SlideShare a Scribd company logo
1 of 39
SASARAN
KESELAMATAN PASIEN
(SKP)
Dr. Rusli A. Katili, MARS
Elemen Penilaian SKP 1
1. Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien. (R)
2. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2
(dua) identitas dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien
atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan regulasi rumah sakit.
(D,O,W)
3. Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan,
prosedur diagnostik, dan terapeutik. (W,O,S)
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk
darah, pengambilan spesimen, dan pemberian diet. (lihat juga PAP
4; AP 5.7) (W,O,S)
5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima
cairan intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau
pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi
jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap
pasien koma. (W,O,S)
Standar SKP.1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin ketepatan (akurasi)
identifikasi pasien.
• Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi
pada pasien yang dalam keadaan terbius/
tersedasi, mengalami disorientasi, tidak
sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi
di rumah sakit, adanya kelainan sensori,
atau akibat situasi lain (Depkes RI, 2011)
• Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas
pasien misalnya nama pasien, tanggal lahir/no.
Rekam medis
• Pasien diidentifikasi sebelum memberi obat,
transfusi
darah atau produk darah lainnya.
• Pasien diidentifikasi sebelum mengambil
spesiman
darah atau spesimen lainnya.
• Pasien diidentifikasi sebelum memberi perawatan
atau prosedur tindakan.
• Petugas dapat bertanya kepada pasien sebelum melakukan
tindakan misalnya” nama ibu siapa? (jangan menggunakan
nomor dan lokasi kamar).
• Jika pasien menggunakana gelang tangan tetap konfirmasi
secara verbal.
• Jika tidak dapat menyebut nama tanyakan pada penunggu
atau
keluarga.
• Jika tidak dapat menyebut nama, tidak memakai gelang
dan tidak
ada keluarga maka cocokan dengan rekam medik oleh dua
orang petugas.
Standar SKP.2
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
meningkatkan efektivitas komunikasi verbal dan atau
komunikasi melalui telpon antar-PPA.
Elemen Penilaian SKP.2
1. Ada regulasi tentang komunikasi efektif antarprofesional
pemberi asuhan. (lihat juga TKRS 3.2). (R)
2. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antarprofesional
pemberi asuhan. (D,W)
3. Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap,
dibaca ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh
pemberi pesan. (lihat juga AP 5.3.1 di maksud dan tujuan).
(D,W,S)
4. Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal
ditulis lengkap, dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi
pesan secara lengkap. (D,W,S)
• Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan
kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan
secara lisan atau melalui telepon.
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain
adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis,
seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito
melalui telepon ke unit pelayanan (Depkes RI,
2011)
• Instruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan
telepon
ditulis oleh penerima instruksi/ laporan.
• Instruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan
telepon
dibaca kembali oleh penerima instruksi/ laporan.
• Instruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan
telepon
dikonfirmasi oleh penerima instruksi/ laporan
• Sebelum melaporkan lakukan:
• Periksa pasien dengan benar.
• Lihatlah nama dokter penanggungjawab
pasien yang sesuai untuk ditelepon.
• Ketahuilah diagnosis medik.
• Baca catatan dokter dan catatan perawat(cat.
Perkembangan pasien) yang terbaru.
• Pegang rekam medik pasien.
• Siap laporkan
• Cara komunikasi SBAR
• Langkah melakukan SBAR (Situation, Background,
Assesment, Recommendation) dan konfirmasi
ulang.
• Situation. Sebutkan: – salam, ...
• 2. Background. Sebutkan: ...
• 3. Asessment. Sebutkan penilaian kondisi pasien
menurut pelapor (bila ada) ...
• 4. Recommendation. Sebutkan rekomendasi untuk
pasien menurut pelapor (bila ada)
Standar SKP.2.1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil
pemeriksaaan diagnostik kritis.
Elemen Penilaian SKP.2.1
1. Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil
pemeriksaan diagnostik dan hasil diagnostik kritis. (lihat
juga AP 5.3.2). (R)
2. Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan
siapa yang harus menerima nilai kritis hasil pemeriksaan
diagnostik dan dicatat di rekam medis (lihat juga AP 5.3.2 EP
2). (W,S)
Standar SKP.2.2
Rumah sakit menetapkan dan melakanakan proses komunikasi
“serah terima” (hand over).
Elemen Penilaian SKP.2.2
1. Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di
antara profesional pemberi asuhan pada waktu dilakukan
serah terima pasien (hand over). (lihat juga MKE 5). (D,W)
2. Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung
proses serah terima pasien (hand over) bila mungkin
melibatkan pasien. (D,W)
3. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi
yang terjadi waktu serah terima pasien (hand over) untuk
memperbaiki proses. (D,W)
Standar SKP.3
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses
meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu
diwaspadai.
Elemen Penilaian SKP.3
1. Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan,
penyiapan, dan penggunaan obat yang perlu diwaspadai. (R)
2. Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah
dibuat. (D,W)
3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu
diwaspadai yang disusun berdasar atas data spesifik sesuai
dengan regulasi. (D,O,W)
4. Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan obat
yang perlu diwaspadai termasuk obat NORUM diatur di
tempat aman. (D,O,W)
Standar SKP.3.1
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
proses mengelola penggunaan elektrolit konsentrat.
Elemen Penilaian SKP.3.1
1. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan
proses mencegah kekurang hati-hatian dalam mengelola
elektrolit konsentrat. (R)
2. Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit kerja/instalasi
farmasi atau depo farmasi. (D,O,W)
• Elektrolit pekat dan high-alert drugs tidak disimpan
dalam unit perawatan pasien kecuali dibutuhkan
secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk
mencegah penggunaan yang tidak seharusnya pada
area-area yang diijinkan sesuai kebijakan.
• Elektrolit pekat dan high-alert drugs jika disimpan
di
unit perawatan pasien harus memiliki label yang
jelas
dan disimpan di tempat dengan akses terbatas
• Enam obat yang secara signifikan berisiko
terjadinya kesalahan, di antaranya: Insulin,
heparin, opioid, injeksi kalium klorida atau
konsentrat kalium fosfat. blocking agen
neuromuskuler, obat kemoterapi
• Batasi ketersediaan/ meniadakan high-alert drugs
(Insulin,
heparin. opioid., injeksi kalium klorida atau konsentrat
kalium
fosfat. blocking agen neuromuskuler, Obat kemoterapi).
• Pisahkan/ diletakkan berjauhan misalnya heparin dan
hespan. Injeksi kalium klorida atau konsentrat kalium
fosfat jangan diletakkan berdekatan dengan cariran
pelarut/ aqua bidest apalagi jika bentuk kemasan sama.
• • Gunakan peralatan medis khusus/ forcing functions
(syringe pump, infuse pump) untuk mengurangi
kemungkinan
kesalahan.
• Terapkan batasan misalnya dengan menyediakan stock
obat
dalam jumlah kecil, membatasi akses perawat terhadap
pengobatan ketika apotik tutup, membatasi jumlah high-
alert
drugs di unit perawatan
• Beri informasi kepada pasien tentang pengobatan
yang
didapat.
• Buat label yang ditempel di sekitar obat yang
mempunyai
risiko tinggi misalnya: peringatan obat memiliki
konsentrasi tinggi harus diencerkan, For oral use
only.
• • Pastikan perawat memberi obat dengan 11 tepat:
1. Tepat obat
2. Tepat dosis
3. Tepat waktu
4. Tepat pasien
5. Tepat cara pemberian
6. Tepat dokumentasi
7. Tepat edukasi
8. Tepat pengkajian
9. Tepat evaluasi
10. Tepat alasan penolakan
11. Tepat kadaluarsa obat
• Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi
menurut (Unit pelayanan jaminan mutu, RSUPN Dr.
Cipto
Mangunkusumo, 2011):
• Elektrolit pekat (KCl 7,46%, Meylon 8,4%, MgSo4
20%, NaCl
3%);
• Golongan opioid (fentanil, kodein Hcl, morfin HCL,
morfin sulfat,
petidin HCL, sufentanil);
• • Antikoagulan (heparin natrium, enoksaparin
natrium);
• Trombolitik (streptokinase);
• Antiaritmia (lidokain iv, amiodaron);
• Insulin/ obat hipoglikemia oral;
• Obat agonis adrenergik (epinefrin, norepinefrin);
• Anestetik umum (propofol, ketamin); Kemoterapi;
Obat kontras;
Pelemas otot (suksinilkolin, rokuronium,
vekuronium); Larutan
kardioplegia
Standar SKP.4
Rumah sakit memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan
Tepat-Pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur.
Elemen Penilaian SKP.4
1. Ada regulasi untuk melaksanakan penandaan lokasi operasi
atau tindakan invasif (site marking). (R)
2. Ada bukti rumah sakit menggunakan satu tanda di empat
sayatan operasi pertama atau tindakan invasif yang segera
dapat dikenali dengan cepat sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan rumah sakit. (D,O)
3. Ada bukti bahwa penandaan lokasi operasi atau tindakan
invasif (site marking) dilakukan oleh staf medis yang
melakukan operasi atau tindakan invasif dengan melibatkan
pasien. (D,O,W)
Standar SKP.4.1
Rumah sakit memastikan dilaksanakannya proses Time-out di kamar
operasi atau ruang tindakan sebelum operasi dimulai.
Elemen Penilaian SKP.4.1
1. Ada regulasi untuk prosedur bedah aman dengan menggunakan
“surgical check list ” (Surgical Safety Checklist dari WHO Patient
Safety 2009). (R)
2. Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan, rumah sakit
menyediakan “check list” atau proses lain untuk mencatat, apakah
informed consent sudah benar dan lengkap, apakah Tepat-Lokasi,
Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sudah teridentifikasi, apakah
semua dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah siap
tersedia dengan lengkap dan berfungsi dengan baik. (D,O)
3. Rumah sakit menggunakan Komponen Time-Out terdiri atas
identifikasi Tepat-Pasien, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Lokasi,
persetujuan atas operasi dan konfirmasi bahwa proses verifikasi
sudah lengkap dilakukan sebelum melakukan irisan. (D,O,W,S).
4. Rumah sakit menggunakan ketentuan yang sama tentang
Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien jika operasi
dilakukan di luar kamar operasi termasuk prosedur tindakan
medis dan gigi. (D,O,W)
• Prosedur dan Tepat Pasien Operasi
• Menggunakan tanda yang mudah dikenali
