1. BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata “dermatitis” berarti adanya inflamasi pada kulit. Ekzema merupakan bentuk
khusus dari dermatitis. Beberapa ahli memanfaatkan kata ekzema untuk menjelaskan
inflamasi yang dicetuskan dari dalam pada kulit. Prevalensi dari semua bentuk ekzema
adalah 4,66%, termasuk dermatitis atopik 0,69%, eczema numular 0,17%, dan dermatitis
seboroik 2,32% yang menyerang 2% hingga 5% dari penduduk.
Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak
anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa masalah, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita
seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.
Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak
menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.
Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang
kulit putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi
2. cokelat. Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi
pigmen kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu penyakit Dermatitis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik,
pemeriksaan penunjang dan diagnostik, penatalaksanaan medis dan keperawatan,
serta komplikasi Dermatitis?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Dermatitis Kontak?
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mahasiswa mampu memahami definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, pemeriksaan penunjang dan diagnostik, penatalaksanaan medis dan keperawatan,
serta komplikasi Dermatitis.
2. Mahasiswa mampu melakukan askep kepada klien Dermatitis kontak.
3. BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan
gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi
dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
2. Klasifikasi
a) 1.Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan
bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak iritan Dermatitis kontak alergik
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
4. 3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
Batas tidak begitu jelas
Eritema minus jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 jam,
bila iritan di angkat reaksi
akan segera
Bila sesudah 24 jam bahan allergen di
angkat, reaksi menetap atau meluas
berhenti.
2. Dermatitis atopik
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal
dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.
c) 3. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang
logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d) 4. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon,
kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada
muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.
5. 3. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti. Sebagian besar merupakan respon
kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makanan
juga bisa menyebabkan dermatitis. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. (
Arief Mansjoer.1998.”Kapita selekta” )
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
1. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ),
fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
4. Patofisiologi
6. 5. Manifestasi klinis
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (
terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a) Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi
dan eksudasi sehingga tampak basah.
7. b) Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta.
c) Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
6. Pemeriksaan penunjang dan diagnostic
1. Pemeriksaan penunjang :
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a) Terapi sitemik à Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi
antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada masalah berat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b) Terapi topical à Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak
kocok bila kronik diberi saleb.
8. c) Diet à Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-
kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang
menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan
untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga
kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
c. Instruksikan untuk memanfaatkan shampoo dan menghindari kebiasaan yang
buruk
d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik
dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.
8. Komplikasi
a. Infeksi saluran nafas atas
b. Bronkitis
c. Infeksi kulit
B. Asuha keperawatan pada klien dermatitis kontak
a. Pengkajian Identitas Klien
Nama :
MR :
9. Masuk ke RS :
Tanggal Lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Alamat :
b. Pengkajian Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan sekarang
c. Pemerikasaan Penunjang
1. Pemeriksaan penunjang :
a. Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b. Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
Pengkajian 11 Funggsional Gordon
1. Pola Persepsi Kesehatan
Adanya riwayat infeksi sebelumya.
Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
10. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
Hygiene personal yang minus.
Lingkungan yang minus sehat, tinggal berdesak-desakan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
Jenis makanan yang disukai.
Nafsu makan menurun.
Muntah-muntah.
Penurunan berat badan.
Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.
3. Pola Eliminasi
Sering berkeringat.
tanyakan pola berkemih dan bowel.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pemenuhan sehari-hari terganggu.
Kelemahan umum, malaise.
Toleransi terhadap aktivitas rendah.
11. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan
Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi Kognitif
Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
Pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Perasaan tidak percaya diri atau minder.
Perasaan terisolasi.
8. Pola Hubungan dengan Sesama
Hidup sendiri atau berkeluarga
Frekuensi interaksi berkurang
Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola Reproduksi Seksualitas
Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
Emosi tidak stabil
Ansietas, takut akan penyakitnya
Disorientasi, gelisah
12. 11. Pola Sistem Kepercayaan
Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
Agama yang dianut
2. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Sasaran : pemeliharaan integritas kulit
Hasil yang diharapkan :
Mempertahankan integritas kulit
Tidak ada laserasi
Tidak ada tanda – tanda cedera termal
Tidak ada infeksi
Memberikan obat topical yang diprogramkan
Memanfaatkan obat yang diresepkan sesuai jadwal.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri:
1. pantau keadaan kulit pasien
2. Jaga dengan cermat terhadap resiko
terjadinya cedera termal akibat
penggunaan kompres hangat dengan
suhu yang terlalu tinggi dan akibat
cidera panas yang tidak terasa ( bantalan
Mengetahui kondisi kulit untuk
dilakukan pilihan intervensi
yang tepat
Penderita dermatosis dapat
mengalami penurunan
sensitivitas terhadap panas.
Banyak masalah kosmetika
13. pemanasan, radiator )
HE:
1. Anjurkan pasien untuk memanfaatkan
kosmetik dan preparat tabir surya.
kolaborasi
1. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti histamine dan salep
kulit
pada hakekatnya semua
kelainan malignitas kulit dapat
dikaitkan dengan kerusakan
kulit kronik.
Penggunaan anti histamine
dapat mengurangi respon gatal
serta mempercepat proses
pemulihan
2. Nyeri dan yang berhubungan dengan lesi kulit
Sasaran : peredaan ketidaknyamanan
Hasil yang diharapkan :
Mencapai peredaan gangguan rasa
Mengutarakan dengan kata – kata bahwa gatal telah reda
Memperlihatkan tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan
Mematuhi terapi yang diprogramkan
Pertahankan keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
Menunjukkan kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam penampilan
yang sehat.
INTERVENSI RASIONAL
14. Mandiri:
1. Periksa daerah yang terlibat
2. Upaya untuk menemukan
penyebab gangguan rasa
nyaman
3. Mencatat hasil – hasil
observasi secara rinci dengan
memakai terminology
deskriptif
4. Mengantisipasi reaksi alergi
yang mungkin terjadi ;
mendapatkan riwayat
penggunaan obat.
5. Kendalikan factor – factor
iritan
6. Pertahankan kelembaban kira – kira
60 % ; gunakan alat pelembab.
7. Pertahankan lingkungan dingin
8. Gunakan sabun ringan ( Dove
) atau sabun yang dibuat
Pemahaman tentang luas dan karakteristik
kulit meliputi bantuan dalam menyusun
rencana intervensi.
Membantu mengidentifikasi tindakan
yang tepat untuk memberikan
kenyamanan.
Deskripsi yang akurat tentang erupsi kulit
diperlukan untuk diagnosisi dan
pengobatan. Banyak kondisi kulit tampak
serupa tetapi mempunyai etiologi yang
berbeda. Respons inflamasi kutan
mungkin mati pada pasien lansia.
Ruam menyeluruh terutama dengan aeitan
yang mendadak dapat mennjukkan reaksi
alergi terhadap obat.
Rasa gatal diperburuk oleh panas, kimia,
dan fisik.
·
· Dengan kelembaban yang rendah, kulit akan
kehilangan air.
Kesejukan mengurangi gatal
15. untuk kulit sensitive (
Neutrogena, Avveno ).
9. Lepaskan kelebihan pakaian
atau peralatan di tempat tidur.
10. Cuci linen tempat tidur dan
pakaian dengan sabun ringan
11. Hentikan pemajanan berulang
terhadap detergen, pembersih,
dan pelarut.
12. Gunakan tindakan perawatan
kulit untuk mempertahankan
integritas kulit dan
meningkatkan kenyamanan
pasien.
13. lakukan kompres penyejuk
dengan air suam – suam kuku
ataukompres dingin guna
meredakan rasa gatal.
13. Atasi kekeringan ( serosis )
sebagaimana dipreskripsikan.
Upaya ini mencakup tidak adanya larutan
detegen, zat pewarna atau bahan
pengeras.
Meningkatkan lingkungan yang sejuk
Sabun yang keras dapat menimbulkan
iritasi kulit.
Setiap substansi yang mneghilangkan air,
lipid atau protein dari epidermis akan
mengubah fungsi barier kulit.
Kulit merupakan barier yang penting
yang wajib dipertahankan keutuhannya
agar dapat berfungsi dengan benar.
Penghisapan air yang bertahap dari kasa
kompres akan menyejukkan kulit dan
meredakan pruritus.
· Kulit yang kering dapat
menimbulkan daerah dermatitis dengan
kemerahan, gatal, deskuamasi dan pada bentuk
yang lebih berat, pembengkakan, pembentukan
lepuh, keretakan dan eksudat.
16. Kolaborasi:
1. Oleskan lotion dan krim kulit
segera setelah mandi
2. 2. Gunakan terapi topical seperti
yang dipreskripsikan.
3. Anjurkan pasien untuk
menghindari penggunaan
salep ayau lotion yang dibeli
tanpa resep dokter.
4. Jaga agar kuku selalu
terpangkas.
Hidrasi yang efektif pada stratum
korneum mencegah gangguan lapisan
barier pada kulit.
Tindakan ini membantu meredakan gejala
Masalah pasien dapat dikarenakan oleh
iritasi atau sensitisasi karena pengobatan
sendiri.
Pemotongan kuku akan mengurangi
kerusakan kulit karena garukan.
3. perubahan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
Sasaran : Pencapaian tidur yang nyenyak.
Hasil yang diharapkan :
Mencapai tidur yang nyenyak
Melaporkan peredaan rasa gatal
Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
Menghindari konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada malam
hari.
Mengenali tindakan untuk mneingkatkan tidur.
17. Mengalami pola tidur / istirahat yang memuaskan.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
1. Bantu pasien melakukan gerak
badan secara teratur
2. Jaga kamar tidur agar tetap
memiliki ventilasi dan
kelembaban yang baik.
Kolaborasi:
Cegah dan obati kulit yang
kering
HE:
1. Anjurkan kepada klien menjaga
kulit selalu lembab
2. Anjurkan klien Menghindari
minuman yang mengandung
kafein menjelang tidur di malam
hari.
3. Anjurkan klien Mengerjakan hal
Gerak badan memberikan efek yang
menguntungkan untuk tidur jika
dilaksanakan pada sore hari.
Udara yang kering membuat kulit
terasa gatal. Lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
Pruritus noeturnal mengganggu tidur
yang normal.
Tindakan ini mencegah kehilangan air.
Kulit yang kering dan gatal biasanya
tidak dapat disembuhkan tetapi bisa
dikendalikan.
Kafein memiliki efek puncak 2 – 4 jam
sesudah dikonsumsi
Tindakan ini memudahkan peralihan
dari keadaan terjaga menjadi keadaan
tertidur.
18. – hal yang ritual dan rutin
menjelang tidur.
4. Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik.
Sasaran : Pengembangan peningkatan penerimaan diri.
Hasil yang diharapkan :
Mengembangkan peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
Mengikuti dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan – mandiri.
Melaporkan perasaan dalam penegndalian situasi.
Menguatkan kembali dukungan positif dari diri sendiri.
Mengutarakan perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
Tampak tidak begitu memperhatikan kondisi.memanfaatkan teknik
menyembunyikan kekurangan dan menekankan teknik untuk meningkatkan
penampilan.
INTERVENSI RASIONAL
19. Mandiri:
1. Kaji adanya gangguan pada citra
diri pasien ( menghindari kontak
mata, ucapan yang merendahkan
diri sendiri, ekpresi keadaan
muak terhadap kondisi kulitnya
).
2. Identifikasi stadium psikososial
tahap perkembangan.
3. Berikan kesempatan untuk
pengungkapan. Dengarkan (
dengan cara yang terbuka, tidak
menghakimi ) untuk
mengekspresikan berduka /
ansietas tentang perubahan citra
tubuh.
4. Nilai rasa keprihatinan dan
ketakutan pasien. Bantu pasien
yang cemas dalam
mengembangkan kemampuan
untuk menilai diri dan
Gangguan citra diri akan menyertai
setiap penyakit atau keadaan yang
tampak nyata bagi pasien. Kesan
sesorang terhadap dirinya sendiri akan
berpengaruh pada konsep diri.
Terhadap hubungan antara stadium
perkembangan, citra diri dan reaksi
serta pemahaman pasien terhadap
kondisi kulitnya.
Pasien membutuhkan pengalaman
yang wajib didengarkan dan dipahami.
Tindakan ini memberikan kesempatan
pada petugas kesehatan untuk
menetralkan kecemasan yang tidak
perlu terjadi dan memulihkan realitas
situasi. Ketakutan merupakan unsure
yang merusak adaptasi pasien.
Meningkatkan penerimaan diri dan
sosialisasi.
20. mengenali serta mengatasi
masalah.
5. dorong sosialisasi dengan orang
lain
5. Minus pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.
Sasaran : Pemahaman terhadap perawatan kulit
Hasil yang diharapkan :
Memiliki pemahaman terhadap perawatan diri
Mengikuti terapi seperti yang diprogramkan dan dapat mengungkapkan
rasional tindakan yang dilakukan.
Menjalankan mandi, pencucian, dan balutan basah sesuai yang diprogramkan.
Gunakan obat topical dengan tepat
21. Memahami pentingnya nutrisi unutk kesehatan kulit.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri :
1. Tentukan apakah pasien
mnegetahui ( memahami dan
salah mengerti ) tentang
kondisi dirinya.
2. Jaga agar pasien mendapatkan
informasi yang benar ;
memperbaiki kesalahan
konsepsi / informasi
3. Peragakan penerapan terapi
yang diprogramkan ( kompres
basah ; obat topical )
4. Berikan nasihat kepada pasien
untuk menjaga agar kulit tetap
lembab dan fleksibel dengan
tindakan hidrasi dan
pengolesan krim serta lotion
kulit
5. Dorong pasien untuk
Memberikan data dasar untuk
mengembangkan rencana penyuluhan.
Pasien wajib memiliki perasaan bahwa ada
sesuatu yang dapat mereka perbuat.
Kebanyakan pasien merasakan manfaatnya.
Memungkinkan pasien memperoleh
kesempatan untuk menunjukkan cara yang
tepat unutk melakukan terapi.
Stratum korneum memerlukan air agar
fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan
krim atau lotion untuk melembabkan kulit
akan memcegah agar kulit tidak menjadi
kering, kasar, retak, dan bersisik.
Penampakan kulit mencerminkan
kesehatan umum seseorang. Perubahan
pada kulit dapat menandakan status nutrisi
yang abnormal.
22. mendapatkan status nutrisi
yang sehat.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit
Sasaran : tidak adanya komplikasi
Hasil yang diharapkan :
Tetap bebas dari infeksi
Mengungkapakn tindakan perawatan kulit yang mneingktakan kebersihan dan
mencegah kerusakan.
Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi untuk dilaporkan
Mengidentifikasi efek merugikan dari obat yang wajib dilaporkan ke petugas
perawatan kesehatan
Berpartisipasi dalam tindakan perawatan kulit ( mis : penggantian balutan,
mandi )
INTERVENSI RASIONAL
1. Miliki indeksi kecurigaan
yang tinggi terhadap suatu
infeksi pada pasien yang
system kekebalannya
teganggu.
2. Berikan petunjuk yagn jelas
dan rinci kepada pasien
1. Setiap keadaan yang mneggangu status
imun akan memperbesar resiko terjadinya
infeksi kulit.
2. Pendidikan pasien yang efektif
bergantung pada ketrampilan –
ketrampilan interpersonal professional
kesehatan dan pada pemberian instruksi
23. mengenai program terapi
3. Laksanakan penggunaan
kompres basah seperti yang
diprogramkan untuk
mengurangi intensitas
inflamasi
yang jelas yang diperkuat dengan
instruksi tertulis.
3. Kompres basah akan menghasilkan
pendinginan lewat pengisatan yang
menimbulkan vasokontriksi pembuluh
drah kulit dan dengan demikian
mengurangi eritema serta produksi
serum.
24. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan
gatal. Klasifikasi Dermatitis adalah dermatitis kontak, dermatitis atopik, dermatitis
numularis dan demertitis soboik. Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.
Sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis. Manifestasi klinis
dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu
tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama palpebra dan bibir ), gangguan
fungsi kulit dan genitalia eksterna. Pemeriksaan penunjang dan lab dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa medis maupun keperawatan, komlikasi yang mungkin muncul
pada penatalaksaan medis dan keperawatan adalah infeksi.
Askep yang dapat dilakukan mencakup beberapa diagnosa yaitu Kerusakan
integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, nyeri dan gatal
yang berhubungan dengan lesi kulit, perubahan pola tidur yang berhubungan dengan
pruritus, perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak
baik, minus pengetahuan tentang perawatan kulit dan cara – cara menangani kelainan
kulit, resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak – bercak merah pada kulit.
25. DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit :
LWW, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Penerbit : EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.
Penerbit: EGC, Jakarta
Djuanda, Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit
FK UI, Jakarta.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit :
Media Aesculapius FK UI, Jakarta.