KONSEP KELUARGA SEJAHTERA tugas keperawatan keluarga.pptx
Program bebas pasung: tantangan dan peluang dari sudut pandang konsumen
1. PROGRAM BEBAS PASUNG
Tantangan dan Peluang
Dari sudut pandang konsumen
Bagus Utomo utomo.bagus@gmail.com 08158830269
Seminar Nasional 5Tahun Program Indonesia Bebas Pasung, Nov 2015
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
3. MISKIN DATA
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 menemukan prevalensi
gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) berjumlah 1,7 permil dari populasi atau
sebanding dengan 400.000 penderita. Juga ditemukan 14,3 persen Orang dengan
Gangguan Jiwa(ODGJ) atau setara dengan 57.000 ODGJ pernah mengalami
pemasungan di dalam kehidupannya. Berdasarkan jumlah ODGJ dipasung kurang
lebih 50.000 orang. (http://mediakom.sehatnegeriku.com/penuhi-hak-warga-
negara-dengan-bebas-pasung/)
Kurangnya studi biaya, beban penyakit dan lain-lain. Posisi tawar pada penentu
kebijakan jadi lemah.
4. SDM KESEHATAN JIWA
“Kesenjangan pengobatan gangguan jiwa di Indonesia mencapai lebih dari 90
persen. Artinya, kurang dari 10 persen penderita gangguan jiwa yang
mendapatkan layanan terapi oleh petugas kesehatan. Kebanyakan justru berobat
ke tenaga non-medis seperti dukun maupun kiayi,” terang Dr EkaViora SpKJ,
Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI, Selasa (10/2)
Saat ini Indonesia dengan penduduk sekitar 250 juta jiwa baru memiliki sekitar 451
psikolog klinis (0,15 per 100.000 penduduk), 773 psikiater (0,32 per 100.000
penduduk), dan perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100.000 penduduk). Padahal
WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah
penduduk adalah 1:30 ribu orang, atau 0,03 per 100.000 penduduk
https://ugm.ac.id/id/berita/9715-
minim.psikolog.ribuan.penderita.gangguan.jiwa.belum.tertangani
5. SDM PEKERJA SOSIAL
Jumlah tenaga profesional pekerja sosial di Indonesia masih jauh dari angka ideal.
Saat ini hanya ada 15.522 pekerja sosial di Indonesia dari kebutuhan 155 ribu.
Artinya, kebutuhan pekerja sosial baru terpenuhi 10 persen saja.
Dengan demikian dibutuhkan sedikitnya 139.000 pekerja sosial di Indonesia untuk
memenuhi ratio pekerja sosial dengan Keluarga Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) minimal satu berbanding 100," kata kepala Balai
Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial Regional II Bandung, M. Nur
Soleh (Sabtu, 21 November, 2015)
Nur Soleh mengatakan, jumlah PMKS di Indonesia lebih dari 15,5 juta keluarga.
Sementara dalam lima tahun terakhir, pemerintah hanya mampu menjangkau
rata-rata 8 persen saja dari total PMKS tersebut.
http://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/2014/03/18/274319/pekerja-sosial-baru-
terpenuhi-10-persen-butuh-139-ribuan-lagi
7. JAMINAN KESEHATAN DAN JAMINAN SOSIAL
http://www.rri.co.id/post/berita/147008/ruang_publik/jatim_bebas_pasung_2015_sulit_terealisasi.html
http://www.beritametro.co.id/surabaya/program-bebas-pasung-di-jatim-jauh-dari-terget
http://infopublik.id/read/33004/banyak-pemda-tak-pahami-program-indonesia-bebas-pasung.html
8. Daftar BPJS harus daftar satu keluarga, sehingga keluarga pasien yg secara
ekonomi kurang mampu merasa berat membayar premi
Pasien skizofrenia layak otomatis masuk daftar PBI
Ongkos transportasi berobat juga masih mahal – system rujuk balik belum
berjalan
Ketersediaan obat – obat tetes dan suntik perlu tersedia – pasung kimia
Pasien harus hadir konsul – sulit buat pasien yg tidak merasa sakit
Penjemputan pasien untuk rawat paksa
10. HAM
Pasung dijadikan satu-satunya isu yang memiliki daya ungkit masalah kesehatan
jiwa. Karena menyajikan visualisasi yang menohok semua orang.
Demikian juga masalah gelandangan psikotik dan keterlantaran.
Namun bila kita hanya focus bekerja di dua isu ini saja, maka pemahaman kita
tentang masalah jadi tidak imbang. Perhatian kita akan lebih banyak bicara hak-
hak pasien, namun mengabaikan hak-hak caregiver. Padahal mereka merupakan
the hidden victim.
Perhatian kita akan tersedot pada pasien yg sudah bertahun-tahun mengalami
kondisi buruk. Kita focus merehabilitasi mereka agar bisa mandiri. Semua
sumberdaya dikerahkan ke arah sama. Kita tidak logis lagi dalam menentukan
target recovery. Sementara kita lupa memberikan fokus yg lebih besar pada anak-
anak muda yang usia produktifnya lebih memungkinkan untuk jadi berdaya
11. FAKTA LAINNYA
Stigma sangat kuat di masyarakat
Penyembuh tradisional masih sangat berperan
Pulih adalah tailor made, individual journey, orang-per-orang, unik di tiap
keluarga
Sebagian besar ODS masih di keluarga, belum mengakses layanan jiwa. Recovery
adalah selentur apa keluarga menerima kondisi ODS.
Minimnya edukasi pada keluarga dan pasien ttg penyakit. Siapa yg bertanggung
jawab mengedukasi pasien dan keluarga?
Rehab tidak bisa memfasilitasi semua minat dan bakat pasien
Pasien dipasung kembali
Masyarakat perlu diingatkan lagi tentang kemajemukan dan toleransi, serta
kebebasan berfikir – pasung pemikiran
13. TEMUAN RISET
Riset diVermont, USA, Courtenay Harding meneliti pasien yang
mengalami gejala2 yang sangat serius dan pernah dirawat inap
paling lama.Ternyata, setelah 30 tahun berlalu, ia menemukan
bahwa 68 % diantaranya telah pulih total atau mengalami perbaikan
fungsi yang bermakna. Temuannya mengungkapkan bahwa
rehabilitation, self-sufficiency, and community integration adalah
unsur yang mendukung perbaikan bermakna dan pemulihan daripada
model medis, yang menekankan stabilisasi dan pemeliharaan,
pengobatan dan pemenuhan hak. (Harding et al, 1987)
Perlu strategi budaya dalam bentuk agar masyarakat mampu
menerimaODGJ di tengah masyarakat
14. PELUANG
Akses Internet akan semakin baik. Potensi social media
membantu promosi kesehatan
Pembangunan infrastruktur transportasi dan kesehatan
makin baik
Perbaikan system di BPJS Kesehatan
Dukungan UU Keswa 2014 sebagai payung hukum
Kekayaan budaya dan kemajemukan
15. Tumbuhnya kelompok pendukung kesehatan jiwa sehingga benih2
kader untuk rehabilitasi berbasis masyarakat mulai tumbuh
Perhatian media pada isu keswa meningkat terus.Tapi promosinya
jangan pasung atau skizofrenia melulu. Gangguan jiwa yang lain yang
bisa dialami oleh role model dari orang2 yang produktif.
Bergerak bersama dengan gerakan disabilitas, kuota pekerjaan dll.
Kalangan pekerja social professional sudah mulai tertarik pada isu
keswa
17. RECOVERY
Courtenay Harding defines recovery as happening when people
have “no enduring symptoms, no odd behaviors, no further
medication and when they are living in the community, working, and
relating well to others.” (Harding et al 1987)
Paris Williams describes recovery for people who have experienced
psychosis as when “they have achieved relative stability in their
condition in which the overall sense of suffering and limitation is the
same or less than the level of that which preceded their psychosis.”
(Williams 2011, p.357)
18. CONCLUSION
Upaya penanganan pasien pasung dan terlantar tidak bisa dilakukan tanpa
ada persiapan prasyarat pendukung
Butuh regulasi yang mendukung. Bukan cuma bebas pasung, tapi juga
rawat paksa dll.
Promotion and prevention harusnya menjadi upaya yang utama. Cegah
terjadinya masalah gangguan jiwa baru
Melakukan pembebasan pasien pasung dan gelandangan psikotik secara
konsisten sebagai upaya penghapusan stigma dan menjunjung tinggi
HAM. Membangun panti yang cukup di berbagai daerah agar siklus mata
rantai keterlantaran dapat dikurangi.
Strategi budaya yg membentuk masyarakat yang lebih toleran/ramah
terhadap perbedaan dan keunikan ODGJ.
19. Memberikan insentif keuangan pada pasien dan keluarga. Untuk
biaya hidup pasien, untuk biaya transportasi berobat ke layanan
kesehatan, insentif buat waktu yg sudah didedikasikan oleh
caregiver. Dalam skema asuransi disabilitas nasional.
Membangun aliansi dengan gerakan disabilitas – Jaminan
sosial/asuransi disabilitas
Rehabilitasi di komuntas harus diberi prioritas. Organisasi
konsumen perlu didukung dari segi pendanaan.
Perlu melibatkan toma dan toga serta praktisi alternative untuk
mengkampanyekan kesadaran kesehatan jiwa