SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Download to read offline
BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 1
MODEL PEMBELAJARAN
COGNITIVE GROWTH :
INCREASING THE CAPACITY TO THINK
Initiators :
Jean Piaget | Irving Sigel | Edmund Sullivan | Lawrence Kohlberg
https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/
SKENARIO
Sebuah SMA di Seattle, Washington, telah merencanakan untuk mengadakan
sebuah kursus singkat untuk pelajar yang bertujuan membantu mereka mengidentifikasi
pilihan sekolah lanjutan yang tersedia dan bagaimana cara mendaftar ke Junior colleges,
sekolah bisnis, perguruan tinggi dan universitas.Termasuk di dalam kursus yaitu diskusi
dengan pegawai penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi dan pelajar juga telah
membaca Baron‟s Guide to Colleges. Sebagai tambahan, perwakilan dari pengusaha lokal
dan seolah bisnis juga ikut memberikan materi.
Dalam kursus tersebut, para pelajar menemukan bahwa beberapa perguruan tinggi
memberi perlakuan khusus bagi orang-orang tertentu untuk meningkatkan keseimbangan
ras dan etnis. Sebagai tambahan, seorang pelajar telah membaca kliping koran tentang
seorang pendaftar sekolah hukum yang menghadapi hambatan karena sekolah tersebut
berhak menerima pelajar yang memiliki ras dan etnis minoritas serta menolak pelajar ras
Kaukasia meskipun ia memiliki kemampuan lebih dibanding pelajar yang diterima.
Hal ini mendorong diskusi tentang perbedaan kebijakan penerimaan. Beberapa
pelajar merasa bahwa seharusnya penerimaan diputuskan berdasarkan prestasi di SMA dan
hasil uji. “itulah satu-satunya cara” kata seorang anak. “yang lainnya tidaklah adil”. Beberapa
siswa merasa bahwa satu-satunya cara adalah mengadakan kuota penerimaan. Yang lain
merasa masalahnya adalah soal ekonomi, dan akan ada banyak pelajar minoritas yang
qualified bila terdapat beasiswa yang cukup.
Mr. Jones, seorang konselor, menyimpulkan bahwa meskipun banyak pelajar yang
berargumen dengan orientasi „benar-salah‟, beberapa pelajar telihat menunjukkan prilaku
yang menggambarkan bahwa jika hal tersebut terjadi pada mereka, maka mereka tak perlu
khawatir. Beberapa pelajar merasa bahwa prestasi di SMA seharusnya cukup untuk
membuat mereka diterima, tanpa memperhatikan konsekuensi sosial tadi, sementara yang
lain merasa bahwa kesetaraan harus dicapai dengan mengindahkan perasaan orang-orang
tertentu merasa mereka adalah korban “reserve discrimination”.
Karena Mr. Jones memiliki tanggung jawab pada seminar mingguan dengan topik
perkembangan kepribadian, maka ia memutuskan mengambil kesempatan ini untuk
membantu pelajar mengembangkan sudut pandang yang lebih kompleks dari topik moral
yang ada. Dia mengatakan, “Saya ingin setiap orang dapat memikirkan masalah ini dengan
prinsip yang telah anda yakini. Mari berandai-andai misalnya kita memiliki tanggung jawab
untuk menerima pelajar di perguruan tinggi. Dengan berkelompok, putuskan pandanganmu
tentang topik tersebut. Lalu tiap orang, sebagai petugas penerima mahasiswa baru, siapkan
argumen yang berkaitan dengan topik.
Mr. Jones menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk
menganalisa tahapan perkembangan moral siswa. Dia menggunakan model ini untuk
membantu siswa meningkatkan level perkembangannya.
BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 2
URAIAN MODEL
Orientasi tentang model Theory of Development : Intelectual Stages
Model pembelajaran yang akan dibahas dalam makalah ini merupakan model yang
berlandaskan pada teori perkembangan yang dicetuskan oleh Jean Piaget serta
perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg. Dalam konsep Piaget ada dua hal yang
menjadi aspek penting dalam perkembangan kognitif, yakni schemes dan adaptasi.
- Schemes
Scemes /skema adalah konsep atau struktur intelektual yang sudah terpatri dalam
pikiran seorang anak. Dapat juga dikatakan bahwa skema adalah program atau
strategi yang digunakan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
Penggunaan skema inilah yang disebut dengan adaptasi.
- Adaptasi
Sedangkan adaptasi dapat dipilah menjadi asimilasi dan akomodasi. Ketika
pengalaman (experiences) yang dialami cocok dengan skema yang dimiliki, maka ini
disebut asimilasi. Bila tidak cocok dan kemudian menimbulkan skema baru, maka
inilah akomodasi. Akomodasi merupakan perubahan suatu konsep (skema) agar
cocok dengan pengalaman baru yang dialami.
Contoh : seorang balita memiliki skema „ambil dan masukkan ke mulut‟. Setiap
menemukan mainan, skema ini diasimilasikan. Namun ketika bertemu bola, skema
ini tidak bisa digunakan, maka diakomodasi menjadi „lempar atau dorong‟.
Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif dalam beberapa tahapan, yakni :
1) Sensorimotor stage (0-2 tahun)
Fase sensorimotor (0-2 tahun) merujuk pada prilaku preverbal dan tidak dimediasi
oleh tanda atau simbol. Ketika lahir, seorang anak berinteraksi dengan lingkungan
menggunakan skema yang berupa reflek bawaan dan tak punya konsep objek
permanen. Selama fase ini, anak memandang objek sebagaimana apa adanya.
Maka ketika mainannya disembunyikan, ia tak melakukan pencarian, karena ia tak
punya representasi internal tentang skema yang berkaitan dengan objek.
2) Preoperational stage (2-7 tahun)
 Preconceptual thought (2-4 tahun)
Berlawanan dengan fase sensorimotor, pada tahap ini adaptasi mulai dimediasi oleh
tanda dan simbol, terutama kata dan gambar. Selama fase ini, anak
mengembangkan apa yang Piaget sebut dengan „simbolly function‟. Perhatian utama
pada fase ini terletak pada aktifitas seperti meniru, bermain.
 Intuitive thought (4-7 tahun)
Fase intuitif terletak antara fase prekonsepsual dan fase konrit operasional. Sebagai
ilustrasi, seorang anak dihadapkan pada dua gelas A1 dan A2 yang sama persisi
ukurannya. Tiap gelas lalu diisi dengan manik satu persatu sehingga penuh. Gelas
A2 lalu dipindahkan isinya ke gelas B yang lebih tinggi dan sempit. Anak yang
berada pada fase prekonsepual akan berpikir bahwa jumlah manik telah bertambah
meskipun dia tahu tidak ada manik yang ditambahkan atau dikurangi. Si anak
mengatakan manik dalam gelas B lebih banyak karena gelasnya lebih tinggi dari
gelas A, atau lebih banyak di gelas A1 karena gelasnya lebih lebar dari gelas B.
Perhatian anak terpusat pada hanya satu aspek, „tinggi‟ atau „lebar‟. Anak dalam fase
intuitif masih tetap prelogika, namun perhatiannya teralih ketika centering
sebelumnya menghasilkan kesimpulan yang absurd. Maka anak yang
memperkirakan bahwa lebih banyak manik dalam gelas tinggi karena perhatiannya
tertuju pada aspek „tinggi‟ dan mengindahkan „lebar‟.
BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 3
3) Operational stage (7-16 tahun)
 Concrete operational thought (7-11 tahun)
 Formal operational thought (11-16 tahun)
Principles of Learning and Teaching
- Mengajar adalah menciptakan lingkungan dimana struktur kognitif siswa dapat
