SlideShare a Scribd company logo
1 of 20
ANALISA GAS DARAH 
(AGD) 
1. Definisi 
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam 
basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan 
kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas 
digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang 
akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai 
tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa 
hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus 
menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium 
lainnya. 
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan 
dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu: 
 
Mekanisme dapar kimia 
Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu: 
1. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat 
2. Sistem dapar fosfat 
3. Sistem dapar protein 
4. Sistem dapar hemoglobin 
 
Mekanisme pernafasan
 
Mekanisme ginjal 
Mekanismenya terdiri dari: 
1. Reabsorpsi ion HCO3 
- 
2. Asidifikasi dari garam-garam dapar 
3. Sekresi ammonia 
2. Gangguan asam basa sederhana 
Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai 
persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam 
basa adalah sebagai berikut: 
Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat 
dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal 
untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk 
mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai 
normal pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH: 
Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa. 
Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan 
pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, 
sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam 
basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut 
asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen 
HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila 
gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), 
sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam 
basa campuran.
Langkah-langkah untuk menilai gas darah: 
1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan 
dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien 
mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis 
respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH 
kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan 
dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran) 
2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang 
berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer 
bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau 
menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa 
sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan 
dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan 
asam basa campuran). 
3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal 
ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang 
sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan). 
4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa 
campuran) 
 
Rentang nilai normal 
pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L 
PCO2 : 35-45 mmHg BE : 0 ± 2 mEq/L 
PO2 : 80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih 
HCO3 : 22-26 mEq/L
 
Tabel gangguan asam basa: 
Jenis gangguan pH PCO2 HCO3 
Asidosis respiratorik akut 
Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian 
Asidosis respiratorik terkompensasi penuh N 
Asidosis metabolik akut 
Asidosis metabolik terkompensasi sebagian 
Asidosis metabolik terkompensasi penuh N 
Asidosis respiratorik dan metabolic 
Alkalosis respiratorik akut N 
Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian 
Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh N 
Alkalosis metabolik akut 
N 
Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian 
Alkalosis metabolic terkompensasi penuh 
Alkalosis metabolik dan respiratorik 
Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi: 
N 
N 
N 
1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat 
dikeluarkan melalui ventilasi. 
2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, 
seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi 
ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess 
dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. 
Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik 
pada anak sakit kritis.
3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi 
dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada 
intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila 
ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada 
bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat. 
4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di 
bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan 
ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat. 
5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40. 
Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi. 
6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi 
terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH 
lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama. 
7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih 
dari 7,50. 
8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah 
diberikan oksigen yang adekuat 
9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga 
normal. 
10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan 
tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat 
menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan 
oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan 
distribusi oksigen. 
3. Tujuan 
 
Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa 
 
Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
 
Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh 
4. Indikasi 
 
Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik 
 
Pasien deangan edema pulmo 
 
Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) 
 
Infark miokard 
 
Pneumonia 
 
Klien syok 
 
Post pembedahan coronary arteri baypass 
 
Resusitasi cardiac arrest 
 
Klien dengan perubahan status respiratori 
 
Anestesi yang terlalu lama 
5. Lokasi pungsi arteri 
 
Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test) 
 
Arteri brakialis 
 
Arteri femoralis 
 
Arteri tibialis posterior
 
Arteri dorsalis pedis 
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, 
karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi 
spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak 
digunakan karena adanya risiko emboli otak. 
Cara allen’s test: 
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri 
radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, 
observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 
15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan 
tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan 
tersebut dan periksa tangan yang lain. 
6. Komplikasi 
 
Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan 
menimbulkan nyeri 
 
Perdarahan 
 
Cidera syaraf 
 
Spasme arteri 
7. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD 
 
Gelembung udara
Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah 
maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah 
kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat. 
 
Antikoagulan 
Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin 
yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh 
karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin. 
 
Metabolisme 
Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia 
membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel 
diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, 
dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam. 
 
