Ringkasan dokumen tersebut adalah: Stigma bahwa orang dengan gangguan jiwa cenderung melakukan kekerasan tidak didukung oleh bukti. Sebagian besar riset menunjukkan bahwa orang dengan gangguan jiwa lebih mungkin menjadi korban kekerasan daripada pelakunya, dan faktor-faktor seperti penyalahgunaan narkoba dan alkohol lebih berkontribusi terhadap perilaku kekerasan daripada gangguan jiwa
2. Dikutip dari Time to Change – UK
Sepertiga masyarakat umum berfikir bahwa
orang dengan gangguan jiwa berpotensi
melakukan kekerasan – pada faktanya orang
dengan gangguan jiwa lebih mungkin menjadi
korban kekerasan, daripada menjadi pelaku,
kejahatan yang terkait dengan kekerasan.
3. • Mayoritas kejahatan dengan kekerasan dan pembunuhan
dilakukan oleh orang yang tidak mengalami masalah gangguan
jiwa.
• Orang dengan gangguan jiwa lebih berbahaya melakukan hal
yang membahayakan diri sendiri daripada membahayakan
orang lain: 90 persen orang yang meninggal karena bunuh diri
di Inggris sedang mengalami gangguan jiwa.
4. • Di tahun 2009, total populasi di Inggris dan Wales sekitar 43
juta orang. Sekitar seperenam populasi orang dewasa
mengalami masalah kesehatan jiwa dalam suatu episode dalam
hidupnya (atau sekitar 7 juta orang). Dari angka ini 50–70 kasus
pembunuhan per tahun ditengarai mengalami masalah
gangguan jiwa pada saat melakukan pembunuhan, terlihat dari
data tersebut terlihat bahwa angka tersebut sangat tidak
mencerminkan liputan sensasional di media massa yang
membuat takut masyarakat terhadap orang dengan gangguan
jiwa.
5. • Berdasarkan Survey kejahatan di Inggris, British Crime Survey,
hamper separuh (47 per sen) korban kejahatan dengan
kekerasan yakin bahwa pelaku berada di bawah pengaruh
alcohol dan sekitar 17 per sen yakin bahwa pelaku di bawah
pengaruh narkoba. Survey lainnya menyatakan bahwa 30 per
sen korban meyakini bahwa pelaku penyerangan dengan
kekerasan berada di bawah pengaruh narkoba dan alkohol.
Kontras sekali, hanya 1 per sen korban meyakini bahwa kejadian
kekerasan terjadi karena pelakunya mengalami gangguan jiwa.
6. • Bertentangan dengan keyakinan masyarakat umum, kejadian
pembunuhan yang dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa
tetap dalam level konstan sejak tahun 1990an
• Penyalahgunan narkoba memainkan peran penting: prevalensi
kekerasan lebih tinggi pada orang-orang yang memiliki gejala
penyalahgunaan narkoba dan zat adiktif lainnya (baik pada
pasien gangguan jiwa yang rawat jalan maupun pada yang tidak
mengalami gangguan jiwa)
7. Panduan pelaporan berita terkait kekerasan
dan masalah gangguan jiwa
• Berpegang erat pada fakta – jangan berspekulasi tentang
kondisi kesehatan jiwa seseorang sebagai faktor kecuali bila
factor tersebut sangat jelas terang benderang
• Pertimbangkan menjelaskan fakta kontekstual bahwa hanya
sedikit sekali orang dengan gangguan jiwa yang memiliki
kecenderungan kekerasan
• Mintalah pendapat pada organisasi kesehatan jiwa seperti
KPSI
• Bicaralah pada keluarga pelaku – seringkali korban kekerasan
dari oranyang menjadi korban terlebih dulu
8. Dari BBC Future
• Salah satu studi yang paling sering dikutip adalah MacArthur Violence Risk
Assessment Study, yang diselenggarakan di tahun 1998 di Amerika Serikat. Lebih
dari 1000 orang dipantau setiap 10 minggu selama satu tahun setelah mereka
lepas dari rawat inap dari bangsal psikiatri.
Mereka dibandingkan dengan orang umum yang bukan gangguan jiwa yang
tinggal di lingkungan yang sama.
Secara umum hasil studinya mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaandi
antara dua kelompok responden tersebut dalam hal level kecenderunagn
kekerasan – kecuali bila ada resiko narkoba dan alkohol.
Baik populasi umum atau eks pasien kejiwaan lebih beresiko melakukan
kekerasan bila mereka menunjukkan gejala penyalahgunaan narkoba dan
alcohol – memang pasien gangguan jiwa lebih memiliki resiko
menyalahgunakan narkoba dan zat adiktif daripada masyarakat umumdi
lingkungan tersebut. Namun mengalami gangguan jiwa saja tidak cukup
membuat seseorang memiliki kecenderungan kekerasan.
9. Dari Psychology Today
• Sebuah studi dari American Journal of Public Health
menyatakan bahwa kurang dari 5 persen dari 120.000
pembunuhan dengan senjata api di Amerika antara 2001 dan
2010 dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa.
10. Stigma vs Fakta
• Berdasarkan dari begitu banyak riset, prasangka bahwa orang
dengan gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih besar
untuk melakukan kejahatan dengan kekerasan disbanding
orang yang tidak mengalami gangguan jiwa lebih didasarkan
pada stigma daripada fakta.
11. Dari SANE Australia
• Orang Dengan Gangguan Jiwa tidak lebih berpotensi melakukan
kekerasan disbanding dengan orang umum
• Orang Dengan Gangguan Jiwa lebih mungkin menjadi korban
kekerasan dari orang lain
• ‘Psikotik’ tidak identic dengan perilaku kekerasan
• Faktor resiko yang lebih mungkin untuk perilaku kekerasan
- Laki-laki
- Berusia dewasa muda
- Mengalami masa kecil yang bermasalah
- Mengalami masalah penyalahgunaan narkoba dan alcohol
Meski demikian tidak otomatis mereka yang mengalami hal tersebut
jadi cenderung melakukan kekerasan. Kembali kasus per kasus
12. Stop stigmatisasi gangguan jiwa
• Stigmatisasi dengan menghubungkan gangguan jiwa dan
kekerasan tidak lain adalah sikap menghindari tanggung jawab
terhadap kondisi pengabaian masalah gangguan jiwa.
Lebih mudah menyalahkan ODGJ dan keluarganya daripada
mengambil tanggung jawab melakukan perbaikan system
layanan kesehatan dan layanan sosial bagi orang dengan
gangguan jiwa.
• Stop stigmatisasi, mari bersama-sama mengatasi masalah
kesehatan jiwa
14. Terima Kasih
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
Jl. Jatinegara Timur 99 Balimester
Kampung Melayu, Jakarta Timur,
Indonesia
6221 8579618
info.kpsi@gmail.com
http://www.skizofrenia.org