SlideShare a Scribd company logo
1 of 136
OLEH :

SUTRISNO, S.Kom
Mahasiswa Program Megister Teknologi
Pendidikan,
Universitas Lampung
Tahun 2013


Prespektif Tentang Manajemen Kelas

Pekerjaan terbesar guru adalah
mengembangkan komunitas belajar
demokratis yang semua siswanya dihargai,
saling menghormati satu sama lain, dan
termotivasi untuk bekerja bersama – sama.
Manajemen kelas yang baik membutuhkan
guru yang mampu menciptakan hubungan
autentik dengan siswa dan mengembangkan
etika kepedulian.
 Ada

dua ide lain yang dapat memberikan prespektif
tambahan tentang manajemen kelas

1.

Manajemen kelas barangkali merupakan
tantangan terpenting yang dihadapi para guru
pemula

2. Manajemen kelas dan pengajaran saling terkait
erat.
1. Reinforcement Theory ( Teori Penguatan )
Teori penguatan menekankan tentang sentralisasi
kejadian eksternal dalam mengarahkan perilaku dan
pentingnya penguat positif dan negatif ( Skiner,
1956 ).
2. Ekologi Kelas dan Proses Kelompok
Prespektif ini mengkaji bagaimana kerjasama dan
keterlibatan siswa diperoleh sehingga kegiatan –
kegiatan belajar yang penting dapat diselesaikan
3. Tradisi Child – Centered
Perilaku buruk merupakan akibat instruksi yang
berusaha menekan siswa, sekalipun hal itu
dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri atau
untuk kebaikan masyarakat atau akibat situasi
pengendalian kita terhadap perilaku dan berusaha
membuat siswa melakukan yang kita inginkan dan
bukan membantu mereka menjadi orang – orang
yang canggih secara moral, yang memikirkan
tentang dirinya sendiri dan sekaligus peduli pada
orang lain.
1. Manajemen Kelas Preventatif
Banyak masalah yang terkait dengan
perilaku buruk siswa yang ditangani oleh guru
– guru efektif melalui pendekatan preventatif
dan membahas tentang berbagai tuntutan
manajemen yang terkait dengan pendekatan
pengajaran tertentu.
a). Menetapkan Aturan dan Prosedur
 Aturan adalah pernyataan yang menyebutkan apa
yang diharapkan untuk dilakukan atau untuk tidak
dilakukan oleh siswa. Biasanya, aturan dibuat
secara tertulis, dimengerti dengan jelas oleh siswa,
dan dibuat minimum.
 Prosedur

adalah cara untuk menyelesaikan
pekerjaan atau kegiatan lainnya.
b). Gerakan Siswa
Pengelola kelas yang efektif merancang cara untuk
membuat gerakan yang dibutuhkan oleh siswa
berjalan lancar. Mereka mengorganisasikan prosedur
antrean dan distribusi yang efisien; Mereka
menetapkan aturan yang meminimalkan disrupsi
dan memastikan keselamatan.
c). Pembicaraan Siswa
Pengelola kelas yang efektif memiliki sejumlah
aturan yang jelas, yang mengatur kapan siswa
boleh berbicara. Kebanyakan guru
mempreskripsikan kapan bicara dilarang, kapan
bicara dengan dengan suara rendah diizinkan dan
disarankan, dan kapan boleh bebas berbicara.
d). Mengajarkan Aturan dan Prosedur
Pengelola kelas yang efektif pada umumnya hanya
menetapkan beberapa aturan dan prosedur saja,
mengajarkannya dengan cermat kepada siswa, dan
menjadikannya sesuatu yang rutin dengan
menggunakannya secara konsisten.
e). Menjaga Konsistensi
Pengelola kelas yang efektif konsisten dalam
menegakkan aturan dan menerapkan prosedur. Bila
tidak, aturan dan prosedur apa pun akan buyar
dengan cepat.
f). Mencegah Perilaku Menyimpang dengan
Smoothness dan Momentum
Meminimalkan perilaku disruptif dan
memperlambat pelajaran sulit dipelajari oleh guru
pemula, seperti banyak ketrampilan manajemen
efektif lainnya, karena begitu banyaknya aspek
manajemen yang bersifat situasional.
g). Memulai Pelajaran
Pengelola kelas yang efektif merencanakan dan
melaksanakan prosedur yang membantu agar segala
sesuatunya dapat dimulai dengan cepat dan pasti.
h). Transisi
Sistem cuing ( memberi isyarat ) dan signaling (
memberi signal ) digunakan oleh guru – guru efektif
untuk mengelola periode transisi yang sulit. Cues
digunakan oleh guru untuk memberi tanda kepada
siswa bahwa mereka akan segera mengganti
kegiatan atau tugas dan segera mempersiapkan diri.
i). Mengakhiri Pelajaran
 Guru

– guru efektif mengantisipasi potensi
masalah manajemen yang terkait dengan
akhir pelajaran dengan memasukkan
prosedur – prosedur berikut :
 Menyisakan waktu yang cukup untuk
menyelesaikan kegiatan penutup
 Memberikan pekerjaan rumah lebih awal
sehingga ketidakjelasan dapat diatasi
sebelum menit akhir pelajaran
 Menetapkan

prosedur rutin untuk mengumpulkan
pekerjaan siswa, sehingga waktu pelajaran tidak
harus dikorbankan untuk kegiatan tersebut
 Menetapkan prosedur alerting dan cuing untuk
menyiagakan siswa bahwa akhir pelajaran akan
segera tiba dan beberapa tugas tertentu perlu
diselesaikan sebelum mereka meninggalkan kelas
 Mengajari siswa yang lebih tua bahwa kelas akan
dibubarkan oleh guru, bukan oleh bel sekolah
j). Mengembangkan Tanggung Jawab Siswa
Pedoman berikut yang diadaptasi dari rekomendasi
Emmer, Evertson, dan Anderson ( 1980 ) dan Evertson,
Emmer, dan Worsham ( 2002 ), seharusnya dimasukkan
ke dalam rencana manajemen preventatif secara
keseluruhan yang dibuat oleh guru :
 Komunikasikan dengan jelas tugas – tugas dan prasyarat
untuk menyelesaikannya.
 Bagaimana cara kerja prosedur untuk memantau
pekerjaan siswa
 Konsisten dalam memeriksa pekerjaan yang telah
selesai dikerjakan
 Memberikan umpan balik yang tepat pada hasil
pekerjaan siswa
a). Penyebab Perilaku Buruk
Para guru mungkin ingin memikirkan tentang
penyebab perilaku yang tidak semestinya
tetapi mereka seharusnya juga berhati – hati
untuk tidak menghabiskan terlalu banyak
waktu untuk menganalisis semacam ini
karena dua alasan :
1. Mengetahui penyebab perilaku buruk siswa,
meskipun membantu dalam menganalisis
masalahnya, belum tentu menyebabkan perubahan
apa pun pada perilaku itu.
2.Terlalu banyak menangani penyebab psikologis atau
sosiologis perilaku buruk, khususnya yang tidak
dapat dipengaruhi guru, dapat mengakibatkan
penerimaan dan / atau pengunduran diri.
b). Menangani Perilaku Buruk
Pendekatan umum yang direkomendasikan bagi
guru – guru pemula untuk menangani perilaku
disruptif adalah dengan tidak terlalu ngotot
mencari penyebabnya, tetapi memfokuskan pada
perilaku buruk itu sendiri dan mencari cara untuk
mengubahnya, paling tidak selama siswa yang
bersangkutan berada dalam kelas.
c). Overlappingness
Berarti mampu menengarai
siswa yang berbuat tidak
semestinya dan menanganinya
secara tidak mencolok sehingga
pelajarannya tidak terganggu.
d). Merespons “ Desist Incident” dengan Cepat
Prosedur yang direkomendasikan oleh Evertson dan
Emmer berkonsentrasi pada menghentikan perilaku
yang tidak semestinya dengan cepat dan
memastikan bahwa siswa paham mereka berbuat
salah. Model LEAST termasuk prosedur untuk
perilaku buruk ringan maupun masalah – masalah
yang cukup serius yang perlu di tangani dalam
waktu cukup lama.
e). Menggunakan Hadiah
Salah satu prinsip yang tidak dapat dipungkiri lagi
dalam psikologi adalah bila perilaku tertentu
diperkuat, perilaku itu cenderung akan diulangi;
sebaliknya perilaku yang tidak di perkuat cenderung
berkurang atau menghilang.Prinsip ini berlaku untuk
kelas dan memberikan cara kepada guru untuk
menangani perilaku siswa.
f). Pujian
Pujian adalah hadiah yang
paling mudah di berikan oleh
guru, akan tetapi pujian harus
digunakan dengan tepat agar
efektif.
g). Rewads dan Previleges
Guru juga dapat mendorong perilaku yang
diinginkan melalui pemberian rewads dan
previleges kepada siswa. Reward ( hadiah )
yang dapat diberikan oleh guru termasuk antara
lain:
- Point untuk jenis pekerjaan atau perilaku
tertentu yang dapat menambah nilai siswa
- Simbol – simbol seperti bintang emas, happy
face, atau piagam penghargaan
- Piagam kehormatan khusus untuk prestasi
akademik dan perbuatan sosial
Privilege ( hak istimewa ) yang dapat diberikan
guru termasuk :
 Dijadikan ketua kelas atau pembantu guru
 Diberi waktu ekstra untuk istirahat
 Diberi waktu khusus untuk mengerjakan proyek
individual khusus
 Dibebaskan dari beberapa tugas wajib
 Diberi waktu bebas untuk membaca
h). Hukuman dan Pinalti Koersif
Hukuman dan pinalti digunakan untuk menekan
pelanggaran aturan dan prosedur. Secara sosial,
hukuman dan pinalti guru yang dapat diterima pada
kenyataannya agak terbatas, termasuk :
 Mengurangi point untuk perilaku buruk yang pada
gilirannya, akan mempengaruhi nilai siswa
 Tidak memperbolehkan siswa untuk istirahat atau
melarang pulang sekolah setelah sekolah usai
 Menghapus hak istimewa
 Mengeluarkan siswa dari kelas atau mengirim siswa ke
konselor atau administrator
Program – program ini berasal dari teori atau
prespektif tertentu dan membutuhkan partisipasi di
tingkat sekolah. Para kreator program
mengembangkan materi untuk membantu guru
memahami cara penggunaan program tersebut.
Program – program tradisional yang didasarkan pada
teori penguatan :
a. Assertive Discipline
Asertif discipline adalah salah satu
pendekatan manajemen kelas yang
menekankan bahwa guru meminta
dengan tegas agar siswa berperilaku
baik dan merespons setiap
pelanggaran secara asertif.
b. Respons Asertif
Guru seharusnya merespons perilaku
buruk siswa dengan gaya asertif dan
bukan dengan merespons secara pasif
atau memusuhi.Gaya asertif
menuntut guru untuk benar – benar
jelas dalam mengungkapkan
harapannya dan merespons perilaku
buruk siswa dengan tegas dan penuh
percaya diri.
c. Konsekuensi
Menurut pendekatan Canter dan
Canter, konsekuensinya harus dibuat
sederhana dan dirancang sedemikian
rupa agar implimentasinya tidak akan
menyebabkan disrupsi berat terhadap
kegiatan instruksional yang sedang
berjalan.
d. Konsekuensi Logis Dreikurs
Dreikurs melihat konsekuensi logis terhadap
perilaku lebih dari sekedar sebagai hukuman yang
sewenang – wenang. Tujuan jangka panjang
pendekatan pendisiplinan ini adalah untuk
membuat siswa memahami alasan perilaku buruk
mereka dan menemukan cara untuk memuaskan
kebutuhan untuk merasa berguna dan kebutuhan
afiliasinya dengan cara yang dapat diterima secara
sosial.
Program – program manajemen kelas yang mendasarkan
diri pada premis – premis yang berakar pada psikologi
humanistik dan prinsip – prinsip mengajar dan belajar
konstruktivis dan child-centered.
 Glasser’s Classroom Meeting
 Melaksanakan Classroom Meeting
 Saran – saran untuk memulai dan melaksanakan
Classroom Meeting
 Perencanaan
 Melaksanakan pertemuan
Sebagian besar ketrampilan siswa dan guru yang
dibutuhkan untuk kesuksesan pertemuan, antara
lain:
 Membentuk iklim
 Mengidentifikasi permasalahan
 Menangani nilai – nilai
 Mengidentifikasi berbagai alternatif rangkaian
tindakan
 Membuat komitmen publik
 Tindak lanjut dan asesmen
Pentingnya Asesmen dan Evaluasi :
a. Pentingnya Nilai bagi Orangtua Siswa
Orang tua sangat penduli pada nilai anaknya
karena mereka, melebihi anaknya, benar –
benar memahami fungsi penting penyortiran
yang terjadi di sekolah.
Kebanyakan orangtua masih ingat
penentuan kritis tentang hasil kerja mereka
dulu dan apa konsekuensinya .
b. Era Akuntabilitas
Kita yang hidup di era warga
masyarakat berharap guru dan
sekolah bertanggung jawab atas
pembelajaran siswa.
 Asesmen

biasanya merujuk pada seluruh rentang
informasi yang dikumpulkan dan disintesiskan oleh
guru tentang siswa – siswanya maupun tentang
kelasnya. Informasi tentang siswa dapat diperoleh
secara informal, misalnya melalui observasi dan
pertukaran verbal. Informasi juga dapat diperoleh
melalui cara – cara formal seperti PR, tes, dan
laporan tertulis.
Informasi tentang kelas dan pengajaran guru juga
dapat menjadi bagian asesmen.
Evaluasi biasanya mengacu pada proses membuat
keputusan ( judgment), menetapkan nilai (value),
atau memutuskan tentang worth (manfaat).
 Evaluasi Formatif
Evaluasi ini dikumpulkan sebelum atau selama
pengajaran dan dimaksudkan untuk
menginformasikan kepada guru tentang
pengetahuan dan ketrampilan yang sebelumnya
sudah dimiliki siswa, untuk membantunya dalam
membuat perencanaan.
Evaluasi

Sumatif
Evaluasi ini dirancang sedemikian rupa
sehingga judgment tentang
pencapaian/prestasi dapat dibuat.
Informasi yang diperoleh dari evaluasi
sumatif digunakan oleh guru untuk
menetapkan nilai dan untuk menjelaskan
tentang laporan yang dikirim kepada
siswa dan orang tuanya.
Para pakar pengukuran mengukur
reliabilitas dengan beberapa cara :
a). Test – retest Reliability
adalah ukuran yang menunjukkan
apakah sebuah tes mendapatkan hasil
yang konsisten untuk orang yang
menjalaninya lebih dari satu kali
selama kurun waktu tertentu.
b). Alternate – form Relability
Menunjukkan bahwa dua bentuk tes membawa
hasil – hasil yang konsisten untuk kelompok siswa
yang sama. Tipe reliabilitas ini terutama penting
bagi guru yang mengembangkan dua tes dengan
daftar tes yang serupa, namun, berbeda; tes yang
satu dapat diberikan kepada siswa-siswa yang absen
pada saat tes primernya diadministrasikan.
c). Split-half Reliability
Beberapa soal tes pada sebuah tes dibagi menjadi
dua , dan kinerja dari siswa dibandingkan untuk
masing – masing bagian. Bila perbandingannyamirip,
tes itu disebut memiliki reliabilitas tes-retes atau
konsisten internal baik. Tipe reliabilitas ini lebih
banyak digunakan oleh guru – guru yang merancang
tes untuk asesmen kelas.
a). Efek Nilai
Penggunaan nilai dapat
meningkatkan prestasi siswa,
tetapi pengaruhnya tetap
kompleks. Kemenarikan tugas
belajar itu secara intrinsik
berdampak pada motivasi,
demikian juga penghargaan yang
ditempatkan oleh siswa sendiri
terhadap nilai tersebut.
b). Efek Testing dan Umpan – Balik Pada
Motivasi dan Pembelajaran
Terlepas dari efek nilai pada pembelajaran siswa,
pada umumnya diketahui bahwa asesmen, bila
dilakukan secara efektif, meningkatkan keterlibatan
dan pembelajaran siswa. Beaulieu dan Utecht(1987)
menyimpulkan bahwa prestasi siswa pada ujian
akhir meningkat di kelas – kelas yang gurunya
memberikan kuis – kuis mingguan.
c). Efek Testing Terstandar
Penggunaan tes-tes terstandar di sekolah
benar – benar meluas, dan orang-orang
secara umum berpikir bahwa bila skor tesnya
tinggi, bararti sekolah dan guru – guru efektif
.Akan tetapi untuk berbagai alasan, efek tes
– tes terstandar mungkin tidak selalu
sepositif yang diyakini sebagaian orang.
Salah satu alasannya adalah tes yang paling
terstandar hanya mengukur rentang
kemampuan yang terbatas, terutama tes-tes
yang difokuskan pada tugas kuantitatif dan
verbal.
a. Tes – tes Yang Mengacu Norma
Tes ini berupaya mengevaluasi
kinerja siswa tertentu dengan
membandingkannya dengan kinerja
kelompok siswa lain pada tes yang
sama.Kebanyakan tes mengacu
norma menghasilkan dua macam skor
raw score dan percentile rank .
Raw score ( skor kasar ) adalah jumlah daftar
dalam tes yang dijawab dengan benar oleh siswa.
Percentile Rank ( peringkat persentil) adalah alat
statistik yang menunjukkan bagaimana kedudukan
seorang siswa dibandingkan siswa – siswa lain,
khususnya proporsi individu – individu yang memiliki
skor kasar yang sama atau lebih rendah untuk
bagain tes tertentu.
b. Criterion – referenced Test
( tes-tes yang mengacu kriterion )
Tes ini mengukur kinerja siswa dibandingkan
tingkat kinerja atau kriterion yang telah disepakati.
Secara umum, isi dan ketrampilan yang diukur pada
tes – tes yang mengacu kriterion jauh lebih spesifik
dibanding yang dikur pada tes – tes yang mengacu
norma.
Prinsip

– Prinsip Umum
Grondlund (1991, 2005)
memberikan beberapa prinsip
yang dapat memandu guru pada
saat merancang istem asesmen
dan membuat tes sendiri :
a. Mengases Seluruh Tujuan Instruksional
Guru semestinya mengonstruksikan tesnya
sedemikian rupa sehingga dapat mengukur dengan
jelas tujuan belajar yang sudah mereka
komunikasikan kepada siswa dan materi yang telah
mereka bahas. Pendek kata tes itu seharusnya
selaras dengan tujuan instruksional guru.
b. Mencakup Seluruh Ranah Kognitif
Sebuah tes yang baik tidak sepenuhnya
difokuskan salah satu tipe tujuan,
misalnya ingatan faktual. Sebaliknya, ia
mengukur sampel tujuan – tujuan
pembelajaran secara representatif.
c. Menggunakan Soal – Soal Tes Yang Tepat
Tes yang baik mencakup soal – soal yang
paling tepat untuk tujuan tertentu.
d. Menggunakan Tes Untuk Meningkatkan
Pembelajaran
Dengan membahas hasil – hasil tes, guru
memiliki kesempatan untuk mengajarkan
kembali informasi penting yang mungkin
belum diserap dengan baik oleh siswa.
Para guru efektif mengintegrasikan
proses testing ke dalam program
instruksionalnya untuk memandu dan
meningkatkan pembelajaran siswa.
a. Merencanakan Tes
Rancangan tes adalah alat yang ditemukan
oleh para spesialis evaluasi untuk membantu
para guru dalam membuat keputusan dan
menentukan berapa banyak ruang yang
dialokasikan bagi jenis pengetahuan tertentu
dan untuk berbagai tingkat proses kognitif
siswa yang berbeda.
b. Menyusun Tes
Setelah guru memutuskan tipe
pengetahuan dan proses kognitif
mana yang dicakup pada tes
tertentu, langkah selanjutnya
adalah memutuskan tentang
format tes dan tipe soal yang
akan digunakan.
 Soal

– soal tes tradisional dapat dibagi menjadi dua
tipe :
1). Selected-response items, seperti soal pilihan
ganda dan benar salah, memungkinkan siswa untuk
memilih responsnya diantara alternatif – alternatif
yang tersedia.
2). Constructed-response items, seperti esai atau
jawaban pendek, mengharuskan siswa untuk
memberikan respons/jawabannya sendiri.
c. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan
– Pertanyaan Selected – Response Test
Contoh – contoh soal tes yaitu tes benar – salah,
menjodohkan, dan pilihan ganda. Keuntungan tipe soal soal tes ini kiranya cukup jelas. Mereka memungkinkan
cakupan yang lebih besar untuk beragam topik yang
sudah diajarkan guru, dan mereka dapat diberikan skor
dengan mudah dan obyektif. Kelemahannya tipe soal tes
ini adalah kadang – kadang sulit untuk menulis
pertanyaan yang mengukur ketrampilan dan proses
kognitif tingkat tinggi.
d. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan –
Pertanyaan Constructed – Response Test
Guru menggunakan dua macam pertanyaan constructed-response
tes :
i). Fill in the blanks ( mengisi titik – titik ) / jawaban
pendek
Tes ini lebih mudah untuk ditulis dan mampu
mengukur kemampuan siswa untuk mengingat
informasi. Trik untuk menulis pertanyaan fill in the blanks
adalah menghindari ambiguitas dan memastikan bahwa
pertanyaannya tidak memiliki lebih dari satu jawaban
yang benar.
ii). Esai
Banyak guru dan pakar tes setuju
bahwa tes / ujian esai merupakan cara
terbaik untuk menyadap proses berpikir
tingkat tinggi dan kreatifitas siswa.
Kelebihan yang lain yaitu tes ini tidak
begitu membutuhkan banyak waktu
untuk dikonstruksikan.
Beberapa pedoman yang berasal dari praktik – praktik
para guru efektif dibawah ini perlu dipertimbangkan :
 Temukan cara untuk mengatasi kecemasan tes
 Organisasikan lingkungan belajar agar kondusif untuk
menjalani tes
 Menjelaskan rutinitas dan instruksi tes
 Hindari kompetisi dan “time pressure” yang tidak
semestinya
 Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa
 Memberikan dukungan yang tepat bagi siswa – siswa
dengan kebutuhan khusus.
a. Performance Assesment ( Asesmen Kinerja
)
Menginginkan siswa untuk
mendemonstrasikan bahwa mereka dapat
mengerjakan tugas tertentu, seperti menulis
esai, melakukan eksperimen,
menginterpretasi solusi untuk suatu masalah,
atau menggambar sesuatu.
b. Authentic Assessment ( Asesmen
Autentik )
Asesmen ini membawa demonstrasi
selangkah lebih maju dan
menekankan pentingnya Penerapan
ketrampilan atau kemampuan yang
dimaksud dalam konteks situasi
kehidupan nyata.
 Ikhtisar

Tentang Pengajaran dengan Presentasi
Presentasi adalah model yang berpusat pada guru
yang terdiri atas empat fase utama :
1. Aliran yang berjalan mulai dari usaha awal guru
untuk mengklarifikasikan tujuan pelajaran
dan menyiapkan siswa untuk belajar
2. Presentasi sebuah advance organizer
3. Presentasi informasi baru
4. Memperkuat keterampilan berpikir mereka
Psikologi

Kognitif Mengenai Belajar
Kerangaka acuannya penting bagi guru
karena memberikan jalan untuk
memikirkan tentang bagaimana pikiran
bekerja dan bagaimana pengetahuan
diperoleh, diorganisasikan, dan
dipresentasikan dalam sistem ingatan.
1. Tipe – Tipe Pengetahuan
Secara tradisional, para teoritisi belajar
membedakan antara dua tipe utama pengetahuan
a. Declarative Konowledge
Adalah pengetahuan tentang sesuatu atau
pengetahuan bahwa sesuatulah keadaan yang
sebenarnya.
b. Procedural Knowledge
Adalah pengetahuan tentang how to do something (
bagaimana cara melakukan sesuatu )
2. Pemrosesan Informasi
Ingatan jangka pendek
adalahtempat dalam pikiran yang
kerja mentalnya dilakukan secara
sadar; sedangkan ingatan jangka
panjang adalah tempat dalam
ingatan yang informasinya disimpan,
siap untuk didapatkan kembali
bilamana dibutuhkan.
3. Representasi Pengetahuan
Prinsip – prinsip pengajaran tentang
mempresentasikan informasi yang tumbuh dari ide –
ide psikologi kognitif ini memiliki empat hal
penting bagi guru :
a. Untuk mengetahui bahwa pengetahuan
diorganisasikan dan distrukturisasikan di seputar
proposisi – proposisi dasar dan ide – ide pemersatu.
b. Kemampuan siswa untuk mempelajari ide – ide
baru bergantung pada pengetahuan mereka
sebelumnya dan struktur kognitif yang sudah ada
c. Tugas utama guru dalam membantu siswa untuk
memperoleh pengetahuan adalah :
 Mengorganisasikan bahan – bahan belajar dengan
pemikiran yang mendalam dan dengan mahir
 Memberikan

advance organizer kepada siswa yang
akan membantu mengaktifkan, mengaitkan, dan
mengintegrasikan pembelajaran baru
 Memberikan isyarat / petunjuk kepada siswa untuk
membantu mereka dalam mengambil informasi dari
ingatan jangka panjang untuk dipindahkan ke
ingatan jangka pendek
d. Ingat bahwa struktur kognitif
berubah akibat adanya informasi
baru dan oleh karenanya menjadi
dasar untuk mengembangkan struktur
– struktur kognitif baru
1. Pengetahuan Sebelumnya, Establishing, dan
Memberikan Cues
Salah satu prosedur pengajaran penting untuk
membantu siswa mengunakan pengetahuan yang sudah
mereka miliki sebelumnya adalah induksi, atau di
istilahkan dengan establishing set yaitu sebuah teknik
yang digunakan guru pada awal presentasi untuk
menyiapkan siswa untuk belajar dan untuk membangun
hubungan komunikatif antara pelajar dan informasi yang
akan dipresentasikan.
2. Menggunakan Advance Organizers
Kegunaan advance organizer
sebagai sarana untuk membantu
membuat informasi bermakna bagi
siswa; terdiri atas pernyataan –
pernyataan yang dibuat guru tepat
sebelum presentasi aktual berbagai
materi belajar.
3. Kejelasan Guru
Variabel lain yang terkait dengan presentasi
informasiyang ditemukan memengaruhi pembelajaran
siswa adalah kejelasan guru. Guru perlu mengambil
beberapa langkah sebelum mempresentasikan informasi
kepada siswa-siswanya :
a. Memastikan bahwa isinya dimengerti sepenuhnya
b. Melatih dan menghafalkan ide – ide kunci dalam
ingatan sebelum memberikan presentasi
c. Mengikuti dengan seksama catatan tertulis yang
telah disiapkan
4. Antusiasme Guru
Hal ini adalah konsep yang menarik karena dua
alasan :
 Antusiasme sering dikacaukan pengertiannya
dengan theatrics dan distraksi yang terkait
dengannya
 Penelitian tentang hubungan antara antusiasme
guru dan pembelajaran siswa masih campur aduk
5. Efek Antusiasme
Saat ini kita seharusnya menyadari bahwa
antusiasme itu penting dan tampaknya membuat
perbedaan dalam siswa terhadap presentasi. Akan
tetapi, bagaimana persisnya sifat antusiasme dan
seberapa banyak seharusnya digunakan, sampai saat
ini masih belum diketahui dengan jelas.
Pengguanaan yang efektif
membutuhkan pelaksanaan secara
mahir berbagai keputusan dan
perilaku selama fase pra
instruksional, fase interaktif, dan
fase pasca instruksional dalam
pengajaran.
Membuat keputusan tentang
apa isi yang akan dimasukkan ke
dalam sebuah presentasi dan
bagaimana mengorganisasikan
isinya agar logis dan bermakna
bagi siswa membutuhkan
persiapan ekstensif oleh guru.
Ada empat tugas perencanaan terpenting yang harus
dilakukan :
1. Memilih Tujuan dan Isi
 Tujuan untuk pelajaran presentasi terutama adalah
tujuan – tujuan yang dimaksudkan untuk mendapatkan
pengetahuan deklaratif. Mengajar lebih dari sekedar
berbicara, pelajaran presentasi yang baik membutuhkan
persiapan ekstensif.
 Akan tetapi, banyaknya pengetahuan di bidang apapun
dapat dikatakan tidak ada habisnya, dan beberapa
prinsip dapat membantu para guru ketika merencanakan
sebuah presentasi atau serangkaian presentasi tertentu.
2. Mendiagnosis Pengetahuan Yang Sebelumnya
Telah Dimiliki Siswa
 Informasi yang diberikan dalam sebuah presentasi
didasarkan pada estimasi guru tentang struktur
kognitif yang sudah ada dan pengetahuan yang
sebelumnya sudah dimiliki tentang subyek
tertentu.
 Agar materi baru bermakna bagi siswa, guru harus
menemukan cara untuk mengaitkannya dengan
sesuatu yang sudah diketahui oleh siswa.
3. Memilih Advance Organizers
Advance Organizer membantu siswa untuk melihat
“gambar besar” dari berbagai hal yang
dipresentasikan. Sebuah advance organizer yang
baik berisi materi – mater yang sudah dikenal
dengan baik oleh siswa dan dirancang untuk
mengaitkan dengan pengetahuan yang sebelumnya
sudah dimiliki siswa.
4. Merencanakan Penggunaan Waktu dan Ruang
Merencanakan dan mengelola waktu dan ruang
sangat penting bagi presentasi yang efektif.Ada dua
hal yang seharusnya paling diperhatikan oleh guru :
memastikan bahwa waktu yang dialokasikan pas
dengan kemampuan dan sikap siswa di kelas, dan
memotivasi siswa agar mereka tetap memerhatikan
dan on-task selama pelajaran.
a. Menyiapkan Penggunaan Gambar dan
Ilustrasi
Gambar dan ilustrasi dapat menjelaskan
berbagai konsep yang tidak dapat dijelaskan
dengan kata – kata, khususnya bagi anak –
anak yang masih belia atau siswa – siswa yang
abstraksinya kurang baik
b. Menggunakan Beragam Cues (
isyarat ) dan Contoh
Penggunaan isyarat dan contoh
adalah salah satu cara yang dapat
digunakan guru untuk membantu
siswa menghubungkan informasi baru
itu dengan apa yang sudah mereka
ketahui.
c. Sedikit Banyak Konkret
Siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih tinggi
dapat berpikir lebih abstrak dibanding siswa yang
lebih muda dan berprestasi lebih rendah. Bila
keduanya ada di kelas yang sama, penting bagi guru
untuk menjelaskan berbagai ide secara konkret dan
secara abstrak untuk memenuhi kebutuhan siswa –
siswa yang memiliki tingkat perkembangan
intelektual yang berbeda.
Melaksanakan Pelajaran Presentasi
Sintaksis pelajaran presentasi terdiri atas empat
fase dasar :
1. Mengklarifikasikan tujuan pelajaran dan
menyiapkan siswa untuk belajar
2. Mempresentasikan advance organizer-nya
3. Mempresentasikan informasi baru yang di maksud
4. Memantau dan memeriksa pemahaman siswa serta
memperluas dan memperkuat keterampilan
berpikir mereka.
 Ketrampilan

kognitif maupun fisik
adalah fondasi yang dibangun pembelajaran
tingkat tingginya (termasuk Learning to
Learn, belajar mengajar). Sebelum siswa
dapat menemukan berbagai konsep yang
kuat, berpikir kritis, mengatasi masalah,
atau menulis secara kreatif, mereka mulamula harus mendapatkan berbagai
keterampilan dan informasi dasar.
 Pengajaran

langsung dapat dideskripsikan dalam
kait-annya dengan tiga fitur: (1) tipe hasil belajar
yang dihasilkannya; (2) sintaksis atau aliran
kegiatan instruksionalnya secara keseluruhan; dan
(3) lingkungan belajarnya. Secara singkat,
pengajaran langsung dirancang untuk meningkatkan
penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan
prosedural) dan pengetahuan faktual yang dapat
diajarkan secara langkah demi langkah.


Beberapa aspek model ini diambil dari pro-sedurprosedur pelatihan yang dikembangkan dalam lingkup
industri dan militer. Barak Rosenshine dan Robert
Stevens (1986), melaporkan bahwa mereka menemukan
sebuah buku yang berjudul How to Instruct yang
diterbitkan pada 1945 telah memasuk-kan banyak ide
yang terkait dengan pengajaran langsung. Ada tiga
tradisi teoretis yang menjadi da-sar pemikiran untuk
penggunaan pengajaran langsung kontemporer, yakni:
behaviorisme, teori belajar sosial, dan penelitian
tentang efektivitas guru.
Hasil – hasil dari perbandingan – perbandingan
yang ada, Good dan Grouws menyimpulkan bahwa
efektivitas guru sngat terkait dengan klasterklaster berikut :
 Pengajaran seluruh kelas.
Secara umum, pengajaran seluruh kelas ( bila
dibandingkan kelompok kecil ) didukung oleh studi
ini terutama bila guru memiliki kapabilitas tertentu
seperti kemampuan untuk menyatukan hal-hal yang
cerai – berai.
Kejelasan

pengajaran dan
presentasi.
Guru efektif mengintroduksikan
pelajaran dengan maksud yang jelas
dan menerangkan materi-materi
belajar dengan lebih jelas.
 Ekspektasi

kinerja yang tinggi
Guru-guru efektif mengomunikasikan ekspektasi
kinerja yang lebih tinggi terhadap siswa – siswanya,
memberikan lebih banyak tugas, dan menyelesaikan
kurikulum dengan lebih cepat dibandingkan dengan
guru-guru yang tidak efektif.
 Lingkungan

belajar yang berorentasi tugas
tetapi produktif
Guru-guru efektif memiliki masalah manajerial
yang lebih sedikit dibanding guru-guru yang tidak
efektif.
Kelas lebih difokuskan pada tugas dan ditandai
oleh pengajaran yang berjalan lancar, relatif bebas
disrupsi.
 Perilaku

yang diprakarsai siswa
Siswa-siswa di kelas efektif lebih banyak
memprakarsai interaksi dengan guru-guru,
dibanding guru-guru tidak efektif memprakarsai
interaksi antara guru dengan siswa.
 Memproses

umpan balik ( pengetahuan tentang

hasil ).
Guru-guru efektif memberitahukan hasil kerja
siswa. Memberikan umpan balik tentang proses atau
perkembangan, khususnya selama tugas siswa di
kelas, dan umpan balik ini bersifat segera dan
nonevaluatif.
 Memuji.
Guru-guru efektif secara konsisten memberikan
lebih sedikit pujian dibanding guru-guru yang tidak
efektif.
1.

Merencanakan Pengajaran Langsung
Model pengajaran langsung dirancang
secara spesifik untuk meningkat-kan
pembelajaran pengetahuan faktual yang
terstruk-tur dengan baik, yang dapat
diajarkan secara langkah- demi-langkah dan
dimaksudkan untuk membantu sis-wa
menguasai pengetahuan prosedural yang
dibutuh-kan untuk melakukan berbagai
keterampilan sederha-na maupun
kompleks.
a). Menyiapkan Tujuan.
Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran dengan
model pengajaran langsung, dengan pendekatan
yang lebih disukai. Tujuan yang baik seharusnya
berbasis siswa dan spesifik, menyebutkan situasi
testing-nya, dan mengidentifikasi tingkat kinerja
yang diharapkan.
b). Melaksanakan Analisis Tugas.
Task analysis (analisis tugas) adalah sesuatu yang
tingkat kesulitan dan kekompleksannya tidak masuk
akal, meskipun pada kenyataannya analisis tugas
adalah sebuah proses yang agak mudah dan
sederhana, khususnya bagi guru-guru yang
mengetahui subjeknya dengan baik.
c). Merencanakan waktu dan Ruang
Merancang dan mengelola waktu
sangat penting bagi pelajaran dengan
model pengajaran. Guru harus
memastikan bahwa waktunya cukup,
dengan kecerdasan siswa di kelas,
dan siswa termotivasi untuk tetap
terlibat sepanjang pelajaran.
Melaksanakan Pelajaran dengan Model
Pengajaran Langsung
 Model pengajaran secara langsung memiliki lima
fase ( langkah esensial ) yaitu :
1). Mengklarifikasikan Tujuan.
2). Mendemonstrasikan pengetahuan.
3). Memberikan praktek dengan bimbingan.
4). Memeriksa pemahaman siswa dan
memberikan umpan balik.
5). Memberikan praktek dan transfer yang
diperluas.
2.
 Prinsip

– prinsip yang dapat menuntun guru
memberikan kesempatan untuk praktek kepada
siswa seperti di bawah :
a). Berikan Praktek yang pendek dan
bermakna
b). Berikan Praktek untuk meningkatkan
Overlearning
c). Memerhatikan Tahap-tahap Awal Praktek
d). Memeriksa Pemahaman dan Memberikan
Umpan Balik
 Umpan

balik yang spesifik, "students will not learn
to write well by writing, read well by reading, or
run well by running."
Pedoman 1 : Berikan Umpan Balik Segera Mungkin
setelah Praktek.
Pedoman 2 : Memberikan Umpan Balik yang
Spesifik.
Pedoman 3 : Berkonsentrasi pada Perilaku, bukan
Niat.
Pedoman 4 : Pastikan Umpan Balik sesuai dengan
Perkembengan Siswa
Pedoman 5 : Menekankan Pujian dan Memberikan
Umpan Balik pada Kinerja yang Benar.
Pedoman 6 : Ketika Memberikan Umpan Balik
Negatif, Tunjukkan Tata Cara yang benar untuk
Melakukannya
Pedoman 7 : Ajari Siswa untuk Memberikan Umpan
Balik kepada Dirinya Sendiri dan untuk Menilai
Kinerjanya Sendiri.
Praktek independen dapat dilakukan melalui :
seatwork ( tugas di kelas ) dan homework ( tugas
di rumah ).
 Pedoman untuk Seatwork :
1. Berikan seatwork yang menaik dan menyenangkan
2. Pastikan siswa memahami tuntutan seatwork
3. Buatlah seatwork yang mengikuti pelajaran
langsung
4. Miliki prosedur yang jelas tentang apa yang harus
dilakukan siswa bila menemui jalan buntu.
Pedoman yang disarankan untuk memberikan homework :
1. Berikan tugas yang menarik dan secara potensial
menyenangkan dan pastikan bahwa siswa memahami
tugasnya.
2. Berikan PR yang cukup menantang dan dapat disele-saikan
dengan baik.
3. Gunakan tugas-tugas PR dengan cukup sering dan tidak
terlalu besar (banyak) dan bukan lebih jarang tetapi berupa
tugas-tugas besar (berat). Pedoman ini tentunya dipengaruhi
oleh sifat bidang studinya dan umur siswa.
4. Bualah aturan yang jelas untuk pengerjaan PR.
5. Beri tahukan kepada orang tua tentang tingkat keterlibatan
yang diharapkan.
6. Berikan umpan balik dan nilai pada PR segera mungkin.

1. Buat Variasi pada Struktur Pelajaran.
 Buat pelajaran terstruktur untuk siswa yang lebih
muda dan berprestasi rendah, buatlah agar
tujuannya spesifik; gunakan tingkat kecepatan
sedang dalam menyampaikan pengajaran.
 Tingkatkan perluasan pengajaran keterampilan
dasar dan berikan kesempatan untuk eksplorasi bagi
siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi tinggi.
2. Buat Variasi pada Presentasi dan Demonstrasi
 Garis bawahi ide-ide atau prosedur pokoknya di
papan tulis, overhead projector, untuk siswa-siswa
yang lebih muda atau berprestasi lebih rendah.
Batasi presentasi-nya pada beberapa poin atau ide
saja, buat agar presentasinya ringkas dan tidak
berkepanjangan.
 Perluas ke luar ide dan keterampilan dasar untuk
siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih
tinggi.
3. Buat Variasi pada Sifat Interaksinya
 Dasarkan pengajarannya pada pengetahuan yang
sebelumnya sudah dimiliki siswa. Mengajarkan apa
yang sudah diketahui akan membuat siswa bosan;
mengajarkan ide atau keterampilan tanpa
pengetahuan yang cukup tidak akan ada artinya.
 Memberi perhatian pada perbedaan kultural di
antara kelompok-kelompok rasial atau etnik da-lam
kaitannya dengan kemauan untuk berinter-aksi di
depan orang lain; hat yang sama juga ber-laku
untuk gender.
4. Buat Variasi pada Sifat Dorongan dan Dukungan
 Berikan dorongan dlan dukungan terus-menerus
kepada siswa-siswa yang berprestasi rendah atau
tidak mandiri. Semakin sedikit yang diketahui siswa,
semakin banyak dukungan instruksional yang
mereka butuhkan.
 Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang
berprestasi lebih tinggi dan lebih mandiri untuk
memahami sendiri berbagai hal.
5. Buat Variasi pada Penggunaan Praktik,
Seatwork, dan PR
 Pastikan bahwa latihan praktiknya dipahami
de-ngan baik dan berikan seatwork dan PR singkat
untuk siswa-siswa berprestasi rendah.
 Batasi

seatwork dan buat PR-nya menantang bagi
mereka yang berprestasi lebih tinggi dan lebih
mandiri.
 Mengelola

Lingkungan Belajar
Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola
lingkung-an belajar selama pelajaran dengan model
pengajaran langsung hampir identik dengan yang
digunakan guru ketika menerapkan model
presentasi. Dalam pengajar-an langsung, guru
menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan
sangat ketat, mempertahankan fo-kus akademis,
dan berharap siswa menjadi pengamat, pendengar,
dan partisipan yang tekun.
 Assesmen

dan Evaluasi
Pentingnya mencocokkan strategi testing dan
evaluasi dengan sasaran relevan tidaknya antara
tujuan dengan harapan. Model pengajaran langsung
digunakan paling tepat untuk mengajarkan
ketrampilan dan pengetahuan.


Sebuah Pemikiran Akhir : Mempertimbangkan
Penggunaan Pengajaran Langsung
Model ini berpusat pada guru dan terlalu menekankan
teacher talk. Kebanyakan pengamat mengatakan bahwa
teacher talk mengguna-kan antara setengah sampai tiga
perempat dari setiap periode pengajaran di kelas, dan
menurut Cuban (1982, 1993). Model ini mau tak mau
mendukung pandangan bahwa siswa adalah bejana
kosong yang akan diisi dengan informasi yang
disegmentasikan dengan cermat dan bukan pelajar aktif
dengan kebutuhan untuk mendapatkan informasi dan
mengonstruksikan pengetahuan sendiri ( Marshall. 1992
).


Ikhtisar tentang Pengajaran Konsep
Menggabungkan sesuatu yang konkret seperti
bola dengan sebuah kualitas abstrak seperti
bundar memungkinkan untuk mengidentifikasi
golongan-golongan benda, kejadian, dan ide
yang berbeda satu sama lain. Dengan berulang
kali menyortir dan mengklasifikasikan bola-bola
yang berbeda, pada akhimya ia mampu
membentuk sebuah konsep abstrak untuk bendabenda yang serupa ini, yang memungkinkannya
berpikir tentang benda itu dan, akhirnya,
berkomunikasi dengan orang lain tentang
konsep.
 Banyak

pendekatan pengajaran konsep, tetapi ada
dua pendekatan dasar yaitu :
1). Pendekatan direct presentat-ion (presentasi
langsung) dan 2). Pendekatan concept at-tainment
(pencapaian konsep). Sebuah konsep pengajaran
konsep pada dasarnya terdiri etas empat face atau
langkah utama: (1). Mempresentasikan tujuan dan
establishing set, (2.) Memberi masukan examples
(contoh) dan nonexamples (bukan-contoh), (3).
Menguji pencapaian konsep, dan
(4).
Menganalisis proses berpikir siswa
1). Konsep-konsep itu sendiri dapat
ditempatkan ke dalam kategori-kategori.
Konsep – konsep, seperti objek, ide-ide dapat
dikategorisasikan dan diberi nama/label.
 Konsep adalah alat yang digunakan untuk
mengorganisasikan pengetahuan dan
pengalaman ke dalam berbagai macam
kategori, konsep juga dapat dikategorikan
dan dinamai.
2). Konsep dipengaruhi oleh konteks sosial. Atributatribut penting konsep konjungtif, misalnya segi
tiga sama sisi, berlaku tetap di semua konteks
sosial.
3). Konsep memiliki definisi dan label.
Semua konsep memiliki nama atau label dan
definisi yang lebih kurang tepat.
4). Konsep Memiliki Atribut-Atribut Kritis. Contoh :
Berbulu ( Atribut kritis ), warna bulu ( Atribut non
kritis )
5). Konsep memiliki atribut-atribut nonkritis.
 Bruner

(1966) mengidentifikasi tiga modes
(cara) belajar: (1) belajar dengan melakukan
(learning by doing), yang disebut enactive
mode, (2) belajar dengan membentuk
gambaran mental, yang disebut iconic mode,
dan (3) belajar melalui serangkaian simbol
atau repre-sentasi abstrak, yang disebut
symbolic mode.
 Sebuah

studi yang sangat menarik dan penting (
Novak dan Musonda, 1991 ) tentang belajar
konsep di bidang sains :
1). Permasalahan dan Pendekatan: Menggunakan
metode kualitatif dan kuantitatif, Novak dan
Musonda mengeksplorasi apakah siswa-siswa kelas
satu dan dua SD dapat diajari konsep-konsep sains
dasar dan, bila dapat apakah pembelajaran sains
awal itu menguatkan pemahaman mereka kelak.
2). Sampel dan Setting: Dari tahun 1971 sampai 1973
guru-guru di sebelas kelas satu dan dua SD, para
peneliti mengajarkan dua puluh delapan pelajaran
sains kepada 191 siswa.
3). Prosedur: Sebelum studi dilaksanakan, para
peneliti mengembangkan dua puluh delapan
pelajaran yang masing-masing dibangun sebuah
konsep sains dasar.
4). Hasil-hasil: Hasil-hasil studi yang dilaporkan di
sini terutama berasal dari data yang diambil petapeta konsepnya.
1). Memilih Konsep.
Kurikulum adalah sumber utama untuk
memilih konsep-konsep yang akan diajarkan.
Konsep-konsep itu mungkin terdapat dalam
textbooks, dan edisi yang digunakan guru
sering kali menjadi pedoman dalam memilih
konsep-konsep kunci yang akan diajarkan.
Contoh : benda-benda yang bergerak dapat
melakukan work (pekerjaan )
2). Memutuskan Pendekatan yang Akan Dipakai.
Ada dua ( 2 ) pendekatan yang akan di bahas
antara lain :
 Pendekatan direct presentation ( presentasi
langsung ), menerapkan rule to example process
deduktif ( Tennyson et al, 1983 ) guru untuk
mendifinisikan sebuah konsep yang diikuti dengan
pemberian contoh dan bukan contoh.
 Pendekatan

concept attainment ( pencapaian
konsep ), di lain pihak, membalik sekuensi dan
menggunakan example to rule procss ( proses dari
contoh ke aturan ) Bruner, 1996. Guru mula-mula
memberikan contoh dan non contoh tentang suatu
konsep, dan siswa menemukan atau mencapai
konsep itu sendiri melalui proses penalaran
induktif.
3). Mendefinisikan Konsep.
Contoh: konsep pohon dapat didefinisikan sebagai “
tumbuhan yang hidup selama bertahun-tahun dan
memiliki sebuah batang tubuh tunggal dan berkayu
“. Konsep – konsep yang kompleks dari berbagai
subjek akademis perlu didefinisikan dan diajarkan
sesuai dengan umur siswa.
 Ada

tiga langkah dalam mendifinisikan konsep :
1. Identifikasi nama konsepnya
2. Buat daftar atribut-atribut kritis dan nonkritis
3. Tulis definisi ringkasnya
Contoh : Pulau, mendaftar semua atribut kritis
seperti daratan dan air, dan membrikan definisi
berikut : “ pulau adalah daratan yang lebih kecil
dibanding benua dan dikelilingi oleh air. “
4). Menganalisis Konsep.
Setelah sebuah konsep dipilih dan didefinisikan
dalam kaitannya dengan atribut--atribut kritisnya,
konsep itu perlu dianalisis untuk mencari beberapa
contoh dan bukan-contohnya.
5). Memilih dan Mengurutkan Berbagai Contoh dan
Bukan Contoh.
 Secara umum, telah ditunjukkan bahwa contohcontoh awal seharusnya cukup familier bagi kelas
yang bersangkutan. Bila robin digunakan sebagai
contoh terbaik (paling fami-lier) untuk konsep
burung, lebih mudah bagi siswa untuk membedakan
burung-burung yang paling mirip dengan robin,
misalnya kardinal, burung pipit, atau bluebird,
daripada membedakannya dengan burung--burung
lain yang kurang mirip, seperti bebek, ayam, atau
penguin.
6). Menggunakan Gambar-Gambar Visual.
Menggunakan gambaran-gambaran visual
memengaruhi pembelajaran konsep dan mendukung
pepatah “ is picture is worth a thousand words. “
Alat bantu dan gambar – gambar visual diketahui
sangat memfasilitasi pemahaman siswa tentang
berbagai konsep yang kompleks.
7). Grafik organizers dan conceptual web
( jejaring konseptual ) adalah bentuk-bentuk
representasi visual lain yang dapat berguna. Alatalat ini dapat membantu menjelaskan atributatribut kritis sebuah konsep dan membuat konsep
itu lebih kongkret bagi siswa.


Ada 4 langkah dalam mengkonstruksikan sebuah jaring
untuk konsep tertentu :
Langkah 1: Buat inti/pusatnya, yang menjadi fokus, jaring
itu. Fokus jaring adalah nama konsep yang dimaksud.

Langkah 2: Konstruksikan strands (helai-helai) jaring-nya,
ke luar dari intinya. Strands adalah atribut-atribut kritis
konsep itu.
Langkah 3: Gambarkan penopang-penopang strand, yang
menghubungkan atribut-atribut kritis itu dengan konsepnya.
Langkah 4: Identifikasi pertaliannya, yang menunjukkan
hubungan di antara berbagai atribut.
8). Merencanakan Waktu dan Ruang. Persyaratan
waktu bergantung pada tingkat dan kemampuan
mengajarkan konsep sampai yang akan dibutuhkan
untuk kognitif siswa dan kompleksitas konsep yang
diajarkan. Kesalahan yang lazim dibuat oleh guru
pemu-la adalah menetapkan estimasi yang terlalu
rendah yang dibutuhkan untuk mengajarkan konsepkonsep, bahkan yang sederhana, sampai tuntas.
 Empat

fase pengajaran konsep :
Fase 1 : Mengklasifikasikan maksud dan
estabilishing set. Guru menjelaskan maksud
dan prosedur untuk pelajaran itu dan
menyiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2 : Memberi masukan contoh dan
bukan contoh. Guru menamai berbagai
konsep, mengidentifikasi atribut-atribut
kritis, dan memberi ilustrasi dengan contoh
dan bukan contoh.
Fase 3 : Menguji kecapaian. Guru
mempresentasikan contoh dan bukan contoh
tambahan untuk menguji pemahaman siswa
tentang konsep.
Fase 4 : Menganalisis proses berfikir dan
integrasi pembelajaran siswa. Guru
membawa siswa untuk memikirkan tentang
proses berfikirnya sendiri, dan
menghubungkan konsep itu dengan konsepkonsep lain.
Direct presentation.
Dalam pendekatan, direct presentation (presentasi
langsung), aliran internal pelajaran ter-masuk
antara lain:
1. Menamai konsepnya dan memberikan definisi-nya.
2. Menidentifikasi atribut-atribut kritis dan memberi
contoh dan bukan contoh untuk konsep itu.
3.Menguji pemahaman konsep dengan meminta siswa
untuk memberikan contoh dan bukan-contoh.
Concept attainment. Dalam concept attainment
(penca-paian konsep), siswa sudah memiliki pemahaman
ter-tentu tentang konsep .
Guru yang menggunakan pendekatan concept
attainment akan meng-gunakan langkah-langkah
sebagai berikut:
1.Berikan contoh-contoh kepada siswa, sebagian
merepresentasikan konsep yang dimaksud, sebagian
lainnya tidak
2.Memaksa siswa untuk menghipotesiskan tentang atributatribut konsep itu dan mencatat alasan spekulasinya.

3. Bila siswa tampak sudah mengetahui konsepnya,
siswa menamai konsep itu dan mendiskripsipkan
proses yang mereka gunakan.
4. Guru memeriksa apakah siswa sudah mencapai
konsep itu dengan meminta mereka
mengidentifikasi contoh-contoh tambahan dengan
ya, atau tidak.
 Concept

attainment adalah proses induktif yang
membantu siswa dalam mengorganisasikan data
menurut konsep-konsep yang sudah dipelajari
sebelumnya berbeda dengan pendekatan direct
presentation, guru memberikan label dan definisi
setelah siswa terlibat dalam penemuan atributatribut kritisnya.
 Untuk

pendekatan ini, guru efektif
menstrukturisasikan lingkungan belajarnya
dengan cukup ketat. Selama pelajaran
berjalan, mereka mengharapkan siswa untuk
memerhatikan baik-baik pelajarannya,
menjadi pengamat yang tekun dan
pendengar yang baik.
 Untuk

mencapai tingkat belajar konsep yang
lebih tinggi, siswa seharusnya mampu untuk :
1). Mendifinisikan konsep dan mengetahui
atribut-atribut kritisnya
2). Mengenali contoh dan bukan contoh
3). Mengevaluasi contoh dan bukan contoh
dalam kaitannya dengan atribut-atribut
kritisnya.
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

Pengurusan tingkah laku
Pengurusan tingkah lakuPengurusan tingkah laku
Pengurusan tingkah lakuumagul
 
Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaian
Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaianKinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaian
Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaianZaenal Khayat
 
Standard Pengajaran Malaysia
Standard Pengajaran MalaysiaStandard Pengajaran Malaysia
Standard Pengajaran MalaysiaSofia Amir
 
Perancangan pengurusan bilik darjah yang berkesan
Perancangan pengurusan bilik darjah yang berkesanPerancangan pengurusan bilik darjah yang berkesan
Perancangan pengurusan bilik darjah yang berkesanZue Shari
 
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...Santa Barbara
 
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuAsimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuPensil Dan Pemadam
 
model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti
model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti
model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti siaw ong
 
EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)
EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)
EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)Erica Leenya
 
Perbezaan model disiplin dreikurs dan kounin
Perbezaan model disiplin dreikurs dan kouninPerbezaan model disiplin dreikurs dan kounin
Perbezaan model disiplin dreikurs dan kouninFanera Jeffery
 
Pengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinnerPengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinnerdimidur
 
Kajian tindakan munchit
Kajian tindakan munchitKajian tindakan munchit
Kajian tindakan munchithuda hamdan
 
Belajar-belajaran
Belajar-belajaranBelajar-belajaran
Belajar-belajaranWisda Javas
 
Pengurusan murid dalam bilik darjah
Pengurusan murid dalam bilik darjahPengurusan murid dalam bilik darjah
Pengurusan murid dalam bilik darjahMuhammad Ilyas
 
Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)
Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)
Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)PratiwiKartikaSari
 
93583919 nota-edu-3104
93583919 nota-edu-310493583919 nota-edu-3104
93583919 nota-edu-3104Mohamed Zawawi
 

What's hot (20)

Pengurusan tingkah laku
Pengurusan tingkah lakuPengurusan tingkah laku
Pengurusan tingkah laku
 
Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaian
Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaianKinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaian
Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembeljaran dan penilaian
 
Standard Pengajaran Malaysia
Standard Pengajaran MalaysiaStandard Pengajaran Malaysia
Standard Pengajaran Malaysia
 
Perancangan pengurusan bilik darjah yang berkesan
Perancangan pengurusan bilik darjah yang berkesanPerancangan pengurusan bilik darjah yang berkesan
Perancangan pengurusan bilik darjah yang berkesan
 
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
PENGAPLIKASIAN MODEL-MODEL PENGURUSAN DISIPLIN BILIK DARJAH BERDASARKAN 2 SIT...
 
00.smp 2 dompu
00.smp 2 dompu00.smp 2 dompu
00.smp 2 dompu
 
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah lakuAsimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
Asimen pengurusan bilik darjah dan tingkah laku
 
model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti
model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti
model pengurusan kelompok kounin dan model terapi realiti
 
Keterampilan dan strategi
Keterampilan dan strategiKeterampilan dan strategi
Keterampilan dan strategi
 
EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)
EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)
EDU 3043 Pengurusan Bilik Darjah Dan Tingkahlaku (Semester 3)
 
Perbezaan model disiplin dreikurs dan kounin
Perbezaan model disiplin dreikurs dan kouninPerbezaan model disiplin dreikurs dan kounin
Perbezaan model disiplin dreikurs dan kounin
 
Pengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinnerPengurusan disiplin bilik darjah skinner
Pengurusan disiplin bilik darjah skinner
 
Kajian tindakan munchit
Kajian tindakan munchitKajian tindakan munchit
Kajian tindakan munchit
 
Belajar-belajaran
Belajar-belajaranBelajar-belajaran
Belajar-belajaran
 
Pengurusan murid dalam bilik darjah
Pengurusan murid dalam bilik darjahPengurusan murid dalam bilik darjah
Pengurusan murid dalam bilik darjah
 
Pengurusan bilik-darjah
Pengurusan bilik-darjahPengurusan bilik-darjah
Pengurusan bilik-darjah
 
Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)
Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)
Bab 1 modul kb 6 mengelola kelas(1)
 
93583919 nota-edu-3104
93583919 nota-edu-310493583919 nota-edu-3104
93583919 nota-edu-3104
 
Pengurusan bilik darjah
 Pengurusan bilik darjah Pengurusan bilik darjah
Pengurusan bilik darjah
 
Tingkahlaku bermasalah
Tingkahlaku bermasalahTingkahlaku bermasalah
Tingkahlaku bermasalah
 

Viewers also liked

Abi dimensione social & web - 1.0
Abi   dimensione social & web - 1.0Abi   dimensione social & web - 1.0
Abi dimensione social & web - 1.0Michele Destino
 
Production log (Date of upload 20/10/2015)
Production log (Date of upload 20/10/2015)Production log (Date of upload 20/10/2015)
Production log (Date of upload 20/10/2015)nikitadasilva
 
Portafolio organización
Portafolio organizaciónPortafolio organización
Portafolio organizaciónAndres Angulo
 
Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»
Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»
Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»Archpolis
 
BFI Statistical Yearbook Box Office 2014
BFI Statistical Yearbook Box Office 2014BFI Statistical Yearbook Box Office 2014
BFI Statistical Yearbook Box Office 2014Naamah Hill
 
GE Report: The Age of Gas & The Power of Networks
GE Report: The Age of Gas & The Power of NetworksGE Report: The Age of Gas & The Power of Networks
GE Report: The Age of Gas & The Power of NetworksMarcellus Drilling News
 

Viewers also liked (15)

Portugues crase inss
Portugues crase inssPortugues crase inss
Portugues crase inss
 
Abi dimensione social & web - 1.0
Abi   dimensione social & web - 1.0Abi   dimensione social & web - 1.0
Abi dimensione social & web - 1.0
 
Production log (Date of upload 20/10/2015)
Production log (Date of upload 20/10/2015)Production log (Date of upload 20/10/2015)
Production log (Date of upload 20/10/2015)
 
Budget
BudgetBudget
Budget
 
A inquietante estranheza_pdf_1
A inquietante estranheza_pdf_1A inquietante estranheza_pdf_1
A inquietante estranheza_pdf_1
 
Driving broadband and technology innovation as a policy maker
Driving broadband and technology innovation as a policy makerDriving broadband and technology innovation as a policy maker
Driving broadband and technology innovation as a policy maker
 
Portafolio organización
Portafolio organizaciónPortafolio organización
Portafolio organización
 
Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»
Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»
Екатерина Аксенова «Настоящие открытые данные для дела»
 
BFI Statistical Yearbook Box Office 2014
BFI Statistical Yearbook Box Office 2014BFI Statistical Yearbook Box Office 2014
BFI Statistical Yearbook Box Office 2014
 
HOW TO CREATE BLOG POSTS GO VIRAL
HOW TO CREATE BLOG POSTS GO VIRALHOW TO CREATE BLOG POSTS GO VIRAL
HOW TO CREATE BLOG POSTS GO VIRAL
 
GE Report: The Age of Gas & The Power of Networks
GE Report: The Age of Gas & The Power of NetworksGE Report: The Age of Gas & The Power of Networks
GE Report: The Age of Gas & The Power of Networks
 
Sumit_Ramola
Sumit_RamolaSumit_Ramola
Sumit_Ramola
 
Ntic
NticNtic
Ntic
 
Testimonials
TestimonialsTestimonials
Testimonials
 
Pro_Tools_Tier_1
Pro_Tools_Tier_1Pro_Tools_Tier_1
Pro_Tools_Tier_1
 

Similar to MANAJEMEN KELAS

Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasPendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasSunawan Sunawan
 
Resume buku richard arends
Resume buku richard arendsResume buku richard arends
Resume buku richard arendstrysnokoe
 
Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelasKeterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelasAl Hafidh Anas
 
ketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelasketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelasNora Indrasari
 
Fahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpikFahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpikFahmi Hamdani
 
Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)
Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)
Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)Mu'allimah Rodhiyana
 
Pp pengelolaan kelas
Pp pengelolaan kelasPp pengelolaan kelas
Pp pengelolaan kelasAma Arul
 
22. yuniarti (06111404022)
22. yuniarti (06111404022)22. yuniarti (06111404022)
22. yuniarti (06111404022)Dewi_Sejarah
 
TUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptx
TUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptxTUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptx
TUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptxFreni3
 
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptxSkyHeart5
 
03 ppt pengelolaan kelas di pendidikan anak usia dini
03 ppt  pengelolaan kelas di  pendidikan  anak usia dini03 ppt  pengelolaan kelas di  pendidikan  anak usia dini
03 ppt pengelolaan kelas di pendidikan anak usia diniYayan Yanuar Rahman
 
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdijkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdiKangMusya1
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenJoko Prasetiyo
 

Similar to MANAJEMEN KELAS (20)

Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelasPendekatan sistematis dalam manajemen kelas
Pendekatan sistematis dalam manajemen kelas
 
Resume buku richard arends
Resume buku richard arendsResume buku richard arends
Resume buku richard arends
 
Keterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelasKeterampilan mengelola kelas
Keterampilan mengelola kelas
 
ketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelasketrampilan mengelola kelas
ketrampilan mengelola kelas
 
Fahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpikFahmi hamdani 1100260 bpik
Fahmi hamdani 1100260 bpik
 
Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)
Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)
Keterampilan Mengelola Kelas (PPT Micro Teaching)
 
Bg ucok i
Bg ucok iBg ucok i
Bg ucok i
 
Self control
Self controlSelf control
Self control
 
Pp pengelolaan kelas
Pp pengelolaan kelasPp pengelolaan kelas
Pp pengelolaan kelas
 
22. yuniarti (06111404022)
22. yuniarti (06111404022)22. yuniarti (06111404022)
22. yuniarti (06111404022)
 
TUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptx
TUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptxTUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptx
TUWEB 8 PDGK4105_Freni Listiyan.pptx
 
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
857551503_Yulianie Purwaningtyas (Rangkuman Modul 11,12,13).pptx
 
Modul KB 6 Mengelola Kelas
Modul KB 6 Mengelola KelasModul KB 6 Mengelola Kelas
Modul KB 6 Mengelola Kelas
 
03 ppt pengelolaan kelas di pendidikan anak usia dini
03 ppt  pengelolaan kelas di  pendidikan  anak usia dini03 ppt  pengelolaan kelas di  pendidikan  anak usia dini
03 ppt pengelolaan kelas di pendidikan anak usia dini
 
Desain pengelolaan kelas
Desain pengelolaan kelasDesain pengelolaan kelas
Desain pengelolaan kelas
 
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdijkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
jkasiuiusvisvisvbbfvuidiuvdiiiivdjvbdbvdbuvdi
 
RESUME PENGOLAHAN KELAS
RESUME PENGOLAHAN KELASRESUME PENGOLAHAN KELAS
RESUME PENGOLAHAN KELAS
 
Peta konsep manajemen kelas
Peta konsep manajemen kelasPeta konsep manajemen kelas
Peta konsep manajemen kelas
 
pengelolaan kelas
pengelolaan kelaspengelolaan kelas
pengelolaan kelas
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 

