SlideShare a Scribd company logo
1 of 41
dr. Rapto Hardian, Sp.An
• Arterial blood gas (ABG)
test darah yang menggunakan darah arteri,
seringnya dilakukan pada
arteri radialis pada pergelangan tangan
arteri femoralis
Pada monitoring yang lebih maju, darah dapat diambil
melalui kateter arteri.
• Tes ini digunakan untuk menentukan
– pH darah,
– sebagian tekanan karbondioksida dan oksigen
– serta kadar bikarbonat.
– Namun terdapat juga mesin yang lebih canggih yang
dapat memeriksa juga kadar laktate, hemoglobin, dan
beberapa elektrolit.
• Tes ABG terutama digunakan dibidang
pulmonologi, untuk menentukan tingkat
pertukaran gas yang berhubungan
dengan fungsi paru, namun empunyai
peranan juga dalam bidang medikasi
yang lain.
• Kombinasi kelainan bisa sangat rumit
dan sulit diinterpretasi, oleh karena itu
kalkulator, alogaritme dan cara2 lainnya
banyak digunakan.
Pengambilan Gas Darah Arteri
• ALAT YANG DIPERLUKAN :
► Spuit 2 cc + 0,1 cc heparin
► Kapas alcohol dan kassa steril
► Tutup jarum dari karet
► Kain pengalas
► Tempat berisi es batu
► Formulir permintaan
Prosedur Pengambilan Gas Darah Arteri
• Cara pengambilan darah arteri :
- siapkan semprit yang telah dibasahi
antikoagulan heparin steril
- tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah
terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada
vena
- bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan
asepsis dengan alkohol 70 %
- dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan
fiksasi arteri tersebut
- kemudian lakukan tusukan / pungsi tegak lurus (
karena letaknya dalam) sampai terkena arteri
tersebut
- bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang
akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam
semprit yang telah mengandung heparin. Cabut
semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga
tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga
darah tercampur rata dan tidak membeku.
- tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak
tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan
vena karena dengan vena lebih mudah membeku
daripada arteri.
- Segera kirim ke laboratorium ( sito )
• PELAKSANAAN
Tentukan tempat yang akan dilakukan penusukan.
– Siapkan spuit yang telah diisi heparin 0,1 cc heparin
(pengisian dilakukan dengan menghisap 2 cc heparin,
kemudian keluarkan kembali dan sisakan sebanyak 0,1 cc
dalam spuit).
– Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan
menggunakan kapas alkohol.
– Tusukkan jarum (450 untuk arteri radialis, 900 untuk arteri
femoralis), ketika jarum mengenai arteri, tidak diperlukan
aspirasi karena darah akan keluar dengan sendirinya.
– Setelah sampel darah cukup, cabut jarum dan lakukan
penekanan pada tempat penusukan.
– Penekanan dilakukan selama 5 menit untuk arteri
radialis dan 10 menit untuk arteri femoralis.
Segera setelah dicabut, cek kemungkinan adanya udara
yang terperangkap dalam spuit, bila ada cepat keluarkan.
– Putar-putar spuit diantara kedua telapak tangan agar
tercampur merata dengan heparin.
– Segera jarum ditutup dengan menggunakan tutup yang
terbuat dari karet, simpan sampel darah pada tempat
yang diisi es batu dan segera kirimkan ke laboratorium.
– Formulir pengiriman harus lengkap, jangan lupa
mencantumkan suhu tubuh klien saat pengambilan
sampel darah.
KESEIMBANGAN ASAM – BASA
I. HENDERSON – HASSELBALCH.
Untuk interpretasi gangguan asam-basa adalah
pH darah yang diatur oleh PaCO2 dan
konsentrasi bikarbonat, menurut persamaan
Henderson – Hasselbalch.
pH rata-rata darah dan cairan extracellular
adalah 7,4.
pH darah normal = 7,35 – 7,45
• Sistem penyangga (buffer) utama tubuh yang
memelihara agar pH tetap konstan adalah:
1.Bicarbonat atau carbonic acid
Merupakan buffer terbesar dalam tubuh dan bekerja
pada ECF
2.Phosphate (Na H2PO4 dan Na2 HPO4)
Penting didalam erythrocyte dan sel lain, terutama
tubulus renalis yang memungkinkan ginjal
membuang ion hydrogen.
3.Protein (Pr – atau H Pr)
Predominan dalam sel, juga bekerja dalam plasma.
4.Erythrocyt (HbO2 atau H HbO2)
• pH yang konstan dipelihara secara bersama oleh
system buffer tubuh, paru-paru dan ginjal.
• Respons segera (dalam beberapa detik) terhadap ion
H + adalah buffer kimiawi dari H +, baik ICF maupun
ECF.
• Usaha kedua berupa pengendalian oleh paru-paru
terhadap CO2 melalui ventilasi alveolar (beberapa
menit).
• Usaha terakhir oleh ginjal terhadap HCO3
– (sampai
beberapa hari).
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + + HCO3
–
•Sisi kiri adalah komponen respirasi, sisi kanan
adalah komponen metabolic-ginjal.
•Ginjal berperan dalam keseimbangan asam-basa
dengan mengatur HCO3
– plasma, dengan cara:
 Reabsorbsi HCO3
– yang terfiltrasi dan mencegah
kehilangan melalui urine
 Ekskresi kelebihan H + sehari-hari sebagai
kelebihan metabolisme
Dengan demikian dapat menahan atau membuang
HCO3
– sesuai kebutuhan, baik dengan Na +, K +
atau menukarnya dengan Cl -
Persamaan Henderson-Hasselbalch:
• pH darah tergantung rasio
bicarbonate/carbonic acid = 20/1 dan pH = 7,4
didalam plasma dan ECF.
• pH = HCO3
- / PaCO2
• pH normal = 7,35 – 7,45
• pH < 7,35 disebut asidosis dan pH > 7,45
disebut alkalosis
• Ketidak seimbangan metabolic terjadi bila gangguan
primer pada konsentrasi bikarbonat.
• Karena bikarbonat sebagai pembilang, maka
peningkatan bikarbonat akan meningkatkan pH,
disebut alkalosis metabolic.
• Sedangkan penurunan bikarbonat akan menurunkan
pH, disebut asidosis metabolic.
• Ketidak seimbangan respiratoric terjadi bila
gangguan primer pada konsentrasi CO2.
• Karena CO2 sebagai penyebut, maka peningkatan
CO2 akan menurunkan pH, disebut asidosis
respiratorik.
• Sedangkan penurunan CO2 akan meningkatkan pH
disebut alkalosis respiratorik.
Ada 3 respons kompensatorik:
1. Respons ECF dan ICF
2. Respons pernafasan terhadap CO2
3. Respons ginjal terhadap HCO3
– dan H +
Interpretasi
• Ada tiga langkah dalam melakukan interpretasi
ABG
• Langkah 1
Asidosis < 7,35 – 7,45 < alkalosis
• Langkah 2
Setelah ditentukan alkalosis atau asidosis
maka kita tentukan penyebab primer, metabolic
atau respiratorik
Untuk itu lihat PaCO2 bila pH turun maka
PaCO2 normalnya naik dan berlaku sebaliknya
pH dan PaCO2 beda arah  penyebab
primer respiratorik
• langkah 3
lihat HCO3 , normalnya bila pH naik maka
HCO3 akan naik juga dan berlaku sebaliknya
pH dan HCO3 sama arah  penyebab
primer metabolik
soal
• Langkah 1  asidosis
• Langkah 2  PaCO2 naik  primer
respiratorik
• Langkah 3  nilai bikarbonat normal (22-26)
 asidosis respiratorik
soal
• Langkah 1  alkalosis
• Langkah 2  normal ( 35 – 45)
• Langkah 3  bikarbonat naik  primer
metabolik
 alkalosis metabolik
soal
• Langkah 1  < 7,4  asidosis
• Langkah 2  turun  seharusnya bila pH
turun PaCO2 naik  sekunder/kompensasi
• Langkah 3  turun  primer metabolik
 asidosis metabolik terkompensasi
sebagian
soal
• Langkah 1  normal tapi < 7,4  asidosis
• Langkah 2  naik  primer respiratorik
• Langkah 3  naik  normalnya bila pH turun
maka bikarbonat turun 
sekunder/kompensasi
 asidosis respiratorik terkompensasi
sempurna
soal
• Langkah 1  normal tapi < 7,4  asidosis
• Langkah 2  naik  primer respiratorik
• Langkah 3  naik  normalnya bila pH turun
maka bikarbonat turun 
sekunder/kompensasi
 asidosis respiratorik terkompensasi
sebagian
soal
• Langkah 1  normal tapi > 7,4  alkalosis
• Langkah 2  naik  normalnya bila pH naik
maka PaCO2 turun  sekunder/kompensasi
• Langkah 3  naik  primer metabolik
 alkalosis metabolik terkompensasi
sempurna
1. ASIDOSIS – METABOLIK.
Terjadi penurunan pH akibat konsentrasi
HCO3 plasma turun.
Gejala:
▪ Gangguan kardiovaskuler: vasodilatasi
perifer, kontraksi myocard terganggu
(pH < 7,1)
▪ Gangguan neurologist: kelelahan,
coma.
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: menahan HCO3
-, ekskresi garam-garam
asam, produksi ammonia meningkat
• ECF: menurunkan ion H +  H + masuk ke intrasel,
diikuti K + keluar dari intrasel hiperkalemia.
• Pernafasan: membuang CO2  hiperventilasi
• Laboratorium: pH < 7,35 HCO3
- < 22 mEq/L
PaCO2 = 40 mmHg
Terapi:
• Infus Lactate Ringer’s (Na laktat di hepar dirubah
jadi Na bikarbonat)
• Bikarbonas natrikus (Na HCO3 ): BE x BW x 0,3 =
mEq/L
Blind: 1 mEq/kg, berikan 50 % dulu  dipakai bila
pH <7,1
2. ALKALOSIS – METABOLIK.
Terjadi peningkatan pH akibat
konsentrasi HCO3
- plasma
meningkat.
Sering disertai berkurangnya volume
ECF dan hipokalemia
Gejala : pusing, disorientasi, kejang,
koma, kelemahan otot, mual muntah
dll
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: ekskresi HCO3
-, retensi garam-garam asam,
produksi ammonia turun
• ECF: meningkatkankan ion H +  H + keluar dari
intrasel, diikuti K + masuk ke intrasel hipokalemia.
• Pernafasan: menahan CO2  hipoventilasi
Terapi:
• Responsif Chloride : larutan garam isotonic + KCL
• Alkalosis berat : larutan HC
3. ASIDOSIS – RESPIRATORIK.
Terjadi penurunan pH akibat konsentrasi
CO2 meningkat.
Gejala : somnolens, stupor, coma
(PaCO2 >60 mmHg), TIK meningkat
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: menahan HCO3
-
• ECF: meningkatkankan ion H +  H +
keluar dari intrasel, diikuti K + masuk
ke intrasel
• Pernafasan: membuang CO2 
hiperventilasi
Terapi:
• kausatif
3. ALKALOSIS – RESPIRATORIK.
Terjadi penigkatan pH akibat konsentrasi
CO2 menurun.
Gejala : nafas pendek, kepala ringan, palpitasi,
syncope
Kompensasi tubuh:
• Ginjal: membuang HCO3
-
• ECF: membuang ion H +  H + masuk ke
intrasel, diikuti K + keluar dari intrasel
• Pernafasan: menahan CO2  hipoventilasi
Terapi:
• kausatif

More Related Content

Similar to ABG Interpretasi

AGD Vera Hardjolukito.pdf
AGD Vera Hardjolukito.pdfAGD Vera Hardjolukito.pdf
AGD Vera Hardjolukito.pdfdianseptiany
 
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)dimar aji
 
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdfAGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdfSonofZeus11
 
CAIRAN & ELEKTROLIT.pptx
CAIRAN & ELEKTROLIT.pptxCAIRAN & ELEKTROLIT.pptx
CAIRAN & ELEKTROLIT.pptxwindaeka9
 
ANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.pptANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.ppteghaalkautsar
 
13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptx
13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptx13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptx
13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptxXuanHuaLai1
 
Air dan Elektrolit
Air dan ElektrolitAir dan Elektrolit
Air dan ElektrolitDedi Kun
 
Konsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdf
Konsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdfKonsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdf
Konsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdfHeniSaintt
 
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darahDasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darahHasanuddin University
 
Keseimbangan Asam Basa.pptx
Keseimbangan Asam Basa.pptxKeseimbangan Asam Basa.pptx
Keseimbangan Asam Basa.pptxVinsensius12
 
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basaKeseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basayus rendra
 

Similar to ABG Interpretasi (20)

asam basa I.ppt
asam basa I.pptasam basa I.ppt
asam basa I.ppt
 
AGD Vera Hardjolukito.pdf
AGD Vera Hardjolukito.pdfAGD Vera Hardjolukito.pdf
AGD Vera Hardjolukito.pdf
 
Analisa gas darah.pptx
Analisa gas darah.pptxAnalisa gas darah.pptx
Analisa gas darah.pptx
 
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
 
Asam basa
Asam basaAsam basa
Asam basa
 
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdfAGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
 
CAIRAN & ELEKTROLIT.pptx
CAIRAN & ELEKTROLIT.pptxCAIRAN & ELEKTROLIT.pptx
CAIRAN & ELEKTROLIT.pptx
 
ANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.pptANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.ppt
 
13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptx
13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptx13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptx
13 Homeostasis & Sistem Urinari.pptx
 
BGA.pptx
BGA.pptxBGA.pptx
BGA.pptx
 
Air dan Elektrolit
Air dan ElektrolitAir dan Elektrolit
Air dan Elektrolit
 
Konsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdf
Konsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdfKonsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdf
Konsep Dasar Syok D4 Bidan AJ Ganjil 2023.pdf
 
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darahDasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
Dasar dasar keseimbangan asam-basa dan gas darah
 
Keseimbangan Asam Basa.pptx
Keseimbangan Asam Basa.pptxKeseimbangan Asam Basa.pptx
Keseimbangan Asam Basa.pptx
 
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basaKeseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa
 
Keseimbangan Asam Basa (Pleno)
Keseimbangan Asam Basa (Pleno)Keseimbangan Asam Basa (Pleno)
Keseimbangan Asam Basa (Pleno)
 
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basaKeseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa
 
KESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptx
KESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptxKESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptx
KESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptx
 
Rumusan Keseimbangan Acid Bes
Rumusan Keseimbangan Acid BesRumusan Keseimbangan Acid Bes
Rumusan Keseimbangan Acid Bes
 
keseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darahkeseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darah
 

ABG Interpretasi

  • 2. • Arterial blood gas (ABG) test darah yang menggunakan darah arteri, seringnya dilakukan pada arteri radialis pada pergelangan tangan arteri femoralis Pada monitoring yang lebih maju, darah dapat diambil melalui kateter arteri. • Tes ini digunakan untuk menentukan – pH darah, – sebagian tekanan karbondioksida dan oksigen – serta kadar bikarbonat. – Namun terdapat juga mesin yang lebih canggih yang dapat memeriksa juga kadar laktate, hemoglobin, dan beberapa elektrolit.
  • 3. • Tes ABG terutama digunakan dibidang pulmonologi, untuk menentukan tingkat pertukaran gas yang berhubungan dengan fungsi paru, namun empunyai peranan juga dalam bidang medikasi yang lain. • Kombinasi kelainan bisa sangat rumit dan sulit diinterpretasi, oleh karena itu kalkulator, alogaritme dan cara2 lainnya banyak digunakan.
  • 4. Pengambilan Gas Darah Arteri • ALAT YANG DIPERLUKAN : ► Spuit 2 cc + 0,1 cc heparin ► Kapas alcohol dan kassa steril ► Tutup jarum dari karet ► Kain pengalas ► Tempat berisi es batu ► Formulir permintaan
  • 5. Prosedur Pengambilan Gas Darah Arteri • Cara pengambilan darah arteri : - siapkan semprit yang telah dibasahi antikoagulan heparin steril - tanda-tanda pembuluh darah arteri /nadi adalah terabanya denyutan yang tidak ditemukan pada vena - bila telah ditemukan arteri, lakukan tindakan asepsis dengan alkohol 70 % - dengan 2 jari telunjuk dan jari tengah lakukan fiksasi arteri tersebut - kemudian lakukan tusukan / pungsi tegak lurus ( karena letaknya dalam) sampai terkena arteri tersebut
  • 6. - bila arteri telah tercapai akan tampak darah yang akan mengalir sendiri oleh tekanan darah ke dalam semprit yang telah mengandung heparin. Cabut semprit dan segera ditutup dengan gabus sehingga tidak terkena udara. Goyangkan semprit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku. - tekan bekas pungsi dengan baik sampai tidak tampak darah mengalir. Hal ini tidak sama dengan vena karena dengan vena lebih mudah membeku daripada arteri. - Segera kirim ke laboratorium ( sito )
  • 7. • PELAKSANAAN Tentukan tempat yang akan dilakukan penusukan. – Siapkan spuit yang telah diisi heparin 0,1 cc heparin (pengisian dilakukan dengan menghisap 2 cc heparin, kemudian keluarkan kembali dan sisakan sebanyak 0,1 cc dalam spuit). – Lakukan desinfeksi pada area yang akan ditusuk dengan menggunakan kapas alkohol. – Tusukkan jarum (450 untuk arteri radialis, 900 untuk arteri femoralis), ketika jarum mengenai arteri, tidak diperlukan aspirasi karena darah akan keluar dengan sendirinya. – Setelah sampel darah cukup, cabut jarum dan lakukan penekanan pada tempat penusukan.
  • 8. – Penekanan dilakukan selama 5 menit untuk arteri radialis dan 10 menit untuk arteri femoralis. Segera setelah dicabut, cek kemungkinan adanya udara yang terperangkap dalam spuit, bila ada cepat keluarkan. – Putar-putar spuit diantara kedua telapak tangan agar tercampur merata dengan heparin. – Segera jarum ditutup dengan menggunakan tutup yang terbuat dari karet, simpan sampel darah pada tempat yang diisi es batu dan segera kirimkan ke laboratorium. – Formulir pengiriman harus lengkap, jangan lupa mencantumkan suhu tubuh klien saat pengambilan sampel darah.
  • 9. KESEIMBANGAN ASAM – BASA I. HENDERSON – HASSELBALCH. Untuk interpretasi gangguan asam-basa adalah pH darah yang diatur oleh PaCO2 dan konsentrasi bikarbonat, menurut persamaan Henderson – Hasselbalch. pH rata-rata darah dan cairan extracellular adalah 7,4. pH darah normal = 7,35 – 7,45
  • 10. • Sistem penyangga (buffer) utama tubuh yang memelihara agar pH tetap konstan adalah: 1.Bicarbonat atau carbonic acid Merupakan buffer terbesar dalam tubuh dan bekerja pada ECF 2.Phosphate (Na H2PO4 dan Na2 HPO4) Penting didalam erythrocyte dan sel lain, terutama tubulus renalis yang memungkinkan ginjal membuang ion hydrogen. 3.Protein (Pr – atau H Pr) Predominan dalam sel, juga bekerja dalam plasma. 4.Erythrocyt (HbO2 atau H HbO2)
  • 11. • pH yang konstan dipelihara secara bersama oleh system buffer tubuh, paru-paru dan ginjal. • Respons segera (dalam beberapa detik) terhadap ion H + adalah buffer kimiawi dari H +, baik ICF maupun ECF. • Usaha kedua berupa pengendalian oleh paru-paru terhadap CO2 melalui ventilasi alveolar (beberapa menit). • Usaha terakhir oleh ginjal terhadap HCO3 – (sampai beberapa hari).
  • 12. CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + + HCO3 – •Sisi kiri adalah komponen respirasi, sisi kanan adalah komponen metabolic-ginjal. •Ginjal berperan dalam keseimbangan asam-basa dengan mengatur HCO3 – plasma, dengan cara:  Reabsorbsi HCO3 – yang terfiltrasi dan mencegah kehilangan melalui urine  Ekskresi kelebihan H + sehari-hari sebagai kelebihan metabolisme Dengan demikian dapat menahan atau membuang HCO3 – sesuai kebutuhan, baik dengan Na +, K + atau menukarnya dengan Cl -
  • 13. Persamaan Henderson-Hasselbalch: • pH darah tergantung rasio bicarbonate/carbonic acid = 20/1 dan pH = 7,4 didalam plasma dan ECF. • pH = HCO3 - / PaCO2 • pH normal = 7,35 – 7,45 • pH < 7,35 disebut asidosis dan pH > 7,45 disebut alkalosis
  • 14. • Ketidak seimbangan metabolic terjadi bila gangguan primer pada konsentrasi bikarbonat. • Karena bikarbonat sebagai pembilang, maka peningkatan bikarbonat akan meningkatkan pH, disebut alkalosis metabolic. • Sedangkan penurunan bikarbonat akan menurunkan pH, disebut asidosis metabolic. • Ketidak seimbangan respiratoric terjadi bila gangguan primer pada konsentrasi CO2. • Karena CO2 sebagai penyebut, maka peningkatan CO2 akan menurunkan pH, disebut asidosis respiratorik. • Sedangkan penurunan CO2 akan meningkatkan pH disebut alkalosis respiratorik.
  • 15. Ada 3 respons kompensatorik: 1. Respons ECF dan ICF 2. Respons pernafasan terhadap CO2 3. Respons ginjal terhadap HCO3 – dan H +
  • 16. Interpretasi • Ada tiga langkah dalam melakukan interpretasi ABG • Langkah 1 Asidosis < 7,35 – 7,45 < alkalosis
  • 17. • Langkah 2 Setelah ditentukan alkalosis atau asidosis maka kita tentukan penyebab primer, metabolic atau respiratorik Untuk itu lihat PaCO2 bila pH turun maka PaCO2 normalnya naik dan berlaku sebaliknya pH dan PaCO2 beda arah  penyebab primer respiratorik
  • 18. • langkah 3 lihat HCO3 , normalnya bila pH naik maka HCO3 akan naik juga dan berlaku sebaliknya pH dan HCO3 sama arah  penyebab primer metabolik
  • 19. soal
  • 20. • Langkah 1  asidosis • Langkah 2  PaCO2 naik  primer respiratorik • Langkah 3  nilai bikarbonat normal (22-26)  asidosis respiratorik
  • 21. soal
  • 22. • Langkah 1  alkalosis • Langkah 2  normal ( 35 – 45) • Langkah 3  bikarbonat naik  primer metabolik  alkalosis metabolik
  • 23.
  • 24. soal
  • 25. • Langkah 1  < 7,4  asidosis • Langkah 2  turun  seharusnya bila pH turun PaCO2 naik  sekunder/kompensasi • Langkah 3  turun  primer metabolik  asidosis metabolik terkompensasi sebagian
  • 26. soal
  • 27. • Langkah 1  normal tapi < 7,4  asidosis • Langkah 2  naik  primer respiratorik • Langkah 3  naik  normalnya bila pH turun maka bikarbonat turun  sekunder/kompensasi  asidosis respiratorik terkompensasi sempurna
  • 28. soal
  • 29. • Langkah 1  normal tapi < 7,4  asidosis • Langkah 2  naik  primer respiratorik • Langkah 3  naik  normalnya bila pH turun maka bikarbonat turun  sekunder/kompensasi  asidosis respiratorik terkompensasi sebagian
  • 30. soal
  • 31. • Langkah 1  normal tapi > 7,4  alkalosis • Langkah 2  naik  normalnya bila pH naik maka PaCO2 turun  sekunder/kompensasi • Langkah 3  naik  primer metabolik  alkalosis metabolik terkompensasi sempurna
  • 32.
  • 33. 1. ASIDOSIS – METABOLIK. Terjadi penurunan pH akibat konsentrasi HCO3 plasma turun. Gejala: ▪ Gangguan kardiovaskuler: vasodilatasi perifer, kontraksi myocard terganggu (pH < 7,1) ▪ Gangguan neurologist: kelelahan, coma.
  • 34.
  • 35. Kompensasi tubuh: • Ginjal: menahan HCO3 -, ekskresi garam-garam asam, produksi ammonia meningkat • ECF: menurunkan ion H +  H + masuk ke intrasel, diikuti K + keluar dari intrasel hiperkalemia. • Pernafasan: membuang CO2  hiperventilasi • Laboratorium: pH < 7,35 HCO3 - < 22 mEq/L PaCO2 = 40 mmHg Terapi: • Infus Lactate Ringer’s (Na laktat di hepar dirubah jadi Na bikarbonat) • Bikarbonas natrikus (Na HCO3 ): BE x BW x 0,3 = mEq/L Blind: 1 mEq/kg, berikan 50 % dulu  dipakai bila pH <7,1
  • 36. 2. ALKALOSIS – METABOLIK. Terjadi peningkatan pH akibat konsentrasi HCO3 - plasma meningkat. Sering disertai berkurangnya volume ECF dan hipokalemia Gejala : pusing, disorientasi, kejang, koma, kelemahan otot, mual muntah dll
  • 37. Kompensasi tubuh: • Ginjal: ekskresi HCO3 -, retensi garam-garam asam, produksi ammonia turun • ECF: meningkatkankan ion H +  H + keluar dari intrasel, diikuti K + masuk ke intrasel hipokalemia. • Pernafasan: menahan CO2  hipoventilasi Terapi: • Responsif Chloride : larutan garam isotonic + KCL • Alkalosis berat : larutan HC
  • 38. 3. ASIDOSIS – RESPIRATORIK. Terjadi penurunan pH akibat konsentrasi CO2 meningkat.
  • 39. Gejala : somnolens, stupor, coma (PaCO2 >60 mmHg), TIK meningkat Kompensasi tubuh: • Ginjal: menahan HCO3 - • ECF: meningkatkankan ion H +  H + keluar dari intrasel, diikuti K + masuk ke intrasel • Pernafasan: membuang CO2  hiperventilasi Terapi: • kausatif
  • 40. 3. ALKALOSIS – RESPIRATORIK. Terjadi penigkatan pH akibat konsentrasi CO2 menurun.
  • 41. Gejala : nafas pendek, kepala ringan, palpitasi, syncope Kompensasi tubuh: • Ginjal: membuang HCO3 - • ECF: membuang ion H +  H + masuk ke intrasel, diikuti K + keluar dari intrasel • Pernafasan: menahan CO2  hipoventilasi Terapi: • kausatif