ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT PEMERIKSAAN SUBJEKTIF.pptx
Asuhan keperawatan pada pasien ekzema
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot
dan organ dalam. Kulit merupakan jalinan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang
tidak berujung, semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Kulit
berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui
vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-
organ adneksa kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai
kosmetik. Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat
jalinan ujung-ujung saraf yang saling bertautan.
Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: pidermis, dermis, dan
lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua lapisan
utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah
pidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang
tertanam dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh
darah dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang
tumbuh. Juga terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari
infeksi dan invasi benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak
subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit,, isolasi untuk pertahankan suhu
tubuh dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni EKZEMA yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Ekzema dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Ekzema tidak berbahaya, dalam arti
tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini
jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
2. 2
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan sistem integumen yaitu ekzema.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian ekzema
2. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi ekzema
3. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi ekzema
4. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pathway ekzema
5. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang manifestasi klinis ekzema
6. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang penatalaksanaan ekzema
7. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang
ekzema
8. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang klasifikasi ekzema
9. Agar mahasiswa mampu menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan
pada ekzema
1.3 Manfaat
1. Tenaga perawat dapat membedakan bentuk-bentuk ekzema serta pemberian
asuhan keperawatan sesuai dengan jenis penyakit ekzema yang di alami klien
2. Pembaca dapat mengenali secara dini tanda dan gejala ekzema dan melakukan
penanganan lebih cepat untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.
3. Masyarakat dapat menghindari dan mengenal lingkungan yang dapat
menyebabkan penyakit ekzema.
4. Membentuk pola pikir mahasiswa menjadi terarah dan sistematika
5. Mahasiswa mengerti dengan baik apa itu ekzema.
6. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang mekanisme penyakit pada sistem
integumen
7. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang terapi dan konsep asuhan
keperawatan pada klien dengan ekzema.
3. 3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Ekzema
Ekzema merupakan epidermo-ekzema dengan gejala subyektif pruritus.
Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikula, eksudasi, dan pembentukan sisik.
Tanda-tanda polimorfik tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit
bertendensi residif dan menjadi kronis.
Gambar : Penderita Ekzema
Sumber : http://kumpulan0askep.wordpress.com/2011/06/02/askep-ekzema/
Ekzema adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap faktor eksogen dan atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, linefikasi)
dan gatal. Tanda polimorfik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya
beberapa (oligomorfik). ekzema cenderung residif dan menjadi kronis. Sinonim
ekzema adalah eksem.
2.2 Etiologi
Penyebab ekzema dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia,
fisik (contoh : sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur); dapat pula dari dalam
(endogen), misalnya ekzema atopik. Sebagian lain tidak diketahui pasti.
Banyak macam ekzema yang belum diketahui patogenesisnya, terutama yang
4. 4
penyebabnya fakktor endogen. Yang telah banyak dipelajari adalah tentang ekzema
kontak, baik yang tipe alergik maupun iritan primer.
2.3 Patofisiologi
Gangguan imunologi yang menonjol pada EA adalah adanya peningkatan
produksi IgE karena lomfosit T yang meningkat. Aktivitas limfosit T meningkat
karena pengaruh dari IL-4. Sementara itu produksi IL-4 dipengaruhi oleh aktivitas
sel T helper. Sel TH2 akan merangsang sel B untuk merangsang IgE. Sitoksin
dihasilkan IL-2 dan IL-4 jadi, pada EA TH2 mempunyai peran yang menonjol pada
proses patrogenesis EA. Imunopatologi EA sangat kompleks. IgE meningkat pada
80 % penderita EA. Perlu diketahui bahwa pada EA, selain melalui hipersensitivitas
1, IgE juga bertindak sebagai penangkap antigen pada reaksi/IgE-mediated delayed
tipe hipersensitiviti.
Ekzema Kontak termasuk reaksi hipersensitivitas tipe IV, yaitu reaksi
hipersensitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase:
1) Fase Induksi (sensitisasi)
a. Saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberi respons, perlu waktu 2-3 minggu.
b. Hapten (protein tidak lengkap) berpenetrasi ke dalam tubuh dan berikatan
dengan protein karier membentuk ,antigen yang lengkap. Antigen ditangkap
dan diproses oleh macrofag dan sel langerhans kemudian memicu reaksi
limfosit T yang belum tersensitisasi di kulit, sehingga terjadi sensitisasi
limfosit T melalui saluran limfe.
2) Fase Eksitasi
Yaitu saat terjadinya kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa.
Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
menarik berbagai sel radang sehingga timbul gejala klinis.
Ekzema tangan biasanya terjadi pada ibu tangga akibat banyaknya kontak
dengan sumber iritan atau alergen. Ketika terpajan oleh sumber alergen limfosit T
yang ada dalam tubuh menciptakan antibodi untuk melawan atau memfagosit
antigen atau sumber alergen. Sehingga antigen yang menempel pada sel mast
mengeluarkan mediator berupa (histamin, prostaglandin, leukotrien). Akibat dari
5. 5
pelepasan mediator menimbulkan gejala berupa gatal, eritema, atau kemerahan dan
lain sebagainya.
Ekzema statis terjadi akibat adanya kontak dengan Zat kimia, protein, bakteri,
pungus (faktor endogen/eksogen) yang dapat menimbulkan reaksi antigen dan
antibodi sehingga terjadi permeabilitas jaringan dan dilatasi pembuluh darah
perifer. Akibat dari reaksi imun menyebabkan edema intraseluler yang
menimbulkan vesikel-vesikel yang dapat pecah dan kontak dengan lingkungan.
6. 6
2.4 Pathway
Bahan iritan(allergen) Genetic, lktasi,
sosioekonomi, populasi,
lingkungann
Sabun, deterjen, zat kimia
EKZEMA
Ekzema kontak Ekzema atopik Eczema statisEczema tangan
Ekzema Kontak
Iritan
Ekzema Kontak Alergi
Respon antibodi
IGE eosinophil
meningkat
Pelepasan histamin
Reaksi hiversensitivitas
Vasodilatasi pembuluh
darah
pruritus eritema papul lesi
Gangguan pola tidur nyeri Gangguan integritas kulit
Resiko infeksi
Vesikel pecah
Erosi dan esudasi
Terbentuk krusta
Adanya stimulus
Reaksi alergi
Intraksi antigen antibodi
Dilatasi pembuluh darah perifer
Edema intraseluler
Terbentuk krusta, skuama
Sumber: Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan
Keperawatan Dengan Gangguan
Integumen. Jakarta : Medika Salemba
7. 7
2.5 Manifestasi Klinis
Pada umumnya penderita ekzema mengeluh gatal. Kelainan kulit bergantung
pada stadium penyakit, batasnya dapat tegas dapat pula tidak tegas, penyebaran
dapat setempat, generalisata, bahkan universalis.
Pada stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,
erosi dan eksudasi, sehingga tampak basah (madidans). Stadium subakut, eritema
berkurang, eksudat mengering menjadi krusta. Sedang pada stadium kronis tampak
lesi kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, dan papul, mungkin juga terdapat
erosi dan ekskoriasi karena garukan. Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa
saja sejak awal suatu ekzema memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit
stadium kronis. Demikian pula jenis efloresensinya tidak selalu harus polimorfi,
mungkin hanya oligomorfi.
2.6 Penatalaksanaan
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan
penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui penyebab ekzema multi faktor, kadang juga
tidak diketahui pasti, maka pengobatan bersifat simtomatis, yaitu dengan
menghilangkan/mengurangi keluhan dan menekan peradangan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : Darah, Hb, leoukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein
total, albumin, globulin.
2. Urin; pemeriksaan Hispatologi
3. Uji kulit, alergen, uji IgE spesifik, pada ekzema atopik
4. Pemeriksaan kultur bakteri apabila ada komplikasi infeksi sekunder bakteri,
pada ekzema kontak iritan
2.8 Klasifikasi Ekzema
1. Ekzema Atopik
1. Definisi
Ekzema atopik dapat di sebut juga ekzema konstitusional, ekzema
fleksural, neuroekzema diseminata, prurigo Besnier (arif masjur dkk,2000).
8. 8
Ekzema atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal, yang berhubungan dengan atopi. Kata “atopi” pertama diperenalkan
oleh Coca (1928), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada
individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam keluarganya, misalnya :
asma bronkial, rinitis alergik, ekzema atopik, dan konjungtivitis alergik.
2. Etiologi
Terdapat sigmata atopi (herediter) pada pasien/anggota keluarga berupa:
a. Rinitis alergik, asma bronkial, hayfever.
b. Alergi terhadap pelbagi alerge protein (polivalen)
c. Pada kulit: ekzema atopik, dermatografisme putih, dan kecenderungan
timbul urtika.
d. Reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas dingin) dan
ketegangan (stress)
e. Lebih sensitif terhadap serum dan obat
f. Kadang-kadang terdapat katrak juvenilis.
3. Manifestasi Klinis
Subyektif selalu terdapat pruritus. Terdiri atas tiga bentuk, yaitu:
Bentuk infantil (2 bulan – 2 tahun). Karena letaknya di daerah pipi yang
berkintak dengan payudara,secara salah sering di sebut ekzema susu.
Terdapat eritema berbatas tegas dapat di sertai papul-papul dan vesikel-
vesikel miliar, yang menjadi erosit, eksudatif, dan berkrusta. Tempat
predileksi kedua pipi, ektremitas bagian fleksor dan ekstensor.
Bentuk anak (3-10 tahun)
Pada anamnesis dapat didahului bentuk infantil. Lesi tidak eksudatif lagi,
sering disertai hiperkeratosis, hiperpigmentasi, dan hipopigmentasi.
Tempat predileksi tengkuk, fleksor kubital, dan fleksor popliteal.
9. 9
Bentuk dewasa (13-30 tahun)
Pada anamnesis terdapat bentuk infantil dan bentuk anak. Lesi selalu
kering dan dapat disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempat
predilepsi tengkuk serta daerah fleksor kubital dan popliteal.
Manifestasi lain berupa kulit kering dan sukar berkeringat, gatal-
gatal terutama jika berkeringat. Berbagai kelainan yang dapat
menyertainya iyalah xerosis kutis, iktiosis, hiperlinearis palmaris et
plantaris, pomfoliks, pitiriasis alba, keratosis pilaris (berupa papul-papul
miliar, di tengahnya terdapat lekukan).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan seperti ekzema pada umumnya, terutama
menghindari faktor pencetus/faktor predisposisi. Bila eksudasi berat atau
stadium akut diberi kompres terbuka, bila dingin dapat diberikan krim
kortikosteroid ringan sedang. Pada lesi kronis dan likenifikasi dapat diberikan
salep kortekostiroid kuat. Antihistamin merupakan obat pilihan utama sebagai
kompetitif hitamin. Dapat digunakan golongan sedasi (klasik) maupun
nonsedasi ( AH baru).
5. Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer ditemukan eosinofilia dan peningkatan kadar IgE
Dermatografisme putih. Penggoresan pada kulit normal akan menimulkan
tiga repon, yakni berturut-turut akan terlihat garis merah di tempat
penggoresan selama 15 detik, warna merah di sekitarnya selama beberapa
detik, dan edema timbul sesudah beberapa menit. Penggoresan pada pasien
yang atopik akan bereaksi berlainanan. Garis merah tidak disusul warna
kemerahan, tetapi kepucatan selama 2 detik sampai 5 menit, sedangkan
edema tidak timbul. Keadaan ini disebut dermatogrfisme putih.
Percobaan asetilkolin. Suntikan secara intrakutan solusio asetilkolin
1/5000 akan menyebabkan hiperemia pada orang normal. Pada orang
dengan ekzema atopik akan timbul vasokonstriksi, terlihat kepucatan
selama 1 jam.
10. 10
Percobaan Histamin. Jika histamin fosfat disuntikan pada lesi, eritema
akan berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat
tersebut disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang
normal.
2. Ekzema Kontak
1. Definisi
Ekzema kontak adalah peradangan kulit yang akut atau kronik akibat
terpajang iritan (ekzema iritan) atau alergen (ekzema alergik), epidermi
mengalami kerusakan akibat iritan fisik dan kimia yang berulang. (elizabeth
j.corwin, 2007).
2. Etiologi
Penyebab munculnya ekzema jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan,
misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asan, alkali,dan serbuk kayu.
Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut
,konsentrasi bahan tersebut, dan vehikulum, juga dipengaruhi oleh faktor lain.
Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak, kekerapan (terus menerus berselang),
adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian pula gesekan dan
trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berpeeran.
Faktor individu juga ikut berpengaruh pada DKI, misalnya perbedaan
kekebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permebealitas, usia,
(anak dibawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi), ras (kulit hitam
lebih tahan dari pada kulit putih, jenis kelamin (insiden DKI lebih banyak pada
wanita) penyakit kulit kulit yang pernah atau sedang dialami ambang ransang
terhadap bahan iritan menurun.
4. Klasifikasi
Ekzema kontak ditimbulkan oleh fenomena alergik atau toksik. Ekzema
kontak dapat berupa:
1. Tipe ekzema kontak alergi, merupakan manifestasi “Delayed
Hypersesitivity”; hipersensitifitas yang tertunda dan merupakan terkena oleh
alergen kontak pada orang yang sensitif.
11. 11
2. Tipe ekzema kontak iritan, terjadi karena irritant primer dimana reaksi non
alergik terjadi akibat pejanan terhadap substansi iritatif.
3. Perbedaan ekzema kontak iritan dan alergi:
Faktor Ekzema Kontak Iritan Ekzema Kontak Alergi
Penyebab Iritan primer Alergen kontak sensitizer
Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
Penderita Semua orang Orang yang alergik
Lesi Batas lebih jelas, eritema Batas tidak begitu jelas,
eritema
Faktor Ekzema Kontak Iritan Ekzema Kontak Alergi
Uji tempel Sesudah ditempel 24 jam bila
iritan diangkat, reaksi akan
segera
Bila sesudah 24 jam bahan
alergen diangkat, reaksi
menetap/meluas berhenti
Contoh Sabun, deterjen Pemakaian terlalu lama, jam,
sandal jepang, kalung imitasi
5. Manifestasi klinik
Gejala dari ekzema kontak adalah:
1. Fase akut : merah, edema, papula, vesikula, berair, kusta, dan gatal
2. Fase kronik : kulit tebal/likenifikasi, kulit pecah-pecah skuama,kulit
kering, dan hiperpigmentasi.
3. Gejala subyektif : Iritan primer akan menyebabkan kulit terasa kaku, rasa
tidak enak karena kering, gatal-gatal sebab peradangan dan rasa sakit karena
fisura, vesikula, ulcus.
4. Gejala obyektif :
a. Erythema
b. Mikrovesikulasi dan keluarnya
c. Kulit menebal, kering, retak
d. Pengelupasan kulit
e. Vesikulasi, erosi,ulcus, fisura
12. 12
f. Edema muka dan tangan
g. Ruam-ruam dan lesi
6. Penatalaksanaan
Proteksi terhadap zat penyebab dan menghindarkan kontak iritan
merupakan tindakan penting. Anti-hisatamin tidak diindikasikan pada stadium
permulaan, sebab tidak ada pembebasan hisatamin. Pada stadium berikutnya
terjadi pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid diberikan bila
penyakit berat, misalnya prednison 20 mg/hari. Terapi topikal diberikan sesuai
petunjuk umum.
a. Kompres
Cara kompres : - Rendam kain putih halus ke air
- Letakkan di lesi, 10-20 menit
- Ganti dengan kain dan air yang bersih
b. Antibiotik
Biasanya infeksi sekunder disebabkan oleh Gram positif. Diobati
dengan penicillin/ampicillin untuk penderita yang tidak alergi, buctrim,
supristol, septrin (efek aplasticanemia).
c. Antihistamin
d. Obat- obat topical
Karena kulit mudah diakses maka mudah pula diobati maka obat
obat topical dapat sering digunakan,beberapa obat dengan konsentrasi yang
tinggi dapat dioleskan langsung pada kulit yang sakit dengan sedikit
absorbsi sistemik sehingga efek samping sistemiknya juga sedikit.adapun
obat topikalnya antara lian:
a. Lotion
Lotion memeiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dan dalam
air yang perlu di kocok sebelum di gunakan ,dan larutan jernih yang
mengandung unsur - unsur aktif yang bisa di larutkan seluruhnya .
b. Bedak
Bedak biasanya memiliki bahan dasar talk, zinkoksida, bentonit atau pati
jagung dan ditaburkan pada kulit dengan alat pengocok atau spons katun.
13. 13
Meski kerja medisnya singkat, bedak merupakan preparat higroskopis
yang menyerap serta menahan kelembaban kulit dan seprei.
c. Krim
Krim dapat berupa suspensi minyak - dalam – air atau emulsi air- dalam-
minyak dengan unsur-unsur untuk mencegah bakteri ataupun jamur
(Mackie,1991).
d. Jel
Jel merupakan emulsi semisolid yang menjadi cair ketila dioleskan pada
kulit,bentuk preparat topikal ini secara kosmetik dapat diterima oleh
pasien karena tidak terlihat setelah dioleskan dan juga tidak terasa
berminyak serta tidak meninggalkan noda.
e. Pasta
Pasta merupakan campuran bedak dengan salep dan digunakan pada
keadaan inflamasi,pasta melekat pada kulit tetapi sulit dihilangkan tanpa
menggunakan minyak seperti minyak zaitun atau minyak mineral.
f. Salep
Salep bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi
kulit, bentuk preparat topikal ini lebih disukai untuk kelainan kulit yang
kronis atau terlokalisasi.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan kultur bakteri bisa dilakukan apabila ada komplikasi infeksi sekunder
bakteri.
2. Pemeriksaan KOH bisa dilakukan dan sampel mikologi bisa diambil untuk
menyingkirkan infeksi tinea superficial atau kandida, bergantung pada tempat dan
bentuk lesi.
3. Uji tempel dilakukan untuk mendiagnosis EKA, tetapi bukan untuk membuktikan
adanya iritan penyebab munculnya EKI. Diagnosis adalah berdasarkan eksklusi
EKA dan riwayat paparan iritan yang cukup
4. Biopsi kulit bisa membantu menyingkirkan kelainan lain seperti tinea, psoriasis
atau limfoma sel T.
14. 14
3. Ekzema Tangan
1. Definisi
Ekzema tangan adalah ekzema yang sering terjadi pada ibu rumah tangga
mengenai punggung tangan dan sela jari-jari tangan.
1. Etiologi
Biasanya terjadi karena terdapat faktor stress. Gejala awal terbentuk
vesikel-vesikel kecil, gatal yang berlanjut menjadi vesikel lepuhan dan secara
bertahap menimbulkan bercak eczema, bersisik sampai telapak tangan/kaki.
2. Manifestasi Klinik
Ekzema ini biasanya bersifat ringan, pecah-pecah dan eritema. Kadang-
kadang bersifat akut dengan gejala eritema, basah, bula, sehingga menyerupai
lesi luka bakar.
3. Penatalaksanaan
a. Hindarkan sabun
b. Memakai sarung tangan kala bekerja
c. Topikal: dapat diberikan kortikosteroid
d. Bila lesi akut (kulit bengkak dan basah dapat diberikan kompres dengan
Liquor Burowi 1:20 tiap dua jam sekali
e. Kemudian dapat diberikan kortikosteroid topikal maupun kontak
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji Tempel (patch test)
b. Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu
bahan yang kontak dengan kulit. Uji tempel ini merupakan golden standart
untuk identifikasi ekzema kontak, terutama untuk penderita yang kronik dan
berulang.
c. Percobaan Histamin. Jika histamin fosfat disuntikan pada lesi, eritema akan
berkurang dibandingkan orang lain sebagai kontrol. Kalau obat tersebut
disuntikkan parenteral, tampak eritema bertambah pada kulit yang normal.
15. 15
4. Ekzema Statis
1. Definisi
Ekzema stasis adalah ekzema yang terjadi akibat adanya gangguan
aliran darah vena ditungkai bawah. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
katub vena, sehingga tekanan kapiler meningkat dan terjadi kerusakan kapiler
yang menyebabkan edema dan timbul ekstravasasi sel darah merah karena
kapiler rusak. Selanjutnya timbul stasis yang ireversibel. Jaringan akhirnya
dipenuhi cairan dan darah, sehingga terjadi edema dan lisis yang menumpuk
hemosiderin. Hemosiderin mengumpul di bawah kulit, mengakibatkan
timbulnya bintik-bintik hitam. Terjadi anoksia jaringan dan kematian
jaringan. Timbul rasa gatal. Bila digaruk timbul skuama, hiperpigmentasi,
dan erosi. Bila tak di obati akan terjadi infeksi, kemudian nekrosis, dan ulkus,
yang disebut ulkus varikosus.
Penyakit ini kronis, gatal, di ekstremitas bawah, menimbulkan edema.
Ekzema stasis sering di jumpai pada wanita dan pria usia dewasa, dari
kalangan menengah ke atas.
2. Etiologi
Semua keadaan yang menyebabkan statis, Ekzema stasis merupakan
akibat dari penimbunan darah dan cairan di bawah kulit, sehingga cenderung
terjadi pada penderita vena varikosa (varises) dan pembengkakan (edema).
3. Manifestasi klinis
Subyektif terdapat pruritus, pada perlaan tampak edema pada
pergelangan kaki, terutama pada sore hari sehabis bekerja. Hemosiderin
keluar dari pembuluh darah, sehingga terlihat bercak-bercak hiperpigmentasi
kecoklat-coklatan pada bagian medial sepertiga bawahtungkai
bawah.berlahan lahn timbul ekzema yang sering kali madidans.bila timbul
infeksi sekunder maka terapa indorasi subkutan dan kulit diatasnta berwana
coklat merah . karena terajdi pembedungan serta atropi kult, maka dengan
mudah akan timbul ulkus .faktor presipitasi timbulnya ulkus statis ialah
16. 16
trauma ringan dan infeksi sekuder. Pada stadium lanjut dapt timbul ulkus
statis, maka subyektif terasa nyeri.
4. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatannya adalah menghindarkan gangguan aliran vena
dan edema. Harus dihindari banyak berdiri lama. Kalau pasien gemuk, berat
badannya harus diturunkan.
Pada ekzema yang akut dapat diberikan salap yang tidak
menimbulkan iritasi dan sensitisasi kulit, misalnya salap iktiol 2% dalam
salap seng oksida.
Pada ekzema akut dan eksudatif dapat dilakukan kompres larutan
perak nitrat 0,25% sampai 0,5% atau larutan permanganas kalikus 1:10.000.
bila keadaan berat, dapat diberikan kortikosteroid sistemik. Dapat diberikan
antibiotika kalau ada infeksi sekunder. Bila ada edema, pasien perlu istirahat
dengan mengangkat kaki. Dapat digunakan pembalut elastis bila edemanya
sudah menghilang.
5. Pemeriksaan penunjang
a. Biopsi kulit : untuk menentukan adanya keganasan pada kulit.
b. Pencahayaan dengan menggunakan sinar UV
c. Uji Tempel (patch test)
Uji tempel digunakan untuk mengetahui hipersensitivitas terhadap suatu
bahan yang kontak dengan kulit. Uji tempel ini merupakan golden standart
untuk identifikasi ekzema kontak, terutama untuk penderita yang kronik
dan berulang.
2.9 Pengkajian
a. Anamnesis
Identitas Klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Agama
17. 17
5) Pekerjaan
6) Alamat
7) Diagosa medik
8) NO. Rekam medik
9) TGL. Masuk
10) TGL pengkajian
Idantitas Penanggung
1) Nama
2) Umur
3) Jenis
4) Kelamin
5) Pekerjaan
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Dari riwayat permulaan penyakit dan hasil pemeriksaan klinis
bisa ditegakkan diagnosa sementara. Kadang-kadang anamnese sepintas
mengenai riwayat penyakit dapat memberikan informasi yang jelas
tenteng asal mula ekzema.Pernyataan ini khususnya berlaku pada
ekzema kontak alergika dengan lokalisasi yang khas.Namun,anamnese
yang seksama mengenai riwayat penyakit sering pula diperlukan.
Riwayat Kesehatan Lalu
Adanya riwayat ekzema atau asma dapat menunjukkan suatu
konstitusi atopik.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ekzema pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-kanak
dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita ekzema atopik.
18. 18
2.10 Diagnosa Keperawatan
Analisa Data
Symptom Etiologi Problem
Ds: klien mengatakan
stress dengan penyakinya
Do: klien tampak takut,
cemas, stress
Predisposisi genetik,
perubahan hormon, status
nutrisi, infeksi serta stress
emosional mempengaruhi
periode remisi dan eksaserbasi
Risiko tinggi serangan
penyakit berulang
Ds: Klien mengatakan
belum mengerti tentang
perawatan dan
pengobatan
Do: Klien tampak cemas
Tidak adekuatnya sumber
informasi, ketidaktahuan
program perawatan dan
pengobatan.
Kebutuhan pemenuhan
informasi
Ds: Klien mengatakan
citr diri hilang
Do: Klien tampat kurang
percaya diri
Adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan
epidermis dan kekakuan kulit.
Kerusakan integritas kulit
Ds: Klien mengeluh
nyeri dan tidak bisa
istirahat
Do: Klien tampak
kesakitan
Cedera fisik: adanya vesikel
atau bula, erosi , papula,
garukan berulang
Nyeri
Ds: Klien mengatakan
tidak bisa istirahat karena
pruritus
Do: Kulit klien tampak
eritema
Pruritus, nyeri. Gangguan pola tidur
Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan dengan predisposisi
genetik, perubahan hormon, status nutrisi, infeksi serta stress emosional
mempengaruhi periode remisi dan eksaserbasi
19. 19
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
3. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi ,
papula, garukan berulang
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus, nyeri.
2.11 Intervensi
1. Dx: Resiko tinggi serangan penyakit berulang berhubungan denga predisposisi
genetik, perubahan hormon, status nutrisi, infeksi serta stress emosiona
mempengaruhi periode remisi dan eksaserbasi
Tujuan : Terjadi penurunan resiko penyakit berulang.
Kriteria Hasil :
o Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan untuk
menurunkan serangan penyakit berulang.
o Mengenal perubahan gaya hidup / tingkah laku untuk mencegah terjadinya
serangan penyakit berulang
o Secara subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan resiko
INTERVENSI RASIONAL
o Beritahukan pasien atau orang terdekat
mengenai dosis, aturan dan efek
pengobatan, diet yang dianjurkan dan
pembatasan aktivitas yang dilakukan
o Untuk menghindari infeksi sekunder.
o Berikan dukungan
o Untuk meningkat perawatan diri,
untuk menambah kejelasan
efektifitas pengobatan dan
mencegah komplikasi.
o Pasien dan orang tua harus
menjaga kondisi kulit dan
mempertahankan lipatan kulit agar
tetet bersih dan kering
o Dukungan positif akan
memberikan motivasi pada pasien,
orang tua unntuk meningkatkan
upaya dalam menurunkan resiko
penyakit berulang.
20. 20
2. Dx: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya lesi, perubahan
pigmentasi, penebalan epidermis dan kekakuan kulit.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam kondisi kulit klien
menunjukkan perbaikan.
Kriteria Hasil :
o Klien akan mempertahankan kulit agar mempunyai hidrasi yang baik dan turunnya
peradangan.
INTERVENSI RASIONAL
o Mandi paling tidak sekali sehari selama
15-20 menit.
o Gunakan air hangat yang panas
o Gunakan sabun saat mandi
o Oleskan/berikan salep atau krim yang
telah diresepkan 2 atau tiga kali perhari.
o mencegah penguapan air dari kulit.
o air panas menyebabkan vasodilatasi
yang akan meningkatkan pruritus.
o Tidak membuat kulit kering.
o salep atau krim akan melembabkan
kulit.
3. Dx: Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik: adanya vesikel atau bula, erosi ,
papula, garukan berulang
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, rasa nyeri pasien dapat
berkurang
Kriteria Hasil :
o Melaporkan nyeri berkurang/ terkontrol.
o Menunjukkan ekspresi wajah/ postur tubuh rileks.
o Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur atau istirahat dengan tepat.
INTERVENSI RASIONAL
o Observasi keluhan nyeri, perhatikan
lokasi atau karakter dan intensitas skala
nyeri (0-10
o Ajarkan tehnik relaksasi progresif, nafas
dalam guided imagery.
o mengidentifikasi terjadinya
komplikasi dan untuk intervensi
selanjutnya.
o membantu klien untuk mengurangi
persepsi nyeri atau mangalihkan
21. 21
o obat sesuai indikasi topikal maupun
sistemik; pentoksifilin
perhatian klien dari nyeri.
o pemberian obat membantu
mengurangi efek peradangan
4. Dx: Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus, nyeri.
Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x 24 jam klien bisa beristirahat
secara optimal.
Kriteria Hasil :
o Mencapai tidur yang nyenyak.
o Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat.
o Menghindari konsumsi kafein.
o Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur.
o Mengenali pola istirahat/tidur yang memuaskan
INTERVENSI RASIONAL
o Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur
agar tetap memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
o Menjaga agar kulit selalu lembab.
o Menghindari minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur.
o Melaksanakan gerak badan secara teratur.
o Udara yang kering membuat kulit
terasa gatal, lingkungan yang baik
o Tindakan ini mencegah kehilangan
air, kulit yang kering dan gatal
biasanya tidak dapat disembuhkan
tetapi bisa dikendalikan.
o kafein memiliki efek puncak 2-4
jam setelah dikonsumsi.
o memberikan efek menguntungkan
bila dilaksanakan di sore hari.
Memudahkan peralihan dari
keadaan terjaga ke keadaan
22. 22
BAB III
PENUTUP
2.12 Kesimpulan
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Ekzema yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan. Ekzema dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan
pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Ekzema tidak berbahaya, dalam
arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian,
penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu.
Ekzema muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala Ekzema yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti
racun yang terdapat pada berbeda, antara lain ekzema kontak, neuroekzema,
ekzema numularis, ekzema statis, dan dermatofitosis.
2.13 Saran
a. Sebagai perawat profesional hendaknya mampu melakukan asuhan
keperawatan dengan baik pada pasien dengan gangguan sistem integumen
yang salah satunya ekzema.
b. Sebagai perawat profesional hendaknya mampu berkolaborasi dengan petugas
kesehatan lainnya dalam melakukan asuhan keperawatan.
c. Sebagai perawatn profesional hendaknya memiliki rasa tanggung jawab
penuh terhadap pasien yang dirawat.
d. Dalam hal ini penulis juga mengharapkan kritik dari para pembaca serta
menyarankan membaca referensi yang dituliskan oleh penulis untuk
mengetahui lebih dalam mengenai penyakit ekzema dan asuhan
keperawatannnya.
23. 23
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, Adhi. dkk. 1987. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Indonesia
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates
Mansjoer, Arif.dkk. 2000. Kapita Selekta Kedoteran Jilid 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran UI Media Aesculapius
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Integumen. Jakarta :
Medika Salemba
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 vol.3. Jakarta : EGC