Laporan ini menganalisis pengaruh lama perendaman biji timun dalam air terhadap perkecambahan. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman, perkecambahan biji timun semakin cepat dengan presentase dan indeks kecepatan perkecambahan tertinggi pada perlakuan 4 jam. Hal ini disebabkan perendaman memungkinkan proses imbibisi air ke dalam biji untuk mempercepat pelunakan kulit biji dan pertumbuhan embrio.
1. LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
PRAKTIKUM VII
PENGARUH PERENDAMAN BIJI TIMUN
(Cucumis sativus) DALAM AIR TERHADAP
PERKECAMBAHAN
Fauziah Khoirun Nisa
17030244003
Biologi 2017 D
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2018/2019
2. A. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada praktikum dengan topik “Pengaruh Perendaman
Biji Timun (Cucumis sativus) Dalam Air Terhadap Perkecambahan” adalah
bagaimana pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap perkecambahan biji
timun?
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan pada “Pengaruh Perendaman Biji Timun (Cucumis
sativus) Dalam Air Terhadap Perkecambahan” berdasarkan rumusan masalah di
atas adalah mengetahui pengaruh lama perendaman biji dalam air terhadap
perkecambahan biji timun.
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut:
Hipotesis a (Ha) : Lama perendaman mempengaruhi perkecambahan timun.
Hipotesis nol (H0) : Lama perendaman tidak mempengaruhi perkecambahan
timun.
D. Kajian Pustaka
Perkecambahan (germinasi) merupakan suatu proses keluarnya bakal
tanaman (tunas) dari lembaga yang disertai dengan terjadinya mobilisasi cadangan
makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu
pertumbuhan embrio atau lembaga). Proses perkecambahan dipengaruhi oleh
kondisi tempat dikecambahkan. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh
adalah: air, gas, suhu, dan cahaya. Temperatur optimum untuk perkecambahan
adalah 34°C (Astawan, 2009).
Benih yang tak diberi perlakuan akan berkecambah dalam waktu 4 bulan.
Penempatan benih dalam media yang lembap dan di bawah sinar matahari yang
hangat dapat mempercepat proses perkecambahan. Pemecahan kulit biji dan
merendamnya semalaman dalam air mungkin juga mempercepat perkecambahan
(Krisnawati, dkk., 2011).
3. Sutopo, (2002) menyatakan bahwa perendaman dalam air dapat
memudahkan penyerapan air oleh benih, sehingga kulit benih menjadi lisis dan
lemah, selain itu juga dapat digunakan untuk pencucian benih sehingga benih
terbebas dari patogen yang menghambat perkecambahan benih. Untuk
mempertahankan daya perkecambahan yang tinggi, biji yang kurang baik
kualitasnya biasanya direndam dalam air (Elevitch dan Manner, 2006).
Permulaan fase perkecambahan ini ditandai dengan penghisapan air atau
imbibisi. Imbibisi adalah peristiwa penyerapan air oleh permukaan zat-zat yang
hidrofilik, yang menyebabkan zat tersebut mengembang setelah menyerap air.
Kata imbibisi berasal dari kata Latin imbibere yang berarti “menyelundup”.
Proses imbibisi yang terjadi pada biji berguna untuk melunakkan kulit biji dan
menyebabkan pengembangan embrio dan endosperma. Hal ini menyebabkan
pecah atau robeknya kulit biji. Selain itu, air memberikan fasilitas untuk
masuknya oksigen ke dalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel
untuk gas, tetapi apabila dinding sel mengalami imbibisi, maka gas akan masuk ke
dalam sel secara difusi. Apabila dinding sel kulit biji dan embrio menyerap air,
maka suplai oksigen meningkat kepada sel-sel hidup sehingga memungkinkan
lebih aktifnya pernafasan. Sehingga di dalam proses imbibisi ditimbulkan panas.
Sebaliknya CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah keluar
secara difusi. Peristiwa imbibisi pada hakekatnya tidak lain adalah suatu proses
difusi. Sel-sel biji kering mempunyai nilai osmosis tinggi, sehingga molekul-
molekul air berdifusi ke dalam sel biji kering. Peristiwa imbibisi juga hekekatnya
adalah peristiwa osmosis. Dinding sel-sel kulit biji kering adalah permeabel untuk
molekul-molekul air. Sehingga molekul air dengan mudahnya melewati pori yang
ada pada dinding sel tersebut (Advinda, 2018).
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Manipulasi : Lama perendaman biji timun (Cucumis sativus).
2. Variabel Kontrol : Kecepatan perkecambahan biji timun (Cucumis
sativus).
3. Variabel Respon : Jumlah biji timun (Cucumis sativus) yang
berkecambah, media tanaman, dan penyiraman.
