Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai layanan kateterisasi jantung di Rumah Sakit Harapan Kita, mencakup pencapaian kinerja unit non rawat inap tahun 2017, fasilitas pelayanan bedah dan diagnostik invasif, layanan cathlab dan layanan unggulan baru 2014-2017 seperti EVAR, TAVI, dan tindakan aritmia. Dokumen ini juga membahas strategi peningkatan layanan rujukan kardiovaskular dan skema pendampingan intervensi
5. Cios Alpha at Harapan Kita Cardiac Center
up to 4 patients diagnostic coronary angiography a day,
at Emergency Department
Mobile Mini Cathlab Service
20. National Health Coverage Reimbursement
Reimbursement depend on case severity and hospital level of services
Diagnostic Cardiac
Catheterization
(Procedure & Admission)
NCC
Harapan Kita
Type A
Hospital
Type B
Hospital
Type C
Hospital
Minimum (in USD) 746 494 356 277
Maximum (in USD) 2,808 1,858 1,341 1,044
Permenkes 59/2016 on the Healthcare Standard Tariff, Universal Health Coverage/National Health Insurance (JKN)
Percutaneous
Coronary Intervention
(Procedure & Admission)
NCC
Harapan Kita
Type A
Hospital
Type B
Hospital
Type C
Hospital
Minimum (in USD) 1,762 1,327 841 655
Maximum (in USD) 5,551 5,389 3,772 3,029
Acute Myocardial
Infarction
(Procedure & Admission)
NCC
Harapan Kita
Type A
Hospital
Type B
Hospital
Type C
Hospital
Minimum (in USD) 453 453 317 240
Maximum (in USD) 1,630 1,630 1,142 890
26. Cost
Effectiveness
in Cathlab
Device or Implant
Rp….
Drugs and
Hospitalization
Rp…..
Fee or Salary, Rp…
Device or Implant
Rp….
Drugs and
Hospitalization
Rp…..
Fee or Salary, Rp…
Add one more machine
27. STRATEGY
Program Policy
Physician - Remunerasi VS fee for service
- Physician Champion
- Teamwork
Implant and Device for UHC
Standarization / e-Katalog
LoS Standarization in pts Hospitalization CP
Hospital Guidelines and
Clinical Pathways
Every physician should follow CP
Drugs/Formularium for UHC Using National Formularium for UHC pts
Resume of hospitalization Complete and systematic resume list
Identifikasi program
Unggulan /Income
generating/ High Cost Exp
Identifikasi program unggulan yang di inginkan
Managerial Always use data for improvement program
28. Ex/ Sign in every pts for operator Alarm
Kelas 3 Kelas 2 Kelas 1
Ringan
1 BMS, 1 balon, 1 wire 1 BMS, 1 balon, 1 wire 2 DES, 1 balon, 1 wire
Sedang
2 DES, 1 balon, 1 wire 2 DES, 2 wire, 1 balon 2-3 DES, 2 wire, 2 balon
Berat
1 BMS/1DES 1 BMS/1DES 1 BMS/1 DES
31. Dasar Hukum
1. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
2. UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 640 tahun 2003 tentang Teknisi
Kardiovaskular.
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 984 tahun 2007 tentang Rumah Sakit
Penerima Bantuan Alat Kesehatan Baloon dan Stent Untuk Pelayanan
Kesehatan Masyarakat.
5. Keputusan Bersama Kepala BATAN dan Menteri Kesehatan
No.171/MENKES/2008 dan 028/KA/II/2008 tentang Pemanfaatan Tenaga
Nuklir untuk kesehatan.
6. Keputusan Menteri Kesehatan No. 854 tahun 2009 tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah.
7. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1250 tahun 2009 tentang Pedoman
Kendali Mutu (Quality Control) peralatan radiodiagnostik.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1438 tahun 2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran.
32. Tujuan Pedoman
UMUM:
• Terwujudnya pelayanan Kateterisasi jantung yang bermutu baik dan
berorientasi pada keselamatan / keamanan pasien di Indonesia.
