3. Validitas
Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan tepat
mengukur apa yang ingin diukur. Jika kita ingin mengukur
panjang sebuah meja maka kita harus dapat memilih alat ukur
yang tepat untuk mengukur panjang meja tersebut.Untuk
menghitung waktu tempuh pelari cepat dalam perlombaan lari
cepat 100 meter maka kita juga harus dapat memilih alat ukur
yang tepat untuk digunakan. Demikian juga jika kita ingin
mengukur hasil belajar siswa maka kita juga dituntut untuk
menggunakan alat ukur ( dalam hal ini tes ) yang dapat dengan
tepat mengukur hasil belajar yang kita harapkan.
Validitas terdiri dari 3 Jenis :
1. Validitas Isi,
2. Konstrak dan
3. Validitas yang dikaitkan dengan kriteri tertentu.
KB. 1 VALIDITAS DAN RELIABILITAS HASIL PENGUKURAN
4. reliabilitaas
Pengertian reliabilitas mengacu pada ketetapan hasil yang diperoleh
dari suatu Pengukuran ( Grondlund dan Linn, 1990 ). Salah satu cara
untuk mengetahui ketetapan atau reliabilitas suatu pengukuran, dapat
diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dua kali. Hasil
pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas yang tinggi jika hasil
pengukuran pertama hampir sama dengan hasil pengukuran kedua.
Dan sebaliknya hasil pengukuran dikatakan mempunyai reliabilitas
yang rendah jika hasil pengukuran pertama jauh berbeda dengan hasil
pengukuran kedua.
KB. 1 VALIDITAS DAN RELIABILITAS HASIL PENGUKURAN
6. Konsep Dasar RELIABILITAS
Keterandalan identik dengan kekonsistenan,
yaitu kemampuan alat ukur memberikan nilai
yang SESUNGGUHNYA. Set tes dilaksanaakan
sebanyak 2 x untuk mengukur tinggi rendahnya
relabilitas.
Pengukuran I Pengukuran II
T T
e1 e2
7. b.a.g.u.s.c.o
Ada dua konsep reliabilitas
1. Konsep Reliabilitas dalam arti equivalent tes
Dimaksudkan untuk mengetahui apakah dua set
tes yang digunakan paralel atau tidak.
2. Konsep reliabilitas dalam arti konsistensi
internal Dimaksudkan untuk mengetahui
apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu
set testersebut mengukur dimensi hasil belajar
yang sama atau tidak.Untuk menghitung
korelasi digunakan formula
8. b.a.g.u.s.c.o
Hubungan antara validitas dan
reliabilitas
Ketepatan hasil pengukuran ( validitas ) sangat diperlukan
untuk memperoleh alat ukur yang dapat memberikan hasil
pengukuran yang tepat ( valid ). Walaupun demikian alat
ukur yang mempunyai reliabilitas tinggi belum tentu
secara otomatis mempunyai validitas yang tinggi. Karena
tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur
jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat
memberikan informasi yang salah tentang apa yang ingin
kita ukur.
9. Reliabilitas suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir kedalam tes tersebut.
Penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan reliabilitas jika butir soal yang ditambahkan
adalah butir soal yang homogen dengan butir soal – soal yang ada. Pengukuran terhadap objek yang sama
sebanyak dua kali harus memberikan hasil yang sama dengan hasil yang pertama.
Bagaimana Meningkatkan reliabilitas test
10. KEGIATAN BELAJAR 2
ANALISIS DAN PERBAIKAN INSTRUMEN
Menurut Nitko (1983), analisis butir soal menggambarkan
suatu proses pengambilan data dan penggunaan informasi
tentang tiap - tiap butir soal terutama tentang respon siswa
terhadap setiap butir soal. Lebih Lnjut dikatakan bahwa arti
penting penggunaan analisis butir soal adalah sebagai berikut
:
1. Untuk mengetahui apakah butir soal – butir soal yang
disusun sudah berfungsi sesuai dengan apa yang dikehendaki
oleh penyusun soal. Untuk menentukan apakah soal – soal
yang kita susun telah berfungsi sebagaimana seharusnya maka
kita harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
a.Apakah soal – soal yang disusun sudah sesuai untuk mengukur perubahan tingkah laku
seperti telah dirumuskan dalam tujuan instruksional khusus ?
b. Apakah tingkat kesukaran sudah kita perhatikan ?
c. Apakah soal tersebut sudah mampu membedakan antara siswa yang pandai dengan
siswa yang kurang pandai ?
d. Apakah kunci soal yang kita buat sudah benar sesuai dengan maksud soa ?
e. Jika menggunakan tes pilihan berganda, apakah pengecoh yang kita pilih sudah
berfungsi dengan baik ?
f. Apakah soal tersebut dapat ditafsirkan ganda atau tidak ?
1. Analisis Butir Soal
11. b.a.g.u.s.c.o
2. Sebagai umpan balik bagi siswa untuk mengetahui kemampuan mereka
dalam menguasai suatu materi.
3. Sebagai umpan balik bagi guru untuk mengetahui kesulitan – kesulitan
yang dialami siswa dalam memahami suatu materi.