Suhu 
Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan 
PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. 
Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 
yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan 
dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah 
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan 
 
Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih 
 
Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk 
mencegah darah membeku
 
Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan 
anestesi lokal 
 
Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui 
kepatenan arteri 
 
Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah 
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri 
 
Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur 
rata dan tidak membeku 
 
Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras 
daripada vena) 
 
Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung 
jarum dengan karet atau gabus 
 
Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil 
 
Segera kirim ke laboratorium ( sito ) 
I. Persiapan pasien 
 
Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan 
 
Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit 
 
Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul 
 
Jelaskan tentang allen’s test
J. Persiapan alat 
 
Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan 
nomor 20 atau 21 untuk dewasa 
 
Heparin 
 
Yodium-povidin 
 
Penutup jarum (gabus atau karet) 
 
Kasa steril 
 
Kapas alkohol 
 
Plester dan gunting 
 
Pengalas 
 
Handuk kecil 
 
Sarung tangan sekali pakai 
 
Obat anestesi lokal jika dibutuhkan 
 
Wadah berisi es 
 
Kertas label untuk nama 
 
Thermometer 
 
Bengkok 
9. Prosedur kerja
1. Baca status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD 
2. Cek alat-alat yang akan digunakan 
3. Cuci tangan 
4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya 
5. Perkenalkan nama perawat 
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien 
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan 
8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya 
9. Tanyakan keluhan klien saat ini 
10. Jaga privasi klien 
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien 
12. Posisikan klien dengan nyaman 
13. Pakai sarung tangan sekali pakai 
14. Palpasi arteri radialis 
15. Lakukan allen’s test 
16. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk 
17. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan 
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah 
18. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian 
diusap dengan kapas alkohol
19. Berikan anestesi lokal jika perlu 
20. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian 
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit 
21. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil 
menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain 
22. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak 
bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena) 
23. Ambil darah 1 sampai 2 ml 
24. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit 
25. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet 
26. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin 
27. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah 
28. Ukur suhu dan pernafasan klien 
29. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang 
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen 
30. Kirim segera darah ke laboratorium 
31. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah 
(untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu 
yang lama) 
32. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan 
33. Cuci tangan
34. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD 
35. Berikan reinforcement positif pada klien 
36. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya 
37. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam 
38. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari 
sebelah mana darah diambil dan respon klien 
ANALISA GAS DARAH 
BAB I 
PENDAHULUAN 
Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), 
jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai 
fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil 
karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. 
Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) , cara pengambilan sampel 
darah arteri harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi lebih 
berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture) maupun skinpuncture. Oleh sebab 
itu seorang analis (plebotomis) harus mengerti tentang indikasi pengambilan darah arteri, kontra 
indikasi pengambilan darah arteri, persiapan alat yang akan digunakan, Alat Perlindungan Diri 
(APD) bagi plebotomis, dan yang paling penting adalah mengerti dimana letak pengambilan 
darah arteri. Semua bagian tersebut akan dijelaskan pada bagian II tentang pembahasan. 
BAB II 
PEMBAHASAN
A. Definisi Analisa Gas Darah 
Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan 
mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh 
dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh. 
B. Indikasi Analisa Gas Darah 
Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu : 
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik 
penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran 
napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial. 
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar 
keduanya. 
2. Pasien dengan edema pulmo 
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar 
dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan 
persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada 
kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai 
"air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. 
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat 
dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada 
sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema. 
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) 
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang 
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan 
dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat 
kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS 
menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar .
Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya 
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan 
hipokapnia ( Brunner & Suddart 616). 
4. Infark miokard 
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh 
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat 
mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa 
gejala pendahuluan (Santoso, 2005). 
5. Pneumonia 
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli(mikroskopik udara 
mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) 
menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam 
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi 
karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit 
lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol. 
6. Pasien syok 
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi 
kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah 
jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan 
faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi 
jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian 
pada pasien. 
7. Post pembedahan coronary arteri baypass 
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat 
tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan 
disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. 
Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh 
karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010). 
8. Resusitasi cardiac arrest
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa 
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan 
listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), 
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. 
Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. 
Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran 
darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai 
berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau 
ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas 
normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan 
selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan 
ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian 
mungkin bisa dicegah. 
C. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah 
1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe, 2010). 
2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa untuk dilakukan 
pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis dan beresiko 
mengganggu viabilitas tangan. 
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada tempat yang 
akan diperiksa 
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan denganantikoagulan dosis 
sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif. 
D. Alat dan Bahan untuk Pengambilan Darah Arteri 
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan darah arteri antara lain : 
1. Disposible Spuit 2,5 cc, jarum ukuran 23 G/ 25 G 
2. Penutup jarum khusus atau gabus 
Mencegah kontaminasi dengan udara bebas. Udara bebas dapat mempengaruhi nilai O2 dalam 
AGD arteri.
3. Nierbeken/Bengkok 
Digunakan untuk membuang kapas bekas pakai. 
4. Anticoagulant Heparin 
Untuk mencegah darah membeku. 
5. Alcohol swabs ( kapas Alkohol ) 
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan antiseptic 
berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang 
dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko 
infeksi bisa ditekan. 
6. Plester 
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses 
penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan. 
7. Kain pengalas 
Untuk memberi kenyamanan pada pasien saat plebotomis melakukan pengambilan darah vena. 
8. Tempat berisi es batu 
Bila laboratorium jauh, maka specimen darah arteri harus dimasukkan kedalam tempat berisi es 
batu sebab suhu yang rendah akan menurunkan metabolism sel darah yang mungkin merubah 
nilai pH, PCO2, PO2, HCO3 
-. 
9. Tempat sampah khusus needle 
Tempat untuk membuang needle yang sudah dipakai untuk mengurangi kontaminasi pasien satu 
dengan pasien yang lain. 
E. Antikoagulan yang Digunakan 
Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah heparin. Pemberian 
heparin yang berlebiham akan menurunkan tekanan CO2.Antikoagulan dapat mendilusi 
konsentrasi gas darah dalam tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan 
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin. 
F. Alat Perlindungan Diri (APD) untuk Petugas 
Alat Perlindungan Diri (APD) yang harus digunakan seorang petugas (Plebotomis) yaitu 
(Rohani, 2008) :
1. Jas Laboratorium 
Pemakaian utama dari jas laboratorium adalah untuk melindungi pakaian petugas pelayanan 
kesehatan. Jas laboratorium diperlukan sewaktu melakukan tindakan, bila baju tidak ingin kotor. 
2. Sarung Tangan (Handscoon) 
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi infeksi, tetapi harus diganti 
setiap kontak dengan satu pasien ke pasien yang lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. 
Sarung tangan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi (kecuali 
keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan untuk tiga alasan, yaitu: 
a. Mengurangi resiko petugas kesehatan terkena infeksi dari pasien. 
b. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien. 
c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat 
berpindah dari satu pasien ke pasien lain. 
3. Masker 
Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas 
bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah ciprtan darah atau cairan tubuh yang 
terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan. 
4. Sepatu Laboratorium 
Alas kaki/sepatu laboratorium dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaaan oleh benda tajam 
atau dari cairan yang jatuh atau menetes kaki. Sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi, 
tapi harus bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya. 
5. Kap (penutup rambut) 
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya adalah melindungi pemakainya dari 
ciprtan darah dan cairan tubuh lainnya. 
6. Pelindung Mata 
Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya 
yang terkontaminasi dengan pelindung mata. 
G. Lokasi Pengambilan Darah Arteri 
1. Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan dengan 
cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri 
radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk membuka 
tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari 
dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test allen’s positif. 
Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan 
negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain. 
2. Arteri Dorsalis pedis 
merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan. 
3. Arteri Brakialis 
Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh 
darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh 
utama yang memperdarahi ekstremitas bawah. 
4. Arteri Femoralis 
merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat 
obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan 
bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri 
femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena 
dan arteri. 
Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang 
memperdarahi ekstremitas bawah. 
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada alternative lain 
karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau 
thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya 
resiko emboli ke otak.
DAFTAR PUSTAKA 
 Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass Terhadap Jumlah Leukosit Pada Operasi 
Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal Kedokteran, Mei 2010, Universita Diponegoro 
 Pratiwi Anggi (2010). Pemeriksaan Gas Darah Arteri (Analisa Gas Darah). Diambil dari 
http://www.scribd.com//. 6 Oktober 2012 
 Yusuf Muhammad (2009). Pemeriksaan Analisa Gas Darah (ASTRUP). Diambil dari 
http://ysupazmy.blogspot.com// . 6 Oktober 2012 
 Silviana (2005). IMA (Infark Miokard Akuta). Diambil dari http://www.scribd.com// . 6 
Oktober 2012 
 Afri (2009). Analisa Gas Darah. Diambil dari http://www.scribd.com// . 6 Oktober 2012 
 Widjijati (2010). Analisa Gas Darah Arteri. Diambil dari http://www.scribd.com// . 6 
Oktober 2012 
Diposkan oleh AzizaH_smak di 17.12 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

