Dokumen tersebut membahas sejarah dan tujuan dari clinical pathways. Ia menjelaskan bahwa clinical pathways dikembangkan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan dengan merangkum langkah-langkah standar pelayanan untuk suatu kondisi klinis tertentu. Dokumen tersebut juga membahas kompleksitas pelayanan kesehatan dan pentingnya clinical pathways untuk mengendalikan biaya serta memastikan mutu pelayanan.
2. SEJARAH Clinical Pathways
• 1950-1960: industrie critical pathway
• 1985 : Zander & Bower Clinical pathway
>> cost-effectivity
• 1990-1995: UK & Australia Integrated carepathway
> quality
• 1996-1997: Belgia & Belanda Quality & efficiency
• Negara lain: Jerman, Finlandia, Denmark, Italia,
Prancis, New Zaeland, Jepang, Korea, Singapura
3. KOMPLEKSITAS PELAYANAN KESEHATAN
• Lathrop (1993), Restructuring Health care
– Empat hari colectomy: 53 kontak, 6 disiplin ilmu
• Multi-centre study Belgium (Debelder et al, 2003)
– Total Hip/Knee replacement: rata-rata per hari 22 kontak,
6 disiplin ilmu, 33 aktivitas
Suatu pelayanan yang kompleks:
• Mudah terjadi error
• Mudah kehilangan arah
variasi output besar
Perlu dibuat
peta jalan
• Clinical pathway seperti peta jalan yang membimbing semua profesi dalam
memberikan pelayanan
• Rumah sakit tanpa “clinical pathway” berpotensi kehilangan kendali efisiensi,
yang berakibat rugi operasional.
5. • Meningkatnya tuntutan masyarakat akan
mutu pelayanan kesehatan yang bermutu
dan terjangkau, serta profesional
• Salah satu alat untuk menjaga mutu dan
biaya adalah clinical pathway
• Clinical Pathways merupakan kebutuhan
mutlak para pelaku pelayanan kesehatan
dan kunci utama keberhasilan dari
sistem pembiayaan di RS
6. DEFINISI
• Clinical pathway adalah suatu konsep
perencanaan pelayanan terpadu yang
merangkum setiap langkah yang
dilaksanakan pada pasien mulai masuk
sampai keluar rumah sakit berdasarkan
standar pelayanan kedokteran , standar
asuhan keperawatan , dan standar
pelayanan tenaga kesehatan lainnya,
yang berbasis bukti dengan hasil yang
dapat diukur dan dalam jangka waktu
tertentu.
7. TUJUAN CLINICAL PATHWAY
1. Pelayanan lebih terstandarisasi, meningkatkan
kualitas pelayanan (Quality of Care)
2. Dasar penghitungan “real cost” suatu kasus.
3. Mengurangi variasi dalam pelayanan, sehingga
biaya lebih mudah diprediksi.
4. Meningkatkan kualitas dari informasi yang telah
dikumpulkan.
5. Diharapkan dapat mengurangi biaya dengan
menurunkan length of stay, dan tetap memelihara
mutu pelayanan
6. Sebagai pembanding pada CBG cost. Terutama
pada kasus-kasus “high cost, high volume”.
8. KOMPOSISI CLINICAL PATHWAY
• STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN
• STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN
• STANDAR PELAYANAN TENAGA KESEHATAN
LAINNYA
9. DASAR HUKUM
• Undang Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran menerangkan tentang kewajiban
menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya
10. UU PK Pasal 50
Dokter atau dokter gigi dlm melaksanakan praktik kedokteran mempunyai
hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional;
b. memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar
prosedur operasional;
c. memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau
keluarganya; dan
d. menerima imbalan jasa
UU PK Pasal 44
(1) Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik
kedokteran wajib mengikuti standar pelayanan kedokteran
atau kedokteran gigi.
(2) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibedakan menurut jenis dan strata sarana pelayanan
kesehatan.
(3) Standar pelayanan untuk dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan peraturan Menteri.
11. UU PK Pasal 51
Dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran mempunyai kewajiban :
a. memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar
profesi dan standar prosedur operasional serta
kebutuhan medis pasien;
b. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian dan kemampuan yang lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan;
c. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia;
d. melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bertugas dan mampu melakukannnya; dan
e. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
12.
13. BENTUK SPO: Panduan praktik klinis (Clinical
Practice Guideline) dapat dilengkapi dengan :
1. Alur klinis (Clinical Pathways)
2. Algoritme
3. Prosedur
4. Protokol
5. Standing Orders
PNPK
SPO PPK
CLINICAL PATHWAY
NASIONAL
RUMAH SAKIT
28. Panduan Praktik Klinis (PPK)
PNPK harus diterjemahkan sesuai dengan
kondisi dan fasilitas setempat menjadi PPK
PPK dapat sama/berbeda di RS yang berbeda;
PPK untuk DBD tanpa syok,mungkin sama di
RS kelas A,B,C,D
Di RS kelas A, PPK untuk PJB dari diagnosa
sampai bedah, di RS kelas A yg lain hanya
diagnosa lalu rujuk
Di RS kelas B clinical pathway untuk stroke
melibatkan bedah saraf, di RS kelas B lain
tidak
29. PPK untuk penyakit yg umum
Untuk penyakit yg tidak memenuhi syarat PNPK,
atau PNPK nya belum ada, PPK dibuat dengan
merujuk ;
pustaka mutakhir; artikel
asli,review/metaanalisis
PNPK asing, evidence based text book, etc
Di RSU ; PPK penyakit penyakit terbanyak
untuk setiap departemen,sedangkan untuk
RS rujukan ; PPM untuk penyakit penyakit
tiap subdisiplin
Pembuatan PPK dikoordinasi oleh Komite
Medis dan berlaku setelah disahkan oleh
Direktur
30. PNPK
Literatur:
Artikel asli
Meta-analisis
PNPK (asing)
Buku ajar, etc
Kesepakatan staf medis
PPK
Pathways
Algoritms
Protocols
Prosedures
Standing orders
Standar Prosedur Operasional
Sesuai dengan
Jenis dan strata
(hospital specific)
Dapat dilakukan
sekarang tanpa
menunggu PNPK
32. EVIDENCE BASED MEDICINE
Peringkat Bukti (Hierarchy of Evidence)
. • IA metaanalisis, uji klinis
. • IB uji klinis yang besar dengan validitas
yang baik
. • II uji klinis tidak terandomisasi
. • III studi observasional (kohort, kasus
kontrol)
. • IV konsensus dan pendapat ahli
33. LEVEL REKOMENDASI
Derajat Rekomendasi
. • Rekomendasi A bila berdasar pada bukti
level IA atau IB.
. • Rekomendasi B bila berdasar atas bukti
level II.
. • Rekomendasi C bila berdasar atas bukti
level III atau IV.
34. LANGKAH LANGKAH PENYUSUNAN
CLINICAL PATHWAY
1. Tetapkan jenis pelayanan yang akan dibuat CP
2. Siapkan PPK dari setiap komponen pelaksana
asuhan
3. Siapkan Formularium obat RS
4. Tetapkan hari rawat sesuai PPK
5. Tetapkan jenis dan urutan kegiatan pelayanan
pada setiap hari rawat
6. Beri catatan mana kegiatan wajib dan mana
opsional
7. Sediakan tempat untuk mencatat varians