4. Sebagai acuan untuk merevisi soal.
5. Untuk memperbaiki kemapuan kita dalam menulis soal. Pada saat kita
engujikan suatu set soal untuk mengambil keputusan penting tentang hasil
belajar siswa maka idealnya kita harus yakin bahwa set soal tersebut adalah
valid dan reliabel. Validitas set soal dapat diketahui dari kisi – kisi soal
sedangkan reliabelitas soala baru dapat diketahui setelah uji coba. Dalam
rangka memperoleh reliabilitas set soal inilah analisis butir soal dilakukan.
Dalam menganalisis butir soal paling tidak ada dua karakteristik butir soal
yang perlu diperhatikan yaitu tingkat kesukaran dan daya beda butir – butir
soal.
2.
Analisis Butir Soal
12. b.a.g.u.s.c.o
KAPAN ANALISIS BUTIRAN SOAL DILAKUKAN?
Validitas set soal dapat diketahui dari kisi-kisi soal sedangkan reliabilitas soal
baru dapatdiketahui setelah uji coba. Dalam menganalisis butir soal paling
tidak ada dua karakteristik butir soalyang perlu diperhatikan yaitu tingkat
kesukaran dan daya beda butir-butir soal.
1. Tingkat kesukaran butir soal
Tingkat kesukaran merupakan salah satu karakteristik yang dapat menunjukkan kualitas
butirsoal tersebut apakah termasuk mudah, sedang atau sukar.Secara matematis tingkat
kesukaran butir soal dapat dihitung dengan rumus :
13. b.a.g.u.s.c.o
2. Daya beda
Daya beda butir soal memiliki pengertian seberapa
jauh butir soal tersebut dapat membedakan
kemampuan individu peserta tes. Daya beda butir soal
dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
D=PA – PB
dimana,
D = indeks daya beda butir soal
PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi kelompok bawah yang menjawab salah
14. b.a.g.u.s.c.o
Secara teoritis indeks beda soal (D) = 1 akan tercapai apabila
semua siswa dalam kelompok atas menjawab benar dan semua siswa
dalam kelompok bawah menjawab salah. Indeks daya beda soal (D) =
-1 jika semua sisa dalam kelompok atas menjawab salah dan semua
siswa dalam kelopok bawah justru menjawab benar. Sedangkan
indeks daya beda soal (D) = 0 apabila proporsi siswa yang menjawab
benar dalam kelompok atas dan kelompok bawah adalah sama.
Menurut Fernandes (1984) kategori indeks daya beda butir soal
adalah :
D ≥ 0,40 = sangat baik
0,30 ≤ D ≤ 0,40 = baik
0,20 ≤ D < 0,30 = sedang
D < 0,20 = tidak baik
Butir soal yang perlu diperbaiki adalah butir soal yang terlalu sukar
atau terlalu mudah dan butir soal yang pengecohnya mempunyai daya
beda positif atau kuncinya mempunyai daya beda negatif. Perbaikan
butir soal dapat dilakukan pada pokok soal atau pada alternatif
jawaban.
15. b.a.g.u.s.c.o
3. Menganalisis Tes Uraian
Cara menganalisis tes uraian menurut Whitney dan Sabers (Mehrens dan
Lehmann, 1984) adalah : (1) tentukan jumlah siswa yang termasuk kelompok
atas (25%) dan kelompok bawah (25%), (2) hitung jumlah skor kelompok atas
dan jumlah skor kelompok bawah, dan (3) hitung tingkat kesukaran dan daya
beda setiap butir soal dengan rumus berikut
SA : jumlah skor kelompok atas
SB : jumlah skor kelompok bawah
N : 25% peserta didik
Skor maks : skor maksimal tiap buti tes
Skor min : skor minimal tiap butir tes
16. b.a.g.u.s.c.o
4. Memperbaiki Butir Soal
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
memperbaiki butir soal antara lain : a) perhatikan
tingkat kesukaran soal. Butir soal dianggap baik jika
mempunyai tingkat kesukaran (P) antara 0,25 sampai
dengan 0,75 atau mendekati angka tersebut, b)
perhatikan daya beda butir soal. Butir soal dianggap
baik jika kunci atau jawabannya dianggap benar
mempunyai beda positif tinggi dan pengecohnya
mempunyai daya beda negatif.
17. b.a.g.u.s.c.o
5. Memperbaiki Non-Tes
Prosedur memperbaiki instrument non-tes sama
dengan prosedur memperbaiki tes. Penyempurnaan
butir yang lemah dapat dilaksanakan dengan
memperbaiki butir yang kurang baik atau mengganti
butir yang lama dengan butir yang baru. Penyebab
butir soal kurang baik, antara lain: a) penggunaan
bahasa kurang komunikatif, b) kalimat dapat
ditafsirkan ambiguous (dapat ditafsirkan ganda), c)
pertanyaan / pernyataan yang dibuat menyimpang
dari indikator, dan d) pertanyaan / pernyataan tidak
mengukur tarif (sifat) yang akan diukur.