4. F. Definisi Operasional Variabel
Variabel manipulasi yaitu lama perendaman biji timun (Cucumis sativus)
pada 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam dan 0 jam. Kedua, variabel kontrol yaitu
kecepatan perkecambahan biji timun (Cucumis sativus) dihitung dengan rumus
IKP (indeks kecepatan perkecambahan). Dan terakhir variabel respon yaitu
jumlah biji timun (Cucumis sativus) yang berkecambah pada hari ke-7, medium
tanaman berupa kapas secukupnya, dan penyiraman dengan air setiap hari
sebanyak 5 ml.
G. Alat dan Bahan
Biji timun (250 biji, masing-masing perlakuan 50 biji), air suling 5 ml per
cawan petri, cawan petri 5 buah, kapas secukupnya, dan gelas kimia (Beaker
glass) 1 buah.
H. Rancangan Percobaan
1. Rendam biji
timun (4 jam,3
jam,2 jam,1 jam,
0 jam) masing-
masing 50 biji.
2. Tanam pada
cawan petri yang
sudah dialasi
kapas yang diberi
air.
3. Tutup cawan
petri kemudian
simpan di tempat
gelap.
4. Hari pertama
pengamatan
dihitung saat
penanaman biji
pada cawan petri.
5. Amati setiap
hari berapa
jumlah biji yang
berkecambah
selama 7 hari.
6. Pisahkan biji
yang sudah
berkecambah dan
hitung.
7. Buat tabel
presentase
perkecambahan,
indeks kecepatan
perkecambahan
8. Hitung
presentase
perkecambahan
dengan rumus.
9. Hitung Indeks
kecepatan
perkecambahan
(IKP) dengan
rumus.
5. Langkah Kerja
1. Rendam biji timun selama 4 jam, 3 jam, 2 jam, 1 jam, dan tanpa direndam
masing-masing 50 biji.
2. Tanam dalam waktu yang bersamaan pada cawan petri yang sudah dialasi
kapas yang diberi air 5 ml.
3. Tutup cawan petri kemudian simpan di tempat gelap dan amati setiap hari
berapa jumlah biji yang berkecambah selama 7 hari. Pisahkan biji yang
sudah berkecambah dan sudah dilakukan perhitungan.
4. Hari pertama pengamatan dihitung saat penanaman biji pada cawan petri.
5. Buat tabel presentase perkecambahan dan indeks kecepatan
perkecambahan dari hasil pengamatan.
6. Presentase perkecambahan= Jumlah biji yang berkecambah x 100%
Jumlah keseluruhan biji
Indeks kecepatan perkecambahan (IKP)= X1 + X2 + X3 + … + Xn
1 2 3 n
J. Rancangan Tabel Pengamatan
Tabel 1. Hasil pengamatan pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah
Waktu
Perendaman
(Jam)
Jumlah Kecambah pada Hari Ke- Presentase
Perkecambahan
(%)
IKP
1 2 3 4 5 6 7
0 0 0 0 1 2 13 9 50 4,09
1 0 0 0 3 7 11 5 52 4,69
2 0 0 0 3 12 15 2 64 5,93
3 0 0 0 3 7 14 4 58 5,05
4 0 0 0 5 9 18 6 76 6,90
Presentase:
0 jam = 25 x 100% = 50%
50
1 jam = 26 x 100% = 52%
50
2 jam = 32 x 100% = 64%
50
6. 3 jam = 28 x 100% = 58%
50
4 jam = 38 x 100% = 76%
50
IKP (Indeks Kecepatan Perkecambahan):
0 jam = 0 + 0 + 0 + 1 + 2 + 13 + 9 = 4,09
1 2 3 4 5 6 7
1 jam = 0 + 0 + 0 + 3 + 7 + 11 + 5 = 4,69
1 2 3 4 5 6 7
2 jam = 0 + 0 + 0 + 3 + 12 + 15 + 2 = 5,93
1 2 3 4 5 6 7
3 jam = 0 + 0 + 0 + 3 + 7 + 14 + 4 = 5,05
1 2 3 4 5 6 7
4 jam = 0 + 0 + 0 + 5 + 9 + 18 + 6 = 6,90
1 2 3 4 5 6 7
Gambar 1. Grafik presentase perkecambahan biji timun (Cucumis sativus)
50% 52%
64%
58%
76%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
P
r
e
s
e
n
t
a
s
e
Perlakuan
PresentasePerkecambahanBiji Timun
(%)
Presentase Perkecambahan
Biji Timun (%)
7. Gambar 2. Grafik indeks kecepatan perkecambahan (Cucumis sativus)
K. Rencana Analisis Data
Berdasarkan tabel, jumlah biji timun (Cucumis sativus) yang berkecambah
semakin banyak pada perlakuan waktu perendaman yang lebih lama. Hal ini dapat
dilihat pada presentase perkecambahan dan IKP (indeks kecepatan
perkecambahan). Dan dapat dilihat pada grafik, perlakuan 0 jam, 1 jam, 2 jam
terus meningkat baik presentase perkecambahan atau IKP nya. Namun pada
perlakuan 3 jam mengalami penurunan jumlah biji yang berkecambah sehingga
menurunkan presentase perkecambahan dan juga IKP nya. Tapi pada perlakuan 4
jam meningkat lagi seperti perlakuan sebelum 3 jam.
Pada waktu perendaman 0 jam, total biji timun yang berkecambah sampai
hari ke-7 adalah 25 dengan presentase perkecambahan 50% dan IKP 4,09. Pada
perlakuan 1 jam jumlah biji yang berkecambah meningkat sebesar 26, presentase
perkecambahan 52%, dan IKP 4,69. Perlakuan 3 jam jumlah biji yang
berkecambah meningkat lagi menjadi 32, presentase perkecambahan 64%, dan
IKP 5,93. Namun pada waktu perendaman 3 jam, jumlah biji yang berkecambah
menurun menjadi 28, presentase perkecambahan sebesar 58%, dan IKP menurun
menjadi 5,05. Sedangkan pada waktu perendaman 4 jam meningkat kembali
jumlah biji timun yang berkecambah menjadi 38, presentase perkecambahan
menjadi 76%, dan IKP meningkat menjadi 6,90.
4.09
4.69
5.93
5.05
6.90
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 jam 1 jam 2 jam 3 jam 4 jam
I
K
P
Perlakuan
Indeks Kecepatan PerkecambahanBiji
Timun
Indeks Kecepatan
Perkecambahan Biji Timun
8. L. Hasil Analisis Data
Perendaman biji timun (Cucumis sativus) sangat mempengaruhi cepat
lambat pertumbuhan kecambah, sebab air dapat mempengaruhi lapisan kulit dari
biji yang menyebabkan pertumbuhan akar menjadi lebih cepat dibandingkan
dengan biji yang tidak direndam sebelumnya. Biji timun (Cucumis sativus) yang
direndam dalam waktu yang lebih lama menghasilkan kecambah yang lebih cepat
dibandingkan dengan biji yang direndam dalam waktu yang lebih singkat.
Hal ini disebabkan oleh karena permulaan fase perkecambahan ini ditandai
dengan penghisapan air (imbibisi) kemudian terjadi pelunakan kulit biji sehingga
terjadi hidratasi protoplasma. Jadi jika memperoleh banyak air, maka air diserap
untuk pelunakan kulit biji sehingga dapat menunjang proses pertumbuhan
kecambah yang lebih cepat.
Pada tanaman, pertumbuhan dimulai dari proses perkecambahan biji.
Perkecambahan dapat terjadi pabila kandungan air dalam biji semakin tinggi
karena masuknya air ke dalam biji melalui proses imbibisi. Apabila proses
imbibisi sudah optimal, dimulailah perkecambahan, atau dapat diartikan sebagai
dimulainya proses pertumbuhan embrio dari benih yang sudah matang
(Dwidjoseputro, 1991).
Biji dapat berkecambah bila tersedia faktor-faktor pendukung selama
terjadinya proses perkecambahan. Perkembangan benih diperngaruhi oleh faktor
dalam (internal) dan faktor luar (eksternal), faktor tersebut seperti keadaan biji,
permeabiltas kulit biji, dan tersedianya air di sekeliling biji. Jika ketiga faktor
tersebut tidak mendukung biji untuk melakukan perkecambahan, maka biji
memiliki kemampuan untuk mengundurkan fase perkecambahannya yang disebut
dengan dormansi. Peranan hormon tumbuh di dalam biji yang mengalami
dormansi adalah dapat menstimulasi sintesis ribonuklease, amilase, dan protease
di dalam biji (Lovless, 1987).
M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, semakin lama perendaman pada
biji timun (Cucumis sativus) maka semakin cepat pula perkecambahan bijinya.
9. N. Daftar Pustaka
Advinda, Linda. 2018. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta:
Deepublish.
Astawan, Made. 2009. Sehat Dengan Hidangan Kacang Dan Biji-bijian. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Dwidjoseputro. 1992. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia.
Elevitch C.R., H.I. Manner, 2006. Species Profiles for Pacific Island
Agroforestry: Artocarpus heterophyllus (jackfruit). In: Traditional Trees
of Pacific Islands: their culture, environment and use (C.R. Elevitch, ed.),
www.traditionaltree.org, 1–17.
Krisnawati, Haruni, Maarit Kallio, Markku Kanninen. 2011. Aleurites moluccana
(L.) Willd.: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor: Center of
International Forestry Research
Lovless, R.A. 1987. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.
Jakarta: Gramedia.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih (edisi revisi). Fakultas Pertanian Univ
Brawijaya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
O. Lampiran
Gambar 3. Perendaman Gambar 4. Media tanam Gambar 5. Penanaman
4, 3, 2, 1 jam dengan kapas pada cawan petri
Gambar 6. Muncul akar Gambar 7. Hari ke-7 Gambar 8. Kecambah