan PAF) => terjadi kontraksi otot polos bronkus => sekresi mucus => vasodilatasi saluran nafas => sesak nafas => asma. 2) Reaksi tipe lambat Reaksi ini timbul antara 6-9 jam setelah provokasi alergen dan melibatkan pengerahan serta aktivasi eosinofil, sel T CD4+, neutrofil dan makrofag. b. Inflamasi Kronik Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik. Sel tersebut ialah limfosit T, eosinofil, makrofag , sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polos bronkus.
  • 8.
  • 9. 4. Klasifikasi Asma Asma dapat di klasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan udara. Adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut: a. Derajat berat asma berdasarkan gambaran klinis b. Derajat berat asma pada penderita dalam pengobatan 5. Manifestasi klinis asma Batuk kering yang intermitten dan mengi merupakan gejala kronis yang sering dikeluhkan pasien. Pada anak yang lebih tua dan dewasa mengeluhkan sukar bernafas dan terasa sesak di dada. Pada anak yang lebih kecil sering merasakan nyeri yang nonfokal di bagian dada. Simptom respiratori ini bisa lebih parah pada waktu malam terutamanya apabila terpapar lebih lama dengan alergen. Orang tua sering mengeluhkan anak mereka yang asma mudah letih dan membatasi aktivitas fisik mereka (Nelson, 2007). Manakala menurut Boguniewicz (2007), mengi merupakan karakteristik yang utama pada pasien asma. Jika bronkokonstriksi bertambah parah, suara mengi akan lebih jelas kedengaran dan suara pernafasan menghilang. Menurutnya lagi, sianosis pada bibir dan nail beds akan terlihat disebabkan oleh hipoksia. Takikardia dan pulsus paradoxus juga bisa terjadi. Agitasi dan letargi merupakan tanda-tanda permasalahan pada pernafasan. Menurut Abbas et al (2007), pada pasien asma terjadi peningkatan produksi mukus. Hal ini dapat menyebabkan obstruksi bronkus dan pasien mengeluhkan sukar bernafas. Kebanyakan dari penderita asma juga mengalami alergi rinitis dan eksema (Sheffer, 2004). Alergi rinitis merupakan inflamasi pada mukosa nasal yang ditandai dengan nasal kongesti, rinorea, bersin dan iritasi konjuntiva. Rinorea, nasal kongesti, bersin paroxysmal dan pruritus pada mata, hidung, telinga dan palatum merupakan tanda
  • 10. yang sering dikeluhkan oleh pasien alergi rinitis. Anak yang alergi rinitis bisa juga terjadi gangguan tidur, aktivitas yang terbatas, irritabilitas dan gangguan mood dan kognitif yang bisa menggangu prestasi anak di sekolah. Hidung yang terasa gatal akan menyebabkan anak sering terlihat menggosok hidung dengan tangan (Nelson, 2007). Beberapa kajian telah menyatakan bahwa alergi rinitis merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya asma. Prevalensi alergi rinitis pada pasien asma diperkirakan sebanyak 80 % hingga 90% (B Leynaert, 2000). Menurut Akdis et al (2006) dalam Bieber (2008) dermatitis atopik atau eksema adalah penyakit kulit yang sering dideritai oleh pasien dengan penyakit atopik yang lain seperti asma dan alergi rinitis. Lesi kulit dermatitis atopik memperlihatkan adanya edema dan infiltrasi sel mononuklear dan eosinofil serta penimbunan cairan dalam kulit(membentuk vesikel yang jelas terlihat secara klinis). Pecahnya vesikel kecil dalam jumlah yang banyak ini mengakibatkan terbentuknya krusta dan kulit menjadi bersisik. Perubahan ini dan pruritus berat yang mendahului dan menyertai erupsi, terjadi karena kulit sangat kering. Pada keadaan ini, terjadi hambatan pengeluaran keringat dan retensi keringat seringkali menimbulkan gatal-gatal berat yang disebabkan oleh panas. Rasa gatal dan rasa sakit yang hebat akibat kulit yang pecah-pecah adalah keluhan utama pasien eksema ( Solomon, 2003). Eksema jarang terjadi pada orang dewasa. Eksema dimulai sejak usia 2 bulan sampai 6 bulan, sering terdapat pada wajah dan iritasi ini menyebabkan anak tidak dapat tidur. Hasil kajian juga menunjukkan 25% penderita eksema alergi terhadap telur, susu, kacang, tepung, ikan dan kerang (Pitaloka, 2002). 6. Penatalaksanaan Asma
  • 11. Sasaran utama sebagai strategi pertahanan terhadap asma adalah zat – zat iritan dan alergen. Keduanya bisa merangsang timbulnya reaksi pada salur pernafasan. Penghindaran terhadap faktor lingkungan adalah saran yang paling ampuh dalam usaha menghadapi asma. Cara ini sangat alami, tidak perlu mengkonsumsi obat-obatan, tiada akibat sampingannya serta udara dan lingkungan yang bersih membawa manfaat bagi seluruh anggota keluarga yang lain (Iwan dan Syamsir, 2006). Terdapat dua kategori obat untuk penyembuhan asma yaitu obat pelega yang bekerja dengan cepat (quick-relief) dan obat kontrol untuk jangka panjang (long-term control). Obat pelega yang digunakan adalah short-acting ß2 agonist (SABA), anti kolinergik dan kotikosteroid oral. SABA (seperti albuterol, levalbuterol dan pirbuterol) merupakan antara bronkodilator yang efektif. SABA bekerja dengan memberikan efek relaksasi pada otot polos bronkus dan mula bekerja 5 hingga 10 menit setelah administrasi. Ipratropium bromida merupakan antikolinergik bronkodilator yang mengurangkan hipersekresi mukus dan irritabilitas reseptor batuk dengan mengikat asetilkolin di reseptor muskarinik yang terdapat pada otot polos bronkus. Anak asma dengan eksaserbasi akut diberikan kortikosteroid untuk 3 hingga 10 hari. Dosis awal diberikan 1-2 mg/kg/hari dengan Prednison untuk 2 hingga 5 hari yang berikutnya. Untuk obat kontrol jangka panjang pula digunakan obat long-acting ß 2 agonist (LABA), kortikosteroid inhalasi, teofilin dan leukotrien modifiers. LABA (salmeterol, formoterol dan bambuterol) memberikan efek relaksasi otot polso bronkus dan bekerja selama 12 jam tapi obat ini tidak memberikan efek anti inflamatori yang signifikan. Leukotriene modifiers dibagi menjadi dua kelompok yaitu cysteinyl leukotriene reseptor antagonists(zafirlukast dan montelukast) dan leukotriene synthesis inhibitors (zileuton)
  • 12. (Nelson, 2006). Leukotriene modifiers bekerja sebagai anti inflamasi dan bronkodilator. Manakala teofilin bekerja dengan cara menghambat fosfodiesterase seterusnya menghambat pemecahan cyclic-AMP. Teofilin merupakan terapi tambahan bagi kortikosteroid inhalasi (Gwilt et al, 2008). Sumber: Bull, Eleanor & David Price. (2007). Simple Guide Asma. Jakarta: Penerbit Erlangga Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Asma Di Indonesia . di unduh 15 oktober 2014.