SlideShare a Scribd company logo
1 of 91
Download to read offline
INA-CBG
Dasar Hukum
Permenkes No.76 Tahun 2016
Pasal 1
Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-CBG)
dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
merupakan acuan bagi fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan, dan pihak lain yang terkait mengenai
metode pembayaran INA-CBG dalam penyelenggaraan
Jaminan Kesehatan.
DEFINISI
• Case - Mix
Suatu sistem pengklasifikasian penyakit yang
mengkombinasikan antara sekelompok penyakit dengan
karakteristik klinik serupa dengan biaya perawatan selama
dirawat disuatu rumah sakit
• Cara pembayaran oleh penyandang dana
- besar biaya tidak berdasar jenis dan jumlah layanan
yang diberikan untuk setiap pasien
- tapi berdasarkan kesepakatan harga menurut
kelompok diagnosis penyakit (CBG’s) dimana pasien
tersebut termasuk
Sejarah singkat INA-CBG
Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun
2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group).
Implementasi pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1
September 2008 di 15 rumah sakit milik Kementerian Kesehatan RI,
dan pada 1 Januari 2009 diperluas untuk seluruh rumah sakit yang
bekerja sama menjadi penyedia pelayanan kesehatan dalam program
Jamkesmas. Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan
nomenklatur dari INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group)
menjadi INA-CBG (Indonesia Case Based Group) seiring dengan
perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation
University) Grouper. Kemudian, dengan implementasi Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai 1 Januari 2014, sistem INA-
CBG kembali digunakan sebagai metode pembayaran pelayanan baik
rawat jalan maupun rawat inap kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjut (FKRTL).
CASE-MIX 2005
Tujuan
Tujuan dari Sistem pembiayaan prospektif adalah :
1. mengendalikan biaya kesehatan
2. mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu
sesuai standar
3. membatasi pelayanan kesehatan yang tidak
diperlukan
4. mempermudah administrasi klaim
5. mendorong provider untuk melakukan kendali
biaya (cost containment)
Principle Diagnosis
International Classification of Disease (ICD)
Medical (ICD X)
Principle Diagnosis,
Specific Conditions,
Symptoms, Other
Surgical (ICD IX CM)
Type of Surgery
Major, Minor,
Other unrelated Dx
Others
CASE - MIX
Complication, Co-morbidities
or age split
Diagnosis Related Groups (DRG)
Major Diagnostic Category ( 23 groups )
severitas
CONTOH KODE INA-CBGs
Alur Klaim JKN
Resume
Medis
Koding
ICD-10& ICD
9CM
Grouper
INA-
CBG
INA-CBG
Coded:
Diagnosis: Primary
Secondary
Procedure: Primary
Secondary
Pasien
pulang
Contoh : INA-CBGs (Rawat Inap) Prosedur Payudarah
NO Kode INA-CBG Deskripsi
1 L-1-50-I Prosedur pada payudara ringan
2 L-1-50-II Prosedur pada payudara sedang
3 L-1-50-III Prosedur pada payudara berat
ATURAN KODING INA-CBG
ICD-10 & 9CM
Permenkes
Surat Edaran
EPISODE PERAWATAN
RAWAT INAP RAWAT JALAN
Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari
pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk
konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan
penunjang maupun pemeriksaan lainnya.
1) Episode rawat jalan
 Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi
antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama.
Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari
yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
 Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang
dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai
indikasi medis, dianggap sebagai episode baru.
1) Episode rawat jalan
 Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi
antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi
medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama.
Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari
yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
 Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang
dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai
indikasi medis, dianggap sebagai episode baru.
EpisodeEpisode
DIKLAIMKAN SETIAP
KUNJUNGAN
Rehab Psikososial
Pelayanan Gigi
Transpfusi
Radioterapi
Kemoterapi
Rehab Medik
Pelayanaan Berkelanjutan di Rawat Jalan
d. Pasien yang datang ke rumah
sakit mendapatkan pelayanan rawat
jalan pada satu atau lebih klinik
spesialis pada hari yang sama,
terdiri dari satu atau lebih diagnosis,
dimana diagnosis berhubungan atau
tidak berhubungan, dihitung sebagai
satu episode
Ketentuan
tambahan
terkait
episode
rawat inap
a. Perlayanan rawat inap menjadi kelanjutan dari proses
perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka pelayanan
tersebur sudah termasuk satu episode rawat inap
b. Pelayanan IGD lebih dari 6 jam, telah mendapatkan
pelayanan rawat inap dan secara administrasi telah menjadi
pasien rawat inap termasuk episode rawat inap
c. Dalam hal pasien telah mendapatkan pelayanan
rawat inap yang lama perawatan kurang dari 6 jam
dan pasien meninggal termasuk episode rawat inap
2. Episode Rawat Inap
f) Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam
keadaan darurat pada hari pelayanan yang
sama, maka keadaan darurat tersebut
dianggap sebagai episode baru walaupun
dengan diagnosis yang sama.
Pasien
rawat yang
batal
operasi
a. Pasien batal operasi atas alasan medis dan harus dilakukan
rawat inap atas kondisi tersebut maka ditagihkan sebagai
rawat inap dengan diagnosa yang menyebab bata operasi
b. Pasien batal operasi atas alasan medis namun dapat
dilakukan terapi rawat jalan atau pulang dapat diklaimkan
sebagai rawat dengan menggunakan kode Z53,-
c. Pasien batal operasi atas alasan kurangnya
persiapan operasi oleh FKRTL maka tidak dapat
ditagihkan
2. Ketentuan batal operasi
ATURAN KODING INA-CBG
•DOKTER
menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder apabila ada
sesuai dengan ICD 10 serta menulis seluruh prosedur/tindakan yang telah
dilaksanakan dan membuat resume medis pasien secara lengkap dan jelas selama
pasien dirawat di rumah sakit.
•KODER
melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi
oleh dokter yang merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa
dan ICD 9 CM untuk prosedur/tindakan
ANALISIS DOKUMEN
REKAM MEDIS
Tujuan : agar kode terpilih dapat merepresentasikan dengan
tepat isi dokumen rekam medis episode ybs
Bagian RM yang dianalisis :
• Resume (Anamnesis, Pem. Fisik,Diagnosis, Terapi, Follow-up)
• Pemeriksaan Penunjang (Patologi Klinik, Patologi Anatomi,
Radiologi, dll)
• Laporan lain (Operasi, Fisioterapi, dll)
Rekam medis Resume medis
Standar Coding WHO
Entry data atau import
data dari data warehouse
Kode Diagnosis Utama
sesuai resume dengan
memenuhi aturan coding,
kemudian kode diagnosis
sekunder
Kode Prosedur Utama yang
berhubungan dengan
Diagnosis Utama dilanjutkan
dengan mengkode prosedur-
prosedur lainnya.
Jika diagnosis utama atau
diagnosis sekunder adalah
cedera/injury harus diikuti dengan
penyebab luar (external cause)
yang relevan dengan
diagnosisnya.
Jika diagnosis utama atau diagnosis
sekunder adalah
Neoplasma harus diikuti dengan
kode Morfology untuk
menggambarkan histology dan
behavior (sifat, prilaku) nya
Review hasil
pengkodean dan
Grouping INA CBG
Konfirmasi Identifikasi
pasien untuk
memastikan data
demografi, ID Pasien,
episode perawatan
sesuai dengan rekam
medis yang akan dikode
Prosedur Utama secara
khusus berhubungan dengan
Diagnosis Utama. Pada
episode ini proses editing
coding harus meggunakan
peraturan utk coding CBG. Ini
termasuk jenis kelamin dan
usia.
Pilihan proses coding
1.Review seluruh record,
membuat daftar kode, lalu
masuk ke software koding
2. Mengkode semua
diagnosis selanjutnya
Mengkode semua Prosedur
secara berurutan
3. Mengkode baik diagnosis
maupun prosedur saat
membaca rekam medis.
4.Proses editing harus
mencerminkan aturan
untuk pengkodean diagnosis
utama dan prosedur utama
PDX & Additional DxPatient demographics PPx & other Px Injury & external cause Morphology & Histology Check & group
Aturan WHO untuk menentukan
kode morfologi dan kode histologi
diterapkan dalam proses ini.
Neoplasma dapat benign (jinak)
atau malignant (ganas)
Kode External Cause ada 3
komponen:
1. Bagaimana terjadinya –
How
2. Dimana kejadiannya -
Place
3. Apa yang dilakukan oleh
pasien - Activity
Pada proses ini “summary editor”
digunakan untuk memeriksa
aturan coding dan kesiapan
untuk grouping. Setelah
grouping, dihasilkan pengesahan
summary yang berisi semua data
casemix yang relevan untuk
pencetakan dan penyimpanan
ICD10 ICD9CM V01-Y98 M8000/0-M9989/1
Verifikator
Koder
Dokter Koder
Koding dalam INA–CBG menggunakan ICD-10 revisi
Tahun 2010 untuk mengkode diagnosis utama dan
diagnosis sekunder serta menggunakan ICD-9- CM
revisi Tahun 2010 untuk mengkode
tindakan/prosedur. Sumber data untuk mengkode
INA-CBG berasal dari resume medis yaitu data
diagnosis dan tindakan/prosedur, apabila diperlukan
dapat dilihat dalam berkas rekam medis. Ketepatan
koding diagnosis dan tindakan/prosedur sangat
berpengaruh terhadap hasil grouper dalam aplikasi
INA-CBG.
Aturan koding dalam ICD 10 :
a.Jika dalam ICD 10 terdapat catatan
“Use additional code, if desired, to
identify specified condition” maka
kode tersebut dapat digunakan
sesuai dengan kondisi pasien.
b. Pengkodean sistem dagger (†) dan asterisk (*) Jika
diagnosis utama yang ditegakkan dokter dalam ICD 10
menggunakan kode dagger dan asterisk maka yang dikode
sebagai diagnosis utama adalah kode dagger, sedangkan
kode asterisk sebagai diagnosis sekunder.
Namun jika diagnosis sekunder yang ditegakkan dokter
dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan asterisk, maka
kode tersebut menjadi diagnosis sekunder. Tanda dagger (†)
dan asterisk (*) tidak diinput di dalam aplikasi INA-CBG.
• Contoh :
Diagnosis Utama : Pneumonia measles Diagnosis
Sekunder : -
Dikode measles complicated by pneumonia (B05.2†) sebagai
diagnosis utama dan pneumonia in viral disease classified
elsewhere (J17.1*) sebagai diagnosis sekunder.
• Contoh :
Diagnosis Utama : DM Type II
Diagnosis Sekunder : Arthitis pada penyakit Lyme
Dikode DM Type II (E11.9) sebagai diagnosis utama,
Lyme disease (A69.2†) sebagai diagnosis sekunder dan arthitis in
Lyme disease (M01.2*) sebagai diagnosis sekunder
Contoh :
Diagnosis Utama : Anemia
Diagnosis Sekunder : Ca Mammae
Dikode Ca Mammae (C50.9†) sebagai diagnosis utama dan
anemia (D63.0*) sebagai diagnosis sekunder.
Contoh :
Diagnosis Utama : Anemia
Diagnosis Sekunder : Kronik Renal Failure
Dikode Kronik Renal Failure (N18.9†) sebagai diagnosis utama,
anemia (D63.8*) sebagai diagnosis sekunder.
c. Pengkodean dugaan kondisi, gejala, penemuan
abnormal, dan situasi tanpa penyakit Jika pasien
dalam episode rawat, koder harus hati-hati dalam
mengklasifikasikan Diagnosis Utama pada Bab XVIII
(Kode R) dan XXI (Kode Z). Jika diagnosis yang lebih
spesifik belum ditegakkan sampai akhir episode
perawatan atau tidak ada penyakit atau cedera pada
saat dirawat yang bisa dikode, maka kode dari Bab
XVIII dan XXI dapat digunakan sebagai kode
diagnosis utama (lihat juga Rules MB3 dan MB5).
• Contoh :
Diagnosis Utama : Dugaan neoplasma ganas serviks – setelah
dilakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan hasil bukan
neoplasma ganas serviks
Diagnosis Sekunder : -
Dikode observasi dugaan neoplasma ganas (Z03.1) sebagai
diagnosis utama.
Contoh :
Diagnosis Utama : Infark miokardium -
ternyata bukan
Diagnosis Sekunder : -
Dikode observasi dugaan infark miokardium (Z03.4) sebagai
diagnosis utama.
d. Pengkodean kondisi multiple Jika kondisi
multiple dicatat di dalam kategori berjudul
“Multiple ...”, dan tidak satu pun kondisi yang
menonjol, kode untuk kategori “Multiple ...”,
harus dipakai sebagai kode diagnosis utama,
dan setiap kondisi lain menjadi kode diagnosis
sekunder. Pengkodean seperti ini digunakan
terutama pada kondisi yang berhubungan
dengan penyakit HIV, cedera dan sekuele.
•Contoh :
Diagnosis Utama : HIV disease resulting in
multiple infections
Diagnosis Sekunder : HIV disease resulting in
candidiasis HIV disease resulting in
other viral infections
Dikode HIV disease resulting in multiple infections
(B20.7) sebagai diagnosis utama, HIV disease
resulting in candidiasis (B20.4) dan HIV disease
resulting in other viral infections (B20.3) sebagai
diagnosis sekunder.
•Contoh :
Diagnosis Utama : Multiple fraktur of femur
Diagnosis Sekunder : Frakture of shaft of
femur Frakture of lower of end of femur
Dikode multiple fraktur of femur (S72.7) sebagai
diagnosis utama, fraktur of shaft of femur (S72.3)
dan Frakture of lower of end of femur (S72.4)
sebagai diagnosis sekunder.
e. Pengkodean kategori kombinasi ICD menyediakan kategori tertentu
dimana dua diagnosis yang berhubungan diwakili oleh satu kode.
Contoh :
Diagnosis Utama : Gagal ginjal
Diagnosis Sekunder : Penyakit ginjal hipertensi
Dikode Penyakit ginjal hipertensi dengan gagal ginjal (I12.0)
Contoh :
Diagnosis Utama : Glaukoma karena peradangan
mata
Diagnosis Sekunder : –
Dikode Glaukoma akibat peradangan mata (H40.4) sebagai diagnosis
utama.
Tindakan Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of
unspecified duration
Invasive mechanical
ventilation NOS
96.71 Continuous invasive
mechanical ventilation for
less than 96 consecutive hours
96.72 Continuous invasive
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Kode juga terkait
penyisipan tabung
endotrakea (96,04)
trakeostomi (31.1-31.29)
Durasi Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of
unspecified duration
Invasive mechanical
ventilation NOS
96.71 Continuous invasive
mechanical ventilation for
less than 96 consecutive hours
96.72 Continuous invasive
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Untuk menghitung jumlah
jam (durasi) ventilasi
mekanis kontinyu saat
dirawat di rumah sakit,
mulailah penghitungan
sejak dimulainya intubasi
(endotrakeal). Durasi
diakhiri dengan ekstubasi
(endotrakeal).
Tindakan Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of
unspecified duration
Invasive mechanical
ventilation NOS
96.71 Continuous invasive
mechanical ventilation for
less than 96 consecutive hours
96.72 Continuous invasive
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Jika pasien diintubasi
sebelum masuk, mulailah
menghitung durasi sejak
saat masuk. Jika pasien
dipindahkan (habis) saat
diintubasi, durasi akan
berakhir pada saat transfer
(discharge).
Penrhitungan Jam Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of
unspecified duration
Invasive mechanical
ventilation NOS
96.71 Continuous invasive
mechanical ventilation for
less than 96 consecutive hours
96.72 Continuous invasive
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
Perhitungan jumlah jam
ventilasi mekanis
kontinyu saat dirawat di
rumah sakit, mulai
menghitung durasi saat
ventilasi mekanis
dimulai. Durasi berakhir
saat ventilator mekanis
dimatikan (setelah
periode penyapihan).
Penrhitungan Jam Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of
unspecified duration
Invasive mechanical
ventilation NOS
96.71 Continuous invasive
mechanical ventilation for
less than 96 consecutive hours
96.72 Continuous invasive
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
96.7 Ventilasi mekanis invasif lainnya
Meliputi: BiPAP yang dikirim melalui
tabung endotrakeal atau trakeostomi
(antarmuka invasif)
CPAP dikirim melalui tabung endotrakeal
atau trakeostomi (antarmuka invasif)
Bantuan pernafasan endotrakeal
Ventilasi tekanan positif invasif [IPPV]
Ventilasi mekanik melalui antarmuka
invasif
Itu dengan trakeostomi
Penyapihan pasien tabung intolated
(tabung endotrakeal)
Penrhitungan Jam Ventilator
96.70 Continuous invasive
mechanical ventilation of
unspecified duration
Invasive mechanical
ventilation NOS
96.71 Continuous invasive
mechanical ventilation for
less than 96 consecutive hours
96.72 Continuous invasive
mechanical ventilation for 96
consecutive hours or more
96.7 Ventilasi mekanis invasif lainnya
Tidak termasuk: tekanan udara positif
tingkat dua non-invasif [BiPAP] (93.90)
ventilasi tekanan negatif kontinu [CNP]
(paru-paru besi) (cuirass) (93.99)
tekanan udara positif kontinu yang tidak
invasif [CPAP] (93.90)
tekanan pernafasan positif intermiten
[IPPB] (93.91)
tekanan positif non-invasif (NIPPV) (93,90)
- dengan masker wajah (93.90-93.99)
- dengan kanula hidung (93,90-93,99)
- dengan kateter hidung (93.90-93.99)
Catatan tindakan Lysis
Jika metode
pembebasannya dengan
metode :
Tumpul, digital, manual,
mechanical, tidak dengan
instrumen tidak dikoding
Appendictomy
Jika tindakan Appendicectomy saja
dikode 47.09
Appendicectomy incidental 47.19
Incidental laparoscopi 47.11
Omit code
Prosedur
yang sebagai
jalan operasi
tidak dikoding
Koding PTCA
Perhatikan kode
also :
Kode juga jumlah
stent yang
dipasang
Jumlah pembuluh
darah yang
dikerjakan
Aturan Koding Lainnya
C. Aturan Koding Lainnya yang Berlaku Untuk INA-CBG
1. Dalam hal bayi lahir dengan tindakan persalinan
menggunakan kode P03.0 – P03.6 maka dapat
diklaimkan terpisah dari klaim ibunya.
2. Kontrol Ulang Dalam hal pasien yang datang untuk
kontrol ulang di rawat jalan dengan diagnosis yang
sama pada kunjungan sebelumnya, ditetapkan sebagai
diagnosis utama menggunakan kode “Z” dan diagnosis
sekunder dikode sesuai penyakitnya.
3. Terapi Berulang Dalam hal pasien yang datang untuk
mendapatkan terapi berulang di rawat jalan seperti rehabilitasi
medik, rehabilitasi psikososial, hemodialisa, kemoterapi dan
radioterapi ditetapkan sebagai diagnosis utama menggunakan
kode “Z” dan diagnosis sekunder dikode sesuai penyakitnya.
Contoh : Pasien datang ke RS untuk dilakukan kemoterapi karena
Ca. Mammae.
Diagnosis Utama : Kemoterapi Diagnosis Sekunder : Ca. Mammae
Dikode kemoterapi (Z51.1) sebagai diagnosis utama dan Ca.
Mammae (C50.9) sebagai diagnosis sekunder.
4. Pengkodean untuk persalinan :
a. Bila terdapat penyulit atau komplikasi maka
penyulit atau komplikasi menjadi diagnosis
utama
b. Metode persalinan (O80.0-O84.9) sebagai
diagnosis sekunder
c. Outcome persalinan (Z37.0 – Z37.9) sebagai
diagnosis sekunder
5. Pengkodean Neoplasma :
f. Pasien yang dirawat untuk mengatasi
anemia yang terkait dengan neoplasma dan
perawatan hanya untuk anemia, maka yang
menjadi diagnosis utama adalah neoplasma
sedangkan anemia pada neoplasma (D63.0)
menjadi diagnosis sekunder.
6. Penggunaan kode Z29.0 Isolasi
digunakan untuk kasus orang yang
datang ke rumah sakit untuk
melindungi dirinya dari lingkungannya
atau untuk isolasi individual setelah
melakukan kontak dengan penyakit
menular.
7. Pasien yang telah melahirkan di FKTP,
namun dirujuk oleh dokter untuk
melakukan tubektomi interval di FKRTL
maka dikode Sterilization (Z30.2) sebagai
diagnosis utama.
8. Pengkodean Thalasemia :
a.Pasien Thalasemia Mayor adalah pasien yang
mempunyai diagnosis utama maupun sekunder
mempunyai kode ICD-10 yaitu D56.1
b.Jika pasien Thalasemia Mayor pada saat kontrol
ulang diberikan obat kelasi besi (Deferipone,
Deferoksamin, dan Deferasirox) maka diinputkan
sebagai rawat jalan dengan menggunakan kode
D56.1 sebagai diagnosis utama
9. Pemasangan infus pump hanya
menggunakan kode 99.18
10.Educational therapy menggunakan kode
94.42
Aturan Koding lainnya INACBGTindakan infus dengan alat infus pump
menggunakan kode 99.18
Tindakan insertion of totally implantable
infusion pump (alat ditanam dalam
tubuh) menggunakan kode 86.06
Aturan Koding lainnya INACBG
PERMASALAHAN KODING SAAT INI
Tulisan
dokter
tidak
terbaca
Diagnosa
tidak
spesifik
Banyak yang
belum di
koding Singkatan
tidak
standar
Thn 2008
Dx utama
dan
sekunder
Kode
gabungan
Penegakan
diagnosa
Berkas
klaim
Thn 2017
Bicarakan Bersama
Proses Kelengkapan Rekam Medis
Diruangan
Rawat Inap
Pengecekan
kelengkapan rekam
medis
Audit
Koding
Klaim
Tidak di audit :
1. LOS < 3 hari
2. Bayi lahir sehat
Koder
1. Tim Audit
2. Tim Rekam
Medis
Tim Klaim
Bagian
Rekam Medis
Proses Klaim Pasien JKN
Resume Medis yang telah
Dilengkapi oleh dokter
Koding
Proses grouping
INA-CBG
BPJS
Pembayaran
Klaim BPJS
Input data :
1. Identitas
pasien
2. Pelayananan
- Dx utama
- Dx sekunder
- prosedur
Tidak lengkap 10 hari setelah pasien pulang
1. Discharge centre
- Data lengkap
2. Medical Record
- Data lengkap
Proses verifikasi
AUDIT KODING POST
KLAIM INA-CBG
Definisi Audit Koding
“Suatu telaah kritis dan sistimatis terhadap suatu
koding, yang sesuai aturan yang berlaku”
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik
Rekomendasi
perubahan
Menetapkan
Perubahan
Analisa Data
Pengumpulan
Data
Penetapan
Kriteria
Tetapkan Topik Koding
Pada kasus :
1. Hypertensi dengan penyakit jantung koroner
2. Hypertensi dengan serebrovaskuler
3. Bronchitis
4. BBLR (Berat badan lahir)
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik
Rekomendasi
perubahan
Menetapkan
Perubahan
Analisa Data
Pengumpulan
Data
Penetapan
Kriteria
Kriteria koding pada kasus hypertensi dgn PJK
• Penyakit jantung iskemia (I20-I25)
Catatan: Untuk morbiditas, durasi yang dipakai pada
katergori I21-I25 adalah interval antara onset episode iskemia
dan admisi pengobatan. Untuk mortalitas, durasi adalah interval
antara onset dan kematian.
Termasuk: kalau disebutkan hipertensi (I10-I15)
Gunakan kode tambahan, kalau perlu, untuk identifikasi adanya
hipertensi
Hypertensi dgn Serebrovaskuler
Penyakit-penyakit serebrovaskuler (I60-I69)
Termasuk: dengan disebutkan hipertensi (konditsi pada I10 dan I15.-)
Gunakan kode tambahan, kalau perlu, untuk identifikasi adanya hipertensi
Kecuali: dementia vaskuler (F01.-)
serangan iskemia otak sementara dan sindroma yang terkait (G45.-)
perdarahan intrakranium akibat trauma (S06.-)
Kasus Bronkitis
J40 Bronkitis, tidak dijelaskan akut atau kronik
Catatan: Bronkitis yang tidak dijelaskan akut atau kronik pada
usia <15 tahun dianggap sebagai akut sehingga diklasifikasikan
pada J20.
Bronkitis: NOS, kataralis, dengan trakeitis NOS
Trakeobronkitis NOS
Kecuali: Bronkitis: allergi NOS (J45.0). asmatika NOS (J45.9).
kimiawi (akut) (J68.0)
Kasus BBLR
P07. Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan singkat dan berat lahir rendah, n.e.c.
Note: Kalau berat lahir dan usia kehamilan keduanya ada, prioritas harus pada
berat lahir.
Termasuk: kondisi berikut, tanpa spesifikasi lebih lanjut, sebagai penyebab
kematian, kesakitan, atau asuhan tambahan pada neonatus.
Kecuali: berat lahir rendah akibat pertumbuhan lambat janin dan malnutrisi
janin(P05.-)
P07.0 Berat lahir sangat rendah
Berat lahir 999 gram atau kurang
P07.1 Berat lahir rendah lainnya
Berat lahir antara 1000-2499 g.
P07.2 Immaturitas ekstrim
Kehamilan kurang dari 28 minggu lengkap (<196 hari lengkap)
P07.3 Neonatus preterm lainnya
Kehamilan 28 sampai <37 minggu lengkap (196 sampai <259 hari lengkap).
Prematuritas NOS
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik
Rekomendasi
perubahan
Menetapkan
Perubahan
Analisa Data
Pengumpulan
Data
Penetapan
Kriteria
Data pengajuan klaim berupa TXT File
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik
Rekomendasi
perubahan
Menetapkan
Perubahan
Analisa Data
Pengumpulan
Data
Penetapan
Kriteria
Data dasar
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik
Rekomendasi
perubahan
Menetapkan
Temuan
Analisa
Data
Pengumpulan
Data
Penetapan
Kriteria
Tentukan Temuan
Kriteria kasus jumlah Kriteria koding Sesuai Tidak Sesuai keterangan
Hyper + PJK 1 Jika hiper dgn PJK
maka hiper jadi dx
sekunder
- 1
Hyper + Serebro 20 Jika hip dgn Ser
ebro maka hiper
jadi dx sekunder
- 20
Bronkitis 15 Jika > 15thn J40 <
15 thn J20
10 5
BBLR + Prematur 7 Jika BBLR +
Prematur
keduanya ada
maka BBLR jadi
utama
3 4
Alur Audit Koding
Penentuan
Topik
Rekomendasi
perubahan
Menetapkan
Temuan
Analisa
Data
Pengumpulan
Data
Penetapan
Kriteria
Rekomendasi Revisi Pengajuan klaim
• Berdasarkan temuan verifikasi koding
- Hiper dgn PJK ditemukan kode tidak sesuai sehingga aturan koding
direkomendasikan kode I10 dan I25.1 direvifisi menjadi I25.1 dan
I10 sesuai dgn aturan ICD 10 yang berlaku
- Hiper dgn serebro ditemukan tidak sesuai sehingga
direkomendasikan untuk revisi I10 dan I60-I64 direvisi menjadi I60-
I64 dan I10 sesuai dengan aturan ICD 10 yang berlaku
- Kode J40 dngan usia < 15 direvisi menjadi J20 sesuai dengan ICD 10
yang berlaku
- Kode P07.3 dan P07.1 direvisi menjadi P07.1 dan P07.3 sesuai
dengan ICD 10 yang berlaku
TERIMA
KASIH
91
Untuk Indonesia yang lebih sehat
JAMINAN
KESEHATAN
NASIONAL

More Related Content

What's hot

Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanAmirullah Latarissa
 
SOP rekam-medis-elektronik
SOP rekam-medis-elektronikSOP rekam-medis-elektronik
SOP rekam-medis-elektronikHarkel Marthinu
 
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSutopo Patriajati
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anakdr.Ade Adra
 
Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )Erwin santosa
 
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019nurilisza
 
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam MedisSistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam MedisFahmi Hakam
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasI Putu Cahya Legawa
 
Peran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGs
Peran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGsPeran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGs
Peran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGsditjenyankes
 
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam Medis
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam MedisAnalisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam Medis
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam MedisFahmi Hakam
 
(9) koding prosedur medis
(9) koding prosedur medis(9) koding prosedur medis
(9) koding prosedur medisImelda Wijaya
 
Juknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITCJuknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITCIrene Susilo
 
(8) aturan re seleksi morbiditas
(8) aturan re seleksi morbiditas(8) aturan re seleksi morbiditas
(8) aturan re seleksi morbiditasImelda Wijaya
 
Alur pendaftaran pasien rawat jalan
Alur  pendaftaran pasien rawat jalanAlur  pendaftaran pasien rawat jalan
Alur pendaftaran pasien rawat jalanNindra Ayu
 
SOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docx
SOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docxSOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docx
SOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docxArioQadhavi
 
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Adelina Hutauruk
 
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docxSANTOSA15
 

What's hot (20)

Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukanKumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
Kumpulan kode icd10 yang paling sering di temukan
 
SOP rekam-medis-elektronik
SOP rekam-medis-elektronikSOP rekam-medis-elektronik
SOP rekam-medis-elektronik
 
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatanSistem pembayaran fasilitas kesehatan
Sistem pembayaran fasilitas kesehatan
 
Contoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rmContoh Format lembaran rm
Contoh Format lembaran rm
 
Buku dosis obat anak
Buku dosis obat anakBuku dosis obat anak
Buku dosis obat anak
 
Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )Kredensial tenaga medik ( baru )
Kredensial tenaga medik ( baru )
 
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019Format evaluasi awal  dan catatan implementasi mpp 2019
Format evaluasi awal dan catatan implementasi mpp 2019
 
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam MedisSistem Indexing Dokumen Rekam Medis
Sistem Indexing Dokumen Rekam Medis
 
Dasar icd 10
Dasar icd 10Dasar icd 10
Dasar icd 10
 
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di PuskesmasManajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Manajemen Risiko dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
 
Peran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGs
Peran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGsPeran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGs
Peran Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) dalam mencapai tujuan SDGs
 
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam Medis
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam MedisAnalisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam Medis
Analisis Kuantitatif dan Kualitatif Dokumen Rekam Medis
 
(9) koding prosedur medis
(9) koding prosedur medis(9) koding prosedur medis
(9) koding prosedur medis
 
Juknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITCJuknis HIV: Pedoman PITC
Juknis HIV: Pedoman PITC
 
(8) aturan re seleksi morbiditas
(8) aturan re seleksi morbiditas(8) aturan re seleksi morbiditas
(8) aturan re seleksi morbiditas
 
Sistem pembiayaan bpjs kesehatan 2015 [kapitasi berbasis kinerja]
Sistem pembiayaan bpjs kesehatan 2015 [kapitasi berbasis kinerja]Sistem pembiayaan bpjs kesehatan 2015 [kapitasi berbasis kinerja]
Sistem pembiayaan bpjs kesehatan 2015 [kapitasi berbasis kinerja]
 
Alur pendaftaran pasien rawat jalan
Alur  pendaftaran pasien rawat jalanAlur  pendaftaran pasien rawat jalan
Alur pendaftaran pasien rawat jalan
 
SOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docx
SOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docxSOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docx
SOP TRIASE RTGD PUSKESMAS SIHEPENG.docx
 
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...Permenkes no. 27 tahun 2017  ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
Permenkes no. 27 tahun 2017 ttg Pedoman Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi...
 
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
2 SK INDIKATOR MUTU PPI.docx
 

Similar to Koding INA-CBG

Proses dan manfaat drg’s
Proses dan manfaat drg’sProses dan manfaat drg’s
Proses dan manfaat drg’sCitra Nahumarury
 
3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptx
3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptx3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptx
3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptxAndiKarismaNurdiyans
 
kode morbiditas.ppt
kode morbiditas.pptkode morbiditas.ppt
kode morbiditas.pptnorafitri3
 
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdfRSIAALIHSANSIMPANGEM
 
(10) audit informasi klinis
(10) audit  informasi   klinis(10) audit  informasi   klinis
(10) audit informasi klinisImelda Wijaya
 
Kebijakan umum ina drg
Kebijakan umum ina drgKebijakan umum ina drg
Kebijakan umum ina drgReans82
 
(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgs(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgsImelda Wijaya
 
identifikasi indikator ukp.pptx
identifikasi indikator ukp.pptxidentifikasi indikator ukp.pptx
identifikasi indikator ukp.pptxMarlindaZulita
 
14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdf
14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdf14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdf
14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdfMuharinaMuharina
 
7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdf
7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdf7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdf
7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdfVevaJuniati
 
Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Kanaidi ken
 
Overview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptx
Overview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptxOverview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptx
Overview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptxIKFRUNPAD1
 
dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...
dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...
dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...Hikmah Ifayanti
 

Similar to Koding INA-CBG (20)

Proses dan manfaat drg’s
Proses dan manfaat drg’sProses dan manfaat drg’s
Proses dan manfaat drg’s
 
3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptx
3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptx3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptx
3._Materi_3_(Clinical_Pathway)_.pptx
 
kode morbiditas.ppt
kode morbiditas.pptkode morbiditas.ppt
kode morbiditas.ppt
 
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
4drNico Starkes-Instrumen PAB Juni 2022.pdf
 
(10) audit informasi klinis
(10) audit  informasi   klinis(10) audit  informasi   klinis
(10) audit informasi klinis
 
Coding Edit.pptx
Coding Edit.pptxCoding Edit.pptx
Coding Edit.pptx
 
Kebijakan umum ina drg
Kebijakan umum ina drgKebijakan umum ina drg
Kebijakan umum ina drg
 
kualitas koding
kualitas kodingkualitas koding
kualitas koding
 
(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgs(1) problematika implementasi koding ina cbgs
(1) problematika implementasi koding ina cbgs
 
Overview inacbg
Overview inacbgOverview inacbg
Overview inacbg
 
identifikasi indikator ukp.pptx
identifikasi indikator ukp.pptxidentifikasi indikator ukp.pptx
identifikasi indikator ukp.pptx
 
Pola pembayaran ina cbg
Pola pembayaran ina cbgPola pembayaran ina cbg
Pola pembayaran ina cbg
 
14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdf
14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdf14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdf
14-instrumen-kars-skp_1725 (1).pdf
 
7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdf
7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdf7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdf
7. Sistem pengumpulan data rekam medik.pdf
 
Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
Sistem Klasifikasi Penyakit (terkait ICD 10)_ Training/BimTek "SISTEM CASEMIX"
 
Ehr
EhrEhr
Ehr
 
PPT_Keperawatan.pptx
PPT_Keperawatan.pptxPPT_Keperawatan.pptx
PPT_Keperawatan.pptx
 
Overview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptx
Overview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptxOverview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptx
Overview Standart Pelayanan RS (dr. TP).pptx
 
KLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdf
KLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdfKLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdf
KLAIM MALLNUTRISI DI ERA JKN.pdf
 
dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...
dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...
dokumentasi kebidanan sistem pengumpulan data rekam medik dan sistem dokument...
 

More from Dokter Tekno

Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKDokter Tekno
 
Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat
Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat
Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat Dokter Tekno
 
User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2Dokter Tekno
 
Petunjuk teknis siranap v.2.1
Petunjuk teknis siranap v.2.1Petunjuk teknis siranap v.2.1
Petunjuk teknis siranap v.2.1Dokter Tekno
 
8. triyani kars pengelolaan data asuhan gizi desember 2018
8. triyani   kars pengelolaan data asuhan gizi desember 20188. triyani   kars pengelolaan data asuhan gizi desember 2018
8. triyani kars pengelolaan data asuhan gizi desember 2018Dokter Tekno
 
7. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-12
7. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-127. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-12
7. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-12Dokter Tekno
 
6. november 2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws dr khalid
6. november  2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws   dr khalid6. november  2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws   dr khalid
6. november 2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws dr khalidDokter Tekno
 
5. dr rr tutik pengelolaan askep sirsak desember 2018
5. dr rr tutik   pengelolaan askep sirsak desember 20185. dr rr tutik   pengelolaan askep sirsak desember 2018
5. dr rr tutik pengelolaan askep sirsak desember 2018Dokter Tekno
 
4. dr diyurman gea materi ws sirsak - des 2018
4. dr  diyurman gea   materi ws sirsak - des 20184. dr  diyurman gea   materi ws sirsak - des 2018
4. dr diyurman gea materi ws sirsak - des 2018Dokter Tekno
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018revDokter Tekno
 
2. dr agus hadian rahim integrasi simrs gos - sirsak
2. dr agus hadian rahim  integrasi simrs gos - sirsak2. dr agus hadian rahim  integrasi simrs gos - sirsak
2. dr agus hadian rahim integrasi simrs gos - sirsakDokter Tekno
 
1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasi
1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasi1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasi
1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasiDokter Tekno
 
Konsep dan Implementasi Vedika dan Kelengkapannya
Konsep dan Implementasi Vedika dan KelengkapannyaKonsep dan Implementasi Vedika dan Kelengkapannya
Konsep dan Implementasi Vedika dan KelengkapannyaDokter Tekno
 
Implementasi Aplikasi E-Klaim V5
Implementasi Aplikasi E-Klaim V5Implementasi Aplikasi E-Klaim V5
Implementasi Aplikasi E-Klaim V5Dokter Tekno
 
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaimPenatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaimDokter Tekno
 
Pengenalan organisasi ppii (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)
Pengenalan organisasi ppii  (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)Pengenalan organisasi ppii  (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)
Pengenalan organisasi ppii (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)Dokter Tekno
 

More from Dokter Tekno (20)

Buku Saku Pasien
Buku Saku PasienBuku Saku Pasien
Buku Saku Pasien
 
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PKStrategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
Strategi Peningkatan IKS Program Indonesia Sehat Dengan PIS PK
 
Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat
Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat
Presentasi Sosialisasi Kantin Sehat
 
User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2User manual simrs gos versi 2
User manual simrs gos versi 2
 
Petunjuk teknis siranap v.2.1
Petunjuk teknis siranap v.2.1Petunjuk teknis siranap v.2.1
Petunjuk teknis siranap v.2.1
 
8. triyani kars pengelolaan data asuhan gizi desember 2018
8. triyani   kars pengelolaan data asuhan gizi desember 20188. triyani   kars pengelolaan data asuhan gizi desember 2018
8. triyani kars pengelolaan data asuhan gizi desember 2018
 
7. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-12
7. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-127. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-12
7. dr nico sirsak-asuhan medis 2018-12
 
6. november 2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws dr khalid
6. november  2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws   dr khalid6. november  2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws   dr khalid
6. november 2018 penerapan sisrute, siranap dan sirajal di rsws dr khalid
 
5. dr rr tutik pengelolaan askep sirsak desember 2018
5. dr rr tutik   pengelolaan askep sirsak desember 20185. dr rr tutik   pengelolaan askep sirsak desember 2018
5. dr rr tutik pengelolaan askep sirsak desember 2018
 
4. dr diyurman gea materi ws sirsak - des 2018
4. dr  diyurman gea   materi ws sirsak - des 20184. dr  diyurman gea   materi ws sirsak - des 2018
4. dr diyurman gea materi ws sirsak - des 2018
 
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
3. pengelolaan data asuhan kefarmasian ws sirsak 19 des 2018rev
 
2. dr agus hadian rahim integrasi simrs gos - sirsak
2. dr agus hadian rahim  integrasi simrs gos - sirsak2. dr agus hadian rahim  integrasi simrs gos - sirsak
2. dr agus hadian rahim integrasi simrs gos - sirsak
 
1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasi
1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasi1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasi
1.asuhan 4.0 serta peran dan manfaat sirsak bagi rs dan akreditasi
 
Skm 2018
Skm 2018Skm 2018
Skm 2018
 
Skm andi
Skm andiSkm andi
Skm andi
 
Contoh kuisioner
Contoh kuisionerContoh kuisioner
Contoh kuisioner
 
Konsep dan Implementasi Vedika dan Kelengkapannya
Konsep dan Implementasi Vedika dan KelengkapannyaKonsep dan Implementasi Vedika dan Kelengkapannya
Konsep dan Implementasi Vedika dan Kelengkapannya
 
Implementasi Aplikasi E-Klaim V5
Implementasi Aplikasi E-Klaim V5Implementasi Aplikasi E-Klaim V5
Implementasi Aplikasi E-Klaim V5
 
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaimPenatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
Penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim
 
Pengenalan organisasi ppii (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)
Pengenalan organisasi ppii  (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)Pengenalan organisasi ppii  (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)
Pengenalan organisasi ppii (perhimpunan pemerhati ina cbg indonesia)
 

Recently uploaded

Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungHalo Docter
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxcheatingw995
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptssuserbb0b09
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptkhalid1276
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio PerawatMovieWulandari
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyIkanurzijah2
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanFeraAyuFitriyani
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxcholiftiara1
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxFerawatiPhea1
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxDwiDamayantiJonathan1
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxssuser981dcb
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaruPrajaPratama4
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...NenkRiniRosmHz
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTRiskaViandini1
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitaBintangBaskoro1
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatssuser7c01e3
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptssuserbb0b09
 

Recently uploaded (20)

Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan BandungObat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
Obat Aborsi Bandung 081901 222272 Obat Penggugur Kandungan Bandung
 
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptxTren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
Tren dan Issue dalam keperawatan gawat darurat. EBP.pptx
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari -  Portofolio PerawatMovi Tri Wulandari -  Portofolio Perawat
Movi Tri Wulandari - Portofolio Perawat
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacyChapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
Chapter 1 Introduction to veterinary pharmacy
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptxPengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
Pengantar kepemimpinan dalam kebidanan.pptx
 
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptxpemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
pemeriksaan fisik Telinga hidung tenggorok bedah kepala leher.pptx
 
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptxPPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
PPT PATIENT SAFETY FAKTOR KEPERAWATAN MANUSIA.pptx
 
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptxMateri E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
Materi E- Kohort Dinkes Prop untuk nakes .pptx
 
materi tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbarumateri tentang airway management terbaru
materi tentang airway management terbaru
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOSTHEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
HEMOSTASIs darah HEMOSTASIs darah HEMOST
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakatEPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR dalam bidang kesehatan masyarakat
 
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.pptGastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
Gastro Esophageal Reflux Disease Kuliah smester IV.ppt
 

Koding INA-CBG

  • 2. Dasar Hukum Permenkes No.76 Tahun 2016 Pasal 1 Pedoman Indonesian Case Base Groups (INA-CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional merupakan acuan bagi fasilitas kesehatan tingkat lanjutan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, dan pihak lain yang terkait mengenai metode pembayaran INA-CBG dalam penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.
  • 3. DEFINISI • Case - Mix Suatu sistem pengklasifikasian penyakit yang mengkombinasikan antara sekelompok penyakit dengan karakteristik klinik serupa dengan biaya perawatan selama dirawat disuatu rumah sakit • Cara pembayaran oleh penyandang dana - besar biaya tidak berdasar jenis dan jumlah layanan yang diberikan untuk setiap pasien - tapi berdasarkan kesepakatan harga menurut kelompok diagnosis penyakit (CBG’s) dimana pasien tersebut termasuk
  • 4. Sejarah singkat INA-CBG Sistem casemix pertama kali dikembangkan di Indonesia pada Tahun 2006 dengan nama INA-DRG (Indonesia- Diagnosis Related Group). Implementasi pembayaran dengan INA-DRG dimulai pada 1 September 2008 di 15 rumah sakit milik Kementerian Kesehatan RI, dan pada 1 Januari 2009 diperluas untuk seluruh rumah sakit yang bekerja sama menjadi penyedia pelayanan kesehatan dalam program Jamkesmas. Pada tanggal 31 September 2010 dilakukan perubahan nomenklatur dari INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Group) menjadi INA-CBG (Indonesia Case Based Group) seiring dengan perubahan grouper dari 3M Grouper ke UNU (United Nation University) Grouper. Kemudian, dengan implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai 1 Januari 2014, sistem INA- CBG kembali digunakan sebagai metode pembayaran pelayanan baik rawat jalan maupun rawat inap kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL).
  • 6. Tujuan Tujuan dari Sistem pembiayaan prospektif adalah : 1. mengendalikan biaya kesehatan 2. mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar 3. membatasi pelayanan kesehatan yang tidak diperlukan 4. mempermudah administrasi klaim 5. mendorong provider untuk melakukan kendali biaya (cost containment)
  • 7. Principle Diagnosis International Classification of Disease (ICD) Medical (ICD X) Principle Diagnosis, Specific Conditions, Symptoms, Other Surgical (ICD IX CM) Type of Surgery Major, Minor, Other unrelated Dx Others CASE - MIX Complication, Co-morbidities or age split Diagnosis Related Groups (DRG) Major Diagnostic Category ( 23 groups ) severitas
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12. Alur Klaim JKN Resume Medis Koding ICD-10& ICD 9CM Grouper INA- CBG INA-CBG Coded: Diagnosis: Primary Secondary Procedure: Primary Secondary Pasien pulang Contoh : INA-CBGs (Rawat Inap) Prosedur Payudarah NO Kode INA-CBG Deskripsi 1 L-1-50-I Prosedur pada payudara ringan 2 L-1-50-II Prosedur pada payudara sedang 3 L-1-50-III Prosedur pada payudara berat
  • 13. ATURAN KODING INA-CBG ICD-10 & 9CM Permenkes Surat Edaran
  • 14. EPISODE PERAWATAN RAWAT INAP RAWAT JALAN Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya.
  • 15. 1) Episode rawat jalan  Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.  Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis, dianggap sebagai episode baru. 1) Episode rawat jalan  Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.  Pasien yang membawa hasil pada hari pelayanan yang berbeda yang dilanjutkan dengan konsultasi dan pemeriksaan penunjang lain sesuai indikasi medis, dianggap sebagai episode baru. EpisodeEpisode
  • 16.
  • 17.
  • 18.
  • 19. DIKLAIMKAN SETIAP KUNJUNGAN Rehab Psikososial Pelayanan Gigi Transpfusi Radioterapi Kemoterapi Rehab Medik Pelayanaan Berkelanjutan di Rawat Jalan
  • 20. d. Pasien yang datang ke rumah sakit mendapatkan pelayanan rawat jalan pada satu atau lebih klinik spesialis pada hari yang sama, terdiri dari satu atau lebih diagnosis, dimana diagnosis berhubungan atau tidak berhubungan, dihitung sebagai satu episode
  • 21. Ketentuan tambahan terkait episode rawat inap a. Perlayanan rawat inap menjadi kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka pelayanan tersebur sudah termasuk satu episode rawat inap b. Pelayanan IGD lebih dari 6 jam, telah mendapatkan pelayanan rawat inap dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap termasuk episode rawat inap c. Dalam hal pasien telah mendapatkan pelayanan rawat inap yang lama perawatan kurang dari 6 jam dan pasien meninggal termasuk episode rawat inap 2. Episode Rawat Inap
  • 22. f) Pasien datang kembali ke rumah sakit dalam keadaan darurat pada hari pelayanan yang sama, maka keadaan darurat tersebut dianggap sebagai episode baru walaupun dengan diagnosis yang sama.
  • 23. Pasien rawat yang batal operasi a. Pasien batal operasi atas alasan medis dan harus dilakukan rawat inap atas kondisi tersebut maka ditagihkan sebagai rawat inap dengan diagnosa yang menyebab bata operasi b. Pasien batal operasi atas alasan medis namun dapat dilakukan terapi rawat jalan atau pulang dapat diklaimkan sebagai rawat dengan menggunakan kode Z53,- c. Pasien batal operasi atas alasan kurangnya persiapan operasi oleh FKRTL maka tidak dapat ditagihkan 2. Ketentuan batal operasi
  • 24.
  • 26. •DOKTER menegakkan dan menuliskan diagnosis primer dan diagnosis sekunder apabila ada sesuai dengan ICD 10 serta menulis seluruh prosedur/tindakan yang telah dilaksanakan dan membuat resume medis pasien secara lengkap dan jelas selama pasien dirawat di rumah sakit. •KODER melakukan kodifikasi dari diagnosis dan prosedur/tindakan yang diisi oleh dokter yang merawat pasien sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa dan ICD 9 CM untuk prosedur/tindakan
  • 27. ANALISIS DOKUMEN REKAM MEDIS Tujuan : agar kode terpilih dapat merepresentasikan dengan tepat isi dokumen rekam medis episode ybs Bagian RM yang dianalisis : • Resume (Anamnesis, Pem. Fisik,Diagnosis, Terapi, Follow-up) • Pemeriksaan Penunjang (Patologi Klinik, Patologi Anatomi, Radiologi, dll) • Laporan lain (Operasi, Fisioterapi, dll)
  • 29. Standar Coding WHO Entry data atau import data dari data warehouse Kode Diagnosis Utama sesuai resume dengan memenuhi aturan coding, kemudian kode diagnosis sekunder Kode Prosedur Utama yang berhubungan dengan Diagnosis Utama dilanjutkan dengan mengkode prosedur- prosedur lainnya. Jika diagnosis utama atau diagnosis sekunder adalah cedera/injury harus diikuti dengan penyebab luar (external cause) yang relevan dengan diagnosisnya. Jika diagnosis utama atau diagnosis sekunder adalah Neoplasma harus diikuti dengan kode Morfology untuk menggambarkan histology dan behavior (sifat, prilaku) nya Review hasil pengkodean dan Grouping INA CBG Konfirmasi Identifikasi pasien untuk memastikan data demografi, ID Pasien, episode perawatan sesuai dengan rekam medis yang akan dikode Prosedur Utama secara khusus berhubungan dengan Diagnosis Utama. Pada episode ini proses editing coding harus meggunakan peraturan utk coding CBG. Ini termasuk jenis kelamin dan usia. Pilihan proses coding 1.Review seluruh record, membuat daftar kode, lalu masuk ke software koding 2. Mengkode semua diagnosis selanjutnya Mengkode semua Prosedur secara berurutan 3. Mengkode baik diagnosis maupun prosedur saat membaca rekam medis. 4.Proses editing harus mencerminkan aturan untuk pengkodean diagnosis utama dan prosedur utama PDX & Additional DxPatient demographics PPx & other Px Injury & external cause Morphology & Histology Check & group Aturan WHO untuk menentukan kode morfologi dan kode histologi diterapkan dalam proses ini. Neoplasma dapat benign (jinak) atau malignant (ganas) Kode External Cause ada 3 komponen: 1. Bagaimana terjadinya – How 2. Dimana kejadiannya - Place 3. Apa yang dilakukan oleh pasien - Activity Pada proses ini “summary editor” digunakan untuk memeriksa aturan coding dan kesiapan untuk grouping. Setelah grouping, dihasilkan pengesahan summary yang berisi semua data casemix yang relevan untuk pencetakan dan penyimpanan ICD10 ICD9CM V01-Y98 M8000/0-M9989/1
  • 31. Koding dalam INA–CBG menggunakan ICD-10 revisi Tahun 2010 untuk mengkode diagnosis utama dan diagnosis sekunder serta menggunakan ICD-9- CM revisi Tahun 2010 untuk mengkode tindakan/prosedur. Sumber data untuk mengkode INA-CBG berasal dari resume medis yaitu data diagnosis dan tindakan/prosedur, apabila diperlukan dapat dilihat dalam berkas rekam medis. Ketepatan koding diagnosis dan tindakan/prosedur sangat berpengaruh terhadap hasil grouper dalam aplikasi INA-CBG.
  • 32. Aturan koding dalam ICD 10 : a.Jika dalam ICD 10 terdapat catatan “Use additional code, if desired, to identify specified condition” maka kode tersebut dapat digunakan sesuai dengan kondisi pasien.
  • 33.
  • 34. b. Pengkodean sistem dagger (†) dan asterisk (*) Jika diagnosis utama yang ditegakkan dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan asterisk maka yang dikode sebagai diagnosis utama adalah kode dagger, sedangkan kode asterisk sebagai diagnosis sekunder. Namun jika diagnosis sekunder yang ditegakkan dokter dalam ICD 10 menggunakan kode dagger dan asterisk, maka kode tersebut menjadi diagnosis sekunder. Tanda dagger (†) dan asterisk (*) tidak diinput di dalam aplikasi INA-CBG.
  • 35. • Contoh : Diagnosis Utama : Pneumonia measles Diagnosis Sekunder : - Dikode measles complicated by pneumonia (B05.2†) sebagai diagnosis utama dan pneumonia in viral disease classified elsewhere (J17.1*) sebagai diagnosis sekunder. • Contoh : Diagnosis Utama : DM Type II Diagnosis Sekunder : Arthitis pada penyakit Lyme Dikode DM Type II (E11.9) sebagai diagnosis utama, Lyme disease (A69.2†) sebagai diagnosis sekunder dan arthitis in Lyme disease (M01.2*) sebagai diagnosis sekunder
  • 36. Contoh : Diagnosis Utama : Anemia Diagnosis Sekunder : Ca Mammae Dikode Ca Mammae (C50.9†) sebagai diagnosis utama dan anemia (D63.0*) sebagai diagnosis sekunder. Contoh : Diagnosis Utama : Anemia Diagnosis Sekunder : Kronik Renal Failure Dikode Kronik Renal Failure (N18.9†) sebagai diagnosis utama, anemia (D63.8*) sebagai diagnosis sekunder.
  • 37. c. Pengkodean dugaan kondisi, gejala, penemuan abnormal, dan situasi tanpa penyakit Jika pasien dalam episode rawat, koder harus hati-hati dalam mengklasifikasikan Diagnosis Utama pada Bab XVIII (Kode R) dan XXI (Kode Z). Jika diagnosis yang lebih spesifik belum ditegakkan sampai akhir episode perawatan atau tidak ada penyakit atau cedera pada saat dirawat yang bisa dikode, maka kode dari Bab XVIII dan XXI dapat digunakan sebagai kode diagnosis utama (lihat juga Rules MB3 dan MB5).
  • 38. • Contoh : Diagnosis Utama : Dugaan neoplasma ganas serviks – setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan didapatkan hasil bukan neoplasma ganas serviks Diagnosis Sekunder : - Dikode observasi dugaan neoplasma ganas (Z03.1) sebagai diagnosis utama. Contoh : Diagnosis Utama : Infark miokardium - ternyata bukan Diagnosis Sekunder : - Dikode observasi dugaan infark miokardium (Z03.4) sebagai diagnosis utama.
  • 39. d. Pengkodean kondisi multiple Jika kondisi multiple dicatat di dalam kategori berjudul “Multiple ...”, dan tidak satu pun kondisi yang menonjol, kode untuk kategori “Multiple ...”, harus dipakai sebagai kode diagnosis utama, dan setiap kondisi lain menjadi kode diagnosis sekunder. Pengkodean seperti ini digunakan terutama pada kondisi yang berhubungan dengan penyakit HIV, cedera dan sekuele.
  • 40. •Contoh : Diagnosis Utama : HIV disease resulting in multiple infections Diagnosis Sekunder : HIV disease resulting in candidiasis HIV disease resulting in other viral infections Dikode HIV disease resulting in multiple infections (B20.7) sebagai diagnosis utama, HIV disease resulting in candidiasis (B20.4) dan HIV disease resulting in other viral infections (B20.3) sebagai diagnosis sekunder.
  • 41. •Contoh : Diagnosis Utama : Multiple fraktur of femur Diagnosis Sekunder : Frakture of shaft of femur Frakture of lower of end of femur Dikode multiple fraktur of femur (S72.7) sebagai diagnosis utama, fraktur of shaft of femur (S72.3) dan Frakture of lower of end of femur (S72.4) sebagai diagnosis sekunder.
  • 42. e. Pengkodean kategori kombinasi ICD menyediakan kategori tertentu dimana dua diagnosis yang berhubungan diwakili oleh satu kode. Contoh : Diagnosis Utama : Gagal ginjal Diagnosis Sekunder : Penyakit ginjal hipertensi Dikode Penyakit ginjal hipertensi dengan gagal ginjal (I12.0) Contoh : Diagnosis Utama : Glaukoma karena peradangan mata Diagnosis Sekunder : – Dikode Glaukoma akibat peradangan mata (H40.4) sebagai diagnosis utama.
  • 43. Tindakan Ventilator 96.70 Continuous invasive mechanical ventilation of unspecified duration Invasive mechanical ventilation NOS 96.71 Continuous invasive mechanical ventilation for less than 96 consecutive hours 96.72 Continuous invasive mechanical ventilation for 96 consecutive hours or more Kode juga terkait penyisipan tabung endotrakea (96,04) trakeostomi (31.1-31.29)
  • 44. Durasi Ventilator 96.70 Continuous invasive mechanical ventilation of unspecified duration Invasive mechanical ventilation NOS 96.71 Continuous invasive mechanical ventilation for less than 96 consecutive hours 96.72 Continuous invasive mechanical ventilation for 96 consecutive hours or more Untuk menghitung jumlah jam (durasi) ventilasi mekanis kontinyu saat dirawat di rumah sakit, mulailah penghitungan sejak dimulainya intubasi (endotrakeal). Durasi diakhiri dengan ekstubasi (endotrakeal).
  • 45. Tindakan Ventilator 96.70 Continuous invasive mechanical ventilation of unspecified duration Invasive mechanical ventilation NOS 96.71 Continuous invasive mechanical ventilation for less than 96 consecutive hours 96.72 Continuous invasive mechanical ventilation for 96 consecutive hours or more Jika pasien diintubasi sebelum masuk, mulailah menghitung durasi sejak saat masuk. Jika pasien dipindahkan (habis) saat diintubasi, durasi akan berakhir pada saat transfer (discharge).
  • 46. Penrhitungan Jam Ventilator 96.70 Continuous invasive mechanical ventilation of unspecified duration Invasive mechanical ventilation NOS 96.71 Continuous invasive mechanical ventilation for less than 96 consecutive hours 96.72 Continuous invasive mechanical ventilation for 96 consecutive hours or more Perhitungan jumlah jam ventilasi mekanis kontinyu saat dirawat di rumah sakit, mulai menghitung durasi saat ventilasi mekanis dimulai. Durasi berakhir saat ventilator mekanis dimatikan (setelah periode penyapihan).
  • 47. Penrhitungan Jam Ventilator 96.70 Continuous invasive mechanical ventilation of unspecified duration Invasive mechanical ventilation NOS 96.71 Continuous invasive mechanical ventilation for less than 96 consecutive hours 96.72 Continuous invasive mechanical ventilation for 96 consecutive hours or more 96.7 Ventilasi mekanis invasif lainnya Meliputi: BiPAP yang dikirim melalui tabung endotrakeal atau trakeostomi (antarmuka invasif) CPAP dikirim melalui tabung endotrakeal atau trakeostomi (antarmuka invasif) Bantuan pernafasan endotrakeal Ventilasi tekanan positif invasif [IPPV] Ventilasi mekanik melalui antarmuka invasif Itu dengan trakeostomi Penyapihan pasien tabung intolated (tabung endotrakeal)
  • 48. Penrhitungan Jam Ventilator 96.70 Continuous invasive mechanical ventilation of unspecified duration Invasive mechanical ventilation NOS 96.71 Continuous invasive mechanical ventilation for less than 96 consecutive hours 96.72 Continuous invasive mechanical ventilation for 96 consecutive hours or more 96.7 Ventilasi mekanis invasif lainnya Tidak termasuk: tekanan udara positif tingkat dua non-invasif [BiPAP] (93.90) ventilasi tekanan negatif kontinu [CNP] (paru-paru besi) (cuirass) (93.99) tekanan udara positif kontinu yang tidak invasif [CPAP] (93.90) tekanan pernafasan positif intermiten [IPPB] (93.91) tekanan positif non-invasif (NIPPV) (93,90) - dengan masker wajah (93.90-93.99) - dengan kanula hidung (93,90-93,99) - dengan kateter hidung (93.90-93.99)
  • 49. Catatan tindakan Lysis Jika metode pembebasannya dengan metode : Tumpul, digital, manual, mechanical, tidak dengan instrumen tidak dikoding
  • 50. Appendictomy Jika tindakan Appendicectomy saja dikode 47.09 Appendicectomy incidental 47.19 Incidental laparoscopi 47.11
  • 51. Omit code Prosedur yang sebagai jalan operasi tidak dikoding
  • 52. Koding PTCA Perhatikan kode also : Kode juga jumlah stent yang dipasang Jumlah pembuluh darah yang dikerjakan
  • 54. C. Aturan Koding Lainnya yang Berlaku Untuk INA-CBG 1. Dalam hal bayi lahir dengan tindakan persalinan menggunakan kode P03.0 – P03.6 maka dapat diklaimkan terpisah dari klaim ibunya. 2. Kontrol Ulang Dalam hal pasien yang datang untuk kontrol ulang di rawat jalan dengan diagnosis yang sama pada kunjungan sebelumnya, ditetapkan sebagai diagnosis utama menggunakan kode “Z” dan diagnosis sekunder dikode sesuai penyakitnya.
  • 55. 3. Terapi Berulang Dalam hal pasien yang datang untuk mendapatkan terapi berulang di rawat jalan seperti rehabilitasi medik, rehabilitasi psikososial, hemodialisa, kemoterapi dan radioterapi ditetapkan sebagai diagnosis utama menggunakan kode “Z” dan diagnosis sekunder dikode sesuai penyakitnya. Contoh : Pasien datang ke RS untuk dilakukan kemoterapi karena Ca. Mammae. Diagnosis Utama : Kemoterapi Diagnosis Sekunder : Ca. Mammae Dikode kemoterapi (Z51.1) sebagai diagnosis utama dan Ca. Mammae (C50.9) sebagai diagnosis sekunder.
  • 56. 4. Pengkodean untuk persalinan : a. Bila terdapat penyulit atau komplikasi maka penyulit atau komplikasi menjadi diagnosis utama b. Metode persalinan (O80.0-O84.9) sebagai diagnosis sekunder c. Outcome persalinan (Z37.0 – Z37.9) sebagai diagnosis sekunder
  • 57. 5. Pengkodean Neoplasma : f. Pasien yang dirawat untuk mengatasi anemia yang terkait dengan neoplasma dan perawatan hanya untuk anemia, maka yang menjadi diagnosis utama adalah neoplasma sedangkan anemia pada neoplasma (D63.0) menjadi diagnosis sekunder.
  • 58. 6. Penggunaan kode Z29.0 Isolasi digunakan untuk kasus orang yang datang ke rumah sakit untuk melindungi dirinya dari lingkungannya atau untuk isolasi individual setelah melakukan kontak dengan penyakit menular.
  • 59. 7. Pasien yang telah melahirkan di FKTP, namun dirujuk oleh dokter untuk melakukan tubektomi interval di FKRTL maka dikode Sterilization (Z30.2) sebagai diagnosis utama.
  • 60. 8. Pengkodean Thalasemia : a.Pasien Thalasemia Mayor adalah pasien yang mempunyai diagnosis utama maupun sekunder mempunyai kode ICD-10 yaitu D56.1 b.Jika pasien Thalasemia Mayor pada saat kontrol ulang diberikan obat kelasi besi (Deferipone, Deferoksamin, dan Deferasirox) maka diinputkan sebagai rawat jalan dengan menggunakan kode D56.1 sebagai diagnosis utama
  • 61. 9. Pemasangan infus pump hanya menggunakan kode 99.18 10.Educational therapy menggunakan kode 94.42
  • 62. Aturan Koding lainnya INACBGTindakan infus dengan alat infus pump menggunakan kode 99.18
  • 63. Tindakan insertion of totally implantable infusion pump (alat ditanam dalam tubuh) menggunakan kode 86.06 Aturan Koding lainnya INACBG
  • 68. Proses Kelengkapan Rekam Medis Diruangan Rawat Inap Pengecekan kelengkapan rekam medis Audit Koding Klaim Tidak di audit : 1. LOS < 3 hari 2. Bayi lahir sehat Koder 1. Tim Audit 2. Tim Rekam Medis Tim Klaim Bagian Rekam Medis
  • 69. Proses Klaim Pasien JKN Resume Medis yang telah Dilengkapi oleh dokter Koding Proses grouping INA-CBG BPJS Pembayaran Klaim BPJS Input data : 1. Identitas pasien 2. Pelayananan - Dx utama - Dx sekunder - prosedur Tidak lengkap 10 hari setelah pasien pulang 1. Discharge centre - Data lengkap 2. Medical Record - Data lengkap Proses verifikasi
  • 71. Definisi Audit Koding “Suatu telaah kritis dan sistimatis terhadap suatu koding, yang sesuai aturan yang berlaku”
  • 73. Tetapkan Topik Koding Pada kasus : 1. Hypertensi dengan penyakit jantung koroner 2. Hypertensi dengan serebrovaskuler 3. Bronchitis 4. BBLR (Berat badan lahir)
  • 75. Kriteria koding pada kasus hypertensi dgn PJK • Penyakit jantung iskemia (I20-I25) Catatan: Untuk morbiditas, durasi yang dipakai pada katergori I21-I25 adalah interval antara onset episode iskemia dan admisi pengobatan. Untuk mortalitas, durasi adalah interval antara onset dan kematian. Termasuk: kalau disebutkan hipertensi (I10-I15) Gunakan kode tambahan, kalau perlu, untuk identifikasi adanya hipertensi
  • 76. Hypertensi dgn Serebrovaskuler Penyakit-penyakit serebrovaskuler (I60-I69) Termasuk: dengan disebutkan hipertensi (konditsi pada I10 dan I15.-) Gunakan kode tambahan, kalau perlu, untuk identifikasi adanya hipertensi Kecuali: dementia vaskuler (F01.-) serangan iskemia otak sementara dan sindroma yang terkait (G45.-) perdarahan intrakranium akibat trauma (S06.-)
  • 77. Kasus Bronkitis J40 Bronkitis, tidak dijelaskan akut atau kronik Catatan: Bronkitis yang tidak dijelaskan akut atau kronik pada usia <15 tahun dianggap sebagai akut sehingga diklasifikasikan pada J20. Bronkitis: NOS, kataralis, dengan trakeitis NOS Trakeobronkitis NOS Kecuali: Bronkitis: allergi NOS (J45.0). asmatika NOS (J45.9). kimiawi (akut) (J68.0)
  • 78. Kasus BBLR P07. Kelainan yang berhubungan dengan kehamilan singkat dan berat lahir rendah, n.e.c. Note: Kalau berat lahir dan usia kehamilan keduanya ada, prioritas harus pada berat lahir. Termasuk: kondisi berikut, tanpa spesifikasi lebih lanjut, sebagai penyebab kematian, kesakitan, atau asuhan tambahan pada neonatus. Kecuali: berat lahir rendah akibat pertumbuhan lambat janin dan malnutrisi janin(P05.-) P07.0 Berat lahir sangat rendah Berat lahir 999 gram atau kurang P07.1 Berat lahir rendah lainnya Berat lahir antara 1000-2499 g. P07.2 Immaturitas ekstrim Kehamilan kurang dari 28 minggu lengkap (<196 hari lengkap) P07.3 Neonatus preterm lainnya Kehamilan 28 sampai <37 minggu lengkap (196 sampai <259 hari lengkap). Prematuritas NOS
  • 80. Data pengajuan klaim berupa TXT File
  • 83.
  • 84.
  • 85.
  • 86.
  • 88. Tentukan Temuan Kriteria kasus jumlah Kriteria koding Sesuai Tidak Sesuai keterangan Hyper + PJK 1 Jika hiper dgn PJK maka hiper jadi dx sekunder - 1 Hyper + Serebro 20 Jika hip dgn Ser ebro maka hiper jadi dx sekunder - 20 Bronkitis 15 Jika > 15thn J40 < 15 thn J20 10 5 BBLR + Prematur 7 Jika BBLR + Prematur keduanya ada maka BBLR jadi utama 3 4
  • 90. Rekomendasi Revisi Pengajuan klaim • Berdasarkan temuan verifikasi koding - Hiper dgn PJK ditemukan kode tidak sesuai sehingga aturan koding direkomendasikan kode I10 dan I25.1 direvifisi menjadi I25.1 dan I10 sesuai dgn aturan ICD 10 yang berlaku - Hiper dgn serebro ditemukan tidak sesuai sehingga direkomendasikan untuk revisi I10 dan I60-I64 direvisi menjadi I60- I64 dan I10 sesuai dengan aturan ICD 10 yang berlaku - Kode J40 dngan usia < 15 direvisi menjadi J20 sesuai dengan ICD 10 yang berlaku - Kode P07.3 dan P07.1 direvisi menjadi P07.1 dan P07.3 sesuai dengan ICD 10 yang berlaku
  • 91. TERIMA KASIH 91 Untuk Indonesia yang lebih sehat JAMINAN KESEHATAN NASIONAL