KHUSUS:
1. Terbentuk peraturan dan standarisasi mengenai kegiatan pelayanan
Kateterisasi jantung
2. Terbentuk pedoman mengenai administrasi dan proses perijinan
penyelenggaraan pelayanan Kateterisasi jantung
3. Terbentuk pedoman untuk menjamin mutu penyelenggaraan pelayanan
Kateterisasi jantung
4. Terbentuk pola pembiayaan pelayanan Kateterisasi jantung
5. Terbentuk pedoman untuk melakukan pembinaan dan pengawasan
sistem penyelenggaraan pelayanan Kateterisasi jantung
33. Ruang Lingkup Pelayanan
• Pelayanan medis di Kateterisasi jantung pada Rumah Sakit
Pemerintah maupun Swasta yang hendak/telah memiliki sarana
Kateterisasi jantung, yang meliputi tindakan diagnostik, terapetik,
proses pendidikan, pelatihan dan penelitian.
34. DENAH RUANGAN (1)
Ruangan Luas
minimum
(m2)
Ruang prosedur : Juga tempat Rak/Lemari kateter 30 - 50
Ruang monitor/control 8 - 14
Ruang Maintenance Alat & AC Control 6 – 8
Ruang Pertukaran Pasien : Juga Tempat cuci tangan, kain kotor, apron, tempat
edukasi pasien/keluarga
6 – 14
Ruang ganti staf 3
Tinggi ruangan minimal 3 m dan tinggi ruang pengendali minimal 2,4 m.
Spesifikasi di atas dapat dimodifikasi apabila ada teknologi baru.
1. Ruangan Kateterisasi jantung meliputi:
35.
36. DENAH RUANGAN (2)
2. Lokasi
• Lokasi Kateterisasi jantung berada di dalam RS yang mempunyai akses yang
mudah ke kamar operasi, ICU atau CVCU.
• Desain Kateterisasi jantung memperhatikan sterilitas.
• Ruangan monitor terpisah dengan ruang tindakan kateterisasi.
3. Desain ruangan dan lantai:
• Dinding dan lantai memiliki desain seamless.
• Dinding dan pintu harus memiliki x-ray shield, dengan ketebalan lead standar
0,5 mm.
• Struktur ruangan harus mampu menyangga berat peralatan x-ray.
• Adanya jaringan kabel/saluran di bawah lantai untuk meletakkan kabel dan
selang dari ruang pengendali, meja, dan C-arm.
• Power supply harus memiliki high voltage output.
• Memiliki power supply cadangan.
37. DENAH RUANGAN (3)
4. Desain dan pencahayaan langit-langit:
• Harus memiliki pencahayaan lembut untuk prosedur kateterisasi.
• C-arm dapat berjenis wall-mounted atau floor-mounted yang gerakannya
bebas.
5. Standar ventilasi
• Harus memenuhi standar ruangan operasi dalam hal penggantian udara,
aliran udara laminar di atas meja pasien, kelembaban, dan suhu yang
optimal.
• Harus ber-AC dan memiliki thermostat dan humidistats. Suhu ruangan
harus mengikuti standar suhu masing-masing alat sesuai modulnya.
38. Definisi
Door to balloon time / door-to-device time is the time from the patient entered the
emergency room doors with Acute Coronary Syndrome until Coronary angioplasty is
done for the first time, or thrombus suction first attempt. Door to Balloon Time
targeted by the hospital is <90 minutes.
Numerator The number of ACS patients with Door to Balloon Time < 90 minutes
Denominator The number of ACS patients
86.11%
82.76% 81.25%
85.71%
80%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
Januari Februari Maret April
Door to Balloon Time < 90 Menit
Capaian Target
39.
40.
41.
42.