berkembang dan berubah. Tugas guru adalah merancang proses belajar yang
memfasilitasi level berpikir anak, dan mengorganisir pembelajaran sehingga siswa
dapat menginisiasi sendiri belajarnya dan melakukan penemuan dengan mandiri.
Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang dapat diaplikasikan
kemudian oleh siswa pada situasi tertentu. Piaget yakin bahwa struktur kognitif
hanya akan berkembang bila siswa memulai sendiri pengalaman belajarnya. Ide nya
adalah, siswa secara intuitif tahu aktifitas apa yang mereka butuhkan. Tiap individu
mestilah membangun sendiri pengetahuannya, yang tidak dapat dicampuri oleh
produk-jadi dari orang dewasa. Dalam pandangan Piaget, belajar adalah proses
adaptif. Siswa haruslah menjadi bagian aktif pembelajaran, menjadi penemu dan
mendapatkan pengalaman induktif.
- Tuntutan situasi belajar berbeda untuk ketiga tipe pengetahuan (phyisical, social and
logical). Phyisical knowledge mengacu pada belajar tentang fakta alam (misalnya
kapas lembut, besi itu keras, bola akan jatuh ke tanah bila dilepaskan). Berbeda
dengan phyisical dan logical, pengetahuan sosial mestilah datang dari interaksi
terbuka dengan orang lain di lingkungan. Kita perlu mendengarkan pendapat orang
lain, melihat beberapa role model yang berbeda, dan membuat pilihan sendiri.
Logical knowledge berkaitan dengan matematika dan logika yang dibangun dengan
proses refleksi dan abstraksi. Peran guru dalam phyisical dan logical knowledge
adalah merancang agar siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui
pertanyaan dan eksperimen. Guru diharapkan tidak langsung memberikan jawaban
terhadap pertanyaan siswa tapi dapat menggunakan prompting question yang dapat
mengeksplorasi.
- Piaget menekankan bahwa cara terbaik untuk belajar logical dan social knowledge
adalah dari orang lain dalam lingkungan sosial.
Dari prinsip2 ini, Wadsworth menyimpulkan tiga peran guru yang ada dalam teori Piaget
ini, yakni (1) pengorganisir lingkungan belajar; (2) assesor of children thinking; (3)
inisiator kegiatan kelompok, khususnya games, diskusi. Dan model pengajaran yang
akan dijelaskan dalam bab ini berangkat dari peran guru sebagai assessor. Untuk
melakukan assessment level kognitif dari siswa, Piaget menggunakan tes yang disebut
dengan the clinical method.
The Clinical Method
Piaget merujuk prosedur ini sebagai clinical interview. Tujuan dari prosedur ini
adalah untuk menentukan tahapan kognitif anak dengan menguji batasan dari
kemampuan anak. Dalam kondisi berhadapan (one-on-one) siswa dihadapkan dengan
tugas yang dapat membantu dalam mengasses satu area berpikir, misalnya dengan
classification atau conservation number. Pewawancara mengajukan pertanyaan dan si
siswa menjawab, sementara pewawancara mendengarkan dan mengamati prilaku siswa.
Berdasarkan hipotesis tentang level berpikir siswa, pewawancara terus mengajukan
pertanyaan hingga ia yakin bahwa siswa telah mencapai level berpikir yang dibutuhkan.
Dalam situasi ini, jawaban benar-salah dapat menjadi informasi yang berguna bagi
BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 4
pewawancara. Pewawancara harus berhati-hati untuk tidak mengajukan pertanyaan
yang mengandung cue/petunjuk bagi siswa. Bisa jadi dalam wawancara siswa tidak
tertarik dengan pertanyaannya sehingga menjawab asal. Cara untuk mengantisipasinya
adalah dengan membuat counter-suggestion.
Siswa yang berada dalam level reasoning yang tepat dapat ditandai dengan, dia
dapat (1) membuat penilaian yang tepat; (2) memberikan alasan logis untuk penilaiannya
tersebut; (3) menjawab counter-suggestion dengan baik; dan (4) menyelesaikan dengan
baik tugas lain yang diberikan dalam tahap tranfer. Sebagai contoh : siswa diberikan 16
blok, 8 berwarna merah, 8 biru. Blok-blok ini disusun dalam dua baris berdasarkan
warna, dengan jarak yang sama. Siswa lalu diminta untuk menjukkan apakah kedua
baris blok berjumlah sama atau tidak. (bila dimulai dengan open-ended probe, pertama
kali si anak diminta untuk menjelaskan apa yang ia lihat). Setelah anak menjawab bahwa
keduanya sama, lalu blok-blok tersebut diceraiberaikan-satu baris blok lebih berserakan
dari yang lainnya. Lalu pertanyaan yang sama diajukan. Disini diperhatikan alasan dari
jawaban siswa. Bila jawaban dan alasannya benar, maka diberikan counter-suggestion
seperti: menarik satu blok dari baris yang lebih panjang dan berkata “ jika satu blok
diambil dari baris ini, apakah tiap baris tetap punya jumlah blok yang sama?” setelah
counter-suggestion barisan blok dikembalikan lagi ke posisi awal dan ditanyakan
pertanyaan yang sama. Akhirnya, anak dihadapkan pada tugas yang sama tapi
berhubungan (tahap transfer), misalnya menggunakan penghapus atau segitiga.
MODEL OF TEACHING
Berangkat dari prinsip clinical interview model pembelajaran ini menuntut guru untuk
memberikan tugas, memperhatikan bagaimana siswa berinteraksi dengan tugas yang
diberikan dan responnya sehubungan dengan kegiatan siswa, contohnya dengan
menanyakan alasan atau memberikan counter-suggestion. Si guru, berdasarkan
assessment yang telah ia lakukan, menetapkan level perkembangan siswa pada
umumnya di kelas agar dapat menetukan tugas yang akan diberikan. Untuk itu, mungkin
saja guru mengasses siswanya satu persatu. Setelah level perkembangan indivudu
ditentukan, guru dapat menggunakan model ini sebagai bagian dari proses
pembelajaran dengan kelompok kecil atau besar. Tujuan model ini adalah untuk
mendorong perkembangan kognitif anak ke level yang lebih tinggi.
Syntax
Model ini terdiri dari 3 tahap : confrontation with stage-relevant task;inquiry; and tranfer.
Phase one
Confrontation with stage-
relevant tasks
Phase two
Inquiry
Phase three
Transfer
Siswa dihadapkan pada
puzzling situation yang
cocok dengan tahapan
perkembangan siswa
 Mendapatkan respon
siswa dan meminta
alasannya
 Memberikan counter-
suggestion, menggali
respon siswa
 Memberikan tugas
lain yang
berhubungan dan
menggali
alasan/argumen
siswa
 Memberikan counter-
suggestion
Pada tahap pertama, siswa dihadapkan pada permasalahan yang illogical dengan
pikiran mereka atau yang seperti teka-teki dan puzzling. Permasalahan ini mestilah
BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 5
relatif sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Pilihan bentuknya (verbal,
nonverbal, atau manipulasi lingkungan) juga tergantung pada tahapan perkembangan
siswa
Tahap dua, melihat respon siswa dan diselidiki untuk melihat level of reasoning mereka.
Umumnya tahap ini terdiri dari menanyakan alasan dan memberikan counter-
suggestion. Pertanyaan awal, bergantung pada jenis tugas, misalnya dengan
“bagaimana pendapatmu?” atau “apa yang kamu tangkap?” untuk the positive justice
task, atau “ apakah salah satu baris lebih banyak blok nya dari yang lain, atau jumlah
