Makalah ini membahas dermatitis kontak iritan, termasuk definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaannya. Dermatitis kontak iritan adalah reaksi peradangan akibat paparan zat kimia yang dapat menyebabkan lesi pada kulit."
1. Makalah Dermatitis Kontak Iritan
Posted: Agustus 3, 2010 by sailormanyahya in Asuhan Keperawatan
0
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dermatitis merupkan salah satu penyakit yang timbul gangguan pada sistem imun, dermatitis
kontak merupakan suatu berntuk penyakit yangdisebabkan hipersensivitas IV, dan diawali oleh
kontak langsung antara bahan allergik dan lain-lain.
Ada banyak factor pencetus penyakit tersebut, dan perlu untuk diketahui oleh semua kalangan
masyarakat, demi mewujudkan hal tersebut maka penulis membuat sebuah makalah yang
berisikan tentang materi dermatitis.
Di Era globalisasi saat ini, Perawat seharusnya mampu menguasai tentang konsep medis sehingga
perawat dapat mengantisipasi secara dini mengenai dermatitis kontak iritan.
B.
Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Memberikan pengetahuan mengenai defenisi dari Dermatitis kontak iritan.
b.
Memberikan pengetahuan mengenai etiologi dari Dermatitis kontak iritan.
c.
Memberikan pengetahuan mengenai patofisiologi Dermatitis kontak iritan.
d.
Memberikan pengetahuan mengenai manifestasi klinis dari Dermatitis kontak iritan.
e.
Memberikan pengetahuan mengenai pemeriksaan diagnostik pada penyakit Dermatitis kontak
iritan.
f.
Memberikan pengetahuan mengenai penatalaksanaan Dermatitis dan kontak iritan jika
dipandang dari segi medis dan keperawatan.
g.
Memberikan pengetahuan mengenai upaya pencegahan Dermatitis kontak iritan.
BAB II
ISI
A.
Konsep Medis
1.
Definisi
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel
epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering terkena adalah
tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan kulit adalah
bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi.
2. Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan
pada membran lipid keratisonit.
Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan setempat yang non-imunologik pada kulit
sesudah mendapat paparan iritan baik satu kali maupun berulang. Paparan sekali (tidak disengaja
atau kecelakaan) biasanya dari iritan asam, basa dan sebagainya. Sedangkan paparan berulang
yang merusak kulit secara kumulatif misalnya iritan yang lebih kecil dosisnya.
Menurut kelompok kami, dermatitis kotak iritan adalah reaksi peradangan yang timbul akibat
terpapar suatu zat kimia yang dapat menimbulkan lesi.
2.
Etiologi
Penyebab timbulnya dermatitis kontak iritan cukup rumit dan biasanya melibatkan gabungan
berbagai iritan. Iritan adalah substansi yang akan menginduksi dermatitis pada setiap orang jika
terpapar pada kulit dalam konsentrasi, waktu dan frekuensi yang cukup. Iritasi pada kulit
merupakan sebab terbanyak dari dermatitis kontak. Beberapa contoh iritan akibat kerja yang lazim
dijumpai adalah sebagai berikut :
a.
Sabun, detergen, dan pembersih lainnya.
b.
Bahan-bahan industri, seperti petroleum, klorinat hidrokarbon, etil, eter, dan lain-lain.
Faktor predisposisinya mencakup keadaan panas dan dingin yang ekstrim, kontak yang frekuen
dengan sabun serta air, dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya.
Penggunaan berulang dari sabun basa kuat dan produk industri dapat merusak struktur lunak pada
sel. Asam dapat larut pada air dan menyebabkan dehidrasi pada kulit. Ketika kulit telah mengalami
gangguan, pajanan dari bahan iritan lemah pun dapat menyebabkan inflamasi pada kulit. Besar
intensitas dari inflamasi bergantung pada konsentrasi dari iritan dan lamanya terpajan dari bahan
iritan tersebut. Iritan yang lembut dapat menyebabkan kulit kering, fissura, dan eritema. A mild
eczematous reaction dapat timbul pada eksposure yang berkelanjutan. Pajanan yang
berkelanjutan pada daerah seperti tangan, area diaper, atau pada sekeliling kulit yang terkadang
menyebabkan eczematous inflamatour. Zat kimia kuat dapat menyebabkan reaksi yang berat.
