Laporan kasus ini membahas asuhan keperawatan anestesi pada pasien laki-laki berusia 67 tahun dengan diagnosa pyelum renal dextra yang menjalani tindakan pyelolitotomi renal dextra. Laporan ini mencakup pengkajian pre-anestesi, persiapan pasien dan peralatan, tahap intra anestesi serta observasi tanda vital selama operasi.
PENGENDALIAN MUTU prodi Blitar penting untuk dimiliki oleh masyarakat .pptx
PYELUM RENAL
1. LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA
Tn. K DENGAN DIAGNOSA MEDIS PYELUM RENAL DEXTRA DI
INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
Dosen Pengampu: Ircham Saefudin, S.Kep., Ns., MM
Destiana, S.Si.T
Pembimbing Lapangan : Hana Asiyaningsih, S.Tr.Kep
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Kegawatdaruratan Anestesi
(PK-IV)
Disusun oleh:
Aditya Candra Kesuma P07120318012
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2021
2. LAPORAN KASUS INDIVIDU ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESI PADA
Tn. K DENGAN DIAGNOSA MEDIS PYELUM RENAL DEXTRA
INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
Di ajukan untuk di setujui pada:
Hari :
Tanggal : September 2021
Tempat : Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
MENGETAHUI
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan
(Ircham Saefudin, S.Kep., Ns., MM) (Hana Asiyaningsih, S.Tr.Kep)
3. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI
INSTALASI BEDAH SENTRAL RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH GAMPING
I. PENGKAJIAN
Pengkajian Pre Anestesi
Hari/tanggal : Sabtu, 18 September 2021
Jam : 09.00 WIB
Tempat : IBS Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping
Metode :Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumen
Sumber data : Klien, tim kesehatan, status kesehatan klien
Oleh : Aditya Candra Kesuma
Rencana tindakan : Pyelolitotomi Renal Dextra
A. Pengumpulan Data
1. Anamnesis
1) Identitas Pasien
Nama : Tn. K / SS
Umur : 67 tahun
Tanggal Lahir : 30 Desember 1954
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
SukuBangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah
Golongan Darah : A +
Alamat : Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
No.RM : 26-87-19
Diagnosa medis : Pyelum renal dextra
4. Tanggal masuk : 13 September 2021
Tanggal pengkajian : 18 September 2021
2) Identitas PenanggungJawab
Nama : Tn. A
Usia : 30 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Jawa Hubungan dg Klien : Anak
Alamat : Soragan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul
5. 1. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan nyeri perut pinggang kanan sudah lebih dari 10 tahun
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pyelum Renal Dextra
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah melakukan operasi dan pasien
mengatakan belum pernah melakukan anestesi sebelumnya
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit
menular dan keturunan seperti TBC dan asma, kelainan jantung bawaan, dll
e. Riwayat Kesehatan
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan apapun
dan tidak mengkonsumsi obat rutin
2. Kelengkapan Rekam Medis
Persetujuan bedah, persetujuan anestesi, hasil laboratorium, hasil rontgen, hasil
rapid antigen Covid-19, USG
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : Compos mentis (E4,V5,M6)
c. TTV : TD: 120/74 mmHg; HR: 82 x/mnt; RR 22 x/mnt, SpO2 100%
d. Kepala
Inspeksi: bentuk kepala mechochepal, kulit kepala nampak bersih, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
f. Mata
Inspeksi: konjungtiva tidak anemis, sclera putih, klien tidak memakai lensa
kontak
g. Telinga
Inspeksi: bentuk simestris, terdeatan gangguan fungsi pendengaran
(penurunan fungsi dengar), tidak ada serumen
6. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
