1. Dokumen tersebut membahas tentang mekanika tubuh yang mencakup pengertian, unsur-unsurnya, prinsip dan pergerakan dasar, faktor yang mempengaruhinya, serta sistem tubuh dan konsekuensi buruk mekanika tubuh yang buruk.
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
1
1. 1.Mekanika Tubuh
A. Pengertian
Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan sistem
syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat,
membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2005).
B. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Alignment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian tubuh yang
lain.
2. Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan base of
support.
3. Koordinated body movement (Gerakan tubuh yang terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem syaraf.
C. Prinsip body mekanik
1. Gravity
2. Balance (Keseimbangan)
3. Weight (berat)
D. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik
1. Walking / berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support
2. Squating / jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang
mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh.
3. Pulling / menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian,
letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari
panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan
atas dan siku diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan
kaki ditekuk dan lalu lakukan penarikan.
4. Pivoting / berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dlm rangka menghindari
terjadinya resiko keseleo tulang
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :
1. Status kesehatan
2. 2. Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga
aktivitasnya menjadi terganggu.
3. Nutrisi
4. Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi
energi yang digunakan untuk mobilisasi.
5. Emosi
6. Situasi dan kebiasaan
7. Gaya hidup
8. Pengetahuan
F. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas:
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk membentuk
rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan mineral
kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan, fungsi tempat
sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ dalam.
2. Otot dan tendo
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh bergerak
sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan dengan tulang
melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat insersinya tulang.
3. Ligamen
Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen pada lutut
merupakan penjaga stabilitas.
4. Sistem syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (percabangan dari
syaraf pusat). Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada syaraf
pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum, sedangkan
kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan kerusakan pada
saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.
G. Konsekuensi body mekanik yang buruk
1. Jatuh
2. Cidera belakang
Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi pada
perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
1. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
3. 2. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
3. Memindahkan bed (27%)
4. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
A. Macam-macam bodi mekanik
1. Body alignment
a. Membantu pasien berdiri
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien
lemah untuk memberikan bantuan berdiri.
b. Membantu pasien duduk
Pengertian:Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien
lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur.
Tujuan:Mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
c. Mengatur berbagai posisi klien
2. Posisi tubuh
1) Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat tidur lebih
tinggi atau dinaikkan setinggi 15°- 90°.
Tujuannya untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan pasien,
Melakukan aktivitas ttu, Mengatasi kesulitan pernafasan & KV pernafasan pasien.
Fowler : 45 – 90o dan Semi fowler : 15 – 45o
2) Posisi dorsal recumbent
4. Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas bantal, kedua
lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi dengan telapak kaki datar diatas tempat
tidur. Tujuannya untuk memeriksa daerah genetalia, pasang cateter, serta pada proses persalinan
3) Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki
Tujuan : Melancarkan peredaran darah ke otak
4) Posisi antitrendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala.
Tujuan : tindakan menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
5) Posisi pronasi/ tengkurap
5. Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesalah satu sisi.
Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa tujuan diantaranya :
Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
Membantu drainase dari mulut.
6) Posisi lateral (side lying)
Yaitu seorang tidur diatas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk fleksi pada pinggul dan lutut
bagian atas dan meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain dengan kepala menoleh
kesamping.
Tujuan posisi ini : Mengurangi lordosis & meningkatkan kelurusan punggung , Baik untuk posisi
tidur & istirahat, Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum
7) Posisi supine/ terlentang.
Ini biasanya disebut berbaring telentang, datar dengan kepala dan bahu sedikit elevasi dengan
menggunakan bantal. Posisi pasien harus di tengah-tengah tempat tidur, sekitar tiga inci di
bawah kepala tempat tidur.
Tujuan : Klien pasca operasi dengan anestesi spinal, Mengatasi masalah yg timbul akibat
pemberian posisi pronasi yg tidak tepat.
8) Posisi Sim’s
Adalah posisi dimana tubuh miring kekiri atau kekanan.