Masing-masing individu memiliki predisposisi yang berbeda terhadap berbagai iritan, tetapi jumlah
yang rendah dari iritan menurunkan dan secara bertahap mencegah kecenderungan untuk
menginduksi dermatitis. Fungsi pertahanan dari kulit akan rusak baik dengan peningkatan hidrasi
dari stratum korneum (oklusi, suhu dan kelembaban tinggi, bilasan air yang sering dan lama) dan
penurunan hidrasi (suhu dan kelembaban rendah). Tidak semua pekerja di area yang sama akan
terkena. Siapa yang terkena tergantung pada predisposisi individu (riwayat atopi misalnya),
3. personal higiene dan luas dari paparan. Iritan biasanya mengenai tangan atau lengan.
3.
Patofisiologi
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh
bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam
beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran
untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran
lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan
membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan sistem kinin. Juga akan menarik neutrofil dan
limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan
leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein. Pada dermatitis kontak iritan terjadi
kerusakan keratinosit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya
dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis. Kontak iritan tidak melalui fase
sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang, sedang iritan lemah hanya pada
mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya
kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan
tersebut. (Hetharia, Rospa. Halaman 95-96)
4.
Manifestasi Klinis
Dua jenis bahan iritan, maka dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak
iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis. Dermatititis kontak iritan akut. Penyebabnya iritan
kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Luas
kelainan umumnya sebatas daerah yang terkena, berbatas tegas.
Pada umumnya kelainan kulit muncul segera, tetapi ada segera, tetapi ada sejumlah bahan kimia
yang menimbulkan reaksi akut lambat misalnya podofilin, antralin, asam fluorohidrogenat,
sehingga dermatitis kontak iritan akut lambat. Kelainan kulit baru terlihat setelah 12-24 jam atau
lebih. Contohnya ialah dermatitis yang disebabkan oleh bulu serangga yang terbang pada malam
hari (dermatitis venenata); penderita baru merasa pedih setelah esok harinya, pada awalnya
terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis.
Dermatitis kontak iritan kronis atau dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan
4. iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban
rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga
air). Dermatitis kontak iritan kronis mungkin terjadi oleh karena kerjasama berbagai faktor. Bisa
jadi suatu bahan secara sendiri tidak cukup kuat menyebabkan dermatitis iritan, tetapi bila
bergabung dengan faktor lain baru mampu. Kelainan baru nyata setelah berhari-hari, berminggu
atau bulan, bahkan bisa bertahun-tahun kemudian. Sehingga waktu dan rentetan kontak
merupakan faktor paling penting. Dermatitis iritan kumulatif ini merupakan dermatitis kontak iritan
yang paling sering ditemukan.
Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan
likenifikasi, batas kelainan tidak tegas. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak
seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus
menerus dengan deterjen. Ada kalanya kelainan hanya berupa kulit kering atau skuama tanpa
eritema, sehingga diabaikan oleh penderita. Setelah kelainan dirasakan mengganggu, baru
mendapat perhatian. Banyak pekerjaan yang beresiko tinggi yang memungkinkan terjadinya
dermatitis kontak iritan kumulatif, misalnya : mencuci, memasak, membersihkan lantai, kerja
bangunan, kerja di bengkel dan berkebun.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian pasien gangguan alergik umumnya mencakup pemeriksaan darah, sediaan apus
sekresi tubuh test kkulit dan RASt (Radioallergosorbent test) hasil pemeriksaan darah akan
memberikan data-data yang suportif untuk pelbagai kemungkinan diagnostik, kendati demikian tes
darah hasil laboratorium bukan Kriteria utama dalam pemeriksaan gangguan alergik. Pemeriksaan
awal dapat mencakup pemeriksaan ini :
Hitung darah lengkap dan hitung jeniseosinofil dalam keadaan normal merupakan 1% sampai 4%
dari jumlah total sel darah putih. Tingkat antara 5% sampai 15% adalah nonspesifik tetapi benarbenar menunjukkan reaksi alergik.
Eosinofilia sedang 15%hingga 40% leukosit dalam darah sebagai eosinofel ditemukan pada pasien
gangguan alerik disamping pasien gangguan malignitas, immunodefisiensi, infeksi parasit,
penyakit jantung congenital, dan pada pasien yang mengalamidialisis peritoneal.
Kadar total serum Ig E, kadar total serum IgE, yang tinggi mendukung diagnosis penyakit atopik ;
kendati demikian, kadar IGE yang normal tidak menyingkirkan kemungkinan diagnosisi gangguan
alergik. Kadar IgE tidak sesensitif pemeriksaan PRIST (paper radio immunosorbent test) dan ELISA
(Enzyme-linked immunosrbent assay).
5. Tes kulit. Tes kulit mencakup penyuntikan intra dermal atau aplikasi superficial yang dilakukan
secara bersamaan waktunya pada tempat-tempat terpisah dengan menggunakan beberapa jenis
larutan. Larutan ini masing-masing mengandung antigen yang mewakili suatu jenis alergen,
termasuk tepung sari.
Tes provokasi, tes provokasi meliputi pemberian allergen secara langsung pada mukosa
respiratorius dengan mengamati respon target tersebut. Tipe pengujian ini sangat membantu
dalam mengena allergen yang bermakna secara klinis pada pasien-pasien dengan hasil positif,
kekurangan yang utama pada tipe pengujian ini adalah keterbatasan satu antigen persesi dan
risike timbulnya gejala yang berat, khususnya bronkhospasme pada pasien asma.
“Tes radioallergosorbent, merupakan test pemeriksaan kadar IgE. Spesifik allergen. Sample serum
pasien dikenakan dalam jumlah kompleks allergen yang dicurigai. Jika terdapat antibody, kompleks
ini akan berikatan dengan allergen yang berlabel-radio aktif” (Smeltzer, Suzanne C, halaman 17601763)
6.
Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan Medis.
1)
Kortikosteroid
2)
Antihistamin
3)
Krim hidrofilik atau vaselin
4)
Kortikosteroid topical
5)
Antibiotik
b.
Penatalaksanaan Keperawatan.
1)
Berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian jenis obat-obatan seperti
Kortikosteroid, Radiasi ultraviolet, Imunosupresif topical, Siklosporin A, Antibiotika dan
antimikotika, Pengobatan sistemik sesuai dengan medik.
2)
berikan pendidikan kesehatan kepada klien bahwa gejala gatal berhubungan dengan
penyebanya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garukgatal-garuk. Rasionalisasi dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal
serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif
3)
hindarkan binatang peliharaan. Rasionalisasi jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya
hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah. dan lain-lain.
7.
Pencegahan
6. Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari kontak dengan zat seperti poison ivy atau
sabun keras yang dapat menyebabkan hal itu. Strategi pencegahan meliputi:
a.
Bilas kulit dengan air dan gunakan sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan suatu
zat. Usahakan mencuci untuk menghapus banyak iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan
untuk membilas sabun sepenuhnya dari tubuh Anda.
b.
Kenakan kapas atau sarung tangan plastik ketika melakukan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan pembersih atau larutan.
c.
Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan untuk melindungi kulit
Anda terhadap senyawa berbahaya.
d.
Oleskan krim atau gel penghalang untuk kulit Anda untuk memberikan lapisan pelindung.
Juga, gunakan pelembab untuk mengembalikan lapisan terluar kulit dan untuk mencegah
penguapan kelembaban.
e.
Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci pakaian, handuk dan selimut. Coba
lakukan siklus bilas tambahan pada mesin cuci.
(http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_Kontak.html)
8.
Penyimpangan KDM
A.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Untuk menetapkan bahan kimia penyebab dermatitis kontak iritan diperlukan anamnesis yang
teliti, riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisik dan uji tempel.
Pada anamnesis perlu juga ditanyakan riwayat atopi, perjalanan penyakit, pekerjaan, hobi, riwayat
kontaktan dan pengobatan yang pernah diberikan oleh dokter maupun dilakukan sendiri, obyek
personal meliputi pertanyaan tentang pakaian baru, sepatu lama, kosmetika, kaca mata, dan jam
tangan serta kondisi lain yaitu riwayat medis umum dan mungkin faktor psikologik.
Pemeriksaan fisik didapatkan adanya eritema, edema dan papula disusul dengan pembentukan
vesikel yang jika pecah akan membentuk dermatitis yang membasah. Lesi pada umumnya timbul
pada tempat kontak, tidak berbatas tegas dan dapat meluas ke daerah sekitarnya. Karena
beberapa bagian tubuh sangat mudah tersensitisasi dibandingkan bagian tubuh yang lain maka
predileksi regional diagnosis regional akan sangat membantu penegakan diagnosis.
Kriteria diagnosis dermatitis kontak alergik adalah :
7. a.
Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan satu kali tetapi lama, beberapa kali atau satu kali
tetapi sebelumnya pernah atau sering kontak dengan bahan serupa.
b.
Terdapat tanda-tanda dermatitis terutama pada tempat kontak.
c.
Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak dan lain tempat yang serupa dengan
tempat kontak tetapi lebih ringan serta timbulnya lebih lambat, yang tumbuhnya setelah pada
tempat kontak.
d.
Rasa gatal
e.
Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
2.
Diagnosis Keperawatan
a.
Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit.
b.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, respon menggaruk.
c.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit.
d.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat
penyakit.
e.
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
3.
Intervensi dan Rasional
a.
Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan kulit,ditandai dengan :
1)
Keluhan nyeri
2)
Klien tampak meringis
3)
Klien tampak melindungi diri akibat nyeri
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam, diharapkan nyeri berkurang atau
terkontrol dengan kriteria:
1)
Pernyataan verbal klien bahwa nyeri berkurang atau terkontrol.
2)
Tanda vital dalam batas normal
3)
Ekspresi tenang/nyaman
Intervensi dan rasional:
1)
Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan sebelumnya dimana dapat membantu
mendiagnosa etiologi dan terjadinya komplikasi.
2)
Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat.
8. Sumber panas eksternal perlu untuk mencegah menggigil.
3)
Libatkan pasien dalam penentuan jadwal aktivitas, pengobatan, pemberian obat.
Meningkatkan rasa kontrol pasien dan kekuatan mekanisme koping.
4)
Berikan tindakan kenyamanan dasar, contohnya pijatan pada area yang tidak sakit,
perubahan posisi dengan sering.
Meningkatkan relaksasi; menurunkan tegangan otot dan kelelahan umum
5)
Anjurkan penggunaan teknik manajemen stress
Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksasi, dan meningkatkan rasa kontrol, yang
dapat menurunkan ketergantungan farmakologis.
b.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Inflamasi dermatitis, respon menggaruk
ditandai dengan :
1)
Adanya skuama kering, basah atau kasar.
2)
Adanya krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperatawan selama 3×24 jam diharapkan kerusakan integritas kulit
dapat membaik dengan kriteria hasil:
1)
Mencapai penyembuhan tepat waktu pada area luka yang terdapat lesi.
2)
Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.
3)
Menunjukkan regenerasi jaringan kulit.
Intervensi dan rasional:
1)
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat lokal, eritama.
Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan
cenderung untuk infeksi dan rusak.
2)
Anjurkan agar permukaan kulit tetap kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme
patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan dan meningkatkan iritasi.
3)
Anjurkan pasien untuk menghindari krim kulit apapun, salep, dan bedak kecuali diijinkan
dokter.
Dapat meningkatkan iritasi atau reaksi secara nyata.
4)
Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembaban atau ekskresi.
Terlalu kering atau lembab merusak kulit dan mempercepat kerusakan.
5)
Berikan obat sesuai indikasi: Antihistamin.
9. Menghilangkan gatal.
c.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit, ditandai dengan:
1)
Demam
2)
Luka terdapat eksudat
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelalah melakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam, infeksi dapat di hindari dengan
kriteria hasil:
1)
Tanda-tanda vital dalam batas normal
2)
Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.
Intervensi dan rasional:
1)
Awasi atau batasi pengunjung bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila
perlu.
Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung. Masalah resiko infeksi harus seimbang
mengalawan kebutuhan pasien utuk dukungan keluarga dan sosialisasi.
2)
Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesai indikasi.
Tergantung tipe/luasnya luka dan isolasi dapat direntang dari luka sederhana/kulit sampai
komlpit/sebaiknya untuk menurunkan resiko kontaminasi silang/ terpajannya pada florea bakteri
multipel
3)
Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak
dengan pasien.
Mencegah kontaminasi silang; menurunkan resiko infeksi.
4)
Periksa luka tiap hari, periksa/catat perubahan penampilan, bau, atau kualitas drainase.
Mengidentifikasi adanya penyembuahan dan memberikan deteksi dini infeksi.
5)
Awasi tanda vital untuk demam, peningkatan frekwensi kedalaman pernafasan sehubungan
dengan perubahan sensori, adanya diare, penurunan jumlah trombosit dan hipoglikemia dan
glikosuria.
Indikasi sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi.
d.
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat
penyakit, ditandai dengan :
1)
Klien merasa malu.
2)
Tidak melihat / menyentuh bagian tubuh yang terganggu.
10. 3)
Menyembunyikan bagian tubuh secara berlebihan.
4)
Perubahan dalam keterlibatan sosial.
Tujuan dan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam, diharapkan klien dapat menerima
perubahan citra tubuhnya , dengan kriteria hasil:
1)
Menyatakan perasaan tentang penyakitnya.
2)
Membuat gambaran diri lebih nyata.
3)
Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri.
Intervensi dan Rasional:
1)
Kaji persepsi klien tentang kondisi tubuhnya saat ini.
Alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi
secara konstruktif.
2)
Catat bahas tubuh non verbal, prilaku negatif/bicara sendiri. Kaji prilaku diri.
Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut/intervensi
lebih intensif.
3)
Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan, akui terima pengungkapan perasaan terhadap
dirinya.
Dapat membantu menghilangkan takut pasien akan rasa malu, sulit bergaul, ketidakmampuan
berkomunikasi dengan orang lain.
4)
Ajurkan pasien untuk menerima situasi pada tahap masalah yang kecil.
Merasa sehat/mengalami kesulitan dalam mengatasi gambaran yang lebih besar tatapi dapat
mengatasi satu bagian pada saat itu.
5)
Anjurkan orang terdekat untuk mengobati pasien secara baik dan tidak sebagai orang yang
depresi.
Penyimpangan harga diri dapat tidak disadari penguatannya.
e.
Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya sumber informasi,
ditandai dengan :
1)
Pasien sering bertanya / minta informasi.
2)
Pernyataan salah tentang dermatitis kontak iritan.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1×45 Menit, Diharapkan klien mengetahui
tentang penyakitnya dengan kriteria hasil:
11. 1)
Klien dapat menjelaskan kembali tentang penyakitnya dengan menggunakan bahasanya
sendiri.
2)
Klien tidak bertanya-tanya lagi tentang penyakitnya.
Intervensi dan rasional:
1)
Kaji ulang prognosis harapan yang akan datang.
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan info.
2)
Diskusikan harapan pasien kembali kerumah, bekerja, dan aktivitas normal.
Pasien sering mengalami kesulitan memutuskan pulang. Masalah sering terjadi yang
mempengaruhi keberhasilan menilai tindakan hidup normal.
3)
Identifikasi keterbatasan spesifik aktivitas sesuai individu.
Kemungkinan pembatasan tergantung pada berat/cedera dan tahap penyembuhan.
4)
Anjurkan pasien atau keluarga pasien tentang kelelahan, kebosanan, emosi labil, masalah
pengambilang keputusan. Memberi informasi tentang kemungkinan diskusi/interaksi dengan
penasehat profesional yang tepat.
Memberikan pandangan terhadap beberapa masalah pasien/orang terdekat dapat
menambah/membantu mereka menjadi waspada bahwa batuan/pertolongan tersedia bila perlu.
5)
Tekankan perlunya/pentingnya mengevaluasi/rehabilitasi.
Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang pentingnya dan perubahan terapi dibutuhkan
untuk mencapai penyembhan optimal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-sel
epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Dermatitis kontak iritan ini disebabkan oleh
terpapan oleh zat-zat kimia seperti:
a.
Sabun, detergen, dan pembersih lainnya.
b.
Bahan-bahan industri, seperti petroleum, klorinat hidrokarbon, etil, eter, dan lain-lain.
Dermatitis kontak iritan ini dapat dicegah yaitu dengan cara: Bilas kulit dengan air dan gunakan
sabun ringan jika dermatitis karena kontak dengan suatu zat. Usahakan mencuci untuk menghapus
banyak iritan atau alergen dari kulit Anda. Pastikan untuk membilas sabun sepenuhnya dari tubuh
12. Anda, Jika di tempat kerja, memakai pakaian pelindung atau sarung tangan untuk melindungi kulit
Anda terhadap senyawa berbahaya. Gunakan deterjen ringan, tanpa wewangian saat mencuci
pakaian, handuk dan selimut. Coba lakukan siklus bilas tambahan pada mesin cuci.
B.
Saran
Dari pembahasan diatas, maka penulis dapat memberikan saran kepada pembaca, diantaranya
yaitu:
1.
Untuk menjaga kontak langsung dengan bahan kimia yang memiliki konsentrasi tinggi
terutama bagi orang-orang yang memiliki riwayat alergi sebelumnya agar dapat terhindar dari
penyakit dermatitis kontak iritan.
2.
Selalu menjaga kebersihan diri saat terpapar dengan bahan kimia.
3.
Segera memeriksakan diri bila terkena dermatitis kontak iritan.
DAFTAR PUSTAKA
Hetharia, Rospa. 2009. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta:Trans Info
Median
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan Pasien. Jakarta:EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC
http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_Kontak.html
http://www.irwanashari.com/2009/09/dermatitis-kontak-iritan.html
PENYAKIT KULIT
DERMATITIS
Monday, 24 November 2008 14:41
21Share
Oleh Dr Pasid Herlisa SpKK
13. Dokter spesialis kulit dan kecantikan RSI Sultan AGung Semarang
Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah
satunya adalah dermatitis. Dermatitis merupakan sebuah kelainan kulit
dengan gejala subyektif rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan
ruam yang polimorfi dan umumnya berbatas dengan tegas. kKulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja
namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki.
Ada Penyakit dermatitis
ini
memang
tidak
pandang bulu, semua
orang baik tua maupun
muda
“berpeluang”
terkena penyakit ini.
Biasanya penyakit ini
muncul pada bayi yang
berusia
dua
tahun.
Semakin usia seseorang
bertambah,
penyakit
dermatitis
ini
bisa
hilang
dengan
sendirinya.
Namun,
dalam beberapa kasus
ada seseorang yang selama seumur hidupnya terkena penyakit ini.
Jenis dermatitis
Jenis penyakit yang
sering disebut dengan
eksim oleh kebanyakan
orang ini, mempunyai
beberapa jenis, salah
Contoh penyakit kulit dermatitis di tangan
satunya
adalah
penyakit dermatitis atopi, pada jenis penyakit dermatitis ini, merupakan
keadaan dimana terjadi peradangan kulit kronis dan residif, disertai
gatal. Penyakit ini biasanya mempunyai riwayat / stigmata atopi
( sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan
terhadap alergen dalam keluarganya, misal asma, bronchial,rintis
alergik).
Fase penyakit dermatitis
Ada dua fase yang biasanya dialami oleh penderita dermatitis.
Pertama,Fase anak, fase ini dimulai dengan munculnya dermatitis sub
akut. Jenis dermatitis ini cenderung lebih kering. Dermatitis ini sering
muncul di lipat siku/lutut. Kedua, Fase dewasa, fase ini disertai dengan
munculnya hiperpigmentasi (kelebihan pigmen pada kulit yang bisa
menyebabkan warna hitam pada bekas luka yang terinfeksi),
hiperkeratosis dan likenifikasi (penebalan kulit dan bertambah jelasnya
14. garis-garis normal kulit).
Untuk mencegahnya penyakit ini ada beberpa macam cara penanganan
diantaranya adalah pemeriksaan hispatologi (lesi akut,kronik) dan
melakukan serangkaian uji tusuk dan tempel (reaksi positif setelah 24 –
48 jam).
Cara mencegah penyakit dermatitis
1.
Jaga kelembaban kult dengan cara menghndari perubahan suhu.
2.
3.
4.
Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan.
Kurangi Stress.
Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras,
5.
Jika anda alergi maka hindarilah faktor pencetus alergi, seperti
debu,bulu binatang
Dermatitis Seboroik
Kontributor oleh Ida - indojaya.com
Dermatitis Seboroik (Seborrhoeic Dermatitis, Seborrheic Dermatitis) merupakan peradangan permukaan kulit
berbentuk lesi squamosa (bercak disertai semacam sisik), bersifat kronis, yang sering terjadi di area kulit
berambut dan area kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea ( kelenjar minyak, lemak ), seperti kulit
kepala, wajah, tubuh bagian atas dan area pelipatan tubuh (ketiak, selangkangan, pantat).
ANGKA KEJADIAN
Prevalensi Dermatitis Seboroik diperkirakan sekitar 3-5 %. Jika ketombe yang merupakan Dermatitis Seboroik
ringan ditambahkan, angka kejadian mencapai 15-20 %. Dermatitis Seboroik dapat dialami oleh semua ras.
Berdasarkan usia, Dermatitis Seboroik dapat terjadi pada semua umur, terutama usia pubertas hingga usia 40
tahun. Pada bayi, Dermatitis Seboroik kerap dijumpai di area kepala dan pelipatan tubuh. Berdasarkan jenis
kelamin, Dermatitis Seboroik sedikit lebih banyak dialami pria ketimbang wanita.
PENYEBAB
Penyebab Dermatitis Seboroik hingga kini belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang diduga sebagai
penyebab Dermatitis Seboroik, antara lain: infeksi jamur Malassezia ovale, faktor imunologi, iklim, genetik,
lingkungan, hormonal, dan aktifitas kelenjar sebasea yang berlebihan.
Selain itu, beberapa obat-obat tertentu diduga memicu terjadinya Dermatitis Seboroik, seperti:auranofin,
aurothioglucose, buspirone, chlorpromazine, cimetidine, ethionamide, griseofulvin, haloperidol, interferon alfa,
lithium, methoxsalen, methyldopa, phenothiazines, psoralens, stanozolol, thiothixene, dan trioxsalen.
GEJALA
Dermatitis Seboroik relatif mudah dikenali karena tandanya yang khas, yakni dijumpainya krusta (bercak disertai
semacam sisik) berminyak.
Gejala Pada Bayi:
15. •
Di area kepala (bagian depan dan samping) ditandai: krusta tebal, pecah-pecah, berwarna kekuningan
dan berminyak. Tanda ini disebut cradle cap karena bentuknya yang mirip topi menutupi kulit kepala.
•
Di bagian tubuh yang lain, ditandai: ruam berwarna kemerahan, merah kekuningan, dengan krusta
berminyak yang menutupi permukaannya.
Gejala Pada Dewasa:
Pada umumnya ditandai dengan:
•
Keluhan gatal
•
Peradangan pada area seboroik dengan gambaran berbagai bentuk lesi, berwarna kemerahan atau
kekuningan disertai dengan adanya skuama, krusta, basah berminyak, dan bisa juga kering.
•
Residif (mudah kambuh) dan bersifat kronis. Diduga behubungan dengan faktor stress, kelelahan, sinar
matahari dan iklim.
PENGOBATAN
Pada dasarnya, pengobatan Dermatitis Seboroik ditujukan untuk menghilangkan penyebabnya, jika
penyebabnya diketahui, dan untuk meredakan gejalanya.
Obat Minum ( sistemik ):
•
•
•
Antihistamin untuk meredakan gatal dan reaksi alergi, misalnya: Loratadine 10 mg, Cetirizine 10 mg
atau antihisamin golongan lainnya.
Steroid, digunakan pada Dermatitis Seboroik yang berat. Pada pemakaian jangka lama, steroid
digunakan secara tappering down, yakni dosis obat diturunkan secara bertahap dan berkala.
Antibiotika, digunakan jika Dermatitis Seboroik disertai infeksi sekunder oleh kuman akibat garukan,
gesekan, dan lain-lain.
Obat Topikal ( obat luar: salep, krim, gel, lotion, shampo, dll )
•
Krim atau salep steroid. Pada area wajah digunakan steroid potensi rendah agar kulit wajah tidak
menipis pada penggunaan jangka lama.
•
Krim atau salep yang mengandung asam salisilat 2-5%, atau sulfur 4%, atau ter 2%, atau ketokonazole
2%, atau obat kombinasi.
•
Shampo yang mengandung asam salisilat, sulfur, selenium sulfida 2%, zinc pirition 1-2 %. Digunakan
untuk keramas 2-3 kali seminggu selama 5-10 menit, kemudian dibilas dengan air bersih.
PENCEGAHAN
Sedapat mungkin penderita Dermatitis Seboroik mengamati pemicu timbulnya kekambuhan. Jika sudah
mengenali pemicunya, diupayakan untuk mencegah paparan faktor pemicu.
Pada umumnya penderita Dermatitis Seboroik mengalami kesulitan mengenali pemicu timbulnya kekambuhan.
Hal ini wajar mengingat beragamnya faktor-faktor pemicu. Kalaupun faktor pemicunya dapat dikenali, tak jarang
penderita sulit menghindarinya, terutama jika faktor-faktor pemicu tersebut merupakan bagian dari kehidupan
sehari-hari, misalnya stress, iklim dan sejenisnya.