SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot
dan organ dalam. Kulit merupakan jalinan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang
tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Kulit
berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-
organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai
kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat
jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan.
Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan
lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan
utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah
pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang
tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh
darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang
tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari
infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak
subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit,, isolasi untuk pertahankan suhu
tubuh dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni EKZEMA yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Ekzema dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Ekzema tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini
jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem integumen yaitu ekzema.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian ekzema
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi ekzema
3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi ekzema
4. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pathway ekzema
5. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang manifestasi klinis ekzema
6. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan ekzema
7. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang
ekzema
8. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi ekzema
9. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan
pada ekzema
1.3 Manfaat
1. Tenaga perawat dapat membedakan bentuk-bentuk ekzema serta pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan jenis penyakit ekzema yang di alami klien
2. Pembaca dapat mengenali secara dini tanda dan gejala ekzema dan melakukan
penanganan lebih cepat untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
3. Masyarakat dapat menghindari dan mengenal lingkungan yang dapat
menyebabkan penyakit ekzema.
4. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematika
5. Mahasiswa mengerti dengan baik apa itu ekzema.
6. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem
integumen
7. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan ekzema.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Ekzema
Ekzema merupakan epidermo-ekzema dengan gejala subyektif pruritus.
Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik.
Tanda-tanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit
bertendensi residif dan menjadi kronis.
Gambar : Penderita Ekzema
Sumber : http://kumpulan0askep.wordpress.com/2011/06/02/askep-ekzema/
Ekzema adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi)
dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). ekzema cenderung residif dan menjadi kronis. Sinonim
ekzema adalah eksem.
2.2 Etiologi
Penyebab ekzema dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia,
fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam
(endogen), misalnya ekzema atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti.
Banyak macam ekzema yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang
4
penyebabnya fakktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah tentang ekzema
kontak, baik yang tipe alergik maupun iritan primer.
2.3 Patofisiologi
Gangguan imunologi yang menonjol pada EA adalah adanya peningkatan
produksi IgE karena lomfosit T yang meningkat. Aktivitas limfosit T meningkat
karena pengaruh dari IL-4. Sementara itu produksi IL-4 dipengaruhi oleh aktivitas
sel T helper. Sel TH2 akan merangsang sel B untuk merangsang IgE. Sitoksin
dihasilkan IL-2 dan IL-4 jadi, pada EA TH2 mempunyai peran yang menonjol pada
proses patrogenesis EA. Imunopatologi EA sangat kompleks. IgE meningkat pada
80 % penderita EA. Perlu diketahui bahwa pada EA, selain melalui hipersensitivitas
1, IgE juga bertindak sebagai penangkap antigen pada reaksi/IgE-mediated delayed
tipe hipersensitiviti.
Ekzema Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi
hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:
1) Fase Induksi (sensitisasi)
a. Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu.
b. Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan
dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap
dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi
limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi
limfosit T melalui saluran limfe.
2) Fase Eksitasi
Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa.
Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
menarik berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.
Ekzema tangan biasanya terjadi pada ibu tangga akibat banyaknya kontak
dengan sumber iritan atau alergen. Ketika terpajan oleh sumber alergen limfosit T
yang ada dalam tubuh menciptakan antibodi untuk melawan atau memfagosit
antigen atau sumber alergen. Sehingga antigen yang menempel pada sel mast
mengeluarkan mediator berupa (histamin, prostaglandin, leukotrien). Akibat dari
5
pelepasan mediator menimbulkan gejala berupa gatal, eritema, atau kemerahan dan
lain sebagainya.
Ekzema statis terjadi akibat adanya kontak dengan Zat kimia, protein, bakteri,
pungus (faktor endogen/eksogen) yang dapat menimbulkan reaksi antigen dan
antibodi sehingga terjadi permeabilitas jaringan dan dilatasi pembuluh darah
perifer. Akibat dari reaksi imun menyebabkan edema intraseluler yang
menimbulkan vesikel-vesikel yang dapat pecah dan kontak dengan lingkungan.
6
2.4 Pathway
Bahan iritan(allergen) Genetic, lktasi,
sosioekonomi, populasi,
lingkungann
Sabun, deterjen, zat kimia
EKZEMA
Ekzema kontak Ekzema atopik Eczema statisEczema tangan
Ekzema Kontak
Iritan
Ekzema Kontak Alergi
Respon antibodi
IGE eosinophil
meningkat
Pelepasan histamin
Reaksi hiversensitivitas
Vasodilatasi pembuluh
darah
pruritus eritema papul lesi
Gangguan pola tidur nyeri Gangguan integritas kulit
Resiko infeksi
Vesikel pecah
Erosi dan esudasi
Terbentuk krusta
Adanya stimulus
Reaksi alergi
Intraksi antigen antibodi
Dilatasi pembuluh darah perifer
Edema intraseluler
Terbentuk krusta, skuama
Sumber: Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan
Integumen. Jakarta : Medika Salemba
7
2.5 Manifestasi Klinis
Pada umumnya penderita ekzema mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung
pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebaran
dapat setempat, generalisata, bahkan universalis.
Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema
berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak
lesi kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat
erosi dan ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa
saja sejak awal suatu ekzema memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensinya tidak selalu harus polimorfi,
mungkin hanya oligomorfi.
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab ekzema multi faktor, kadang juga
tidak diketahui pasti, maka pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan
menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan peradangan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Darah, Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein
total, albumin, globulin.
2. Urin; pemeriksaan Hispatologi
3. Uji kulit, alergen, uji IgE spesifik, pada ekzema atopik
4. Pemeriksaan kultur bakteri apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri,
pada ekzema kontak iritan
2.8 Klasifikasi Ekzema
1. Ekzema Atopik
1. Definisi
Ekzema atopik dapat di sebut juga ekzema konstitusional, ekzema
fleksural, neuroekzema diseminata, prurigo Besnier (arif masjur dkk,2000).
8
Ekzema atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi. Kata “atopi” pertama diperenalkan
oleh Coca (1928), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada
individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya :
asma bronkial, rinitis alergik, ekzema atopik, dan konjungtivitis alergik.
2. Etiologi
Terdapat sigmata atopi (herediter) pada pasien/anggota keluarga berupa:
a. Rinitis alergik, asma bronkial, hayfever.
b. Alergi terhadap pelbagi alerge protein (polivalen)
c. Pada kulit: ekzema atopik, dermatografisme putih, dan kecenderungan
timbul urtika.
d. Reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas dingin) dan
ketegangan (stress)
e. Lebih sensitif terhadap serum dan obat
f. Kadang-kadang terdapat katrak juvenilis.
3. Manifestasi Klinis
Subyektif selalu terdapat pruritus. Terdiri atas tiga bentuk, yaitu:
 Bentuk infantil (2 bulan – 2 tahun). Karena letaknya di daerah pipi yang
berkintak dengan payudara,secara salah sering di sebut ekzema susu.
Terdapat eritema berbatas tegas dapat di sertai papul-papul dan vesikel-
vesikel miliar, yang menjadi erosit, eksudatif, dan berkrusta. Tempat
predileksi kedua pipi, ektremitas bagian fleksor dan ekstensor.
 Bentuk anak (3-10 tahun)
Pada anamnesis dapat didahului bentuk infantil. Lesi tidak eksudatif lagi,
sering disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi, dan hipopigmentasi.
Tempat predileksi tengkuk, fleksor kubital, dan fleksor popliteal.
9
 Bentuk dewasa (13-30 tahun)
Pada anamnesis terdapat bentuk infantil dan bentuk anak. Lesi selalu
kering dan dapat disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempat
predilepsi tengkuk serta daerah fleksor kubital dan popliteal.
Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal-
gatal terutama jika berkeringat. Berbagai kelainan yang dapat
menyertainya iyalah xerosis kutis, iktiosis, hiperlinearis palmaris et
plantaris, pomfoliks, pitiriasis alba, keratosis pilaris (berupa papul-papul
miliar, di tengahnya terdapat lekukan).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan seperti ekzema pada umumnya, terutama
menghindari faktor pencetus/faktor predisposisi. Bila eksudasi berat atau
stadium akut diberi kompres terbuka, bila dingin dapat diberikan krim
kortikosteroid ringan sedang. Pada lesi kronis dan likenifikasi dapat diberikan
salep kortekostiroid kuat. Antihistamin merupakan obat pilihan utama sebagai
kompetitif hitamin. Dapat digunakan golongan sedasi (klasik) maupun
nonsedasi ( AH baru).
5. Pemeriksaan Penunjang
 Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
 Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimulkan
tiga repon, yakni berturut-turut akan terlihat garis merah di tempat
penggoresan selama 15 detik, warna merah di sekitarnya selama beberapa
detik, dan edema timbul sesudah beberapa menit. Penggoresan pada pasien
yang atopik akan bereaksi berlainanan. Garis merah tidak disusul warna
kemerahan, tetapi kepucatan selama 2 detik sampai 5 menit, sedangkan
edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatogrfisme putih.
 Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin
1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada orang
dengan ekzema atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan
selama 1 jam.
10
 Percobaan Histamin. Jika histamin fosfat disuntikan pada lesi, eritema
akan berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat
tersebut disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang
normal.
2. Ekzema Kontak
1. Definisi
Ekzema kontak adalah peradangan kulit yang akut atau kronik akibat
terpajang iritan (ekzema iritan) atau alergen (ekzema alergik), epidermi
mengalami kerusakan akibat iritan fisik dan kimia yang berulang. (elizabeth
j.corwin, 2007).
2. Etiologi
Penyebab munculnya ekzema jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asan, alkali,dan serbuk kayu.
Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut
,konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain.
Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus berselang),
adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan
trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berpeeran.
Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI, misalnya perbedaan
kekebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permebealitas, usia,
(anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam
lebih tahan dari pada kulit putih, jenis kelamin (insiden DKI lebih banyak pada
wanita) penyakit kulit kulit yang pernah atau sedang dialami ambang ransang
terhadap bahan iritan menurun.
4. Klasifikasi
Ekzema kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik. Ekzema
kontak dapat berupa:
1. Tipe ekzema kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed
Hypersesitivity”; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh
alergen kontak pada orang yang sensitif.
11
2. Tipe ekzema kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non
alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.
3. Perbedaan ekzema kontak iritan dan alergi:
Faktor Ekzema Kontak Iritan Ekzema Kontak Alergi
Penyebab Iritan primer Alergen kontak sensitizer
Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
Penderita Semua orang Orang yang alergik
Lesi Batas lebih jelas, eritema Batas tidak begitu jelas,
eritema
Faktor Ekzema Kontak Iritan Ekzema Kontak Alergi
Uji tempel Sesudah ditempel 24 jam bila
iritan diangkat, reaksi akan
segera
Bila sesudah 24 jam bahan
alergen diangkat, reaksi
menetap/meluas berhenti
Contoh Sabun, deterjen Pemakaian terlalu lama, jam,
sandal jepang, kalung imitasi
5. Manifestasi klinik
Gejala dari ekzema kontak adalah:
1. Fase akut : merah, edema, papula, vesikula, berair, kusta, dan gatal
2. Fase kronik : kulit tebal/likenifikasi, kulit pecah-pecah skuama,kulit
kering, dan hiperpigmentasi.
3. Gejala subyektif : Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa
tidak enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena
fisura, vesikula, ulcus.
4. Gejala obyektif :
a. Erythema
b. Mikrovesikulasi dan keluarnya
c. Kulit menebal, kering, retak
d. Pengelupasan kulit
e. Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura
12
f. Edema muka dan tangan
g. Ruam-ruam dan lesi
6. Penatalaksanaan
Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontak iritan
merupakan tindakan penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium
permulaan, sebab tidak ada pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya
terjadi pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid diberikan bila
penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari. Terapi topikal diberikan sesuai
petunjuk umum.
a. Kompres
Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air
- Letakkan di lesi, 10-20 menit
- Ganti dengan kain dan air yang bersih
b. Antibiotik
Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif. Diobati
dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim,
supristol, septrin (efek aplasticanemia).
c. Antihistamin
d. Obat- obat topical
Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat
obat topical dapat sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang
tinggi dapat dioleskan langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit
absorbsi sistemik sehingga efek samping sistemiknya juga sedikit.adapun
obat topikalnya antara lian:
a. Lotion
Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam
air yang perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang
mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .
b. Bedak
Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk, zinkoksida, bentonit atau pati
jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons katun.
13
Meski kerja medisnya singkat, bedak merupakan preparat higroskopis
yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei.
c. Krim
Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam – air atau emulsi air- dalam-
minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur
(Mackie,1991).
d. Jel
Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketila dioleskan pada
kulit,bentuk preparat topikal ini secara kosmetik dapat diterima oleh
pasien karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa
berminyak serta tidak meninggalkan noda.
e. Pasta
Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada
keadaan inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa
menggunakan minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.
f. Salep
Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi
kulit, bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang
kronis atau terlokalisasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan kultur bakteri bisa dilakukan apabila ada komplikasi infeksi sekunder
bakteri.
2. Pemeriksaan KOH bisa dilakukan dan sampel mikologi bisa diambil untuk
menyingkirkan infeksi tinea superficial atau kandida, bergantung pada tempat dan
bentuk lesi.
3. Uji tempel dilakukan untuk mendiagnosis EKA, tetapi bukan untuk membuktikan
adanya iritan penyebab munculnya EKI. Diagnosis adalah berdasarkan eksklusi
EKA dan riwayat paparan iritan yang cukup
4. Biopsi kulit bisa membantu menyingkirkan kelainan lain seperti tinea, psoriasis
atau limfoma sel T.
14
3. Ekzema Tangan
1. Definisi
Ekzema tangan adalah ekzema yang sering terjadi pada ibu rumah tangga
mengenai punggung tangan dan sela jari-jari tangan.
1. Etiologi
Biasanya terjadi karena terdapat faktor stress. Gejala awal terbentuk
vesikel-vesikel kecil, gatal yang berlanjut menjadi vesikel lepuhan dan secara
bertahap menimbulkan bercak eczema, bersisik sampai telapak tangan/kaki.
2. Manifestasi Klinik
Ekzema ini biasanya bersifat ringan, pecah-pecah dan eritema. Kadang-
kadang bersifat akut dengan gejala eritema, basah, bula, sehingga menyerupai
lesi luka bakar.
3. Penatalaksanaan
a. Hindarkan sabun
b. Memakai sarung tangan kala bekerja
c. Topikal: dapat diberikan kortikosteroid
d. Bila lesi akut (kulit bengkak dan basah dapat diberikan kompres dengan
Liquor Burowi 1:20 tiap dua jam sekali
e. Kemudian dapat diberikan kortikosteroid topikal maupun kontak
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji Tempel (patch test)
b. Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu
bahan yang kontak dengan kulit. Uji tempel ini merupakan golden standart
untuk identifikasi ekzema kontak, terutama untuk penderita yang kronik dan
berulang.
c. Percobaan Histamin. Jika histamin fosfat disuntikan pada lesi, eritema akan
berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut
disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.
15
4. Ekzema Statis
1. Definisi
Ekzema stasis adalah ekzema yang terjadi akibat adanya gangguan
aliran darah vena ditungkai bawah. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
katub vena, sehingga tekanan kapiler meningkat dan terjadi kerusakan kapiler
yang menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena
kapiler rusak. Selanjutnya timbul stasis yang ireversibel. Jaringan akhirnya
dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk
hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan
timbulnya bintik-bintik hitam. Terjadi anoksia jaringan dan kematian
jaringan. Timbul rasa gatal. Bila digaruk timbul skuama, hiperpigmentasi,
dan erosi. Bila tak di obati akan terjadi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus,
yang disebut ulkus varikosus.
Penyakit ini kronis, gatal, di ekstremitas bawah, menimbulkan edema.
Ekzema stasis sering di jumpai pada wanita dan pria usia dewasa, dari
kalangan menengah ke atas.
2. Etiologi
Semua keadaan yang menyebabkan statis, Ekzema stasis merupakan
akibat dari penimbunan darah dan cairan di bawah kulit, sehingga cenderung
terjadi pada penderita vena varikosa (varises) dan pembengkakan (edema).
3. Manifestasi klinis
Subyektif terdapat pruritus, pada perlaan tampak edema pada
pergelangan kaki, terutama pada sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin
keluar dari pembuluh darah, sehingga terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi
kecoklat-coklatan pada bagian medial sepertiga bawahtungkai
bawah.berlahan lahn timbul ekzema yang sering kali madidans.bila timbul
infeksi sekunder maka terapa indorasi subkutan dan kulit diatasnta berwana
coklat merah . karena terajdi pembedungan serta atropi kult, maka dengan
mudah akan timbul ulkus .faktor presipitasi timbulnya ulkus statis ialah
16
trauma ringan dan infeksi sekuder. Pada stadium lanjut dapt timbul ulkus
statis, maka subyektif terasa nyeri.
4. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatannya adalah menghindarkan gangguan aliran vena
dan edema. Harus dihindari banyak berdiri lama. Kalau pasien gemuk, berat
badannya harus diturunkan.
Pada ekzema yang akut dapat diberikan salap yang tidak
menimbulkan iritasi dan sensitisasi kulit, misalnya salap iktiol 2% dalam
salap seng oksida.
Pada ekzema akut dan eksudatif dapat dilakukan kompres larutan
perak nitrat 0,25% sampai 0,5% atau larutan permanganas kalikus 1:10.000.
bila keadaan berat, dapat diberikan kortikosteroid sistemik. Dapat diberikan
antibiotika kalau ada infeksi sekunder. Bila ada edema, pasien perlu istirahat
dengan mengangkat kaki. Dapat digunakan pembalut elastis bila edemanya
sudah menghilang.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Biopsi kulit : untuk menentukan adanya keganasan pada kulit.
b. Pencahayaan dengan menggunakan sinar UV
c. Uji Tempel (patch test)
Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu
bahan yang kontak dengan kulit. Uji tempel ini merupakan golden standart
untuk identifikasi ekzema kontak, terutama untuk penderita yang kronik
dan berulang.
2.9 Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas Klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
17
5) Pekerjaan
6) Alamat
7) Diagosa medik
8) NO. Rekam medik
9) TGL. Masuk
10) TGL pengkajian
Idantitas Penanggung
1) Nama
2) Umur
3) Jenis
4) Kelamin
5) Pekerjaan
Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Dari riwayat permulaan penyakit dan hasil pemeriksaan klinis
bisa ditegakkan diagnosa sementara. Kadang-kadang anamnese sepintas
mengenai riwayat penyakit dapat memberikan informasi yang jelas
tenteng asal mula ekzema.Pernyataan ini khususnya berlaku pada
ekzema kontak alergika dengan lokalisasi yang khas.Namun,anamnese
yang seksama mengenai riwayat penyakit sering pula diperlukan.
 Riwayat Kesehatan Lalu
Adanya riwayat ekzema atau asma dapat menunjukkan suatu
konstitusi atopik.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Ekzema pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak
dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita ekzema atopik.
18
2.10 Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Ds: klien mengatakan
stress dengan penyakinya
Do: klien tampak takut,
cemas, stress
Predisposisi genetik,
perubahan hormon, status
nutrisi, infeksi serta stress
emosional mempengaruhi
periode remisi dan eksaserbasi
Risiko tinggi serangan
penyakit berulang
Ds: Klien mengatakan
belum mengerti tentang
perawatan dan
pengobatan
Do: Klien tampak cemas
Tidak adekuatnya sumber
informasi, ketidaktahuan
program perawatan dan
pengobatan.
Kebutuhan pemenuhan
informasi
Ds: Klien mengatakan
citr diri hilang
Do: Klien tampat kurang
percaya diri
Adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan
epidermis dan kekakuan kulit.
Kerusakan integritas kulit
Ds: Klien mengeluh
nyeri dan tidak bisa
istirahat
Do: Klien tampak
kesakitan
Cedera fisik: adanya vesikel
atau bula, erosi , papula,
garukan berulang
Nyeri
Ds: Klien mengatakan
tidak bisa istirahat karena
pruritus
Do: Kulit klien tampak
eritema
Pruritus, nyeri. Gangguan pola tidur
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi
genetik, perubahan hormon, status nutrisi, infeksi serta stress emosional
mempengaruhi periode remisi dan eksaserbasi
19
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi ,
papula, garukan berulang
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus, nyeri.
2.11 Intervensi
1. Dx: Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan denga predisposisi
genetik, perubahan hormon, status nutrisi, infeksi serta stress emosiona
mempengaruhi periode remisi dan eksaserbasi
Tujuan : Terjadi penurunan resiko penyakit berulang.
Kriteria Hasil :
o Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan untuk
menurunkan serangan penyakit berulang.
o Mengenal perubahan gaya hidup / tingkah laku untuk mencegah terjadinya
serangan penyakit berulang
o Secara subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan resiko
INTERVENSI RASIONAL
o Beritahukan pasien atau orang terdekat
mengenai dosis, aturan dan efek
pengobatan, diet yang dianjurkan dan
pembatasan aktivitas yang dilakukan
o Untuk menghindari infeksi sekunder.
o Berikan dukungan
o Untuk meningkat perawatan diri,
untuk menambah kejelasan
efektifitas pengobatan dan
mencegah komplikasi.
o Pasien dan orang tua harus
menjaga kondisi kulit dan
mempertahankan lipatan kulit agar
tetet bersih dan kering
o Dukungan positif akan
memberikan motivasi pada pasien,
orang tua unntuk meningkatkan
upaya dalam menurunkan resiko
penyakit berulang.
20
2. Dx: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam kondisi kulit klien
menunjukkan perbaikan.
Kriteria Hasil :
o Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya
peradangan.
INTERVENSI RASIONAL
o Mandi paling tidak sekali sehari selama
15-20 menit.
o Gunakan air hangat yang panas
o Gunakan sabun saat mandi
o Oleskan/berikan salep atau krim yang
telah diresepkan 2 atau tiga kali perhari.
o mencegah penguapan air dari kulit.
o air panas menyebabkan vasodilatasi
yang akan meningkatkan pruritus.
o Tidak membuat kulit kering.
o salep atau krim akan melembabkan
kulit.
3. Dx: Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi ,
papula, garukan berulang
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat
berkurang
Kriteria Hasil :
o Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
o Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
o Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.
INTERVENSI RASIONAL
o Observasi keluhan nyeri, perhatikan
lokasi atau karakter dan intensitas skala
nyeri (0-10
o Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas
dalam guided imagery.
o mengidentifikasi terjadinya
komplikasi dan untuk intervensi
selanjutnya.
o membantu klien untuk mengurangi
persepsi nyeri atau mangalihkan
21
o obat sesuai indikasi topikal maupun
sistemik; pentoksifilin
perhatian klien dari nyeri.
o pemberian obat membantu
mengurangi efek peradangan
4. Dx: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus, nyeri.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x 24 jam klien bisa beristirahat
secara optimal.
Kriteria Hasil :
o Mencapai tidur yang nyenyak.
o Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
o Menghindari konsumsi kafein.
o Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
o Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan
INTERVENSI RASIONAL
o Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur
agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
o Menjaga agar kulit selalu lembab.
o Menghindari minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur.
o Melaksanakan gerak badan secara teratur.
o Udara yang kering membuat kulit
terasa gatal, lingkungan yang baik
o Tindakan ini mencegah kehilangan
air, kulit yang kering dan gatal
biasanya tidak dapat disembuhkan
tetapi bisa dikendalikan.
o kafein memiliki efek puncak 2-4
jam setelah dikonsumsi.
o memberikan efek menguntungkan
bila dilaksanakan di sore hari.
Memudahkan peralihan dari
keadaan terjaga ke keadaan
22
BAB III
PENUTUP
2.12 Kesimpulan
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Ekzema yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Ekzema dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Ekzema tidak berbahaya, dalam
arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,
penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
Ekzema muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala Ekzema yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
racun yang terdapat pada berbeda, antara lain ekzema kontak, neuroekzema,
ekzema numularis, ekzema statis, dan dermatofitosis.
2.13 Saran
a. Sebagai perawat profesional hendaknya mampu melakukan asuhan
keperawatan dengan baik pada pasien dengan gangguan sistem integumen
yang salah satunya ekzema.
b. Sebagai perawat profesional hendaknya mampu berkolaborasi dengan petugas
kesehatan lainnya dalam melakukan asuhan keperawatan.
c. Sebagai perawatn profesional hendaknya memiliki rasa tanggung jawab
penuh terhadap pasien yang dirawat.
d. Dalam hal ini penulis juga mengharapkan kritik dari para pembaca serta
menyarankan membaca referensi yang dituliskan oleh penulis untuk
mengetahui lebih dalam mengenai penyakit ekzema dan asuhan
keperawatannnya.
23
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. dkk. 1987. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Indonesia
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
Mansjoer, Arif.dkk. 2000. Kapita Selekta Kedoteran Jilid 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Integumen. Jakarta :
Medika Salemba
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 vol.3. Jakarta : EGC

More Related Content

What's hot (14)

Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Askep dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Tugas patofisiologi pada kulit maranata
Tugas patofisiologi pada kulit maranataTugas patofisiologi pada kulit maranata
Tugas patofisiologi pada kulit maranata
 
penyakit pada kulit
penyakit pada kulitpenyakit pada kulit
penyakit pada kulit
 
Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis AKPER PEMKAB MUNA
 
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikDermatitis seboroik
Dermatitis seboroik
 
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakasuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
 
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopikAsuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
Asuhan keperawatan-anak-dengan-dermatitis-atopik
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 
Askep dermatitis
Askep dermatitisAskep dermatitis
Askep dermatitis
 
Askep eritroderma
Askep eritrodermaAskep eritroderma
Askep eritroderma
 
Manifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologiManifestasi dan patofisiologi
Manifestasi dan patofisiologi
 
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
Dermatitis atopik & urtikaria AKPER PEMKAB MUNA
 

Similar to Asuhan keperawatan pada pasien ekzema

Similar to Asuhan keperawatan pada pasien ekzema (20)

Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dermatitis
Makalah dermatitisMakalah dermatitis
Makalah dermatitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Makalah dematitis
Makalah dematitisMakalah dematitis
Makalah dematitis
 
Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
 Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
 
Dermatitis
Dermatitis Dermatitis
Dermatitis
 
Lepra
LepraLepra
Lepra
 
Dermatitis kontak
Dermatitis kontakDermatitis kontak
Dermatitis kontak
 
Intergumen presentasi
Intergumen presentasiIntergumen presentasi
Intergumen presentasi
 
Makalah anafilaktif
Makalah anafilaktifMakalah anafilaktif
Makalah anafilaktif
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
Dermatitisatopikurtikaria 131005104736-phpapp01
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
Tugas pp tik
Tugas pp tikTugas pp tik
Tugas pp tik
 
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptxASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
ASKEP KELAINAN INTEGUMEN.pptx
 
Dermatitis
DermatitisDermatitis
Dermatitis
 

Recently uploaded

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptKianSantang21
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasmufida16
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diriandi861789
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfAyundaHennaPelalawan
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxpuspapameswari
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxCahyaRizal1
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptxAzwarArifkiSurg
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitIrfanNersMaulana
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxfania35
 

Recently uploaded (20)

konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.pptkonsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
konsep komunikasi terapeutik dalam keperawatan.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmasserbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh DiriAsuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
Asuhan Keperawatan Jiwa Resiko Bunuh Diri
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdfPpt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
Ppt Macroscopic Structure of Skin Rash.pdf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptxPEMBUATAN STR  BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
PEMBUATAN STR BAGI APOTEKER PASCA UU 17-2023.pptx
 
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptxANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
ANESTESI LOKAL YARSI fixbgt dehhhhh.pptx
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
362259940-Kista-Duktus-Tiroglosus-ppt.pptx
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah SakitPresentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
Presentasi Pelaporan-Insiden KTD di Rumah Sakit
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptxILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
 

Asuhan keperawatan pada pasien ekzema

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan organ dalam. Kulit merupakan jalinan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ- organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit,, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi. Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni EKZEMA yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Ekzema dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Ekzema tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
  • 2. 2 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem integumen yaitu ekzema. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian ekzema 2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi ekzema 3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi ekzema 4. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pathway ekzema 5. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang manifestasi klinis ekzema 6. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan ekzema 7. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang ekzema 8. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi ekzema 9. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan pada ekzema 1.3 Manfaat 1. Tenaga perawat dapat membedakan bentuk-bentuk ekzema serta pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan jenis penyakit ekzema yang di alami klien 2. Pembaca dapat mengenali secara dini tanda dan gejala ekzema dan melakukan penanganan lebih cepat untuk menghindari komplikasi lebih lanjut. 3. Masyarakat dapat menghindari dan mengenal lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit ekzema. 4. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematika 5. Mahasiswa mengerti dengan baik apa itu ekzema. 6. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem integumen 7. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan konsep asuhan keperawatan pada klien dengan ekzema.
  • 3. 3 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Pengertian Ekzema Ekzema merupakan epidermo-ekzema dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis. Gambar : Penderita Ekzema Sumber : http://kumpulan0askep.wordpress.com/2011/06/02/askep-ekzema/ Ekzema adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi) dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik). ekzema cenderung residif dan menjadi kronis. Sinonim ekzema adalah eksem. 2.2 Etiologi Penyebab ekzema dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia, fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam (endogen), misalnya ekzema atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti. Banyak macam ekzema yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang
  • 4. 4 penyebabnya fakktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah tentang ekzema kontak, baik yang tipe alergik maupun iritan primer. 2.3 Patofisiologi Gangguan imunologi yang menonjol pada EA adalah adanya peningkatan produksi IgE karena lomfosit T yang meningkat. Aktivitas limfosit T meningkat karena pengaruh dari IL-4. Sementara itu produksi IL-4 dipengaruhi oleh aktivitas sel T helper. Sel TH2 akan merangsang sel B untuk merangsang IgE. Sitoksin dihasilkan IL-2 dan IL-4 jadi, pada EA TH2 mempunyai peran yang menonjol pada proses patrogenesis EA. Imunopatologi EA sangat kompleks. IgE meningkat pada 80 % penderita EA. Perlu diketahui bahwa pada EA, selain melalui hipersensitivitas 1, IgE juga bertindak sebagai penangkap antigen pada reaksi/IgE-mediated delayed tipe hipersensitiviti. Ekzema Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase: 1) Fase Induksi (sensitisasi) a. Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu. b. Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi limfosit T melalui saluran limfe. 2) Fase Eksitasi Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis. Ekzema tangan biasanya terjadi pada ibu tangga akibat banyaknya kontak dengan sumber iritan atau alergen. Ketika terpajan oleh sumber alergen limfosit T yang ada dalam tubuh menciptakan antibodi untuk melawan atau memfagosit antigen atau sumber alergen. Sehingga antigen yang menempel pada sel mast mengeluarkan mediator berupa (histamin, prostaglandin, leukotrien). Akibat dari
  • 5. 5 pelepasan mediator menimbulkan gejala berupa gatal, eritema, atau kemerahan dan lain sebagainya. Ekzema statis terjadi akibat adanya kontak dengan Zat kimia, protein, bakteri, pungus (faktor endogen/eksogen) yang dapat menimbulkan reaksi antigen dan antibodi sehingga terjadi permeabilitas jaringan dan dilatasi pembuluh darah perifer. Akibat dari reaksi imun menyebabkan edema intraseluler yang menimbulkan vesikel-vesikel yang dapat pecah dan kontak dengan lingkungan.
  • 6. 6 2.4 Pathway Bahan iritan(allergen) Genetic, lktasi, sosioekonomi, populasi, lingkungann Sabun, deterjen, zat kimia EKZEMA Ekzema kontak Ekzema atopik Eczema statisEczema tangan Ekzema Kontak Iritan Ekzema Kontak Alergi Respon antibodi IGE eosinophil meningkat Pelepasan histamin Reaksi hiversensitivitas Vasodilatasi pembuluh darah pruritus eritema papul lesi Gangguan pola tidur nyeri Gangguan integritas kulit Resiko infeksi Vesikel pecah Erosi dan esudasi Terbentuk krusta Adanya stimulus Reaksi alergi Intraksi antigen antibodi Dilatasi pembuluh darah perifer Edema intraseluler Terbentuk krusta, skuama Sumber: Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Integumen. Jakarta : Medika Salemba
  • 7. 7 2.5 Manifestasi Klinis Pada umumnya penderita ekzema mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebaran dapat setempat, generalisata, bahkan universalis. Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak lesi kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat erosi dan ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu ekzema memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensinya tidak selalu harus polimorfi, mungkin hanya oligomorfi. 2.6 Penatalaksanaan Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab ekzema multi faktor, kadang juga tidak diketahui pasti, maka pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan peradangan. 2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : Darah, Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin. 2. Urin; pemeriksaan Hispatologi 3. Uji kulit, alergen, uji IgE spesifik, pada ekzema atopik 4. Pemeriksaan kultur bakteri apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri, pada ekzema kontak iritan 2.8 Klasifikasi Ekzema 1. Ekzema Atopik 1. Definisi Ekzema atopik dapat di sebut juga ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neuroekzema diseminata, prurigo Besnier (arif masjur dkk,2000).
  • 8. 8 Ekzema atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang berhubungan dengan atopi. Kata “atopi” pertama diperenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya : asma bronkial, rinitis alergik, ekzema atopik, dan konjungtivitis alergik. 2. Etiologi Terdapat sigmata atopi (herediter) pada pasien/anggota keluarga berupa: a. Rinitis alergik, asma bronkial, hayfever. b. Alergi terhadap pelbagi alerge protein (polivalen) c. Pada kulit: ekzema atopik, dermatografisme putih, dan kecenderungan timbul urtika. d. Reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas dingin) dan ketegangan (stress) e. Lebih sensitif terhadap serum dan obat f. Kadang-kadang terdapat katrak juvenilis. 3. Manifestasi Klinis Subyektif selalu terdapat pruritus. Terdiri atas tiga bentuk, yaitu:  Bentuk infantil (2 bulan – 2 tahun). Karena letaknya di daerah pipi yang berkintak dengan payudara,secara salah sering di sebut ekzema susu. Terdapat eritema berbatas tegas dapat di sertai papul-papul dan vesikel- vesikel miliar, yang menjadi erosit, eksudatif, dan berkrusta. Tempat predileksi kedua pipi, ektremitas bagian fleksor dan ekstensor.  Bentuk anak (3-10 tahun) Pada anamnesis dapat didahului bentuk infantil. Lesi tidak eksudatif lagi, sering disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi, dan hipopigmentasi. Tempat predileksi tengkuk, fleksor kubital, dan fleksor popliteal.
  • 9. 9  Bentuk dewasa (13-30 tahun) Pada anamnesis terdapat bentuk infantil dan bentuk anak. Lesi selalu kering dan dapat disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempat predilepsi tengkuk serta daerah fleksor kubital dan popliteal. Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal- gatal terutama jika berkeringat. Berbagai kelainan yang dapat menyertainya iyalah xerosis kutis, iktiosis, hiperlinearis palmaris et plantaris, pomfoliks, pitiriasis alba, keratosis pilaris (berupa papul-papul miliar, di tengahnya terdapat lekukan). 4. Penatalaksanaan Penatalaksanaan seperti ekzema pada umumnya, terutama menghindari faktor pencetus/faktor predisposisi. Bila eksudasi berat atau stadium akut diberi kompres terbuka, bila dingin dapat diberikan krim kortikosteroid ringan sedang. Pada lesi kronis dan likenifikasi dapat diberikan salep kortekostiroid kuat. Antihistamin merupakan obat pilihan utama sebagai kompetitif hitamin. Dapat digunakan golongan sedasi (klasik) maupun nonsedasi ( AH baru). 5. Pemeriksaan Penunjang  Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE  Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimulkan tiga repon, yakni berturut-turut akan terlihat garis merah di tempat penggoresan selama 15 detik, warna merah di sekitarnya selama beberapa detik, dan edema timbul sesudah beberapa menit. Penggoresan pada pasien yang atopik akan bereaksi berlainanan. Garis merah tidak disusul warna kemerahan, tetapi kepucatan selama 2 detik sampai 5 menit, sedangkan edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatogrfisme putih.  Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin 1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada orang dengan ekzema atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan selama 1 jam.
  • 10. 10  Percobaan Histamin. Jika histamin fosfat disuntikan pada lesi, eritema akan berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang normal. 2. Ekzema Kontak 1. Definisi Ekzema kontak adalah peradangan kulit yang akut atau kronik akibat terpajang iritan (ekzema iritan) atau alergen (ekzema alergik), epidermi mengalami kerusakan akibat iritan fisik dan kimia yang berulang. (elizabeth j.corwin, 2007). 2. Etiologi Penyebab munculnya ekzema jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asan, alkali,dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut ,konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus berselang), adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berpeeran. Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI, misalnya perbedaan kekebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permebealitas, usia, (anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih, jenis kelamin (insiden DKI lebih banyak pada wanita) penyakit kulit kulit yang pernah atau sedang dialami ambang ransang terhadap bahan iritan menurun. 4. Klasifikasi Ekzema kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik. Ekzema kontak dapat berupa: 1. Tipe ekzema kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed Hypersesitivity”; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh alergen kontak pada orang yang sensitif.
  • 11. 11 2. Tipe ekzema kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif. 3. Perbedaan ekzema kontak iritan dan alergi: Faktor Ekzema Kontak Iritan Ekzema Kontak Alergi Penyebab Iritan primer Alergen kontak sensitizer Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang Penderita Semua orang Orang yang alergik Lesi Batas lebih jelas, eritema Batas tidak begitu jelas, eritema Faktor Ekzema Kontak Iritan Ekzema Kontak Alergi Uji tempel Sesudah ditempel 24 jam bila iritan diangkat, reaksi akan segera Bila sesudah 24 jam bahan alergen diangkat, reaksi menetap/meluas berhenti Contoh Sabun, deterjen Pemakaian terlalu lama, jam, sandal jepang, kalung imitasi 5. Manifestasi klinik Gejala dari ekzema kontak adalah: 1. Fase akut : merah, edema, papula, vesikula, berair, kusta, dan gatal 2. Fase kronik : kulit tebal/likenifikasi, kulit pecah-pecah skuama,kulit kering, dan hiperpigmentasi. 3. Gejala subyektif : Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa tidak enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena fisura, vesikula, ulcus. 4. Gejala obyektif : a. Erythema b. Mikrovesikulasi dan keluarnya c. Kulit menebal, kering, retak d. Pengelupasan kulit e. Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura
  • 12. 12 f. Edema muka dan tangan g. Ruam-ruam dan lesi 6. Penatalaksanaan Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontak iritan merupakan tindakan penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak ada pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya terjadi pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid diberikan bila penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari. Terapi topikal diberikan sesuai petunjuk umum. a. Kompres Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air - Letakkan di lesi, 10-20 menit - Ganti dengan kain dan air yang bersih b. Antibiotik Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif. Diobati dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim, supristol, septrin (efek aplasticanemia). c. Antihistamin d. Obat- obat topical Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat obat topical dapat sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang tinggi dapat dioleskan langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit absorbsi sistemik sehingga efek samping sistemiknya juga sedikit.adapun obat topikalnya antara lian: a. Lotion Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam air yang perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya . b. Bedak Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk, zinkoksida, bentonit atau pati jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons katun.
  • 13. 13 Meski kerja medisnya singkat, bedak merupakan preparat higroskopis yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei. c. Krim Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam – air atau emulsi air- dalam- minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur (Mackie,1991). d. Jel Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketila dioleskan pada kulit,bentuk preparat topikal ini secara kosmetik dapat diterima oleh pasien karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa berminyak serta tidak meninggalkan noda. e. Pasta Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada keadaan inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa menggunakan minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral. f. Salep Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit, bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang kronis atau terlokalisasi. 7. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium 1. Pemeriksaan kultur bakteri bisa dilakukan apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri. 2. Pemeriksaan KOH bisa dilakukan dan sampel mikologi bisa diambil untuk menyingkirkan infeksi tinea superficial atau kandida, bergantung pada tempat dan bentuk lesi. 3. Uji tempel dilakukan untuk mendiagnosis EKA, tetapi bukan untuk membuktikan adanya iritan penyebab munculnya EKI. Diagnosis adalah berdasarkan eksklusi EKA dan riwayat paparan iritan yang cukup 4. Biopsi kulit bisa membantu menyingkirkan kelainan lain seperti tinea, psoriasis atau limfoma sel T.
  • 14. 14 3. Ekzema Tangan 1. Definisi Ekzema tangan adalah ekzema yang sering terjadi pada ibu rumah tangga mengenai punggung tangan dan sela jari-jari tangan. 1. Etiologi Biasanya terjadi karena terdapat faktor stress. Gejala awal terbentuk vesikel-vesikel kecil, gatal yang berlanjut menjadi vesikel lepuhan dan secara bertahap menimbulkan bercak eczema, bersisik sampai telapak tangan/kaki. 2. Manifestasi Klinik Ekzema ini biasanya bersifat ringan, pecah-pecah dan eritema. Kadang- kadang bersifat akut dengan gejala eritema, basah, bula, sehingga menyerupai lesi luka bakar. 3. Penatalaksanaan a. Hindarkan sabun b. Memakai sarung tangan kala bekerja c. Topikal: dapat diberikan kortikosteroid d. Bila lesi akut (kulit bengkak dan basah dapat diberikan kompres dengan Liquor Burowi 1:20 tiap dua jam sekali e. Kemudian dapat diberikan kortikosteroid topikal maupun kontak 4. Pemeriksaan Penunjang a. Uji Tempel (patch test) b. Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu bahan yang kontak dengan kulit. Uji tempel ini merupakan golden standart untuk identifikasi ekzema kontak, terutama untuk penderita yang kronik dan berulang. c. Percobaan Histamin. Jika histamin fosfat disuntikan pada lesi, eritema akan berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.
  • 15. 15 4. Ekzema Statis 1. Definisi Ekzema stasis adalah ekzema yang terjadi akibat adanya gangguan aliran darah vena ditungkai bawah. Hal ini terjadi karena adanya gangguan katub vena, sehingga tekanan kapiler meningkat dan terjadi kerusakan kapiler yang menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena kapiler rusak. Selanjutnya timbul stasis yang ireversibel. Jaringan akhirnya dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan timbulnya bintik-bintik hitam. Terjadi anoksia jaringan dan kematian jaringan. Timbul rasa gatal. Bila digaruk timbul skuama, hiperpigmentasi, dan erosi. Bila tak di obati akan terjadi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus, yang disebut ulkus varikosus. Penyakit ini kronis, gatal, di ekstremitas bawah, menimbulkan edema. Ekzema stasis sering di jumpai pada wanita dan pria usia dewasa, dari kalangan menengah ke atas. 2. Etiologi Semua keadaan yang menyebabkan statis, Ekzema stasis merupakan akibat dari penimbunan darah dan cairan di bawah kulit, sehingga cenderung terjadi pada penderita vena varikosa (varises) dan pembengkakan (edema). 3. Manifestasi klinis Subyektif terdapat pruritus, pada perlaan tampak edema pada pergelangan kaki, terutama pada sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin keluar dari pembuluh darah, sehingga terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi kecoklat-coklatan pada bagian medial sepertiga bawahtungkai bawah.berlahan lahn timbul ekzema yang sering kali madidans.bila timbul infeksi sekunder maka terapa indorasi subkutan dan kulit diatasnta berwana coklat merah . karena terajdi pembedungan serta atropi kult, maka dengan mudah akan timbul ulkus .faktor presipitasi timbulnya ulkus statis ialah
  • 16. 16 trauma ringan dan infeksi sekuder. Pada stadium lanjut dapt timbul ulkus statis, maka subyektif terasa nyeri. 4. Penatalaksanaan Prinsip pengobatannya adalah menghindarkan gangguan aliran vena dan edema. Harus dihindari banyak berdiri lama. Kalau pasien gemuk, berat badannya harus diturunkan. Pada ekzema yang akut dapat diberikan salap yang tidak menimbulkan iritasi dan sensitisasi kulit, misalnya salap iktiol 2% dalam salap seng oksida. Pada ekzema akut dan eksudatif dapat dilakukan kompres larutan perak nitrat 0,25% sampai 0,5% atau larutan permanganas kalikus 1:10.000. bila keadaan berat, dapat diberikan kortikosteroid sistemik. Dapat diberikan antibiotika kalau ada infeksi sekunder. Bila ada edema, pasien perlu istirahat dengan mengangkat kaki. Dapat digunakan pembalut elastis bila edemanya sudah menghilang. 5. Pemeriksaan penunjang a. Biopsi kulit : untuk menentukan adanya keganasan pada kulit. b. Pencahayaan dengan menggunakan sinar UV c. Uji Tempel (patch test) Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu bahan yang kontak dengan kulit. Uji tempel ini merupakan golden standart untuk identifikasi ekzema kontak, terutama untuk penderita yang kronik dan berulang. 2.9 Pengkajian a. Anamnesis Identitas Klien 1) Nama 2) Umur 3) Jenis kelamin 4) Agama
  • 17. 17 5) Pekerjaan 6) Alamat 7) Diagosa medik 8) NO. Rekam medik 9) TGL. Masuk 10) TGL pengkajian Idantitas Penanggung 1) Nama 2) Umur 3) Jenis 4) Kelamin 5) Pekerjaan Riwayat Kesehatan  Riwayat Kesehatan Sekarang Dari riwayat permulaan penyakit dan hasil pemeriksaan klinis bisa ditegakkan diagnosa sementara. Kadang-kadang anamnese sepintas mengenai riwayat penyakit dapat memberikan informasi yang jelas tenteng asal mula ekzema.Pernyataan ini khususnya berlaku pada ekzema kontak alergika dengan lokalisasi yang khas.Namun,anamnese yang seksama mengenai riwayat penyakit sering pula diperlukan.  Riwayat Kesehatan Lalu Adanya riwayat ekzema atau asma dapat menunjukkan suatu konstitusi atopik.  Riwayat Kesehatan Keluarga Ekzema pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita ekzema atopik.
  • 18. 18 2.10 Diagnosa Keperawatan Analisa Data Symptom Etiologi Problem Ds: klien mengatakan stress dengan penyakinya Do: klien tampak takut, cemas, stress Predisposisi genetik, perubahan hormon, status nutrisi, infeksi serta stress emosional mempengaruhi periode remisi dan eksaserbasi Risiko tinggi serangan penyakit berulang Ds: Klien mengatakan belum mengerti tentang perawatan dan pengobatan Do: Klien tampak cemas Tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan. Kebutuhan pemenuhan informasi Ds: Klien mengatakan citr diri hilang Do: Klien tampat kurang percaya diri Adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit. Kerusakan integritas kulit Ds: Klien mengeluh nyeri dan tidak bisa istirahat Do: Klien tampak kesakitan Cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi , papula, garukan berulang Nyeri Ds: Klien mengatakan tidak bisa istirahat karena pruritus Do: Kulit klien tampak eritema Pruritus, nyeri. Gangguan pola tidur Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul 1. Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi genetik, perubahan hormon, status nutrisi, infeksi serta stress emosional mempengaruhi periode remisi dan eksaserbasi
  • 19. 19 2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit. 3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi , papula, garukan berulang 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus, nyeri. 2.11 Intervensi 1. Dx: Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan denga predisposisi genetik, perubahan hormon, status nutrisi, infeksi serta stress emosiona mempengaruhi periode remisi dan eksaserbasi Tujuan : Terjadi penurunan resiko penyakit berulang. Kriteria Hasil : o Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan untuk menurunkan serangan penyakit berulang. o Mengenal perubahan gaya hidup / tingkah laku untuk mencegah terjadinya serangan penyakit berulang o Secara subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan resiko INTERVENSI RASIONAL o Beritahukan pasien atau orang terdekat mengenai dosis, aturan dan efek pengobatan, diet yang dianjurkan dan pembatasan aktivitas yang dilakukan o Untuk menghindari infeksi sekunder. o Berikan dukungan o Untuk meningkat perawatan diri, untuk menambah kejelasan efektifitas pengobatan dan mencegah komplikasi. o Pasien dan orang tua harus menjaga kondisi kulit dan mempertahankan lipatan kulit agar tetet bersih dan kering o Dukungan positif akan memberikan motivasi pada pasien, orang tua unntuk meningkatkan upaya dalam menurunkan resiko penyakit berulang.
  • 20. 20 2. Dx: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam kondisi kulit klien menunjukkan perbaikan. Kriteria Hasil : o Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya peradangan. INTERVENSI RASIONAL o Mandi paling tidak sekali sehari selama 15-20 menit. o Gunakan air hangat yang panas o Gunakan sabun saat mandi o Oleskan/berikan salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali perhari. o mencegah penguapan air dari kulit. o air panas menyebabkan vasodilatasi yang akan meningkatkan pruritus. o Tidak membuat kulit kering. o salep atau krim akan melembabkan kulit. 3. Dx: Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi , papula, garukan berulang Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat berkurang Kriteria Hasil : o Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol. o Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks. o Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat. INTERVENSI RASIONAL o Observasi keluhan nyeri, perhatikan lokasi atau karakter dan intensitas skala nyeri (0-10 o Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas dalam guided imagery. o mengidentifikasi terjadinya komplikasi dan untuk intervensi selanjutnya. o membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau mangalihkan
  • 21. 21 o obat sesuai indikasi topikal maupun sistemik; pentoksifilin perhatian klien dari nyeri. o pemberian obat membantu mengurangi efek peradangan 4. Dx: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus, nyeri. Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x 24 jam klien bisa beristirahat secara optimal. Kriteria Hasil : o Mencapai tidur yang nyenyak. o Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat. o Menghindari konsumsi kafein. o Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur. o Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan INTERVENSI RASIONAL o Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik. o Menjaga agar kulit selalu lembab. o Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur. o Melaksanakan gerak badan secara teratur. o Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang baik o Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan. o kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi. o memberikan efek menguntungkan bila dilaksanakan di sore hari. Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan
  • 22. 22 BAB III PENUTUP 2.12 Kesimpulan Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Ekzema yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan. Ekzema dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Ekzema tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Ekzema muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Ekzema yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain ekzema kontak, neuroekzema, ekzema numularis, ekzema statis, dan dermatofitosis. 2.13 Saran a. Sebagai perawat profesional hendaknya mampu melakukan asuhan keperawatan dengan baik pada pasien dengan gangguan sistem integumen yang salah satunya ekzema. b. Sebagai perawat profesional hendaknya mampu berkolaborasi dengan petugas kesehatan lainnya dalam melakukan asuhan keperawatan. c. Sebagai perawatn profesional hendaknya memiliki rasa tanggung jawab penuh terhadap pasien yang dirawat. d. Dalam hal ini penulis juga mengharapkan kritik dari para pembaca serta menyarankan membaca referensi yang dituliskan oleh penulis untuk mengetahui lebih dalam mengenai penyakit ekzema dan asuhan keperawatannnya.
  • 23. 23 DAFTAR PUSTAKA Djuanda, Adhi. dkk. 1987. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Fakultas Kedokteran Indonesia Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates Mansjoer, Arif.dkk. 2000. Kapita Selekta Kedoteran Jilid 2. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI Media Aesculapius Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Integumen. Jakarta : Medika Salemba Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 vol.3. Jakarta : EGC