Dokumen tersebut membahas tentang prespektif manajemen kelas yang mencakup beberapa poin penting, yaitu (1) manajemen kelas merupakan tantangan utama bagi guru pemula, (2) manajemen kelas dan pengajaran saling berkaitan, dan (3) ada berbagai pendekatan dalam manajemen kelas seperti pendekatan preventif, penggunaan hadiah dan hukuman, serta pentingnya asesmen dan evaluasi.
2.
Prespektif Tentang Manajemen Kelas
Pekerjaan terbesar guru adalah
mengembangkan komunitas belajar
demokratis yang semua siswanya dihargai,
saling menghormati satu sama lain, dan
termotivasi untuk bekerja bersama – sama.
Manajemen kelas yang baik membutuhkan
guru yang mampu menciptakan hubungan
autentik dengan siswa dan mengembangkan
etika kepedulian.
3. Ada
dua ide lain yang dapat memberikan prespektif
tambahan tentang manajemen kelas
1.
Manajemen kelas barangkali merupakan
tantangan terpenting yang dihadapi para guru
pemula
2. Manajemen kelas dan pengajaran saling terkait
erat.
4. 1. Reinforcement Theory ( Teori Penguatan )
Teori penguatan menekankan tentang sentralisasi
kejadian eksternal dalam mengarahkan perilaku dan
pentingnya penguat positif dan negatif ( Skiner,
1956 ).
2. Ekologi Kelas dan Proses Kelompok
Prespektif ini mengkaji bagaimana kerjasama dan
keterlibatan siswa diperoleh sehingga kegiatan –
kegiatan belajar yang penting dapat diselesaikan
5. 3. Tradisi Child – Centered
Perilaku buruk merupakan akibat instruksi yang
berusaha menekan siswa, sekalipun hal itu
dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri atau
untuk kebaikan masyarakat atau akibat situasi
pengendalian kita terhadap perilaku dan berusaha
membuat siswa melakukan yang kita inginkan dan
bukan membantu mereka menjadi orang – orang
yang canggih secara moral, yang memikirkan
tentang dirinya sendiri dan sekaligus peduli pada
orang lain.
6. 1. Manajemen Kelas Preventatif
Banyak masalah yang terkait dengan
perilaku buruk siswa yang ditangani oleh guru
– guru efektif melalui pendekatan preventatif
dan membahas tentang berbagai tuntutan
manajemen yang terkait dengan pendekatan
pengajaran tertentu.
7. a). Menetapkan Aturan dan Prosedur
Aturan adalah pernyataan yang menyebutkan apa
yang diharapkan untuk dilakukan atau untuk tidak
dilakukan oleh siswa. Biasanya, aturan dibuat
secara tertulis, dimengerti dengan jelas oleh siswa,
dan dibuat minimum.
Prosedur
adalah cara untuk menyelesaikan
pekerjaan atau kegiatan lainnya.
8. b). Gerakan Siswa
Pengelola kelas yang efektif merancang cara untuk
membuat gerakan yang dibutuhkan oleh siswa
berjalan lancar. Mereka mengorganisasikan prosedur
antrean dan distribusi yang efisien; Mereka
menetapkan aturan yang meminimalkan disrupsi
dan memastikan keselamatan.
9. c). Pembicaraan Siswa
Pengelola kelas yang efektif memiliki sejumlah
aturan yang jelas, yang mengatur kapan siswa
boleh berbicara. Kebanyakan guru
mempreskripsikan kapan bicara dilarang, kapan
bicara dengan dengan suara rendah diizinkan dan
disarankan, dan kapan boleh bebas berbicara.
10. d). Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Pengelola kelas yang efektif pada umumnya hanya
menetapkan beberapa aturan dan prosedur saja,
mengajarkannya dengan cermat kepada siswa, dan
menjadikannya sesuatu yang rutin dengan
menggunakannya secara konsisten.
e). Menjaga Konsistensi
Pengelola kelas yang efektif konsisten dalam
menegakkan aturan dan menerapkan prosedur. Bila
tidak, aturan dan prosedur apa pun akan buyar
dengan cepat.
11. f). Mencegah Perilaku Menyimpang dengan
Smoothness dan Momentum
Meminimalkan perilaku disruptif dan
memperlambat pelajaran sulit dipelajari oleh guru
pemula, seperti banyak ketrampilan manajemen
efektif lainnya, karena begitu banyaknya aspek
manajemen yang bersifat situasional.
12. g). Memulai Pelajaran
Pengelola kelas yang efektif merencanakan dan
melaksanakan prosedur yang membantu agar segala
sesuatunya dapat dimulai dengan cepat dan pasti.
h). Transisi
Sistem cuing ( memberi isyarat ) dan signaling (
memberi signal ) digunakan oleh guru – guru efektif
untuk mengelola periode transisi yang sulit. Cues
digunakan oleh guru untuk memberi tanda kepada
siswa bahwa mereka akan segera mengganti
kegiatan atau tugas dan segera mempersiapkan diri.
13. i). Mengakhiri Pelajaran
Guru
– guru efektif mengantisipasi potensi
masalah manajemen yang terkait dengan
akhir pelajaran dengan memasukkan
prosedur – prosedur berikut :
Menyisakan waktu yang cukup untuk
menyelesaikan kegiatan penutup
Memberikan pekerjaan rumah lebih awal
sehingga ketidakjelasan dapat diatasi
sebelum menit akhir pelajaran
14. Menetapkan
prosedur rutin untuk mengumpulkan
pekerjaan siswa, sehingga waktu pelajaran tidak
harus dikorbankan untuk kegiatan tersebut
Menetapkan prosedur alerting dan cuing untuk
menyiagakan siswa bahwa akhir pelajaran akan
segera tiba dan beberapa tugas tertentu perlu
diselesaikan sebelum mereka meninggalkan kelas
Mengajari siswa yang lebih tua bahwa kelas akan
dibubarkan oleh guru, bukan oleh bel sekolah
15. j). Mengembangkan Tanggung Jawab Siswa
Pedoman berikut yang diadaptasi dari rekomendasi
Emmer, Evertson, dan Anderson ( 1980 ) dan Evertson,
Emmer, dan Worsham ( 2002 ), seharusnya dimasukkan
ke dalam rencana manajemen preventatif secara
keseluruhan yang dibuat oleh guru :
Komunikasikan dengan jelas tugas – tugas dan prasyarat
untuk menyelesaikannya.
Bagaimana cara kerja prosedur untuk memantau
pekerjaan siswa
Konsisten dalam memeriksa pekerjaan yang telah
selesai dikerjakan
Memberikan umpan balik yang tepat pada hasil
pekerjaan siswa
16. a). Penyebab Perilaku Buruk
Para guru mungkin ingin memikirkan tentang
penyebab perilaku yang tidak semestinya
tetapi mereka seharusnya juga berhati – hati
untuk tidak menghabiskan terlalu banyak
waktu untuk menganalisis semacam ini
karena dua alasan :
17. 1. Mengetahui penyebab perilaku buruk siswa,
meskipun membantu dalam menganalisis
masalahnya, belum tentu menyebabkan perubahan
apa pun pada perilaku itu.
2.Terlalu banyak menangani penyebab psikologis atau
sosiologis perilaku buruk, khususnya yang tidak
dapat dipengaruhi guru, dapat mengakibatkan
penerimaan dan / atau pengunduran diri.
18. b). Menangani Perilaku Buruk
Pendekatan umum yang direkomendasikan bagi
guru – guru pemula untuk menangani perilaku
disruptif adalah dengan tidak terlalu ngotot
mencari penyebabnya, tetapi memfokuskan pada
perilaku buruk itu sendiri dan mencari cara untuk
mengubahnya, paling tidak selama siswa yang
bersangkutan berada dalam kelas.
19. c). Overlappingness
Berarti mampu menengarai
siswa yang berbuat tidak
semestinya dan menanganinya
secara tidak mencolok sehingga
pelajarannya tidak terganggu.
20. d). Merespons “ Desist Incident” dengan Cepat
Prosedur yang direkomendasikan oleh Evertson dan
Emmer berkonsentrasi pada menghentikan perilaku
yang tidak semestinya dengan cepat dan
memastikan bahwa siswa paham mereka berbuat
salah. Model LEAST termasuk prosedur untuk
perilaku buruk ringan maupun masalah – masalah
yang cukup serius yang perlu di tangani dalam
waktu cukup lama.
21. e). Menggunakan Hadiah
Salah satu prinsip yang tidak dapat dipungkiri lagi
dalam psikologi adalah bila perilaku tertentu
diperkuat, perilaku itu cenderung akan diulangi;
sebaliknya perilaku yang tidak di perkuat cenderung
berkurang atau menghilang.Prinsip ini berlaku untuk
kelas dan memberikan cara kepada guru untuk
menangani perilaku siswa.
22. f). Pujian
Pujian adalah hadiah yang
paling mudah di berikan oleh
guru, akan tetapi pujian harus
digunakan dengan tepat agar
efektif.
23. g). Rewads dan Previleges
Guru juga dapat mendorong perilaku yang
diinginkan melalui pemberian rewads dan
previleges kepada siswa. Reward ( hadiah )
yang dapat diberikan oleh guru termasuk antara
lain:
- Point untuk jenis pekerjaan atau perilaku
tertentu yang dapat menambah nilai siswa
- Simbol – simbol seperti bintang emas, happy
face, atau piagam penghargaan
- Piagam kehormatan khusus untuk prestasi
akademik dan perbuatan sosial
24. Privilege ( hak istimewa ) yang dapat diberikan
guru termasuk :
Dijadikan ketua kelas atau pembantu guru
Diberi waktu ekstra untuk istirahat
Diberi waktu khusus untuk mengerjakan proyek
individual khusus
Dibebaskan dari beberapa tugas wajib
Diberi waktu bebas untuk membaca
25. h). Hukuman dan Pinalti Koersif
Hukuman dan pinalti digunakan untuk menekan
pelanggaran aturan dan prosedur. Secara sosial,
hukuman dan pinalti guru yang dapat diterima pada
kenyataannya agak terbatas, termasuk :
Mengurangi point untuk perilaku buruk yang pada
gilirannya, akan mempengaruhi nilai siswa
Tidak memperbolehkan siswa untuk istirahat atau
melarang pulang sekolah setelah sekolah usai
Menghapus hak istimewa
Mengeluarkan siswa dari kelas atau mengirim siswa ke
konselor atau administrator
26. Program – program ini berasal dari teori atau
prespektif tertentu dan membutuhkan partisipasi di
tingkat sekolah. Para kreator program
mengembangkan materi untuk membantu guru
memahami cara penggunaan program tersebut.
Program – program tradisional yang didasarkan pada
teori penguatan :
27. a. Assertive Discipline
Asertif discipline adalah salah satu
pendekatan manajemen kelas yang
menekankan bahwa guru meminta
dengan tegas agar siswa berperilaku
baik dan merespons setiap
pelanggaran secara asertif.
28. b. Respons Asertif
Guru seharusnya merespons perilaku
buruk siswa dengan gaya asertif dan
bukan dengan merespons secara pasif
atau memusuhi.Gaya asertif
menuntut guru untuk benar – benar
jelas dalam mengungkapkan
harapannya dan merespons perilaku
buruk siswa dengan tegas dan penuh
percaya diri.
29. c. Konsekuensi
Menurut pendekatan Canter dan
Canter, konsekuensinya harus dibuat
sederhana dan dirancang sedemikian
rupa agar implimentasinya tidak akan
menyebabkan disrupsi berat terhadap
kegiatan instruksional yang sedang
berjalan.
30. d. Konsekuensi Logis Dreikurs
Dreikurs melihat konsekuensi logis terhadap
perilaku lebih dari sekedar sebagai hukuman yang
sewenang – wenang. Tujuan jangka panjang
pendekatan pendisiplinan ini adalah untuk
membuat siswa memahami alasan perilaku buruk
mereka dan menemukan cara untuk memuaskan
kebutuhan untuk merasa berguna dan kebutuhan
afiliasinya dengan cara yang dapat diterima secara
sosial.
31. Program – program manajemen kelas yang mendasarkan
diri pada premis – premis yang berakar pada psikologi
humanistik dan prinsip – prinsip mengajar dan belajar
konstruktivis dan child-centered.
Glasser’s Classroom Meeting
Melaksanakan Classroom Meeting
Saran – saran untuk memulai dan melaksanakan
Classroom Meeting
Perencanaan
Melaksanakan pertemuan
32. Sebagian besar ketrampilan siswa dan guru yang
dibutuhkan untuk kesuksesan pertemuan, antara
lain:
Membentuk iklim
Mengidentifikasi permasalahan
Menangani nilai – nilai
Mengidentifikasi berbagai alternatif rangkaian
tindakan
Membuat komitmen publik
Tindak lanjut dan asesmen
33. Pentingnya Asesmen dan Evaluasi :
a. Pentingnya Nilai bagi Orangtua Siswa
Orang tua sangat penduli pada nilai anaknya
karena mereka, melebihi anaknya, benar –
benar memahami fungsi penting penyortiran
yang terjadi di sekolah.
Kebanyakan orangtua masih ingat
penentuan kritis tentang hasil kerja mereka
dulu dan apa konsekuensinya .
34. b. Era Akuntabilitas
Kita yang hidup di era warga
masyarakat berharap guru dan
sekolah bertanggung jawab atas
pembelajaran siswa.
35. Asesmen
biasanya merujuk pada seluruh rentang
informasi yang dikumpulkan dan disintesiskan oleh
guru tentang siswa – siswanya maupun tentang
kelasnya. Informasi tentang siswa dapat diperoleh
secara informal, misalnya melalui observasi dan
pertukaran verbal. Informasi juga dapat diperoleh
melalui cara – cara formal seperti PR, tes, dan
laporan tertulis.
Informasi tentang kelas dan pengajaran guru juga
dapat menjadi bagian asesmen.
36. Evaluasi biasanya mengacu pada proses membuat
keputusan ( judgment), menetapkan nilai (value),
atau memutuskan tentang worth (manfaat).
Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dikumpulkan sebelum atau selama
pengajaran dan dimaksudkan untuk
menginformasikan kepada guru tentang
pengetahuan dan ketrampilan yang sebelumnya
sudah dimiliki siswa, untuk membantunya dalam
membuat perencanaan.
37. Evaluasi
Sumatif
Evaluasi ini dirancang sedemikian rupa
sehingga judgment tentang
pencapaian/prestasi dapat dibuat.
Informasi yang diperoleh dari evaluasi
sumatif digunakan oleh guru untuk
menetapkan nilai dan untuk menjelaskan
tentang laporan yang dikirim kepada
siswa dan orang tuanya.
38. Para pakar pengukuran mengukur
reliabilitas dengan beberapa cara :
a). Test – retest Reliability
adalah ukuran yang menunjukkan
apakah sebuah tes mendapatkan hasil
yang konsisten untuk orang yang
menjalaninya lebih dari satu kali
selama kurun waktu tertentu.
39. b). Alternate – form Relability
Menunjukkan bahwa dua bentuk tes membawa
hasil – hasil yang konsisten untuk kelompok siswa
yang sama. Tipe reliabilitas ini terutama penting
bagi guru yang mengembangkan dua tes dengan
daftar tes yang serupa, namun, berbeda; tes yang
satu dapat diberikan kepada siswa-siswa yang absen
pada saat tes primernya diadministrasikan.
40. c). Split-half Reliability
Beberapa soal tes pada sebuah tes dibagi menjadi
dua , dan kinerja dari siswa dibandingkan untuk
masing – masing bagian. Bila perbandingannyamirip,
tes itu disebut memiliki reliabilitas tes-retes atau
konsisten internal baik. Tipe reliabilitas ini lebih
banyak digunakan oleh guru – guru yang merancang
tes untuk asesmen kelas.
41. a). Efek Nilai
Penggunaan nilai dapat
meningkatkan prestasi siswa,
tetapi pengaruhnya tetap
kompleks. Kemenarikan tugas
belajar itu secara intrinsik
berdampak pada motivasi,
demikian juga penghargaan yang
ditempatkan oleh siswa sendiri
terhadap nilai tersebut.
42. b). Efek Testing dan Umpan – Balik Pada
Motivasi dan Pembelajaran
Terlepas dari efek nilai pada pembelajaran siswa,
pada umumnya diketahui bahwa asesmen, bila
dilakukan secara efektif, meningkatkan keterlibatan
dan pembelajaran siswa. Beaulieu dan Utecht(1987)
menyimpulkan bahwa prestasi siswa pada ujian
akhir meningkat di kelas – kelas yang gurunya
memberikan kuis – kuis mingguan.
43. c). Efek Testing Terstandar
Penggunaan tes-tes terstandar di sekolah
benar – benar meluas, dan orang-orang
secara umum berpikir bahwa bila skor tesnya
tinggi, bararti sekolah dan guru – guru efektif
.Akan tetapi untuk berbagai alasan, efek tes
– tes terstandar mungkin tidak selalu
sepositif yang diyakini sebagaian orang.
Salah satu alasannya adalah tes yang paling
terstandar hanya mengukur rentang
kemampuan yang terbatas, terutama tes-tes
yang difokuskan pada tugas kuantitatif dan
verbal.
44. a. Tes – tes Yang Mengacu Norma
Tes ini berupaya mengevaluasi
kinerja siswa tertentu dengan
membandingkannya dengan kinerja
kelompok siswa lain pada tes yang
sama.Kebanyakan tes mengacu
norma menghasilkan dua macam skor
raw score dan percentile rank .
45. Raw score ( skor kasar ) adalah jumlah daftar
dalam tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.
Percentile Rank ( peringkat persentil) adalah alat
statistik yang menunjukkan bagaimana kedudukan
seorang siswa dibandingkan siswa – siswa lain,
khususnya proporsi individu – individu yang memiliki
skor kasar yang sama atau lebih rendah untuk
bagain tes tertentu.
46. b. Criterion – referenced Test
( tes-tes yang mengacu kriterion )
Tes ini mengukur kinerja siswa dibandingkan
tingkat kinerja atau kriterion yang telah disepakati.
Secara umum, isi dan ketrampilan yang diukur pada
tes – tes yang mengacu kriterion jauh lebih spesifik
dibanding yang dikur pada tes – tes yang mengacu
norma.
47. Prinsip
– Prinsip Umum
Grondlund (1991, 2005)
memberikan beberapa prinsip
yang dapat memandu guru pada
saat merancang istem asesmen
dan membuat tes sendiri :
48. a. Mengases Seluruh Tujuan Instruksional
Guru semestinya mengonstruksikan tesnya
sedemikian rupa sehingga dapat mengukur dengan
jelas tujuan belajar yang sudah mereka
komunikasikan kepada siswa dan materi yang telah
mereka bahas. Pendek kata tes itu seharusnya
selaras dengan tujuan instruksional guru.
49. b. Mencakup Seluruh Ranah Kognitif
Sebuah tes yang baik tidak sepenuhnya
difokuskan salah satu tipe tujuan,
misalnya ingatan faktual. Sebaliknya, ia
mengukur sampel tujuan – tujuan
pembelajaran secara representatif.
c. Menggunakan Soal – Soal Tes Yang Tepat
Tes yang baik mencakup soal – soal yang
paling tepat untuk tujuan tertentu.
50. d. Menggunakan Tes Untuk Meningkatkan
Pembelajaran
Dengan membahas hasil – hasil tes, guru
memiliki kesempatan untuk mengajarkan
kembali informasi penting yang mungkin
belum diserap dengan baik oleh siswa.
Para guru efektif mengintegrasikan
proses testing ke dalam program
instruksionalnya untuk memandu dan
meningkatkan pembelajaran siswa.
51. a. Merencanakan Tes
Rancangan tes adalah alat yang ditemukan
oleh para spesialis evaluasi untuk membantu
para guru dalam membuat keputusan dan
menentukan berapa banyak ruang yang
dialokasikan bagi jenis pengetahuan tertentu
dan untuk berbagai tingkat proses kognitif
siswa yang berbeda.
52. b. Menyusun Tes
Setelah guru memutuskan tipe
pengetahuan dan proses kognitif
mana yang dicakup pada tes
tertentu, langkah selanjutnya
adalah memutuskan tentang
format tes dan tipe soal yang
akan digunakan.
53. Soal
– soal tes tradisional dapat dibagi menjadi dua
tipe :
1). Selected-response items, seperti soal pilihan
ganda dan benar salah, memungkinkan siswa untuk
memilih responsnya diantara alternatif – alternatif
yang tersedia.
2). Constructed-response items, seperti esai atau
jawaban pendek, mengharuskan siswa untuk
memberikan respons/jawabannya sendiri.
54. c. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan
– Pertanyaan Selected – Response Test
Contoh – contoh soal tes yaitu tes benar – salah,
menjodohkan, dan pilihan ganda. Keuntungan tipe soal soal tes ini kiranya cukup jelas. Mereka memungkinkan
cakupan yang lebih besar untuk beragam topik yang
sudah diajarkan guru, dan mereka dapat diberikan skor
dengan mudah dan obyektif. Kelemahannya tipe soal tes
ini adalah kadang – kadang sulit untuk menulis
pertanyaan yang mengukur ketrampilan dan proses
kognitif tingkat tinggi.
55. d. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan –
Pertanyaan Constructed – Response Test
Guru menggunakan dua macam pertanyaan constructed-response
tes :
i). Fill in the blanks ( mengisi titik – titik ) / jawaban
pendek
Tes ini lebih mudah untuk ditulis dan mampu
mengukur kemampuan siswa untuk mengingat
informasi. Trik untuk menulis pertanyaan fill in the blanks
adalah menghindari ambiguitas dan memastikan bahwa
pertanyaannya tidak memiliki lebih dari satu jawaban
yang benar.
56. ii). Esai
Banyak guru dan pakar tes setuju
bahwa tes / ujian esai merupakan cara
terbaik untuk menyadap proses berpikir
tingkat tinggi dan kreatifitas siswa.
Kelebihan yang lain yaitu tes ini tidak
begitu membutuhkan banyak waktu
untuk dikonstruksikan.
57. Beberapa pedoman yang berasal dari praktik – praktik
para guru efektif dibawah ini perlu dipertimbangkan :
Temukan cara untuk mengatasi kecemasan tes
Organisasikan lingkungan belajar agar kondusif untuk
menjalani tes
Menjelaskan rutinitas dan instruksi tes
Hindari kompetisi dan “time pressure” yang tidak
semestinya
Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa
Memberikan dukungan yang tepat bagi siswa – siswa
dengan kebutuhan khusus.
58. a. Performance Assesment ( Asesmen Kinerja
)
Menginginkan siswa untuk
mendemonstrasikan bahwa mereka dapat
mengerjakan tugas tertentu, seperti menulis
esai, melakukan eksperimen,
menginterpretasi solusi untuk suatu masalah,
atau menggambar sesuatu.
59. b. Authentic Assessment ( Asesmen
Autentik )
Asesmen ini membawa demonstrasi
selangkah lebih maju dan
menekankan pentingnya Penerapan
ketrampilan atau kemampuan yang
dimaksud dalam konteks situasi
kehidupan nyata.
60. Ikhtisar
Tentang Pengajaran dengan Presentasi
Presentasi adalah model yang berpusat pada guru
yang terdiri atas empat fase utama :
1. Aliran yang berjalan mulai dari usaha awal guru
untuk mengklarifikasikan tujuan pelajaran
dan menyiapkan siswa untuk belajar
2. Presentasi sebuah advance organizer
3. Presentasi informasi baru
4. Memperkuat keterampilan berpikir mereka
61. Psikologi
Kognitif Mengenai Belajar
Kerangaka acuannya penting bagi guru
karena memberikan jalan untuk
memikirkan tentang bagaimana pikiran
bekerja dan bagaimana pengetahuan
diperoleh, diorganisasikan, dan
dipresentasikan dalam sistem ingatan.
62. 1. Tipe – Tipe Pengetahuan
Secara tradisional, para teoritisi belajar
membedakan antara dua tipe utama pengetahuan
a. Declarative Konowledge
Adalah pengetahuan tentang sesuatu atau
pengetahuan bahwa sesuatulah keadaan yang
sebenarnya.
b. Procedural Knowledge
Adalah pengetahuan tentang how to do something (
bagaimana cara melakukan sesuatu )
63. 2. Pemrosesan Informasi
Ingatan jangka pendek
adalahtempat dalam pikiran yang
kerja mentalnya dilakukan secara
sadar; sedangkan ingatan jangka
panjang adalah tempat dalam
ingatan yang informasinya disimpan,
siap untuk didapatkan kembali
bilamana dibutuhkan.
64. 3. Representasi Pengetahuan
Prinsip – prinsip pengajaran tentang
mempresentasikan informasi yang tumbuh dari ide –
ide psikologi kognitif ini memiliki empat hal
penting bagi guru :
a. Untuk mengetahui bahwa pengetahuan
diorganisasikan dan distrukturisasikan di seputar
proposisi – proposisi dasar dan ide – ide pemersatu.
65. b. Kemampuan siswa untuk mempelajari ide – ide
baru bergantung pada pengetahuan mereka
sebelumnya dan struktur kognitif yang sudah ada
c. Tugas utama guru dalam membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan adalah :
Mengorganisasikan bahan – bahan belajar dengan
pemikiran yang mendalam dan dengan mahir
66. Memberikan
advance organizer kepada siswa yang
akan membantu mengaktifkan, mengaitkan, dan
mengintegrasikan pembelajaran baru
Memberikan isyarat / petunjuk kepada siswa untuk
membantu mereka dalam mengambil informasi dari
ingatan jangka panjang untuk dipindahkan ke
ingatan jangka pendek
67. d. Ingat bahwa struktur kognitif
berubah akibat adanya informasi
baru dan oleh karenanya menjadi
dasar untuk mengembangkan struktur
– struktur kognitif baru
68. 1. Pengetahuan Sebelumnya, Establishing, dan
Memberikan Cues
Salah satu prosedur pengajaran penting untuk
membantu siswa mengunakan pengetahuan yang sudah
mereka miliki sebelumnya adalah induksi, atau di
istilahkan dengan establishing set yaitu sebuah teknik
yang digunakan guru pada awal presentasi untuk
menyiapkan siswa untuk belajar dan untuk membangun
hubungan komunikatif antara pelajar dan informasi yang
akan dipresentasikan.
69. 2. Menggunakan Advance Organizers
Kegunaan advance organizer
sebagai sarana untuk membantu
membuat informasi bermakna bagi
siswa; terdiri atas pernyataan –
pernyataan yang dibuat guru tepat
sebelum presentasi aktual berbagai
materi belajar.
70. 3. Kejelasan Guru
Variabel lain yang terkait dengan presentasi
informasiyang ditemukan memengaruhi pembelajaran
siswa adalah kejelasan guru. Guru perlu mengambil
beberapa langkah sebelum mempresentasikan informasi
kepada siswa-siswanya :
a. Memastikan bahwa isinya dimengerti sepenuhnya
b. Melatih dan menghafalkan ide – ide kunci dalam
ingatan sebelum memberikan presentasi
c. Mengikuti dengan seksama catatan tertulis yang
telah disiapkan
71. 4. Antusiasme Guru
Hal ini adalah konsep yang menarik karena dua
alasan :
Antusiasme sering dikacaukan pengertiannya
dengan theatrics dan distraksi yang terkait
dengannya
Penelitian tentang hubungan antara antusiasme
guru dan pembelajaran siswa masih campur aduk
72. 5. Efek Antusiasme
Saat ini kita seharusnya menyadari bahwa
antusiasme itu penting dan tampaknya membuat
perbedaan dalam siswa terhadap presentasi. Akan
tetapi, bagaimana persisnya sifat antusiasme dan
seberapa banyak seharusnya digunakan, sampai saat
ini masih belum diketahui dengan jelas.
73. Pengguanaan yang efektif
membutuhkan pelaksanaan secara
mahir berbagai keputusan dan
perilaku selama fase pra
instruksional, fase interaktif, dan
fase pasca instruksional dalam
pengajaran.
74. Membuat keputusan tentang
apa isi yang akan dimasukkan ke
dalam sebuah presentasi dan
bagaimana mengorganisasikan
isinya agar logis dan bermakna
bagi siswa membutuhkan
persiapan ekstensif oleh guru.
75. Ada empat tugas perencanaan terpenting yang harus
dilakukan :
1. Memilih Tujuan dan Isi
Tujuan untuk pelajaran presentasi terutama adalah
tujuan – tujuan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
pengetahuan deklaratif. Mengajar lebih dari sekedar
berbicara, pelajaran presentasi yang baik membutuhkan
persiapan ekstensif.
Akan tetapi, banyaknya pengetahuan di bidang apapun
dapat dikatakan tidak ada habisnya, dan beberapa
prinsip dapat membantu para guru ketika merencanakan
sebuah presentasi atau serangkaian presentasi tertentu.
76. 2. Mendiagnosis Pengetahuan Yang Sebelumnya
Telah Dimiliki Siswa
Informasi yang diberikan dalam sebuah presentasi
didasarkan pada estimasi guru tentang struktur
kognitif yang sudah ada dan pengetahuan yang
sebelumnya sudah dimiliki tentang subyek
tertentu.
Agar materi baru bermakna bagi siswa, guru harus
menemukan cara untuk mengaitkannya dengan
sesuatu yang sudah diketahui oleh siswa.
77. 3. Memilih Advance Organizers
Advance Organizer membantu siswa untuk melihat
“gambar besar” dari berbagai hal yang
dipresentasikan. Sebuah advance organizer yang
baik berisi materi – mater yang sudah dikenal
dengan baik oleh siswa dan dirancang untuk
mengaitkan dengan pengetahuan yang sebelumnya
sudah dimiliki siswa.
78. 4. Merencanakan Penggunaan Waktu dan Ruang
Merencanakan dan mengelola waktu dan ruang
sangat penting bagi presentasi yang efektif.Ada dua
hal yang seharusnya paling diperhatikan oleh guru :
memastikan bahwa waktu yang dialokasikan pas
dengan kemampuan dan sikap siswa di kelas, dan
memotivasi siswa agar mereka tetap memerhatikan
dan on-task selama pelajaran.
79. a. Menyiapkan Penggunaan Gambar dan
Ilustrasi
Gambar dan ilustrasi dapat menjelaskan
berbagai konsep yang tidak dapat dijelaskan
dengan kata – kata, khususnya bagi anak –
anak yang masih belia atau siswa – siswa yang
abstraksinya kurang baik
80. b. Menggunakan Beragam Cues (
isyarat ) dan Contoh
Penggunaan isyarat dan contoh
adalah salah satu cara yang dapat
digunakan guru untuk membantu
siswa menghubungkan informasi baru
itu dengan apa yang sudah mereka
ketahui.
81. c. Sedikit Banyak Konkret
Siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih tinggi
dapat berpikir lebih abstrak dibanding siswa yang
lebih muda dan berprestasi lebih rendah. Bila
keduanya ada di kelas yang sama, penting bagi guru
untuk menjelaskan berbagai ide secara konkret dan
secara abstrak untuk memenuhi kebutuhan siswa –
siswa yang memiliki tingkat perkembangan
intelektual yang berbeda.
82. Melaksanakan Pelajaran Presentasi
Sintaksis pelajaran presentasi terdiri atas empat
fase dasar :
1. Mengklarifikasikan tujuan pelajaran dan
menyiapkan siswa untuk belajar
2. Mempresentasikan advance organizer-nya
3. Mempresentasikan informasi baru yang di maksud
4. Memantau dan memeriksa pemahaman siswa serta
memperluas dan memperkuat keterampilan
berpikir mereka.
83. Ketrampilan
kognitif maupun fisik
adalah fondasi yang dibangun pembelajaran
tingkat tingginya (termasuk Learning to
Learn, belajar mengajar). Sebelum siswa
dapat menemukan berbagai konsep yang
kuat, berpikir kritis, mengatasi masalah,
atau menulis secara kreatif, mereka mulamula harus mendapatkan berbagai
keterampilan dan informasi dasar.
84. Pengajaran
langsung dapat dideskripsikan dalam
kait-annya dengan tiga fitur: (1) tipe hasil belajar
yang dihasilkannya; (2) sintaksis atau aliran
kegiatan instruksionalnya secara keseluruhan; dan
(3) lingkungan belajarnya. Secara singkat,
pengajaran langsung dirancang untuk meningkatkan
penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan
prosedural) dan pengetahuan faktual yang dapat
diajarkan secara langkah demi langkah.
85.
Beberapa aspek model ini diambil dari pro-sedurprosedur pelatihan yang dikembangkan dalam lingkup
industri dan militer. Barak Rosenshine dan Robert
Stevens (1986), melaporkan bahwa mereka menemukan
sebuah buku yang berjudul How to Instruct yang
diterbitkan pada 1945 telah memasuk-kan banyak ide
yang terkait dengan pengajaran langsung. Ada tiga
tradisi teoretis yang menjadi da-sar pemikiran untuk
penggunaan pengajaran langsung kontemporer, yakni:
behaviorisme, teori belajar sosial, dan penelitian
tentang efektivitas guru.
86. Hasil – hasil dari perbandingan – perbandingan
yang ada, Good dan Grouws menyimpulkan bahwa
efektivitas guru sngat terkait dengan klasterklaster berikut :
Pengajaran seluruh kelas.
Secara umum, pengajaran seluruh kelas ( bila
dibandingkan kelompok kecil ) didukung oleh studi
ini terutama bila guru memiliki kapabilitas tertentu
seperti kemampuan untuk menyatukan hal-hal yang
cerai – berai.
88. Ekspektasi
kinerja yang tinggi
Guru-guru efektif mengomunikasikan ekspektasi
kinerja yang lebih tinggi terhadap siswa – siswanya,
memberikan lebih banyak tugas, dan menyelesaikan
kurikulum dengan lebih cepat dibandingkan dengan
guru-guru yang tidak efektif.
89. Lingkungan
belajar yang berorentasi tugas
tetapi produktif
Guru-guru efektif memiliki masalah manajerial
yang lebih sedikit dibanding guru-guru yang tidak
efektif.
Kelas lebih difokuskan pada tugas dan ditandai
oleh pengajaran yang berjalan lancar, relatif bebas
disrupsi.
90. Perilaku
yang diprakarsai siswa
Siswa-siswa di kelas efektif lebih banyak
memprakarsai interaksi dengan guru-guru,
dibanding guru-guru tidak efektif memprakarsai
interaksi antara guru dengan siswa.
91. Memproses
umpan balik ( pengetahuan tentang
hasil ).
Guru-guru efektif memberitahukan hasil kerja
siswa. Memberikan umpan balik tentang proses atau
perkembangan, khususnya selama tugas siswa di
kelas, dan umpan balik ini bersifat segera dan
nonevaluatif.
Memuji.
Guru-guru efektif secara konsisten memberikan
lebih sedikit pujian dibanding guru-guru yang tidak
efektif.
92. 1.
Merencanakan Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung dirancang
secara spesifik untuk meningkat-kan
pembelajaran pengetahuan faktual yang
terstruk-tur dengan baik, yang dapat
diajarkan secara langkah- demi-langkah dan
dimaksudkan untuk membantu sis-wa
menguasai pengetahuan prosedural yang
dibutuh-kan untuk melakukan berbagai
keterampilan sederha-na maupun
kompleks.
93. a). Menyiapkan Tujuan.
Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran dengan
model pengajaran langsung, dengan pendekatan
yang lebih disukai. Tujuan yang baik seharusnya
berbasis siswa dan spesifik, menyebutkan situasi
testing-nya, dan mengidentifikasi tingkat kinerja
yang diharapkan.
94. b). Melaksanakan Analisis Tugas.
Task analysis (analisis tugas) adalah sesuatu yang
tingkat kesulitan dan kekompleksannya tidak masuk
akal, meskipun pada kenyataannya analisis tugas
adalah sebuah proses yang agak mudah dan
sederhana, khususnya bagi guru-guru yang
mengetahui subjeknya dengan baik.
95. c). Merencanakan waktu dan Ruang
Merancang dan mengelola waktu
sangat penting bagi pelajaran dengan
model pengajaran. Guru harus
memastikan bahwa waktunya cukup,
dengan kecerdasan siswa di kelas,
dan siswa termotivasi untuk tetap
terlibat sepanjang pelajaran.
96. Melaksanakan Pelajaran dengan Model
Pengajaran Langsung
Model pengajaran secara langsung memiliki lima
fase ( langkah esensial ) yaitu :
1). Mengklarifikasikan Tujuan.
2). Mendemonstrasikan pengetahuan.
3). Memberikan praktek dengan bimbingan.
4). Memeriksa pemahaman siswa dan
memberikan umpan balik.
5). Memberikan praktek dan transfer yang
diperluas.
2.
97. Prinsip
– prinsip yang dapat menuntun guru
memberikan kesempatan untuk praktek kepada
siswa seperti di bawah :
a). Berikan Praktek yang pendek dan
bermakna
b). Berikan Praktek untuk meningkatkan
Overlearning
c). Memerhatikan Tahap-tahap Awal Praktek
d). Memeriksa Pemahaman dan Memberikan
Umpan Balik
98. Umpan
balik yang spesifik, "students will not learn
to write well by writing, read well by reading, or
run well by running."
Pedoman 1 : Berikan Umpan Balik Segera Mungkin
setelah Praktek.
Pedoman 2 : Memberikan Umpan Balik yang
Spesifik.
Pedoman 3 : Berkonsentrasi pada Perilaku, bukan
Niat.
99. Pedoman 4 : Pastikan Umpan Balik sesuai dengan
Perkembengan Siswa
Pedoman 5 : Menekankan Pujian dan Memberikan
Umpan Balik pada Kinerja yang Benar.
Pedoman 6 : Ketika Memberikan Umpan Balik
Negatif, Tunjukkan Tata Cara yang benar untuk
Melakukannya
Pedoman 7 : Ajari Siswa untuk Memberikan Umpan
Balik kepada Dirinya Sendiri dan untuk Menilai
Kinerjanya Sendiri.
100. Praktek independen dapat dilakukan melalui :
seatwork ( tugas di kelas ) dan homework ( tugas
di rumah ).
Pedoman untuk Seatwork :
1. Berikan seatwork yang menaik dan menyenangkan
2. Pastikan siswa memahami tuntutan seatwork
3. Buatlah seatwork yang mengikuti pelajaran
langsung
4. Miliki prosedur yang jelas tentang apa yang harus
dilakukan siswa bila menemui jalan buntu.
101. Pedoman yang disarankan untuk memberikan homework :
1. Berikan tugas yang menarik dan secara potensial
menyenangkan dan pastikan bahwa siswa memahami
tugasnya.
2. Berikan PR yang cukup menantang dan dapat disele-saikan
dengan baik.
3. Gunakan tugas-tugas PR dengan cukup sering dan tidak
terlalu besar (banyak) dan bukan lebih jarang tetapi berupa
tugas-tugas besar (berat). Pedoman ini tentunya dipengaruhi
oleh sifat bidang studinya dan umur siswa.
4. Bualah aturan yang jelas untuk pengerjaan PR.
5. Beri tahukan kepada orang tua tentang tingkat keterlibatan
yang diharapkan.
6. Berikan umpan balik dan nilai pada PR segera mungkin.
102. 1. Buat Variasi pada Struktur Pelajaran.
Buat pelajaran terstruktur untuk siswa yang lebih
muda dan berprestasi rendah, buatlah agar
tujuannya spesifik; gunakan tingkat kecepatan
sedang dalam menyampaikan pengajaran.
Tingkatkan perluasan pengajaran keterampilan
dasar dan berikan kesempatan untuk eksplorasi bagi
siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi tinggi.
103. 2. Buat Variasi pada Presentasi dan Demonstrasi
Garis bawahi ide-ide atau prosedur pokoknya di
papan tulis, overhead projector, untuk siswa-siswa
yang lebih muda atau berprestasi lebih rendah.
Batasi presentasi-nya pada beberapa poin atau ide
saja, buat agar presentasinya ringkas dan tidak
berkepanjangan.
Perluas ke luar ide dan keterampilan dasar untuk
siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih
tinggi.
104. 3. Buat Variasi pada Sifat Interaksinya
Dasarkan pengajarannya pada pengetahuan yang
sebelumnya sudah dimiliki siswa. Mengajarkan apa
yang sudah diketahui akan membuat siswa bosan;
mengajarkan ide atau keterampilan tanpa
pengetahuan yang cukup tidak akan ada artinya.
Memberi perhatian pada perbedaan kultural di
antara kelompok-kelompok rasial atau etnik da-lam
kaitannya dengan kemauan untuk berinter-aksi di
depan orang lain; hat yang sama juga ber-laku
untuk gender.
105. 4. Buat Variasi pada Sifat Dorongan dan Dukungan
Berikan dorongan dlan dukungan terus-menerus
kepada siswa-siswa yang berprestasi rendah atau
tidak mandiri. Semakin sedikit yang diketahui siswa,
semakin banyak dukungan instruksional yang
mereka butuhkan.
Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang
berprestasi lebih tinggi dan lebih mandiri untuk
memahami sendiri berbagai hal.
106. 5. Buat Variasi pada Penggunaan Praktik,
Seatwork, dan PR
Pastikan bahwa latihan praktiknya dipahami
de-ngan baik dan berikan seatwork dan PR singkat
untuk siswa-siswa berprestasi rendah.
Batasi
seatwork dan buat PR-nya menantang bagi
mereka yang berprestasi lebih tinggi dan lebih
mandiri.
107. Mengelola
Lingkungan Belajar
Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola
lingkung-an belajar selama pelajaran dengan model
pengajaran langsung hampir identik dengan yang
digunakan guru ketika menerapkan model
presentasi. Dalam pengajar-an langsung, guru
menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan
sangat ketat, mempertahankan fo-kus akademis,
dan berharap siswa menjadi pengamat, pendengar,
dan partisipan yang tekun.
108. Assesmen
dan Evaluasi
Pentingnya mencocokkan strategi testing dan
evaluasi dengan sasaran relevan tidaknya antara
tujuan dengan harapan. Model pengajaran langsung
digunakan paling tepat untuk mengajarkan
ketrampilan dan pengetahuan.
109.
Sebuah Pemikiran Akhir : Mempertimbangkan
Penggunaan Pengajaran Langsung
Model ini berpusat pada guru dan terlalu menekankan
teacher talk. Kebanyakan pengamat mengatakan bahwa
teacher talk mengguna-kan antara setengah sampai tiga
perempat dari setiap periode pengajaran di kelas, dan
menurut Cuban (1982, 1993). Model ini mau tak mau
mendukung pandangan bahwa siswa adalah bejana
kosong yang akan diisi dengan informasi yang
disegmentasikan dengan cermat dan bukan pelajar aktif
dengan kebutuhan untuk mendapatkan informasi dan
mengonstruksikan pengetahuan sendiri ( Marshall. 1992
).
110.
Ikhtisar tentang Pengajaran Konsep
Menggabungkan sesuatu yang konkret seperti
bola dengan sebuah kualitas abstrak seperti
bundar memungkinkan untuk mengidentifikasi
golongan-golongan benda, kejadian, dan ide
yang berbeda satu sama lain. Dengan berulang
kali menyortir dan mengklasifikasikan bola-bola
yang berbeda, pada akhimya ia mampu
membentuk sebuah konsep abstrak untuk bendabenda yang serupa ini, yang memungkinkannya
berpikir tentang benda itu dan, akhirnya,
berkomunikasi dengan orang lain tentang
konsep.
111. Banyak
pendekatan pengajaran konsep, tetapi ada
dua pendekatan dasar yaitu :
1). Pendekatan direct presentat-ion (presentasi
langsung) dan 2). Pendekatan concept at-tainment
(pencapaian konsep). Sebuah konsep pengajaran
konsep pada dasarnya terdiri etas empat face atau
langkah utama: (1). Mempresentasikan tujuan dan
establishing set, (2.) Memberi masukan examples
(contoh) dan nonexamples (bukan-contoh), (3).
Menguji pencapaian konsep, dan
(4).
Menganalisis proses berpikir siswa
112. 1). Konsep-konsep itu sendiri dapat
ditempatkan ke dalam kategori-kategori.
Konsep – konsep, seperti objek, ide-ide dapat
dikategorisasikan dan diberi nama/label.
Konsep adalah alat yang digunakan untuk
mengorganisasikan pengetahuan dan
pengalaman ke dalam berbagai macam
kategori, konsep juga dapat dikategorikan
dan dinamai.
113. 2). Konsep dipengaruhi oleh konteks sosial. Atributatribut penting konsep konjungtif, misalnya segi
tiga sama sisi, berlaku tetap di semua konteks
sosial.
3). Konsep memiliki definisi dan label.
Semua konsep memiliki nama atau label dan
definisi yang lebih kurang tepat.
4). Konsep Memiliki Atribut-Atribut Kritis. Contoh :
Berbulu ( Atribut kritis ), warna bulu ( Atribut non
kritis )
5). Konsep memiliki atribut-atribut nonkritis.
114. Bruner
(1966) mengidentifikasi tiga modes
(cara) belajar: (1) belajar dengan melakukan
(learning by doing), yang disebut enactive
mode, (2) belajar dengan membentuk
gambaran mental, yang disebut iconic mode,
dan (3) belajar melalui serangkaian simbol
atau repre-sentasi abstrak, yang disebut
symbolic mode.
115. Sebuah
studi yang sangat menarik dan penting (
Novak dan Musonda, 1991 ) tentang belajar
konsep di bidang sains :
1). Permasalahan dan Pendekatan: Menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif, Novak dan
Musonda mengeksplorasi apakah siswa-siswa kelas
satu dan dua SD dapat diajari konsep-konsep sains
dasar dan, bila dapat apakah pembelajaran sains
awal itu menguatkan pemahaman mereka kelak.
116. 2). Sampel dan Setting: Dari tahun 1971 sampai 1973
guru-guru di sebelas kelas satu dan dua SD, para
peneliti mengajarkan dua puluh delapan pelajaran
sains kepada 191 siswa.
3). Prosedur: Sebelum studi dilaksanakan, para
peneliti mengembangkan dua puluh delapan
pelajaran yang masing-masing dibangun sebuah
konsep sains dasar.
4). Hasil-hasil: Hasil-hasil studi yang dilaporkan di
sini terutama berasal dari data yang diambil petapeta konsepnya.
117. 1). Memilih Konsep.
Kurikulum adalah sumber utama untuk
memilih konsep-konsep yang akan diajarkan.
Konsep-konsep itu mungkin terdapat dalam
textbooks, dan edisi yang digunakan guru
sering kali menjadi pedoman dalam memilih
konsep-konsep kunci yang akan diajarkan.
Contoh : benda-benda yang bergerak dapat
melakukan work (pekerjaan )
118. 2). Memutuskan Pendekatan yang Akan Dipakai.
Ada dua ( 2 ) pendekatan yang akan di bahas
antara lain :
Pendekatan direct presentation ( presentasi
langsung ), menerapkan rule to example process
deduktif ( Tennyson et al, 1983 ) guru untuk
mendifinisikan sebuah konsep yang diikuti dengan
pemberian contoh dan bukan contoh.
119. Pendekatan
concept attainment ( pencapaian
konsep ), di lain pihak, membalik sekuensi dan
menggunakan example to rule procss ( proses dari
contoh ke aturan ) Bruner, 1996. Guru mula-mula
memberikan contoh dan non contoh tentang suatu
konsep, dan siswa menemukan atau mencapai
konsep itu sendiri melalui proses penalaran
induktif.
120. 3). Mendefinisikan Konsep.
Contoh: konsep pohon dapat didefinisikan sebagai “
tumbuhan yang hidup selama bertahun-tahun dan
memiliki sebuah batang tubuh tunggal dan berkayu
“. Konsep – konsep yang kompleks dari berbagai
subjek akademis perlu didefinisikan dan diajarkan
sesuai dengan umur siswa.
121. Ada
tiga langkah dalam mendifinisikan konsep :
1. Identifikasi nama konsepnya
2. Buat daftar atribut-atribut kritis dan nonkritis
3. Tulis definisi ringkasnya
Contoh : Pulau, mendaftar semua atribut kritis
seperti daratan dan air, dan membrikan definisi
berikut : “ pulau adalah daratan yang lebih kecil
dibanding benua dan dikelilingi oleh air. “
122. 4). Menganalisis Konsep.
Setelah sebuah konsep dipilih dan didefinisikan
dalam kaitannya dengan atribut--atribut kritisnya,
konsep itu perlu dianalisis untuk mencari beberapa
contoh dan bukan-contohnya.
123. 5). Memilih dan Mengurutkan Berbagai Contoh dan
Bukan Contoh.
Secara umum, telah ditunjukkan bahwa contohcontoh awal seharusnya cukup familier bagi kelas
yang bersangkutan. Bila robin digunakan sebagai
contoh terbaik (paling fami-lier) untuk konsep
burung, lebih mudah bagi siswa untuk membedakan
burung-burung yang paling mirip dengan robin,
misalnya kardinal, burung pipit, atau bluebird,
daripada membedakannya dengan burung--burung
lain yang kurang mirip, seperti bebek, ayam, atau
penguin.
124. 6). Menggunakan Gambar-Gambar Visual.
Menggunakan gambaran-gambaran visual
memengaruhi pembelajaran konsep dan mendukung
pepatah “ is picture is worth a thousand words. “
Alat bantu dan gambar – gambar visual diketahui
sangat memfasilitasi pemahaman siswa tentang
berbagai konsep yang kompleks.
125. 7). Grafik organizers dan conceptual web
( jejaring konseptual ) adalah bentuk-bentuk
representasi visual lain yang dapat berguna. Alatalat ini dapat membantu menjelaskan atributatribut kritis sebuah konsep dan membuat konsep
itu lebih kongkret bagi siswa.
126.
Ada 4 langkah dalam mengkonstruksikan sebuah jaring
untuk konsep tertentu :
Langkah 1: Buat inti/pusatnya, yang menjadi fokus, jaring
itu. Fokus jaring adalah nama konsep yang dimaksud.
Langkah 2: Konstruksikan strands (helai-helai) jaring-nya,
ke luar dari intinya. Strands adalah atribut-atribut kritis
konsep itu.
Langkah 3: Gambarkan penopang-penopang strand, yang
menghubungkan atribut-atribut kritis itu dengan konsepnya.
Langkah 4: Identifikasi pertaliannya, yang menunjukkan
hubungan di antara berbagai atribut.
127. 8). Merencanakan Waktu dan Ruang. Persyaratan
waktu bergantung pada tingkat dan kemampuan
mengajarkan konsep sampai yang akan dibutuhkan
untuk kognitif siswa dan kompleksitas konsep yang
diajarkan. Kesalahan yang lazim dibuat oleh guru
pemu-la adalah menetapkan estimasi yang terlalu
rendah yang dibutuhkan untuk mengajarkan konsepkonsep, bahkan yang sederhana, sampai tuntas.
128. Empat
fase pengajaran konsep :
Fase 1 : Mengklasifikasikan maksud dan
estabilishing set. Guru menjelaskan maksud
dan prosedur untuk pelajaran itu dan
menyiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2 : Memberi masukan contoh dan
bukan contoh. Guru menamai berbagai
konsep, mengidentifikasi atribut-atribut
kritis, dan memberi ilustrasi dengan contoh
dan bukan contoh.
129. Fase 3 : Menguji kecapaian. Guru
mempresentasikan contoh dan bukan contoh
tambahan untuk menguji pemahaman siswa
tentang konsep.
Fase 4 : Menganalisis proses berfikir dan
integrasi pembelajaran siswa. Guru
membawa siswa untuk memikirkan tentang
proses berfikirnya sendiri, dan
menghubungkan konsep itu dengan konsepkonsep lain.
130. Direct presentation.
Dalam pendekatan, direct presentation (presentasi
langsung), aliran internal pelajaran ter-masuk
antara lain:
1. Menamai konsepnya dan memberikan definisi-nya.
2. Menidentifikasi atribut-atribut kritis dan memberi
contoh dan bukan contoh untuk konsep itu.
3.Menguji pemahaman konsep dengan meminta siswa
untuk memberikan contoh dan bukan-contoh.
131. Concept attainment. Dalam concept attainment
(penca-paian konsep), siswa sudah memiliki pemahaman
ter-tentu tentang konsep .
Guru yang menggunakan pendekatan concept
attainment akan meng-gunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.Berikan contoh-contoh kepada siswa, sebagian
merepresentasikan konsep yang dimaksud, sebagian
lainnya tidak
2.Memaksa siswa untuk menghipotesiskan tentang atributatribut konsep itu dan mencatat alasan spekulasinya.
132. 3. Bila siswa tampak sudah mengetahui konsepnya,
siswa menamai konsep itu dan mendiskripsipkan
proses yang mereka gunakan.
4. Guru memeriksa apakah siswa sudah mencapai
konsep itu dengan meminta mereka
mengidentifikasi contoh-contoh tambahan dengan
ya, atau tidak.
133. Concept
attainment adalah proses induktif yang
membantu siswa dalam mengorganisasikan data
menurut konsep-konsep yang sudah dipelajari
sebelumnya berbeda dengan pendekatan direct
presentation, guru memberikan label dan definisi
setelah siswa terlibat dalam penemuan atributatribut kritisnya.
134. Untuk
pendekatan ini, guru efektif
menstrukturisasikan lingkungan belajarnya
dengan cukup ketat. Selama pelajaran
berjalan, mereka mengharapkan siswa untuk
memerhatikan baik-baik pelajarannya,
menjadi pengamat yang tekun dan
pendengar yang baik.
135. Untuk
mencapai tingkat belajar konsep yang
lebih tinggi, siswa seharusnya mampu untuk :
1). Mendifinisikan konsep dan mengetahui
atribut-atribut kritisnya
2). Mengenali contoh dan bukan contoh
3). Mengevaluasi contoh dan bukan contoh
dalam kaitannya dengan atribut-atribut
kritisnya.