Semoga bermanfaat :)
Tolong jangan mengupload file ini kembali yaa, jika ingin mengupload kembali, copy url dan sertakan akun ini sebagai sumber ^^ Terima kasih
3. Macam-macam validitas
VALIDITAS
ISI
Sejauh mana pertanyaan, tugas atau butir soal dalam suatu tes
atau instrumen dapat mewakili secara keseluruhan dan
proposional.
kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya.
VALIDITAS
KONSTRUK
Seberapa jauh butir tes mampu mengukur apa yang benar-benar
hendak diukur sesuai dengan konsep khusus atau definisi
konseptual yang telah di tetapkan.
Tiap butir soal mengukur setiap aspek berpikir seperti yang disebutkan dalam
kompetensi target.
VALIDITAS
RAMALAN
Sejauh mana alat ukur tersebut dapat dengan tepat memprediksi
kesesuaian pengetahuan yang dimiliki sekarang dengan
keberhasilannya pada masa yang akan datang.
VALIDITAS
MUKA
Validitas yang berhubungan dengan apa yang nampak dalam
mengukur sesuatu, dan bukan terhadap apa yang seharusnya
hendak di ukur.
4. CONTOH VALIDITAS
VALIDITAS
ISI
Dalam mata kuliah K3
1. Alat pelindung apa saja kah yang digunakan saat sedang
bekerja di area konstruksi bangunan?
2. Apa prosedur K3 yang dilakukan saat sedang menggunakan
gergaji mesin jig saw?
Untuk mengukur kemampuan belajar, hasil belajar, atau prestasi bealajar
VALIDITAS
KONSTRUK
Ditetapkan bahwa kompetensinya adalah mampu membedakan
besi dan baja. Maka butir soal pada tes merupakan perintah agar
peserta didik mampu membedakan antara besi dan baja
Untuk mengukur minat konsep diri, motivasi berprestasi, tes bakat, tes intelegensi.
5. CONTOH VALIDITAS
VALIDITAS
RAMALAN
Berdasarkan statistik nilai IP mata kuliah Beton I berkorelasi tinggi
dengan nilai IP mata kuliah Beton II. Dengan demikian nilai IP
Beton I menjadi alat ukur yang tepat, siswa yang memiliki nilai
beton I yang tinggi, pasti juga memiliki nilai IP beton II yang tinggi.
Untuk tes intelegensi
VALIDITAS
MUKA
Seorang peserta didik mengaku dapat melakukan uji kadar
organik pada pasir. Pendidik melihat peserta didik tersebut
melakukan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan uji
kadar organik pasir. Maka dari jenis validitas tampak bahwa
pengakuan tersebut valid.
7. Jenis-jenis Reliabilitas
Ada tiga jenis reliabilitas, yaitu:
1. Reliabilitas Stabilitas (stability reliability)
2. Reliabilitas Belah Dua (split-Half reliability technique)
3. Reliabilitas Ekuivalen (equivalence reliability)
8. Menerapkan banyak indikator
yang dapat dioperasionalkan
ke semua konsep pengukuran
Reliabilitas Stabilitas
(stability reliability)
Reliabilitas Belah Dua
(split-Half reliability
technique)
Reliabilitas Ekuivalen
(equivalence reliability)
Tes dilakukan ulang terhadap variabel yang sama
di waktu yang berlainan.
Mengacu pada waktu
Tes dibagi menjadi dua bagianyang relatif sama
(banyak soal), sehingga masing-masing tes
mempunyai dua macam skor. Skor belahan
pertama dan skor belahan kedua.
Kesetaraan ketetapan menggunakan dua instrumen
untuk mengukur konsep yang sama dan tingkat
kesulitan yang sama.
Pertama: Awal/soal nomor
ganjil
Kedua : Akhir/soal nomor genap
9. Contoh Reliabilitas
Reliabilitas Stabilitas
(stability reliability)
Dilakukan tes, mengenai materi Sistem Vent dan Sprinkler System. Setelah dilakukan
tes banyak peserta didik yang mendapatkan nilai 65.
Dilakukan perbaikan melalui Remedial dengan soal yang sama. Dan peserta didik yang
sama, mendapatkan hasil tetap, yaitu 65 (Stabil).
Matkul Plumbing
Mengukur:
- Metode Ulang
- Responden sama, alat ukur sama, dan penelitian dua kali.
10. Reliabilitas Belah Dua
Dalam kuis Hidrolika, mahasiswa duduk dibarisan pertama
mendapatkan
soal jenis pertama (ganjil). Di barisan kedua mendapatkan soal jenis
kedua (genap). Dengan jumlah soal yang sama.
Lalu dengan rumus didapatkan bahwa kedua tes tersebut reliable
sedang.
Matkul Hidrolika
11. Reliabilitas Ekuivalen
(equivalence reliability)
Mekanika Teknik
Memiliki:
- Kesamaan tujuan, tingkat kesukaran, susunan, tetapi butir soal berbeda (Parallel forms)
Dua buah tes Mekanika Teknik. Mektek seri A dan seri B tentang
portal diujikan kepada peserta didik pada kelompok yang sama.
Hasil tes dari seri A dan seri B dikorelasikan. Jika nilai koefisien
hasil seri A lebih tinggi dari seri B, maka tes seri A sudah reliable
dan dapat digunakan untuk alat pengetes yang andal.
12. Daya Pembeda
Sebuah butir soal dapat membedakan peserta didik yang memiliki kemampuan yang tinggi
dan yang kurang memiliki kemampuan.
• no 9 merupakan soal yang sukar bagi kelompok atas tetapi sangat mudah bagi kelompok bawah.
• soal no 10 merupakan soal yang sangat sukar baik bagi kelompok atas maupun kelompok bawah.
• soal nomor 2 dan 6 merupakan soal yang sangat sukar dagi kelompok bawah tetapi relatif mudah untuk
kelompok atas.
• soal nomor 1 dan nomor 10 tidak menujukkan perbedaan antar kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat
kesukaran(soal tidak dapat menujukkan perbedaan antar kelompok).
• Soal no 5 dan no 9 mempunyai indeks dayabeda yang baik, tetapi terbalik. Tanda negatif no 5 dan no 9
menujukkan bahwa peserta tes yang kemampuanya tinggi tidak dapat menjawab soal dengan benar , tetapi
peserta tes yang kemampuanya rendah menjawab dengan benar , data setatistik diatas menunjukkan bahwa
soal nomor 5 dan 9 merupakan soal yang tidak baik
• data setatistik menujukkan bahwa soal nomer 2,3,4,6,7 dan 8 merupakan soal yang baik ditinjau dari daya
pembeda.
13. Indeks kesukaran
Pengukuran seberapa besar tingkat kesukaran suatu soal.
Jika suatu tes memiliki tingkat kesukaran soal yang seimbang, maka dapat di katakan soal
tersebut baik.
pendidik memberikan 10 pertanyaan piihan ganda dengan komposisi 3 soal mudah , 4 soal sedang , dan 3 soal
sukar. Dari sebaran di atas ternyata ada tiga soal yang meleset,
yakni soal:
• nomor 3 yang semula di proyeksikan kedalam kategori mudah, setelah di coba ternyata termasuk kedalam
kadegori sedang.
• nomor 4 yang semula di proyeksikan sededang ternyata termasuk kedalam kategori mudah .
• nomor 9 semula di kategorikan sedang ternyata termasuk kedalam kategori mudah.
Sedangkan tujuh soal yang lainya sesuai dengan proyeksi semula atas dasar tersebut ketiga soal diatas harus
diperbaiki kembali.
Soal no : 3 dinaikan dalam kategori sedang.
Soal no : 4 diturunkan dalam kategori mudah.
Soal no : 9 di turunkan kedalam kategori mudah
14.
15.
16.
17.
18. Tingkat kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal. Jila
setiap orang memilih benar jawaban ( P = 1 ), atau jika setiap orang memiliki
benar jawaban (P = 0) maka soal tidak dapat digunakan untuk membedakan
kemampuan peserta tes. oleh karena itu soal yang baik adalah soal yang
memiliki daya pembeda antara peserta tes kelompok atas dan kelompok
rendah. Kelompok rendah memiliki tingkat kemampuan 0.50 dan akan
diperoleh daya pembeda kelompok atas maksimal 1.00.
19. Efektivitas Option
Option yang baik harus bersifat homogen dari isi (materi), notasi, maupun panjang
pendeknya kalimat pada option.
Kemungkin jawaban yang disediakan pada butir soal dalam tes tipe objektif pilihan ganda,
atau memasangkan untuk di pilih oleh peserta tes, sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Dan suatu option disebut efektif jika memenuhi fungsi atau tujuan disajikannya option
tesebut telah dicapai.
Kriteria option yang efektif adalah :
A. Untuk option (A) sebagai pengecoh efektif
B. Untuk option (B) sebagai pengecoh tidak efektif
C. Untuk option (C) sebagai option tidak efektif
D. Untuk option (D) sebagai option kunci jawaban
Contoh :
20. Praktibilitas
Praktis mudah dilaksanakan, hemat waktu, hemat energi, tidak bertele-tele, instruksi
jelas, tidak pakai alat (tape atau sebagainya). Mudah dilaksanakan oleh siapapun.
memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila bersifat praktis mudah
pengadministrasiannya dan memiliki ciri mudah dilaksanakan, tidak menuntut
peralatan yang banyak, memberi kebebasan kepada audience mengerjakan yang
dianggap mudah terlebih dahulu, mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman
skoring serta kunci jawaban, dan dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di
laksanakan oleh orang lain.
21. Objektivitas
Penilaian harus bersifat objektif, tidak memandang dan membeda-bedakan latar belakang
peserta didik. Harus memiliki bobot soal, dnilai oleh siapapun hasilnya sama.
Pendidik memberikan nilai 85 untuk materi konstruksi bangunan pada si A yang
merupakan tetangga dari guru tersebut, namun si B yang kemampuannya lebih baik
mendapatkan nilai hanya 80. ini adalah penilaian yang bersifat subyektif dan tidak
disarankan.