SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
i
i
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN
Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan
Penduduk
DosenPengampu : Rizki Rahmawati Lestari M,Kes
OLEH :Kelompok1
ELISA 1813201007
ILHAM OKTARIANDY 1813201009
MUHAMMAD RUSDI FIRDAUS 1813201015
RILLA AMELIA 1813201020
ULUL AZMI AMRI 1813201025
WIGA AULIA DARMA 1813201026
FITRI NINDI 1813201030
AIDA JAMILAH 1813201031
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
2019
ii
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapatkan menyelesaikan pembuatan makalah
ini dengan judul “Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk”
Makalah ini ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ETIKA DAN HUKUM
KESEHATAN ”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ataupun pembahasan makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu jika ada kekurangan dan kelebihan kami
mengucapkan maaf, Terima Kasih.
iii
iii
DAFTAR ISI
COVER................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
A. Peranan Sarjana Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk ...... 2
B. Kepuasan Masyarakat Sebagai Derajat Kesehatan Bangsa ............................ 5
C. Arah Kebijakan Kesehatan Masyarakat.......................................................... 7
D. Program-program Kesehatan Masyarakat ...................................................... 8
BAB III PENUTUP...................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu isu penting dalam kesejahteraan bangsa ini adalah bagaimana meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pentingnya aspek kesehatan ini ditunjukkan dalam Millenium
Development Goals (MDG) yang dirumuskan bersama oleh PBB pada tahun 2000 sebagai
bentuk prasyarat untuk mencapai pembangunan yang ideal bagi suatu negara. Setidaknya tiga
dari delapan MDG relevan dengan kesehatan masyarakat, yaitu menurunkan angka kematian
anak, memerangi HIV dan AIDS, malaria, serta penyakit lainnya, dan meningkatkan
kesehatan ibu. Dilihat dari perkembangan tahun ke tahun, memang Indonesia terus
mengalami peningkatan dalam pencapaian MDG. Walau begitu, jika kita bandingkan dengan
negara tetangga di ASEAN, Indonesia masih tertinggal dari banyak negara. Berdasarkan
laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan oleh PBB tahun 2013,mutu kesehatan di
Indonesia antara tahun 2007-2009 hanya mampu memuaskan 79% warga masyarakat.
Sementara itu, dilihat dari jumlah tenaga kesehatan dari tahun 2005-2010, di Indonesia hanya
terdapat 0,3 orang per 1000 penduduk atau berarti satu orang tenaga kesehatan harus
melayani antara 3000 hingga 4000 anggota masyarakat.
B. RumusanMasalah
A. Apa Saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat ?
B. KemanaArahKebijakanPemerintah ?
C. Apa Saja Bentuk Program – Program Meningkatkan Kesehatan !
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan mempelajari hal-hal yang berkaitan meningkatkan kesehatan penduduk.
2
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan
Penduduk
Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh SKM. Sebagai contoh, masyarakat
Indonesia merupakan penggemar rokok dengan konsumsi 240 miliar rokok per tahun, kelima
terbesar di dunia (Van Liemt, 2002; Shafey et al, 2009). Diperkirakan 68,8% pria dewasa dan
sekitar 2,6% wanita dewasa di Indonesia adalah perokok (Corrao et al, 2000). Hal ini
memberikan ancaman bagi kesehatan masyarakat terutama pada kerusakan paru-paru
(Lawrence dan Collin, 2004; Mackay dan Eriksen, 2002; Reynolds, 1999). Begitu juga,
demam tifoid merupakan penyakit yang relatif sulit dihapuskan, padahal penyakit ini telah
hilang di negara-negara maju. 20 ribu orang meninggal setiap tahun di Indonesia disertai
dengan kerugian langsung sekitar Rp 600 Miliar dan kerugian karena hilangnya penghasilan
sebesar Rp 650 Miliar (Ali, 2006). Kasus kematian karena penyakit kardiovaskuler dan
diabetes sebesar 350 orang per 1000 penduduk dan kasus balita di bawah berat normal masih
berkisar 18,4% (PBB, 2012).
Tantangan ini kemudian dijawab dengan bekal karakteristik seorang sarjana
kesehatan masyarakat. SKM merupakan tenaga kesehatan yang lebih multidimensional
dengan orientasi yang lebih kepada masyarakat, daripada individu (Joiner dan Joseph, 2007).
SKM tidak akan puas dengan kesehatan satu orang individu tetapi pada kesehatan masyarakat
secara keseluruhan. Paradigma yang digunakan SKM adalah paradigma sehat yang berarti
mendorong masyarakat menjaga kesehatannya, ketimbang mengobati masyarakat yang telah
terkena penyakit. Karena orang sehat lebih banyak daripada orang sakit, maka cakupan dari
3
3
SKM menjadi sangat luas dan karenanya, berperan sangat besar bagi kesehatan masyarakat
secara keseluruhan dalam aspek preventif.
Besarnya jumlah orang sehat juga berimplikasi pada besarnya tanggungjawab sosial yang
dimiliki seorang SKM. Jika sejumlah orang terkena suatu penyakit karena tidak menyadari
perilaku hidup yang sehat, SKM semestinya merasa bertanggungjawab atas masalah ini
(Weed dan McKeown, 2003). Walau begitu, tanggungjawab ini tidaklah pantas dipandang
sebagai beban. Justru hal tersebut merupakan sebuah bentuk sarana untuk meraih
kebahagiaan yang besar bagi seorang SKM. Manusia pada fitrahnya merasa bahagia bukan
karena harta, jabatan, kekuasaan, kecantikan, atau kepintaran, namun merasa bahagia ketika
merasa dikasihi oleh Tuhan (Diener, Tay, dan Myers, 2011), membantu sesama (Post, 2005),
dan memiliki banyak hubungan dengan manusia lainnya (Abdel-Khalek, 2006). Tiga hal ini
semua tertanam dalam profesi seorang SKM. Dengan menjaga kesehatan masyarakat, SKM
bukan saja menjalankan agamanya dengan baik, namun juga membantu sesama dan memiliki
banyak sahabat dari masyarakat. Karenanya, menjadi SKM adalah sumber kebahagiaan yang
patut dikejar.
Selain berperan ke dalam masyarakat secara sosial, SKM juga berperan ke luar
masyarakat dengan cara politik. Hal ini karena kesehatan masyarakat, pada gilirannya,
berhubungan dengan isu-isu seperti ketidaksetaraan sosial, kemiskinan, dan ketidakberdayaan
masyarakat (Callahan dan Jennings, 2002). Akar permasalahan dapat berada di titik puncak
yaitu pemerintahan. Kebijakan-kebijakan tertentu dapat lebih mampu menghapus
kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ketidakberdayaan masyarakat dibandingkan kebijakan
lainnya. Kebijakan berdampak pada masyarakat secara lebih luas lagi, dapat pada level
daerah hingga negara. Karenanya, seorang SKM dapat bekerja dengan mengambil gerakan
politik misalnya dengan menjadi anggota dewan atau pejabat pemerintah. Karena negara ini
merupakan negara demokratis, maka posisi dari SKM pada sistem politik kemudian
4
4
ditentukan oleh masyarakat. Jika SKM mampu meyakinkan masyarakat untuk mendukung
dirinya, maka seorang SKM dapat bekerja lebih efisien dengan mempengaruhi kebijakan
langsung dari atas dengan terjun pada bidang politik. Langkah ini pada gilirannya akan
memberikan keadilan distributif karena masyarakat yang paling membutuhkan akan
memperoleh keuntungan yang paling besar (Rawls, 1971).
Sebagai contoh bagaimana SKM dapat bertindak pada ranah kebijakan, kita dapat
melihat pada isu kebijakan kesehatan yang ada sekarang. Belakangan sebuah kebijakan
mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional yang berbasis BPJS dikeluarkan oleh pemerintah.
Sistem seperti ini efisien dalam menangani masalah pendanaan kesehataan bagi masyarakat
tidak mampu. Langkah ini merupakan langkah yang tepat untuk menjawab permasalahan
jasmaniah dari aspek kualitatif dalam bentuk persyaratan “menjadi sehat”. Dengan jaminan
kesehatan, masyarakat tidak mampu menjadi terlayani dan kemungkinan untuk menjadi sehat
lebih besar daripada tidak ada SJSN. Walau begitu dapatkah kebijakan ini menjawab
permasalahan kualitatif tentang aspek sosial? Dari studi Yesilada dan Direktor (2010), kita
dapat melihat bahwa sistem jaminan sosial menyebabkan kualitas pelayanan kesehatan
menurun di Rumah Sakit milik pemerintah. Alasannya adalah karena masyarakat miskin
merasa beruntung sudah dapat berobat, sehingga tidak mengharapkan pelayanan yang baik.
Hal ini juga berdampak pada pelayanan yang benar-benar tidak berkualitas dari pelayan
kesehatan, apalagi yang berorientasi pada kapitalisme. Dari perspektif keadilan distributif,
apakah ini berarti kelompok masyarakat miskin memperoleh pelayanan yang terbaik?
Bagaimana kebijakan yang lebih baik lagi dalam menjawab permasalahan ini?
Seorang SKM karenanya adalah seorang yang berperan ganda (Kutty, 2007). Di satu sisi,
ia merupakan pejuang kesehatan yang mencari sebab-sebab penyakit di masyarakat,
mengajak masyarakat menghindari sebab-sebab tersebut, dan mengawasi agar masyarakat
tidak melanggar pantangan-pantangan yang membawa pada penyakit. Di sisi lain, karena
5
5
salah satu sebab utama penyakit di masyarakat adalah pola kebijakan, maka SKM juga adalah
seorang politisi, yang berusaha mempengaruhipara pembuat kebijakan agar memberikan
program yang sebaik mungkin dalam menjaga kesehatan bangsa.
B. Kepuasan Masyarakat sebagai Indikator Derajat Kesehatan Bangsa
Dapat kita pahami bahwa kepuasan masyarakat atas pelayanan kesehatan tergantung
bukan hanya oleh faktor jumlah tenaga kesehatan yang ada di masyarakat. Kepuasan
masyarakat dipengaruhi oleh empat hal: keinginan untuk memperoleh kesehatan,
diperlakukan sebagai seseorang secara individual, perspektif hidup, dan keseimbangan
antara kebebasan diri dan pendampingan (Grondahl, 2012). Seorang tenaga kesehatan
yang baik tentunya mampu memberikan kesehatan, memperlakukan seorang pasien
sebagai seorang pribadi yang bermartabat, memberikan saran-saran tentang perilaku
hidup yang baik, dan tidak terlalu memberikan larangan atau mengatur hidup pasiennya.
Syarat pertama konsisten dengan kompetensi seorang tenaga kesehatan dalam aspek
jasmaniah, tiga syarat terakhir merupakan kompetensi sosial yang sulit dipelajari kecuali
kita memiliki kompetensi tambahan selain masalah medis dalam diri manusia. Seorang
tenaga kesehatan tidak hanya harus mampu mengetahui dan mengobati pasien, namun
juga memberikan nasihat layaknya seorang filsuf yang penuh pengalaman hidup,
memiliki empati layaknya seorang kekasih, dan memberikan pola asuh yang otoritatif
layaknya orang tua yang baik.
Kita mungkin berpikir kalau jika tenaga kesehatan kita memiliki semua
kemampuan tersebut, tidak perlu terlalu banyak tenaga kesehatan yang ada untuk
mendorong kepuasan masyarakat atas pelayanan kesehatan. Tetapi hal ini tidak benar.
Seorang tenaga kesehatan yang baik akan menghadapi paradoks dalam pertaruhan antara
kuantitas dan kualitas. Ketika kualitasnya menjadi tinggi, maka kuantitas orang yang
6
6
dapat dilayaninya akan menurun (Maestad dan Torsvik, 2008). Hal ini wajar. Jika orang
melihat suatu tenaga kesehatan memiliki mutu yang tinggi, orang akan berusaha
mencarinya dan menjadi pasiennya. Beban kerja dari tenaga kesehatan tersebut akan
meningkat dan lebih sedikit waktu yang dapat ia habiskan pada pasien secara individual.
Hasilnya, pasien akan mengalami penurunan kepuasan terutama pada aspek
“diperlakukan sebagai seorang individu”. Jika hal ini dibiarkan, maka pasien akan
kehilangan kepuasan dan akhirnya mutu pelayanan dari pelayan kesehatan tersebut dinilai
buruk. Karenanya, kita tidak hanya semata harus meningkatkan kualitas, namun juga
kuantitas dari tenaga kesehatan yang ada di masyarakat.
Beberapa pakar kesehatan dapat berargumen kalau kepuasan dari masyarakat
bukanlah indikator yang baik untuk menilai derajat kesehatan suatu bangsa. Alasannya
adalah masyarakat tidak punya kompetensi yang cukup untuk menilai kesehatannya
sendiri. Hal ini mengapa mereka mengunjungi tenaga kesehatan. Pelayanan yang buruk,
misalnya menelankan obat yang pahit, tidak dapat dihindari jika ingin sehat. Kepuasan
adalah sesuatu yang subjektif (Mosadeghrad, 2012). Banyak pasien yang menolak
perlakuan tertentu padahal perlakuan tersebut lebih baik bagi dirinya agar dirinya menjadi
lebih sehat. Hal ini disebabkan karena persepsi seseorang ditentukan oleh pengetahuan
yang ia miliki. Apa yang kita lakukan dalam kondisi semacam ini? Kita tidak dapat
mendidik seluruh anggota masyarakat tentang khasiat obat tertentu atau mengajak mereka
mengikuti sebuah periode “wajib kesehatan” seperti “wajib militer” agar semua paham
tentang kesehatan. Hal-hal detail tersebut diajarkan di perguruan tinggi.
Disinilah peran dari Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). SKM bekerja pada level
masyarakat, bukan individual seperti dokter dan perawat. Tujuannya adalah bukan hanya
memberikan kepuasan pada pelayanan kesehatan di negara ini, namun juga memberikan
kesehatan yang objektif pada masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah “tindakan
7
7
kolektif untuk mempertahankan peningkatan kesehatan pada tingkat populasi”
(Beaglehole et al, 2004). Perhatikan bahwa kesehatan masyarakat merupakan suatu
tindakan kolektif, sehingga peran seorang SKM dijalankan seperti halnya seorang
pengerah massa yang menggerakkan masyarakat untuk mampu bekerjasama dalam
meningkatkan kesehatan mereka dan ketika kesehatan tersebut telah meningkat secara
berkelanjutan, masyarakat harus mampu mempertahankannya sehingga tidak terjadi
penurunan kesehatan di masa datang pada setiap individu anggota masyarakat tersebut.
Ilmu kesehatan masyarakat saat ini telah berkembang cukup maju. Kita telah banyak
tahu tentang apa saja patogen yang menjadi penyebab suatu penyakit, apa saja vaksin dan
antibiotik yang dibutuhkan, serta bagaimana komponen lingkungan dan interaksi ekologis
yang terjadi antara lingkungan, vektor penyakit, dan manusia saling mempengaruhi
(Wing, 2007). Seorang SKM telah dilengkapi dengan senjata pengetahuan yang kuat
untuk meyakinkan masyarakat tentang hidup sehat.
C. Arah Kebijakan Kesehatan Masyarakat
1. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau
2. Membina, mendorong dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan
3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
4. Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah dibidang kesehatan.
5. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan secara merata dan terjangkau
6. Memanfaatkan kerjasama lintas sektoral.
8
8
D. Program – Program Kesehatan Masyarakat
1. Peningkatan Kesehatan
Program ini adalah suatu tatanan yang menghimpun Upaya Kesehatan Masyarakat
(UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan tujuan
terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai dan bermutu untuk menjamin
terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Kegiatan Pokok yang dilaksanakan dalam program ini meliputi :
a. Promosi, pemeliharaan, pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian
penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi
masyarakat, pengamanan dalam makanan dan minuman, narkoba, zat adiktif , serta
penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan
b. Penyuluhan kesehatan masyarakat
c. Peningkatan fasilitas pelayanan RSUD, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes.
d. Peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan klinik, apotik/toko obat dan
optical.
2. Sistem Pelayanan Kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Pengadaan kartu sehat untuk pengobatan gratis bagi masyarakat Prasejahtera dan Sejahtera I
b. Penyederhanaan sistem rujukan pengobatan
c. Peningkatan gizi bagi ibu hamil dan balita
3. Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
9
9
a. Rekruitmen Tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan pembangunan kesehatan baik
sebagai tenaga kontrak maupun sebagai pegawai tetap
b. Pembinaan tenaga kesehatan
c. Pengembangan karier berdasarkan prestasi kerja melalui pendidikan dan pelatihan
d. Penempatan tenaga kesehatan secara merata disetiap wilayah puskesmas dan rumah sakit.
4. Penyediaan Obat dan Perbekalan kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Pemenuhan dan pemerataan obat generik di puskesmas dan pustu
b. Ketersediaan obat yang bermutu
c. Pemenuhan perbekalan kesehatan dan alat-alat kesehatan yang memadai
5. Pemberdayaan Masyarakat
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Pemberdayaan Kader, Kelompok dan LSM Kesehatan
b. Pemberdayaan Masyarakat Umum melalui badan penyantun puskesmas dan komite
pembangunan kesehatan di Kota Bitung.
6. Manajemen Kesehatan
Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
a. Penataan Administrasi Kesehatan, meliputi; perumusan kebijakan tehnis kesehatan,
pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan serta pembinaan terhadap UPTD
kesehatan, membuat dan mengirim laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan kesehatan
kepda Departemen kesehatan dan dinas kesehatan propinsi
b. Pembangunan Sistem Informasi Kesehatan Terpadu
c. Penegakkan Kode Etik Tenaga Kesehatan
10
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka berikut kemudian akan menjelaskan bagaimana peran dari SKM secara
keseluruhan dalam meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Dapat dilihat bahwa kedua peran
dari SKM tersebut berarah komponen kualitatif maupun kuantitatif dari derajat kesehatan
bangsa. Pada komponen kualitatif, upaya SKM untuk menyadarkan tentang kesehatan pada
masyarakat akan menjadikan masyarakat tahu bagaimana perilaku yang sehat dan apa
konsekuensinya jika berperilaku tidak sehat. Hal ini akan mempermudah intervensi ketika
tenaga kesehatan bertindak pada level individual untuk memberikan tindakan kuratif ketika
pada akhirnya, ada anggota masyarakat yang harus berobat karena sakit. Lebih jauh, hal ini
juga akan meningkatkan kepuasan masyarakat akan pelayanan yang diberikan olehtenaga
kesehatan, baik pada level individual maupun kolektif. Komponen kuantitatif tercapai ketika
SKM berperan dalam level kebijakan dengan memberikan saran dan masukan pada pembuat
kebijakan untuk mengarahkan intervensi kesehatan pada masyarakat tertentu yang rentan
pada penyakit, dan karenanya, secara agregat akan meningkatkan jumlah tenaga kesehatan
yang ada di masyarakat. Siklus ini terus berlanjut ketika SKM menjalankan perannya dengan
sungguh-sungguh dan tiba pada titik dimana derajat kesehatan bangsa ini telah sangat tinggi,
dengan keseimbangan antara komponen kuantitatif dan kualitatifnya.
11
11
DAFTAR PUSTAKA
http://nurfaradilaa.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-pendorong-dan-penghambat_24.html
.Abdel-Khalek, A.M. 2006. Happiness, Health, and Religiosity: Significant Relations. Mental
Health, Religion, and Culture, 9(1):85-97
2.Ali, S. 2006. Typhoid Fever: Aspects of Environment, host, and Pathogen Interaction. PhD
Dissertation. Universiteit Leiden
3.Beaglehole, R., Bonita, R., Horton, R., Adams, O., McKee, M. 2004. Public Health in the
New Era: Improving Health through Collective Action. Lancet, 363:2084-86
4.Callahan, D., Jennings, B. 2002. Ethics and Public Health: Forging a Strong Relationship.
American Journal of Public Health, 92(2):169-177
5.Corrao MA, Guindon GE, Sharma N, Shokoohi DF, eds. 2000. Tobacco control country
profiles. Altanta, Georgia: American Cancer Society.
http://tobacco.who.int/repository/tld105/Indonesia.pdf.
12
12

More Related Content

What's hot

Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhluluk404
 
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di IndonesiaData Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesiamayangsorayabeliana
 
Materi prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloekMateri prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloekVicha Annisa
 
Ppt kelompok 1 leadership publich health
Ppt kelompok 1  leadership publich healthPpt kelompok 1  leadership publich health
Ppt kelompok 1 leadership publich healthputriayusalwatiah
 
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatanPresentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapataniswah yuni
 
Isu masalah kesehatan masyarakat di indonesia
Isu masalah kesehatan masyarakat di indonesiaIsu masalah kesehatan masyarakat di indonesia
Isu masalah kesehatan masyarakat di indonesiaYabniel Lit Jingga
 
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005INSISTPress
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4olerafif
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemayogadadung
 

What's hot (16)

Review materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklhReview materi perkuliahan pklh
Review materi perkuliahan pklh
 
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di IndonesiaData Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
Data Perilaku Merokok Berdasarkan Umur Mulai Merokok Di Indonesia
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Materi prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloekMateri prof. nila moeloek
Materi prof. nila moeloek
 
Ppt kelompok 1 leadership publich health
Ppt kelompok 1  leadership publich healthPpt kelompok 1  leadership publich health
Ppt kelompok 1 leadership publich health
 
Kemiskinan
KemiskinanKemiskinan
Kemiskinan
 
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatanPresentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
Presentation6.pptx kemiskinan dan kesenjangaan pendapatan
 
Isu masalah kesehatan masyarakat di indonesia
Isu masalah kesehatan masyarakat di indonesiaIsu masalah kesehatan masyarakat di indonesia
Isu masalah kesehatan masyarakat di indonesia
 
Kemiskinan & kesehatan
Kemiskinan & kesehatanKemiskinan & kesehatan
Kemiskinan & kesehatan
 
Renstra Kementrian Sosial 2010 2014
Renstra Kementrian Sosial 2010 2014Renstra Kementrian Sosial 2010 2014
Renstra Kementrian Sosial 2010 2014
 
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
Sehat Itu Hak/ Roem Topatimasang (ed.)/ INSISTPress, 2005
 
Kelompok 4
Kelompok 4Kelompok 4
Kelompok 4
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
Makalah Kemiskinan
Makalah Kemiskinan Makalah Kemiskinan
Makalah Kemiskinan
 
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedemaMakalah kemiskinan rakyat honger oedema
Makalah kemiskinan rakyat honger oedema
 
Agus ppt
Agus pptAgus ppt
Agus ppt
 

Similar to iPeran Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk

makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmaung8
 
0 tugas 1 mei dani al dian
0 tugas 1 mei dani al dian0 tugas 1 mei dani al dian
0 tugas 1 mei dani al dianYonazira
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaheri damanik
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas pjj_kemenkes
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanAsuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanheri damanik
 
METODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamg
METODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamgMETODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamg
METODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamgfipingmeiarsih
 
Manajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitasManajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitasBayu Fijrie
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kanggieapriliani
 
DAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIA
DAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIADAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIA
DAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIAKeyshaWahono
 
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdfJurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdfmaung8
 
makalah KONSEPSI NEGARA HUKUM
makalah KONSEPSI NEGARA HUKUMmakalah KONSEPSI NEGARA HUKUM
makalah KONSEPSI NEGARA HUKUMDaoes Mbol
 
Working Paper Jamkesda
Working Paper JamkesdaWorking Paper Jamkesda
Working Paper JamkesdaArticle33
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxDedySetiawan94
 
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatKonsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatFransiska Oktafiani
 

Similar to iPeran Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk (20)

makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdfmakalah komunitas agregat deawas pria.pdf
makalah komunitas agregat deawas pria.pdf
 
0 tugas 1 mei dani al dian
0 tugas 1 mei dani al dian0 tugas 1 mei dani al dian
0 tugas 1 mei dani al dian
 
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansiaAsuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
Asuhan keperawatan komunitas kelompok khusus lansia
 
prinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu giziprinsip - prinsip ilmu gizi
prinsip - prinsip ilmu gizi
 
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
Analisis Masalah dalam Kebidanan Komunitas
 
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urbanAsuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
Asuhan keperawatan komunitas masyarakat urban
 
METODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamg
METODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamgMETODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamg
METODOLOGI PENELITIAN meliputi latar belakamg
 
Bab i pendahuluan.
Bab i pendahuluan.Bab i pendahuluan.
Bab i pendahuluan.
 
3. bab 1
3. bab 13. bab 1
3. bab 1
 
Manajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitasManajemen kebidanan komunitas
Manajemen kebidanan komunitas
 
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_kTugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
Tugas makalah diskusi_kelompok_isu-isu_k
 
Kebijakan sosiallembang2006
Kebijakan sosiallembang2006Kebijakan sosiallembang2006
Kebijakan sosiallembang2006
 
DAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIA
DAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIADAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIA
DAMPAK BERTAMBAHNYA USIA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIA
 
pendahuluan.docx
pendahuluan.docxpendahuluan.docx
pendahuluan.docx
 
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdfJurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
Jurnal Asuhan Keperawatan Pada Agregat Wanita Dewasa.pdf
 
pelayanan kb
pelayanan kbpelayanan kb
pelayanan kb
 
makalah KONSEPSI NEGARA HUKUM
makalah KONSEPSI NEGARA HUKUMmakalah KONSEPSI NEGARA HUKUM
makalah KONSEPSI NEGARA HUKUM
 
Working Paper Jamkesda
Working Paper JamkesdaWorking Paper Jamkesda
Working Paper Jamkesda
 
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptxEkonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
Ekonomi SDM Fertilitas dan Moralitas .pptx
 
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan MasyarakatKonsep Dasar Kesehatan Masyarakat
Konsep Dasar Kesehatan Masyarakat
 

Recently uploaded

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfHilalSunu
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptDwiBhaktiPertiwi1
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatSyarifahNurulMaulida1
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxwisanggeni19
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptbambang62741
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxrachmatpawelloi
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar KepHaslianiBaharuddin
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTriNurmiyati
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar KeperawatanHaslianiBaharuddin
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANDianFitriyani15
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/maGusmaliniEf
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptxssuser1f6caf1
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufalmahdaly02
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docxpuskesmasseigeringin
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 

Recently uploaded (20)

Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdfLaporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
Laporan kasus restorasi kelas 2 komposit.pdf
 
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.pptSOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
SOSIALISASI MATERI DEMAM BERDARAH DENGUE.ppt
 
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obatFARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
FARMAKOLOGI OBAT PERSALINAN farmakologi obat
 
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptxSediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
Sediaan Kream semisolid farmasi Industri.pptx
 
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).pptMATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
MATERI TENTANG STUNTING BAGI REMAJA (Materi sosialisasi).ppt
 
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptxKeperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
Keperawatan Anatomi Fisiologi Laktasi.pptx
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
2 Adaptasi Sel dan Jejas Sel.pptx Ilmu Dasar Kep
 
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptxTUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
TUMBUH KEMBANG KELUARGAaaaaaaaaaaaa.pptx
 
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
1 Konsep Patologi dan Patofisologi.pptx Ilmu Dasar Keperawatan
 
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANANETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN SERTA KEBIDANAN
 
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/mamateri kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
materi kkr dan uks tingkat smp dan sma/ma
 
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
05. PPT Pelayanan Kefarmasian Penggunanan Obat Bimbingan.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin raufLAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
LAPORAN KASUS HB demam tifoid dr syarifuddin rauf
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
2.8.2.a Bukti Pemantauan Kegiatan Evaluasi UKME.docx
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 

iPeran Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk

  • 1. i i ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk DosenPengampu : Rizki Rahmawati Lestari M,Kes OLEH :Kelompok1 ELISA 1813201007 ILHAM OKTARIANDY 1813201009 MUHAMMAD RUSDI FIRDAUS 1813201015 RILLA AMELIA 1813201020 ULUL AZMI AMRI 1813201025 WIGA AULIA DARMA 1813201026 FITRI NINDI 1813201030 AIDA JAMILAH 1813201031 FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI 2019
  • 2. ii ii KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada ALLAH SWT yang masih memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapatkan menyelesaikan pembuatan makalah ini dengan judul “Peran Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk” Makalah ini ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN ”. Kami menyadari bahwa dalam penulisan ataupun pembahasan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu jika ada kekurangan dan kelebihan kami mengucapkan maaf, Terima Kasih.
  • 3. iii iii DAFTAR ISI COVER................................................................................................................... i KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI............................................................................................................. iii BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... A. Latar Belakang................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah........................................................................................... 1 C. Tujuan............................................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... A. Peranan Sarjana Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk ...... 2 B. Kepuasan Masyarakat Sebagai Derajat Kesehatan Bangsa ............................ 5 C. Arah Kebijakan Kesehatan Masyarakat.......................................................... 7 D. Program-program Kesehatan Masyarakat ...................................................... 8 BAB III PENUTUP................................................................................................... A. Kesimpulan...................................................................................................... 10 DAFTAR PUSTAKA
  • 4. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu isu penting dalam kesejahteraan bangsa ini adalah bagaimana meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pentingnya aspek kesehatan ini ditunjukkan dalam Millenium Development Goals (MDG) yang dirumuskan bersama oleh PBB pada tahun 2000 sebagai bentuk prasyarat untuk mencapai pembangunan yang ideal bagi suatu negara. Setidaknya tiga dari delapan MDG relevan dengan kesehatan masyarakat, yaitu menurunkan angka kematian anak, memerangi HIV dan AIDS, malaria, serta penyakit lainnya, dan meningkatkan kesehatan ibu. Dilihat dari perkembangan tahun ke tahun, memang Indonesia terus mengalami peningkatan dalam pencapaian MDG. Walau begitu, jika kita bandingkan dengan negara tetangga di ASEAN, Indonesia masih tertinggal dari banyak negara. Berdasarkan laporan pembangunan manusia yang dikeluarkan oleh PBB tahun 2013,mutu kesehatan di Indonesia antara tahun 2007-2009 hanya mampu memuaskan 79% warga masyarakat. Sementara itu, dilihat dari jumlah tenaga kesehatan dari tahun 2005-2010, di Indonesia hanya terdapat 0,3 orang per 1000 penduduk atau berarti satu orang tenaga kesehatan harus melayani antara 3000 hingga 4000 anggota masyarakat. B. RumusanMasalah A. Apa Saja Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Masyarakat ? B. KemanaArahKebijakanPemerintah ? C. Apa Saja Bentuk Program – Program Meningkatkan Kesehatan ! C. Tujuan Untuk mengetahui dan mempelajari hal-hal yang berkaitan meningkatkan kesehatan penduduk.
  • 5. 2 2 BAB II PEMBAHASAN A. Peranan Sarjana Kesehatan Masyarakat Dalam Meningkatkan Kesehatan Penduduk Ada banyak tantangan yang dihadapi oleh SKM. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia merupakan penggemar rokok dengan konsumsi 240 miliar rokok per tahun, kelima terbesar di dunia (Van Liemt, 2002; Shafey et al, 2009). Diperkirakan 68,8% pria dewasa dan sekitar 2,6% wanita dewasa di Indonesia adalah perokok (Corrao et al, 2000). Hal ini memberikan ancaman bagi kesehatan masyarakat terutama pada kerusakan paru-paru (Lawrence dan Collin, 2004; Mackay dan Eriksen, 2002; Reynolds, 1999). Begitu juga, demam tifoid merupakan penyakit yang relatif sulit dihapuskan, padahal penyakit ini telah hilang di negara-negara maju. 20 ribu orang meninggal setiap tahun di Indonesia disertai dengan kerugian langsung sekitar Rp 600 Miliar dan kerugian karena hilangnya penghasilan sebesar Rp 650 Miliar (Ali, 2006). Kasus kematian karena penyakit kardiovaskuler dan diabetes sebesar 350 orang per 1000 penduduk dan kasus balita di bawah berat normal masih berkisar 18,4% (PBB, 2012). Tantangan ini kemudian dijawab dengan bekal karakteristik seorang sarjana kesehatan masyarakat. SKM merupakan tenaga kesehatan yang lebih multidimensional dengan orientasi yang lebih kepada masyarakat, daripada individu (Joiner dan Joseph, 2007). SKM tidak akan puas dengan kesehatan satu orang individu tetapi pada kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Paradigma yang digunakan SKM adalah paradigma sehat yang berarti mendorong masyarakat menjaga kesehatannya, ketimbang mengobati masyarakat yang telah terkena penyakit. Karena orang sehat lebih banyak daripada orang sakit, maka cakupan dari
  • 6. 3 3 SKM menjadi sangat luas dan karenanya, berperan sangat besar bagi kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam aspek preventif. Besarnya jumlah orang sehat juga berimplikasi pada besarnya tanggungjawab sosial yang dimiliki seorang SKM. Jika sejumlah orang terkena suatu penyakit karena tidak menyadari perilaku hidup yang sehat, SKM semestinya merasa bertanggungjawab atas masalah ini (Weed dan McKeown, 2003). Walau begitu, tanggungjawab ini tidaklah pantas dipandang sebagai beban. Justru hal tersebut merupakan sebuah bentuk sarana untuk meraih kebahagiaan yang besar bagi seorang SKM. Manusia pada fitrahnya merasa bahagia bukan karena harta, jabatan, kekuasaan, kecantikan, atau kepintaran, namun merasa bahagia ketika merasa dikasihi oleh Tuhan (Diener, Tay, dan Myers, 2011), membantu sesama (Post, 2005), dan memiliki banyak hubungan dengan manusia lainnya (Abdel-Khalek, 2006). Tiga hal ini semua tertanam dalam profesi seorang SKM. Dengan menjaga kesehatan masyarakat, SKM bukan saja menjalankan agamanya dengan baik, namun juga membantu sesama dan memiliki banyak sahabat dari masyarakat. Karenanya, menjadi SKM adalah sumber kebahagiaan yang patut dikejar. Selain berperan ke dalam masyarakat secara sosial, SKM juga berperan ke luar masyarakat dengan cara politik. Hal ini karena kesehatan masyarakat, pada gilirannya, berhubungan dengan isu-isu seperti ketidaksetaraan sosial, kemiskinan, dan ketidakberdayaan masyarakat (Callahan dan Jennings, 2002). Akar permasalahan dapat berada di titik puncak yaitu pemerintahan. Kebijakan-kebijakan tertentu dapat lebih mampu menghapus kesenjangan sosial, kemiskinan, dan ketidakberdayaan masyarakat dibandingkan kebijakan lainnya. Kebijakan berdampak pada masyarakat secara lebih luas lagi, dapat pada level daerah hingga negara. Karenanya, seorang SKM dapat bekerja dengan mengambil gerakan politik misalnya dengan menjadi anggota dewan atau pejabat pemerintah. Karena negara ini merupakan negara demokratis, maka posisi dari SKM pada sistem politik kemudian
  • 7. 4 4 ditentukan oleh masyarakat. Jika SKM mampu meyakinkan masyarakat untuk mendukung dirinya, maka seorang SKM dapat bekerja lebih efisien dengan mempengaruhi kebijakan langsung dari atas dengan terjun pada bidang politik. Langkah ini pada gilirannya akan memberikan keadilan distributif karena masyarakat yang paling membutuhkan akan memperoleh keuntungan yang paling besar (Rawls, 1971). Sebagai contoh bagaimana SKM dapat bertindak pada ranah kebijakan, kita dapat melihat pada isu kebijakan kesehatan yang ada sekarang. Belakangan sebuah kebijakan mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional yang berbasis BPJS dikeluarkan oleh pemerintah. Sistem seperti ini efisien dalam menangani masalah pendanaan kesehataan bagi masyarakat tidak mampu. Langkah ini merupakan langkah yang tepat untuk menjawab permasalahan jasmaniah dari aspek kualitatif dalam bentuk persyaratan “menjadi sehat”. Dengan jaminan kesehatan, masyarakat tidak mampu menjadi terlayani dan kemungkinan untuk menjadi sehat lebih besar daripada tidak ada SJSN. Walau begitu dapatkah kebijakan ini menjawab permasalahan kualitatif tentang aspek sosial? Dari studi Yesilada dan Direktor (2010), kita dapat melihat bahwa sistem jaminan sosial menyebabkan kualitas pelayanan kesehatan menurun di Rumah Sakit milik pemerintah. Alasannya adalah karena masyarakat miskin merasa beruntung sudah dapat berobat, sehingga tidak mengharapkan pelayanan yang baik. Hal ini juga berdampak pada pelayanan yang benar-benar tidak berkualitas dari pelayan kesehatan, apalagi yang berorientasi pada kapitalisme. Dari perspektif keadilan distributif, apakah ini berarti kelompok masyarakat miskin memperoleh pelayanan yang terbaik? Bagaimana kebijakan yang lebih baik lagi dalam menjawab permasalahan ini? Seorang SKM karenanya adalah seorang yang berperan ganda (Kutty, 2007). Di satu sisi, ia merupakan pejuang kesehatan yang mencari sebab-sebab penyakit di masyarakat, mengajak masyarakat menghindari sebab-sebab tersebut, dan mengawasi agar masyarakat tidak melanggar pantangan-pantangan yang membawa pada penyakit. Di sisi lain, karena
  • 8. 5 5 salah satu sebab utama penyakit di masyarakat adalah pola kebijakan, maka SKM juga adalah seorang politisi, yang berusaha mempengaruhipara pembuat kebijakan agar memberikan program yang sebaik mungkin dalam menjaga kesehatan bangsa. B. Kepuasan Masyarakat sebagai Indikator Derajat Kesehatan Bangsa Dapat kita pahami bahwa kepuasan masyarakat atas pelayanan kesehatan tergantung bukan hanya oleh faktor jumlah tenaga kesehatan yang ada di masyarakat. Kepuasan masyarakat dipengaruhi oleh empat hal: keinginan untuk memperoleh kesehatan, diperlakukan sebagai seseorang secara individual, perspektif hidup, dan keseimbangan antara kebebasan diri dan pendampingan (Grondahl, 2012). Seorang tenaga kesehatan yang baik tentunya mampu memberikan kesehatan, memperlakukan seorang pasien sebagai seorang pribadi yang bermartabat, memberikan saran-saran tentang perilaku hidup yang baik, dan tidak terlalu memberikan larangan atau mengatur hidup pasiennya. Syarat pertama konsisten dengan kompetensi seorang tenaga kesehatan dalam aspek jasmaniah, tiga syarat terakhir merupakan kompetensi sosial yang sulit dipelajari kecuali kita memiliki kompetensi tambahan selain masalah medis dalam diri manusia. Seorang tenaga kesehatan tidak hanya harus mampu mengetahui dan mengobati pasien, namun juga memberikan nasihat layaknya seorang filsuf yang penuh pengalaman hidup, memiliki empati layaknya seorang kekasih, dan memberikan pola asuh yang otoritatif layaknya orang tua yang baik. Kita mungkin berpikir kalau jika tenaga kesehatan kita memiliki semua kemampuan tersebut, tidak perlu terlalu banyak tenaga kesehatan yang ada untuk mendorong kepuasan masyarakat atas pelayanan kesehatan. Tetapi hal ini tidak benar. Seorang tenaga kesehatan yang baik akan menghadapi paradoks dalam pertaruhan antara kuantitas dan kualitas. Ketika kualitasnya menjadi tinggi, maka kuantitas orang yang
  • 9. 6 6 dapat dilayaninya akan menurun (Maestad dan Torsvik, 2008). Hal ini wajar. Jika orang melihat suatu tenaga kesehatan memiliki mutu yang tinggi, orang akan berusaha mencarinya dan menjadi pasiennya. Beban kerja dari tenaga kesehatan tersebut akan meningkat dan lebih sedikit waktu yang dapat ia habiskan pada pasien secara individual. Hasilnya, pasien akan mengalami penurunan kepuasan terutama pada aspek “diperlakukan sebagai seorang individu”. Jika hal ini dibiarkan, maka pasien akan kehilangan kepuasan dan akhirnya mutu pelayanan dari pelayan kesehatan tersebut dinilai buruk. Karenanya, kita tidak hanya semata harus meningkatkan kualitas, namun juga kuantitas dari tenaga kesehatan yang ada di masyarakat. Beberapa pakar kesehatan dapat berargumen kalau kepuasan dari masyarakat bukanlah indikator yang baik untuk menilai derajat kesehatan suatu bangsa. Alasannya adalah masyarakat tidak punya kompetensi yang cukup untuk menilai kesehatannya sendiri. Hal ini mengapa mereka mengunjungi tenaga kesehatan. Pelayanan yang buruk, misalnya menelankan obat yang pahit, tidak dapat dihindari jika ingin sehat. Kepuasan adalah sesuatu yang subjektif (Mosadeghrad, 2012). Banyak pasien yang menolak perlakuan tertentu padahal perlakuan tersebut lebih baik bagi dirinya agar dirinya menjadi lebih sehat. Hal ini disebabkan karena persepsi seseorang ditentukan oleh pengetahuan yang ia miliki. Apa yang kita lakukan dalam kondisi semacam ini? Kita tidak dapat mendidik seluruh anggota masyarakat tentang khasiat obat tertentu atau mengajak mereka mengikuti sebuah periode “wajib kesehatan” seperti “wajib militer” agar semua paham tentang kesehatan. Hal-hal detail tersebut diajarkan di perguruan tinggi. Disinilah peran dari Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM). SKM bekerja pada level masyarakat, bukan individual seperti dokter dan perawat. Tujuannya adalah bukan hanya memberikan kepuasan pada pelayanan kesehatan di negara ini, namun juga memberikan kesehatan yang objektif pada masyarakat. Kesehatan masyarakat adalah “tindakan
  • 10. 7 7 kolektif untuk mempertahankan peningkatan kesehatan pada tingkat populasi” (Beaglehole et al, 2004). Perhatikan bahwa kesehatan masyarakat merupakan suatu tindakan kolektif, sehingga peran seorang SKM dijalankan seperti halnya seorang pengerah massa yang menggerakkan masyarakat untuk mampu bekerjasama dalam meningkatkan kesehatan mereka dan ketika kesehatan tersebut telah meningkat secara berkelanjutan, masyarakat harus mampu mempertahankannya sehingga tidak terjadi penurunan kesehatan di masa datang pada setiap individu anggota masyarakat tersebut. Ilmu kesehatan masyarakat saat ini telah berkembang cukup maju. Kita telah banyak tahu tentang apa saja patogen yang menjadi penyebab suatu penyakit, apa saja vaksin dan antibiotik yang dibutuhkan, serta bagaimana komponen lingkungan dan interaksi ekologis yang terjadi antara lingkungan, vektor penyakit, dan manusia saling mempengaruhi (Wing, 2007). Seorang SKM telah dilengkapi dengan senjata pengetahuan yang kuat untuk meyakinkan masyarakat tentang hidup sehat. C. Arah Kebijakan Kesehatan Masyarakat 1. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau 2. Membina, mendorong dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan 3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat 4. Memantapkan pelaksanaan otonomi daerah dibidang kesehatan. 5. Meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan secara merata dan terjangkau 6. Memanfaatkan kerjasama lintas sektoral.
  • 11. 8 8 D. Program – Program Kesehatan Masyarakat 1. Peningkatan Kesehatan Program ini adalah suatu tatanan yang menghimpun Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dengan tujuan terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai dan bermutu untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kegiatan Pokok yang dilaksanakan dalam program ini meliputi : a. Promosi, pemeliharaan, pemberantasan penyakit menular, kesehatan jiwa, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan dalam makanan dan minuman, narkoba, zat adiktif , serta penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan b. Penyuluhan kesehatan masyarakat c. Peningkatan fasilitas pelayanan RSUD, Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Polindes. d. Peningkatan pelayanan laboratorium kesehatan masyarakat dan klinik, apotik/toko obat dan optical. 2. Sistem Pelayanan Kesehatan Kegiatan pokok yang dilaksanakan : a. Pengadaan kartu sehat untuk pengobatan gratis bagi masyarakat Prasejahtera dan Sejahtera I b. Penyederhanaan sistem rujukan pengobatan c. Peningkatan gizi bagi ibu hamil dan balita 3. Sumber Daya Manusia Kesehatan Kegiatan pokok yang dilaksanakan :
  • 12. 9 9 a. Rekruitmen Tenaga kesehatan yang disesuaikan dengan pembangunan kesehatan baik sebagai tenaga kontrak maupun sebagai pegawai tetap b. Pembinaan tenaga kesehatan c. Pengembangan karier berdasarkan prestasi kerja melalui pendidikan dan pelatihan d. Penempatan tenaga kesehatan secara merata disetiap wilayah puskesmas dan rumah sakit. 4. Penyediaan Obat dan Perbekalan kesehatan Kegiatan pokok yang dilaksanakan : a. Pemenuhan dan pemerataan obat generik di puskesmas dan pustu b. Ketersediaan obat yang bermutu c. Pemenuhan perbekalan kesehatan dan alat-alat kesehatan yang memadai 5. Pemberdayaan Masyarakat Kegiatan pokok yang dilaksanakan : a. Pemberdayaan Kader, Kelompok dan LSM Kesehatan b. Pemberdayaan Masyarakat Umum melalui badan penyantun puskesmas dan komite pembangunan kesehatan di Kota Bitung. 6. Manajemen Kesehatan Kegiatan pokok yang dilaksanakan : a. Penataan Administrasi Kesehatan, meliputi; perumusan kebijakan tehnis kesehatan, pemberian perijinan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan serta pembinaan terhadap UPTD kesehatan, membuat dan mengirim laporan pelaksanaan dan hasil pembangunan kesehatan kepda Departemen kesehatan dan dinas kesehatan propinsi b. Pembangunan Sistem Informasi Kesehatan Terpadu c. Penegakkan Kode Etik Tenaga Kesehatan
  • 13. 10 10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kerangka berikut kemudian akan menjelaskan bagaimana peran dari SKM secara keseluruhan dalam meningkatkan derajat kesehatan bangsa. Dapat dilihat bahwa kedua peran dari SKM tersebut berarah komponen kualitatif maupun kuantitatif dari derajat kesehatan bangsa. Pada komponen kualitatif, upaya SKM untuk menyadarkan tentang kesehatan pada masyarakat akan menjadikan masyarakat tahu bagaimana perilaku yang sehat dan apa konsekuensinya jika berperilaku tidak sehat. Hal ini akan mempermudah intervensi ketika tenaga kesehatan bertindak pada level individual untuk memberikan tindakan kuratif ketika pada akhirnya, ada anggota masyarakat yang harus berobat karena sakit. Lebih jauh, hal ini juga akan meningkatkan kepuasan masyarakat akan pelayanan yang diberikan olehtenaga kesehatan, baik pada level individual maupun kolektif. Komponen kuantitatif tercapai ketika SKM berperan dalam level kebijakan dengan memberikan saran dan masukan pada pembuat kebijakan untuk mengarahkan intervensi kesehatan pada masyarakat tertentu yang rentan pada penyakit, dan karenanya, secara agregat akan meningkatkan jumlah tenaga kesehatan yang ada di masyarakat. Siklus ini terus berlanjut ketika SKM menjalankan perannya dengan sungguh-sungguh dan tiba pada titik dimana derajat kesehatan bangsa ini telah sangat tinggi, dengan keseimbangan antara komponen kuantitatif dan kualitatifnya.
  • 14. 11 11 DAFTAR PUSTAKA http://nurfaradilaa.blogspot.com/2013/04/faktor-faktor-pendorong-dan-penghambat_24.html .Abdel-Khalek, A.M. 2006. Happiness, Health, and Religiosity: Significant Relations. Mental Health, Religion, and Culture, 9(1):85-97 2.Ali, S. 2006. Typhoid Fever: Aspects of Environment, host, and Pathogen Interaction. PhD Dissertation. Universiteit Leiden 3.Beaglehole, R., Bonita, R., Horton, R., Adams, O., McKee, M. 2004. Public Health in the New Era: Improving Health through Collective Action. Lancet, 363:2084-86 4.Callahan, D., Jennings, B. 2002. Ethics and Public Health: Forging a Strong Relationship. American Journal of Public Health, 92(2):169-177 5.Corrao MA, Guindon GE, Sharma N, Shokoohi DF, eds. 2000. Tobacco control country profiles. Altanta, Georgia: American Cancer Society. http://tobacco.who.int/repository/tld105/Indonesia.pdf.
  • 15. 12 12