Jual Alat Bantu Sex Di Tidore Kepulauan 081246444463 Pusat Alat Bantu Sex Toys
ALERGI MAKANAN - ALERMUN dokter doktor subi.pptx
1. ALERGI
MAKANAN
Oleh:
● Abidah Agnia Qalby (G992302003)
● Adhi Pratama Hidayatulloh (G992402003)
● Dewi Permata Sari (G992402038)
● Zulfi Azam Adiby
(G992402146)
Pembimbing:
Dr. Pitra Sekarhandini, Sp.A(K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS
KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
2. ALERGI MAKANAN
Definisi : Sebuah respon abnormal sistem
kekebalan tubuh terhadap suatu makanan yang
seharusnya tidak menimbulkan reaksi imun
● Prevalensi alergi makanan di Indonesia 5 - 11%
● Prevalensi alergi makanan pada anak adalah
6%, sementara pada dewasa 3 – 4%.
● Secara global >2,5% orang memiliki alergi
● >2,5% bayi baru lahir pada satu tahun
pertamanya mengalami alergi susu sapi
● 1,23% anak mengalami alergi telur dan 3,0%
anak mengalami alergi kacang
Abrams EM, Sicherer SH. Diagnosis and management of food allergy (2016)
3. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO
- Alergen biasanya berupa
glikoprotein yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang
larut dalam air dan tahan
terhadap kerusakan.
- Kasus alergi pada dewasa
biasanya disebabkan oleh susu,
kacang, kedelai, tree nuts,
udang, kepiting, dan wijen
Etiologi Faktor Risiko
- Riwayat keluarga
Terjadi peningkatan risiko 7x lipat
pada individu yang memiliki riwayat
alergi pada keluarganya
- Etnis
Hitam non-hispanik > kulit putih
- Perubahan diet
Perubahan diet → perubahan intake
makronutrien dan mikronutrien →
meningkatkan risiko alergi
- Jenis kelamin dan usia
Anak-anak : laki-laki>perempuan
Remaja-dewasa: laki=perempuan
Lopez CM, Yarrarapu SNS, Mendez MD. Food Allergies (2023)
7. Klasifikasi
Tipe Food Allergy Contoh
IgE-mediated Anafilaksis, sindrom alergi serbuk sari-makanan, urtikaria kontak
Non-IgE-mediated Sindrom enterokolitis yang diinduksi protein makanan, proktokolitis
yang diinduksi protein makanan
Mixed Esofagitis eosinofilik
10. ● Keluhan utama
● Riwayat alergi makanan
Penegakan Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis Pemeriksaan Fisik
Kulit, Hidung, Paru, Mata
● In Vivo
● In Vitro
11. Anamnesis
1. Keluhan Utama
→ Gatal-gatal di kulit, sesak napas, diare, mual, muntah.
1. Jenis reaksi yang timbul, onset
→ bisa digunakan untuk membedakan tipe reaksi alergi yang terjadi
1. Riwayat konsumsi makanan yang sering menyebabkan alergi 2 jam
sebelumnya
→ Susu, selai kacang, telur, ikan.
1. Riwayat keluhan serupa
→ Reaksi berulang terhadap makanan yang sama dapat dicurigai sebagai
alergi makanan.
1. Riwayat alergi/atopik dari keluarga
→ Riwayat alergi atau atopik pada keluarga dapat menurun pada anak.
1. Jumlah makanan yang dikonsumsi
→ Jumlah makanan yang lebih besar lebih mungkin menyebabkan reaksi
12. Pemeriksaan Fisik
Kulit
Kulit kering, bersisik,
likenifikasi, urtikaria
Hidung
Allergic salute, mukosa
hidung pucat
Paru
Wheezing, Obstruksi
saluran napas
Mata
Kelopak mata bengkak,
allergic shiner
1
2
3
4
13. IN VIVO
● Tes patch atopi
● Tes alergi intradermal
● Radioallergosorbent
test
● Skin prick test
PEMERIKSAAN PENUNJANG
IN VITRO
● Radioallergosorbent
tests (RASts)
● Paper
Radioimmunosorbent
test (PRIST)
15. Skin Prick Test
● Sensitivitas >90% dan spesifisitas
±50%
● Mudah dilakukan dan lebih murah
● Aman untuk segala usia
● Hasil diketahui dalam 15 menit
Interpretasi hasil tes:
● Hasil negatif : kontrol negatif
● Hasil +1 : 25% dari
kontrol positif
● Hasil +2 : 50% dari
kontrol positif
● Hasil +3 : 100% dari
kontrol positif
● Hasil +4 : 200% dari
kontrol positif
16. Tes Patch Atopi
● Bahan yang mengandung makanan
ditempelkan ke kulit selama ± 48 jam
● Jarang untuk diagnosis alergi
makanan
Adapun interpretasi hasil tes:
0 : tidak ada reaksi
+/- : eritema ringan, meragukan
1+ : reaksi ringan (eritema dengan
edema
ringan)
2+ : reaksi kuat (papular eritema dengan
edema)
3+ : reaksi sangat kuat (vesikel dan/atau
bula)
17. Tes Alergi Intradermal
● Menginjeksikan dosis kecil dari allergen
yang dicurigai
● Lebih sensitif dibanding skin prick test
Adapun interpretasi hasil tes:
● Diperiksa setelah 20-30 menit
● Reaksi positif bila:
- Muncul urtikaria > 10mm dan eritema di
sekitar urtikaria; atau
- Selisih diameter urtikaria bahan uji dan
kontrol negatif > 1.5mm; atau
- Perluasan diameter urtikaria >1,5 mm
dibanding urtikaria awal injeksi
19. PRIST (Paper Radioimmunosorbent Test)
RAST (Radioallergosorbent Test)
● Nilai normal IgE: 100 µ/ml (sampai umur 20 tahun).
● Kadar IgE lebih dari 300 µ/ml pada umumnya menunjukkan
bahwa penderita mengalami atopi, infeksi parasit, atau
keadaan depresi imun selular.
● PRIST digunakan untuk menentukan kadar serum IgE yang
rendah
● IgE spesifik terhadap makanan tertentu dapat dipakai
sebagai prediksi adanya reaksi alergi tipe cepat dan tipe
lambat terhadap makanan tersebut.
● RAST digunakan untuk menentukan kadar serum IgE yang
normal atau meningkat
22. Tatalaksana
Diagnosis
Hipersensitivitas
Tatalaksana
Menghindari makanan
pencetus / alergen
Peran Orang Tua
Pahami label makanan,
makanan di restoran,
dan perilaku berisiko
yang mengarah pada
reaksi yang tidak
terduga
Pasien Risiko Anafilaksis
Dilatih mengenali gejala
awal segera dan
diinstruksikan penggunaan
epinefrin secara otomatis
dan memiliki epinefrin
serta antihistamin yang
dapat diakses setiap saat
25. 01
Memberikan edukasi kepada individu, keluarga, pengasuh mengenai
pemicu alergi, gejala, tanda terjadinya alergi dan cara merespon
atau mengatasi alergi tersebut
03
Memberikan edukasi
mengenai uji untuk
diagnosis alergi
makanan
Memberikan edukasi
untuk pencegahan yang
dapat dilakukan
02
EDUKASI
26. Pencegahan Pemberian ASI Eksklusif selama
6 bulan
Memperkenalkan makanan
padat pendamping ASI, secara
bertahap dinaikkan porsinya
Pengenalan terhadap makanan
yang dapat menjadi faktor
allergen sejak dini
28. Prognosis
Seiring bertambahnya usia, sistem
imun semakin matang sehingga
anak semakin toleran terhadap
alergen makanan
Alergi makanan yang dimediasi
no Ig-E sembuh dalam tahun
pertama kehidupan
Prognosis baik namun, alergi
makanan akan menjadi faktor
resiko penyakit atopik lainnya
Alergen terhadap kacang-
kacangan, kerang pada usia lebih
tua akan menjadi awitan yang
sedikit lama atau menetap
29. DAFTAR PUSTAKA
● Bartha, I., Almulhem, N., & Santos, A. F. (2023). Feast for thought: A comprehensive review of food
allergy 2021-2023. Journal of Allergy and Clinical Immunology, S0091674923024144.
https://doi.org/10.1016/j.jaci.2023.11.918
● Mayorga, C.; Palomares, F.; Cañas, J.A.; Pérez-Sánchez, N.; Núñez, R.; Torres, M.J.; Gómez, F. New
Insights in Therapy for Food Allergy. Foods 2021, 10, 1037. https:// doi.org/10.3390/foods10051037
● Waserman and Watson Allergy, Asthma & Clinical Immunology 2011, 7(Suppl 1):S7
http://www.aacijournal.com/content/7/S1/S7; Lozano-Ojalvo D, et al. Non-IgE mediated food
allergy, Drug Discov Today: Dis Model (2016), http://dx.doi.org/10.1016/ j.ddmod.2016.09.003
● Satitsuksanoa, P. et al. (2018) ‘Regulatory Immune Mechanisms in Tolerance to Food Allergy’,
Frontiers in Immunology, 9, p. 2939. Available at: https://doi.org/10.3389/fimmu.2018.02939.
● Walsh, J., & O’Flynn, N. (2011). Diagnosis and assessment of food allergy in children and young
people in primary care and community settings: NICE clinical guideline. British Journal of General
Practice, 61(588), 473–475. https://doi.org/10.3399/bjgp11x583498
● Abrams EM, Sicherer SH. Diagnosis and management of food allergy. CMAJ. 2016 Oct
18;188(15):1087-1093. doi: 10.1503/cmaj.160124. Epub 2016 Sep 6. PMID: 27601605; PMCID: PMC5056872.
● Lopez, C. M., Yarrarapu, S. N. S. and Mendez, M. D. (2023) Food Allergies, StatPearls. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/30231558.
Pada orang yang memiliki kecenderungan terpapar alergen tertentu, terbentuk antibodi IgE khusus makanan yang berikatan dengan basofil, makrofag, sel mast, dan sel dendritik pada reseptor Fc epsilon. Ketika alergen makanan memasuki penghalang mukosa dan mencapai antibodi IgE yang terikat pada sel, mediator ini dilepaskan dan menyebabkan kontraksi otot polos, vasodilatasi, dan sekresi lendir, yang mengakibatkan gejala hipersensitivitas langsung (alergi). Sel mast dan makrofag teraktivasi yang menarik dan mengaktifkan eosinofil dan limfosit melepaskan sitokin. Hal ini menyebabkan peradangan berkepanjangan, mempengaruhi kulit (flushing, angioedema, atau urtikaria), saluran pernapasan (rinorea, pruritus hidung dengan hidung tersumbat, bersin, dispnea, edema laring, mengi), saluran pencernaan (mual, pruritus mulut, muntah, angioedema). , sakit perut, diare), dan sistem kardiovaskular (hipotensi, kehilangan kesadaran, disritmia) sesuai dengan Nelson Textbook of Pediatrics.[8][7]
In vivo (or skin) testing for immediate hypersensitivity, for the purposes of this review, is defined as the exposure, via percutaneous or intradermal routes, of a small group of mast cells to allergen.', If these mast cells have, on their surfaces, the IgE specific for the allergen in question, they will degranulate, leading to the wheal (localized swelling) and flare (localized redness). Skin testing has been a key diagnostic tool for many years and remains useful for many reasons.
Flare without wheal (+1)
Wheal <2 mm
Wheal <3 mm
Wheal <4 mm or with pseudopodia
The principal feature of in vitro allergy testing is the attempt to find serum IgE specific for a given allergen. Most of this type of testing is performed with immunoabsorption "sandwich techniques. In these techniques, the allergen in question is bound to an insoluble support. This bound allergen is then incubated for a period of time with the patient's serum while the patient's specific IgE antibodies, if they exist, bind to the antigen. Next, a labeled anti-human antibody is added, and the level of this label is measured.
Terapi lini pertama untuk anafilaksis akibat makanan adalah pemberian segera epinefrin IM
Pasien dengan risiko anafilaktik diberikan edukasi terkait deteksi dini gejala awal dan penggunaan epinefrin serta antihistamin yang harus bisa dilakukan kapanpun
Edukasi pencegahan seperti menghindari makanan yang menyebabkan alergi
Selalu membaca label kandungan suatu makanan apakah terdapat kandungan yangmenyebabkan alergi
Edukasi mengenai hidden food allergens pada label makanan
Evaluasi minimal 6 bulan, untuk mengetahui apakah pasien sudah toleran dengan penyebab alergi
Konsumsi makanan yang menjadi risiko alergen
Anak menjadi intoleran terhadap alergen makanan, seiring bertambahnya usia karena imun sudah semakin matang dan sensitivitas organ target menurun
Alergen terhadap kacang-kacangan, kerang pada usia lebih tua akan menjadi awitan yang sedikit lama atau menetap
Sekitar 20% anak mengalami resolusi alergi makanan pada usia sekolah
Alergi makanan yang dimediasi no Ig-E sembuh dalam tahun pertama kehidupan
Kasus sporadik reaksi anafilaksis masih banyak terjadi
Prognosis baik tapi alergi makanan merupakan faktor risiko penyakit atopik lainnya