More Related Content

What's hot

ANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.pptANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.ppteghaalkautsar
 
Pendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam BasaPendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam BasaIsman Firdaus
 
Keseimbangan asam basa br
Keseimbangan asam basa brKeseimbangan asam basa br
Keseimbangan asam basa brfikri asyura
 
Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)
Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)
Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)andreei
 
Keseimbangan Asam - Basa
Keseimbangan Asam - BasaKeseimbangan Asam - Basa
Keseimbangan Asam - Basasasmiyanto
 
Invaginasi retro aai copy
Invaginasi retro aai   copyInvaginasi retro aai   copy
Invaginasi retro aai copyAzis Aimaduddin
 
Interpretasi agd
Interpretasi agdInterpretasi agd
Interpretasi agdPriya Yaksa
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleurapdspatklinsby
 
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basaKeseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basayus rendra
 
Algoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSAlgoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSTabita P S, M.D
 
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdfEvaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdfYabniel Lit Jingga
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFTenri Ashari Wanahari
 

What's hot (20)

Keseimbangan Asam Basa (Pleno)
Keseimbangan Asam Basa (Pleno)Keseimbangan Asam Basa (Pleno)
Keseimbangan Asam Basa (Pleno)
 
ANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.pptANALISA GAS DARAH.ppt
ANALISA GAS DARAH.ppt
 
Pendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam BasaPendekatan Stewart Asam Basa
Pendekatan Stewart Asam Basa
 
Keseimbangan asam basa br
Keseimbangan asam basa brKeseimbangan asam basa br
Keseimbangan asam basa br
 
Asma bronkial
Asma bronkialAsma bronkial
Asma bronkial
 
Bun
BunBun
Bun
 
Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)
Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)
Pemeriksaan hemoglobin fetus (hb f)
 
Tkik4
Tkik4Tkik4
Tkik4
 
Pemeriksaan bga
Pemeriksaan bgaPemeriksaan bga
Pemeriksaan bga
 
Keseimbangan Asam - Basa
Keseimbangan Asam - BasaKeseimbangan Asam - Basa
Keseimbangan Asam - Basa
 
Invaginasi retro aai copy
Invaginasi retro aai   copyInvaginasi retro aai   copy
Invaginasi retro aai copy
 
Fosfat
FosfatFosfat
Fosfat
 
Interpretasi agd
Interpretasi agdInterpretasi agd
Interpretasi agd
 
Laporan kalibrasi
Laporan kalibrasiLaporan kalibrasi
Laporan kalibrasi
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basaKeseimbangan asam basa
Keseimbangan asam basa
 
Algoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLSAlgoritma Takikardi ACLS
Algoritma Takikardi ACLS
 
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdfEvaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
Evaluasi klinis-dan-laboratprium-pada-penderita-ginjal-dg newpdf
 
Overview syok
Overview syokOverview syok
Overview syok
 
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHFKasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
Kasus Kecil Interna : CKD, Hipertensi, Diabetes Melitus, CHF
 

Similar to ANALISA GAS DARAH SEHAT

Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)dimar aji
 
Analisa gas darah arteri
Analisa gas darah arteriAnalisa gas darah arteri
Analisa gas darah arterijinggo77
 
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptxAnalisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptxAzfahsyaRafifYusro
 
374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.ppt
374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.ppt374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.ppt
374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.pptSonofZeus11
 
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdfAGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdfSonofZeus11
 
Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).
Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).
Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).University of Surabaya
 
Gangguan asam basa
Gangguan asam basaGangguan asam basa
Gangguan asam basaArmy Of God
 
asam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptx
asam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptxasam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptx
asam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptxslameticu117
 
INTERPRETASI AGD PICU-2022.docx
INTERPRETASI AGD PICU-2022.docxINTERPRETASI AGD PICU-2022.docx
INTERPRETASI AGD PICU-2022.docxgiannugraha7
 