h. Hidung
Inspeksi: simetris, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
i. Mulut
Inspeksi: gigi sudah tanggal dan tidak memakai gigi palsu, stomatitis (-)
j. Wajah
Inspeksi: tidak ada lesi
k. Leher
Inspeksi: tidak ada pembesaran tiroid, Simetris, kaku kuduk (-), pembesaran
vena jugularis (-)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
l. Kulit
Inpeksi : tidak ada edema, kulit kering, terdapat veruka vulgaris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
m. Dada
1) Paru-paru
- Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada penggunaan
Otot pernafasan tambahan
- Palpasi: ekspansi dada maksimal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
ketinggalan gerak antara taktil fremitus kanan dan kiri
- Perkusi: suara resonan
- Auskultasi : suara vesikuler
- Hasil rontgen : PPOK
2) Jantung
- Inspeksi: ictus cordis tidak tampak pada ICS ke-5 medial linea
midclavicularis sinistra
- Palpasi: tidak ada pergeseran ictus cordis
7. - Perkusi: tidak ada pelebaran batas jantung, suara redup
- Auskultasi : suara jantung S1, S2, regular tidak ada suara tambahan
- Hasil rontgen : ukuran cor normal
- CRT : 2-3 detik
3) Dada
- Inspeksi : Mamae Simetris, Terpasang HDC bagian kiri
4) Abdomen
- Inspeksi : Terdapat bekas jahitan post laparatomi bedah anak
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan area kanan punggung dengan
nyeri hingga punggung
- Auskultasi : Peristaltik normal
5) Genitalia
Terpasang kateter
6) Ekstremitas
1. Atas
- Inspeksi : terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan, tidak
ada edema pada area tusukan,
- Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Bawah
- Inspeksi : Tidak terdapat edema, terdapat bekas sayatan dan
bekas luka di kedua kakinya
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
4. Pemeriksaan psikologis
Klien mengatakan belum pernah mengalami gangguan kejiwaan
5. Status ASA
Klien memiliki status fisik ASA 2
8. 6. Kebutuhan Cairan
a. Pre-Operatif
Cairan yang diberikan kepada pasien pre operasi
Rumus = Kebutuhan Cairan x kgBB/24 jam
= 50 cc x 52 kg
= 2600 cc/24 jam
= 110 cc / jam
Kebutuhan Cairan pre operasi
= 110 cc x 8 jam
= 880 cc
b. Durante Operasi
- Cairan Pengganti Puasa
= 2 cc/kgBB/Jam
= 2 cc x 52 kg x 8 jam
= 832 cc
- Cairan Pengganti Perdarahan
Rumus EBV = bbKg x Satuan EBV
= 52 x 70
= 3640
Operasi Besar
= kgBB x satuan operasi (Kecil (4 cc), Sedang (6), Besar (8)) x lama operasi
= 52 x 8 x 3
= 1248 cc
Klasifikasi Perdarahan
Perdarahan ringan
Perdarahan sampai 10-15% EBV, cukup diganti dengan cairan
elektrolit.
Perdarahan sedang
Perdarahan sampai 15-30%, dapat diganti dengan cairan Kristaloid dan
Koloid dan atau darah.
Perdarahan berat
Perdarahan >30% EBV, harus diganti dengan transfusi darah.
Perdarahan 700 cc termasuk kedalam perdarahan 19 % sehingga berikan
koloid dan atau darah sebanyak 700 cc.
9. Sehingga cairan maintenance selama 3 jam operasi ditambah perdarahan
yaitu
= Jenis operasi + jumlah perdarah
= 1248 cc + 700 cc
= 1948 cc darah dan atau koloid
7. Pemerikasaan penunjang
a. Laboraturium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.5 g/dL 12-14
Leukosit 12.8 Ribu/mmk 4.5 – 11.5
Hematokrit 19.2 /mm3 35-47
Trombosit 587.000 /uL 150.000-440.000
Netrofil Absolud 11.4 1.5 - 7
Eritrosit 2.15 4.5-6.2
Basofil 0 0 - 1
Index Eritrosit
MCV 89.3 fL 80 – 97
MCH 26 Pg 26-34
MCHC 29.2 g/dl 31 – 36
Hitung Jenis Lekosit
MXD 10^3 11.4-14.3
Limfosit 0.7 % 1.5 – 3.7
PPT 15.1 Menit 11 – 17
APTT 33.9 Menit 23 - 45
HbSAg Non Reaktif Non reaktif
Screening SARS
COV-19
Non
reaktif
Non reaktif
11. TAHAP PRE ANESTESI
Pada saat preanestesi TD pasien 108/80 mmHg, N 80 x/mnt, RR 100 x/menit
terpasang infus RL pada tangan kana, Rencana anestesi menggunakan tekhnik
General Anestesi.
a. Persiapan pasien
1) Mengecek kelengkapan status pasien
2) Mengganti baju paien dengan pakaian kamar ok, menggunakan nurse cup,
dan masker
3) Mengecek lokasi operasi telah diberii tanda
4) Mengecek TTV
5) Mengklarifikasi riwayat asma, DM, HT dan alergi
6) Memposisikan pasien
7) Memasang nasal kanul (oksigen) pada pasien dan berfungsi
b. Pesiapan mesin
1) Mengecek sumber gas apakah sudah terpasang dan tidak ada kebocoran
2) Menghdupkan mesin anestesi dan tidak ada kebocoran
3) Mengecek isi volatil agent
4) Mengecek kondisi absorben
c. Persiapan alat :
Alat general anestesi
1) S (Scope) : Laryngoscope dan stesoscope
2) T (Tube) : ETT 7, 7.5, 8
3) A (Aiway) : OPA
4) T (Tape) : Plester
5) I (Introducer) : Mandring dan stilet
6) C (Conector)
7) S (Suction) : Spuit (3ml dan 5 ml), Nasal Kanul dan selang suction
12. d. Persiapan Obat
1) Anti emetik : Ondansentron 4 mg/ 2ml (1 ampul : 2ml)
2) Analgesik : Keterolac ( 2 ampul : 1ml), Fentanyl (2 ampul),
Paracetamol 1000 mg
3) Barbiturate : Midazolam
4) Sedatif : Propofol
5) Induksi : Sevofluran, N2O
6) Obat vasokontriktor : Ephedrine 50 mg/ml ( 1 ampul : 1ml)
7) Anti fibrinolitik : Asam traneksamat 500 mg/5 ml (2 ampul)
8) Musculo relaxant : Rocuronium
e. Persiapan Tranfusi darah
1) Golongan Darah : A +
2) Jumlah Kolf : 2
13. TAHAP INTRA ANESTESI
Seluruh angggota tim sudah melakukan konfirmasi, dokter Sp.U, dokter Sp.An,
Penata anestesi serta perawat sudah melakukan konfirmasi nama pasien, prosedur,
dan lokasi insisi.
1. Jenis Pembedahan : Laparatomi Eksplorasi Internal Bleeding
2. Jenis Anestesi : General Anestesi
3. Agent Anestesi : Sevoflurance Baxter
4. Ukuran ETT : 7.5
5. Mulai Anestesi : 10.15 WIB
6. Mulai Operasi : 10.20WIB
7. Posisi : Supinasi
8. Akral pasien : Hangat
9. Suhu ruangan : 18 o
C
10. Suhu pasien : 36,8 o
C
11. Antiemetik : Ondancentrone 4mg/ml
12. Analgesik : Ketorolac 30mg/ml, Fentanyl 100 mcg, Paracetamol 1000 mg
13. Agen Anestesi : Sevoflurance
14. Cairan kristaloid : RL 500, NaCl 100
15. Tranfusi : 1 kolf
16. Respirasi : Bradipnea
17. Selesai operasi : 12. 50 WIB
18. Selesai anestesi : 13.00 WIB
16. TAHAP POST ANESTESI
Tahap post operasi pasien dengan TD 110/78 mmHg, HR 88 x/menit, RR 15
x/menit, SpO2 100 % terpasang PRC di tangan kiri
1. Kesadaran : Soporos Coma dengan GCS E1M2V2
2. Keadaan Psikologis :
- Pasien tampak lemah dan tidak dapat merespon lingkungan sekitar
- Pasien tidak sadarkan diri
3. Akral Kulit : Dingin
4. Terpasang ETT ukuran 7,5 tersambung jackson rees yang menggunakan aliran
oksigen 4 liter permenit menggunakan tabung oksigen portebel
5. Pada pukul 13.10 pasien dipindahkan ke ICU
6. Pada pukul 13.15 pasien terpasang ventilator mekanik
Observasi Tanda Tanda Vital Post Operasi
No Waktu TD HR SpO2
1 13.00 130/80 95 99%
2 13.05 158/99 96 98%
3 13.10 160/100 98 100%
4 13.15 160/100 97 100%
17. Score Aldrette Pasca General Anestesi
TD Pra Anestesi : 120/80mmHg Skor
Waktu
5 10 15
Sirkulasi
TD +/- 20 mmHg dari normal 2 V V
TD +/20 – 50 mmHg dari normal 1 V
TD +/> 50 mmHg dari normal 0
Kesadaran
Sadar penuh 2
Respon dengan panggilan 1
Tidak ada respon 0 V V V
Oksigenasi
SpO2 > 92 % (dengan udara
bebas)
2
SpO2 > 90 % (dengan suplemen
O2)
1
SpO2 < 90 % (dengan suplemen
O2)
0 V V V
Pernafasan
Bisa Tarik nafas dalam dan batuk
bebas
2
Dispneu atau limitasi bernafas 1 V V V
Apneu / tidak bernafas 0
Aktifitas
Menggerakan 4 ekstermitas 2
Menggerakan 2 ekstermitas 1
Tidak mampu menggerakan
ekstermitas
0 V V V
TOTAL 1 2 2
Pasien tidak dapat pindah kebangsal karena skor minimal untuk ke bangsal yaitu 8. Maka
dari itu pasien tidak masuk recovery room tetapi langsung transfer ke ICU untuk perbaikan
keadaan umum dan management perdarahan post operasi dengan durasi lama.
18. Analisa Data
No Symptom Problem Tujuan Intervensi Rasional
PREANESTESI
1 Ds:
Pasien mengatakan
sedikit cemas
walaupun pernah
menjalani
pembedahan
sebelumnya.
Do:
- Pasien tampak
cemas
- TD : 100/70
mmHg
- N : 80 x / mnt
- RR : 16 x /
mnt
- Skor Cemas 6
Ansietas Setelah dilakukan asuhan
keperawatan anestesi
preanestesi selama 15 menit
diharapkan kecemasan
pasien berkurang dengan
kriteria hasil :
- Skor Cemas kurang dari 6
- TTV Normal
- Pasien rileks
- Dampingi pasien
- Jelaskan tindakan
operasi dan jenis
anestesi yang akan
digunakan
- Ajarkan relaksasi
nafas dalam
- Kolaborasi dengan
dokter anestesi
pemberian sedative
bila perlu
- Mendampingi
Pasien
- Menjelaskan
tentang tindakan
operasi dan anestesi
yang akan digunakan
- Mengajarkan nafas
dalam
- Memberikan obat
sedative atas advice
dokter dengan
harapan cemas
berkurang
19. 2. Ds: Pasien
menyatakan nyeri
pinggang
P : saat digerakan
Q : tertusuk
tusuk
R : Pinggang
S : 7
T : Menetap
selama 10 tahun
Do: klien meringis
kesakitan
Skor nyeri : 7
Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan
keperawatan anestesi
selama 10 menit
diharapkan nyeri pasien
berkurang dengan kriteria
hasil :
- Pasien menyatakan skor
nyeri berkurang menjadi
kurang dari 7
- Dampingi pasien
- Ajarkan pasien
teknik relaksasi nafas
dalam
- Kolaborasi dengan
dokter anestesiologi
pemberian analgetik
bila perlu
- Mendampingi pasien
dapat menciptakan
kenyamanan untuk
pasien
- Metode ini dapat
membantu pasien
menurunkan skor nyeri
- Analgetik dapat
mengurangi nyeri
20. 3. Ds: Pasien
mengatakan
kedinginan
Do :
- Akral tubuh dingin
- Mokusa kering
- Tangan tremor
- Suhu 34.9 C
Hipotermi Setelah diberikan asuhan
keperawatan anestesiologi
selama 15 menit pasien
diharapkan kedinginan
berkurang dengan kriteria
hasil :
a. Suhu tubuh diatas 36 C
b. Akral tubuh hangat
c. Mokusa lembab
a. Monitor suhu
pasien
b. Gunakan slimut
penghangat
c. Monitor warna
kulit
a. Suhu 36.0 – 37.5 C
menunjukan pasien
dengan suhu normal
b. Slimut diharapkan
dapat
menghangatkan
tubuh pasien
sehingga suhu
pasoen naik
c. Warna tubuh biru
menandakan pasien
mengalami sianosis
d.
21. Intra Anestesi
1. Ds: -
Do :
- Pasien CRT 5 detik
- HR : 110
- TD : 60/40 mmHg
- Perdarahan : 700 cc
- SpO2 : 95 %
Resiko Syok
Hipovolemik
Durante
operasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan anestesiologi
durante operasi diharapkan
pasien tidak mengalami
syok hipovolemik durante
operasi dengan kriteria
a. TTV dalam batas
normal
b. Turgor kulit baik
c. Akral hangat, mokusa
lembab, dan merah
d. Intake dan output
seimbang
e. Tidak ada perdarahan
f. Saturasi oksigen baik
dan pernafasan
adekuat
a. Monitor sirkulasi,
turgor kulit, warna
kulit, suhu tubuh,
ritme HR, CRT
b. Monitor intake dan
output cairan
c. Monitor tanda
tanda syok
d. Pantau cairan
parenteral dengan
elektrolit
e. Kolaborasi :
berikan cairan
parenteral sesuai
indikasi
f. Monitor saturasi
oksigen dan
a. Mengidentifikasi
keadaan perdarahan,
serta penurunan
sirkulasi volume
cairan menyebabkan
kekeringan mokusa
dan urine pekat
b. Kehilangan cairan
yang berlebih
mengakibatkan syok
hipovolemik
c. Deteksi dini yang
memungkinkan
tindakan segera
d. Cairan parenteral
membantu
kebutuhan cairan
23. 2. Ds : -
Do :
- SpO2 : 95%
- Suara nafas ronchi
Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan anestesiologi
durante operasi selama 1
menit diharapkan patensi
jalan nafas pasien :
a. Sekret berkurang
b. Saturasi oksigen
kembali dikisaran 98
– 99 %
a. Lakukan
Suction secret
di ETT, mayo,
dan hidung
pasien
b. Monitor SpO2
dan berikan
oksigen sesuai
program
a. Mengidentifikasi
apakah masih ada
secret atau tidak
b. Mengidentifikasi
SpO2 dan
kebutuhan
oksigen pasien
durante operasi
24. 3. Ds :
Do :
a. Urine output : 10
cc
b. Turgor Kulit
kering, mokusa
kering
Gangguan
keseimbangan
cairan
Setelah diberikan asuhan
keperawatan anestesiologi
diharapkan pasien :
a. Urine output 52 cc/jam
b. Turgor kulit baik,
mokusa lembab
a. Berikan terapi
cairan sesuai
program
durante operasi
b. Monitor
kebutuhan
cairan, dan ttv
a. Mengidentifikasi
apakah terdapat
kekurangan
kebutuhan cairan
seperti cairan
pengganti puasa,
strees operasi dll
b. Mengidentifikasi
ttv hingga normal
25. Post Anestesi
1. Ds : -
Do :
a. SpO2 : 95 %
b. Nafas belum
adekuat
Pernafasan
tidak adekuat
Setelah diberikan asuhan
keperawatan anestesiologi
selama 10 menit pasien
diharapkan :
a. Saturasi oksigen
diangka 98 – 100 %
b. Nafas adekuat
c. Pengganti ventilator
mesin anestesi
a. Lakukan head
tilt chin lift jaw
thrust
b. Kolaborasi
pemberian
antidotum
musculo
relaxant
(neostigmine)
c. Lepas selang
selang
corrugated
mesin anestesi
dan pasang
jackson rees ke
tabung oksigen
a. Jalan nafas
terbuka
b. Otot pernafasan
kembali bekerja
dan nafas
menjadi adekuat
c. Kebutuhan
oksigenasi
selama transfer
IBS ke ICU
terpenuhi
26. 2. Ds : -
Do :
- Skor GCS E1M2V2
- Score Aldrette 2
Resiko jatuh Setelah diberikan asuhan
keperawatan anestesiologi
selama 10 menit pasien
diharapkan
a. Tidak jatuh
b. Terpasang pengaman
bed
a. Monitor GCS
dan skor
Aldrette
b. Pasang
pengaman bed
dan selalu
awasi pasien
a. Mengidentifikasi
GCS dan
Aldrette Skor
b. Terpasangnya
pengaman bed
diharapkan
pasien tidak jatuh
27. EVALUASI
No Problem Implementasi Paraf Evaluasi Paraf
PREANESTESI
1. Ansietas Sabtu 18 September 2021 09.00 WIB
a. Mendampingi pasien
b. Menjelaskan tindakan operasi dan jenis
anestesi yang akan digunakan
c. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
d. Kolaborasi dengan dokter anestesi pemberian
sedative
Sabtu 18 September 2021 09.00 WIB
a. Pasien mau didamping
b. Pasien memahami akan
tindakan operasi dan jenis
anestesi yang digunakan
c. Pasien telah melakukan
28. 2. Nyeri kronis Sabtu 18 September 2021 09.00 WIB
a. Mendampingi pasien
b. Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas
dalam
c. Kolaborasi dengan dokter anestesiologi
pemberian analgetik bila perlu
Sabtu 18 September 2021 09.15WIB
a. Pasien mau didampingi
b. Pasien mampu melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
c. Telah diberikan obat analgetic
sesuai advice dokter
29. 3. Hipotermi Sabtu 18 September 2021 09.00 WIB
a. Memonitor suhu pasien
b. Memasang slimut penghangat
c. Memonitor warna kulit
Sabtu 18 September 2021 09.00
WIB
a. Suhu pasien 36.5 C
b. Terpasa slimut penghangat
c. Kulit tidak menunjukan
sianosis
30. IntraAnestesi
1. Resiko Syok
Hipovolemik
Durante
operasi
Sabtu 18 September 2021 11.45 WIB
a. memonitor sirkulasi, turgor kulit, warna kulit,
suhu tubuh, ritme HR, CRT
b. Memonitor intake dan output cairan
c. Memonitor tanda tanda syok
d. Memantau cairan parenteral dengan elektrolit
e. Kolaborasi : berikan cairan parenteral sesuai
indikasi
f. Memonitor saturasi oksigen dan berikan terapi
oksigen yang cukup
Sabtu 18 September 2021 12.15
a. Turgor kulit baik, Tidak ada
sianosis, HR 20, CRT kurang
dari 3 detik
b. Telah diberikan NaCl 1000 cc
dan urine output 52 cc
c. Konjungtiva merah muda tidak
pucat
d. Telah diberikan terapi PRC
e. Telah berkolaborasi
f. Kebutuhan oksigenasi
tercukupi dengan kriteria hasil
SpO2 100%
31. 2. Bersihan
jalan nafas
tidak efektif
Sabtu 18 September 2021 Pukul 13.00
a. Lakukan Suction secret di ETT, mayo, dan
hidung pasien
b. Monitor SpO2 dan berikan oksigen sesuai
program
Sabtu 18 September 2021 Pukul 13.05
a. Pasien sudah disuction secret
di ETT, mayo, dan hidung
pasien
b. Monitor SpO2 dan berikan
oksigen sesuai program
dengan kriteria hasil SpO2
100%
32. 3. Gangguan
keseimbangan
cairan
Sabtu 18 September 2021 10.00 WIB
a. Memberi terapi cairan sesuai program durante
operasi
b. Memonitor TTV
Sabtu 18 September 2021 10.10
WIB
a. Terapi cairan sesuai program
durante operasi sebanyak 1000
cc NaCl
b. TD 115/60, HR 105, SpO2
100%
33. PostAnestesi
1. Pernafasan
tidak adekuat
Sabtu 18 September 2021 pukul 13.00
a. Lakukan head tilt chin lift jaw thrust
b. Kolaborasi pemberian antidotum musculo
relaxant (neostigmine)
c. Lepas selang selang corrugated mesin anestesi
dan pasang jackson rees ke tabung oksigen
Sabtu 18 September 2021 pukul
13.05
a. Melakukan head tilt chin lift
jaw thrust
b. Kolaborasi pemberian
antidotum musculo relaxant
(neostigmine)
c. Melepas selang corrugated
mesin anestesi dan pasang
jackson rees ke tabung oksigen
portebel
34. 2. Resiko jatuh Sabtu 18 September 2021 pukul 13.05 WIB
a. Memonitor GCS dan skor Aldrette
b. Pasang pengaman bed dan selalu awasi pasien
Sabtu 18 September 2021 pukul 13.05
WIB
a. GCS E1M2V2 dan skor
Aldrette 2
b. Memasang pengaman bed dan
selalu awasi pasien
35. BAB II
TINJAUAN TEORI
Batu ginjal adalah penyakit ginjal, dimana ditemukannya batu yang mengandung
komponen kristal dan matriks organik yang merupakan penyebab terbanyak kelainan saluran
kemih. (Fauzi & Putra, 2016)
Faktor risiko nefrolitiasis (batu ginjal) umumnya biasanya karena adanya riwayat batu
di usia muda, riwayat batu pada keluarga, ada penyakit asam urat, kondisi medis lokal dan
sistemik, predisposisi genetik, dan komposisi urin itu sendiri. Komposisi urin menentukan
pembentukan batu berdasarkan tiga faktor, berlebihnya komponen pembentukan batu, jumlah
komponen penghambat pembentukan batu (seperti sitrat, glikosaminoglikan) atau pemicu
(seperti natrium, urat). Anatomis traktus anatomis juga turut menentukan kecendrungan
pembentukan batu. (Fauzi & Putra, 2016)
Perjalan penyakit dari PGK yaitu berlanjut menjadi gagal ginjal terminal atau end stage
renal disease. Pada tahap ini ginjal tidak mampu lagi mempertahankan keseimbangan substansi
tubuh. Hal ini menyebabkan perlunya penanganan lebih lanjut. Hal yang diperlukan dapat
berupa tindakan dialisis atau pencangkokan ginjal.(Widiani, 2020)
Gagal ginjal kronik ditentukan berdasarkan dua kriteria. Yang pertama yaitu kerusakan
ginjal yang terjadi lebih dari tiga bulan. Hal ini dapat disertai kelainan struktural maupun
fungsional dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang bermanifestasi
adanya kelainan patologis dan terdapat tanda kelainan pada ginjal yang berupa kelainan pada
komposisi darah, urin atau kelainan pada tes pencitraan ( imaging test). Yang kedua yaitu LFG
kurang dari 60 ml/ menit/1,73 m2 . 5 Derajat penyakit berdasarkan LFG, dihitung dengan
rumus Kockcroft-Gault dan dibagi menjadi lima. Derajat satu yaitu LFG 90 ml/mnt/1.73m2 ,
derajat dua yaitu LFG 60-89 ml/mnt/1.73m2 , derajat 3A 45-59 ml/mnt/1.73m2 , derajat 3B
30-44 ml/ mnt/1.73m2 , derajat 4 15-29 ml/mnt/1.73m2 dan derajat lima < 15 ml/mnt/1.73m
(Widiani, 2020)
36. BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan kasus Nn.MDMK dengan diagnosa Internal Bleeding
dengan riwayat operasi bedah anak pada abdomen yang telah saya
analisis. Saya telah membuat asuhan keperawatan anestesi yang meliputi
pengkajian data, merumuskan diagnosa, prioritas diagnosa, intervensi
diagnosa, implementasi diagnosa, dan evaluasi asuhan keperawatan
anetesi yang merujuk pada kondisi pasien dan lynda juall carpenito.
Diagnosa yang saya angkat sebagai berikut:
1) Pre anastesi
a. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri,
ancaman terhadap perubahan status kesehatan, krisi situasi atau krisis
maturasi. Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan masalah teratasi
dengan mengajarkan pasien teknik napas perlahan/ napas dalam
b. Nyeri kronis yang berhubungan dengan batu ginjal. Evaluasi dari
tindakan yang telah dilakukan memberikan edukasi kepada pasien
untuk melakukan relaksasi nafas dalam apabila nyeri muncul Kembali
c. Hipotermi yang berhubungan dengan suhu lingkungan yang dingin.
Evaluasi dari tindakan yang telah saya lakukan adalah memberikan
selimut penghangat dan memonitor suhu tubuh pasien
2) Intra anestesi
a. Risiko perdarahan yang berhubungan dengan tindakan pengambilan
batu ginjal dan waktu operasi yang lama. Evaluasi dari tindakan yang
telah dilakukan masalah teratasi dengan memberikan satu kolf darah
dan pertahankan oksigenasi.
b. Risiko komplikasi hipovolemi yang berhubungan dengan tindakan
operasi. Evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan masalah teratasi
37. dengan memberikan obat ephedrin 50mg/ml dan cairan NaCl 500 ml
yang diguyur dengan kecepatan adequat.
c. Bersihan jalan nafas tidak evektif. Evaluasi yang telah dilaksanakan
antara lain Pasien sudah disuction secret di ETT, mayo, dan hidung
pasienserta memonitor SpO2 dan berikan oksigen sesuai program
dengan kriteria hasil SpO2 100%
3) Post anestesi
a. Resiko jatuh yang berhubungan dengan penurunan kesadaran post
operasi. Evaluasi yang telah dilaksanakan yaitu memasang pengaman
tempat tidur.
b. Pernafasan yang tidak adekuat berhubungan dengan pengaruh obat
anestesi. Evaluasi yang telah dilaksanakan antara lain melakukan head
tilt chin lift jaw thrust, kolaborasi pemberian antidotum musculo
relaxant (neostigmine), melepas selang corrugated mesin anestesi dan
pasang jackson rees ke tabung oksigen portebel
2. Saran
Bagi tenaga kesehatan lain diharapkan untuk menambah sumber bacaan
dan literature yang dapat digunakan untuk melengkapi bahan laporan
kasus serta dapat mengakses jurnal dengan mudah.
38. DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, A., & Putra, M. M. A. (2016). Nefrolitiasis. Majority, 5(2), 69–73.
Widiani, H. (2020). Penyakit Ginjal Kronik Stadium V Akibat nefrolitiasis. Intisari Sains
Medis, 11(1), 160. https://doi.org/10.15562/ism.v11i1.680