untuk identifikasi lokasi operasi dan
mengikutsertakan pasien dalam proses
penandaan.
• Menggunakan cecklist atau proses lain
verifikasi yang tepat, prosedur yang tepat
dan pasien tepat sebelum operasi, dan
seluruh dokumen serta peralatan yang
dibutuhkan tersedia, benar, dan berfungsi.
• Protokol umum tindakan terkait kepastian tepat
lokasi- prosedur dan tepat pasien operasi
(Unit pelayanan jaminan mutu, RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo,
2011)
Menandai lokasi operasi (marking),
menggunakan tanda yang telah disepakati,
menggunakan tanda yang tidak ambigu,
daerah yang tidak dioperasi tidak boleh
ditandai kecuali sangat diperlukan,
menggunakan penanda yang tidak mudah
terhapus.
• Menandai lokasi operasi (marking)
terutama pada organ yang memiliki dua
sisi (kanan dan kiri); Multiple structures
(jari tangan, jari kaki); Multiple level
(operasi tulang belakang: cervical,
thorakal, lumbal); Multiple lesi yang
pengerjaannya bertahap
• Anjuran penandaan lokasi operasi
menggunakan tanda yang telah
disepakati, dokter yang akan melakukan
operasi yang melakukan pemberian tanda
pada atau dekat daerah insisi
• Menggunakan tanda yang tidak ambigu
(contoh; tanda “x” merupakan tanda yang
ambigu). Daerah yang tidak dioperasi,
tidak ditandai kecuali sangat
diperlukan
• Menggunakan penanda yang tidak
mudah terhapus misalnya gentain violet.
• Sebelum dilaksanakan operasi
menerapkan pengisian checklist
keselamatan operasi untuk memastikan:
Tepat pasien; Tepat prosedur; Tepat
daerah/ lokasi operasi.
Standar SKP.5
Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan
melaksanakan evidence-based hand hygiene guidlines untuk
menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
Elemen Penilaian SKP.5
1. Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene)
yang mengacu pada standar WHO terkini. (lihat juga PPI 9. EP 2, EP
6). (R)
2. Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand
hygiene) di seluruh rumah sakit sesuai dengan regulasi. (D,W)
3. Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan
prosedur. (lihat juga PPI 9 EP 6). (W,O,S)
4. Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan. (W,O,S)
5. Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan
regulasi. (lihat juga PPI 9 EP 2, EP 5, dan EP 6) (W,O,S)
6. Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya
menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan. (D,W) (lihat
juga PPI 9 EP 6)
• Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi-
infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene)
yang tepat,
• Mengingat pentingnya mencuci tangan maka
mencuci tangan memakai sabun sedunia atau
global handwashing day, diplokamirkan pada 15
Oktober 2008 serentak di 70 negara dan 5
benua
• Upaya pengurangan risiko infeksi
1. Melakukan langkah cuci tangan yang dijadikan
standar oleh
WHO pada saat:
• Sebelum dan sesudah menyentuh pasien.
• Sebelum dan sesudah tindakan/ aseptik.
• Setelah terpapar cairan tubuh pasien.
• Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasif.
• Setelah menyentuh area sekitar pasien/
lingkungan.
2. Memakai APD
Standar SKP.6
Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera
akibat pasien jatuh.
Elemen Penilaian SKP.6
1. Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien
cedera karena jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP 2). (R)
2. Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap
semua pasien rawat inap dan rawat jalan dengan kondisi,
diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko tinggi jatuh sesuai
dengan regulasi. (D,O,W)
3. Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen
lanjutan, asesmen ulang dari pasien pasien rawat inap yang
berdasar atas catatan teridentifikasi risiko jatuh. (lihat juga
AP 2 EP 1). (D,O,W)
4. Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh
bagi pasien dari situasi dan lokasi yang menyebabkan
pasien jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP 3). (D,O,W)
• Semua pasien baru dinilai risiko
jatuhnya dan penilaian diulang jika
diindikasikan oleh perubahan kondisi
pasien atau pengobatan, dan lainnya.
•
– Hasil pengukuran dimonitor dan
ditindaklanjuti sesuai derajat jatuh
pasien guna mencegah pasien jatuh
serta akibat tak terduga lainnya
• Intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk
mencegah
terjadinya jatuh pada pasien (Potter & Perry, 2009)
• Mengorientasikan pasien pada saat masuk rumah
sakit.
• Menjelaskan sistem komunikasi yang ada,
• Bersikap hati-hati saat mengkaji pasien dengan
keterbatasan
gerak,
• Supervisi ketat pada awal pasien dirawat
terutama malam hari,
•
• Menganjurkan menggunakan bel bila
membutuhkan bantuan,
• Memberikan alas kaki yang tidak licin,
• Memberikan pencahayaan yang adekuat,
• Memasang pengaman tempat tidur terutama
pada pasien dengan
penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas,
• Menjaga lantai kamar mandi agar tidak licin
• Seluruh pasien rawat inap dinilai risiko jatuhnya dengan
menggunakan checklist penilaian risiko jatuh.
• Pasien anak memakai formulir: Cheklist penilaian risiko
pasien anak: Skala Humpty Dumpty.
• Pasien dewasa memakai formulir: Skala jatuh morse
(Morse
Fall Scale/ MFS).
• Pasien geriatri memakai formulir: Penilaian risiko jatuh
pada
pasien geriatri.
• Pengkajian risiko ulang dilakukan jika ada perubahan
kondisi
atau pengobatan.

More Related Content

Similar to SASARAN KESELAMATAN PASIEN akreditasi.pptx

Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docxTelusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
wiwi411689
 
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docxTelusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
wiwi411689
 
Profil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedahProfil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedah
fitrielita1
 
Profil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedahProfil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedah
fitrielita1
 
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptxPKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
SMECKudus
 

Similar to SASARAN KESELAMATAN PASIEN akreditasi.pptx (20)

bmc4-prinsip keselamatan.pptx
bmc4-prinsip keselamatan.pptxbmc4-prinsip keselamatan.pptx
bmc4-prinsip keselamatan.pptx
 
PAP.pptx
PAP.pptxPAP.pptx
PAP.pptx
 
Ark
ArkArk
Ark
 
AKR.pptx
AKR.pptxAKR.pptx
AKR.pptx
 
A_R_K.pptx
A_R_K.pptxA_R_K.pptx
A_R_K.pptx
 
Anis awal 2 AKPER PEMKAB MUNA
Anis awal 2 AKPER PEMKAB MUNAAnis awal 2 AKPER PEMKAB MUNA
Anis awal 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja SKP
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja SKPMateri bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja SKP
Materi bimbingan Akreditasi RS SNARS Ed.1 Pokja SKP
 
Skp
SkpSkp
Skp
 
Skp
SkpSkp
Skp
 
1. PASIEN SAFETY.pdf
1. PASIEN SAFETY.pdf1. PASIEN SAFETY.pdf
1. PASIEN SAFETY.pdf
 
MODUL PENDAMPINGAN ASSESOR INTERNAL RS(1).pdf
MODUL PENDAMPINGAN ASSESOR INTERNAL RS(1).pdfMODUL PENDAMPINGAN ASSESOR INTERNAL RS(1).pdf
MODUL PENDAMPINGAN ASSESOR INTERNAL RS(1).pdf
 
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docxTelusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
 
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docxTelusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
Telusur Unit Standar Akreditasi RS.docx
 
373606306-TEAM-3-SASARAN-KESELAMATAN-PASIEN-ppt.ppt
373606306-TEAM-3-SASARAN-KESELAMATAN-PASIEN-ppt.ppt373606306-TEAM-3-SASARAN-KESELAMATAN-PASIEN-ppt.ppt
373606306-TEAM-3-SASARAN-KESELAMATAN-PASIEN-ppt.ppt
 
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
 
Profil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedahProfil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedah
 
Profil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedahProfil indikator rms bedah
Profil indikator rms bedah
 
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptxPKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
PKP 14 Klinik_Radiologi_DES 2022.pptx
 
pps ppt sosialisasi.pptx
pps ppt sosialisasi.pptxpps ppt sosialisasi.pptx
pps ppt sosialisasi.pptx
 
Point point akreditasi rumah sakit 2012
Point point akreditasi rumah sakit 2012Point point akreditasi rumah sakit 2012
Point point akreditasi rumah sakit 2012
 

More from Taufik Biya

More from Taufik Biya (10)

laporan pasien interna 2024..............
laporan pasien interna 2024..............laporan pasien interna 2024..............
laporan pasien interna 2024..............
 
LAPORAN PASIEN EMD.pptx
LAPORAN PASIEN EMD.pptxLAPORAN PASIEN EMD.pptx
LAPORAN PASIEN EMD.pptx
 
Bahan FILSAFAT HR PPDS ppt.ppt
Bahan FILSAFAT  HR PPDS ppt.pptBahan FILSAFAT  HR PPDS ppt.ppt
Bahan FILSAFAT HR PPDS ppt.ppt
 
Slide_Cara_Penyuntikan_Insulin.ppt
Slide_Cara_Penyuntikan_Insulin.pptSlide_Cara_Penyuntikan_Insulin.ppt
Slide_Cara_Penyuntikan_Insulin.ppt
 
hipogonadisme materi.pptx
hipogonadisme materi.pptxhipogonadisme materi.pptx
hipogonadisme materi.pptx
 
Puisi untuk istri
Puisi untuk istriPuisi untuk istri
Puisi untuk istri
 
Tb hamil
Tb hamilTb hamil
Tb hamil
 
3. cover panduan 4
3. cover panduan 43. cover panduan 4
3. cover panduan 4
 
Gambar Hematologi
Gambar HematologiGambar Hematologi
Gambar Hematologi
 
Alur Registrasi
Alur RegistrasiAlur Registrasi
Alur Registrasi
 

Recently uploaded

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
AGHNIA17
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
kemenaghajids83
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Acephasan2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Yudiatma1
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
Cara Menggugurkan Kandungan 087776558899
 

Recently uploaded (20)

KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
Adaftasi fisiologis neonatus setelah dilahirkan antara lain pernafasan, suhu ...
 
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptxDAM DALAM IBADAH HAJI  2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
DAM DALAM IBADAH HAJI 2023 BURHANUDDIN_1 (1).pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
KUNCI CARA MENGGUGURKAN KANDUNGAN ABORSI JANIN 087776558899
 
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
#3Sosialisasi Penggunaan e-renggar Monev DAKNF 2024.pdf
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
4. Pengelolaan rantai Vaksin di puskesmas .pdf
 
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptxtatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
tatalaksana chest pain dan henti jantung.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptxFRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
FRAKTUR presentasion patah tulang paripurna OK.pptx
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOASCATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
CATATAN PSIKIATRI TANDA DAN GEJALA , KOAS
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 

SASARAN KESELAMATAN PASIEN akreditasi.pptx

  • 2. Elemen Penilaian SKP 1 1. Ada regulasi yang mengatur pelaksanaan identifikasi pasien. (R) 2. Identifikasi pasien dilakukan dengan menggunakan minimal 2 (dua) identitas dan tidak boleh menggunakan nomor kamar pasien atau lokasi pasien dirawat sesuai dengan regulasi rumah sakit. (D,O,W) 3. Identifikasi pasien dilakukan sebelum dilakukan tindakan, prosedur diagnostik, dan terapeutik. (W,O,S) 4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, produk darah, pengambilan spesimen, dan pemberian diet. (lihat juga PAP 4; AP 5.7) (W,O,S) 5. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian radioterapi, menerima cairan intravena, hemodialisis, pengambilan darah atau pengambilan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, katerisasi jantung, prosedur radiologi diagnostik, dan identifikasi terhadap pasien koma. (W,O,S) Standar SKP.1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menjamin ketepatan (akurasi) identifikasi pasien.
  • 3. • Kesalahan identifikasi pasien dapat terjadi pada pasien yang dalam keadaan terbius/ tersedasi, mengalami disorientasi, tidak sadar, bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi di rumah sakit, adanya kelainan sensori, atau akibat situasi lain (Depkes RI, 2011)
  • 4. • Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien misalnya nama pasien, tanggal lahir/no. Rekam medis • Pasien diidentifikasi sebelum memberi obat, transfusi darah atau produk darah lainnya. • Pasien diidentifikasi sebelum mengambil spesiman darah atau spesimen lainnya. • Pasien diidentifikasi sebelum memberi perawatan atau prosedur tindakan.
  • 5. • Petugas dapat bertanya kepada pasien sebelum melakukan tindakan misalnya” nama ibu siapa? (jangan menggunakan nomor dan lokasi kamar). • Jika pasien menggunakana gelang tangan tetap konfirmasi secara verbal. • Jika tidak dapat menyebut nama tanyakan pada penunggu atau keluarga. • Jika tidak dapat menyebut nama, tidak memakai gelang dan tidak ada keluarga maka cocokan dengan rekam medik oleh dua orang petugas.
  • 6. Standar SKP.2 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan efektivitas komunikasi verbal dan atau komunikasi melalui telpon antar-PPA. Elemen Penilaian SKP.2 1. Ada regulasi tentang komunikasi efektif antarprofesional pemberi asuhan. (lihat juga TKRS 3.2). (R) 2. Ada bukti pelatihan komunikasi efektif antarprofesional pemberi asuhan. (D,W) 3. Pesan secara verbal atau verbal lewat telpon ditulis lengkap, dibaca ulang oleh penerima pesan, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan. (lihat juga AP 5.3.1 di maksud dan tujuan). (D,W,S) 4. Penyampaian hasil pemeriksaaan diagnostik secara verbal ditulis lengkap, dibaca ulang, dan dikonfirmasi oleh pemberi pesan secara lengkap. (D,W,S)
  • 7. • Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan terjadi pada saat perintah diberikan secara lisan atau melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit pelayanan (Depkes RI, 2011)
  • 8. • Instruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon ditulis oleh penerima instruksi/ laporan. • Instruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dibaca kembali oleh penerima instruksi/ laporan. • Instruksi/ laporan hasil tes secara verbal dan telepon dikonfirmasi oleh penerima instruksi/ laporan
  • 9. • Sebelum melaporkan lakukan: • Periksa pasien dengan benar. • Lihatlah nama dokter penanggungjawab pasien yang sesuai untuk ditelepon. • Ketahuilah diagnosis medik. • Baca catatan dokter dan catatan perawat(cat. Perkembangan pasien) yang terbaru. • Pegang rekam medik pasien. • Siap laporkan
  • 10. • Cara komunikasi SBAR • Langkah melakukan SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) dan konfirmasi ulang. • Situation. Sebutkan: – salam, ... • 2. Background. Sebutkan: ... • 3. Asessment. Sebutkan penilaian kondisi pasien menurut pelapor (bila ada) ... • 4. Recommendation. Sebutkan rekomendasi untuk pasien menurut pelapor (bila ada)
  • 11. Standar SKP.2.1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk proses pelaporan hasil pemeriksaaan diagnostik kritis. Elemen Penilaian SKP.2.1 1. Rumah sakit menetapkan besaran nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil diagnostik kritis. (lihat juga AP 5.3.2). (R) 2. Rumah sakit menetapkan siapa yang harus melaporkan dan siapa yang harus menerima nilai kritis hasil pemeriksaan diagnostik dan dicatat di rekam medis (lihat juga AP 5.3.2 EP 2). (W,S)
  • 12. Standar SKP.2.2 Rumah sakit menetapkan dan melakanakan proses komunikasi “serah terima” (hand over). Elemen Penilaian SKP.2.2 1. Ada bukti catatan tentang hal-hal kritikal dikomunikasikan di antara profesional pemberi asuhan pada waktu dilakukan serah terima pasien (hand over). (lihat juga MKE 5). (D,W) 2. Formulir, alat, dan metode ditetapkan untuk mendukung proses serah terima pasien (hand over) bila mungkin melibatkan pasien. (D,W) 3. Ada bukti dilakukan evaluasi tentang catatan komunikasi yang terjadi waktu serah terima pasien (hand over) untuk memperbaiki proses. (D,W)
  • 13. Standar SKP.3 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses meningkatkan keamanan terhadap obat-obat yang perlu diwaspadai. Elemen Penilaian SKP.3 1. Ada regulasi tentang penyediaan, penyimpanan, penataan, penyiapan, dan penggunaan obat yang perlu diwaspadai. (R) 2. Rumah sakit mengimplementasikan regulasi yang telah dibuat. (D,W) 3. Di rumah sakit tersedia daftar semua obat yang perlu diwaspadai yang disusun berdasar atas data spesifik sesuai dengan regulasi. (D,O,W) 4. Tempat penyimpanan, pelabelan, dan penyimpanan obat yang perlu diwaspadai termasuk obat NORUM diatur di tempat aman. (D,O,W)
  • 14. Standar SKP.3.1 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mengelola penggunaan elektrolit konsentrat. Elemen Penilaian SKP.3.1 1. Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melaksanakan proses mencegah kekurang hati-hatian dalam mengelola elektrolit konsentrat. (R) 2. Elektrolit konsentrat hanya tersedia di unit kerja/instalasi farmasi atau depo farmasi. (D,O,W)
  • 15. • Elektrolit pekat dan high-alert drugs tidak disimpan dalam unit perawatan pasien kecuali dibutuhkan secara klinis, dan tindakan dilakukan untuk mencegah penggunaan yang tidak seharusnya pada area-area yang diijinkan sesuai kebijakan. • Elektrolit pekat dan high-alert drugs jika disimpan di unit perawatan pasien harus memiliki label yang jelas dan disimpan di tempat dengan akses terbatas
  • 16. • Enam obat yang secara signifikan berisiko terjadinya kesalahan, di antaranya: Insulin, heparin, opioid, injeksi kalium klorida atau konsentrat kalium fosfat. blocking agen neuromuskuler, obat kemoterapi
  • 17. • Batasi ketersediaan/ meniadakan high-alert drugs (Insulin, heparin. opioid., injeksi kalium klorida atau konsentrat kalium fosfat. blocking agen neuromuskuler, Obat kemoterapi). • Pisahkan/ diletakkan berjauhan misalnya heparin dan hespan. Injeksi kalium klorida atau konsentrat kalium fosfat jangan diletakkan berdekatan dengan cariran pelarut/ aqua bidest apalagi jika bentuk kemasan sama.
  • 18. • • Gunakan peralatan medis khusus/ forcing functions (syringe pump, infuse pump) untuk mengurangi kemungkinan kesalahan. • Terapkan batasan misalnya dengan menyediakan stock obat dalam jumlah kecil, membatasi akses perawat terhadap pengobatan ketika apotik tutup, membatasi jumlah high- alert drugs di unit perawatan
  • 19. • Beri informasi kepada pasien tentang pengobatan yang didapat. • Buat label yang ditempel di sekitar obat yang mempunyai risiko tinggi misalnya: peringatan obat memiliki konsentrasi tinggi harus diencerkan, For oral use only.
  • 20. • • Pastikan perawat memberi obat dengan 11 tepat: 1. Tepat obat 2. Tepat dosis 3. Tepat waktu 4. Tepat pasien 5. Tepat cara pemberian 6. Tepat dokumentasi 7. Tepat edukasi 8. Tepat pengkajian 9. Tepat evaluasi 10. Tepat alasan penolakan 11. Tepat kadaluarsa obat
  • 21. • Obat-obatan yang memerlukan kewaspadaan tinggi menurut (Unit pelayanan jaminan mutu, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2011): • Elektrolit pekat (KCl 7,46%, Meylon 8,4%, MgSo4 20%, NaCl 3%); • Golongan opioid (fentanil, kodein Hcl, morfin HCL, morfin sulfat, petidin HCL, sufentanil);
  • 22. • • Antikoagulan (heparin natrium, enoksaparin natrium); • Trombolitik (streptokinase); • Antiaritmia (lidokain iv, amiodaron); • Insulin/ obat hipoglikemia oral; • Obat agonis adrenergik (epinefrin, norepinefrin); • Anestetik umum (propofol, ketamin); Kemoterapi; Obat kontras; Pelemas otot (suksinilkolin, rokuronium, vekuronium); Larutan kardioplegia
  • 23. Standar SKP.4 Rumah sakit memastikan Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sebelum menjalani tindakan dan atau prosedur. Elemen Penilaian SKP.4 1. Ada regulasi untuk melaksanakan penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site marking). (R) 2. Ada bukti rumah sakit menggunakan satu tanda di empat sayatan operasi pertama atau tindakan invasif yang segera dapat dikenali dengan cepat sesuai dengan regulasi yang ditetapkan rumah sakit. (D,O) 3. Ada bukti bahwa penandaan lokasi operasi atau tindakan invasif (site marking) dilakukan oleh staf medis yang melakukan operasi atau tindakan invasif dengan melibatkan pasien. (D,O,W)
  • 24. Standar SKP.4.1 Rumah sakit memastikan dilaksanakannya proses Time-out di kamar operasi atau ruang tindakan sebelum operasi dimulai. Elemen Penilaian SKP.4.1 1. Ada regulasi untuk prosedur bedah aman dengan menggunakan “surgical check list ” (Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety 2009). (R) 2. Sebelum operasi atau tindakan invasif dilakukan, rumah sakit menyediakan “check list” atau proses lain untuk mencatat, apakah informed consent sudah benar dan lengkap, apakah Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien sudah teridentifikasi, apakah semua dokumen dan peralatan yang dibutuhkan sudah siap tersedia dengan lengkap dan berfungsi dengan baik. (D,O) 3. Rumah sakit menggunakan Komponen Time-Out terdiri atas identifikasi Tepat-Pasien, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Lokasi, persetujuan atas operasi dan konfirmasi bahwa proses verifikasi sudah lengkap dilakukan sebelum melakukan irisan. (D,O,W,S).
  • 25. 4. Rumah sakit menggunakan ketentuan yang sama tentang Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, dan Tepat-Pasien jika operasi dilakukan di luar kamar operasi termasuk prosedur tindakan medis dan gigi. (D,O,W)
  • 26. • Prosedur dan Tepat Pasien Operasi • Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan. • Menggunakan cecklist atau proses lain verifikasi yang tepat, prosedur yang tepat dan pasien tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar, dan berfungsi.
  • 27. • Protokol umum tindakan terkait kepastian tepat lokasi- prosedur dan tepat pasien operasi (Unit pelayanan jaminan mutu, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, 2011) Menandai lokasi operasi (marking), menggunakan tanda yang telah disepakati, menggunakan tanda yang tidak ambigu, daerah yang tidak dioperasi tidak boleh ditandai kecuali sangat diperlukan, menggunakan penanda yang tidak mudah terhapus.
  • 28. • Menandai lokasi operasi (marking) terutama pada organ yang memiliki dua sisi (kanan dan kiri); Multiple structures (jari tangan, jari kaki); Multiple level (operasi tulang belakang: cervical, thorakal, lumbal); Multiple lesi yang pengerjaannya bertahap
  • 29. • Anjuran penandaan lokasi operasi menggunakan tanda yang telah disepakati, dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda pada atau dekat daerah insisi
  • 30. • Menggunakan tanda yang tidak ambigu (contoh; tanda “x” merupakan tanda yang ambigu). Daerah yang tidak dioperasi, tidak ditandai kecuali sangat diperlukan
  • 31. • Menggunakan penanda yang tidak mudah terhapus misalnya gentain violet. • Sebelum dilaksanakan operasi menerapkan pengisian checklist keselamatan operasi untuk memastikan: Tepat pasien; Tepat prosedur; Tepat daerah/ lokasi operasi.
  • 32. Standar SKP.5 Rumah sakit menetapkan regulasi untuk menggunakan dan melaksanakan evidence-based hand hygiene guidlines untuk menurunkan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Elemen Penilaian SKP.5 1. Ada regulasi tentang pedoman kebersihan tangan (hand hygiene) yang mengacu pada standar WHO terkini. (lihat juga PPI 9. EP 2, EP 6). (R) 2. Rumah sakit melaksanakan program kebersihan tangan (hand hygiene) di seluruh rumah sakit sesuai dengan regulasi. (D,W) 3. Staf rumah sakit dapat melakukan cuci tangan sesuai dengan prosedur. (lihat juga PPI 9 EP 6). (W,O,S) 4. Ada bukti staf melaksanakan lima saat cuci tangan. (W,O,S) 5. Prosedur disinfeksi di rumah sakit dilakukan sesuai dengan regulasi. (lihat juga PPI 9 EP 2, EP 5, dan EP 6) (W,O,S) 6. Ada bukti rumah sakit melaksanakan evaluasi terhadap upaya menurunkan angka infeksi terkait pelayanan kesehatan. (D,W) (lihat juga PPI 9 EP 6)
  • 33. • Pusat dari eliminasi infeksi ini maupun infeksi- infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat, • Mengingat pentingnya mencuci tangan maka mencuci tangan memakai sabun sedunia atau global handwashing day, diplokamirkan pada 15 Oktober 2008 serentak di 70 negara dan 5 benua
  • 34. • Upaya pengurangan risiko infeksi 1. Melakukan langkah cuci tangan yang dijadikan standar oleh WHO pada saat: • Sebelum dan sesudah menyentuh pasien. • Sebelum dan sesudah tindakan/ aseptik. • Setelah terpapar cairan tubuh pasien. • Sebelum dan setelah melakukan tindakan invasif. • Setelah menyentuh area sekitar pasien/ lingkungan. 2. Memakai APD
  • 35. Standar SKP.6 Rumah sakit melaksanakan upaya mengurangi risiko cedera akibat pasien jatuh. Elemen Penilaian SKP.6 1. Ada regulasi yang mengatur tentang mencegah pasien cedera karena jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP 2). (R) 2. Rumah sakit melaksanakan suatu proses asesmen terhadap semua pasien rawat inap dan rawat jalan dengan kondisi, diagnosis, dan lokasi terindikasi berisiko tinggi jatuh sesuai dengan regulasi. (D,O,W) 3. Rumah sakit melaksanakan proses asesmen awal, asesmen lanjutan, asesmen ulang dari pasien pasien rawat inap yang berdasar atas catatan teridentifikasi risiko jatuh. (lihat juga AP 2 EP 1). (D,O,W) 4. Langkah-langkah diadakan untuk mengurangi risiko jatuh bagi pasien dari situasi dan lokasi yang menyebabkan pasien jatuh. (lihat juga AP 1.2.1 EP 3). (D,O,W)
  • 36. • Semua pasien baru dinilai risiko jatuhnya dan penilaian diulang jika diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien atau pengobatan, dan lainnya. • – Hasil pengukuran dimonitor dan ditindaklanjuti sesuai derajat jatuh pasien guna mencegah pasien jatuh serta akibat tak terduga lainnya
  • 37. • Intervensi yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya jatuh pada pasien (Potter & Perry, 2009) • Mengorientasikan pasien pada saat masuk rumah sakit. • Menjelaskan sistem komunikasi yang ada, • Bersikap hati-hati saat mengkaji pasien dengan keterbatasan gerak, • Supervisi ketat pada awal pasien dirawat terutama malam hari, •
  • 38. • Menganjurkan menggunakan bel bila membutuhkan bantuan, • Memberikan alas kaki yang tidak licin, • Memberikan pencahayaan yang adekuat, • Memasang pengaman tempat tidur terutama pada pasien dengan penurunan kesadaran dan gangguan mobilitas, • Menjaga lantai kamar mandi agar tidak licin
  • 39. • Seluruh pasien rawat inap dinilai risiko jatuhnya dengan menggunakan checklist penilaian risiko jatuh. • Pasien anak memakai formulir: Cheklist penilaian risiko pasien anak: Skala Humpty Dumpty. • Pasien dewasa memakai formulir: Skala jatuh morse (Morse Fall Scale/ MFS). • Pasien geriatri memakai formulir: Penilaian risiko jatuh pada pasien geriatri. • Pengkajian risiko ulang dilakukan jika ada perubahan kondisi atau pengobatan.