Jumlah padatan terlarut di Pantai Bama Baluran Situbondo pada saat pagi lebih banyak dibandingkan saat siang. Padatan terlarut pagi (1) memiliki massa 0,2232 gram, padatan terlarut pagi (2) memiliki massa 0,2230 gram, dan padatan terlarut pagi (3) memiliki massa 0,2144 gram. Sedangkan pada padatan terlarut siang (1) memiliki massa 0,1850 gram, padatan terlarut siang (2) memiliki massa 0,2114 gram, dan padatan terlarut pagi (3) memiliki massa 0,1798 gram.
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Laporan Praktikum Ekologi: Padatan Terlarut
1. LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN EKOLOGI
PADATAN TERLARUT
Oleh Kelompok 2 Angkatan 2017:
Rizki Kurniawan 17030204059
M. Wierdan Syafriliansah 17030244054
Rony Afif Hidayat 17030244030
Dita Vebian Eka Putri 17030204006
Rana Husna Fahtiana N.A. 17030204007
Devi Nur Melati Fitriasari 17030204056
Zulfa Samawati 17030204058
Hayatin Nufus 17030204005
Shinta Nadya Mega Ariesta 17030204009
Fauziah Khoirun Nisa 17030244003
Anisya Eka Juniar 17030244005
Ajheng Rizki Ramadhania 17030244036
Nur Fitriana 17030244038
Annisa Arifatuz Zuhriyah 17030244029
Nurmaida Claudia Purba 17030244072
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan pelarut yang baik, sehingga air di alam tidak pernah murni
akan tetapi selalu mengandung berbagai zat terlarut maupun zat tidak terlarut
serta mengandung mikroorganisme. Kandungan berbagai zat maupun
mikroorganisme yang terdapat di dalam air melebihi ambang batas yang
diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak bisa digunakan
untuk berbagai keperluan baik untuk air minum, mandi, mencuci atau
keperluan lainya (Undang-Undang No.23 Tahun 1997).
Jika kita tinjau dari segi kualitas, air bersih yang digunakan harus
memenuhi syarat secara fisik, kimia, dan mikrobiologi. Menurut Sutrisno dan
Suciastuti (2002), persyaratan secara fisik meliputi air harus jernih, tidak
berwarna, tidak berasa/tawar, tidak berbau, temperatur normal dan tidak
mengandung zat padatan (dinyatakan dengan TS, TSS dan TDS). Persyaratan
secara kimia meliputi derajat keasaman, kandungan oksigen, bahan organik
(dinyatakan dengan BOD, COD, dan TOC), mineral atau logam, nutrien/hara,
kesadahan dan sebagainya (Kusnaedi, 2002). Adapun Penilaian kualitas
perairan secara biologi dapat menggunakan organisme sebagai indikator
(Sutjianto, 2003).
Kandungan material padatan di perairan dapat diukur berdasarkan padatan
terlarut total (Total Dissolve Solid (TDS) dan padatan tersuspensi total (Total
Suspended Solid (TSS). TDS mengandung berbagai zat terlarut (baik itu zat
organik, anorganik, stsu material lainnya) dengan diameter < 10-3 μm yang
terdapat pada sebuah larutan yang terlarut dalam air (Mukhtasor, 2007).
Nybakken (1992) menyatakan bahwa pembentukan endapan juga mendapat
pengaruh dari laut, karena air laut juga mengandung cukup banyak materi
tersuspensi.
3. B. Rumusan Masalah
Dalam praktikum kali ini, masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui padatan terlarut pada air laut di Pantai Bama,
Baluran Situbondo pada pagi dan siang?
2. Berapa jumlah padatan terlarut di Pantai Bama, Baluran Situbondo pada
pagi dan siang?
C. Tujuan
Praktikum ini bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui padatan terlarut pada air laut di Pantai Bama, Baluran
Situbondo pada pagi dan siang?
2. Berapa jumlah padatan terlarut di Pantai Bama, Baluran Situbondo pada
pagi dan siang.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kelarutan zat padat dalam air atau disebut sebagai total Dissolved solid
(TDS) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion, berupa senyawa, koloid di
dalam air. Sebagai contoh adalah air permukaan apabila diamati setelah turun
hujan akan mengakibatkan air sungai maupun kolam kelihatan keruh yang
disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi didalam air, sedangkan pada
musim kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di
dalam air. Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat
rendah, sehingga tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
Padatan terlarut adalah padatan-padatan yang mempunyai ukuran lebih
kecil daripada padatan tersuspensi.Padatan ini terdiri senyawa-senyawa
anorganik dan organik yang larut air, mineral dan garam-garamnya. Sebagai
contoh, air buangan pabrik gula biasanya mengandung berbagai jenis gula
yang larut, sedangkan air buangan industri kimia sering mengandung mineral-
mineral seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenic (As), cadmium (Cd),
Khromium (Cr), Nikel (Ni), Cl2, serta garam-garam kalsium dan magnesium
yang mempengaruhi kesadahan air. Selain itu air buangan juga sering
mengandung sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air
buangan rumah tangga dan industri pencucian (Fardiaz, 1992).
Padatan terendap biasanya terdiri dari pasir dan lumpur. Berbeda dengan
tanah liat yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya, lumpur merupakan
padatan yang dapat mengendap dengan sendirinya terutama jika airnya tidak
terguncang (Fardiaz, 1992).
PadatanTerlarut Total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah bahan-
bahan terlarut (diameter < 10-6mm) dan koloid (diameter 10-6 -10-3mm) yang
berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring
pada kertas sarng berdiameter 0,45μm (Rao, 1992).
5. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang
biasanya ditemukan di perairan. Adapun ion-ion yang terdapat di perairan
ditunjukan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 1. Ion-ion yang biasa ditemukan di perairan
Major Ion (Ion Utama) Secondary Ion (Ion Sekunder)
(1,0 –1.000 mg/liter) (0,01 –10,0 mg/liter)
Sodium (Na)
Kalsium (Ca)
Magnesium (Mg)
Bikarbonat (HCO3)
Sulfat (SO4)
Klorida (Cl)
Besi (Fe)
Strontium (Sr)
Kalium (K)
Karbonat (CO3)
Nitrat (NO3)
Fluorida (F)
Boron (Br)
Silika (SiO2)
Sumber : Todd, 1970.
Analisa total padatan terlarut merupakan pengukuran kualitatif dari jumlah
ion terlarut, tetapi tidak menjelaskan pada sifat atau hubungan ion. Selain itu,
pengujian tidak memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang
spesifik. Oleh karena itu, analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji
indikator untuk menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut
total dapat mencakup semua kation dan anion terlarut (Oram, 2010).
Total zat padat terlarut biasanya terdiri atas zat organik, garam anorganik,
dan gas terlarut. Bila total zat padat terlarut bertambah maka kesadahan akan
naik pula. Selanjutnya efek padatan terlarut ataupun padatan terhadap
kesehatan tergantung pada spesies kimia penyebab masalahtersebut (Slamet,
1994).
6. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang
bersifat kuantitatif karena data yang diambil dan didapatkan berupa angka
yang akan digunakan untuk menganalisis hasil percobaan.
B. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan di pesisir pantai Pantai Bama, Baluran Situbondo
pada pukul 06:00 dan 11:00 WIB.
C. Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan yaitu:
1. Botol aqua 1,5 liter 3 buah
2. Kertas Saring Secukupnya
3. Corong plastik 1 buah
4. Timbangan analitik 1 buah
Bahan yang digunakan yaitu:
1. Air laut Secukupnya
D. Rancangan Percobaan
1. Menentukan
luas area
(stasiun) tempat
diambilnya air
laut.
2. Menyiapkan
alat-alat yang
diperlukan.
3. Mengambil air
laut pada botol
aqua 1,5 liter
pagi hari, 3 kali
pengulangan.
4. Menyaring air
laut
menggunakan
corong diberi
kertas saring.
5. Letakkan
padatan terlarut
beserta kertas
saring kedalam
plastik PP.
6. Lakukan
seperti pada
langkah (1-5),
namun pada sore
hari.
7. E. Langkah Kerja
1. Menentukan luas area (stasiun) tempat diambilnya air laut.
2. Menyiapkan alat-alat yang diperlukan.
3. Mengambil air laut pada botol aqua 1,5 liter pagi hari, 3 kali
pengulangan.
4. Menyaring air laut menggunakan corong diberi kertas saring
5. Letakkan padatan terlarut beserta kertas saring kedalam plastik PP.
6. Lakukan seperti pada langkah (1-5), namun pada sore hari.
8. BAB IV
PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 2. Padatan terlarut di Pantai Bama Baluran Situbondo Jawa timur
Waktu Pengambilan Jumlah padatan terlarut
Pagi
0,7232 – 0,5 = 0,2232 gram
0,7230 – 0,5 = 0,2230 gram
0,7144 – 0,5 = 0,2144 gram
Siang
0,6850 – 0,5 = 0,1850 gram
0,7114 – 0,5 = 0,2114 gram
0,6798 – 0,5 = 0,1798 gram
B. Pembasan
Padatan terlarut di Pantai Bama, Baluran Situbondo saat pagi pengulangan
(1) memiliki massa 0,2232 gram, padatan terlarut pagi pengulangan (2)
memiliki massa 0,2230 gram, dan padatan terlarut pagi pengulangan (3)
memiliki massa 0,2144 gram. Sedangkan pada padatan terlarut siang
pengulangan (1) memiliki massa 0,1850 gram, padatan terlarut siang
pengulangan (2) memiliki massa 0,2114 gram, dan padatan terlarut siang
penulangan (3) memiliki massa 0,1798 gram.
Jumlah padatan terlarut dapat mempengaruhi tingkat kecerahan air laut di
Pantai Bama. Semakin tinggi nilai padatan terlarut, maka semakin rendah
tingkat kecerahan dan begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai padatan
terlarut, maka semakin tinggi tingkat kecerahan air laut. Berdasarkan data
kelompok kami, nilai padatan terlarut tergolong rendah sehingga tingkat
kecerahan di Pantai Bama tergolong baik.
Hasil pengukuran kualitas perairan di lokasi sampling dapat dilihat pada
Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu perairan di Pantai Bama, Baluran
Situbondo pada stasiun 2 mempunyai rata-rata suhu 20,53°C saat pagi dan
29°C saat siang. Sesuai dengan pernyataan Effendi (2003), kisaran temperatur
yang baik bagi kehidupan organisme perairan adalah antara 18-30°C.
9. Nilai rata-rata pH di Pantai Bama, Baluran Situbondo adalah 6,67 dan 8
pada saat siang. Pada pagi hari, pH air laut cenderung asam, sedangkan pada
saat sore hari cenderung basa. Perairan dengan pH<4 merupakan perairan
yang sangat asam dapat menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan
pH>9,5 merupakan perairan yang sangat basa yang dapat menyebabkan
kematian dan mengurangi produktivitas perairan. Perairan laut maupun pesisir
memiliki pH relatif lebih stabil dan berada dalam kisaran yang sempit,
biasanya berkisar antara 7,7–8,4 pH karena dipengaruhi kapasitas penyangga
(buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat yang
dikandungnya (Boyd, 1982; Nybakken, 1992).
Menurut Asmadi dan Suharno (2012), perubahan yang dapat ditimbulkan
dengan parameter fisik dalam air limbah yaitu padatan, kekeruhan, bau,
temperatur, dan warna. Padatan akan menimbulkan pendangkalan pada badan
air dan menimbulkan tumbuhnya tanaman air tertentu dan dapat menjadi racun
bagi makhluk hidup lain. Semakin keruh air semakin tinggi hantar listrik dan
semakin banyak padatan yang tertimbun.
Total padatan terlarut merupakan ukuran zat terlarut dalam air (baik zat
organik maupun anorganik). Material-material yang tergolong dapat larut
dalam air seperti karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium,
magnesium, natrium, ion-ion organik, dan ion-ion lainnya. Kandungan total
padatan terlarut meliputi zat terlarut (zat organik maupun zat anorganik)
misalnya gula, asam dan garam, sehingga semakin tinggi penambahan larutan
garam maka akan semakin tinggi nilai total padatan terlarut yang terbaca
(Pamungkas, 2016).
Menurut Fardiaz (1992), total padatan terlarut merupakan bahan-bahan
terlarut dalam air. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan
organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab
utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum
dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul
sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air.
10. Ion yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium,
magnesium, bikarbonat, karbonat dan klorida. Bahan kimia dapat berupa
kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul. Sumber utama
untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari pertanian, limbah rumah
tangga, dan industri. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya
karena akan menyebabkan perubahan salinitas, perubahan komposisi ion-ion,
dan toksisitas masing-masing ion. Perubahan salinitas dapat menganggu
keseimbangan biota air, biodiversitas, menimbulkan spesies yang kurang
toleran, dan menyebabkan toksisitas yang tinggi pada tahapan hidup suatu
organisme (Weber-Scannel and Duffy, 2007).
11. BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jumlah padatan terlarut di Pantai Bama Baluran Situbondo pada saat pagi
lebih banyak dibandingkan saat siang. Padatan terlarut pagi (1) memiliki
massa 0,2232 gram, padatan terlarut pagi (2) memiliki massa 0,2230 gram,
dan padatan terlarut pagi (3) memiliki massa 0,2144 gram. Sedangkan pada
padatan terlarut siang (1) memiliki massa 0,1850 gram, padatan terlarut siang
(2) memiliki massa 0,2114 gram, dan padatan terlarut pagi (3) memiliki massa
0,1798 gram.
B. Saran
Saran penulis untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian
kualitatif untuk mengetahui kandungan mineral dalam air laut di Pantai Bama,
Baluran Situbondo agar bisa diketahui ion dan padatan apa saja yang bisa
mempengaruhi TDS atau padatan terlarut.
12. DAFTAR PUSTAKA
Asmadi dan Suharno. 2012. Dasar–Dasar Teknologi Pengolahan Air Limbah.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Bilotta, G.S., R.E. Brazier. 2008. Understanding the influence of suspended solids
on water quality and aquatic biota. Water Research. 42. 2849-2861.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality in Warmwater Fish Pond. Forth Printing.
Alabama, USA: Agricultural Experiment Station, Auburn University.
318p.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Karsinus.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal: 21-
23, 185.
Kusnaedi. (2002). Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Minum.
Jakarta: Swadaya.
Mukhtasor. 2007. Pencemaran Pesisir dan laut. Jakarta: Penerbit PT. Pradnya
Paramita. 322 hal.
Nybakken J W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT
Gramedia.
Oram, B. 2014. Total Dissolved Solid and Water Quality. Retrieved April 2015,
24, from Water Research Center: http://www.water-
research.net/index.php/water-treatment/tools/total-dissolved-solids
Pamungkas, B.T. 2016. Pembuatan Nira Kelapa Fermentasi dengan Metode
Moromi untuk Pensubstitusi Kecap Asin. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor
Rao, C.S. 1992. Environmental Pollution Control Engineering. New Delhi: Wiley
Eastern Limited.
13. Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan : FMIPA-UNIMED.
Slamet, J. S.1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung : Gadjah Mada University
Press.
Sujianto, R. 2003. Biodiversitas Plankton sebagai Indikator Kualitas Perairan.
Makassar: FMIPA UNHAS
Sutrisno, T., & Suciastuti, E. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta:
Rineka Cipta
Todd, D. K. 1970. The water encyclopedia. Water Information Center, Port
Washington. New York.
Undang-Undang No 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Weber-Scannell, P.K., L.K. Duffy. 2007. Effect of Total Dissolved Solids on
Aquatic Organisms: A Review of Literature and Rrecommendation for
Salmonid Species. American Journal of Environmental Sciences. 3(1).1-6.