Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Komunitas klimaks adalah komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan ekosistem.
2. Terdapat 3 teori klimaks yaitu teori monoklimaks, teori poliklimaks dan teori informasi.
3. Sifat fasa klimaks antara lain komposisi jenis pada fasa klimaks relatif tetap, tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dan fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
4. Komunitas klimaks dipengaruhi oleh faktor yaitu musim dan biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan.
5. Proses terjadinya komunitas klimaks terjadi dalam 3 tahapan yaitu tahap perintis, tahap intermediet dan tahap klimaks.
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
KOMUNITAS KLIMAKS
1. MAKALAH EKOLOGI
KOMUNITAS KLIMAKS
Dosen Pengampu:
Dr. H. Sunu Kuntjoro, S. Si. M.Si
Oleh:
Fauziah Khoirun Nisa 17030244003
Selvira Dwi Adha 17030244007
Suci Yuliana Puspita Sari 17030244012
Syefrina Rosyada 17030244014
Mita Endah Widyawati 17030244015
Mohammad Nadhiem Zuhdi 17030244026
Gressia Katrisna Octavyani 17030244028
Biologi D 2017
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu daerah tidak tetap demikian untuk waktu yang lama. Diawali dengan
tumbuhan daerah itu segera dihuni oleh beragam spesies tumbuhan atau hewan.
Organisme-organisme ini mengubah habitat yang membuatnya sesuai bagi spesies
lain menjadi mantap. Masa pendewasaan perkembangan suatu daerah seringkali
mencapai suatu keadaan relatif stabil yang diberikan sebagai tahapan klimaks.
Selama masa perkembangan ini, penghunian suatu daerah baru, pertama-tama
oleh tumbuhan melandasi jalan bagi hewan-hewan untuk tinggal di dalamnya
disebut suksesi. Suksesi secara bertahap disebabkan oleh reaksi biotik dan
berlangsung melalui sederetan tahapan dari tahapan pelopor menuju tahapan
klimaks (Michael, 1996).
Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut
klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan
kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi
dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang
cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu
komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi
(Resosoedarmo, 1990).
Komunitas klimaks adalah komunitas yang berada dalam keadaan setimbang
dinamis dengan lingkungannya. Spesies klimaks adalah suatu spesies yang
berhasil beradaptasi terhadap suatu habitat sehingga spesies tersebut menjadi
dominan di habitat yang bersangkutan (Onrizal, 2008).
Lingkungan sangat menentukan pembentukkan struktur komunitas klimaks.
Misalnya, jika proses suksesi berlangsung di daerah beriklim kering, maka proses
tersebut akan terhenti (klimaks) pada tahap komunitas rumput, jika berlangsung di
daerah beriklim dingin dan basah, maka proses suksesi akan terhenti pada
komunitas (hutan) conifer, serta jika berlangsung di daerah beriklim hangat dan
basah, maka kegiatan yang sama akan terhenti pada hutan hujan tropik.
3. B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah “Komunitas Klimaks” adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan komunitas klimaks?
2. Apa saja macam-macam teori klimaks?
3. Bagaimana sifat fasa klimaks?
4. Apa saja faktor yang mempengaruhi komunitas klimaks?
5. Apa saja tahapan proses terjadinya komunitas klimaks?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah “Komunitas Klimaks” adalah:
1. Mengetahui pengertian komunitas klimaks.
2. Mengetahui macam-macam teori klimaks.
3. Mengetahui sifat fasa klimaks.
4. Mengetahui faktor yang mempengaruhi komunitas klimaks.
5. Mengetahui tahapan proses terjadinya komunitas klimaks.
4. BAB II
KAJIAN TEORI
A. Komunitas Klimaks
Komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah) yang mencapai keseimbangan
ekosistem disebut komunitas klimaks. Menurut Atmadja (1986), terdapat tiga fase
kolonisasi yaitu pionir, penerusan suksesi (channelling succession), dan struktur
normal komunitas sebagai klimaks. Keanekaragaman jenis mencapai puncaknya
pada fase tumpang tindih dan akan menurun apabila jenis dominan berlimpah.