Download file-948305
Download file-948305Download file-948305
Download file-948305firered1
 

Similar to ANALISA GAS DARAH SEHAT (20)

Analisa gas darah.pptx
Analisa gas darah.pptxAnalisa gas darah.pptx
Analisa gas darah.pptx
 
Nilai
NilaiNilai
Nilai
 
Nilai
NilaiNilai
Nilai
 
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
Analisa Gas Darah (Mata Kuliah Kimia Klinik II)
 
Analisa gas darah arteri
Analisa gas darah arteriAnalisa gas darah arteri
Analisa gas darah arteri
 
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptxAnalisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
Analisis Pemeriksaan BGA_Ilmiah_Rosyita.pptx
 
374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.ppt
374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.ppt374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.ppt
374101247-Keseimbangan-Asam-Dan-Basa-Ppt.ppt
 
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdfAGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
AGD Interpretasi_Yuyun D_Pel ICU.pdf
 
Retensi co2
Retensi co2Retensi co2
Retensi co2
 
Hasil agd
Hasil agdHasil agd
Hasil agd
 
Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).
Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).
Lecturer Notes BGA (Blood Gas Analysis).
 
Gangguan asam basa
Gangguan asam basaGangguan asam basa
Gangguan asam basa
 
asam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptx
asam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptxasam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptx
asam basa henderson UNTUK KLINISSI1.pptx
 
INTERPRETASI AGD PICU-2022.docx
INTERPRETASI AGD PICU-2022.docxINTERPRETASI AGD PICU-2022.docx
INTERPRETASI AGD PICU-2022.docx
 
Download file-948305
Download file-948305Download file-948305
Download file-948305
 
KESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptx
KESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptxKESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptx
KESEIMBANGAN ASAM BASA-1.pptx
 
Asam basa
Asam basaAsam basa
Asam basa
 
keseimbangan asam dan basa.pptx
keseimbangan asam dan basa.pptxkeseimbangan asam dan basa.pptx
keseimbangan asam dan basa.pptx
 
Gangguan asam basa
Gangguan asam basaGangguan asam basa
Gangguan asam basa
 
agd.pptx
agd.pptxagd.pptx
agd.pptx
 

Recently uploaded

MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anakbekamalayniasinta
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 

Recently uploaded (20)

MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada AnakPpt tentang perkembangan Moral Pada Anak
Ppt tentang perkembangan Moral Pada Anak
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 

ANALISA GAS DARAH SEHAT

  • 1. ANALISA GAS DARAH (AGD) 1. Definisi Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:  Mekanisme dapar kimia Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu: 1. Sistem dapar bikarbonat-asam karbonat 2. Sistem dapar fosfat 3. Sistem dapar protein 4. Sistem dapar hemoglobin  Mekanisme pernafasan
  • 2.  Mekanisme ginjal Mekanismenya terdiri dari: 1. Reabsorpsi ion HCO3 - 2. Asidifikasi dari garam-garam dapar 3. Sekresi ammonia 2. Gangguan asam basa sederhana Gangguan asam basa primer dan kompensasinya dapat diperlihatkan dengan memakai persamaan yang dikenal dengan persamaan Henderson-Hasselbach. Persamaan asam basa adalah sebagai berikut: Persamaan ini menekankan bahwa perbandingan asam dan basa harus 20:1 agar pH dapat dipertahankan dalam batas normal. Persamaan ini juga menekankan kemampuan ginjal untuk mengubah bikarbonat basa melalui proses metabolik, dan kemampuan paru untuk mengubah PaCO2 (tekanan parsial CO2 dalam darah arteri) melalui respirasi. Nilai normal pH adalah 7, 35- 7,45. berikut ini adalah gambaran rentang pH: Perubahan satu atau dua komponen tersebut menyebabkan gangguan asam dan basa. Penilaian keadaan asam dan basa berdasarkan hasil analisa gas darah membutuhkan pendekatan yang sistematis. Penurunan keasaman (pH) darah < 7,35 disebut asidosis, sedangkan peningkatan keasaman (pH) > 7,45 disebut alkalosis. Jika gangguan asam basa terutama disebabkan oleh komponen respirasi (pCO2) maka disebut asidosis/alkalosis respiratorik, sedangkan bila gangguannya disebabkan oleh komponen HCO3 maka disebut asidosis/alkalosis metabolik. Disebut gangguan sederhana bila gangguan tersebut hanya melibatkan satu komponen saja (respirasi atau metabolik), sedangkan bila melibatkan keduanya (respirasi dan metabolik) disebut gangguan asam basa campuran.
  • 3. Langkah-langkah untuk menilai gas darah: 1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia dengan dua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran) 2. Perhatikan variable pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan pH untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun; pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama; penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya gangguan asam basa campuran). 3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini dilakukan dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer, kompensasi sedang berjalan). 4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa campuran)  Rentang nilai normal pH : 7, 35-7, 45 TCO2 : 23-27 mmol/L PCO2 : 35-45 mmHg BE : 0 ± 2 mEq/L PO2 : 80-100 mmHg saturasi O2 : 95 % atau lebih HCO3 : 22-26 mEq/L
  • 4.  Tabel gangguan asam basa: Jenis gangguan pH PCO2 HCO3 Asidosis respiratorik akut Asidosis respiratorik terkompensasi sebagian Asidosis respiratorik terkompensasi penuh N Asidosis metabolik akut Asidosis metabolik terkompensasi sebagian Asidosis metabolik terkompensasi penuh N Asidosis respiratorik dan metabolic Alkalosis respiratorik akut N Alkalosis respiratorik tekompensasi sebagian Alkalosis respiratorik terkompensasi penuh N Alkalosis metabolik akut N Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian Alkalosis metabolic terkompensasi penuh Alkalosis metabolik dan respiratorik Klasifikasi gangguan asam basa primer dan terkompensasi: N N N 1. Normal bila tekanan CO2 40 mmHg dan pH 7,4. Jumlah CO2 yang diproduksi dapat dikeluarkan melalui ventilasi. 2. Alkalosis respiratorik. Bila tekanan CO2 kurang dari 30 mmHg dan perubahan pH, seluruhnya tergantung pada penurunan tekanan CO2 di mana mekanisme kompensasi ginjal belum terlibat, dan perubahan ventilasi baru terjadi. Bikarbonat dan base excess dalam batas normal karena ginjal belum cukup waktu untuk melakukan kompensasi. Kesakitan dan kelelahan merupakan penyebab terbanyak terjadinya alkalosis respiratorik pada anak sakit kritis.
  • 5. 3. Asidosis respiratorik. Peningkatan tekanan CO2 lebih dari normal akibat hipoventilasi dan dikatakan akut bila peninggian tekanan CO2 disertai penurunan pH. Misalnya, pada intoksikasi obat, blokade neuromuskuler, atau gangguan SSP. Dikatakan kronis bila ventilasi yang tidak adekuat disertai dengan nilai pH dalam batas normal, seperti pada bronkopulmonari displasia, penyakit neuromuskuler, dan gangguan elektrolit berat. 4. Asidosis metabolik yang tak terkompensasi. Tekanan CO2 dalam batas normal dan pH di bawah 7,30. Merupakan keadaan kritis yang memerlukan intervensi dengan perbaikan ventilasi dan koreksi dengan bikarbonat. 5. Asidosis metabolik terkompensasi. Tekanan CO2 < 30 mmHg dan pH 7,30--7,40. Asidosis metabolik telah terkompensasi dengan perbaikan ventilasi. 6. Alkalosis metabolik tak terkompensasi. Sistem ventilasi gagal melakukan kompensasi terhadap alkalosis metabolik ditandai dengan tekanan CO2 dalam batas normal dan pH lebih dari 7,50 misalnya pasien stenosis pilorik dengan muntah lama. 7. Alkalosis metabolik terkompensasi sebagian. Ventilasi yang tidak adekuat serta pH lebih dari 7,50. 8. Hipoksemia yang tidak terkoreksi. Tekanan oksigen kurang dari 60 mmHg walau telah diberikan oksigen yang adekuat 9. Hipoksemia terkoreksi. Pemberian O2 dapat mengoreksi hipoksemia yang ada sehingga normal. 10. Hipoksemia dengan koreksi berlebihan. Jika pemberian oksigen dapat meningkatkan tekanan oksigen melebihi normal. Keadaan ini berbahaya pada bayi karena dapat menimbulkan retinopati of prematurity, peningkatan aliran darah paru, atau keracunan oksigen. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan yang lain seperti konsumsi dan distribusi oksigen. 3. Tujuan  Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa  Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
  • 6.  Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh 4. Indikasi  Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik  Pasien deangan edema pulmo  Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)  Infark miokard  Pneumonia  Klien syok  Post pembedahan coronary arteri baypass  Resusitasi cardiac arrest  Klien dengan perubahan status respiratori  Anestesi yang terlalu lama 5. Lokasi pungsi arteri  Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)  Arteri brakialis  Arteri femoralis  Arteri tibialis posterior
  • 7.  Arteri dorsalis pedis Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak. Cara allen’s test: Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain. 6. Komplikasi  Apabila jarum sampai menebus periosteum tulang akan menimbulkan nyeri  Perdarahan  Cidera syaraf  Spasme arteri 7. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD  Gelembung udara
  • 8. Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.  Antikoagulan Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.  Metabolisme Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.  Suhu Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2. Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah 8. Hal-hal yang perlu diperhatikan  Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih  Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk mencegah darah membeku
  • 9.  Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan anestesi lokal  Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan arteri  Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri  Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur rata dan tidak membeku  Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras daripada vena)  Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung jarum dengan karet atau gabus  Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil  Segera kirim ke laboratorium ( sito ) I. Persiapan pasien  Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan  Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa sakit  Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul  Jelaskan tentang allen’s test
  • 10. J. Persiapan alat  Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan nomor 20 atau 21 untuk dewasa  Heparin  Yodium-povidin  Penutup jarum (gabus atau karet)  Kasa steril  Kapas alkohol  Plester dan gunting  Pengalas  Handuk kecil  Sarung tangan sekali pakai  Obat anestesi lokal jika dibutuhkan  Wadah berisi es  Kertas label untuk nama  Thermometer  Bengkok 9. Prosedur kerja
  • 11. 1. Baca status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD 2. Cek alat-alat yang akan digunakan 3. Cuci tangan 4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya 5. Perkenalkan nama perawat 6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien 7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan 8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya 9. Tanyakan keluhan klien saat ini 10. Jaga privasi klien 11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien 12. Posisikan klien dengan nyaman 13. Pakai sarung tangan sekali pakai 14. Palpasi arteri radialis 15. Lakukan allen’s test 16. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk 17. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah 18. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian diusap dengan kapas alkohol
  • 12. 19. Berikan anestesi lokal jika perlu 20. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit 21. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain 22. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena) 23. Ambil darah 1 sampai 2 ml 24. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit 25. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet 26. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin 27. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah 28. Ukur suhu dan pernafasan klien 29. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen 30. Kirim segera darah ke laboratorium 31. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah (untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu yang lama) 32. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan 33. Cuci tangan
  • 13. 34. Kaji respon klien setelah pengambilan AGD 35. Berikan reinforcement positif pada klien 36. Buat kontrak untuk pertemuan selanjutnya 37. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam 38. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari sebelah mana darah diambil dan respon klien ANALISA GAS DARAH BAB I PENDAHULUAN Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman (pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3, pH, HCO3, dan saturasi O2. Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) , cara pengambilan sampel darah arteri harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi lebih berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture) maupun skinpuncture. Oleh sebab itu seorang analis (plebotomis) harus mengerti tentang indikasi pengambilan darah arteri, kontra indikasi pengambilan darah arteri, persiapan alat yang akan digunakan, Alat Perlindungan Diri (APD) bagi plebotomis, dan yang paling penting adalah mengerti dimana letak pengambilan darah arteri. Semua bagian tersebut akan dijelaskan pada bagian II tentang pembahasan. BAB II PEMBAHASAN
  • 14. A. Definisi Analisa Gas Darah Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh. B. Indikasi Analisa Gas Darah Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu : 1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial. Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan antar keduanya. 2. Pasien dengan edema pulmo Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida), berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasien-pasien. Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema. 3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS) ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru. ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps alveolar .
  • 15. Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan hipokapnia ( Brunner & Suddart 616). 4. Infark miokard Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005). 5. Pneumonia Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli(mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol. 6. Pasien syok Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali menyebabkan kematian pada pasien. 7. Post pembedahan coronary arteri baypass Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010). 8. Resusitasi cardiac arrest
  • 16. Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat), kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan obat-obatan. Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam 5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak, ataupun kematian mungkin bisa dicegah. C. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah 1. Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe, 2010). 2. Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu viabilitas tangan. 3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada tempat yang akan diperiksa 4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan) atau pengobatan denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif. D. Alat dan Bahan untuk Pengambilan Darah Arteri Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan darah arteri antara lain : 1. Disposible Spuit 2,5 cc, jarum ukuran 23 G/ 25 G 2. Penutup jarum khusus atau gabus Mencegah kontaminasi dengan udara bebas. Udara bebas dapat mempengaruhi nilai O2 dalam AGD arteri.
  • 17. 3. Nierbeken/Bengkok Digunakan untuk membuang kapas bekas pakai. 4. Anticoagulant Heparin Untuk mencegah darah membeku. 5. Alcohol swabs ( kapas Alkohol ) Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan antiseptic berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan. 6. Plester Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan. 7. Kain pengalas Untuk memberi kenyamanan pada pasien saat plebotomis melakukan pengambilan darah vena. 8. Tempat berisi es batu Bila laboratorium jauh, maka specimen darah arteri harus dimasukkan kedalam tempat berisi es batu sebab suhu yang rendah akan menurunkan metabolism sel darah yang mungkin merubah nilai pH, PCO2, PO2, HCO3 -. 9. Tempat sampah khusus needle Tempat untuk membuang needle yang sudah dipakai untuk mengurangi kontaminasi pasien satu dengan pasien yang lain. E. Antikoagulan yang Digunakan Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah heparin. Pemberian heparin yang berlebiham akan menurunkan tekanan CO2.Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin. F. Alat Perlindungan Diri (APD) untuk Petugas Alat Perlindungan Diri (APD) yang harus digunakan seorang petugas (Plebotomis) yaitu (Rohani, 2008) :
  • 18. 1. Jas Laboratorium Pemakaian utama dari jas laboratorium adalah untuk melindungi pakaian petugas pelayanan kesehatan. Jas laboratorium diperlukan sewaktu melakukan tindakan, bila baju tidak ingin kotor. 2. Sarung Tangan (Handscoon) Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi infeksi, tetapi harus diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien yang lainnya untuk mencegah kontaminasi silang. Sarung tangan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi (kecuali keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan untuk tiga alasan, yaitu: a. Mengurangi resiko petugas kesehatan terkena infeksi dari pasien. b. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien. c. Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke pasien lain. 3. Masker Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah ciprtan darah atau cairan tubuh yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan. 4. Sepatu Laboratorium Alas kaki/sepatu laboratorium dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaaan oleh benda tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes kaki. Sepatu bot dari karet atau kulit lebih melindungi, tapi harus bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya. 5. Kap (penutup rambut) Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya adalah melindungi pemakainya dari ciprtan darah dan cairan tubuh lainnya. 6. Pelindung Mata Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi dengan pelindung mata. G. Lokasi Pengambilan Darah Arteri 1. Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)
  • 19. Test Allen’s merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan pada arteri radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test allen’s positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allen’s negatif. Jika pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain. 2. Arteri Dorsalis pedis merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan. 3. Arteri Brakialis Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas bawah. 4. Arteri Femoralis merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas bawah. Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada alternative lain karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya resiko emboli ke otak.
  • 20. DAFTAR PUSTAKA  Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass Terhadap Jumlah Leukosit Pada Operasi Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal Kedokteran, Mei 2010, Universita Diponegoro  Pratiwi Anggi (2010). Pemeriksaan Gas Darah Arteri (Analisa Gas Darah). Diambil dari http://www.scribd.com//. 6 Oktober 2012  Yusuf Muhammad (2009). Pemeriksaan Analisa Gas Darah (ASTRUP). Diambil dari http://ysupazmy.blogspot.com// . 6 Oktober 2012  Silviana (2005). IMA (Infark Miokard Akuta). Diambil dari http://www.scribd.com// . 6 Oktober 2012  Afri (2009). Analisa Gas Darah. Diambil dari http://www.scribd.com// . 6 Oktober 2012  Widjijati (2010). Analisa Gas Darah Arteri. Diambil dari http://www.scribd.com// . 6 Oktober 2012 Diposkan oleh AzizaH_smak di 17.12 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook