Analisa gas darah bertujuan untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan pH darah untuk menentukan keseimbangan asam basa. Parameter utama yang diukur meliputi pH, PO2, PCO2, bikarbonat, total karbon dioksida, saturasi oksigen, dan base ekses. Hasil pemeriksaan berguna untuk mendiagnosis gangguan pernapasan dan sistem asam basa.
1. KIMIA KLINIK 2
A N A L I S A G A S D A R A H
DIMAR IFAN HARYONO AJI
2. yang utama dalam"Gas"
dan karbon
darah adalah oksigen
dioksida. Mereka hadir dalam
parsial dari gas-
gas ini bervariasi
berbagai bentuk. Tekanan
dengan keseimbangan asam-
basa dan berfungsi pada paru-paru
(pernapasan), ginjal (ginjal), dan sistem
jantung (kardiovaskular).
3. Analisa gas darah
(AGD) adalah
prosedur
pemeriksaan
medis yang
bertujuan untuk
Mengukur jumlah O2 dan CO2
dalam darah
Menentukan pH darah,
keseimbangan asam basa,
kelebihan / kekurangan basa
Menentukan kadar bikarbonat
dan saturasi oksigen
PENGERTIAN A G D
4. pH
PO2
PCO2
Bikarbonat
Total CO2
Saturasi O2
Base Ekses
Mengukur keasaman atau alkalinitas darah.Asam, seperti CO2 ↓ pH;
Basa, seperti bikarbonat ↑ pH
Mengukur kadar O2 dalamdarah
Mengukur kadar CO2 dalam darah
Mengukur kadar bikarbonat dalamdarah
Mengukur persentase Hb yang membawa O2. Hb bertanggung jawab
untuk mengangkut oksigen
Mengukur jumlah total basa dalam darah yang tersedia untuk
melindunginya terhadap perubahan pH yang ekstrem. Perlindungan ini
disebut buffer diantaranya bikarbonat, fosfat, hemoglobin, dan plasma
protein lainnya
5. KESEIMBANGAN ASAM BASA
H2CO3 merupakan asam yang
mudah menguap, karena ia dapat
diubah menjadiCO2 yang dapat
dikeluarkan dari paru
Sejumlah besar asam
dibentuk setiap hari
dalam tubuh sebagai
hasil metabolisme
213000 – 20000 mmolCO
(dapat diubah menjadi
H2CO3) dibentuk dari
oksidasi lengkap karbohidrat,
protein, dan lemak
40 – 60 mmol asam dibentuk
dalam bentuk ketoacid
sebagai hasil oksidasi tidak
komplit dari lemak dan asam
(sulfur dan fosfor)
Sebagai hasil oksidasi
sulfur mengandung amino
acid dan fosfor
mengandung amino acid
6. Asam-asam lain dihasilkan
tubuh, tidak dapat diubah
menjadi gas dan disebut
fixed acid (asam yang tidak
mudah menguap), harus
dibuang melalui urine
Semua reaksi metabolik
dikoreksi oleh enzim yang
berfungsi pada pH optimal
(7,35-7,45). pH ini
dipertahankan oleh buffer
darah, mekanisme renal
tubulus dan pernapasan
Buffer darah terdiri dari :
bikarbonat acid,
hemoglobin, plasma
protein, eritrosit dan
fosfat plasma
Jumlah semua buffer ini
disebut buffer base yang
berkisar 46 – 52 mmol/l.
rata-rata 49 mmol/l
Nilai rata-rata dikurangi
buffer base adalah base
excess (+_ 2 mmol/l)
Negatif base excess
disebut juga base deficit
7. Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat
diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan
persamaan Henderson-Hasselbach
GANGGUAN ASAM BASA
8. Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan
basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan dalam
batas normal.
Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk
mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan
kemampuan paru untuk mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2
dalam darah arteri) melalui respirasi.
