Ringkasan dokumen tersebut adalah:
Pengelolaan kelas merupakan upaya guru untuk menciptakan kondisi kelas yang kondusif agar proses pembelajaran berjalan efektif dengan mempertimbangkan faktor fisik, emosional, dan administrasi teknis kelas. Gaya kepemimpinan situasional guru dan penataan ruang kelas yang memadai juga diperlukan untuk mendukung tercapainya tujuan pengajaran.
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Komponen pengelolaan kelas
1. KOMPONEN PENGELOLAAN KELAS
A. Definisi Pengelolaankelas
Beberapa definisi mengenai pengelolaan kelas menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan
belajar mengajar atau yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal
sehingga dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. (Dr. Suharsimi
Arikunto, Pengelolaan Kelas dan siswa : 1987 : 68).
2. Pengelolaan kelas adalah kegiatan mengatur tata ruang kelas untuk pengajaran dan
menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. (Pengelolaan belajar dan kelas, E.
Komar dan Uus Rusnadi 1993 : )
3. Pengelolaan kelas adalah usaha dari pihak guru untuk menata kehidupan kelas yang
dimulai daari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya,
lingkungannya untuk memaksimalkan efesiensi, memantau kemajuan siswa dan
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul. (Cece Wijaya dan A. Tabrani
Rusyar, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar, 1992 : 113).
B. Pentingnya pengelolaan Kelas
Sehubungan dengan itu, maka pentingnya dari pengelolaan kelas yaitu sebagai berikut :
1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas yang memungkinkan peserta didik
mengembangkan kemampuan secara optimal.
2. Mempertahankan keadaan yang stabil dalam suasana kelas, sehingga bila terjadi
gangguan dalam belajar mengajar dapat dieleminir.
3. Menghilangkan berbagai hambatan dan pelanggaran disiplin yang dapat merintangi
terwujudnya interaksi belajar mengajar.
4. Mengatur semua perlengkapan dan peralatan yang memungkinkan peserta didik belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual peserta didik dalam kelas.
5. Melayani dan membimbing perbedaan individual peserta didik..( Mulyani dan Johar,
1988 )
Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2005 ) semua komponen keterampilan mengelola kelas
mempunyai tujuan, baik untuk anak didik maupun untuk guru, yaitu :
1. Untuk Anak Didik
a. Mendorong anak didik mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah
lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri sendiri.
b. Membantu anak didik mengetahui tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas
dam memahami bahwa teguran guru merupakan suatu peringatan dan bukan
kemarahan.
c. Membangkitkan rasa tanggungjawab untuk melibatkan diri dalam tugas dan pada
kegiatan yang diadakan.
2. Untuk Guru
a. Mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran dengan pembukaan yang
lancar dan kecepatan yang tepat.
b. Menyadari kebutuhan anak didik dan memiliki kemampuan dalam memberi petunjuk
secara jelas kepada anak didik.
c. Mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap tingkah laku anak didik
yang mengganggu.
2. d. Memiliki strategi remedial yang lebih komprehensif yang dapat digunakan dalam
hubungannya dengan masalah tingkah laku anak didik yang muncul di dalam kelas.
C. Tata cara pengelolaan Kelas dalam hal pembelajaran
1. Indikator pengelolaan kelas yang berhasil:
a. Guru mengerti perbedaan antara mengelola kelas dan mendisiplinkan kelas.
b. Sebagai guru jika anda pulang kerumah tidak dalam keadaan sangat lelah.
c. Guru mengetahui perbedaan antara prosedur kelas (apa yang guru inginkan terjadi,
contohnya cara masuk kedalam kelas, mendiamkn siswa, bekerja secara bersamaan
dan lain-lain) dengan rutinitas kelas (apa yang siswa lakukan secara otomatis
misalnya tata cara masuk kelas, pergi ke toilet dan lain-lain). Ingat prosedur kelas
bukan peraturan kelas.
d. Guru melakukan pengelolaan kelas dengan mengorganisir prosedur-prosedur, sebab
prosedur mengajarkan siswa akan pentingnya tanggung jawab
e. Guru tidak mendisiplinkan siswa dengan ancaman-ancaman, dan konsekuensi seperti
penghilangan hak siswa dan lain-lain.
f. Guru mengerti bahwa perilaku siswa dikelas disebabkan oleh sesuatu, sedangkan
disiplin bisa dipelajari.
Ada dual hal yang membedakan antara guru yang berhasil dan yang tidak.
a. Guru yang kurang berhasil menghabiskan hari-hari pertama ditahun ajaran dengan
langsung mengajarkan subyek mata pelajaran kemudian sibuk mendisiplinkan siswa
selama setahun penuh.
b. Guru yang efektif menghabiskan dua minggu pertama di tahun ajaran dengan
meneguhkan prosedur.
2. Kondisi dan situasi belajar
KONDISI FISIK
1. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
Jenis Kegiatan (dalam kelas/di ruang praktikum)
Jumlah siswa yang melakukan kegiatan
2. Pengaturan tempat duduk.
Berbaris
Pengelompokan
Setengah lingkaran
Berbentuk lingkaran
Individu
Ruang kelas yang tidak normal
3. Ventilasi dan pengaturan cahaya
Ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa antara lain jendela yang cukup besar
agar cahaya matahari masuk dan udara sehat.
4. Pengaturan penyimpanan barang
Penyimpanan barang hendaknya disimpan ditempat khusus yang mudah dicapai dan
diatur sedemikian rupa sehingga barang-barang tersebut segera dapat digunakan.
KONDISI EMOSIONAL
1. Tipe kepemimpinan
Tipe otoriter (diktator) yang dengan kondisi ini siswa hanya akan aktif kalau ada guru
sedangkan kalautidak ada maka tidak akan aktif. Aktivitas belajar mengajar sangat
bergantung pada guru dan menuntut banyak perhatian dari guru.
3. Tipe demokratis lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan antara siswa dan
guru. Sikap ini dapat membantu menciptakan iklim yang menguntungkan bagi terciptanya
kondisi proses belajar mengajar yang optimal.
2. Sikap guru
Dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya guru tetap
sabar dan bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa dapat diperbaiki.
3. Suara guru
Hendaknya dengan suara yang rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara yang
penih.
4. Pembinaan raport
Dengan hubungan baik antara guru dan siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira,
penuh gairah dan semangat.
c. Administrasi teknik
a. Absensi
Pengelolaan absensi hendaknya dilakukan secara periodic
1. Tempat bimbingan siswa
Ruangan khusus untuk keperluan bimbingan siswa yang dilakukan guru, wali kelas atau guru
pembimbing sekolah
Tempat baca siswa
Tempat sampah
Catatan pribadi siswa
Dengan catatan pribadi siswa, guru akan mengenal siswa secara lengkap termasuk latar
belakang kehidupan siswa
Efektivitas Pengelolaan Kelas
Pengelolaan kelas merupakan seperangkat perilaku yang kompleks dimana guru
menggunakan ini untuk menata dan memelihara kondisi kelas yang akan membantu para
siswa mampu mencapai tujuan tujuan instruksional secara efisien.
Guru sebagai pengelola kelas merupakan orag yang mempunyai peranan yang strategis yaitu
sebagai orang merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dikelas, orang yang
akan mengimplementasikan kegiatan yang direncanakan dengan subjek dan objek siswa,
menentukan dan mengambil keputusan dengan strategi yang akan digunakan dengan
berbagai kegiatan dikelas, dan guru pula yang akan menentukan alternatif solusi untuk
mengatasi hambatan dan tantangan yang muncul. Pandangan-pandangan yang bersifat
filosofis dan operasional dalam pengelolaan kelas (Wilford) :
1. Pendekatan otoriter: siswa perlu diawasi dan diatur
2. Pendekatan intimidasi: mengawasi siwa dan menertibkan siswa dengan cara intimidasi
3. Pendekatan permisif: memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan apa yang
diinginkan, guru hanya memantau
4. Pendekatan resep masakan: mengikuti dengan tertib dan tepat hal-hal yang sudah
ditentukan, apa yang boleh dan apa yang tidak
5. Pendekatan pengajaran: guru menyusun rencana pengajaran dengan tepat untuk
menghindari permasalahan perilaku siswa yang tidak diharapkan
6. Pendekatan modifikasi perilaku: mengupayakan perubahan perilaku yang positif pada
siswa
7. Pendekatan iklim sosio-emosional: menjalin hubungan yang positif antara guru dengan
siswa
4. 8. Pendekatan sistem proses kelompok/dinamika kelompok: meningkatkan dan memelihara
kelompok kelas yang efektif dan produktif.
Motivasi
Motivasi guru menjadi dasar pertama untuk keberhasilan guru dalam mengelola kelas.
Keberhasilan pengelolaan kelas bergantung pada motivasi guru, artinya guru yang memiliki
motivasi tinggi akan dapat mengelola kelas dengan baik dan tepat. Mengelola kelas itu
sendiri bukanlah tujuan utama dari setiap guru, akan tetapi apabila guru dapat mengelola
kelas dengan baik, maka kegiatan belajar mengajar nya akan berjalan dengan baik dan siswa-
siswanya akan berprestasi tinggi. Mengelola kelas merupakan sarana untuk mencapai tujuan
yang ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.
Tujuan guru pada dasarnya adalah bagaimana guru dapat mentransfer materi pelajaran
dengan baik, sehingga siswa dapat mengerti dan menerima materi pelajaran yang diajarkan.
Disadari atau tidak, motivasi kerja guru akan mempengaruhi perilaku guru dalam melakukan
tugasnya. Guru yang hanya mementingkan penghasilan/gaji akan memandang pekerjaannya
sebagai sarana untuk mendapatkan uang, dan sekolah merupakan organisasi yang menjamin
kesejahteraan guru. Guru akan melakukan banyak pekerjaan lain untuk menambah honornya
seperti memberi pelajaran tambahahan dan juga mengajar di banyak sekolah lain. Akibat
perilaku yang seperti ini, guru tentu tidak akan sempat mempersiapkan pelajarannya dengan
baik ayau memeriksa tugas siswa satu persatu. Guru hanya akan mengajar dengan metode
yang mudah dilakukan baginya tanpa memperhatikan apakah siswa-siswanya dapat mengerti
materi pelajaran yang diajarkannya.
Sebaliknya, guru yang menaruh perhatian pada perkembangan siswa akan berupaya
menyumbangkan segala kemampuannya untuk kepentingan siswa. Guru berupaya membantu
siswa yang memiliki kemampuan belajar yang rendah. Guru akan menggunakan berbagai
metode mengajar agar siswa dapat mengerti materi pelajaran yang diajarkannya. Guru
tersebut akan mempunyai kreativitas yang tinggi, mau mengorbankan waktunya agar siswa
bisa berprestasi. Guru akan merasa puas apabila siswa berhasil dengan baik.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai pola tindak seseorang dari seorang pemimpin
sebagai ciri kepemimpinannya. Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-
aktivitas sebuah kelompok ke arah pencapaian tujuan. Gaya kepemimpinan akan menentukan
sejauh mana efektivitas kepemimpinan, karena seorang pemimpin yang memiliki gaya
kepemipinan yang tepat, akan dapat mengoptimalkan dan memaksimalkan
kepemimpinannya.
Para ahli menyatakan bahwa tidak ada satu gayapun yang paling tepat yang dapat
mengatasi permasalahan yang muncul dalam berbagai situasi yang berbeda. Pendekatan
situasional merupakan alternatif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang berbeda.
Kepemimpinan situasional menjelaskan bagamana seseorang berperilaku sesuai dengan
kebutuhan kelas dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Kesiapan/kondisi kemampuan siswa yang tidak sama satu dengan yang lainnya
merupakan faktor nyata yang ada didalam kelas dan tidak bisa dihilangkan. Oleh karena itu
guru perlu melakukan pengelolaan kelas yang salah satunya berguna untuk mengatasi hal
tersebut, sehingga setiap siswa tetap dapat menerima materi pelajaran dengan baik serta
berprestasi.
Pengelolaan kelas memiliki tujuan yang jelas yaitu menciptakan dan menjaga kondisi
kelas agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik. Artinya mampu
membimbing para siswa yang kemampuannya memang tidak semuanya sama untuk tetap
dapat mengikuti dan menguasai materi pelajaran yang diajarkan.
5. Gaya kepemimpinan situasional yang dimiliki guru merupakan solusi untuk keberhasilan
pengelolaan kelas yang efektif. Dengan gaya kepemimpinan ini guru akan selalu mempelajari
kondisi siswa dikelas tempat guru tersebut mengajar, dan kemudian menentukan apa yang
harus dilakukan oleh guru sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan
tujuan pengajaran dapat tercapai.
Penataan Ruang Kelas
Pembelajaran yang efektif dapat bermula dari iklim kelas yang dapat menciptakan suasana
belajar yang menggairahkan, untuk itu perlu diperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas
dan isinya. Lingkungan kelas perlu ditata dengan baik sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi yang aktif antara siswa dengan guru, dan antar siswa. Ada beberapa prinsip dalam
penataan lingkungan fisik kelas menurut Loisell, yaitu:
1. Visibility (keleluasaan pandangan)
Visibility artinya penempatan dan penataan barang-barang didalam kelas tidak mengganggu
pandangan siswa, sehingga siswa secara leluasa dapat memandang guru, benda, atau kegiatan
yang sedang berlansung. Begitu pula guru harus dapat memandang semua siswa saat
kegiatan pembelajaran berlangsung.
2. Accesibility (mudah dicapai)
Penataan ruang harus dapat memudahkan siswa untuk meraih atau mengambil barang-barang
yang dibutuhkan selama proses pembelajaran. Selain itu jarak antar tempat duduk harus
cukup untuk dilalui oleh siswa sehingga siswa dapat bergerak dengan mudah dan tidak
mengganggu siswa lain yang sedang bekerja.
3. Fleksibilitas
Barang-barang didalam kelas hendaknya mudah ditata dan dipindahkan, yang disesuaikan
dengan kegiatan pembelajaran. Seperti penataan tempat duduk yang perlu dirubah jika proses
pembelajaran menggunakan metode diskusi atau kerja kelompok.
4. Kenyamanan
Kenyamanan disini berkenaan dengan temperatur ruangan, cahaya, suara, dan kepadatan
kelas.
5. Keindahan
Prinsip keindahan ini berkenaan dengan usaha guru menata ruang kelas yang menyenangkan
dan kondusif bagi kegiatan belajar. Ruangan kelas yang indah dan menyenangkan dapat
berpengaruh positif pada sikap dan tingkah laku siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan.
Tempat Duduk Siswa
Tempat duduk merupakan fasilitas atau barang yang diperlukan oleh siswa (sekolah
formal) dalam proses pembelajaran. Banyak macam posisi tempat duduk yang bisa
digunakan didalam kelas, seperti berjejer ke belakang, bentuk setengah lingkaran,
berhadapan, dan sebagainya. Dalam memilih desain penataan tempat duduk perlu
memperhatikan jumlah siswa dalam satu kelas yang disesuaikan pula dengan metode yang
akan digunakan. Biasanya posisi tempat duduk berjejer kebelakang digunakan didalam kelas
dengan metode belajar ceramah. Untuk metode diskusi dapat menggunakan posisi setengah
lingkaran atau berhadapan. Tidak hanya menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang
digunakan, tetapi seorang guru juga perlu mempertimbangkan karakteristik individu siswa,
baik dari aspek kecerdasan, psikologis, dan biologis siswa itu sendiri. Bagaimana
menempatkan siswa yang mempunyai kelainan dalam arti secara psikologis, misalnya siswa
yang hiperaktif, suka melamun, dll. Pada aspek biologis perlu dipertimbangkan postur tubuh
siswa, dimana menempatkan siswa yang mempunya tinggi dan atau rendah.
6. Penataan tempat duduk adalah salah satu upaya yang dilakukan guru dalam mengelola
kelas. Karena pengelolaan kelas yang efektif akan menentukan hasil pembelajaran yang
dicapai. Dengan penataan tempat duduk yang baik maka diharapkan akan menciptakan
kondisi belajar yang kondusif, dan juga menyenangkan bagi siswa
Pengelolaan kelas secara umum adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan
pengelolaan pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. Sedangkan pengertian
pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatannya menurut weber
(1977) diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Berdasarkan pendekatan otoriter (authority approach), pengelolaan kelas adalah kegiatan
guru untuk mengontrol tingkah laku siswa. Guru berperan menciptakan dan memelihara
aturan kelas melalui penerapan disiplin secara ketat. Otoritas guru tidak sepenuhnya, guru
memang mempunyai hak kekuasaan, namun ada pemegang kekuasaan di atas guru
misalnya kepala sekolah, dan lain-lain.
2. Berdasarkan pendekatan permisif (permissive approach), pengelolaan kelas adalah upaya
yang dilakukan oleh guru untuk memberi kebebasan kepada siswa dalam melakukan
berbagai aktifitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Fungsi guru adalah
menciptakan kondisi siswa agar merasa aman untuk melakukan aktifitas di dalam kelas.
3. Berdasarkan pendekatan modifikasi tingkah laku, pengelolaan kelas adalah upaya untuk
mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat positif dari siswa dan
berusaha semaksimal mungkin mencegah munculnya atau memperbaiki perilaku negatif
yang dilakukan oleh siswa.
Tidak ada pendekatan-pendekatan yang paling baik, tetapi pendekatan-pendekatan ini
akan menjadi pendekatan paling baik pada saat situasi yang tepat
.
B. Komponen Katerampilan Mengelola Kelas
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi
dua bagian, yaitu keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan
kondisi belajar yang optimal (bersifat preventif ) dan keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal.
Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal terdiri dari keterampilan sikap tanggap, membagi perhatian, pemusatan
perhatian kelompok. Keterampilan suka tanggap ini dapat dilakukan dengan cara;
memandangan secara seksama, gerak mendekati, memberi pertanyaaan , dan reaksi terhadap
gangguan dan ketakacuhan. Yang termasuk kedalam ketakacuan. Yang termasuk kedalam
keterampilan memberi perhatian adalah visual dan verbal. Tetapi memberi tanda, penghentian
jawab, pengarahan dan petunjuk yang jelas, penghentian, penguatan, kelancaran, dan
kecepatan, merupakan sub bagian dari keterampilan pemusatan perhatian kelompok.
Masalah modifikasi tingkah laku, pendekatan pemecahan masalah kelompok, dan
menemukan serta memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah, adalah tiga buah
strategi yang termasuk kedalam ruang lingkup keterampilan yang berhubungan
dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal. Semua kegiatan yang disebutkan diatas
akan diperjelas dan diperdalam via uraian berikut ini.
Keterampilan dalam mengelola kelas dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu:
1. Preventif, keterampilan yang berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi
belajar yang optimal.
2. Represif, keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang
optimal.
7. Pada keterampilan preventif, berkaitan dengan kemampuan guru didalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran serta kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hal tersebut
yaitu:
1. Sikap tanggap
Seorang guru memperlihatkan sikap positif terhadap setiap perilaku yang muncul pada siswa
dan memberikan tanggapan-tanggapanatas perilaku tersebut dengan maksud tidak
menyudutkan kondisi siswa, perasaan tertekan dan memunculkan perilaku susulan yang
kurang baik. Komponen ini ditunjukan oleh tingkah laku guru bahwa ia hadir berasama
mereka. Guru tahu kegiatan mereka, tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu yang
mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru ada di belakang kepala, sehingga guru dapat
menegur anak didik walaupun guru sedang menulis di papan tulis. Sikap ini dapat dilakukan
dengan cara:
a. Memandang secara seksama
Memandang secara seksama dapat mengundang dan melibatkan anak didik kontak pandang
dalam pendekatan guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama dan menunjukan rasa
persahabatan.
b. Gerak mendekati
Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau individu menandakan kesiagaan,
minat dan perhatian guru yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas anak didik. Gerak
mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan untuk menakut-nakuti, mengancam atau
memberi kritikan dan hukuman.
c. Memberi pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh anak didik sangat diperlukan, baik
berupa tanggapan, komentar, ataupun yang lainnya. Akan tetapi haruslah dihindari hal-hal
yang menunjukan dominasi guru, misalnya dengan komentar atau pernyataan yang
mengandung ancaman seperti: “ saya tunggu sampai kalian diam!”. “saya atau kalian yang
keluar?” atau “ siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya, silakan keluar!”.
d. Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan
Kelas tidak selamanya tenang. Pasti ada gangguan. Hal ini perlu guru sadari dan jangan
dibiarkan. Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama anak didik. Teguran
haruslah diberikan pada saat yang tepat dan sasaran yang tepat pula, sehingga dapat
mencegah meluasnya penyimpangan tingkah laku.
2. Membagi perhatian
Kelas diisi oleh sejumlah orang (siswa) yang memiliki keterbatasan-keterbatasan yang
berbeda-beda yang membutuhkan bantuan dan pertolongan dari guru. perhatian guru tidak
hanya terfokus pada satu orang atau satu kelompok tertentu yang dapat menimbulkan
kecemburuan, tapi perhatian harus terbagi dengan merata kepada setiap anak yang ada di
dalam kelas juga harus mampu membagi perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang
berlangsung dalam waktu yang sama agar pengelolaan kelas menjadi efektif. Membagi
perhatian dapat dilakukan dengan cara:
a. Visual
Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan kegiatan pertama sedemikian
rupa sehingga ia dapat melirik kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan
pertama. Kontak pandang ini bisa dilakukan terhadap kelompok anak didik atau anak didik
secara individual.
b. Verbal
8. Guru dapat memberi komentar, penjelasan, pertanyaan dan sebagainya terhadap aktivitas
anak didik pertama sementara ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas anak didik
yang lain.
3. Pemusataan perhatian kelompok
Munculnya kelompok informal di kelas atau pengelompokan karena disengaja oleh guru
dalam kepentingan pembelajaran membutuhkan kemampuan untuk mengatur dan
mengarahkan perilakunya, terutama ketika kelompok perhatiannya harus terpusat pada tugas
yang harus diselesaikan. Maka guru harus bisa mengambil inisiatif dan mempertahankan
perhatian anak didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia bekerja sama
dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri dari tiga sampai empat orang. Untuk itu ada
beberapa hal yang dapat guru lakukan, yaitu:
a. Memberi tanda
Dalam memulai proses belajar mengajar guru memusatkan pada perhatian kelompok terhadap
suatu tugas dengan memberi beberapa tanda, misalnya menciptakan atau membuat situasi
tenang sebelum memperkenalkan objek, pertanyaan atau topik dengan memilih anak didik
secara random untuk meresponnya.
b. Pertanggungan jawab
Guru meminta pertanggung jawaban anak didik atas kegiatan dan keterlibatannya dalam
suatu kegiatan. Setiap anak didik sebagai anggota kelompok harus bertanggung jawab
terhadapkegiatan sendiri, maupun kegiatan kelompoknya. Misalny, dengan meminta kepada
anak didik untuk memperagakan, melaporkan hasil dan memberikan tanggapan.
c. Pengarahan dan petunjuk yang jelas
Guru harus sering kali memberi pengarahan dan petunjuk yang jelas dan singkat dalam
memberikan pelajaran kepada anak didik, sehingga tidak terjadi kebingungan pada diri anak
didik. Pengarahan dan petunjuk dapat dilakukan pada seluruh anggota kelas, kepada
kelompok kecil, ataupun kepada individu dengan bahasa dan tujuan yang jelas.
d. Penghentian
Tidak semua gangguan tingkah laku dapat dicegah atau berhasil dihindari. Yang diperlukan
disini adalah guru dapat menanggulangi terhadap anak didik yang nyata-nyata melanggar dan
mengganggu untuk aktiv dalam kegiatan di kelas. Bila anak didik menyela kegiatan anak
didik lain dalam kelompoknya, guru secara verbal mengomeli atau menghentikan gangguan
anak didik itu. Cara lain untuk menghentikan gangguan, adalah guru dan anak didik membuat
persetujuan mengenai prosedur dan aturan yang merupakan bagian dari pelaksanaan rutin
proses belajar mengajar, sehingga menghentikan gangguan berubah menjadi hanya
memperingatkan. Cara mengomeli kurang dibenarkan dalam pendidikan, sebab tidak
mendidik.
e. Penguatan
Untuk menanggulangi anak didik yang mengganggu atau tidak melakukan tugas, dapat
dilakukan dengan pemberian penguatan yang dipilih sesuai dengan masalahnya. Penggunaan
penguatan untuk mengubah tingkah laku merupakan strategi remedial untuk mengatasi anak
didik yang terus mengganggu atau yang tidak melakukan tugas.
f. Kelancaran (smoothnees)
Kelancaran atau kemajuan anak didikdalam belajar sebagai indikator bahwa anak didik dapat
memusatkan perhatiannya pada pelajaran yang diberikan di kelas. Hal ini perlu guru dukung
dan jangan diganggu dengan hal-hal yang bisa membuyarkan konsentrasi anak didik. Ada
9. sejumlah kesalahan yang harus guru hindari, yaitu: campur tangan yang berlebihan (teacher
Instruction), kelenyapan (Fade away), penyimpangan (Digression), dan ketidaktepatan
berhenti dan memulai kegiatan.
g. Kecepatan (Pacing)
Kecepatan disini diartikan sebagai tingkat kemajuan yang dicapai anak didik dalam suatu
pelajaran. Yang perlu dihindari oleh guru adalah kesalahan menahan penyajian bahan
pelajaran yang sedang berjalan, atau kemajuan tugas. Ada dua kesalahan kecepatan yang
harus dihindari bila kecepatan yang tepat mau dipertahankan, yaitu: Bertele-tele
(overdwelling) dan mengulangi penjelasan yang tidak perlu.
4. Memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas
Untuk mengarahkan kelompok kedalam pusat perhatian seperti dijelaskan diatas, juga
memudahkan anak menjalankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya maka tugas guru
adalah memaparkan setiap pelaksanaan tugas-tugas tersebut sebagai petunjuk pelaksanaan
yang harus dilaksanakan anak secara bertahap dan jelas.
5. Menegur
Permasalahan bisa terjadi dalam hubungannya antara siswa dengan siswa dan siswa dengan
guru. Permasalahan dalam hubungan tersebut bisa terjadi dalam konteks pembelajaran,
sehingga guru sebagai pemegang kendali kelas harus mampu memberikan teguran yang
sesuai dengan tugas dan perkembangan siswa. Sifat dari teguran bukan dari hal yang
memberikan efek penyerta yang menimbulkan ketakutan pada siswa tapi bagaimana siswa
bisa tahu dengan kesalahan yang dilakukannya .
6. Memberi penguatan
Penguatan adalah upaya yang diarahkan agar prestasi yang dicapai dan perilaku-perilaku
yang baik dan dipertahankan oleh siswa atau bahkan mungkin ditingkatkan atau dapat
ditularkan kesiswa lainnya. segala tingkah laku hendaknya diberi penguatan baik itu
penguatan positif maupun negatif dan teguran pada perilaku siswa yang telah menyimpang.
Pada keterampilan represif, berkaitan dengan respon guru terhadap gangguan siswa yang
berkelanjutan dengan maksud agar guru dapat mengadakan tindakan remedial untuk
mengembalikan kodisi belajar yang optimal. Strategi yang dapat dilakukan yaitu:
a. modifikasi tingkah laku
Guru harus menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dan
memodivikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara
sistematis.
b. pengelolaan kelompok
Guru dapat menggunakan alternatif lain dalam mengatasi masalah pengelolaan kelas antara
lain dengan menerapkan pendekatan pemecahan masalah kelompok. Ada dua jenis
keterampilan yang diperlukan yaitu memperlancar tugas-tugas dan memelihara kegiatan-
kegiatan kelompok.
c. menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan masalah
Kadang-kadang perilaku siswa yang mengganggu kegiatan di kelas akan menyebabkan
proses pembelajaran yang kurang optimal maka seorang guru harus mampu meningkatkan
kesadaran siswa akan tindakannya dengan cara memindahkan benda-benda yang bersifat
mengganggu, menghilangkan ketegangan dengan humor, memindahkan penyebab gangguan,
pengekangan fisik, dan pengasingan.
C. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
10. Dalam melaksanakan komponen keterampilan pengelolaan kelas , perlu diperhatikan pinsip-
prinsip dasar pengelolaan kelas sebagai berikut:
1. Kehangatan dan keantusiasan
Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang
menyenangkan sehingga dapat mewujudkan kegiatan belajar yang optimal. Guru yang
bersikap hangat dan akrab serta secara ajek menunjukkan antusiasmenya terhadap tugas-
tugas, kegiatan-kegiatan, atau siswanya akan lebih mudah melaksanakan komponen-
komponen keterampilan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan-bahan yang menantang akan meningkatkan
gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang. Selain itu perhatian dan minat siswa akan tetap terpelihara. Diusahakan, saat
guru memberi tantangan, soal dimulai dari yang mudah dan semua siswa bisa menjawab
sebagai motivasi untuk menjawab selanjutnya.
3. Bervariasi
Penggunaan variasi dalam media, gaya dan interaksi belajar mengajar merupakan kunci
pengelolaan kelas untuk menghindari kejenuhan serta pengulangan aktivitas yang
menyebabkan menurunnya kegiatan belajar dan tingkah laku positif siswa. Jika terdapat
banyak variasi maka kejenuhan akan berkurang dan siswa akan cenderung meningkatkan
keterlibatannya dalam tugas dan tidak akan menunggu temannya.
4. Keluwesan
Selama proses belajar mengajar, terdapat kemungkinan munculnya ganggua-gangguan dari
siswa. Untuk mencegah gangguan tersebut diperlukan keluwesan tingkah laku guru untuk
dapat merubah strategi mengajarnya mengajarnya dengan memanipulasi berbagai komponen
keterampilan mengajar yang lain.
5. Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
Guru dapat memelihara suasana yang positif dengan berbagai cara diantaranya adalah
dengan:
a. Memberi aksentuasi terhadap tingkah laku siswa yang positif dan menghindari celaan
terhadap tingkah laku yang kurang wajar.
b. Menyadari akan kemungkinan kesalahan yang dapat dibuatnya sehingga akan
mengganggu kelancaran dan kecepatan belajar siswa.
c. Penanaman disiplin diri
Siswa dapat mengembangkan diri sendiri merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas.
Untuk mencapai tujuan ini guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin
diri sendiri. Hal ini akan lebih berhasil jika guru sendiri menjadi contoh atau teladan tentang
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.