Tujuan posisi ini :
untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar
Mengurangi penekanan pada sakrum & trokanter mayor pada klien paralisis
6. Memudahkan pemeriksaan perineal
Untuk tindakan pemberian enema
9) Posisi Genu pectoral/knee chest position
posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas TT
Tujuan : memeriksa daerah rectum & sigmoid
10) Posisi Litotomi
posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya keatas bagian
perut
Tujuan : Merawat atau memeriksa genetalia pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi
11) Posisi Orthopneik
7. posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang menyilang diatas
TT (90o)
Tujuan : membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas dg ekspansi dada maksimum,
membantu klien yg mengalami inhalasi
2. Ambulasi
1. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi/ kursi roda
1). Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi
Pengertian : Memindahkan klien yang tirah baring ke kursi
2). Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke kursi roda
Pengertian : Memindahkan klien dari tempat tidur ke kursi roda
2. Memindahkan klien dari tempat tidur (TT) ke brankard (TT) dan sebaliknya
1) Memindahkan klien dari TT ke brankard/ TT dan sebaliknya dengan cara diangkat.
2) Memindahkan klien dari TT ke brankar/ TT dan sebaliknya dengan easy move
3). Memindahkan klien dari TT ke brankard dan sebaliknya dengan Scoop Stretcher
3. Membantu klien berjalan
Tujuan: Memulihkan kembali toleransi aktivitas, Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan
flaksid otot
4. Membantu klien dengan alat bantu jalan (Kruk)
Tujuan : Membantu melatih kemampuan gerak klien, melatih dan meningkatkan mobilisasi.
Mencapai kestabilan klien dalam berjalan.
Manfaat : Klien mampu berjalan dengan menggunakan alat bantu dan meningkatnya
kemampuan mobilisasi klien.
Asuhan Keperawatan pada klien dengan gangguan bodi mekanik
Pengkajian
Untuk melakukan pengkajian body mekanik dan alignment lakukan inspeksi terhadap pada
pasien pada saat berdiri,duduk maupun berbaring. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mengkaji antara lain :
Posisi berdiri
Lakukan inspeksi melalui sudut pandang secara : Anterior,Lateral dan posterior. Pasien dalam
posisi berdiri dengan kepala tegak dan mata lurus kedepan serta bahu dan pinggul harus lurus
dan sejajar, apabila posisi tidak sesuai dengan posisi berdiri yang benar maka dapat
diidentifikasikan bahwa ada gangguan pada otot dan tulang pasien.
Posisi duduk
Pada saat keadaan ini normalnya kepala dan dada akan akan memiliki keadaan yang sama pada
saat posisi berdiri yaitu kepala pasien harus tegak lurus dengan leher dan verterba kolumna
telapak kaki lurus berpijak pada lantai. Pasien yang dalam keadaan abnormal akan mengalami
kelemahan otot atau pralis otot serta adanya sensasi (kerusakan saraf)
Posisi berbaring
Letakan pasien pada posisi lateral semua bantal dan penyokong posisi dipindahkan dari tempat
tidur, kemudian tubuh ditopang dengan kasur yang cukup dan vertebra harus lurus dengan alas
yang ada . apabila dijumpai kelainan pada pasien, maka terdapat penurunan sensasi atau
gangguan sirkulasi serta adanya kelemahan.
8. Cara berjalan
Dikaji untuk mengetahui mobilitas dan kemungkinan resiko cedera akibat dari terjatuh, pasien
diminta berjalan sepanjang 10 langkah kemudian perawat memperhatikan hal-hal berikut ini :
1) Kepala tegak, pandangan lurus kedepan, punggung tegak.
2) Tumit menyentuh tanah terlebih dahulu sebelum jari-jari kaki.
3) Langkah lembut, terkoordinasi dan ritmik
4) Mudah untuk memulai dan mengakhiri berjalan
5) Jumlah langkah per menit (pace) 70-100 X per menit, kecuali pada orang tua mungkin 40
X per menit.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovasculer
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan
otot
4. Perencanaan Keperawatan
Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Definisi: perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian
rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang
dapat diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.
Tujuan:
1) Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
2) Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri
3) Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi
4) Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri
Intervensi:
1) Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T)
2) Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri
3) Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.
4) Pantau tanda-tanda vital.
5) Berikan tindakan kenyamanan.
6) Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.
7) Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri
8) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi
Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler.
Definisi: keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstrimitas secara mandiri
dan terarah
Tujuan:
1) Aktivitas fisik meningkat
2) ROM normal
3) Melaporkan perasaan peningkatan kekuatan dalam bergerak.
4) Klien bisa melakukan aktivitas.
9. Intervensi:
1) Pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami.
2) Motivasi klien untuk mempertahankan pergerakan sendi.
3) pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan.
4) Ajarkan ROM exercise aktif dan pasif; jadual; keteraturan, latih ROM pasif dan aktif
5) Anjurkan dan Bantu klien duduk di tempat tidur sesuai toleransi.
6) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai toleransi.
7) Fasilitasi penggunaan alat Bantu.
8) Jelaskan manfaat ROM aktif dan pasif
9) Kolaborasi dengan fisioterapi
Pelaksanaan (cheklist terlampir)
Bodi alignment
Membantu klien dengan masalah berdiri dan duduk
Mengatur berbagai posisi klien
Papan sandaran
Ambulasi
Memindahkan klien dari tempat tidur ke (TT) ke kursi/ kursi roda/ brankar dan
sebaliknya
Membantu klien berjalan
Membantu klien dengan alat bantu jalan
Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi gangguan postur
tubuh adalah tidak terjadi perubahan atau kesalahan dalam postur tubuh dan pasien mampu
melaksanakan aktifitas dengan mudah serta tidak merasakan kelemahan.
Kelainan postur yg didpat atau congenital mempengaruhi efisiensi system moskuloskeletal, spt
kesejajaran tubuh keseimbangan dan penampilan.
Macam2 abnormal:
a. Tortikolis
Diskripsi: mencondongkan kepala ke sisi yang sakit, dimana otot sternokleidomastoideus
berkontraksi.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: operasi, pemanasan, topangan, atau imobilisasi berdasarkan penyebab dan
tingkat keparahan.
10. b. Kifosis
Diskripsi : peningkatan kelengkungan pada kurva spinal torakal.
Penyebab : kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket tuberkolosis spinal.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal, tidur tanpa bantal, menggunakan papan tempat tidur,
memakai jaket, penggabungan spinal (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
c. Kifolordosis
Diskripsi: kombinasi dari kifosis dan lordosis.
Penyebab: kondisi congenital.
Penatalaksanaan: sama dengan metode yang digunakan untuk kifosis dan lordosis berdasarkan
penyebab.
d. Skoliosis
Diskripsi: kurvatura spinal lateral, tinggi pinggul dan bahu tidak sama.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, paralisis spastic, panjang kaki tidak sama
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
11. e. Kifoskoliosis
Diskripsi: tidak normalnya kurva spinal anteroposteriol dan lateral.
Penyebab: kondisi congenital, poliomyelitis, kor pulmonal.
Penatalaksanaan: immobilisasi dan operasi (berdasarkan penyebab dan tingkat keparahan).
f. Dysplasia Pnggung Kongenital
Diskripsi: ketidakstabilan pinggul dengan keterbatasan abduksi pinggul, dan kadang-kadang
kontraktur adduksi (kaput vemur tidak bersambung dengan assetatbulum karena abnormal
kedangkalan assetatbulum).
Penyebab: kondisi congenital (biasanya dengan kelahiran sungsang).
Penatalaksanaan: mempertahankan abduksi paha yang terus menerus sehingga kaput vemur
menekan ke bagian tengah assetatbulum, beban abduksi, gips, pembedahan.
g. Knock-knee (genu varum)
diskripsi: kurva kaki yang masuk ke dalam sehingga lutut rapat jika seseorang berjalan.
Penyebab: kondisi congenital, penyakit tulang atau ricket.
Penatalaksanaan: knee braces, operasi jika tidak dapat diperbaiki oleh pertumbuhan.
h. Lordosis
adalah kelainan pada tulang belakang dimana hyperekstensi dari tulang lumbal.
Diskripsi: kurva anterior pada spinal lumbal yang melengkung berlebihan.
Penyebab: kondisi congenital, kondisi temporer missal, kehamilan.
Penatalaksanaan: latihan peregangan spinal berdasarkan penyebab
3. TRAKSI
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani kerusakan
atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani fraktur,
dislokasim atau spasme otot dalam usaha memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan.
Prinsip traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh., tungkai, pelvis
atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan disebut
dengan countertraksi.
12. Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir menggunakan
traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon. Traksi telah menjadi sebuah ketetapan
dalam management ortopedi hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin dan plate
menjadi praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya pembedahan
fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit yang lebih.
Kita dapat menggunakan traksi :
(1) untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau
(2) untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau
(3) untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya ikuti dengan yang lain.
Untuk mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk
mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk beberapa minggu jika diperlukan.
Ada 2 cara melakukan hal tersebut :
(1) memberi pengikat ke kulit (traksi kulit).
(2) dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau kirschner wir melalui tulangnya
(traksi tulang).
2. Traksi Skeletal, menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke
sekeleton melalui pin, wire, atau baut dimasukkan dalam tulang. Traksi skeletal digunakan untuk
fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana
berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur
membutuhkan traksi jangka panjang.
Traksi membutuhkan waktu untuk diaplikan dan diatur,
tetapi hal ini dapat dengan mudah diatur dengan asisten.
Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Di lengan hal ini
masih kurang nyaman, tidak menyakinkan, sulit untuk
dijaga, dan frustasi untuk pasien. Untuk kesemua alas an ini, traksi lengan hanya digunakan
dalam keadaan pengecualian yang lebih jauh.
Klasifikasi traksi di dasari pada penahan tububh yang di capai:
13. 1. Traksi Manual, menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap seseorang dibagian
tubuh yang terkena melalui tangan mereka.Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur
sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan.
2. Traksi Skeletal, menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke sekeleton
melalui pin, wire, atau baut dimasukkan dalam tulang. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur
yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan
fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
3. Traksi kulit, menunjukkan dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian tubuh yang
terkena melalui jaringan lunak
C. KESEGARISAN TUBUH
4. Kegarisan Tubuh
3 KESEGARISAN TUBUH
Kesegarisan tubuh (body alignment) atau postur
merupakan istilah yang sama dan mengacu pada posisi sendi, tendon, ligament, dan otot selama
berbaring. Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur
muskusloskeletal, mempertahankan tonus (ketegangan) otot secara kuat dan menunjang
keseimbangan.
Dalam mempertahankan kesegarisan tubuh yang tepat, dan memindahkan klien dengan
aman dari tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar.
Adapun faktor yang mempengaruhi kesegarisan tubuh:
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak optimal, terdapat organ atau
bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau kelemahan sehingga dapat memengaruhi
pembentukan postur tubuh.
2. Nutrisi
14. Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan yang digunakan dalam membantu proses
keseimbangan organ, otot, tendon, ligament, dan persendian. Apabila status nutrisi kurang,
kebutuhan enegi pada organ tersebut juga akan berkurang, sehingga dapat mengganggu proses
keseimbangan.
3. Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga keseimbangan tubuh. Hal tersebut
dapat mempengaruhi proses koordinasi pada otot, ligament, sendi, dan tulang.
4. Faktor social
5. Gaya hidup (life style)
Perilaku gaya hidup seseorang dapat membuat seseorang menjadi lebih baik atau sebaliknya
menjadi lebih buruk. Seseorang yang mempunyai gaya hidup yang tidak sehat misalnya selalu
menggunakan alat bantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami
ketergantungan sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
6. Perilaku dan nilai-nilai
Adanya perubahan perilaku dan ilai seseorang dapat memengaruhi postur tubuh. Sebagai contoh,
perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat dapat mempengaruhi proses
pembentukan postur tubuh orang lain yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa aplikasi biomekanika sangat penting untuk
diterapkan dalam dunia keperawatan, diantarnya mekanika tubuh, traksi, pengaturan posisi, dan
kegarisan tubuh. Dimana seorang perawat harus mengetahui penerapannya
B. SARAN
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk