SlideShare a Scribd company logo
1 of 25
Download to read offline
PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS SUPERIOR
DASAR TEORI
Beberapa hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah :
A. Goniometer
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti
sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan
pengukuransudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh
manusia.Ketika menggunakan universal goniometer, fisioterapis dapat mengukur
denganmenempatkan bagian dari instrument pengukuran sepanjang tulang bagian proksimal
dandistal dari sendi yang dievaluasi. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi
sendiyang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu
sendi.Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga
meliputijaringan lunak. Evaluasi dimulai dengan mewawancarai subjek dan mengamati
kembali data-datayang telah ada untuk mendapatkan gambaran akurat dari gejala yang ada,
kemampuanfungsional, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, juga riwayat medis. Kemudian
dilanjutkandengan observasi pada tubuh untuk memeriksa kontur jaringan lunak dan kondisi
kulit.Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit dan tingkat kelainan dari jaringan
lunakdan mengetahui lokasi dari struktur anatomi yang mengalami gejala nyeri.
Pengukuranantropometri seperti panjang tungkai, lingkar anggota tubuh, dan massa tubuh
juga dilakukan.Gerakan sendi secara aktif yang dilakukan subjek selama evaluasi
membuatfisioterapis dapat melihat bila ada gerakan abnormal yang terjadi dan juga
mendapatkaninformasi lain tentang gerakan yang dilakukan oleh subjek. Apabila terlihat
adanya gerakanaktif yang abnormal, maka fisioterapis melanjutkan ke pemeriksaan gerak
sendi secara pasifuntuk mengetahui penyebab keterbatasan sendi dan untuk mengetahui end-
feel. Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif
dan pasif. Data dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan
dasaruntuk :
1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi
2. Menegakkan diagnosis
3. Menentukan tujuan dari tidakan atau intervensi
4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi
5. Memodifikasi intervensi
6. Memotovasi subjek
7. Mengetahui efektifitas suatu tehnik terapeutik khusus seperti latihan-latihan,
obatobatan,dan prosedur pembedahan.
8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi.
B. Range Of Motion (ROM) / Lingkup Gerak Sendi (LGS)
ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal
untukmengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis. Dalam menentukan
ROM adatiga sistem pencatatan yang bisa digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 –
180 derajat,yang kedua dengan sistem 180 - 0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360
derajat.Dengan sistem pencatatan 0 - 180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada
padaposisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam
posisianatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara
medial(internal) dan lateral (eksternal) rotasi adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi.
ROMdimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan seperti ini
adalahyang paling banyak digunakan di dunia. Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada
1923 dantelah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American
Academy ofOrthopaedic Surgeons, dan American Medical Association.Dua sistem
pencatatan yang lainnya yaitu sistem 180 - 0 derajat yang diukur padaposisi anatomis, ROM
dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360derajat juga diukur pada
posisi anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajatdan bergerak menuju 0
derajat, gerakan ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat danbergerak menuju 360
derajat. Kedua sistem pencatatan tersebut lebih sulit dimengertidibandingkan sistem
pencatatan 0 - 180 derajat dan juga kedua sistem pencatatan tersebutjarang digunakan.
C. End Feel
Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapasendi
ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasangerak
normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi danjaringan
lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa,yang dapat
terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorangyang
melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel.
Untukmengembangkan kemampuan dalam menentukan karakter dari end feel diperlukan
latihandan sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan dan teliti
untukmerasakan akhir dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara normal end feel
danabnormal end feel.
Tabel 1 End feel normal (fisiologis)
Endfeel Jaringan Contoh
Soft Penjepitanjaringanlunak Fleksiknee(pertemuanantaraototbagian
posteriorbetisdanbadianposteriorpaha)
Fleksi hip dengan knee lurus (regangan
Firm Reganganotot otothamstring)
Ekstensi metakarpophalangeal jari-jari
(regangankapsulanterior)
Regangankapsulsendi
Supinasi lengan (regangan ligamen
palmar radioulnar dari inferiorradioulnar
joint,membraninteroseus,serabutobliq)
Reganganligamen
Ekstensielbow(benturanantaraolecranon
ulnadanfosaolecranonhumerus)
Hard Benturantulang
Tabel 2 End feel abnormal (patologi)
Endfeel Contoh
Soft Terjadi pada sendi yang biasanya Oedemajaringanlunak
memiliki firm atau hard end feel,
terasaempuk. synovitis
Firm Terjadi pada sendi yang biasanya Peningkatantonosotot
memilikisoftatauhardendfeel
Pemendekanotot,kapsul,ligamen
Adanyaserpihantulangatauterasa
Hard benturantulang. Chondromalasia
Empty Bukan end feel sebenarnyakarena Osteoarthritis
nyeri mencegah tercapainyaakhir
ROM. Terasa tidak adatahanan Dislokasi
kecuali respon proteksi daripasien
atauadanyaototspasme. Myositisossifikansdanfraktur
Inflamasisendiakut
Bursitis
Abses
Fraktur
Phycogenicdisorder
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan ROM regio shoulder
2. Pemeriksaan ROM regio elbow
3. Pemeriksaan ROM regio wrist & hand
SASARAN BELAJAR
Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara-cara
pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil
pemeriksaan.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan berbagai pengukuran Range of Motion pada
ekstremitas atas sertamenginterpretasikan hasil pemeriksaan
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Memberikan panduan kepada mahasiswa tentang prosedur pemeriksaan LGS
2. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi
3. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi
4. Membantu menentukan tindakan terapi
5. Mengevaluasi keberhasilan/efektivitas program terapi
6. Meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam menjalani terapi.
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
PRASYARAT:
1. Pengetahuan Dasar
a. Anatomi dasar
b. Fisiologi dasar
2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign
a. Komunikasi
b. Informed consent
MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. Universal Goniometer
Gambar 1. Ragam Goniometer
2. Formulir Hasil Pengukuran
3. Alat tulis
PELAKSANAAN PENGUKURAN
1. Persiapan alat
a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan.
b. Menyiapkan goniometer
c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS
2. Persiapan terapis
a. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran
b. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan.
c. Memakai pakaian yang bersih dan rapih.
3. Persiapan pasien
a. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau
pemeriksa.
b. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien
masih berpakaian sesuai dengan kesopanan.
4. Pelaksanaan pemeriksaan
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara
lisan.
b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien.
c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi
(Bahu dan Lengan bawah).
d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan.
e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada
pasien.
f. Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi
gerakan kompensasi.
g. Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana
diperlukan.
h. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
i. Meletakkan goniometer :
1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang
statik.
3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
j. Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya
dengan notasi ISOM.
k. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada.
Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut:
1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang
statik.
3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmentubuh yang
bergerak.
l. Membaca besaran LGS pada posisi LGS maksimal dan
mendokumentasikannyadengan notasi International Standard Orthopedic
Measurement (ISOM).
PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS INFERIOR
DASAR TEORI
ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi
pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital
adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri
dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian
depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi
bagian atas dan bawah.
Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi.
Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital,
gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul).
Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi
dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan),
rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).Gerakan dapat dilihat
sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya
melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian
tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan
saraf.
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus
otot (Potter & Perry, 2005).
Parameter nilai ROM normal untuk ektremitas inferior adalah :
1. Hip Joint
a. Fleksi : 0 – 120o
b. Ekstensi : 5 – 20o
c. Abduksi : 0 – 40o
d. Adduksi : 0 – 25o
e. Internal rotasi (knee 90o
) : 0 – 45o
f. Eksternl rotasi (knee 90o
) : 0 – 45o
g. Internal rotasi (knee ekstensi) : 0 – 35o
h. Eksternal rotasi (knee ekstensi): 0 – 45o
2. Knee Joint
a. Fleksi : 0 – 135o
+
b. Ekstensi : 0o
3. Ankle and Foot
a. Dorsofleksi : 0 – 15o
b. Plantarfleksi : 0 – 55o
c. Inversi : 0 – 20o
d. Eversi : 0 – 10o
e. Fleksi MTP : 0 – 40o
f. Ekstensi MTP : 0 – 65o
g. Fleksi IP : 0 – 60o
h. Ekstensi IP : 0o
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan pengukuran ROM untuk ekstremitas
inferiorsertamenginterpretasikan hasil pemeriksaan
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Mahasiswamampu mempersiapkan alat dan klien untuk pengukuran ROM ektremitas
inferior.
2. Mahasiswa mampu memberikan instruksi dan melakukan pengukuran ROM
3. Mampu membaca hasil pengukuran ROM, menuliskan hasil menggunakan teknik ISOM,
serta mengintrepretasikannya.
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
PRASYARAT:
1. Pengetahuan Dasar
a. Anatomi dasar (otot, sendi,saraf)
b. Biomekanik
c. Keterampilan menggunakan Goniometer
2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan sensorik
a. Komunikasi
b. Informed consent
MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. Daftar panduan CSL
2. Status penderita, alat tulis
3. Goniometer
4. Audio-visual
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya
jawab
20 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa
2. Instruktur memberikan contoh bagaimana cara
melakukan setiap pengukuran ROM. Satu
orang sebagai pemeriksa dan satu sebagai
klien. Mahasiswa menyimak dan mengamati.
3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk bertanya dan instruktur memberikan
penjelasan tentang aspek-aspek yang penting.
4. Mahasiswa dapat menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti dan instruktur
menanggapinya.
3. Praktek bermain peran
dengan umpan balik
60 menit 1. Mahasiswa dibagi berpasangan-pasangan
2. Setiap pasangan berpraktek, satu orang sebagai
pemeriksa dan satu orang sebagai klien
3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan
melakukan supervisi menggunakan check list
4. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu
kali.
4. Curah pendapat/ diskusi 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi: apa yang dirasa mudah ,
apa yang sulit. Menanyakan bagaimana
perasaan mahasiswa yang berperan sebagai
klien. Apa yang dapat dilakukan oleh
pemeriksa agar klien merasa lebih nyaman
2. Instruktur menyimpulkan dengan menjawab
pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal
yang masih belum dimengerti.
Total waktu 100
menit
PENUNTUN PRAKTEK
PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS INFERIOR
NO LANGKAH/PROSEDUR PEMERIKSAAN
Pengukuran ROM Hip Joint
1
Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang
akan dilakukan.
2 Memposisikan klien dengan posisi tidur
3
ROM fleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di
trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi
4
ROM ekstensi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di
trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan ekstensi
5
ROM abduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di
SIAS, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan abduksi
6
ROM adduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di
SIAS, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan adduksi
7
ROM internal rotasi dengan knee 90o
: memposisikan klien tidur terlentang,
memfleksikan sendi hip dan knee 90o
, meletakkan goniometer di tuberositas
tibia, kemudian menggerakkan tungkai klien internal rotasi
8
ROM eksternal rotasi dengan knee 90o
: memposisikan klien tidur terlentang,
memfleksikan sendi hip dan knee 90o
, meletakkan goniometer di tuberositas
tibia, kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi
9
ROM internal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang,
meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan tungkai klien
internal rotasi
10
ROM eksternal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur
terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan
tungkai klien eksternal rotasi
11 Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya
Pengukuran ROM Knee Joint
1
Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang
akan dilakukan.
2 Memposisikan klien dengan posisi tidur
3
ROM fleksi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di
epicondylus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi
4
ROM ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di
epicondylus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan
ekstensi
5 Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya
Pengukuran ROM Ankle and Foot
1
Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang
akan dilakukan.
2 Memposisikan klien dengan posisi tidur atau duduk
3
ROM dorsofleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer
di maleolus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan
dorsofleksi
4
ROM plantarfleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan
goniometer di maleolus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan
gerakan plantarfleksi
5
ROM inversi : memposisikan klien duduk dengan kaki menggantung dan lutut
fleksi 90o
, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian meminta pasien untuk
melakukan gerakan inversi
6
ROM eversi : memposisikan klien duduk dengan kaki menggantung dan lutut
fleksi 90o
, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian meminta pasien untuk
melakukan gerakan eversi
7
ROM fleksi MTP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer
(khusus untuk jari-jari) di sendi metatarsophalangeal (MTP), kemudian
menggerakkan sendi klien ke arah fleksi MTP
8
ROM ekstensi MTP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan
goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi metatarsophalangeal (MTP),
kemudian menggerakkan sendi klien ke arah ekstensi MTP
9
ROM fleksi IP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer
(khusus untuk jari-jari) di sendi interphalangeal (IP), kemudian menggerakkan
sendi klien ke arah fleksi IP
10
ROM ekstensi IP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer
(khusus untuk jari-jari) di sendi interphalangeal (IP), kemudian menggerakkan
sendi klien ke arah ekstensi IP
11 Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya
PEMERIKSAAN ROM VERTEBRA
DASAR TEORI
Beberapa hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah :
A. Goniometer
Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti
sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan
pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh
manusia. Ketika menggunakan universal goniometer, fisioterapis dapat mengukur dengan
menempatkan bagian dari instrument pengukuran sepanjang tulang bagian proksimal dan
distal dari sendi yang dievaluasi. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi
sendi yang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi.
Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputi
jaringan lunak. Evaluasi dimulai dengan mewawancarai subjek dan mengamati kembali
data-data yang telah ada untuk mendapatkan gambaran akurat dari gejala yang ada,
kemampuan fungsional, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, juga riwayat medis. Kemudian
dilanjutkan dengan observasi pada tubuh untuk memeriksa kontur jaringan lunak dan
kondisi kulit. Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit dan tingkat kelainan dari
jaringan lunak dan mengetahui lokasi dari struktur anatomi yang mengalami gejala nyeri.
Pengukuran antropometri seperti panjang tungkai, lingkar anggota tubuh, dan massa tubuh
juga dilakukan. Gerakan sendi secara aktif yang dilakukan subjek selama evaluasi membuat
fisioterapis dapat melihat bila ada gerakan abnormal yang terjadi dan juga mendapatkan
informasi lain tentang gerakan yang dilakukan oleh subjek. Apabila terlihat adanya gerakan
aktif yang abnormal, maka fisioterapis melanjutkan ke pemeriksaan gerak sendi secara pasif
untuk mengetahui penyebab keterbatasan sendi dan untuk mengetahui end-feel. Goniometri
digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Data
dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan dasar untuk :
1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi
2. Menegakkan diagnosis
3. Menentukan tujuan dari tidakan atau intervensi
4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi
5. Memodifikasi intervensi
6. Memotovasi subjek
7. Mengetahui efektifitas suatu tehnik terapeutik khusus seperti latihan-latihan,
obatobatan, dan prosedur pembedahan.
8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi.
B. Range Of Motion (ROM) / Lingkup Gerak Sendi (LGS)
ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untuk
mengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis. Dalam menentukan ROM ada
tiga sistem pencatatan yang bisa digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 –180
derajat, yang kedua dengan sistem 180 - 0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360
derajat. Dengan sistem pencatatan 0 - 180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada
pada posisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam
posisi anatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara
medial (internal) dan lateral (eksternal) rotasi adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi.
ROM dimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan seperti ini
adalah yang paling banyak digunakan di dunia. Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada
1923 dan telah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American
Academy of Orthopaedic Surgeons, dan American Medical Association. Dua sistem
pencatatan yang lainnya yaitu sistem 180 - 0 derajat yang diukur pada posisi anatomis, ROM
dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360 derajat juga diukur pada
posisi anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 0
derajat, gerakan ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 360
derajat. Kedua sistem pencatatan tersebut lebih sulit dimengerti dibandingkan sistem
pencatatan 0 - 180 derajat dan juga kedua sistem pencatatan tersebut jarang digunakan.
C. End Feel
Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapa sendi
ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasan gerak
normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi dan jaringan
lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa, yang dapat
terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorang yang
melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel. Untuk
mengembangkan kemampuan dalam menentukan karakter dari end feel diperlukan latihan
dan sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan dan teliti untuk
merasakan akhir dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara normal end feel dan
abnormal end feel.
Tabel 1 End feel normal (fisiologis)
Endfeel Jaringan Contoh
Soft Penjepitanjaringanlunak Fleksiknee(pertemuanantaraototbagian
posteriorbetisdanbadianposteriorpaha)
Fleksi hip dengan knee lurus(regangan
Firm Reganganotot otothamstring)
Ekstensi metakarpophalangeal jari-jari
(regangankapsulanterior)
Regangankapsulsendi
Supinasi lengan (regangan ligamen
palmar radioulnardari inferiorradioulnar
joint,membraninteroseus,serabutobliq)
Reganganligamen
Ekstensielbow(benturanantaraolecranon
ulnadanfosaolecranonhumerus)
Hard Benturantulang
Tabel 2 End feel abnormal (patologi)
Endfeel Contoh
Soft Terjadipadasendi yang biasanya Oedemajaringanlunak
memilikifirm atauhard end feel,
terasaempuk. synovitis
Firm Terjadipadasendi yang biasanya Peningkatantonosotot
memilikisoftatauhardendfeel
Pemendekanotot,kapsul,ligamen
Adanyaserpihantulangatauterasa
Hard benturantulang. Chondromalasia
Empty Bukan end feel sebenarnyakarena Osteoarthritis
nyerimencegahtercapainyaakhir
ROM. Terasatidakadatahanan Dislokasi
kecualiresponproteksidaripasien
atauadanyaototspasme. Myositisossifikansdanfraktur
Inflamasisendiakut
Bursitis
Abses
Fraktur
Phycogenicdisorder
PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan ROM regio cervical
2. Pemeriksaan ROM regio lumbar
SASARAN BELAJAR
Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara-cara
pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil
pemeriksaan.
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan berbagai pengukuran Range of Motion pada
ekstremitas atas serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan
Tujuan Instruksional Khusus:
1. Memberikan panduan kepada mahasiswa tentang prosedur pemeriksaan LGS
2. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi
3. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi
4. Membantu menentukan tindakan terapi
5. Mengevaluasi keberhasilan/efektivitas program terapi
6. Meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam menjalani terapi.
STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor
PRASYARAT:
1. Pengetahuan Dasar
a. Anatomi dasar
b. Fisiologi dasar
2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign
a. Komunikasi
b. Informed consent
MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN
1. Universal Goniometer
Gambar 1. Ragam Goniometer
2. Formulir Hasil Pengukuran
3. Alat tulis
PELAKSANAAN PENGUKURAN
1. Persiapan alat
a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan.
b. Menyiapkan goniometer
c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS
2. Persiapan terapis
d. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran
e. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan.
f. Memakai pakaian yang bersih dan rapih.
3. Persiapan pasien
c. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau
pemeriksa.
d. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien
masih berpakaian sesuai dengan kesopanan
4. Pelaksanaan pemeriksaan
a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara
lisan.
b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien.
c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi
(Bahu dan Lengan bawah).
d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan.
e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran
kepada pasien.
f. Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk
mengantisipasi gerakan kompensasi.
g. Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana
diperlukan.
h. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur.
i. Meletakkan goniometer :
1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang
statik.
3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal
a. Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan
mendokumentasikannya dengan notasi ISOM.
b. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang
ada. Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut:
4) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi.
5) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang
statik.
6) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh
yang bergerak.
a. Membaca besaran LGS pada posisi LGS maksimal dan
mendokumentasikannya dengan notasi International Standard
Orthopedic Measurement (ISOM).
PROSES PENGUKURAN RANGE OF MOTION (ROM) VERTEBRA
NO. LANGKAH / PROSEDUR PEMERIKSAAN
CERVICAL
Fleksi Cervical
1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi
anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2 Letakkan goniometer pada axis external auditory meatus
3 Ukur ROM fleksi cervical
ILUSTRASI GAMBAR
EkstensiCervical
1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi
anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2 Letakkan goniometer pada axis external auditory meatus
3 Ukur ROM ekstensi cervical
ILUSTRASI GAMBAR
Rotasi Cervical
1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi
anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2 Letakkan goniometer pada axis pada bagian atas tengah/pusat dari kepala
(centre of the top of head )
3 Ukur ROM rotasi cervikal dengan orientasi moving arm pada hidung
ILUSTRASI GAMBAR
Lateral fleksi cervical
1. Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi
anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2 Letakkan goniometer pada axis processus spinosus C7
3 Ukur ROM lateral fleksi cervikal dengan orientasi moving arm pada
protuberaatia occipital external (POE) dari os.occipital
ILUSTRASI GAMBAR
TRUNK / LUMBAR SPINE
Fleksi trunk
1. Subjekdalamposisiberdiri tegak posisi anatomis, posisi tangan
menggantung, bahu rileks.
2 Letakkan meteran pada posisi pita awalan pada bagian proksimal prosesus
spinosus C7 dan hingga ke bagian distal dari S1
3 Arahkan subjek untuk membungkuk maiksimal (fleksi vertebra)
4. Ukur ROM fleksi trunk dengan dengan membandingkan posisi awal dan
akhir
ILUSTRASI GAMBAR
Hyperekstensi trunk
1 Subjekdalamposisiberdiri tegak posisi anatomis, posisi tangan
menggantung, bahu rileks.
2 Letakkan meteran pada posisi pita awalan pada bagian proksimal prosesus
spinosus C7 dan hingga ke bagian distal dari S1
3 Arahkan subjek untuk ekstensi vertebra maksimal
ILUSTRASI GAMBAR
Lateral fleksi trunk
1 Subjekdalamposisiberdiri tegak posisi anatomis, posisi tangan
menggantung, bahu rileks.
2 Letakkan goniometer pada axis processus spinosus S1
3 Ukur ROM lateral fleksi cervikal dengan orientasi moving arm pada
processus spinosus c7
ILUSTRASI GAMBAR
Rotasi Trunk
1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi
anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
2
Letakkan goniometer pada axis pada bagian atas tengah/pusat dari kepala
(centre of the top of head )
3 Ukur ROM rotasi trunk dengan orientasi moving arm pada hidung
ILUSTRASI GAMBAR
ROM EKSTREM

More Related Content

What's hot (20)

Modul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound TherapyModul : Ultrasound Therapy
Modul : Ultrasound Therapy
 
Konsep dasar PNF
Konsep dasar PNFKonsep dasar PNF
Konsep dasar PNF
 
Six minute walking test
Six minute walking testSix minute walking test
Six minute walking test
 
Anatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot foAnatomy of ankle and foot fo
Anatomy of ankle and foot fo
 
Konsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar ElektroterapiKonsep Dasar Elektroterapi
Konsep Dasar Elektroterapi
 
ICF FISIOTERAPI.pdf
ICF FISIOTERAPI.pdfICF FISIOTERAPI.pdf
ICF FISIOTERAPI.pdf
 
Postural drainage
Postural drainagePostural drainage
Postural drainage
 
Barthel index
Barthel indexBarthel index
Barthel index
 
Prosedur ROM
Prosedur ROMProsedur ROM
Prosedur ROM
 
Core Stability Exercise
Core Stability ExerciseCore Stability Exercise
Core Stability Exercise
 
Motor relearning program
Motor relearning programMotor relearning program
Motor relearning program
 
Soal manipulasi
Soal manipulasiSoal manipulasi
Soal manipulasi
 
Hip joint
Hip jointHip joint
Hip joint
 
151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy151481841 case-bell-s-palsy
151481841 case-bell-s-palsy
 
PNF cervical
PNF cervicalPNF cervical
PNF cervical
 
PENYULUHAN OA GENU untuk awam
PENYULUHAN OA GENU untuk awamPENYULUHAN OA GENU untuk awam
PENYULUHAN OA GENU untuk awam
 
Fraktur tibia
Fraktur tibiaFraktur tibia
Fraktur tibia
 
Konsep Terapi Latihan
Konsep Terapi LatihanKonsep Terapi Latihan
Konsep Terapi Latihan
 
Pemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thoraxPemeriksaan fisik thorax
Pemeriksaan fisik thorax
 
Traksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedikTraksi dalam ortopedik
Traksi dalam ortopedik
 

Similar to ROM EKSTREM

power-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.ppt
power-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.pptpower-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.ppt
power-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.pptLilisAsriany
 
Analisis gerak biomekanik teknik start lari sprint
Analisis gerak biomekanik teknik start lari sprintAnalisis gerak biomekanik teknik start lari sprint
Analisis gerak biomekanik teknik start lari sprintAryadi Rachman
 
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPIPENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPIJulfiana Mardatillah
 
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprintAnalisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint464035
 
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptxPPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptxcobadulu007123
 
asuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulderasuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulderNining Mulyana Sari
 
Manual skills lab_ortho
Manual skills lab_orthoManual skills lab_ortho
Manual skills lab_orthoR-team Ady
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalFransiska Oktafiani
 
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docxKonsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docxMajelisTalimAlQudsDB
 
Asimen muskuloskeletal
Asimen muskuloskeletalAsimen muskuloskeletal
Asimen muskuloskeletalCikgu Maisarah
 
presentasi biomekanika.pptx
presentasi biomekanika.pptxpresentasi biomekanika.pptx
presentasi biomekanika.pptxcandraPrasetya3
 
Referat / Pengayaan Piriformis syndrome
Referat / Pengayaan Piriformis syndromeReferat / Pengayaan Piriformis syndrome
Referat / Pengayaan Piriformis syndromeazmiarraga
 
Panduan Manajemen Nyeri.docx
Panduan Manajemen Nyeri.docxPanduan Manajemen Nyeri.docx
Panduan Manajemen Nyeri.docxPassedQC
 
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptxArif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptxarifsugiri
 

Similar to ROM EKSTREM (20)

power-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.ppt
power-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.pptpower-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.ppt
power-point-Materi-Biomekanik-Pertemuan-kedua.ppt
 
Analisis gerak biomekanik teknik start lari sprint
Analisis gerak biomekanik teknik start lari sprintAnalisis gerak biomekanik teknik start lari sprint
Analisis gerak biomekanik teknik start lari sprint
 
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPIPENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
PENGUKURAN ACTIVE ROM (AROM) SARJANA FISIOTERAPI
 
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprintAnalisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
Analisis gerak dalam biomekanik untuk teknik start lari sprint
 
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptxPPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
PPT-UEU-Radiografi-dan-Laboratorium-Fisioterapi-Pertemuan-14.pptx
 
BIOMEKANIKA.pptx
BIOMEKANIKA.pptxBIOMEKANIKA.pptx
BIOMEKANIKA.pptx
 
asuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulderasuhan fisioterapi frozen shoulder
asuhan fisioterapi frozen shoulder
 
Manual skills lab_ortho
Manual skills lab_orthoManual skills lab_ortho
Manual skills lab_ortho
 
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem MuskuloskeletalPengkajian Sistem Muskuloskeletal
Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
 
Satpel rematoid artritis
Satpel rematoid artritisSatpel rematoid artritis
Satpel rematoid artritis
 
Satpel rematoid artritis
Satpel rematoid artritisSatpel rematoid artritis
Satpel rematoid artritis
 
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docxKonsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
Konsep_Pemeriksaan_Fisik_dan_Proses_Kepe.docx
 
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasiKebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
Kebutuhan mekanika tubuh dan ambulasi
 
3._Antropometri.pdf
3._Antropometri.pdf3._Antropometri.pdf
3._Antropometri.pdf
 
Asimen muskuloskeletal
Asimen muskuloskeletalAsimen muskuloskeletal
Asimen muskuloskeletal
 
presentasi biomekanika.pptx
presentasi biomekanika.pptxpresentasi biomekanika.pptx
presentasi biomekanika.pptx
 
Referat / Pengayaan Piriformis syndrome
Referat / Pengayaan Piriformis syndromeReferat / Pengayaan Piriformis syndrome
Referat / Pengayaan Piriformis syndrome
 
1
11
1
 
Panduan Manajemen Nyeri.docx
Panduan Manajemen Nyeri.docxPanduan Manajemen Nyeri.docx
Panduan Manajemen Nyeri.docx
 
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptxArif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
Arif PRESENTASI KASUS.olahraga. MITHA.pptx
 

Recently uploaded

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 

Recently uploaded (19)

konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 

ROM EKSTREM

  • 1. PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS SUPERIOR DASAR TEORI Beberapa hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah : A. Goniometer Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan pengukuransudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia.Ketika menggunakan universal goniometer, fisioterapis dapat mengukur denganmenempatkan bagian dari instrument pengukuran sepanjang tulang bagian proksimal dandistal dari sendi yang dievaluasi. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi sendiyang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi.Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputijaringan lunak. Evaluasi dimulai dengan mewawancarai subjek dan mengamati kembali data-datayang telah ada untuk mendapatkan gambaran akurat dari gejala yang ada, kemampuanfungsional, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, juga riwayat medis. Kemudian dilanjutkandengan observasi pada tubuh untuk memeriksa kontur jaringan lunak dan kondisi kulit.Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit dan tingkat kelainan dari jaringan lunakdan mengetahui lokasi dari struktur anatomi yang mengalami gejala nyeri. Pengukuranantropometri seperti panjang tungkai, lingkar anggota tubuh, dan massa tubuh juga dilakukan.Gerakan sendi secara aktif yang dilakukan subjek selama evaluasi membuatfisioterapis dapat melihat bila ada gerakan abnormal yang terjadi dan juga mendapatkaninformasi lain tentang gerakan yang dilakukan oleh subjek. Apabila terlihat adanya gerakanaktif yang abnormal, maka fisioterapis melanjutkan ke pemeriksaan gerak sendi secara pasifuntuk mengetahui penyebab keterbatasan sendi dan untuk mengetahui end- feel. Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Data dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan dasaruntuk : 1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi 2. Menegakkan diagnosis 3. Menentukan tujuan dari tidakan atau intervensi
  • 2. 4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi 5. Memodifikasi intervensi 6. Memotovasi subjek 7. Mengetahui efektifitas suatu tehnik terapeutik khusus seperti latihan-latihan, obatobatan,dan prosedur pembedahan. 8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi. B. Range Of Motion (ROM) / Lingkup Gerak Sendi (LGS) ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untukmengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis. Dalam menentukan ROM adatiga sistem pencatatan yang bisa digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 – 180 derajat,yang kedua dengan sistem 180 - 0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360 derajat.Dengan sistem pencatatan 0 - 180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada padaposisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam posisianatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara medial(internal) dan lateral (eksternal) rotasi adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi. ROMdimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan seperti ini adalahyang paling banyak digunakan di dunia. Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada 1923 dantelah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American Academy ofOrthopaedic Surgeons, dan American Medical Association.Dua sistem pencatatan yang lainnya yaitu sistem 180 - 0 derajat yang diukur padaposisi anatomis, ROM dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360derajat juga diukur pada posisi anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajatdan bergerak menuju 0 derajat, gerakan ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat danbergerak menuju 360 derajat. Kedua sistem pencatatan tersebut lebih sulit dimengertidibandingkan sistem pencatatan 0 - 180 derajat dan juga kedua sistem pencatatan tersebutjarang digunakan. C. End Feel Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapasendi ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasangerak normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi danjaringan lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa,yang dapat terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorangyang
  • 3. melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel. Untukmengembangkan kemampuan dalam menentukan karakter dari end feel diperlukan latihandan sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan dan teliti untukmerasakan akhir dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara normal end feel danabnormal end feel. Tabel 1 End feel normal (fisiologis) Endfeel Jaringan Contoh Soft Penjepitanjaringanlunak Fleksiknee(pertemuanantaraototbagian posteriorbetisdanbadianposteriorpaha) Fleksi hip dengan knee lurus (regangan Firm Reganganotot otothamstring) Ekstensi metakarpophalangeal jari-jari (regangankapsulanterior) Regangankapsulsendi Supinasi lengan (regangan ligamen palmar radioulnar dari inferiorradioulnar joint,membraninteroseus,serabutobliq) Reganganligamen Ekstensielbow(benturanantaraolecranon ulnadanfosaolecranonhumerus) Hard Benturantulang Tabel 2 End feel abnormal (patologi) Endfeel Contoh Soft Terjadi pada sendi yang biasanya Oedemajaringanlunak memiliki firm atau hard end feel, terasaempuk. synovitis Firm Terjadi pada sendi yang biasanya Peningkatantonosotot
  • 4. memilikisoftatauhardendfeel Pemendekanotot,kapsul,ligamen Adanyaserpihantulangatauterasa Hard benturantulang. Chondromalasia Empty Bukan end feel sebenarnyakarena Osteoarthritis nyeri mencegah tercapainyaakhir ROM. Terasa tidak adatahanan Dislokasi kecuali respon proteksi daripasien atauadanyaototspasme. Myositisossifikansdanfraktur Inflamasisendiakut Bursitis Abses Fraktur Phycogenicdisorder PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan ROM regio shoulder 2. Pemeriksaan ROM regio elbow 3. Pemeriksaan ROM regio wrist & hand SASARAN BELAJAR Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara-cara pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil pemeriksaan. TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan berbagai pengukuran Range of Motion pada ekstremitas atas sertamenginterpretasikan hasil pemeriksaan Tujuan Instruksional Khusus: 1. Memberikan panduan kepada mahasiswa tentang prosedur pemeriksaan LGS
  • 5. 2. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi 3. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi 4. Membantu menentukan tindakan terapi 5. Mengevaluasi keberhasilan/efektivitas program terapi 6. Meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam menjalani terapi. STRATEGI PEMBELAJARAN 1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar 2. Ceramah 3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi) 4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor PRASYARAT: 1. Pengetahuan Dasar a. Anatomi dasar b. Fisiologi dasar 2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign a. Komunikasi b. Informed consent MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN 1. Universal Goniometer
  • 6. Gambar 1. Ragam Goniometer 2. Formulir Hasil Pengukuran 3. Alat tulis PELAKSANAAN PENGUKURAN 1. Persiapan alat a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan. b. Menyiapkan goniometer c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS 2. Persiapan terapis a. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran b. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan. c. Memakai pakaian yang bersih dan rapih. 3. Persiapan pasien a. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau pemeriksa. b. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan kesopanan. 4. Pelaksanaan pemeriksaan a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan. b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien. c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan bawah). d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan. e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada pasien.
  • 7. f. Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi gerakan kompensasi. g. Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana diperlukan. h. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur. i. Meletakkan goniometer : 1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal j. Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya dengan notasi ISOM. k. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada. Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut: 1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmentubuh yang bergerak. l. Membaca besaran LGS pada posisi LGS maksimal dan mendokumentasikannyadengan notasi International Standard Orthopedic Measurement (ISOM). PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS INFERIOR DASAR TEORI ROM ( Range of Motion) adalah jumlah maksimum gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh, yaitu sagital, transversal, dan frontal. Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi tubuh menjadi bagian
  • 8. depan ke belakang. Potongan transversal adalah garis horizontal yang membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah. Mobilisasi sendi disetiap potongan dibatasi oleh ligamen, otot, dan konstruksi sendi. Beberapa gerakan sendi adalah spesifik untuk setiap potongan. Pada potongan sagital, gerakannya adalah fleksi dan ekstensi (jari-jari tangan dan siku) dan hiperekstensi (pinggul). Pada potongan frontal, gerakannya adalah abduksi dan adduksi (lengan dan tungkai) dan eversi dan inversi (kaki). Pada potongan transversal, gerakannya adalah pronasi dan supinasi (tangan), rotasi internal dan eksternal (lutut), dan dorsifleksi dan plantarfleksi (kaki).Gerakan dapat dilihat sebagai tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam ruang geraknya melalui persendian. Bila terjadi gerakan, maka seluruh struktur yang terdapat pada persendian tersebut akan terpengaruh, yaitu: otot, permukaan sendi, kapsul sendi, fasia, pembuluh darah dan saraf. Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2005). Parameter nilai ROM normal untuk ektremitas inferior adalah : 1. Hip Joint a. Fleksi : 0 – 120o b. Ekstensi : 5 – 20o c. Abduksi : 0 – 40o d. Adduksi : 0 – 25o e. Internal rotasi (knee 90o ) : 0 – 45o f. Eksternl rotasi (knee 90o ) : 0 – 45o g. Internal rotasi (knee ekstensi) : 0 – 35o h. Eksternal rotasi (knee ekstensi): 0 – 45o 2. Knee Joint a. Fleksi : 0 – 135o + b. Ekstensi : 0o
  • 9. 3. Ankle and Foot a. Dorsofleksi : 0 – 15o b. Plantarfleksi : 0 – 55o c. Inversi : 0 – 20o d. Eversi : 0 – 10o e. Fleksi MTP : 0 – 40o f. Ekstensi MTP : 0 – 65o g. Fleksi IP : 0 – 60o h. Ekstensi IP : 0o TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan pengukuran ROM untuk ekstremitas inferiorsertamenginterpretasikan hasil pemeriksaan Tujuan Instruksional Khusus: 1. Mahasiswamampu mempersiapkan alat dan klien untuk pengukuran ROM ektremitas inferior. 2. Mahasiswa mampu memberikan instruksi dan melakukan pengukuran ROM 3. Mampu membaca hasil pengukuran ROM, menuliskan hasil menggunakan teknik ISOM, serta mengintrepretasikannya. STRATEGI PEMBELAJARAN 1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar 2. Ceramah 3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi) 4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor PRASYARAT: 1. Pengetahuan Dasar a. Anatomi dasar (otot, sendi,saraf)
  • 10. b. Biomekanik c. Keterampilan menggunakan Goniometer 2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan sensorik a. Komunikasi b. Informed consent MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN 1. Daftar panduan CSL 2. Status penderita, alat tulis 3. Goniometer 4. Audio-visual DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pengantar 5 menit Pengantar 2. Bermain peran tanya jawab 20 menit 1. Mengatur posisi duduk mahasiswa 2. Instruktur memberikan contoh bagaimana cara melakukan setiap pengukuran ROM. Satu orang sebagai pemeriksa dan satu sebagai klien. Mahasiswa menyimak dan mengamati. 3. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya dan instruktur memberikan penjelasan tentang aspek-aspek yang penting. 4. Mahasiswa dapat menanyakan hal-hal yang belum dimengerti dan instruktur menanggapinya.
  • 11. 3. Praktek bermain peran dengan umpan balik 60 menit 1. Mahasiswa dibagi berpasangan-pasangan 2. Setiap pasangan berpraktek, satu orang sebagai pemeriksa dan satu orang sebagai klien 3. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi menggunakan check list 4. Setiap mahasiswa paling sedikit berlatih satu kali. 4. Curah pendapat/ diskusi 15 menit 1. Curah pendapat/diskusi: apa yang dirasa mudah , apa yang sulit. Menanyakan bagaimana perasaan mahasiswa yang berperan sebagai klien. Apa yang dapat dilakukan oleh pemeriksa agar klien merasa lebih nyaman 2. Instruktur menyimpulkan dengan menjawab pertanyaan terakhir dan memperjelas hal-hal yang masih belum dimengerti. Total waktu 100 menit PENUNTUN PRAKTEK PENGUKURAN ROM EKSTREMITAS INFERIOR NO LANGKAH/PROSEDUR PEMERIKSAAN Pengukuran ROM Hip Joint 1 Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang akan dilakukan. 2 Memposisikan klien dengan posisi tidur 3 ROM fleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi 4 ROM ekstensi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di trochanter mayor, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan ekstensi 5 ROM abduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di SIAS, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan abduksi 6 ROM adduksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di SIAS, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan adduksi
  • 12. 7 ROM internal rotasi dengan knee 90o : memposisikan klien tidur terlentang, memfleksikan sendi hip dan knee 90o , meletakkan goniometer di tuberositas tibia, kemudian menggerakkan tungkai klien internal rotasi 8 ROM eksternal rotasi dengan knee 90o : memposisikan klien tidur terlentang, memfleksikan sendi hip dan knee 90o , meletakkan goniometer di tuberositas tibia, kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi 9 ROM internal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan tungkai klien internal rotasi 10 ROM eksternal rotasi dengan knee ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian menggerakkan tungkai klien eksternal rotasi 11 Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya Pengukuran ROM Knee Joint 1 Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang akan dilakukan. 2 Memposisikan klien dengan posisi tidur 3 ROM fleksi : memposisikan klien tidur tengkurap, meletakkan goniometer di epicondylus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan fleksi 4 ROM ekstensi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di epicondylus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan ekstensi 5 Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya Pengukuran ROM Ankle and Foot 1 Menjelaskan kepada penderita tentang tujuan dan pelaksanaan pemeriksaan yang akan dilakukan. 2 Memposisikan klien dengan posisi tidur atau duduk 3 ROM dorsofleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di maleolus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan dorsofleksi 4 ROM plantarfleksi : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer di maleolus lateral, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan plantarfleksi 5 ROM inversi : memposisikan klien duduk dengan kaki menggantung dan lutut fleksi 90o , meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian meminta pasien untuk
  • 13. melakukan gerakan inversi 6 ROM eversi : memposisikan klien duduk dengan kaki menggantung dan lutut fleksi 90o , meletakkan goniometer di calcaneus, kemudian meminta pasien untuk melakukan gerakan eversi 7 ROM fleksi MTP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi metatarsophalangeal (MTP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah fleksi MTP 8 ROM ekstensi MTP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi metatarsophalangeal (MTP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah ekstensi MTP 9 ROM fleksi IP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi interphalangeal (IP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah fleksi IP 10 ROM ekstensi IP : memposisikan klien tidur terlentang, meletakkan goniometer (khusus untuk jari-jari) di sendi interphalangeal (IP), kemudian menggerakkan sendi klien ke arah ekstensi IP 11 Mencatat hasil pemeriksaan dan interpretasinya PEMERIKSAAN ROM VERTEBRA DASAR TEORI Beberapa hal yang mendasari pengukuran gerakan persendian adalah : A. Goniometer Istilah goniometri berasal dari dua kata dalam bahasa yunani yaitu gonia yang berarti sudut dan metron yang berarti ukur. Oleh karena itu goniometri berkaitan dengan pengukuran sudut, khususnya sudut yang dihasilkan dari sendi melalui tulang-tulang ditubuh manusia. Ketika menggunakan universal goniometer, fisioterapis dapat mengukur dengan menempatkan bagian dari instrument pengukuran sepanjang tulang bagian proksimal dan distal dari sendi yang dievaluasi. Goniometri dapat digunakan untuk menentukan posisi sendi yang tepat dan jumlah total dari gerakan yang dapat terjadi pada suatu sendi. Goniometri merupakan bagian yang penting dari keseluruhan evaluasi sendi juga meliputi jaringan lunak. Evaluasi dimulai dengan mewawancarai subjek dan mengamati kembali
  • 14. data-data yang telah ada untuk mendapatkan gambaran akurat dari gejala yang ada, kemampuan fungsional, pekerjaan dan aktivitas rekreasi, juga riwayat medis. Kemudian dilanjutkan dengan observasi pada tubuh untuk memeriksa kontur jaringan lunak dan kondisi kulit. Palpasi dilakukan untuk mengetahui temperatur kulit dan tingkat kelainan dari jaringan lunak dan mengetahui lokasi dari struktur anatomi yang mengalami gejala nyeri. Pengukuran antropometri seperti panjang tungkai, lingkar anggota tubuh, dan massa tubuh juga dilakukan. Gerakan sendi secara aktif yang dilakukan subjek selama evaluasi membuat fisioterapis dapat melihat bila ada gerakan abnormal yang terjadi dan juga mendapatkan informasi lain tentang gerakan yang dilakukan oleh subjek. Apabila terlihat adanya gerakan aktif yang abnormal, maka fisioterapis melanjutkan ke pemeriksaan gerak sendi secara pasif untuk mengetahui penyebab keterbatasan sendi dan untuk mengetahui end-feel. Goniometri digunakan untuk mengukur dan mendata kemampuan gerakan sendi aktif dan pasif. Data dari goniometri dihubungkan dengan data-data lainnya dapat dijadikan dasar untuk : 1. Menentukan ada atau tidak adanya disfungsi 2. Menegakkan diagnosis 3. Menentukan tujuan dari tidakan atau intervensi 4. Mengevaluasi peningkatan atau penurunan dari target intervensi 5. Memodifikasi intervensi 6. Memotovasi subjek 7. Mengetahui efektifitas suatu tehnik terapeutik khusus seperti latihan-latihan, obatobatan, dan prosedur pembedahan. 8. Pembuatan orthose dan pelengkap adaptasi. B. Range Of Motion (ROM) / Lingkup Gerak Sendi (LGS) ROM adalah besarnya suatu gerakan yang terjadi pada suatu sendi. Posisi awal untuk mengukur semua ROM kecuali rotasi adalah posisi anatomis. Dalam menentukan ROM ada tiga sistem pencatatan yang bisa digunakan yaitu yang pertama dengan sistem 0 –180 derajat, yang kedua dengan sistem 180 - 0 derajat, dan yang ketiga dengan sistem 360 derajat. Dengan sistem pencatatan 0 - 180 derajat, sendi ekstremitas atas dan bawah ada pada posisi 0 derajat untuk gerakan fleksi, ekstensi, abduksi, dan adduksi ketika tubuh dalam
  • 15. posisi anatomis. Posisi tubuh dimana sendi ekstremitas berada pada pertengahan antara medial (internal) dan lateral (eksternal) rotasi adalah 0 derajat untuk untuk ROM rotasi. ROM dimulai pada 0 derajat dan bergerak menuju 180 derajat. Sistem pencatatan seperti ini adalah yang paling banyak digunakan di dunia. Pertama kali dirumuskan oleh Silver pada 1923 dan telah dibantu oleh banyak penulis, termasuk Cave dan roberts, Moore, American Academy of Orthopaedic Surgeons, dan American Medical Association. Dua sistem pencatatan yang lainnya yaitu sistem 180 - 0 derajat yang diukur pada posisi anatomis, ROM dimulai dari 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat. Sistem 360 derajat juga diukur pada posisi anatomis, gerakan fleksi dan abduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 0 derajat, gerakan ekstensi dan adduksi dimulai pada 180 derajat dan bergerak menuju 360 derajat. Kedua sistem pencatatan tersebut lebih sulit dimengerti dibandingkan sistem pencatatan 0 - 180 derajat dan juga kedua sistem pencatatan tersebut jarang digunakan. C. End Feel Pada pemeriksaan ROM pasif struktur unik pada tiap sendi dapat terasa, beberapa sendi ROM nya dibatasi oleh kapsul sendi, ada juga yang dibatasi oleh ligamen, batasan gerak normal yang lainnya adalah oleh ketegangan otot, benturan permukaan sendi dan jaringan lunak. Tipe setiap struktur yang membatasi ROM mempunyai karakteristik rasa, yang dapat terasa dengan pemeriksaan sendi pasif. Rasa yang bisa di rasakan oleh seseorang yang melakukan pemeriksaan pada akhir ROM pasif tersebut dinamakan end feel. Untuk mengembangkan kemampuan dalam menentukan karakter dari end feel diperlukan latihan dan sensitifitas. Menentukan end feel harus dilakukan secara perlahan dan teliti untuk merasakan akhir dari gerakan sendi dan untuk membedakan antara normal end feel dan abnormal end feel. Tabel 1 End feel normal (fisiologis) Endfeel Jaringan Contoh Soft Penjepitanjaringanlunak Fleksiknee(pertemuanantaraototbagian posteriorbetisdanbadianposteriorpaha) Fleksi hip dengan knee lurus(regangan Firm Reganganotot otothamstring)
  • 16. Ekstensi metakarpophalangeal jari-jari (regangankapsulanterior) Regangankapsulsendi Supinasi lengan (regangan ligamen palmar radioulnardari inferiorradioulnar joint,membraninteroseus,serabutobliq) Reganganligamen Ekstensielbow(benturanantaraolecranon ulnadanfosaolecranonhumerus) Hard Benturantulang Tabel 2 End feel abnormal (patologi) Endfeel Contoh Soft Terjadipadasendi yang biasanya Oedemajaringanlunak memilikifirm atauhard end feel, terasaempuk. synovitis Firm Terjadipadasendi yang biasanya Peningkatantonosotot memilikisoftatauhardendfeel Pemendekanotot,kapsul,ligamen Adanyaserpihantulangatauterasa Hard benturantulang. Chondromalasia Empty Bukan end feel sebenarnyakarena Osteoarthritis nyerimencegahtercapainyaakhir ROM. Terasatidakadatahanan Dislokasi kecualiresponproteksidaripasien atauadanyaototspasme. Myositisossifikansdanfraktur Inflamasisendiakut Bursitis Abses Fraktur Phycogenicdisorder PEMERIKSAAN 1. Pemeriksaan ROM regio cervical 2. Pemeriksaan ROM regio lumbar
  • 17. SASARAN BELAJAR Setelah mengikuti proses belajar ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara-cara pemeriksaan, melakukan pemeriksaan klinis motorik dan mengetahui aplikasi klinis dari hasil pemeriksaan. TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa mampu melakukan dan menjelaskan berbagai pengukuran Range of Motion pada ekstremitas atas serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan Tujuan Instruksional Khusus: 1. Memberikan panduan kepada mahasiswa tentang prosedur pemeriksaan LGS 2. Mengetahui besarnya LGS suatu sendi 3. Membantu menegakkan diagnosis fisioterapi 4. Membantu menentukan tindakan terapi 5. Mengevaluasi keberhasilan/efektivitas program terapi 6. Meningkatkan motivasi dan semangat pasien dalam menjalani terapi. STRATEGI PEMBELAJARAN 1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar 2. Ceramah 3. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi) 4. Evaluasi melalui check list/daftar tilik dengan sistim skor PRASYARAT: 1. Pengetahuan Dasar a. Anatomi dasar b. Fisiologi dasar 2. Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan vital sign a. Komunikasi
  • 18. b. Informed consent MEDIA DAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN 1. Universal Goniometer Gambar 1. Ragam Goniometer 2. Formulir Hasil Pengukuran 3. Alat tulis PELAKSANAAN PENGUKURAN 1. Persiapan alat a. Menyiapkan meja/bed/kursi untuk pemeriksaan. b. Menyiapkan goniometer c. Menyiapkan alat pencatat hasil pengukuran LGS 2. Persiapan terapis d. Membersihkan tangan sebelum melakukan pengukuran e. Melepas semua perhiasan/asesoris yang ada di tangan. f. Memakai pakaian yang bersih dan rapih. 3. Persiapan pasien c. Mengatur posisi pasien yang nyaman, segmen tubuh yang diperiksa mudah dijangkau pemeriksa. d. Segmen tubuh yang akan diperiksa bebas dari pakaian, tetapi secara umum pasien masih berpakaian sesuai dengan kesopanan
  • 19. 4. Pelaksanaan pemeriksaan a. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan meminta persetujuan pasien secara lisan. b. Menjelaskan prosedur & kegunaan hasil pengukuran LGS kepada pasien. c. Memposisikan pasien pada posisi tubuh yang benar (anatomis), kecuali gerak rotasi (Bahu dan Lengan bawah). d. Sendi yang diukur diupayakan terbebas dari pakaian yang menghambat gerakan. e. Menjelaskan dan memperagakan gerakan yang hendak dilakukan pengukuran kepada pasien. f. Melakukan gerakan pasif 2 atau 3 kali pada sendi yang diukur, untuk mengantisipasi gerakan kompensasi. g. Memberikan stabilisasi pada segmen bagian proksimal sendi yang diukur, bilamana diperlukan. h. Menentukan aksis gerakan sendi yang akan diukur. i. Meletakkan goniometer : 1) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 2) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 3) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal a. Membaca besaran LGS pada posisi awal pengukuran dan mendokumentasikannya dengan notasi ISOM. b. Menggerakkan sendi yang diukur secara pasif, sampai LGS maksimal yang ada. Memposisikan goniometer pada LGS maksimal sebagai berikut: 4) Aksis goniometer pada aksis gerak sendi. 5) Tangkai statik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang statik. 6) Tangkai dinamik goniometer sejajar terhadap aksis longitudinal segmen tubuh yang bergerak.
  • 20. a. Membaca besaran LGS pada posisi LGS maksimal dan mendokumentasikannya dengan notasi International Standard Orthopedic Measurement (ISOM). PROSES PENGUKURAN RANGE OF MOTION (ROM) VERTEBRA NO. LANGKAH / PROSEDUR PEMERIKSAAN CERVICAL Fleksi Cervical 1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks. 2 Letakkan goniometer pada axis external auditory meatus 3 Ukur ROM fleksi cervical ILUSTRASI GAMBAR EkstensiCervical 1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks. 2 Letakkan goniometer pada axis external auditory meatus 3 Ukur ROM ekstensi cervical ILUSTRASI GAMBAR
  • 21. Rotasi Cervical 1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks. 2 Letakkan goniometer pada axis pada bagian atas tengah/pusat dari kepala (centre of the top of head ) 3 Ukur ROM rotasi cervikal dengan orientasi moving arm pada hidung ILUSTRASI GAMBAR Lateral fleksi cervical 1. Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks. 2 Letakkan goniometer pada axis processus spinosus C7 3 Ukur ROM lateral fleksi cervikal dengan orientasi moving arm pada protuberaatia occipital external (POE) dari os.occipital ILUSTRASI GAMBAR
  • 22. TRUNK / LUMBAR SPINE Fleksi trunk 1. Subjekdalamposisiberdiri tegak posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks. 2 Letakkan meteran pada posisi pita awalan pada bagian proksimal prosesus spinosus C7 dan hingga ke bagian distal dari S1 3 Arahkan subjek untuk membungkuk maiksimal (fleksi vertebra) 4. Ukur ROM fleksi trunk dengan dengan membandingkan posisi awal dan akhir ILUSTRASI GAMBAR Hyperekstensi trunk 1 Subjekdalamposisiberdiri tegak posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks.
  • 23. 2 Letakkan meteran pada posisi pita awalan pada bagian proksimal prosesus spinosus C7 dan hingga ke bagian distal dari S1 3 Arahkan subjek untuk ekstensi vertebra maksimal ILUSTRASI GAMBAR Lateral fleksi trunk 1 Subjekdalamposisiberdiri tegak posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks. 2 Letakkan goniometer pada axis processus spinosus S1 3 Ukur ROM lateral fleksi cervikal dengan orientasi moving arm pada processus spinosus c7 ILUSTRASI GAMBAR
  • 24. Rotasi Trunk 1 Subjekdalamposisiduduk, dengan trunk tegak, leher dalam posisi anatomis, posisi tangan menggantung, bahu rileks. 2 Letakkan goniometer pada axis pada bagian atas tengah/pusat dari kepala (centre of the top of head ) 3 Ukur ROM rotasi trunk dengan orientasi moving arm pada hidung ILUSTRASI GAMBAR