nya sama?” untuk correspondence task. Tujuannya adalah untuk mendapatkan respon
yang tepat dari siswa. Langkah selanjutnya adalah meminta alasan dari siswa
berdasarkan respon yang diberikannya tadi, seperti “Bagaimana kamu tahu kedua baris
memiliki jumlah blok yang sama?” setelah alasan diberikan, dilanjutkan dengan
memberikan satu atau lebih counter suggestion misalnya dengan memindahkan blok-
blok tadi, membuatnya lagi, lalu menyerakkannya. Setiap counter-suggestion bertujuan
untuk memeriksa kemampuan siswa mempertahankan alasannya.
Tahap tiga adalah tahap transfer. Bertujuan untuk melihat apakah siswa akan
memberikan alasan yang sama dalam tugas yang berbeda namun berhubungan. Sekali
lagi, guru mempresentasikan masalah; siswa memberikan pandangan; guru meminta
alasan dan lalu memberikan counter-suggestion.
SOCIAL SYSTEM
Dalam model mengajar ini guru memulai dan menuntun penemuan dalam atsmosfir
intelektual dan sosial yang bebas. Untuk moral development Lawrence Kohlberg
menekankan pada pentingnya atsmosfir belajar yang terbuka. Sebagai tambahan, dia
merekomendasikan ruang kelas dan sekolah dalam semangat inquiry. Dalam
peneltiannya, di AS dan negara lain, mengidikasikan bahwa atsmosfer rumah dan
sekolah merupakan bagian yang sangat penting untuk perkembangan moral
PRINCIPLES REACTION
1) Guru berperan memfasilitasi atsmosfir kelas yang membuat siswa merasa bebas
untuk memberikan respon.
2) Guru sebaiknya menghindari pertanyaan yang memberikan petunjuk/cue untuk
menjawab.
3) Terkadang bisa juga menanyakan kepada siswa apakah dapat menggunakan
jawaban yang sama dalam situasi sebenarnya dalam kehidupan.
4) Guru secara konstan menguji pemikiran siswanya dengan memberi counter-
suggestion hingga ia puas dengan level of reasoning siswa.
SUPPORT SYSTEM
Support system yang optimal adalah guru memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang
teori perkembangan dan lingkungan yang cocok untuk tugas yang terstruktur dan tidak
terstruktur. Guru juga harus mampu memberikan dengan counter-suggestion yang
relevan. Dalam konsep model pembelajaran Piagetian, lingkungan yang kaya dengan
objek pendukung menjadi hal yang dibutuhkan sebagaimana lingkungan sosial yang
bebas yang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui
konfrontasi dengan masalah yang dihadapkan. Guru bisa menjadi peran sebagai
fasilitator yang menawarkan stimulus yang tepat dengan memberikan komentar-
komentar pada moment tertentu.
BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 6
APLIKASI
The developmental model yang diangkat dari clinical interview ini bisa diaplikasikan baik
untuk perkembangan kognitif maupun sosial.
MORAL DEVELOPMENT
Ia mengidentifikasikan tiga level utama dari moral development : preconventional,
conventional dan postconventional (principled or autonomous). Tiap level memiliki dua
tahapan.
a. Preconventional level
Merupakan tahap paling rendah. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan
internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan
hukuman ekternal. Level ini dipisahkan dalam dua tahap :
- The punishment and obedience orientation.
Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman.
Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat.
- The instrumental relativist orientation.
Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini
penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak-
anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan
terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa
yang dianggap menghasilkan hadiah.
b. Conventional level
- The interpersonal concordance.
Pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan
pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak
sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil
mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik
atau laki-laki yang baik.
- The „law and order‟ orientation
Pada tahap ini, orientasi mengarah pada otoritas, aturan baku dan menjaga
tatanan sosial. Prilaku baik teridiri dari menjalankan kewajiban, respek pada
otoritas dan menjaga tatanan sosial.
c. Postconventional, autonomous or principled level.
Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral
Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak
didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral
alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu
kode moral pribadi.
- The social contract, legalistic orientation
Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang
mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa
standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari
hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting
dari pada hukum.
- The universal ethical principle orientation
BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 7
Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan
suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila
menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti
suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi
Kohlberg yakin akan kemungkinan untuk mempengaruhi level berpikir siswa dan
merupakan hal yang penting untuk menyusun pembelajaran dengan berpedoman
pada prinsip perkembangan.
INSTRUCTIONAL DAN NURTURANT EFFECT
Aplikasi pada salah satu aspek kognitif (misalnya moral development) berarti
meningkatkan pula area lainnya.
PEMBAHASAN
Evaluasi untuk model development
Selama lebih dari dua puluh tahun telah banyak penelitian dilakukan untuk menentukan
kefektifan berbagai model yang dibangun berdasakan perkembangan psikologi. Secara
umum hasil penelitian itu positif. Bagaimanapun, semua penelitian tentang model ini
ditujukan untuk anak kecil. Sedangkan bagaimana cara untuk meningkatkan
perkembangan kognitif pada anak yang lebih besar tidak begitu dibahas. Mungkin saja
model ini akan memberikan keuntungan yang lebih bila diaplikasikan pula untuk
pebelajar yang lebih dewasa.
SIMPULAN
Developmental Model merupakan model belajar yang digunakan dengan tujuan untuk
meningkatkan kapasitas berpikir pebelajar. Model ini didasari oleh teori perkembangan
kognitif dari Jean Piaget dan teori perkembangan moral oleh Lawrence Kohlberg. Dalam
pandangan mereka, penyajian pembelajaran mestilah disesuaikan dengan level
berpikir/level penalaran moral pebelajar, dan dapat mendorong tingkat berpikir/moral
pebelajar satu tingkat lebih tinggi. Aplikasi developmental model pada aspek tertentu
dari perkembangan kognitif, yang memberikan instructional effect, dapat
mengembangkan pula aspek lain dari perkembangan kognitif dan sosioemosional,
sebagai nurturant effect nya model ini.
DAFTAR PUSTAKA
Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd
). USA: Prentice-Hall, Inc.
Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
Develop
mental
model
Selected aspects of
cognitive development
Other aspects of cognitive
and socioemotional
development

More Related Content

What's hot

Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasisintaroyani
 
discovery learning (DL) pembelajaran penemuan
discovery learning (DL) pembelajaran penemuandiscovery learning (DL) pembelajaran penemuan
discovery learning (DL) pembelajaran penemuanDesy Aryanti
 
Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1zabidah awang
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learningnurqomariah
 
konsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientifickonsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientificDesy Aryanti
 
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam PembelajaranKB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam PembelajaranIstna Zakia Iriana
 
Gaya Pembelajaran Model Dunn & Dunn
Gaya Pembelajaran Model Dunn & DunnGaya Pembelajaran Model Dunn & Dunn
Gaya Pembelajaran Model Dunn & DunnSALWANIERAZLI
 
2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learningMJUNAEDI1961
 
Discovery Learning
Discovery LearningDiscovery Learning
Discovery LearningNurrijal Jhi
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learningsadiman dimas
 
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learningModifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learningnurafnisinaga
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaranNana Citra
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learningZo Ri
 

What's hot (20)

Makalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasiMakalah model konsiderasi
Makalah model konsiderasi
 
Modul (kb 6) contextual
Modul (kb 6) contextualModul (kb 6) contextual
Modul (kb 6) contextual
 
4. teori-belajar
4. teori-belajar4. teori-belajar
4. teori-belajar
 
discovery learning (DL) pembelajaran penemuan
discovery learning (DL) pembelajaran penemuandiscovery learning (DL) pembelajaran penemuan
discovery learning (DL) pembelajaran penemuan
 
Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1Kemahiran Belajar Add Maths 1
Kemahiran Belajar Add Maths 1
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
MP_20111004
MP_20111004MP_20111004
MP_20111004
 
konsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientifickonsep pendekatan scientific
konsep pendekatan scientific
 
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam PembelajaranKB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
 
Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme Teori Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme
 
teori
teoriteori
teori
 
Gaya Pembelajaran Model Dunn & Dunn
Gaya Pembelajaran Model Dunn & DunnGaya Pembelajaran Model Dunn & Dunn
Gaya Pembelajaran Model Dunn & Dunn
 
2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning2.2.2 problem based learning
2.2.2 problem based learning
 
Discovery Learning
Discovery LearningDiscovery Learning
Discovery Learning
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learningModifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
Modifikasi Perwajahan Slide Kurikulum 2013-discovery learning
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaranStrategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
3.8. discovery learning
3.8. discovery learning3.8. discovery learning
3.8. discovery learning
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 
2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning2.2.3 discovery learning
2.2.3 discovery learning
 

Viewers also liked (11)

Awareness
AwarenessAwareness
Awareness
 
Relaxation
RelaxationRelaxation
Relaxation
 
Camera
CameraCamera
Camera
 
Manajemen organisasi sma
Manajemen organisasi smaManajemen organisasi sma
Manajemen organisasi sma
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Langkah 2 conducting instructional analysis
Langkah 2  conducting instructional analysisLangkah 2  conducting instructional analysis
Langkah 2 conducting instructional analysis
 
Synectic
SynecticSynectic
Synectic
 
Landasan garapan tep
Landasan garapan tepLandasan garapan tep
Landasan garapan tep
 
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
Ringkasan paradigma tep 1977,1994,2008
 
Rancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaranRancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaran
 
Efektivitas organisasi
Efektivitas organisasiEfektivitas organisasi
Efektivitas organisasi
 

Similar to Cognitive growth

Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Churifiani Eva
 
Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Churifiani Eva
 
52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitif52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitiffhendy
 
MAKALAH kognitif klmpk 2.docx
MAKALAH kognitif klmpk 2.docxMAKALAH kognitif klmpk 2.docx
MAKALAH kognitif klmpk 2.docxrevayolanda
 
teori belajar kognitifisme.pptx
teori belajar kognitifisme.pptxteori belajar kognitifisme.pptx
teori belajar kognitifisme.pptxBagasFajriansyah
 
2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.ppt
2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.ppt2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.ppt
2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.pptDtyStmrg88
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasanwindarti aja
 
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Nurulbanjar1996
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifkholid harras
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxWAKURSMKUMMA
 
Rangkuman ipa
Rangkuman ipaRangkuman ipa
Rangkuman ipa3ry21
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifArif Wicaksono
 
Tugas Psikolog
Tugas PsikologTugas Psikolog
Tugas Psikologadenridwan
 
Perkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasaPerkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasaFPsiA
 
Are you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebraAre you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebraChairani Uni
 
TOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxTOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxnarul456
 
Tugas Mt Kuliah Psiko Pend Yuli
Tugas Mt  Kuliah Psiko Pend YuliTugas Mt  Kuliah Psiko Pend Yuli
Tugas Mt Kuliah Psiko Pend Yuliyulianirismawati
 

Similar to Cognitive growth (20)

Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)
 
Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)Student development (perkembangan siswa)
Student development (perkembangan siswa)
 
52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitif52942980 teori-belajar-kognitif
52942980 teori-belajar-kognitif
 
Presentasi tesis
Presentasi tesisPresentasi tesis
Presentasi tesis
 
MAKALAH kognitif klmpk 2.docx
MAKALAH kognitif klmpk 2.docxMAKALAH kognitif klmpk 2.docx
MAKALAH kognitif klmpk 2.docx
 
teori belajar kognitifisme.pptx
teori belajar kognitifisme.pptxteori belajar kognitifisme.pptx
teori belajar kognitifisme.pptx
 
Makalah ppd kelp 2
Makalah ppd kelp 2Makalah ppd kelp 2
Makalah ppd kelp 2
 
2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.ppt
2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.ppt2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.ppt
2.-Teori-Belajar-dan-Penerapannya-dalam-IPA-SD.ppt
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.Teori belajar  behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
Teori belajar behaviorisme kemudian kognitivisme, dan terakhir konstrutivisme.
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 
Rangkuman ipa
Rangkuman ipaRangkuman ipa
Rangkuman ipa
 
Teori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitifTeori pembelajaran kognitif
Teori pembelajaran kognitif
 
Tugas Psikolog
Tugas PsikologTugas Psikolog
Tugas Psikolog
 
Perkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasaPerkembangan kognisi dan bahasa
Perkembangan kognisi dan bahasa
 
Are you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebraAre you ready to teach algebra
Are you ready to teach algebra
 
Topik 1 Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 1 Ruang Kolaborasi.pptxTopik 1 Ruang Kolaborasi.pptx
Topik 1 Ruang Kolaborasi.pptx
 
TOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptxTOPIK 1 - kognitif.pptx
TOPIK 1 - kognitif.pptx
 
Tugas Mt Kuliah Psiko Pend Yuli
Tugas Mt  Kuliah Psiko Pend YuliTugas Mt  Kuliah Psiko Pend Yuli
Tugas Mt Kuliah Psiko Pend Yuli
 

More from EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 

Recently uploaded

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxc9fhbm7gzj
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 

Recently uploaded (20)

PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptxMateri Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
Materi Bimbingan Manasik Haji Tarwiyah.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 

Cognitive growth

  • 1. BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 1 MODEL PEMBELAJARAN COGNITIVE GROWTH : INCREASING THE CAPACITY TO THINK Initiators : Jean Piaget | Irving Sigel | Edmund Sullivan | Lawrence Kohlberg https://bahrurrosyididuraisy.wordpress.com/ SKENARIO Sebuah SMA di Seattle, Washington, telah merencanakan untuk mengadakan sebuah kursus singkat untuk pelajar yang bertujuan membantu mereka mengidentifikasi pilihan sekolah lanjutan yang tersedia dan bagaimana cara mendaftar ke Junior colleges, sekolah bisnis, perguruan tinggi dan universitas.Termasuk di dalam kursus yaitu diskusi dengan pegawai penerimaan mahasiswa di perguruan tinggi dan pelajar juga telah membaca Baron‟s Guide to Colleges. Sebagai tambahan, perwakilan dari pengusaha lokal dan seolah bisnis juga ikut memberikan materi. Dalam kursus tersebut, para pelajar menemukan bahwa beberapa perguruan tinggi memberi perlakuan khusus bagi orang-orang tertentu untuk meningkatkan keseimbangan ras dan etnis. Sebagai tambahan, seorang pelajar telah membaca kliping koran tentang seorang pendaftar sekolah hukum yang menghadapi hambatan karena sekolah tersebut berhak menerima pelajar yang memiliki ras dan etnis minoritas serta menolak pelajar ras Kaukasia meskipun ia memiliki kemampuan lebih dibanding pelajar yang diterima. Hal ini mendorong diskusi tentang perbedaan kebijakan penerimaan. Beberapa pelajar merasa bahwa seharusnya penerimaan diputuskan berdasarkan prestasi di SMA dan hasil uji. “itulah satu-satunya cara” kata seorang anak. “yang lainnya tidaklah adil”. Beberapa siswa merasa bahwa satu-satunya cara adalah mengadakan kuota penerimaan. Yang lain merasa masalahnya adalah soal ekonomi, dan akan ada banyak pelajar minoritas yang qualified bila terdapat beasiswa yang cukup. Mr. Jones, seorang konselor, menyimpulkan bahwa meskipun banyak pelajar yang berargumen dengan orientasi „benar-salah‟, beberapa pelajar telihat menunjukkan prilaku yang menggambarkan bahwa jika hal tersebut terjadi pada mereka, maka mereka tak perlu khawatir. Beberapa pelajar merasa bahwa prestasi di SMA seharusnya cukup untuk membuat mereka diterima, tanpa memperhatikan konsekuensi sosial tadi, sementara yang lain merasa bahwa kesetaraan harus dicapai dengan mengindahkan perasaan orang-orang tertentu merasa mereka adalah korban “reserve discrimination”. Karena Mr. Jones memiliki tanggung jawab pada seminar mingguan dengan topik perkembangan kepribadian, maka ia memutuskan mengambil kesempatan ini untuk membantu pelajar mengembangkan sudut pandang yang lebih kompleks dari topik moral yang ada. Dia mengatakan, “Saya ingin setiap orang dapat memikirkan masalah ini dengan prinsip yang telah anda yakini. Mari berandai-andai misalnya kita memiliki tanggung jawab untuk menerima pelajar di perguruan tinggi. Dengan berkelompok, putuskan pandanganmu tentang topik tersebut. Lalu tiap orang, sebagai petugas penerima mahasiswa baru, siapkan argumen yang berkaitan dengan topik. Mr. Jones menggunakan kerangka kerja yang dikembangkan oleh Kohlberg untuk menganalisa tahapan perkembangan moral siswa. Dia menggunakan model ini untuk membantu siswa meningkatkan level perkembangannya.
  • 2. BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 2 URAIAN MODEL Orientasi tentang model Theory of Development : Intelectual Stages Model pembelajaran yang akan dibahas dalam makalah ini merupakan model yang berlandaskan pada teori perkembangan yang dicetuskan oleh Jean Piaget serta perkembangan moral dari Lawrence Kohlberg. Dalam konsep Piaget ada dua hal yang menjadi aspek penting dalam perkembangan kognitif, yakni schemes dan adaptasi. - Schemes Scemes /skema adalah konsep atau struktur intelektual yang sudah terpatri dalam pikiran seorang anak. Dapat juga dikatakan bahwa skema adalah program atau strategi yang digunakan individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Penggunaan skema inilah yang disebut dengan adaptasi. - Adaptasi Sedangkan adaptasi dapat dipilah menjadi asimilasi dan akomodasi. Ketika pengalaman (experiences) yang dialami cocok dengan skema yang dimiliki, maka ini disebut asimilasi. Bila tidak cocok dan kemudian menimbulkan skema baru, maka inilah akomodasi. Akomodasi merupakan perubahan suatu konsep (skema) agar cocok dengan pengalaman baru yang dialami. Contoh : seorang balita memiliki skema „ambil dan masukkan ke mulut‟. Setiap menemukan mainan, skema ini diasimilasikan. Namun ketika bertemu bola, skema ini tidak bisa digunakan, maka diakomodasi menjadi „lempar atau dorong‟. Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif dalam beberapa tahapan, yakni : 1) Sensorimotor stage (0-2 tahun) Fase sensorimotor (0-2 tahun) merujuk pada prilaku preverbal dan tidak dimediasi oleh tanda atau simbol. Ketika lahir, seorang anak berinteraksi dengan lingkungan menggunakan skema yang berupa reflek bawaan dan tak punya konsep objek permanen. Selama fase ini, anak memandang objek sebagaimana apa adanya. Maka ketika mainannya disembunyikan, ia tak melakukan pencarian, karena ia tak punya representasi internal tentang skema yang berkaitan dengan objek. 2) Preoperational stage (2-7 tahun)  Preconceptual thought (2-4 tahun) Berlawanan dengan fase sensorimotor, pada tahap ini adaptasi mulai dimediasi oleh tanda dan simbol, terutama kata dan gambar. Selama fase ini, anak mengembangkan apa yang Piaget sebut dengan „simbolly function‟. Perhatian utama pada fase ini terletak pada aktifitas seperti meniru, bermain.  Intuitive thought (4-7 tahun) Fase intuitif terletak antara fase prekonsepsual dan fase konrit operasional. Sebagai ilustrasi, seorang anak dihadapkan pada dua gelas A1 dan A2 yang sama persisi ukurannya. Tiap gelas lalu diisi dengan manik satu persatu sehingga penuh. Gelas A2 lalu dipindahkan isinya ke gelas B yang lebih tinggi dan sempit. Anak yang berada pada fase prekonsepual akan berpikir bahwa jumlah manik telah bertambah meskipun dia tahu tidak ada manik yang ditambahkan atau dikurangi. Si anak mengatakan manik dalam gelas B lebih banyak karena gelasnya lebih tinggi dari gelas A, atau lebih banyak di gelas A1 karena gelasnya lebih lebar dari gelas B. Perhatian anak terpusat pada hanya satu aspek, „tinggi‟ atau „lebar‟. Anak dalam fase intuitif masih tetap prelogika, namun perhatiannya teralih ketika centering sebelumnya menghasilkan kesimpulan yang absurd. Maka anak yang memperkirakan bahwa lebih banyak manik dalam gelas tinggi karena perhatiannya tertuju pada aspek „tinggi‟ dan mengindahkan „lebar‟.
  • 3. BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 3 3) Operational stage (7-16 tahun)  Concrete operational thought (7-11 tahun)  Formal operational thought (11-16 tahun) Principles of Learning and Teaching - Mengajar adalah menciptakan lingkungan dimana struktur kognitif siswa dapat berkembang dan berubah. Tugas guru adalah merancang proses belajar yang memfasilitasi level berpikir anak, dan mengorganisir pembelajaran sehingga siswa dapat menginisiasi sendiri belajarnya dan melakukan penemuan dengan mandiri. Tujuannya adalah memberikan pengalaman belajar yang dapat diaplikasikan kemudian oleh siswa pada situasi tertentu. Piaget yakin bahwa struktur kognitif hanya akan berkembang bila siswa memulai sendiri pengalaman belajarnya. Ide nya adalah, siswa secara intuitif tahu aktifitas apa yang mereka butuhkan. Tiap individu mestilah membangun sendiri pengetahuannya, yang tidak dapat dicampuri oleh produk-jadi dari orang dewasa. Dalam pandangan Piaget, belajar adalah proses adaptif. Siswa haruslah menjadi bagian aktif pembelajaran, menjadi penemu dan mendapatkan pengalaman induktif. - Tuntutan situasi belajar berbeda untuk ketiga tipe pengetahuan (phyisical, social and logical). Phyisical knowledge mengacu pada belajar tentang fakta alam (misalnya kapas lembut, besi itu keras, bola akan jatuh ke tanah bila dilepaskan). Berbeda dengan phyisical dan logical, pengetahuan sosial mestilah datang dari interaksi terbuka dengan orang lain di lingkungan. Kita perlu mendengarkan pendapat orang lain, melihat beberapa role model yang berbeda, dan membuat pilihan sendiri. Logical knowledge berkaitan dengan matematika dan logika yang dibangun dengan proses refleksi dan abstraksi. Peran guru dalam phyisical dan logical knowledge adalah merancang agar siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui pertanyaan dan eksperimen. Guru diharapkan tidak langsung memberikan jawaban terhadap pertanyaan siswa tapi dapat menggunakan prompting question yang dapat mengeksplorasi. - Piaget menekankan bahwa cara terbaik untuk belajar logical dan social knowledge adalah dari orang lain dalam lingkungan sosial. Dari prinsip2 ini, Wadsworth menyimpulkan tiga peran guru yang ada dalam teori Piaget ini, yakni (1) pengorganisir lingkungan belajar; (2) assesor of children thinking; (3) inisiator kegiatan kelompok, khususnya games, diskusi. Dan model pengajaran yang akan dijelaskan dalam bab ini berangkat dari peran guru sebagai assessor. Untuk melakukan assessment level kognitif dari siswa, Piaget menggunakan tes yang disebut dengan the clinical method. The Clinical Method Piaget merujuk prosedur ini sebagai clinical interview. Tujuan dari prosedur ini adalah untuk menentukan tahapan kognitif anak dengan menguji batasan dari kemampuan anak. Dalam kondisi berhadapan (one-on-one) siswa dihadapkan dengan tugas yang dapat membantu dalam mengasses satu area berpikir, misalnya dengan classification atau conservation number. Pewawancara mengajukan pertanyaan dan si siswa menjawab, sementara pewawancara mendengarkan dan mengamati prilaku siswa. Berdasarkan hipotesis tentang level berpikir siswa, pewawancara terus mengajukan pertanyaan hingga ia yakin bahwa siswa telah mencapai level berpikir yang dibutuhkan. Dalam situasi ini, jawaban benar-salah dapat menjadi informasi yang berguna bagi
  • 4. BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 4 pewawancara. Pewawancara harus berhati-hati untuk tidak mengajukan pertanyaan yang mengandung cue/petunjuk bagi siswa. Bisa jadi dalam wawancara siswa tidak tertarik dengan pertanyaannya sehingga menjawab asal. Cara untuk mengantisipasinya adalah dengan membuat counter-suggestion. Siswa yang berada dalam level reasoning yang tepat dapat ditandai dengan, dia dapat (1) membuat penilaian yang tepat; (2) memberikan alasan logis untuk penilaiannya tersebut; (3) menjawab counter-suggestion dengan baik; dan (4) menyelesaikan dengan baik tugas lain yang diberikan dalam tahap tranfer. Sebagai contoh : siswa diberikan 16 blok, 8 berwarna merah, 8 biru. Blok-blok ini disusun dalam dua baris berdasarkan warna, dengan jarak yang sama. Siswa lalu diminta untuk menjukkan apakah kedua baris blok berjumlah sama atau tidak. (bila dimulai dengan open-ended probe, pertama kali si anak diminta untuk menjelaskan apa yang ia lihat). Setelah anak menjawab bahwa keduanya sama, lalu blok-blok tersebut diceraiberaikan-satu baris blok lebih berserakan dari yang lainnya. Lalu pertanyaan yang sama diajukan. Disini diperhatikan alasan dari jawaban siswa. Bila jawaban dan alasannya benar, maka diberikan counter-suggestion seperti: menarik satu blok dari baris yang lebih panjang dan berkata “ jika satu blok diambil dari baris ini, apakah tiap baris tetap punya jumlah blok yang sama?” setelah counter-suggestion barisan blok dikembalikan lagi ke posisi awal dan ditanyakan pertanyaan yang sama. Akhirnya, anak dihadapkan pada tugas yang sama tapi berhubungan (tahap transfer), misalnya menggunakan penghapus atau segitiga. MODEL OF TEACHING Berangkat dari prinsip clinical interview model pembelajaran ini menuntut guru untuk memberikan tugas, memperhatikan bagaimana siswa berinteraksi dengan tugas yang diberikan dan responnya sehubungan dengan kegiatan siswa, contohnya dengan menanyakan alasan atau memberikan counter-suggestion. Si guru, berdasarkan assessment yang telah ia lakukan, menetapkan level perkembangan siswa pada umumnya di kelas agar dapat menetukan tugas yang akan diberikan. Untuk itu, mungkin saja guru mengasses siswanya satu persatu. Setelah level perkembangan indivudu ditentukan, guru dapat menggunakan model ini sebagai bagian dari proses pembelajaran dengan kelompok kecil atau besar. Tujuan model ini adalah untuk mendorong perkembangan kognitif anak ke level yang lebih tinggi. Syntax Model ini terdiri dari 3 tahap : confrontation with stage-relevant task;inquiry; and tranfer. Phase one Confrontation with stage- relevant tasks Phase two Inquiry Phase three Transfer Siswa dihadapkan pada puzzling situation yang cocok dengan tahapan perkembangan siswa  Mendapatkan respon siswa dan meminta alasannya  Memberikan counter- suggestion, menggali respon siswa  Memberikan tugas lain yang berhubungan dan menggali alasan/argumen siswa  Memberikan counter- suggestion Pada tahap pertama, siswa dihadapkan pada permasalahan yang illogical dengan pikiran mereka atau yang seperti teka-teki dan puzzling. Permasalahan ini mestilah
  • 5. BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 5 relatif sesuai dengan tahapan perkembangan siswa. Pilihan bentuknya (verbal, nonverbal, atau manipulasi lingkungan) juga tergantung pada tahapan perkembangan siswa Tahap dua, melihat respon siswa dan diselidiki untuk melihat level of reasoning mereka. Umumnya tahap ini terdiri dari menanyakan alasan dan memberikan counter- suggestion. Pertanyaan awal, bergantung pada jenis tugas, misalnya dengan “bagaimana pendapatmu?” atau “apa yang kamu tangkap?” untuk the positive justice task, atau “ apakah salah satu baris lebih banyak blok nya dari yang lain, atau jumlah nya sama?” untuk correspondence task. Tujuannya adalah untuk mendapatkan respon yang tepat dari siswa. Langkah selanjutnya adalah meminta alasan dari siswa berdasarkan respon yang diberikannya tadi, seperti “Bagaimana kamu tahu kedua baris memiliki jumlah blok yang sama?” setelah alasan diberikan, dilanjutkan dengan memberikan satu atau lebih counter suggestion misalnya dengan memindahkan blok- blok tadi, membuatnya lagi, lalu menyerakkannya. Setiap counter-suggestion bertujuan untuk memeriksa kemampuan siswa mempertahankan alasannya. Tahap tiga adalah tahap transfer. Bertujuan untuk melihat apakah siswa akan memberikan alasan yang sama dalam tugas yang berbeda namun berhubungan. Sekali lagi, guru mempresentasikan masalah; siswa memberikan pandangan; guru meminta alasan dan lalu memberikan counter-suggestion. SOCIAL SYSTEM Dalam model mengajar ini guru memulai dan menuntun penemuan dalam atsmosfir intelektual dan sosial yang bebas. Untuk moral development Lawrence Kohlberg menekankan pada pentingnya atsmosfir belajar yang terbuka. Sebagai tambahan, dia merekomendasikan ruang kelas dan sekolah dalam semangat inquiry. Dalam peneltiannya, di AS dan negara lain, mengidikasikan bahwa atsmosfer rumah dan sekolah merupakan bagian yang sangat penting untuk perkembangan moral PRINCIPLES REACTION 1) Guru berperan memfasilitasi atsmosfir kelas yang membuat siswa merasa bebas untuk memberikan respon. 2) Guru sebaiknya menghindari pertanyaan yang memberikan petunjuk/cue untuk menjawab. 3) Terkadang bisa juga menanyakan kepada siswa apakah dapat menggunakan jawaban yang sama dalam situasi sebenarnya dalam kehidupan. 4) Guru secara konstan menguji pemikiran siswanya dengan memberi counter- suggestion hingga ia puas dengan level of reasoning siswa. SUPPORT SYSTEM Support system yang optimal adalah guru memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang teori perkembangan dan lingkungan yang cocok untuk tugas yang terstruktur dan tidak terstruktur. Guru juga harus mampu memberikan dengan counter-suggestion yang relevan. Dalam konsep model pembelajaran Piagetian, lingkungan yang kaya dengan objek pendukung menjadi hal yang dibutuhkan sebagaimana lingkungan sosial yang bebas yang mendukung siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif melalui konfrontasi dengan masalah yang dihadapkan. Guru bisa menjadi peran sebagai fasilitator yang menawarkan stimulus yang tepat dengan memberikan komentar- komentar pada moment tertentu.
  • 6. BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 6 APLIKASI The developmental model yang diangkat dari clinical interview ini bisa diaplikasikan baik untuk perkembangan kognitif maupun sosial. MORAL DEVELOPMENT Ia mengidentifikasikan tiga level utama dari moral development : preconventional, conventional dan postconventional (principled or autonomous). Tiap level memiliki dua tahapan. a. Preconventional level Merupakan tahap paling rendah. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nilai-nilai moral, penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman ekternal. Level ini dipisahkan dalam dua tahap : - The punishment and obedience orientation. Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut mereka untuk taat. - The instrumental relativist orientation. Individualisme dan tujuan adalah tahap kedua dari teori ini. Pada tahap ini penalaran moral didasarkan pada imbalan dan kepentingan diri sendiri. Anak- anak taat bila mereka ingin taat dan bila yang paling baik untuk kepentingan terbaik adalah taat. Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah. b. Conventional level - The interpersonal concordance. Pada tahap ini seseorang menghargai kebenaran, kepedulian, dan kesetiaan pada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Anak anak sering mengadopsi standar-standar moral orangtuanya pada tahap ini, sambil mengharapkan dihargai oelh orangtuanya sebagai seorang perempuan yang baik atau laki-laki yang baik. - The „law and order‟ orientation Pada tahap ini, orientasi mengarah pada otoritas, aturan baku dan menjaga tatanan sosial. Prilaku baik teridiri dari menjalankan kewajiban, respek pada otoritas dan menjaga tatanan sosial. c. Postconventional, autonomous or principled level. Penalaran pascakonvensional adalah tingkat tertinggi dari teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tingkat ini, moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seorang mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi. - The social contract, legalistic orientation Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual, pada tahap ini seseorang mengalami bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang menyadari hukum penting bagi masyarakat, tetapi nilai-nilai seperti kebebasan lebih penting dari pada hukum. - The universal ethical principle orientation
  • 7. BAHRUR ROSYIDI | COGNITIVE GROWTH 7 Prinsip-prinsip etis universal, pada tahap ini seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia yang universal. Bila menghadapi konflik secara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi Kohlberg yakin akan kemungkinan untuk mempengaruhi level berpikir siswa dan merupakan hal yang penting untuk menyusun pembelajaran dengan berpedoman pada prinsip perkembangan. INSTRUCTIONAL DAN NURTURANT EFFECT Aplikasi pada salah satu aspek kognitif (misalnya moral development) berarti meningkatkan pula area lainnya. PEMBAHASAN Evaluasi untuk model development Selama lebih dari dua puluh tahun telah banyak penelitian dilakukan untuk menentukan kefektifan berbagai model yang dibangun berdasakan perkembangan psikologi. Secara umum hasil penelitian itu positif. Bagaimanapun, semua penelitian tentang model ini ditujukan untuk anak kecil. Sedangkan bagaimana cara untuk meningkatkan perkembangan kognitif pada anak yang lebih besar tidak begitu dibahas. Mungkin saja model ini akan memberikan keuntungan yang lebih bila diaplikasikan pula untuk pebelajar yang lebih dewasa. SIMPULAN Developmental Model merupakan model belajar yang digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas berpikir pebelajar. Model ini didasari oleh teori perkembangan kognitif dari Jean Piaget dan teori perkembangan moral oleh Lawrence Kohlberg. Dalam pandangan mereka, penyajian pembelajaran mestilah disesuaikan dengan level berpikir/level penalaran moral pebelajar, dan dapat mendorong tingkat berpikir/moral pebelajar satu tingkat lebih tinggi. Aplikasi developmental model pada aspek tertentu dari perkembangan kognitif, yang memberikan instructional effect, dapat mengembangkan pula aspek lain dari perkembangan kognitif dan sosioemosional, sebagai nurturant effect nya model ini. DAFTAR PUSTAKA Joyce, B. & Weil, M. 1980. Models of Teaching (2nd ). USA: Prentice-Hall, Inc. Joyce, B. dkk. 2009. Models of Teaching (Edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar: Develop mental model Selected aspects of cognitive development Other aspects of cognitive and socioemotional development