Advertisement
Advertisement

More Related Content

Advertisement

4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf

  1. 1 dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua KARS WORKSHOP STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT KEMKES (STARKES) KERJASAMA KARS DENGAN PERSI DAERAH SUMATERA BARAT HOTEL GRAND ZURI PADANG, TANGGAL 24 – 25 JUNI 2022
  2. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Edit 7 Mei 2022 (67 %) (59 %) (Kepmen No HK.01.07/MENKES/1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022; Buku SNARS Edisi 1.1., KARS, 2019)
  3. (Nico Lumenta, KARS, 2022) Starkes + Instrumen KARS 1. Pahami “Sistem” dari substansi yg sedang dinilai. 2. Dgn Proporsi beri Skor pada EP terkait. Proses Survei (Kepmen No HK.01.07/ MENKES/ 1128/2022 Ttg Standar Akreditasi Rumah Sakit, 13 April 2022)
  4. v3 Integrasi Asuhan Pasien v7 Dimensi PCC vPenerapan STARKES 2022 + Instrumen Survei KARS TKRS, PMKP, AKP, HPK, PP, PAP, KE. Asuhan Pasien (Nico Lumenta, KARS, 2022)
  5. *Asuhan Pasien Terintegrasi q Integrasi Intra-Inter PPA : Horizontal q Integrasi Inter Unit : Vertikal q Integrasi PPA-Pasien : Horizontal (HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, PAP 1.1, 1.2, KE GU, KE 2, AKP 3, PP GU, TKRS 8, 9) 1. Patient Engagement & Empowerment. à(HPK GU, 1, 1.2, 1.3, 2, 2.1, 3, 4.1, KE GU, KE 2) 2. DPJP sbg Clinical Leader. à(AKP 3.1., PAP 1.2.) 3. PPA sbg Tim, Kolaborasi (+Kompetensi) Interprofesional. *CP Terintegrasi, *CPPT, *Kompeten Berkolaborasi. à(AKP 3, PAP 1, 1.1, 1.2, PP 1.2, PMKP 7, PAB 3.1, 3.2, 4, 7, 7.3, PKPO 4, 6, TKRS 8, 9.) 4. Manajer Pelayanan Pasien / Case Manager. à(AKP 3, AKP 5, PAP 1.1.) 5. Integrated Discharge Planning. à(AKP 3, PP 1, 1.1, 1.2.) 6. Asuhan gizi terintegrasi. à(PP 1.2., PAP 3) 7. Budaya Keselamatan. à(TKRS 13, PMKP 10) Dimensi PCC: Integrasi: “The Indonesian model of PCC” (Nico Lumenta, KARS, 2022) Patient Centred Care
  6. PPA : Dokter Perawat Bidan Apoteker Dietisien Lain2 Pengkajian Pasien (Skrining, “Periksa Pasien”) 1. Informasi dikumpulkan : Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik / lain, dsb 2. Analisis informasi : Menetapkan Diagnosis, Masalah, Risiko Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Pasien 3. Rencana Asuhan/Plan of Care : Merumuskan rencana dan sasaran terukur Untuk memenuhi Kebutuhan Yan Pasien Pemberian Pelayanan Implementasi Rencana Intervensi, Monitoring Proses Asuhan Pasien Patient Care 1 2 Diagram IAR Metode I-A-R Pengkajian Awal Pengkajian Ulang SOAP Asesmen Ulang I A R Tenaga Gizi : ADIME (Assessment, Diagnosis, Intervention (+Goals), Monitoring, Evaluation) S O A P (AKP, PP, PAP, PAB, SKP, PKPO, Prognas) (AKP, PAP, PAB, PKPO, Prognas)
  7. 1. Dasar : Pelayanan Berfokus pd Pasien/ PCC, APT (Asuhan Pasien Terintegrasi) dan Proses primer I-A-R. 2. Pengkajian: • Triase: pemilahan pasien yg membutuhkan pertolongan segera: àAKP 1.1. • Skrining: identifikasi kebutuhan pasien, menentukan: admisi/ transfer/ dirujuk: àAKP 1, PAP 5. Pd penerimaan pasien : Identifikasi-pelayanan yg dgn Hambatan (Lansia dsb) à AKP 2. • Skrining pd admisi ranap utk penetapan proritas pelayanan preventif/paliatif/kuratif/rehabilitatif, pembedahan mendesak: àAKP 1.2, PP 1.1. EP d). • Pengkajian Awal: àPP 1, 1.1, PAB 7, SKP 4, Prognas 2. • Skrining/Pengkajian cepat: àAKP 1.1, PAP 4, SKP 6, 6.1. (a.l. nyeri, risiko jatuh). • Pengkajian lanjutan: àPP 1, 1.1, 1.2, PAP 4, SKP 6. • Pengkajian Ulang: àPP 1, 2, PAB 7.3. 3. Pengkajian awal oleh 2 profesi : medis & keperawatan: IGD, Rajal, Ranap àPP 1.1. 4. Pengkajian Awal menggali isi minimal 13 elemen: àPP 1, 1.1, 1.2 & PKPO 4. a) Keluhan saat ini, b)Status fisik, c) Psiko-sosio-spiritual, d)Ekonomi, e) Riwayat kesehatan pasien, f) Riwayat alergi, g)Riwayat Penggunaan Obat h) Pengkajian nyeri, àPQRS i) Risiko jatuh, j) Pengkajian fungsional, k) Risiko nutrisional, l) Kebutuhan edukasi, m) Perencanaan Pemulangan Pasien (Discharge Planning) NB. : Saran: dalam melakukan pengkajian, penggalian elemen a) s/d m) dapat dilakukan sesuai dgn kebutuhan profesi antara medis dan keperawatan yg diatur oleh RS. Proporsi penggalian elemen antara profesi medis dan keperawatan disesuaikan dgn keunikan/kebutuhan RS, misalnya pd RS Umum porsi keperawatan akan lebih luas, pd RS Jiwa porsi medis lebih luas. Starkes & Instrumen Survei KARS 2022 Beberapa Prinsip Proses Pengkajian/Skrining (“Periksa Pasien”)
  8. Lanjutan Beberapa Prinsip Proses Pengkajian….. 5. Dgn Prinsip APT, Pengkajian para PPA lainnya direviu & verifikasi oleh DPJP à PAP 1.2, AKP 3.1. 6. Pengkajian Tambahan sesuai populasi pasien : àPP 1.3. 7. Jumlah dan Jenis / Disiplin Pengkajian Awal ditetapkan RS. Medis: misalnya PD, Bedah, Anak, Obgin dsb. Keperawatan: misalnya Dewasa, Anak, Maternitas dsb. àPP 1., 1.1., 1.2. 8. Ada contoh RS dgn Pilihan Pola Sentral Pengkajian (Keperawatan) di Rajal: misalnya Dewasa, Anak, Maternitas. 9. Pengkajian Ulang : oleh semua PPA yg terkait, dicatat di CPPT: Medis, Perawat/Bidan, Farmasi, Gizi, dll sesuai regulasi RS nya. àPP 2. 10. PPA yg melakukan pengkajian, harus kompeten-berwenang: àPP 1.
  9. B : 5.Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB) No Standar EP 1 PAB 1. 3 2 PAB 2. 3 3 PAB 3. 3 4 PAB 3.1. 3 5 PAB 3.2. 3 6 PAB 4. 3 7 PAB 5. 2 8 PAB 6. 2 9 PAB 6.1. 3 No Standar EP 1 PAB.1 3 2 PAB.2 4 3 PAB.2.1 6 4 PAB.3 4 5 PAB.3.1 3 6 PAB.3.2 3 7 PAB.3.3 3 8 PAB.4 2 9 PAB.4.1 2 10 PAB.5 3 11 PAB.5.1 3 No Standar EP 12 PAB.6 3 13 PAB.6.1 4 14 PAB.7 3 15 PAB.7.1 3 16 PAB.7.2 3 17 PAB.7.3 4 18 PAB.7.4 4 19 PAB.8 4 20 PAB.8.1 6 20 Std 70 EP Anestesi 43 ep Bedah 27 ep (61 %) (39 %) (66 %) (34 %) Pelayanan Anestesi Dan Bedah (PAB) STARKES SNARS 1.1. No Standar EP 10 PAB 7. 2 11 PAB 7.1. 2 12 PAB 7.2. 2 13 PAB 7.3. 3 14 PAB 7.4. 4 14 Std 38 EP Anestesi 25 ep Bedah 13 ep
  10. Gambaran umum Tindakan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yg kompleks dan sering dilaksanakan di RS. Hal tsb memerlukan: a. Pengkajian pasien yang lengkap dan menyeluruh; b. Perencanaan asuhan yang terintegrasi; c. Pemantauan yang terus menerus; d. Transfer ke ruang perawatan berdasar atas kriteria tertentu; e. Rehabilitasi; dan f. Transfer ke ruangan perawatan dan pemulangan. Anestesi dan sedasi umumnya merupakan suatu rangkaian proses yg dimulai dari sedasi minimal hingga anestesi penuh. Tindakan sedasi ditandai dengan hilangnya refleks pertahanan jalan nafas secara perlahan seperti batuk dan tersedak. Karena respon pasien terhadap tindakan sedasi dan anestesi berbeda-beda secara individu dan memberikan efek yg panjang, maka prosedur tsb harus dilakukan pengelolaan yang baik dan terintegrasi. Bab ini tidak mencakup pelayanan sedasi di ICU untuk penggunaan ventilator dan alat invasive lainnya.
  11. Karena tindakan bedah juga merupakan tindakan yg berisiko tinggi maka harus direncanakan dan dilaksanakan secara hati2. Rencana prosedur operasi dan asuhan pascaoperasi dibuat berdasar atas pengkajian pasien dan didokumentasikan. Bila RS memberikan pelayanan pembedahan dengan pemasangan implant, maka harus dibuat laporan jika terjadi ketidak berfungsinya alat tsb dan proses tindak lanjutnya. Standar pelayanan anestesi dan bedah berlaku di area manapun dalam RS yg menggunakan anestesi, sedasi ringan, sedang dan dalam, dan juga pada tempat dilaksanakannya prosedur pembedahan dan tindakan invasif lainnya yg membutuhkan persetujuan tertulis (informed consent). Area ini meliputi ruang operasi RS, rawat sehari (ODC), poliklinik gigi, poliklinik rajal, endoskopi, radiologi, gawat darurat, perawatan intensif, dan tempat lainnya. Fokus pada standard ini mencakup: a. Pengorganisasian dan pengelolaan pelayanan sedasi dan anastesi. b. Pelayanan sedasi. c. Pelayanan anestesi. 4. Pelayanan pembedahan.
  12. Standar PAB 1. RS menerapkan pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam untuk memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan kapasitas pelayanan, standar profesi dan perUUan yg berlaku. a. Pengorganisasian dan Pengelolaan Pelayanan Anestesi, dan Sedasi Elemen Penilaian PAB 1. a) RS telah menetapkan regulasi pelayanan anestesi dan sedasi dan pembedahan meliputi poin a - c pada gambaran umum. b) Pelayanan anestesi dan sedasi yg telah diberikan dapat memenuhi kebutuhan pasien. c) Pelayanan anestesi dan sedasi tersedia 24 jam 7 (tujuh) hari. Sesuai dengan kebutuhan pasien.
  13. 13 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah menetapkan regulasi pelayanan anestesi dan sedasi dan pembedahan meliputi poin a - c pada gambaran umum. R 1)Regulasi/ penetapan pelayanan anestesi dan sedasi meliputi : a) Pengorganisasian pengelolaan pelayanan sedasi dan anaestesi terintegrasi. b) Pelayanan sedasi. c) Pelayanan anestesi. 2)Regulasi tentang mendatangkan dokter anestesi dari luar RS untuk keadaan darurat dan pengganti sementara. (lihat Std PAB 2 EP c) ). 3) Regulasi tentang PPK untuk pelayanan sedasi dan anestesi. 10 5 0 TP TS TT 2. Pelayanan anestesi dan sedasi yg telah diberikan dapat memenuhi kebutuhan pasien. D W Bukti dari laporan kegiatan bulanan, pelaksanaan pelayanan anestesi-sedasi yang telah diberikan sesuai kebutuhan pasien. *Penanggung jawab pelayanan anestesi, *Staf anestesi, termasuk penata/perawat anestesi 10 5 0 TP TS TT 3. Pelayanan anestesi dan sedasi tersedia 24 jam 7 (tujuh) hari. Sesuai dengan kebutuhan pasien. D O W Bukti tentang pelayanan anestesi dan sedasi tersedia 24 jam 7 (tujuh) hari sesuai dengan kebutuhan pasien. Lihat daftar jaga dokter spesialis anestesi dan penata /perawat anestesi. *Staf anestesi. 10 5 0 TP TS TT PAB 1.
  14. Maksud dan Tujuan PAB 1. Anestesi dan sedasi diartikan sebagai satu alur layanan berkesinambungan mulai dari sedasi minimal sampai anestesi dalam. Anestesi dan sedasi menyebabkan refleks proteksi jalan nafas dapat menghilang sehingga pasien berisiko untuk terjadi sumbatan jalan nafas dan aspirasi cairan lambung. Anestesi dan sedasi adalah proses kompleks sehingga harus diintegrasikan ke dalam rencana asuhan. Anestesi dan sedasi membutuhkan pengkajian lengkap dan komprehensif serta pemantaun pasien secara terus menerus. RS mempunyai suatu sistem untuk pelayanan anestesi, sedasi ringan, moderat dan dalam untuk melayani kebutuhan pasien oleh PPA berdasarkan kewenangan klinis yg diberikan kepadanya, termasuk juga sistem penanganan bila terjadi keGDan selama tindakan sedasi. Pelayanan anestesi, sedasi ringan, moderat dan dalam (termasuk layanan yg diperlukan untuk keGDan) tersedia 24 jam 7 (tujuh) hari.
  15. Standar PAB 2. RS menetapkan penanggung jawab pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam adalah seorang dokter anestesi yg kompeten. Elemen Penilaian PAB 2. a) RS telah menerapkan pelayanan anestesi dan sedasi secara seragam di seluruh area seusai regulasi yang ditetapkan. b) RS telah menetapkan penanggung jawab pelayanan anestesi dan sedasi adalah seorang dokter anastesi yang kompeten yg melaksanakan tanggung jawabnya meliputi poin a) – d) pada maksud dan tujuan. c) Bila memerlukan profesional pemberi asuhan terdapat PPA dari luar RS untuk memberikan pelayanan anestesi dan sedasi, maka ada bukti rekomendasi dan evaluasi pelayanan dari penanggung jawab pelayanan anastesi dan sedasi terhadap PPA tsb.
  16. 16 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah menerapkan pelayanan anestesi dan sedasi secara seragam di seluruh area seusai regulasi yang ditetapkan. D W 1) Bukti tentang penerapan pelayanan anestesi dan sedasi yg seragam di seluruh area sesuai regulasi yg ditetapkan. 2) Kriteria pelayanan anestesi yg seragam adalah kegiatan dibawah kendali dokter anestesi. 3) Kriteria pelayanan sedasi yg seragam: dapat dilakukan diluar kamar bedah dengan: a) Area-area di dalam rumah sakit tempat sedasi moderat dan dalam dapat dilakukan; b) Kualifikasi staf yang memberikan sedasi; c) Persetujuan medis (informed consent) untuk prosedur maupun sedasinya; d) Perbedaan populasi anak, dewasa, dan geriatri ataupun pertimbangan khusus lainnya; e) Peralatan medis dan bahan yang digunakan sesuai dengan populasi yang diberikan sedasi moderat atau dalam; dan f) Cara memantau. *Penanggung jawab pelayanan anestesi 10 5 0 TP TS TT PAB 2.
  17. 17 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 2. RS telah menetapkan penanggung jawab pelayanan anestesi dan sedasi adalah seorang dokter anastesi yang kompeten yg melaksanakan tanggung jawabnya meliputi poin a) – d) pada maksud dan tujuan. R Regulasi tentang penetapan penanggung jawab pelayanan anestesi dan sedasi adalah seorang dokter anastesi yang kompeten yang melaksanakan tanggung jawabnya meliputi : a) Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi; b) Melakukan pengawasan administratif; c) Melaksanakan program pengendalian mutu yang dibutuhkan; dan d) Memantau dan mengevaluasi pelayanan sedasi dan anestesi. 10 5 0 TP TS TT 3. Bila memerlukan profesional pemberi asuhan terdapat PPA dari luar RS untuk memberikan pelayanan anestesi dan sedasi, maka ada bukti rekomendasi dan evaluasi pelayanan dari penanggung jawab pelayanan anastesi dan sedasi terhadap PPA tsb. D W 1) Bukti tentang rekomendasi dan evaluasi pelayanan dari penanggung jawab pelayanan anastesi dan sedasi terhadap pelayanan anestesi dan sedasi oleh PPA dari luar rumah sakit, untuk kondisi kedaruratan. 2) Untuk pengganti sementara, ada bukti proses kredensial melalui Komite Medis dan SIP di rumah sakit asal ybs. *Penanggung jawab pelayanan anestesi 10 5 0 TP TS TT PAB 2.
  18. Maksud dan Tujuan PAB 2. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam berada dibawah tanggung jawab seorang dokter anastesi yang kompeten sesuai dengan peraturan perUUan. Tanggung jawab pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam tersebut meliputi: a) Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi; b) Melakukan pengawasan administratif; c) Melaksanakan program pengendalian mutu yang dibutuhkan; dan d) Memantau dan mengevaluasi pelayanan sedasi dan anestesi.
  19. Ada contoh untuk pelaksanaan UTW Kepala Yan Anestesi dibuat pedoman rincian kegiatan. • Mengembangkan, menerapkan, dan menjaga regulasi : o Tiap bulan rapat mengevaluasi regulasi o Rapat koordinasi dengan KSM menentukan prosedur pemeriksaan yang akan dikembangkan o …… • Pengawasan pelaksanaan administratif : o Tiap minggu memembaca laporan jumlah pasien, jumlah pelayanan Anestesi (termasuk sedasi moderat & dalam) dsb o Periodik menyampaikan laporan ke Direktur…... o Memberi masukan tentang penilaian kinerja staf untuk diusulkan….. o …. • Melaksanakan program kendali mutu : o Merencanakan topik terkait mutu pelayanan Anestesi (termasuk sedasi moderat & dalam) o Melakukan monitoring, evaluasi dan memberi masukan terhadap tugas dari Tim Mutu o Melaporkan program Kendali Mutu kepada Komite Mutu secara berkala o …… • Monitor dan evaluasi semua jenis Pelayanan Anestesi. o Monitoring dan mereview pelaksanaan pelayanan Anestesi (termasuk sedasi moderat & dalam) di Rumah Sakit. o Melaksanakan survei kepuasan pelanggan pelayanan anestesi di RS dan menindaklanjuti hasil survei. o ……. • Mereview dan menindak lanjuti hasil pemeriksaan laboratorium rujukan o Memberi penugasan kepada staf untuk mereview dan menindak lanjuti hasil pemeriksaan laboratorium rujukan o Membaca laporan tahunan tentang hasil pemeriksaan laboratorium rujukan Contoh Pola Kerja Ka Yan Anestesi
  20. 20 “Perjalanan Penata-Perawat Anestesi” • PMK 519/2011 : PED PENYELENGGARAN YAN ANEST & TERAPI INTENSIF DI RS • PMK 31/2013 : PENYELENGGARAAN PEKERJAAN PERAWAT ANESTESI • PMK 18/2016 : TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK PENATA ANESTESI • PMK 21/2019 : PETUNJUK TEKNIS JABATAN FUNGSIONAL PENATA ANESTESI
  21. q Pelayanan Sedasi • Kebutuhan apa saja dalam kebijakan dan prosedur RS bagi sedasi moderat dan dalam? • Apakah kualifikasi ini bagi seseorang untuk memberikan sedasi moderat dan dalam? • Bagaimana kita memastikan bahwa kebijakan diimplementasikan? Sedasi Moderat Sedasi Dalam -Pasien berespon dengan sengaja terhadap perintah verbal -Pasien tidak bisa dengan mudah dibangun-kan tetapi berespon secara sengaja setelah stimulasi yang berulang dan menyakitkan -Tidak ada intervensi dibutuhkan untuk menjaga airway (jalan nafas) pasien -Airway mungkin terganggu (impaired) / kurang berfungsi -Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga -Fungsi kardiovaskuler biasanya dijaga (JCI, 2014)
  22. Standar PAB 3. Pemberian sedasi moderat dan dalam dilakukan sesuai dengan regulasi dan ditetapkan RS. b. Pelayanan Sedasi Elemen Penilaian PAB 3 a) RS telah melaksanakan pemberian sedasi moderat dan dalam yang seragam di semua tempat di RS sesuai dengan poin a) - f) pada maksud dan tujuan. b) Peralatan dan perbekalan GD tersedia di tempat dilakukan sedasi moderat dan dalam serta dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan kondisi pasien. c) PPA yg terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bantuan hidup lanjut (advance) harus selalu mendampingi dan siaga selama tindakan sedasi dikerjakan.
  23. 23 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah melaksanakan pemberian sedasi moderat dan dalam yang seragam di semua tempat di RS sesuai dengan poin a) - f) pada maksud dan tujuan. D W Bukti pelaksanakan pemberian sedasi moderat dan dalam yang seragam di semua tempat di RS sesuai : a) Area-area di dalam RS tempat sedasi moderat dan dalam dapat dilakukan; b) Kualifikasi staf yg memberikan sedasi; c) Persetujuan medis (informed consent) untuk prosedur maupun sedasinya; d) Perbedaan populasi anak, dewasa, dan geriatri ataupun pertimbangan khusus lainnya; e) Peralatan medis dan bahan yang digunakan sesuai dengan populasi yg diberikan sedasi moderat atau dalam; dan f) Cara memantau. *Penanggung jawab pelayanan anestesi *Staf anestesi 10 5 0 TP TS TT PAB 3.
  24. 24 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 2. Peralatan dan perbekalan GD tersedia di tempat dilakukan sedasi moderat dan dalam serta dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan kondisi pasien. O W Lihat ketersediaan peralatan dan perbekalan gawat darurat tersedia di tempat dilakukan sedasi moderat dan dalam serta dipergunakan sesuai jenis sedasi, usia, dan kondisi pasien. *Penanggung jawab pelayanan anestesi *Staf anestesi 10 5 0 TP TS TT 3. PPA yg terlatih dan berpengalaman dalam memberikan bantuan hidup lanjut (advance) harus selalu mendampingi dan siaga selama tindakan sedasi dikerjakan. D W Daftar jaga PPA yang kompeten dan berwenang untuk memberikan bantuan hidup lanjut (advance) selama tindakan sedasi dilakukan. *Penanggung jawab pelayanan anestesi 10 5 0 TP TS TT PAB 3.
  25. Maksud dan Tujuan PAB 3. Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yg diberikan secara intravena tidak bergantung pada berapa dosisnya. oleh karena prosedur pemberian sedasi seperti layaknya anestesi mengandung risiko potensial pada pasien. Pemberian sedasi pada pasien harus dilakukan seragam dan sama di semua tempat di RS termasuk unit di luar kamar operasi. Keseragaman dalam pelayanan sedasi sesuai kebijakan dan prosedur yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh tenaga medis yg kompeten dan telah diberikan kewenangan klinis utk melakukan sedasi moderat dan dalam meliputi: a) area2 di dalam RS tempat sedasi moderat dan dalam dapat dilakukan; b) kualifikasi staf yg memberikan sedasi; c) persetujuan medis (informed consent) untuk prosedur maupun sedasinya; d) perbedaan populasi anak, dewasa, dan geriatri ataupun pertimbangan khusus lainnya; e) peralatan medis dan bahan yg digunakan sesuai dgn populasi yg diberikan sedasi moderat atau dalam; dan f) cara memantau.
  26. Standar PAB 3.1. Tenaga medis yg kompeten dan berwenang memberikan pelayanan sedasi moderat dan dalam serta melaksanakan pemantauan. Elemen Penilaian PAB 3.1. a) Tenaga medis yg diberikan kewenangan klinis memberikan sedasi moderat dan dalam harus kompeten dalam poin a) – d) pada maksud dan tujuan. b) Profesional pemberi asuhan (PPA) yg bertanggung jawab melakukan pemantauan selama pelayanan sedasi moderat dan dalam harus kompeten meliputi poin a) – d) pada maksud dan tujuan. c) Kompetensi semua PPA yg terlibat dalam sedasi moderat dan dalam tercatat di file kepegawaian.
  27. 27 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. Tenaga medis yg diberikan kewenangan klinis memberikan sedasi moderat dan dalam harus kompeten dalam poin a) – d) pada maksud dan tujuan. R 1) Regulasi tentang penetapan tenaga medis ( dokter spesialis anestesi) yang memberikan sedasi moderat dan dalam sesuai : a) Teknik dan berbagai cara sedasi; b) Farmakologi obat sedasi dan penggunaaan zat reversal (antidot); c) Persyaratan pemantauan pasien; dan d) Bertindak jika ada komplikasi. 2)SPK-RKK dokter spesialis anestesi 10 - 0 TP - TT 2. Profesional pemberi asuhan (PPA) yg bertanggung jawab melakukan pemantauan selama pelayanan sedasi moderat dan dalam harus kompeten meliputi poin a) – d) pada maksud dan tujuan. R Regulasi tentang SPK RKK Profesional pemberi asuhan (PPA) yang bertanggung jawab melakukan pemantauan selama pelayanan sedasi moderat dan dalam meliputi: a) Pemantauan yang diperlukan; b) Bertindak jika ada komplikasi; c) Penggunaan zat reversal (antidot); dan d) Kriteria pemulihan. 10 - 0 TP - TT 3. Kompetensi semua PPA yg terlibat dalam sedasi moderat dan dalam tercatat di file kepegawaian. D W Bukti SPK-RKK dalam file kepegawaian semua PPA yang terlibat dalam sedasi moderat dan dalam. *Penanggung jawab pelayanan anestesi, *Staf anestesi, *Kepala/ staf SDM. 10 5 0 TP TS TT PAB 3.1.
  28. Maksud dan Tujuan PAB 3.1. Kualifikasi tenaga medis yang diberikan kewenangan klinis untuk melakukan sedasi moderat dan dalam terhadap pasien sangat penting. Pemahaman metode pemberikan sedasi moderat dan dalam terkait kondisi pasien dan jenis tindakan yang diberikan dapat meningkatkan toleransi pasien terhadap rasa tidak nyaman, nyeri, dan atau risiko komplikasi. Komplikasi terkait pemberian sedasi terutama gangguan jantung dan paru. Oleh sebab itu, diperlukan Sertifikasi bantuan hidup lanjut. Sebagai tambahan, pengetahuan farmakologi zat sedasi yg digunakan termasuk zat reversal mengurangi risiko terjadi kejadian yg tidak diharapkan. Oleh karena itu, tenaga medis yg diberikan kewenangan klinis memberikan sedasi moderat dan dalam harus kompeten dalam hal: a) teknik dan berbagai cara sedasi; b) farmakologi obat sedasi dan penggunaaan zat reversal (antidot); c) persyaratan pemantauan pasien; dan d) bertindak jika ada komplikasi.
  29. Tenaga medis yg melakukan prosedur sedasi harus mampu bertanggung jawab melakukan pemantauan terhadap pasien. PPA yang kompeten melakukan prosedur sedasi, seperti dokter spesialis anestesi atau perawat yang terlatih yang bertanggung jawab melakukan pemantauan berkesinambungan terhadap parameter fisiologis pasien dan membantu tindakan resusitasi. PPA yang bertanggung jawab melakukan pemantauan harus kompeten dalam: a) pemantauan yang diperlukan; b) bertindak jika ada komplikasi; c) penggunaan zat reversal (antidot); dan d) kriteria pemulihan.
  30. Standar PAB 3.2. RS menetapkan panduan praktik klinis. untuk pelayanan sedasi moderat dan dalam. Elemen Penilaian PAB 3.2. a) RS telah menerapkan pengkajian prasedasi dan dicatat dalam rekam medis meliputi poin a) – e) pada maksud dan tujuan. b) RS telah menerapkan pemantauan pasien selama dilakukan pelayanan sedasi moderat dan dalam oleh PPA yang kompeten dan di catat di rekam medik. c) Kriteria pemulihan telah digunakan dan didokumentasikan untuk mengidentifikasi pasien yg sudah pulih kembali dan atau siap untuk ditransfer/dipulangkan.
  31. KARS, Nico A. Lumenta 31 PengkajianPra Anestesi/Sedasi h. 1/2 h. 2/2 R A I Pengkajian Pra Anestesi/Sedasi
  32. PPA : Dokter Perawat Bidan Apoteker Dietisien Lain2 Pengkajian Pasien (Skrining, “Periksa Pasien”) 1. Informasi dikumpulkan : Anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan diagnostik / lain, dsb 2. Analisis informasi : Menetapkan Diagnosis, Masalah, Risiko Untuk mengidentifikasi Kebutuhan Yan Pasien 3. Rencana Asuhan/Plan of Care : Merumuskan rencana dan sasaran terukur Untuk memenuhi Kebutuhan Yan Pasien Pemberian Pelayanan Implementasi Rencana Intervensi, Monitoring Proses Asuhan Pasien Patient Care 1 2 Diagram IAR Metode I-A-R Pengkajian Awal Pengkajian Ulang SOAP Asesmen Ulang I A R Tenaga Gizi : ADIME (Assessment, Diagnosis, Intervention (+Goals), Monitoring, Evaluation) S O A P (AKP, PP, PAP, PAB, SKP, PKPO, Prognas) (AKP, PAP, PAB, PKPO, Prognas)
  33. 33 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah menerapkan pengkajian prasedasi dan dicatat dalam rekam medis meliputi poin a) – e) pada maksud dan tujuan. D W Bukti penerapan pengkajian pra sedasi (form pengkajian prasedasi) dan dicatat dalam rekam medis meliputi : a) Mengidentifikasi masalah saluran pernapasan yang dapat memengaruhi jenis sedasi yang digunakan; b) Mengevaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi; c) Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan pasien berdasarkan prosedur/tindakan yang akan dilakukan; d) Pemberian sedasi secara aman; dan e) Menyimpulkan temuan hasil pemantauan pasien selama prosedur. *Penanggung jawab pelayanan anestesi. 10 5 0 TP TS TT PAB 3.2.
  34. 34 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 2. RS telah menerapkan pemantauan pasien selama dilakukan pelayanan sedasi moderat dan dalam oleh PPA yang kompeten dan di catat di rekam medik. D W Bukti penerapan pemantauan pasien selama sedasi moderat dan dalam oleh staf anestesi yang kompeten dicatat di rekam medis. *Penanggung jawab pelayanan Anestesi 10 5 0 TP TS TT 3. Kriteria pemulihan telah digunakan dan didokumentasikan untuk mengidentifikasi pasien yg sudah pulih kembali dan atau siap untuk ditransfer/dipulangkan. D W Bukti dalam rekam medis tentang kriteria pemulihan telah digunakan untuk mengidentifikasi pasien yang sudah pulih kembali dan atau siap untuk ditransfer/ dipulangkan. *Penanggung jawab pelayanan anestesi *Staf anestesi 10 5 0 TP TS TT PAB 3.2.
  35. Maksud dan Tujuan PAB 3.2. Tingkat kedalaman sedasi berlangsung dalam suatu kesinambungan mulai ringan sampai sedasi dalam dan pasien dapat berubah dari satu tingkat ke tingkat lainnya. Banyak faktor berpengaruh terhadap respons pasien dan hal ini memengaruhi tingkat sedasi pasien. Faktor2 tsb termasuk obat2an yg diberikan, rute pemberian obat dan dosis, usia pasien (anak, dewasa, serta lanjut usia), dan Riwayat kesehatan pasien. Misalnya, pasien memiliki riwayat gangguan organ utama maka kemungkinan obat yg digunakan pasien dapat berinteraksi dengan obat sedasi, alergi obat, efek samping obat sedasi atau anastesi sebelumnya. Jika status fisik pasien berisiko tinggi maka dipertimbangkan pemberian tambahan kebutuhan klinis lainnya dan diberikan tindakan sedasi yg sesuai. Pengkajian prasedasi membantu mengidentifikasi faktor yg dapat yang berpengaruh pada respons pasien terhadap tindakan sedasi dan juga dapat diidentifikasi temuan2 penting dari hasil pemantaun selama dan sesudah sedasi. PPA yg kompeten dan bertanggung jawab melakukan pengkajian prasedasi meliputi: a) mengidentifikasi masalah saluran pernapasan yang dapat memengaruhi jenis sedasi yang digunakan; b) mengevaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi; c) merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi yang diperlukan pasien berdasarkan prosedur/tindakan yang akan dilakukan; d) pemberian sedasi secara aman; dan e) menyimpulkan temuan hasil pemantauan pasien selama prosedur sedasi dan pemulihan.
  36. Cakupan dan isi pengkajian dibuat berdasar atas Panduan Praktik Klinis dan kebijakan pelayanan anastesi dan sedasi yg ditetapkan oleh RS. Pasien yg sedang menjalani tindakan sedasi dipantau tingkat kesadarannya, ventilasi dan status oksigenasi, variabel hemodinamik berdasar atas jenis obat sedasi yang diberikan, jangka waktu sedasi, jenis kelamin, dan kondisi pasien. Perhatian khusus ditujukan pada kemampuan pasien mempertahankan refleks protektif, jalan napas yg teratur dan lancar, serta respons thd stimulasi fisik dan perintah verbal. Seorang yg kompeten bertangg-jawab melakukan pemantauan status fisiologis pasien secara terus menerus dan membantu memberikan bantuan resusitasi sampai pasien pulih dengan selamat. Setelah tindakan selesai dikerjakan, pasien masih tetap berisiko terhadap komplikasi karena keterlambatan absorsi obat sedasi, dapat terjadi depresi pernapasan, dan kekurangan stimulasi akibat tindakan. Ditetapkan kriteria pemulihan untuk mengidentifikasi pasien yg sudah pulih kembali dan atau siap untuk ditransfer/dipulangkan.
  37. Standar PAB 4. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang kompeten dan telah diberikan kewenangan klinis pelayanan anestesi melakukan asesmen pra-anestesi dan prainduksi. c. Pelayanan Anestesi Elemen Penilaian PAB 4. a) Pengkajian pra-anestesi telah dilakukan untuk setiap pasien yg akan dilakukan anestesi. b) Pengkajian prainduksi telah dilakukan secara terpisah untuk mengevaluasi ulang pasien segera sebelum induksi anestesi. c) Kedua pengkajian tsb telah dilakukan oleh PPA yg kompeten dan telah diberikan kewenangan klinis didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
  38. KARS, Nico A. Lumenta 38 Pengkajian PraAnestesi h. 1/2 h. 2/2 Pengkajian PraInduksi R A A R
  39. 39 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. Pengkajian pra-anestesi telah dilakukan untuk setiap pasien yg akan dilakukan anestesi. D W Bukti dalam rekam medis tentang pelaksanaan pengkajian pra anestesi dengan konsep IAR oleh dokter anestesi sesuai PPK. *DPJP *Pasien/keluarga. 10 5 0 TP TS TT 2. Pengkajian prainduksi telah dilakukan secara terpisah untuk mengevaluasi ulang pasien segera sebelum induksi anestesi. D W Bukti dalam rekam medis tentang pelaksanaan pengkajian pra induksi dengan konsep IAR oleh dokter anestesi sesuai PPK. *DPJP. 10 5 0 TP TS TT 3. Kedua pengkajian tsb telah dilakukan oleh PPA yg kompeten dan telah diberikan kewenangan klinis didokumentasikan dalam rekam medis pasien. D W Bukti pengkajian pra anestesi dan pra induksi terisi lengkap dan ditanda tangani oleh PPA yang kompeten. *Dokter Anestesi. 10 5 0 TP TS TT PAB 4.
  40. Maksud dan Tujuan PAB 4. Oleh karena anestesi memiliki risiko tinggi maka pemberiannya harus direncanakan dengan hati2. Pengkajian pra-anestesi adalah dasar perencanaan ini utk mengetahui temuan pemantauan selama anestesi dan pemulihan yg mungkin bermakna, dan juga utk menentukan obat analgesi apa utk pascaoperasi. Pengkajian pra-anestesi juga memberikan informasi yg diperlukan untuk: a) mengetahui masalah saluran pernapasan; b) memilih anestesi dan rencana asuhan anestesi; c) memberikan anestesi yg aman berdasar atas pengkajian pasien, risiko yg ditemukan, dan jenis tindakan; d) menafsirkan temuan pada waktu pemantauan selama anestesi dan pemulihan; dan e) memberikan informasi obat analgesia yg akan digunakan pascaoperasi. Dr Sp anestesi akan melakukan pengkajian pra-anestesi yg dapat dilakukan sebelum masuk ranap atau sebelum dilakukan tindakan bedah atau sesaat menjelang operasi, misalnya pada pasien darurat. Asesmen prainduksi terpisah dari asesmen pra-anestesi, krn difokuskan pada stabilitas fisiologis dan kesiapan pasien utk tindakan anestesi, dan berlangsung sesaat sebelum induksi anestesi. Jika anestesi diberikan secara darurat maka pengkajian pra-anestesi dan prainduksi dapat dilakukan berurutan atau simultan, namun dicatat secara terpisah.
  41. Standar PAB 5. Risiko, manfaat, dan alternatif tindakan sedasi atau anestesi didiskusikan dengan pasien dan keluarga atau orang yg dapat membuat keputusan mewakili pasien sesuai dengan peraturan perUUan. Elemen Penilaian PAB 5. a) RS telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yg akan memberikan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat, alternatif dan analagsia analgesia pasca tindakan sedasi atau anastesi. b) Pemberian informasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan anestesi/sedasi. Maksud dan Tujuan PAB 5. Rencana tindakan sedasi atau anastesi harus diinformasikan kepada pasien, keluarga pasien, atau mereka yg membuat keputusan mewakili pasien tentang jenis sedasi, risiko, manfaat, dan alternatif terkait tindakan tsb. Informasi tsb sebagai bagian dari proses mendapat persetujuan tindakan kedokteran untuk tindakan sedasi atau anestesi sesuai dgn peraturan perUUan yang berlaku.
  42. 42 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yg akan memberikan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat, alternatif dan analagsia pasca tindakan sedasi atau anastesi. D W Bukti penerapan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yang akan memberikan keputusan tentang jenis, risiko, manfaat, alternatif dan analgesia pasca tindakan sedasi atau anestesi. *DPJP *Pasien/keluarga….. 10 5 0 TP TS TT 2. Pemberian informasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan anestesi/sedasi. D W Bukti dalam rekam medis pemberian informasi dilakukan oleh dokter spesialis anestesi dan didokumentasikan di formulir persetujuan atau penolakan tindakan anastesi/sedasi. *Dokter Anestesi *Dokter Bedah 10 5 0 TP TS TT PAB 5.
  43. 43
  44. Standar PAB 6. Status fisiologis setiap pasien selama tindakan sedasi atau anestesi dipantau sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien. Elemen Penilaian PAB 6. a) Frekuensi dan jenis pemantauan selama tindakan anestesi dan pembedahan didasarkan pada status praanestesi pasien, anestesi yg digunakan, serta prosedur pembedahan yang dilakukan. b) Pemantauan status fisiologis pasien sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
  45. 45 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. Frekuensi dan jenis pemantauan selama tindakan anestesi dan pembedahan didasarkan pada status praanestesi pasien, anestesi yg digunakan, serta prosedur pembedahan yang dilakukan. D W Bukti tentang pelaksanaan jenis pemantauan selama tindakan sedasi dan anestesi dan pembedahan didasarkan pada status praanestesi pasien, anestesi yang digunakan, serta prosedur pembedahan yang dilakukan pencatatan dengan frekuensi sesuai regulasi. Termasuk bukti pemantauan anestesi lokal. *Dokter Anestesi *Dokter Bedah 10 5 0 TP TS TT 2. Pemantauan status fisiologis pasien sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan didokumentasikan dalam rekam medis pasien. D W Bukti dalam rekam medis tentang pemantauan status fisiologis pasien yang menjalani anestesi. *Dokter Anestesi *Staf Anestesi 10 5 0 TP TS TT PAB 6.
  46. Maksud dan Tujuan PAB 6. Pemantauan fisiologis akan memberikan informasi mengenai status pasien selama tindakan anestesi (umum, spinal, regional dan lokal) dan masa pemulihan. Hasil pemantauan akan menjadi dasar untuk mengambil keputusan intraoperasi yang penting dan juga menjadi dasar pengambilan keputusan pascaoperasi seperti pembedahan ulang, pemindahan ke tingkat perawatan lain, atau pemulangan pasien. Informasi hasil pemantauan akan memandu perawatan medis dan keperawatan serta mengidentifikasi kebutuhan diagnostik dan layanan lainnya. Temuan pemantauan dimasukkan ke dalam rekam medis pasien. Metode pemantauan bergantung pada status praanestesi pasien, pemilihan jenis tindakan anestesi, dan kerumitan pembedahan atau prosedur lainnya yg dilakukan selama tindakan anestesi. Meskipun demikian, pemantauan menyeluruh selama tindakan anestesi dan pembedahan dalam semua kasus harus sesuai dengan panduan praktik klinis (PPK) dan kebijakan RS. Hasil pemantauan didokumentasikan dalam rekam medis.
  47. Standar PAB 6.1. Status pasca anestesi pasien dipantau dan didokumentasikan, dan pasien dipindahkan /ditransfer /dipulangkan dari area pemulihan oleh PPA yang kompeten dengan menggunakan kriteria baku yang ditetapkan RS. Elemen Penilaian PAB 6.1. a) RS telah menerapkan pemantauan pasien pascaanestesi baik di ruang intensif maupun di ruang pemulihan dan didokumentasikan dlm rekam medis pasien. b) Pasien dipindahkan dari unit pascaanestesi (atau pemantauan pemulihan dihentikan) sesuai dgn kriteria baku yg ditetapkan dgn alternatif a) – c) pada maksud dan tujuan. c) Waktu dimulai dan dihentikannya proses pemulihan dicatat di dalam rekam medis pasien.
  48. 48 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah menerapkan pemantauan pasien pasca anestesi baik di ruang intensif maupun di ruang pemulihan dan didokumentasikan dlm rekam medis pasien. D W Bukti dalam rekam medis tentang pemantauan pasien pascaanestesi baik di ruang intensif maupun di ruang pemulihan. *Dokter Anestesi, *Staf Anestesi. 10 5 0 TP TS TT 2. Pasien dipindahkan dari unit pascaanestesi (atau pemantauan pemulihan dihentikan) sesuai dgn kriteria baku yg ditetapkan dgn alternatif a) – c) pada maksud dan tujuan. D W Bukti dalam rekam medis ttg pelaksanaan pemindahan pasien dari unit pascaanestesi (atau pemantauan pemulihan dihentikan) sesuai dgn kriteria dengan alternatif : a) Pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang Dr Sp Anestesi yg kompeten berdasarkan kriteria pascaanestesi yg ditetapkan oleh RS. b) pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang perawat atau penata anastesi yg kompeten berdasarkan kriteria pascaanestesi yg ditetapkan oleh RS, tercatat dalam rekam medis bahwa kriteria tsb terpenuhi. c) Pasien dipindahkan ke unit yg mampu menyediakan perawatan pascaanestesi misalnya di unit perawatan intensif. *Staf anestesi. 10 5 0 TP TS TT PAB 6.1.
  49. 49 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 3. Waktu dimulai dan dihentikannya proses pemulihan dicatat di dalam rekam medis pasien. D W Bukti dalam rekam medis tentang waktu dimulai dan dihentikannya proses pemulihan *Staf Anestesi 10 5 0 TP TS TT PAB 6.1.
  50. Maksud dan Tujuan PAB 6.1. Pemantauan selama anestesi menjadi dasar pemantauan saat pemulihan pascaanestesi. Pemantauan pasca anestesi dapat dilakukan di ruang rawat intensif atau di ruang pulih. Pemantauan pasca anestesi di ruang rawat intensif bisa direncanakan sejak awal sebelum tindakan operasi atau sebelumnya tidak direncanakan berubah dilakukan pemantauan di ruang intensif atas hasil keputusan PPA anestesi dan atau PPA bedah berdasarkan penilaian selama prosedur anestesi dan atau pembedahan. Bila pemantauan pasca anestesi dilakukan di ruang intensif maka pasien langsung di transfer ke ruang rawat intensif dan tatalaksana pemantauan selanjutnya secara berkesinambungan dan sistematis berdasarkan instruksi DPJP di ruang rawat intensif serta didokumentasikan. Bila pemantauan dilakukan di ruang pulih maka pasien dipantau secara berkesinambungan dan sistematis serta didokumentasikan. Pemindahan pasien dari area pemulihan pascaanestesi atau penghentian pemantauan pemulihan dilakukan dgn salah satu berdasarkan beberapa alternatif sbb:
  51. Pemindahan pasien dari area pemulihan pascaanestesi atau penghentian pemantauan pemulihan dilakukan dgn salah satu berdasarkan beberapa alternatif sbb: a) pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang ahli anestesi yg kompeten. b) pasien dipindahkan (atau pemantauan pemulihan dihentikan) oleh seorang perawat atau penata anastesi yg kompeten berdasarkan kriteria pascaanestesi yang ditetapkan oleh RS, tercatat dalam rekam medis bahwa kriteria tsb terpenuhi. c) pasien dipindahkan ke unit yang mampu menyediakan perawatan pascaanestesi misalnya di unit perawatan intensif. Waktu masuk dan keluar dari ruang pemulihan (atau waktu mulai dan dihentikannya pemantauan pemulihan) didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
  52. 52 Contoh Form Pengkajian Pra Bedah, PAB 7.
  53. Standar PAB 7. Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasar atas hasil pengkajian dan dicatat dalam rekam medis pasien. d. Pelayanan Pembedahan Elemen Penilaian PAB 7. a) RS telah menerapkan pengkajian prabedah pada pasien yg akan dioperasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai. b) Diagnosis praoperasi dan rencana prosedur/tindakan operasi berdasarkan hasil pengkajian prabedah dan didokumentasikan di rekam medik.
  54. 54 PAB.7 : Pengkajian Pra Bedah 1. Pasien masuk dan dgn IAR, hasil pengkajian rencana tindakan bedah definitif. Pendokumentasian sesuai Std PP 1, 1.1. (Form pengkajian awal) 2. Pasien masuk pengkajian (bedah) awal belum definitif tindakan bedah. Setelah pemeriksaan2 tambahan maka pengkajian bedah IAR telah ditetapkan tindakan bedahnya. Pendokumentasian pada poin 2 ini: CPPT atau Form lain sesuai regulasi RS. 3. Pasien masuk, pengkajian misalnya oleh DPJP Penyakit Dalam. Setelah 4 hari, konsul bedah utk tindakan bedah. Pengkajian Prabedah: pendokumentasian poin 3: CPPT atau Form lain sesuai regulasi RS. Pengkajian Prabedah =PP 1, 1.1 (=PAB 7) Rawat Inap à Pengk Awal Bedah/P.Dalam à PP 1, 1.1 Rawat Inap à Pengkajian Prabedah di CPPT / form tertentu. (=PAB 7)
  55. 55 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah menerapkan pengkajian prabedah pada pasien yg akan dioperasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai. R D W Regulasi Pelayanan Pembedahan yang mengatur tatakelola pembedahan mulai dari penjadwalan, pengkajian, informed consent, rencana asuhan pascabedah. 1) Bukti dalam rekam medis tentang penerapan pengkajian prabedah pada pasien yang akan dioperasi oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebelum operasi dimulai, sesuai regulasi rumah sakit. 2) Bukti sesuai Std PP 1.1. *DPJP 10 5 0 TP TS TT 2. Diagnosis praoperasi dan rencana prosedur/tindakan operasi berdasarkan hasil pengkajian prabedah dan didokumentasikan di rekam medik. D W Bukti dalam rekam medis tentang diagnosis praoperasi dan rencana prosedur/tindakan operasi berdasarkan hasil pengkajian prabedah. *DPJP 10 5 0 TP TS TT PAB 7.
  56. Maksud dan Tujuan PAB 7. Karena prosedur bedah mengandung risiko tinggi maka pelaksanaannya harus direncanakan dgn saksama. Pengkajian prabedah menjadi acuan untuk menentukan jenis tindakan bedah yg tepat dan mencatat temuan penting. Hasil pengkajian prabedah memberikan informasi tentang: a) Tindakan bedah yang sesuai dan waktu pelaksanaannya; b) Melakukan tindakan dengan aman; dan c) Menyimpulkan temuan selama pemantauan. Pemilihan teknik operasi bergantung pada riwayat pasien, status fisik, data diagnostik, serta manfaat dan risiko tindakan yg dipilih. Untuk pasien yg saat masuk RS langsung dilayani oleh dokter bedah, pengkajian prabedah menggunakan formulir pengkajian awal ranap. Sedangkan pasien yg dikonsultasikan di tengah perawatan oleh DPJP lain dan diputuskan operasi maka pengkajian prabedah dapat dicatat di rekam medis sesuai kebijakan RS. Hal ini termasuk diagnosis praoperasi dan pascaoperasi serta nama tindakan operasi.
  57. Standar PAB 7.1. Risiko, manfaat dan alternatif tindakan pembedahan didiskusikan dgn pasien dan atau keluarga atau pihak lain yg berwenang yg memberikan keputusan. Elemen Penilaian PAB 7.1. a) RS telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yg akan memberikan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat, komplikasi dan dampak serta alternatif prosedur/teknik terkait dgn rencana operasi (termasuk pemakaian produk darah bila diperlukan) kepada pasien dan atau keluarga atau mereka yg berwenang memberi keputusan. b) Pemberian informasi dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran.
  58. 58 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah menerapkan pemberian informasi kepada pasien dan atau keluarga atau pihak yg akan memberikan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat, komplikasi dan dampak serta alternatif prosedur/teknik terkait dgn rencana operasi (termasuk pemakaian produk darah bila diperlukan) kepada pasien dan atau keluarga atau mereka yg berwenang memberi keputusan. D W Bukti ttg pelaksanaan pemberian informasi kpd pasien dan atau keluarga atau pihak yang akan memberikan keputusan ttg jenis, risiko, manfaat, komplikasi dan dampak serta alternatif prosedur/teknik terkait dgn rencana operasi (termasuk pemakaian produk darah bila diperlukan) kepada pasien dan atau keluarga atau mereka yg berwenang memberi keputusan, meliputi: a) Risiko dari rencana tindakan operasi; b) Manfaat dari rencana tindakan operasi; c) Memungkinan komplikasi dan dampak; d) Pilihan operasi atau nonoperasi (alternatif) yang tersedia untuk menangani pasien; e) Sebagai tambahan jika dibutuhkan darah atau produk darah, sedangkan risiko dan alternatifnya didiskusikan. *DPJP, *Pasien/keluarga. 10 5 0 TP TS TT 2. Pemberian informasi dilakukan oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) didokumentasikan dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran. D W Bukti ttg pemberian informasi dilakukan oleh DPJP didokumentasikan dalam formulir persetujuan atau penolakan tindakan kedokteran. *DPJP 10 5 0 TP TS TT PAB 7.1.
  59. Maksud dan Tujuan PAB 7.1. Pasien, keluarga, dan mereka yg memutuskan mendapatkan penjelasan untuk berpartisipasi dalam keputusan asuhan pasien dengan memberikan persetujuan (consent). Untuk memenuhi kebutuhan pasien maka penjelasan tsb diberikan oleh DPJP yg dalam keadaan darurat dapat dibantu oleh dokter di unit GD. Informasi yg disampaikan meliputi: a) Risiko dari rencana tindakan operasi; b) Manfaat dari rencana tindakan operasi; c) Memungkinan komplikasi dan dampak; d) Pilihan operasi atau nonoperasi (alternatif) yang tersedia untuk menangani pasien; e) Sebagai tambahan jika dibutuhkan darah atau produk darah, sedangkan risiko dan alternatifnya didiskusikan.
  60. Standar PAB 7.2. Informasi yang terkait dengan operasi dicatat dalam laporan operasi dan digunakan untuk menyusun rencana asuhan lanjutan. Elemen Penilaian PAB 7.2. a) Laporan operasi memuat poin a) – h) pada maksud dan tujuan serta dicatat pada formular/template yang ditetapkan RS. b) Laporan operasi telah tersedia segera setelah operasi selesai dan sebelum pasien dipindah ke ruang lain untuk perawatan selanjutnya.
  61. 61 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. Laporan operasi memuat poin a) – h) pada maksud dan tujuan serta dicatat pada formular/template yang ditetapkan RS. D W Bukti tentang pelaksanaan laporan operasi dalam formulir laporan operasi yang memuat : a) Diagnosis pascaoperasi; b) Nama dokter bedah dan asistennya; c) Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan; d) Ada dan tidak ada komplikasi; e) Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa; f) Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat transfusi; g) Nomor pendaftaran alat yang dipasang (implan), (bila mempergunakan); h) Tanggal, waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab. *DPJP 10 5 0 TP TS TT 2. Laporan operasi telah tersedia segera setelah operasi selesai dan sebelum pasien dipindah ke ruang lain untuk perawatan selanjutnya. D W 1) Bukti laporan operasi terisi lengkap sebelum pasien dipindah ke ruang lain untuk perawatan selanjutnya. 2) Bukti laporan operasi bila dilakukan di ruang intensif *DPJP 10 5 0 TP TS TT PAB 7.2.
  62. Maksud dan Tujuan PAB 7.2. Asuhan pasien pascaoperasi bergantung pada temuan dalam operasi. Hal yg terpenting adalah semua tindakan dan hasilnya dicatat di rekam medis pasien. Laporan ini dapat dibuat dalam bentuk format template atau dalam bentuk laporan operasi tertulis sesuai dengan regulasi RS. Laporan yg tercatat tentang operasi memuat paling sedikit: a) Diagnosis pascaoperasi; b) Nama dokter bedah dan asistennya; c) Prosedur operasi yang dilakukan dan rincian temuan; d) Ada dan tidak ada komplikasi; e) Spesimen operasi yang dikirim untuk diperiksa; f) Jumlah darah yang hilang dan jumlah yang masuk lewat transfusi; g) Nomor pendaftaran alat yg dipasang (implan), (bila mempergunakan) h) Tanggal, waktu, dan tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
  63. Standar PAB 7.3. Rencana asuhan pascaoperasi disusun, ditetapkan dan dicatat dalam rekam medis. Elemen Penilaian PAB 7.3. a) Rencana asuhan pascaoperasi dicatat di rekam medis pasien dalam waktu 24 jam oleh dokter penanggung jawab pelayanan(DPJP). b) Rencana asuhan pascaoperasi termasuk rencana asuhan medis, keperawatan, oleh PPA lainnya berdasar atas kebutuhan pasien. c) Rencana asuhan pascaoperasi diubah berdasarkan pengkajian ulang pasien.
  64. 64 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. Rencana asuhan pascaoperasi dicatat di rekam medis pasien dalam waktu 24 jam oleh dokter penanggung jawab pelayanan(DPJP). D W Bukti rencana asuhan pascaoperasi dicatat di rekam medis dalam waktu 24 jam oleh dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP). *DPJP. 10 5 0 TP TS TT 2. Rencana asuhan pascaoperasi termasuk rencana asuhan medis, keperawatan, oleh PPA lainnya berdasar atas kebutuhan pasien. D W 1) Bukti dalam rekam medis rencana asuhan pascaoperasi termasuk rencana asuhan medis, keperawatan, oleh PPA lainnya berdasar atas kebutuhan pasien. à verifikasi DPJP 2) Rencana pascaoperasi dapat dibuat sebelum operasi. *DPJP, *Dokter yang menerima delegasi, *Perawat, *PPA lain. 10 5 0 TP TS TT 3. Rencana asuhan pascaoperasi diubah berdasarkan pengkajian ulang pasien. D W Bukti dalam rekam medis rencana asuhan pascaoperasi diubah /dikembangkan berdasarkan pengkajian ulang pasien. *DPJP, *Dokter yang menerima delegasi, *Perawat, *PPA lain. 10 5 0 TP TS TT PAB 7.3.
  65. 65 PAB 7.3. Rencana Postoperasi
  66. Maksud dan Tujuan PAB 7.3. Kebutuhan asuhan medis, keperawatan, dan profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya sesuai dgn kebutuhan setiap pasien pascaoperasi berbeda bergantung pada tindakan operasi dan riwayat kesehatan pasien. Beberapa pasien mungkin membutuhkan pelayanan dari PPA lain atau unit lain seperti rehabilitasi medik atau terapi fisik. Penting membuat rencana asuhan tsb termasuk tingkat asuhan, metode asuhan, tindak lanjut monitor atau tindak lanjut tindakan, kebutuhan obat, dan asuhan lain atau tindakan serta layanan lain. Rencana asuhan pascaoperasi dapat dimulai sebelum tindakan operasi berdasarkan asesmen kebutuhan dan kondisi pasien serta jenis operasi yang dilakukan. Rencana asuhan pasca operasi juga memuat kebutuhan pasien yang segera. Rencana asuhan dicacat direkam medik pasien dalam waktu 24 jam dan diverifikasi oleh DPJP sebagai pimpinan tim klinis untuk memastikan kontuinitas asuhan selama waktu pemulihan dan masa rehabilitasi.
  67. Standar PAB 7.4. Perawatan bedah yg mencakup implantasi alat medis direncanakan dgn pertimbangan khusus ttg bagaimana memodifikasi proses dan prosedur standar. Elemen Penilaian PAB 7.4. a) RS telah mengidentifikasi jenis alat implan yg termasuk dalam cakupan layanannya. b) Kebijakan dan praktik mencakup poin a) – h) pada maksud dan tujuan. c) RS mempunyai proses utk melacak implan medis yg telah digunakan pasien. d) RS menerapkan proses untuk menghubungi dan memantau pasien dalam jangka waktu yg ditentukan setelah menerima pemberitahuan adanya penarikan/recall suatu implan medis.
  68. 68 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 1. RS telah mengidentifikasi jenis alat implan yg termasuk dalam cakupan layanannya. R Regulasi tentang penetapan jenis alat implan yang termasuk dalam pelayanan RS. 10 5 0 TP TS TT 2. Kebijakan dan praktik mencakup poin a) – h) pada maksud dan tujuan. R Regulasi tentang penggunaan implan bedah berupa hal hal yang meliputi: a) Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundangan. b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan implan di kamar operasi dan pertimbangan khusus utk penandaan lokasi operasi. c) Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan implan (staf dari pabrik/perusahaan implan untuk mengkalibrasi). d) Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implant. e) Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan pabrik. f) Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus. g) Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi. h) kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan kembali (recall) alat medis misalnya dengan menempelkan barcode alat di rekam medis. 10 5 0 TP TS TT PAB 7.4.
  69. 69 Elemen Penilaian Instrumen Survei KARS Skor 3. RS mempunyai proses utk melacak implan medis yg telah digunakan pasien. D W Bukti proses untuk melacak implan medis yang telah digunakan pasien, Rumah Sakit (kamar Operasi) mempunyai format pelaporan penggunaan implan yang dapat ditelusur bila diperlukan. *Kepala/staf unit kamar operasi *Kepala/staf unit farmasi 10 5 0 TP TS TT 4. RS menerapkan proses untuk menghubungi dan memantau pasien dalam jangka waktu yg ditentukan setelah menerima pemberitahuan adanya penarikan/recall suatu implan medis. D W Bukti pelaksanaan proses untuk melacak pasien dalam jangka waktu yg ditentukan setelah menerima pemberitahuan adanya recall implan medis. Untuk penerapan traceability, saran agar RS meminta pasien melapor bila ada perubahan alamat/no kontak. *Kepala/staf unit kamar operasi *Kepala/staf unit farmasi PAB 7.4.
  70. Maksud dan Tujuan PAB 7.4. Banyak tindakan bedah menggunakan implan yg menetap/ permanen maupun temporer antara lain panggul/lutut prostetik, pacu jantung, pompa insulin. Tindakan operasi seperti ini mengharuskan tindakan operasi rutin yg dimodifikasi dgn mempertimbangkan faktor khusus seperti: a)Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundangan. b) Modifikasi surgical safety checklist utk memastikan ketersediaan implan di kamar operasi dan pertimbangan khusus utk penandaan lokasi operasi. c) Kualifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yg dibutuhkan untuk pemasangan implan (staf dari pabrik/ perusahaan implan untuk mengkalibrasi). d) Proses pelaporan jika ada kejadian yg tidak diharapkan terkait implan. e) Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dgn standar/aturan pabrik. f) Pertimbangan pengendalian infeksi yg khusus. g) Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi. h) kemampuan penelusuran (traceability) alat jika terjadi penarikan kembali (recall) alat medis misalnya dengan menempelkan barcode alat di rekam medis.
  71. 71
  72. 72 (Lampiran Hal 65-80)
  73. dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes, FISQua Komisi Akreditasi Rumah Sakit Std Pelayanan Anestesi dan Bedah (PAB) & Instrumen Survei KARS WORKSHOP STANDAR AKREDITASI RUMAH SAKIT KEMKES (STARKES) KERJASAMA KARS DENGAN PERSI DAERAH SUMATERA BARAT HOTEL GRAND ZURI PADANG, TANGGAL 24 – 25 JUNI 2022
Advertisement