Dokumen ini memberikan saran kepada praktisi terapi ruqyah dalam menangani orang dengan gangguan jiwa. Saran tersebut mencakup untuk tidak menekan trauma masa lalu pasien, menghargai privasi pasien, merujuk ke psikiater bila gejala masih ada setelah ruqyah, serta memahami faktor multifaktor penyebab gangguan jiwa secara ilmiah. Praktisi juga disarankan untuk tidak mempermalukan pasien demi kes
1. Saran buat praktisi Rukyah
yang memberi terapi pada Orang Dengan Gangguan Jiwa
Bagus Utomo
Utomo.bagus@gmail.com
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
2. Orang Dengan Skizofrenia dan keluarganya sering menerima saran-
saran berobat ke terapi keagamaan. Saran tersebut umumnya berasal
dari kurangnya pengetahuan kesehatan jiwa modern.
Di mana masyarakat masih meyakini bahwa gangguan jiwa hanya
dengan beragama yang baik saja cukup.
Tanpa mengetahui bahwa ada faktor-faktor lain seperti faktor biologi
otak dan fisik orang tersebut. Faktor psikologis, misalnya proses
tumbuh kembang, pola asuh, pengalaman hidup dan lain2. Serta faktor
dukungan sosial (ekonomi) dan spiritual.
Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
3. Jangankan ruqyah, obat medis yang ampuh aja nggak bisa
menyembuhkan skizofrenia.
Karena pasien butuh pekerjaan, butuh jodoh, tempat tinggal dll.
Skizofrenia sungguh-sungguh masalah multifaktor yang kompleks.
Sayangnya akibat dari pemahaman sempit itu tumbuh stigma bahwa
gangguan jiwa disebabkan kurang iman sehingga si pasien mudah
diganggu jin dan lain-lain. Kepercayaan yang sudah usang ini dapat
menyesatkan dan merendahkan martabat pasien dan keluarga.
4. Saran buat praktisi terapi rukyah dan alternatif
lainnya
▪ Orang islam yang baik, tidak butuh ruqyah dari orang lain. Dengan
beribadah rutin dan berserah diri pada sang pencipta, cukup. Jangan
ragu pada kuasaTuhan. berserah dirinya sebaik-baiknya.
▪ Kalo menghadapi Orang Gangguan Jiwa jangan mengungkit-ungkit
trauma masa lalu sampai orang histeris berteriak-teriak, guling-
guling di lantai dll. Hati-hati kalau pasien bersuara lain, itu bukan
setan, dikuatirkan itu bisa memicu gejala gangguan disosiatif pada
pasien.
▪ Jangan menggunakan tindakan yang disebut sebagai bagian dari
terapi tapi yang mengarah ke merendahkan martabat kemanusiaan
ODGJ.
5. ▪ Jangan gunakan sugesti dan ayat-ayat al Quran yang mengancam
dengan dosa dan neraka, namun bicara welas asih dan menjelaskan
betapa kasih sayangnyaTuhan sehingga betapa sulitnya hidup ini
masih layak kita syukuri. betapapun besar dosa kita, asal mau
bertaubat,Tuhan Maha Belas Kasih dan pengampun
▪ Gunakan ayat-ayat yang mengajak berdamai dengan trauma2 masa
lalu dan maju jadi lebih baik. yang membangkitkan rasa kasih sayang
di hati, yang meninmgkatkan kendali diri. yang mendatangkan rasa
syukur. buanyaaak sekali ayat Quran dan hadist yang
membangkitkan semua perasaan indah itu.
6. ▪ Tidak perlu mempertontonkan orang histeris hanya untuk
meyakinkan bahwa terapi anda manjur dan laris. rasululloh
meyakinkan umat dengan lemah lembut dan kasih sayang.
▪ Hargai privacy/kerahasiaan pribadi pasien.Tidak semua
orang siap identitasnya dibuka pada publik. dan lindungi
mereka dari stigma yang mungkin terjadi dari
lingkungannya.
7. ▪ Belajarlah pengetahuan kesehatan jiwa modern dan
konseling.
▪ Yakinkan pasien bahwa ibadah bagian penting dari hidup
tapi hanya sebagian faktor saja. untuk sehat jiwa ada faktor
biologis, psikologis, sosial, spiritual.
▪ Bila upaya ruqyah sudah dilakukan tapi gejala yang dialami
pasien masih ada, segera rujuk ke psikiater. jangan buang
waktu. dan nggak perlu menahan pasien karena anda
penasaran merasa mampu menyembuhkan. keyakinan
anda nggak begitu penting dibanding hak pasien untuk
pulih.
8. Terima kasih
Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia
Jl.Limo 26a rt05/02 Balimester
Kampung Melayu JakartaTimur
info.kpsi@gmail.com
021 8514389