9. pH
pH < 7,35 ⇒ Asidosis
pH > 7.45 ⇒ Alkalosis
Jika pH < 7,35 dan pCO2 > 44 mmHg
⇒ Asidosis Respiratorik
Jika pH > 7,45 dan pCO2 < 40 mmHg
⇒ Alkalosis Respiratorik
pH 7,35 - 7,45 ⇒ Normal
Jika pH < 7,35 dan HCO3 < 22 mmol/L
⇒ Asidosis Metabolik
Jika pH > 7,45 dan HCO3 > 26 mmol/L
⇒ Alkalosis Metabolik
Gangguan Primer
10. pH PCO2 HCO3 Base Ekses
Asidosis Respiratorik
- Tidak kompensasi ↓ ↑ Normal Normal
- Kompensasi sebagian ↓ ↑ ↓ ↑
- Kompensasi sempurna Normal ↑ ↓ ↑
Asidosis Metabolik
- Tidak kompensasi ↓ Normal ↓ ↓
- Kompensasi sebagian ↓ ↓ ↓ ↓
- Kompensasi sempurna Normal ↓ ↓ ↓
Alkalosis Respiratorik
- Tidak kompensasi ↑ ↓ Normal Normal
- Kompensasi sebagian ↑ ↓ ↓ ↓
- Kompensasi sempurna Normal ↓ ↓ ↓
Alkalosis Metabolik
- Tidak kompensasi ↑ Normal ↑ ↑
- Kompensasi sebagian ↑ ↑ ↑ ↑
- Kompensasi sempurna Normal ↑ ↑ ↑
Gangguan Primer
11. Penurunan tingkat pH dapat mengindikasikan:
Penyakit Addison
Ketoasidosis diabetikum
Diet tinggi lemak /
rendah karbohidrat
Hiperkalsemia
Sindrom Fanconi
Sistinosis
Penyakit Wilson
Edema paru
Diare
Hiperkalemia
Penyakit ginjal
Asma
Bronkokonstriksi
Empisema
Pneumonia
12. Peningkatan kadar PO2 dapat mengindikasikan:
Penurunan kadar PO2 dapat mengindikasikan :
Oksigenasi hiperbarik Hiperventilasi
Kanker
Kompresi/reseksi paru-paru
Respiratory distress syndrome
(RDS) pada bayi baru lahir
Sarkoidosis
Asma
Bronkitis
Bronkiektasis
Cystic fibrosis
Croup (penyakit batuk di sertai
sesak napas)
Empisema
Granulomata
PneumoniaSyok Infark paru
13. Peningkatan kadar PCO2 dapat mengindikasikan:
Penurunan kadar PCO2 dapat mengindikasikan :
Bronkitis
Gagal jantung kongestif
Cystic fibrosis
Empisema
Hampir tenggelam
Pneumotoraks
Edema paru
Tumor
Kegelisahan
Pneumonia
Emboli paru
Sarkoidosis
Pneumotoraks
14. Peningkatan kadar Karbonat dapat mengindikasikan :
Penurunan kadar Karbonat dapat mengindikasikan :
Anoxia
Alkalosis metabolik
Alkalosis respiratorik
Hipokapnia
Asidosis metabolik
Asidosis respiratorik
15. Peningkatan Saturasi O2 dapat mengindikasikan:
Atelektasis
Anorexia nervosa Cacat jantung bawaan
Anoxia Demam
Efusi pleura
Keracunan karbon monoksida
Peningkatan kelebihan Basa (BE) dapat mengindikasikan :
.
Alkalosis metabolik
Penurunan BE dapat mengindikasikan :
Asidosis metabolik
16. Berikut ini adalah indikasi klinis untuk
melakukan Analisis Gas Darah:
Melakukan pemeriksaan darah rutin
Kesulitan bernafas, mengi
Diare
Muntah
Demam
Serangan panik
Anemia
Fungsi Pemeriksaan AGD
Membantu dalam menegakkan diagnosis
Membantu memandu rencana perawatan
Membantu dalam manajemen ventilator
Peningkatan dalam manajemen asam /
basa memungkinkan untuk fungsi obat
yang optimal
Status asam / basa dapat mengubah level
elektrolit yang penting untuk status /
perawatan pasien
17. Tujuan Pemeriksaan AGD
Untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh
Untuk mengetahui kadar oksigen dalam tubuh
Untuk mengetahui kadar CO2 dalam tubuh
PENGAMBILAN SAMPEL DARAH UNTUK AGD
Lokasi Pungsi Arteri
• Arteri radialis dan arteri ulnaris
(sebelumnya dilakukan allen’s test)
• Arteri brakialis
• Arteri femoralis
• Arteri tibialis posterior
• Arteri dorsalis pedis
• Spuit 2,5 cc
• Perlak/alas
• Heparin
• Kapas alcohol
• Bak spuit
• Bengkok
• Penutup udara
dari karet
• Wadah berisi es
(baskom atau
kantong plastik)
• Beri label
Alat & Bahan
18. Komplikasi
• Trombosis
• Perdarahan
Penanganan dan Transport Sampel
• PadaTermos ES bila tidak, darah dapat
mengambil O & mengeluarkanCO2 2
• Sampel yg didinginkan (di ES) bertahan 1 – 2 jam
• Sampel yg tidak didinginkan cepat invalid dalam
15 – 20 menit
• PCO2 ↑ 3 – 10 mmHg/jam
• PO2 ↓
• pH ↓ karena asidosis laktat yang dihasilkan oleh
glikolisis dalam sel eritrosit
• Adanya gelembung gas dapat menyebabkan hasil
tidak akurat
19. Jika warna kembali
suplai darah ulnaris
cukup dan aman untuk
menusuk arteri radialis.
Jika warna tidak
kembali atau kembali
dalam 15 detik, jangan
menusuk arteri radialis
Angkat tangan dan
buat kepalanselama
30 detik.
Berikan tekanan pada
arteri radialis dan ulnaris
untuk menutupnya
buka kepalan- harus
pucat (pucat) pada kuku
jariTekanan ulnar
dilepaskan, warna
kembali dalam 15 detik
Modifikasi Uji Allen:
20. 1. Beritahu pasien tujuan dari pengambilan darah
2. Pasang alas/perlak pada lokasi yang akan diambil darah
3. Usahakan agar lengan dalam posisi abduksi dengan tapak tangan menghadap
ke atas dan pergelangan tangan ekstensi 30 agar jaringan lunak terfiksasi oleh
ligament dan tulang. Bila perlu bagian bawah pergelangan dapat diganjal
dengan bantal kecil
4. Jari pemeriksa diletakkan di atas arteri radialis (proksimal dari lipatan kulit
pergelangan tangan) untuk meraba denyut nadi agar dapatmemperkirakan
letak dan kedalaman pembuluh darah
5. 1 ml heparin diaspirasi ke dalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan
heparin dan kemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan
perlahan sehingga pangkal jarum penuh dengan heparin dn tidak ada
gelembung udara
21. 6. Pastikan denyutan /pulsasi dari arteri terbesar kemudian dengan memakai tangan
kiri antara telunjuk dan jari tengah beri batas daerah yang akan ditusuk, dan titik
maksimum denyut ditemukan
7. Lakukan tindakan asepsis/antisepsis, bersihkan tempat tersebut dengan kapas
alcohol
8. Setelah melakukan tindakan asepsis/antisepsis, jarum 5-10 mm ditusukkan pada
daerah distal dari jari pemeriksa yang menekan arteri. Jarum ditusukkan
membentuk sudut 30 dengan permukaan lengan dengan posisi lubang
jarum/bevel menghadap ke atas
9. Jarum yang masuk ke dalam arteri akan menyebabkan torak semprit terdorong
oleh tekanan darah.
10.Pada pasien hipotensi, torak semprit dapat ditarik perlahan (jangan terlalu cepat
karena akan menghisap udara), indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah
arteri adalah adanya pemompaan darah ke dalam spuit dengan kekuatansendiri