Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cervical root syndrome di Klinik Asya Mojokerto meliputi pemberian TENS, mobilisasi saraf, dan dry needling untuk meringankan nyeri dan spasme otot serta meningkatkan fungsi gerak.
Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia untuk kelas 5 SD
Cervical root syndrome
1. MAKALAH PROFESI
STASE NEURO TEPI
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT
SYNDROME (CRS) DI KLINIK ASYA MOJOKERTO
OLEH :
SRI YULIANTI
202020641011102
PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2021
2. HALAMAN PENGESAHAN
MAKALAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT
SYNDROME (CRS) DI KLINIK FISIOTERAPI ASYA MOJOKERTO.
Disusun oleh :
SRI YULIANTI
(202020641011102)
Mengetahui Mojokerto, Juni 2021
Kaprodi fisioterapi program profesi Pembimbing/Clincal Educator
Safun Rahmanto, SST.Ft., M.Fis Putri Sukma Rahayu, S. Fis, Ftr
3. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri leher (neck pain) merupakan suatu gejala yang dapat ditimbulkan oleh
tekanan (stress) pada jaringan-jaringan lunak, tulang-tulang, atau sendisendi dari cervical
spine atau struktur-struktur yang berdekatan. Berbagai faktor dapat berkontribusi terhadap
terjadinya nyeri pada leher termasuk postur yang buruk, trauma, dan penyakit-penyakit
degeneratif. (Raharjo,2013).
Cervical Root Syndrom merupakan suatu keadaan yang ditimbulkan oleh adanya
rasa nyeri pada sepanjang ruas-ruas tulang belakang pada leher yang menjalar hingga
lengan (radikulopati), ada juga nyeri sendi facet hanya terbatas di leher dan bahu
(zygopophiseal).
Permasalahan umum yang timbul pada kondisi cervical root syndrom et causa
spondylosis cervical adalah nyeri pada leher dan bahu yang dipengaruhi penggunaan yang
berlebihan (overused) , abnormalitas lingkup gerak sendi akan mengakibatkan keterbatasan
lingkup gerak sendi, ketegangan yang terjadi pada leher dan bahu akan menyebabkan
spasme otot dan terganggunya aktifitas fungsional sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin membahas lebih lanjut tentang
penyakit Cervical Root Syndrome (CRS) serta penatalaksanaan fisioterapi pada kasus
tersebut. Dalam penulisan makalah ini penulis mengambil judul PENATALAKSANAAN
FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME (CRS) DI KLINIK
ASYA MOJOKERTO.
B. Rumusan masalah
Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus cervical root syndrome Di Klinik
Asya Mojokerto?
C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus cervical root
syndrome Di Klinik Asya Mojokerto.
4. D. Manfaat penulisan
1. Manfaat bagi praktisi fisioterapi Sebagai referensi dan rujukan untuk menangani pasien
dengan kondisi cervical root syndrome
2. Manfaat bagi masyarakat Sebagai ilmu pengetahuan maupun wawasan untuk pasien
maupun keluarga pasien dengan kondisi cervical root syndrome
5. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Cervical Root Syndrome (CRS)
a. Pengertian
Cervical Root Syndrome atau sindroma akar saraf leher adalah suatu keadaan yang
disebabkan oleh iritasi atau penekanan akar saraf cervical. Gejala yang ditimbulkan
berupa nyeri leher yang bisa menyebar ke bahu, lengan atas dan lengan bawah,
parastesia, kelemahan dan spasme otot (Tjokorda,2013).
b. Etiologi
Hal yang dapat menyebabkan Cervical Root Syndrome antar lain:
1) RadikulopatiRadikulopati: penjepitan saraf pada daerah leher.
2) Hernia nucleus pulposus (HNP): kelainan di dalam discus intervertebralis
yang dikarenakan adanya tanda-tanda kompresi akar saraf
3) Spondylosis cervicalis: akibat proses degenerasi dan sesudah terbentuknya
osteopyt kerusakan softisus disekitar sendi vertebra, juga berperan dan
berakibat ankylosis, tetapi juga dapat terjadi karena menyempitnya terusan
spinal dan mengenai dan di foramen inteructebia, jalur saraf dan artei
vertebra tertekan.
4) Kesalahan postural: kebiasaan seseorang menggerakan leher secara spontan
dan penggunaan bantal yang terlalu tinggi saat tidur dan dalam waktu yang
lama bisa menimbulkan nyeri.
c. Patofisiologi
Diskus intervertebralis mengalami perubahan struktur anatomi, dimana
terjadi pengurangan kadar air di dalam nucleus pulposus, yang disebabkan salah
satunya karena proses degenerasi. Pada proses ini diskus akan mengalami
penipisan, jarak antar vertebra menjadi tipis sehingga vertebra menjadi semakin
dekat dan ruang antar diskus menjadi sempit, selanjutnya anulus fibrosus
mengalami penekanan dan menonjol keluar. (Ropper, 2005).
6. Saraf yang mengalami penekanan mulanya akan membengkok, saraf akan
terikat pada dinding foramina intervertebralis, sehingga mengganggu peredaran
darah. Saraf yang mengalami penekanaan akan mengalami peningkatan kepekaan
saraf dan terjadi perubahan fisiologis. Penekanan saraf akan mengalami nyeri bila
terjadi penekanan pada dorsal rootganglion, penyebaran nyeri sesuai dengan
dermatom saraf tersebut (Jhon, 2007).
d. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala nyeri leher antara lain terasa di daerah leher kaku, nyeri otot-otot
leher yang terdapat di leher, sakit kepala dan migraine. Nyeri leher akan cenderung
merasa seperti terbakar. Nyeri bisa menjalar ke bahu, lengan, dan tangan keluhan
tersa tebal atau seprti tertusuk jarum. Nyeri yang tiba-tiba dan terus-menerus dapat
menyebabkan bentuk leher yang abnormal, kepala menghadap ke sisi yang
sebaliknya,yang di kenal dengan istilah torticolis (Samara,2007).
e. Diagnosis Banding
Diagnosa banding pada kasus CRS antara lain TOS (Thoracic Outlet
Syndrome),CTS(Carpal Tunnel Syndrome) dan Miofosial Trigger Point
Syndrome, Spondilosis cervicalis, dan Neuritis Medianus.
2. Indikator pengukuran
a. Pengukuran derajat nyeri dengan VAS
Visual Analogue Scale merupakan alat pengukuran itensitas nyeri yang dianggap
paling efisien yang telah digunakan dalam penelitiandan uji sensivitas suatu obat
analgetik. VAS dasajikan dalam bentuk garis horizontal dan diberikan angka 0-10
menujukkan kondisi nyeri tidak samasekali dan angka 10 menunjukkan nyeri yang
sangat tidak tertahankan bahkan pada saat posisi istirahat (Breivik, 2008).
b. Manual Muscle Testing (MMT)
Merupakan salah satu bentuk pemeriksaan kekuatan otot yang dilakukan dengan
gerakan aktif dari pasien dan diberikan tahanan, skor akan dinilai berdasarkan skala
MMT dengan nilai 0-5.
7. c. Foraminal compression test
Tes ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya gangguan pada akar saraf cervical.
Tes inidirancang untuk memprovokasi gejala. Tes ini positif jika pasien merasakan
nyeri radicular sepanjang distribusi dermatoma dari akar saraf yang dipengaruhi.
d. Distraction test
Tes ini digunakan untuk pasien yang memiliki keluhan dengan gejala radicula pain.
Tes diranvang untuk meringankan gejala radicular pain. Intrepretasi hasilnya yaitu
positif tes mengidentifikasikan penekanan pada akarsaraf terbebaskan.
e. ULTT
Tes ini dirancang untuk meletakkan stress pada struktur saraf dari upper limb,
meskipun sebenarnya stress diletakkan diatas semua jaringan pada upper limb.
Interpretasi hasilnya yaitu positif tes mengidentifikasi adanya “sensitizing” pada
struktur saraf yang dipengaruhi.
B. DIAGNOSA FISIOTERAPI
Diagnosa fisioterapi pada kasus ini yaitu:
1. Impairment :
- Nyeri tengkuk yang menjalar sampai ke pundak
- Spasme otot sternocledomastoideus, levator scapula
- Adanya tautband pada otot upper trapezius
2. Fungsional limitation
- Pasien tidak bisa melakukan aktivitas didepan laptop dalam waktu yang lama
3. Disability
- Terganggunya aktivitas di kantor maupun di rumah sebagai IRT
C. RENCANA FISIOTERAPI
Rencana program fisioterapi pada CRS adalah berupa pemberian TENS di area tengkuk
dan bahu, myofascial trigger point dry needling di titik-titik trigger point pada area otot
upper trapezius, mobilisasi saraf modifikasi ULTT 1 (saraf medianus) yang dilakukan
secara pasif oleh fisioterapis dengan depresi shoulder disertai gerakan fleksi-ekstensi
elbow. Dilakukan selama 3-x terapi dengan frekuensi 2x setiap minggunya.
8. D. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
1. TENS
Diberikan pada area tengkuk dan kedua bahu, dengan tujuan mengurangi nyeri.
Stimulasi ritmis yang diberikan pada TENS akan ditangkap oleh serabut saraf A alfa
dan A betha yang diaktifkan di substansia gelatinosa di area posterior horn cell
medulaspinalis yang akan memberikan modulasi nyeri yang dibawa oleh serabut sara
A delta dan C dimodulasi serabut saraf A alfa dan Betha sehingga menutup jalan
masuknya stimulus nyeri.
2. Mobilisasi saraf
Mobilisasi saraf diberikan untuk membebaskan penekanan atau penjebakan akar saraf
pada leher yang menyebabkan timbulnya nyeri menjalar pada jari tangan, teknik ini
diberikan dengan kombinasi gerakan pada lengan bawah. Mobilisasi ini terdiri dari
ULTT 1: nervus medianus, nervus interosseous anterior (C5-C6-C7), ULTT 2a: nervus
medianus, muscu locutaneus, axillaris, ULTT 2b : nervus radialis, nervus ulnaris (C8,
Th1).
3. Dry needling
Diberikan pada titik-titik trigger point. Tujuannya yaitu untuk menghancurkan trigger
point pada fiber otot yang mengalami pemendekan. Jarum yang digunakan adalah
jarum akupuntur ukuran 1 chun (0,025x25mm). Untuk mempermudah proses insersi
jarum dan mengurangi rasa sakit saat insersi dapat dibantu guide tube berupa sedotan
kecil dengan Panjang ¾ dari Panjang jarum. Setelah dipasangkan jarum didiamkan
selama 1-2 menit kemudian dicek lagi apakah masih terasa nyeri di area insersi.
Apabila masih teras nyeri jarum di diamkan lagi selama 1-2 menit, apabila sudah tidak
terasa nyeri maka jarum bias diambil.
E. RENCANA EVALUASI
Rencana evaluasi akan dilaksanakan setiap selesai terapi, sehingga evaluasi akan
dilakukan sebanyak 3-5 kali. Evaluasi berupa pertanyaan subjektif mengenai rasa nyeri
yang diderita pasien dengan VAS, dan MMT.
9. BAB III
STATUS KLINIS
NAMA MAHASISWA : Sri Yulianti
NIM : 202020641011102
TEMPAT PRAKTIK : KLINIK ASYA Mojokerto
PEMBIMBING : Putri Sukma Rahayu, S. Fis, Ftr
Tanggal Pembuatan Laporan:
Kondisi/ Kasus: Cervical Root Syndrome
I. KETERANGAN UMUM PENDERITA
Nama : Ny. L
Umur : 44 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai kantor
Alamat : Mojokerto
II. DATA-DATA MEDIS RUMAH SAKIT
A. DIAGNOSIS MEDIS
Cervical root syndrome
B. CATATAN KLINIS
-
C. RUJUKAN DARI DOKTER
-
III. SEGI FISIOTERAPI
A. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF
10. B. ANAMNESIS (AUTO/HETERO)
1. KELUHAN UTAMA
Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluhkan nyeri kepala bagian belakang
terasa berat (kadang-kadang), tengkuk terasa kaku, kadang-kadang terasa kesemutan
dari leher ke bahu atas
2. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
-
3. RIWAYAT PENYAKIT PENYERTA
Sinusitis
4. RIWAYAT PENGOBATAN
-
C. PEMERIKSAAN
1. PEMERIKSAAN FISIK
a) INSPEKSI (STATIS & DINAMIS)
Statis : Asimetris bahu (kanan lebih tinggi), wajah menahan nyeri.
Dinamis : keterbatasan gerak saat rotasi dan lateral fleksi
b) Palpasi
- Spasme pada otot-otot ekstensor cervical
- Nyeri tekan pada otot upper trapezius
c) Antropometri
Tidak dilakukan
d) Pemeriksaan gerak dasar
pasien mengalami keterbatasan gerak rotasi dan lateral fleksi leher.
Mampu menggerakkan kedua extremitas atas dan bawah dengan full
ROM.
e) Manual Muscle Testing
Lateral fleksi : 3
Rotasi : 3
Ekstremitas atas : 5
Ekstremitas bawah : 5
f) Kemampuan fungsional
Pasien mampu melakukan aktivitas fungsional dasar seperti berdiri,
duduk, dan berjalan.
g) Pemeriksaan khusus
- Pemeriksaan nyeri dengan VAS
11. Diam : 4
Gerak : 7 (lateral fleksi dan rotasi kiri kanan)
- Traksi dan distraksi : nyeri berkurang
- Spurling test : nyeri menjalar sampai ke bahu
- Pemeriksaan trigger point dengan sweep palpasi
Adanya local twich response sebanyak 4 titik pada uppertrapezius
kanan, dan 3 titik di kiri
12. D. ALGORITMA FISIOTERAPI
Pasien dengan keluhan nyeri tengkuk yang
menjalar ke bahu, kadang sampai ke jari-jari
Nyeri meningkat saat rotasi dan lateral fleksi cervical
Asimetris bahu (kanan lebih tinggi), wajah menahan
nyeri, sedikit forward head
Cervical fleksi, dan 3 Dimensi ekstensi terdapat nyeri
- VAS (Diam 4, gerak 7)
- Spurling test : nyeri menjalar ke bahu
- Trigger point otot upper trapezius
Hipotesis akhir
Nyeri yang menjalar dari tengkuk sampai ke bahu akibat
adanya penekanan saraf
Indikasi problem (ICF)
- Impairment (nyeri tengkuk menjalar ke bahu, adanya local
twitch upper trapezius)
- Fungsional limitation : tidak mampu melakukan kegiatan di
depan computer dalam waktu lama
- Disability : terganggunya aktivitas di kantor dan di rumah
- TENS
- Dry needling
- Mobilisasi saraf
ya
ya
Hipotesis awal
ya
ya
13. E. DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. Impairment
- Nyeri tengkuk menjalar sampai ke bahu (b28014)
- Adanya local twich response di area muscle belly otot upper trapezius
- Adanya tauthband di otot upper trapezius saat dilakukan palpasi
2. Fungsional limitation
- Pasien tidak mampu melakukan kegiatan di depan computer dalam waktu
yang lama
3. Disability
- Terganggunga aktivitas di kantor dan di rumah sebagai IRT
F. PROGNOSIS
Qua et Vitam : Bonam
Qua et Sanam : Bonam
Qua et Fungsionam : Dubia et bonam
Qua et Cosmeticam : Dubia et bonam
G. PROGRAM FISIOTERAPI
- TENS, Dry needling, mobilisasi saraf selama 2x/ minggu selama 4 minggu
H. RENCANA EVALUASI DAN PROGNOSIS
Evaluasi rencaa dilakukan setelah 4 minggu menjalani program terapi. Prognosis yang
diharapkan adalah menurunnya nilai nyeri dan jumlah trigger point pada otot upper trapezius
I. PELAKSANAAN FISIOTERAPI
NO. 22 Juni 2021 TENS, stretching upper trapezius, Dry Needling
1. 25 juni 2021 TENS, stretching upper trapezius , Dry Needling
2. 29 juni 2021 TENS, Dry Needling, mobilisasi saraf
3. 02 juli 2021 TENS, Dry Needling, mobilisasi saraf
J. EVALUASI
Setelah dilakukan 4x tindakan fisioterapi berupa TENS, Streching, dry needling dan
mobilisasi saraf, nilai VAS menurun menjadi nyeri diam 3 dan nyeri gerak menjadi 5. Titik
trigger poin kanan 3 kiri 2.