Komunitas pionir sebagai koloni pertama mempunyai perbedaan tipe yang
bergantung kepada faktor lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai oleh
dominansi tanaman yang beradaptasi terbaik dalam proses berkompetisi. Kriteria
utama dari suatu klimaks adalah keadaan komunitas yang relatif stabil dan
terpelihara baik (relatif permanen) dalam jangka waktu tertentu sepanjang
kombinasi. dan kondisi lingkungan tidak berubah.
Komunitas yang klimaks ditandai dengan adanya spesies yang berumur
panjang, toleran terhadap sinar, dan resisten. Tetapi apabila terjadi gangguan pada
hutan klimaks seperi kebakaran hutan atau tebang habis, maka site itu biasanya
akan didominasi oleh spesies pionir yang akan tumbuh baik pada tanah mineral
dan terbuka. Spesies pionir cenderung tidak menyukai naungan. Spesies tahan
naungan akan berkembang dibawah kanopi dan apabila pohon pionir mati akan
mendominasi kembali. Perubahan secara gradual menuju komunitas klimaks yang
stabil dikenal dengan sukesesi ekologi (ecologial succession) (Musyafa, 2008).
B. Teori Klimaks
1. Teori Monoklimaks
Clements (1916) menyatakan bahwa komunitas klimaks suatu kawasan
semata-mata merupakan fungsi dari iklim. Iklim merupakan faktor yang sangat
menentukan batas dari formasi klimaks. Suatu wilayah dengan iklim yang sama
dalam jangka waktu yang cukup dan bebas gangguan akan membentuk klimaks
yang sama pula. Clements tidak melihat kenyataan banyaknya variasi lokal dalam
suatu vegetasi yang telah berada dalam suatu bentuk klimaks. Variasi-variasi ini
dianggap fasa seral meskipun berada dalam keadaan yang stabil.
5. 2. Teori Poliklimaks
Tansley (1939) menyatakan bahwa variasi lokal dalam suatu komunitas
tumbuhan perlu dipertimbangkan sebagai bentuk dari klimaks, sehingga
memungkinkan untuk mendapat mosaik berbagai bentuk klimaks dari setiap
daerah/wilayah iklim. Hal tersebut karena komunitas klimaks erat hubungannya
dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti tanah, drainase, dan
berbagai faktor lainnya. Faktor iklim adalah sangat penting, tetapi faktor-faktor
lain hendaknya jangan dipandang sebagai fenomena yang bersifat temporal.
3. Teori Informasi
Teori ini dikemukakan oleh Odum dan merupakan teori sebagai jalan
tengah antara teori monoklimaks dan teori poliklimaks. Odum berpendangan
bahwa suatu komunitas baik hewan maupun vegetasi selalu memerlukan enersi
dan informasi dan pada saatnya akan menghasilkan enersi dan informasi. Suatu
sistem berkembang, pada permulaannya memerlukan enersi dan informasi
sehingga disebut sistem tersubsidi. Pada suatu saat setelah dewasa akan
menghasilkan enersi dan informasi. Sistem ini dikatakan mencapai klimaks bila
perbandingan masukan dan keluaran enersi dan informasi sama dengan satu.
Artinya hasil enersi dan informasi sama besar dengan masukan enersi dan
informasi. Sistem yang demikian ini oleh Odum disebut klimaks. Pengertian ini
berlaku sampai sekarang. Odum (1971) mengatakan bahwa komunitas untuk
mencapai klimaks akan bervariasi tidak hanya disebabkan oleh adanya perbedaan
iklim dan situasi fisiografis, tetapi ditentukan juga oleh sifat-sifat ekosistem yang
berbeda.
Whittaker (1975) merupakan penyokong monoklimaks, mengatakan
bahwa teori monoklimaks menekankan esensialitas (pentingnya) kesatuan
vegetasi yang mencapai klimaks di suatu habitat. Ahli-ahli lain seperti Oosting,
Henry, mengatakan bahwa teori poliklimaks lebih praktis. Hal ini disokong oleh
Michols, Tansley dan ahli-ahli Rusia. Smitthusen (1950), Whittaker (1975) dan
ahli ekologi Amerika yang lain menyokong konsep poliklimaks dan semuanya
percaya karena ada fakta bahwa tingkatan klimaks dinyatakan oleh lingkungan
individu serta komunitas tanaman dan bukannya oleh iklim setempat.
6. C. Sifat Fasa Klimaks
Fasa klimaks ini mempunyai sifat-sifat tertentu dan yang terpenting adalah:
1. Fasa klimaks merupakan sistem yang stabil dalam keseimbagannya antara
lingkungan biologi dengan lingkungan non-biologinya.
2. Komposisi jenis pada fasa klimaks relatif tetap atau tidak berubah.
3. Pada fasa klimaks tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dari materi
organik, sehingga tidak ada perubahan yang berarti.
4. Fasa klimaks dapat mengelola diri sendiri atau mandiri.
D. Faktor yang Mempengaruhi Komunitas Klimaks
Pembentukkan komunitas klimaks sangat dipengaruhi oleh musim dan
biasanya komposisinya bercirikan spesies yang dominan. Berdasarkan pengaruh
musim terhadap bentuknya, komunitas klimaks memiliki dua teori yaitu hipotesis
monoklimaks menyatakan bahwa pada daerah musim tertentu hanya terdapat satu
komunitas klimaks dan hipoteis poliklimaks mengemukakan bahwa komunitas
klimaks dipengaruhi oleh berbagai faktor abiotik yang salah satunya mungkin
dominant (Michael, 1995).
E. Proses Terjadinya Komunitas Klimaks
Tahap pada suksesi primer hingga klimaks:
1. Tahap perintis
Tahap perintis adalah tahap dimulainya kehidupan baru di suatu daerah yang
terkena suksesi primer. Organisme yang bisa merintis daerah tersebut disebut
organisme perintis, contohnya lichenes. Setelah ada organisme perintis,
organisme kecil lain akan mulai datang dan tumbuh.
2. Tahap intermediet
Tahap intermediet adalah tahap mulainya muncul hutan muda dengan pohon
yang tidak begitu tinggi. Dalam tahap ini akan lebih banyak variasi organisme
yang menempati daerah tersebut.
7. 3. Tahap klimaks
Tahap klimaks ditandai dengan terbentuknya hutan yang lebih mapan dan
komunitas yang lebih kompleks di dalamnya dengan daur hidup organisme
lebih sempurna.
8. BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Komunitas klimaks adalah komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah)
yang mencapai keseimbangan ekosistem.
2. Terdapat 3 teori klimaks yaitu teori monoklimaks, teori poliklimaks dan
teori informasi.
3. Sifat fasa klimaks antara lain komposisi jenis pada fasa klimaks relatif
tetap, tidak ada akumulasi tahunan berlebihan dan fasa klimaks dapat
mengelola diri sendiri atau mandiri.
4. Komunitas klimaks dipengaruhi oleh faktor yaitu musim dan biasanya
komposisinya bercirikan spesies yang dominan.
5. Proses terjadinya komunitas klimaks terjadi dalam 3 tahapan yaitu tahap
perintis, tahap intermediet dan tahap klimaks.
9. DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W. S. 1986. Kolonisasi dan Suksesi pada Algae Laut Bentik. Oseana,
Volume XI, Nomor 1 : 1 – 10, 1986.
Clements, F.E. 1916. Plant Succession: an Analysis of The Development of
Vegetation. Carnegie. Inst. Washington
Michael, P., 1996. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Jakarta : UI Press.
Musyafa, Sumardi, A. Triyogo. 2008. Peranan Serangga Herbivora dalam proses
Suksesi di Hutan Pendidikan Wanagama. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Odum, Eugene. P. 1971. Dasar-dasar Ekologi. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada Press.
Onrizal. 2008. Petunjuk Praktikum Ekologi Hutan. Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tansley, A. G. 1939. The British Islands and Their Vegetation Cambridge
University Press. 1939. pp. XXXVIII, 930, with 162 plates containing 418
photographs, and 179 text-figures. 45s.
Whittaker, R. H. 1975. Tropical Rain Forest of The Far East. London: Oxford
University Press.