43. RS Rujukan Kardiovaskular
• Pusat Jantung Nasional (RS Khusus Jantung kelas A)
• RS Rujukan Nasional (Kelas A, B)
• RS Rujukan Propopinsi (Kelas A, B, dan C)
• RS Rujukan Regional (Kelas A, B, C)
44. STRATEGI
KRITERIA FASILITAS STRATEGI TARGET
MANDIRI Pendampingan kasus khusus intervensi dan bedah Meningkatkan jumlah kasus dan
SDM
SDM BTKV ada, Cathlab Ada,
Bedah belum dikerjakan
Pemenuhan fasilitas sarana dan prasarana bedah
jantung,pendampingan awal bedah jantung dan
pendampingan kasus khusus intervensi
Memulai dilakukannya operasi
bedah jantung terbuka
Bedah tidak ada, cathlab ada Pengisian SDM bedah, pemenuhan sarana dan
pendampingan kasus khusus intervensi
Meningkatkan kemampuan
tindakan DINB
Bedah tidak ada, cathlab
tidak ada
Pengisian bedah, SpJP intervensi dan persiapan
cathlab
Mempersiapkan Cathlab
SpJP tidak ada Pengisian SDM SpJP dan melengkapi sarpras
kardiovaskular
Mengisi dokter SpJP
46. SKEMA PJT BINAAN INTERVENSI NON BEDAH
TAHUN I
• TW I :
Akan melakukan pendampingan yang diawali dengan kunjungan visitasi ke RS yang akan dibina untuk melihat
sarana dan prasana serta kapasitas SDM
Menentukan kriteria kasus yang akan dilakukan pada tahun pertama yaitu: Kasus intervensi non bedah simple
(severitas I) yang dilakukan selama tahun pertama
Menetukan jumlah tindakan yang harus dilakukan oleh intervensionist selama 1 (satu) tahun pertama sebanyak
minimal 50 tindakan pertahun/intervensionist
Menentukan angka keberhasilan tindakan Intervensi non Bedah sebesar 90%
• TW II - TW III :
Memastikan fasilitas sudah sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku
RS Binaan sudah mulai melakukan tindakan secara mandiri yang simple (kasus Severitas I), yaitu : 1 vessel
disease, bukan lesi bifurcatio medina 1-1-1, tidak ada kalsifikasi berat, tidak ada LM dan tindakan CTO, dengan
didampingi oleh dokter (full time) dari RSJPDHK.
• TW IV:
Evaluasi Angka keberhasilan tindakan
47. TAHUN II
• TW I :
RS Binaan melakukan tindakan (kasus Severitas I) tanpa didampingi oleh dokter (full
time) dari RSJPDHK
• TW II:
Evaluasi Angka keberhasilan tindakan
• TW III :
RS Binaan melakukan pengembangan untuk tindakan dengan kasus yang kompleks
(Severitas II) seperti CTO, 2-3 Vessel diseases, Bifurkasio dan Kalsifikasi didampingi
oleh dokter (full time) dari RSJPDHK
• TW IV:
Evaluasi Angka keberhasilan tindakan
48. Tahun III
• TW I :
RS Binaan melakukan pengembangan untuk tindakan dengan kasus
yang kompleks (Severitas Level II) seperti CTO, 2-3 Vessel diseases,
Bifurkasio dan Kalsifikasi tanpa didampingi oleh dokter (full time) dari
RSJPDHK
• TW II:
• Evaluasi keberhasilan tindakan
• TW III :
• RS Binaan melakukan pengembangan untuk tindakan dengan kasus
yang kompleks (Severitas Level III) seperti CTO, 2-3 Vessel diseases,
IVUS, Rotablator didampingi oleh dokter (full time) dari RSJPDHK
• TW IV :
Evaluasi keberhasilan tindakan
49. Tahun IV
• TW I - II:
• RS Binaan melakukan pengembangan untuk tindakan dengan
kasus yang kompleks (Severitas Level III) seperti CTO, 2-3
Vessel diseases, IVUS, Rotablator didampingi oleh dokter (full
time) dari RSJPDHK
• TW III :
Evaluasi keberhasilan tindakan
• TW IV:
• RS tersebut menjadi PJT Binaan Mandiri
50. Time table program pengampuan
Tahap persiapan
• Sistem
• Sarana prasarana
• Sumber Daya Manusia
• Peran Pem-Prop
• Peran Dinke
• Direksi RSUD
Tahap pelaksanaan
• Tindakan operasi
dengan
pendampingan
• Dokter BTKV
• Dokter SpJP
• Dokter kardiak
anestesi
• Dokter intensivist
• Ners bedah dan
intensivist
Tahap pemantapan
proses penyapihan
RSJHK RSUD
6 bulan 1 tahun 1 tahun