MANAJEMEN KELAS

  • 1. OLEH : SUTRISNO, S.Kom Mahasiswa Program Megister Teknologi Pendidikan, Universitas Lampung Tahun 2013
  • 2.  Prespektif Tentang Manajemen Kelas Pekerjaan terbesar guru adalah mengembangkan komunitas belajar demokratis yang semua siswanya dihargai, saling menghormati satu sama lain, dan termotivasi untuk bekerja bersama – sama. Manajemen kelas yang baik membutuhkan guru yang mampu menciptakan hubungan autentik dengan siswa dan mengembangkan etika kepedulian.
  • 3.  Ada dua ide lain yang dapat memberikan prespektif tambahan tentang manajemen kelas 1. Manajemen kelas barangkali merupakan tantangan terpenting yang dihadapi para guru pemula 2. Manajemen kelas dan pengajaran saling terkait erat.
  • 4. 1. Reinforcement Theory ( Teori Penguatan ) Teori penguatan menekankan tentang sentralisasi kejadian eksternal dalam mengarahkan perilaku dan pentingnya penguat positif dan negatif ( Skiner, 1956 ). 2. Ekologi Kelas dan Proses Kelompok Prespektif ini mengkaji bagaimana kerjasama dan keterlibatan siswa diperoleh sehingga kegiatan – kegiatan belajar yang penting dapat diselesaikan
  • 5. 3. Tradisi Child – Centered Perilaku buruk merupakan akibat instruksi yang berusaha menekan siswa, sekalipun hal itu dimaksudkan untuk kebaikan mereka sendiri atau untuk kebaikan masyarakat atau akibat situasi pengendalian kita terhadap perilaku dan berusaha membuat siswa melakukan yang kita inginkan dan bukan membantu mereka menjadi orang – orang yang canggih secara moral, yang memikirkan tentang dirinya sendiri dan sekaligus peduli pada orang lain.
  • 6. 1. Manajemen Kelas Preventatif Banyak masalah yang terkait dengan perilaku buruk siswa yang ditangani oleh guru – guru efektif melalui pendekatan preventatif dan membahas tentang berbagai tuntutan manajemen yang terkait dengan pendekatan pengajaran tertentu.
  • 7. a). Menetapkan Aturan dan Prosedur  Aturan adalah pernyataan yang menyebutkan apa yang diharapkan untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan oleh siswa. Biasanya, aturan dibuat secara tertulis, dimengerti dengan jelas oleh siswa, dan dibuat minimum.  Prosedur adalah cara untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan lainnya.
  • 8. b). Gerakan Siswa Pengelola kelas yang efektif merancang cara untuk membuat gerakan yang dibutuhkan oleh siswa berjalan lancar. Mereka mengorganisasikan prosedur antrean dan distribusi yang efisien; Mereka menetapkan aturan yang meminimalkan disrupsi dan memastikan keselamatan.
  • 9. c). Pembicaraan Siswa Pengelola kelas yang efektif memiliki sejumlah aturan yang jelas, yang mengatur kapan siswa boleh berbicara. Kebanyakan guru mempreskripsikan kapan bicara dilarang, kapan bicara dengan dengan suara rendah diizinkan dan disarankan, dan kapan boleh bebas berbicara.
  • 10. d). Mengajarkan Aturan dan Prosedur Pengelola kelas yang efektif pada umumnya hanya menetapkan beberapa aturan dan prosedur saja, mengajarkannya dengan cermat kepada siswa, dan menjadikannya sesuatu yang rutin dengan menggunakannya secara konsisten. e). Menjaga Konsistensi Pengelola kelas yang efektif konsisten dalam menegakkan aturan dan menerapkan prosedur. Bila tidak, aturan dan prosedur apa pun akan buyar dengan cepat.
  • 11. f). Mencegah Perilaku Menyimpang dengan Smoothness dan Momentum Meminimalkan perilaku disruptif dan memperlambat pelajaran sulit dipelajari oleh guru pemula, seperti banyak ketrampilan manajemen efektif lainnya, karena begitu banyaknya aspek manajemen yang bersifat situasional.
  • 12. g). Memulai Pelajaran Pengelola kelas yang efektif merencanakan dan melaksanakan prosedur yang membantu agar segala sesuatunya dapat dimulai dengan cepat dan pasti. h). Transisi Sistem cuing ( memberi isyarat ) dan signaling ( memberi signal ) digunakan oleh guru – guru efektif untuk mengelola periode transisi yang sulit. Cues digunakan oleh guru untuk memberi tanda kepada siswa bahwa mereka akan segera mengganti kegiatan atau tugas dan segera mempersiapkan diri.
  • 13. i). Mengakhiri Pelajaran  Guru – guru efektif mengantisipasi potensi masalah manajemen yang terkait dengan akhir pelajaran dengan memasukkan prosedur – prosedur berikut :  Menyisakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan kegiatan penutup  Memberikan pekerjaan rumah lebih awal sehingga ketidakjelasan dapat diatasi sebelum menit akhir pelajaran
  • 14.  Menetapkan prosedur rutin untuk mengumpulkan pekerjaan siswa, sehingga waktu pelajaran tidak harus dikorbankan untuk kegiatan tersebut  Menetapkan prosedur alerting dan cuing untuk menyiagakan siswa bahwa akhir pelajaran akan segera tiba dan beberapa tugas tertentu perlu diselesaikan sebelum mereka meninggalkan kelas  Mengajari siswa yang lebih tua bahwa kelas akan dibubarkan oleh guru, bukan oleh bel sekolah
  • 15. j). Mengembangkan Tanggung Jawab Siswa Pedoman berikut yang diadaptasi dari rekomendasi Emmer, Evertson, dan Anderson ( 1980 ) dan Evertson, Emmer, dan Worsham ( 2002 ), seharusnya dimasukkan ke dalam rencana manajemen preventatif secara keseluruhan yang dibuat oleh guru :  Komunikasikan dengan jelas tugas – tugas dan prasyarat untuk menyelesaikannya.  Bagaimana cara kerja prosedur untuk memantau pekerjaan siswa  Konsisten dalam memeriksa pekerjaan yang telah selesai dikerjakan  Memberikan umpan balik yang tepat pada hasil pekerjaan siswa
  • 16. a). Penyebab Perilaku Buruk Para guru mungkin ingin memikirkan tentang penyebab perilaku yang tidak semestinya tetapi mereka seharusnya juga berhati – hati untuk tidak menghabiskan terlalu banyak waktu untuk menganalisis semacam ini karena dua alasan :
  • 17. 1. Mengetahui penyebab perilaku buruk siswa, meskipun membantu dalam menganalisis masalahnya, belum tentu menyebabkan perubahan apa pun pada perilaku itu. 2.Terlalu banyak menangani penyebab psikologis atau sosiologis perilaku buruk, khususnya yang tidak dapat dipengaruhi guru, dapat mengakibatkan penerimaan dan / atau pengunduran diri.
  • 18. b). Menangani Perilaku Buruk Pendekatan umum yang direkomendasikan bagi guru – guru pemula untuk menangani perilaku disruptif adalah dengan tidak terlalu ngotot mencari penyebabnya, tetapi memfokuskan pada perilaku buruk itu sendiri dan mencari cara untuk mengubahnya, paling tidak selama siswa yang bersangkutan berada dalam kelas.
  • 19. c). Overlappingness Berarti mampu menengarai siswa yang berbuat tidak semestinya dan menanganinya secara tidak mencolok sehingga pelajarannya tidak terganggu.
  • 20. d). Merespons “ Desist Incident” dengan Cepat Prosedur yang direkomendasikan oleh Evertson dan Emmer berkonsentrasi pada menghentikan perilaku yang tidak semestinya dengan cepat dan memastikan bahwa siswa paham mereka berbuat salah. Model LEAST termasuk prosedur untuk perilaku buruk ringan maupun masalah – masalah yang cukup serius yang perlu di tangani dalam waktu cukup lama.
  • 21. e). Menggunakan Hadiah Salah satu prinsip yang tidak dapat dipungkiri lagi dalam psikologi adalah bila perilaku tertentu diperkuat, perilaku itu cenderung akan diulangi; sebaliknya perilaku yang tidak di perkuat cenderung berkurang atau menghilang.Prinsip ini berlaku untuk kelas dan memberikan cara kepada guru untuk menangani perilaku siswa.
  • 22. f). Pujian Pujian adalah hadiah yang paling mudah di berikan oleh guru, akan tetapi pujian harus digunakan dengan tepat agar efektif.
  • 23. g). Rewads dan Previleges Guru juga dapat mendorong perilaku yang diinginkan melalui pemberian rewads dan previleges kepada siswa. Reward ( hadiah ) yang dapat diberikan oleh guru termasuk antara lain: - Point untuk jenis pekerjaan atau perilaku tertentu yang dapat menambah nilai siswa - Simbol – simbol seperti bintang emas, happy face, atau piagam penghargaan - Piagam kehormatan khusus untuk prestasi akademik dan perbuatan sosial
  • 24. Privilege ( hak istimewa ) yang dapat diberikan guru termasuk :  Dijadikan ketua kelas atau pembantu guru  Diberi waktu ekstra untuk istirahat  Diberi waktu khusus untuk mengerjakan proyek individual khusus  Dibebaskan dari beberapa tugas wajib  Diberi waktu bebas untuk membaca
  • 25. h). Hukuman dan Pinalti Koersif Hukuman dan pinalti digunakan untuk menekan pelanggaran aturan dan prosedur. Secara sosial, hukuman dan pinalti guru yang dapat diterima pada kenyataannya agak terbatas, termasuk :  Mengurangi point untuk perilaku buruk yang pada gilirannya, akan mempengaruhi nilai siswa  Tidak memperbolehkan siswa untuk istirahat atau melarang pulang sekolah setelah sekolah usai  Menghapus hak istimewa  Mengeluarkan siswa dari kelas atau mengirim siswa ke konselor atau administrator
  • 26. Program – program ini berasal dari teori atau prespektif tertentu dan membutuhkan partisipasi di tingkat sekolah. Para kreator program mengembangkan materi untuk membantu guru memahami cara penggunaan program tersebut. Program – program tradisional yang didasarkan pada teori penguatan :
  • 27. a. Assertive Discipline Asertif discipline adalah salah satu pendekatan manajemen kelas yang menekankan bahwa guru meminta dengan tegas agar siswa berperilaku baik dan merespons setiap pelanggaran secara asertif.
  • 28. b. Respons Asertif Guru seharusnya merespons perilaku buruk siswa dengan gaya asertif dan bukan dengan merespons secara pasif atau memusuhi.Gaya asertif menuntut guru untuk benar – benar jelas dalam mengungkapkan harapannya dan merespons perilaku buruk siswa dengan tegas dan penuh percaya diri.
  • 29. c. Konsekuensi Menurut pendekatan Canter dan Canter, konsekuensinya harus dibuat sederhana dan dirancang sedemikian rupa agar implimentasinya tidak akan menyebabkan disrupsi berat terhadap kegiatan instruksional yang sedang berjalan.
  • 30. d. Konsekuensi Logis Dreikurs Dreikurs melihat konsekuensi logis terhadap perilaku lebih dari sekedar sebagai hukuman yang sewenang – wenang. Tujuan jangka panjang pendekatan pendisiplinan ini adalah untuk membuat siswa memahami alasan perilaku buruk mereka dan menemukan cara untuk memuaskan kebutuhan untuk merasa berguna dan kebutuhan afiliasinya dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
  • 31. Program – program manajemen kelas yang mendasarkan diri pada premis – premis yang berakar pada psikologi humanistik dan prinsip – prinsip mengajar dan belajar konstruktivis dan child-centered.  Glasser’s Classroom Meeting  Melaksanakan Classroom Meeting  Saran – saran untuk memulai dan melaksanakan Classroom Meeting  Perencanaan  Melaksanakan pertemuan
  • 32. Sebagian besar ketrampilan siswa dan guru yang dibutuhkan untuk kesuksesan pertemuan, antara lain:  Membentuk iklim  Mengidentifikasi permasalahan  Menangani nilai – nilai  Mengidentifikasi berbagai alternatif rangkaian tindakan  Membuat komitmen publik  Tindak lanjut dan asesmen
  • 33. Pentingnya Asesmen dan Evaluasi : a. Pentingnya Nilai bagi Orangtua Siswa Orang tua sangat penduli pada nilai anaknya karena mereka, melebihi anaknya, benar – benar memahami fungsi penting penyortiran yang terjadi di sekolah. Kebanyakan orangtua masih ingat penentuan kritis tentang hasil kerja mereka dulu dan apa konsekuensinya .
  • 34. b. Era Akuntabilitas Kita yang hidup di era warga masyarakat berharap guru dan sekolah bertanggung jawab atas pembelajaran siswa.
  • 35.  Asesmen biasanya merujuk pada seluruh rentang informasi yang dikumpulkan dan disintesiskan oleh guru tentang siswa – siswanya maupun tentang kelasnya. Informasi tentang siswa dapat diperoleh secara informal, misalnya melalui observasi dan pertukaran verbal. Informasi juga dapat diperoleh melalui cara – cara formal seperti PR, tes, dan laporan tertulis. Informasi tentang kelas dan pengajaran guru juga dapat menjadi bagian asesmen.
  • 36. Evaluasi biasanya mengacu pada proses membuat keputusan ( judgment), menetapkan nilai (value), atau memutuskan tentang worth (manfaat).  Evaluasi Formatif Evaluasi ini dikumpulkan sebelum atau selama pengajaran dan dimaksudkan untuk menginformasikan kepada guru tentang pengetahuan dan ketrampilan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa, untuk membantunya dalam membuat perencanaan.
  • 37. Evaluasi Sumatif Evaluasi ini dirancang sedemikian rupa sehingga judgment tentang pencapaian/prestasi dapat dibuat. Informasi yang diperoleh dari evaluasi sumatif digunakan oleh guru untuk menetapkan nilai dan untuk menjelaskan tentang laporan yang dikirim kepada siswa dan orang tuanya.
  • 38. Para pakar pengukuran mengukur reliabilitas dengan beberapa cara : a). Test – retest Reliability adalah ukuran yang menunjukkan apakah sebuah tes mendapatkan hasil yang konsisten untuk orang yang menjalaninya lebih dari satu kali selama kurun waktu tertentu.
  • 39. b). Alternate – form Relability Menunjukkan bahwa dua bentuk tes membawa hasil – hasil yang konsisten untuk kelompok siswa yang sama. Tipe reliabilitas ini terutama penting bagi guru yang mengembangkan dua tes dengan daftar tes yang serupa, namun, berbeda; tes yang satu dapat diberikan kepada siswa-siswa yang absen pada saat tes primernya diadministrasikan.
  • 40. c). Split-half Reliability Beberapa soal tes pada sebuah tes dibagi menjadi dua , dan kinerja dari siswa dibandingkan untuk masing – masing bagian. Bila perbandingannyamirip, tes itu disebut memiliki reliabilitas tes-retes atau konsisten internal baik. Tipe reliabilitas ini lebih banyak digunakan oleh guru – guru yang merancang tes untuk asesmen kelas.
  • 41. a). Efek Nilai Penggunaan nilai dapat meningkatkan prestasi siswa, tetapi pengaruhnya tetap kompleks. Kemenarikan tugas belajar itu secara intrinsik berdampak pada motivasi, demikian juga penghargaan yang ditempatkan oleh siswa sendiri terhadap nilai tersebut.
  • 42. b). Efek Testing dan Umpan – Balik Pada Motivasi dan Pembelajaran Terlepas dari efek nilai pada pembelajaran siswa, pada umumnya diketahui bahwa asesmen, bila dilakukan secara efektif, meningkatkan keterlibatan dan pembelajaran siswa. Beaulieu dan Utecht(1987) menyimpulkan bahwa prestasi siswa pada ujian akhir meningkat di kelas – kelas yang gurunya memberikan kuis – kuis mingguan.
  • 43. c). Efek Testing Terstandar Penggunaan tes-tes terstandar di sekolah benar – benar meluas, dan orang-orang secara umum berpikir bahwa bila skor tesnya tinggi, bararti sekolah dan guru – guru efektif .Akan tetapi untuk berbagai alasan, efek tes – tes terstandar mungkin tidak selalu sepositif yang diyakini sebagaian orang. Salah satu alasannya adalah tes yang paling terstandar hanya mengukur rentang kemampuan yang terbatas, terutama tes-tes yang difokuskan pada tugas kuantitatif dan verbal.
  • 44. a. Tes – tes Yang Mengacu Norma Tes ini berupaya mengevaluasi kinerja siswa tertentu dengan membandingkannya dengan kinerja kelompok siswa lain pada tes yang sama.Kebanyakan tes mengacu norma menghasilkan dua macam skor raw score dan percentile rank .
  • 45. Raw score ( skor kasar ) adalah jumlah daftar dalam tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Percentile Rank ( peringkat persentil) adalah alat statistik yang menunjukkan bagaimana kedudukan seorang siswa dibandingkan siswa – siswa lain, khususnya proporsi individu – individu yang memiliki skor kasar yang sama atau lebih rendah untuk bagain tes tertentu.
  • 46. b. Criterion – referenced Test ( tes-tes yang mengacu kriterion ) Tes ini mengukur kinerja siswa dibandingkan tingkat kinerja atau kriterion yang telah disepakati. Secara umum, isi dan ketrampilan yang diukur pada tes – tes yang mengacu kriterion jauh lebih spesifik dibanding yang dikur pada tes – tes yang mengacu norma.
  • 47. Prinsip – Prinsip Umum Grondlund (1991, 2005) memberikan beberapa prinsip yang dapat memandu guru pada saat merancang istem asesmen dan membuat tes sendiri :
  • 48. a. Mengases Seluruh Tujuan Instruksional Guru semestinya mengonstruksikan tesnya sedemikian rupa sehingga dapat mengukur dengan jelas tujuan belajar yang sudah mereka komunikasikan kepada siswa dan materi yang telah mereka bahas. Pendek kata tes itu seharusnya selaras dengan tujuan instruksional guru.
  • 49. b. Mencakup Seluruh Ranah Kognitif Sebuah tes yang baik tidak sepenuhnya difokuskan salah satu tipe tujuan, misalnya ingatan faktual. Sebaliknya, ia mengukur sampel tujuan – tujuan pembelajaran secara representatif. c. Menggunakan Soal – Soal Tes Yang Tepat Tes yang baik mencakup soal – soal yang paling tepat untuk tujuan tertentu.
  • 50. d. Menggunakan Tes Untuk Meningkatkan Pembelajaran Dengan membahas hasil – hasil tes, guru memiliki kesempatan untuk mengajarkan kembali informasi penting yang mungkin belum diserap dengan baik oleh siswa. Para guru efektif mengintegrasikan proses testing ke dalam program instruksionalnya untuk memandu dan meningkatkan pembelajaran siswa.
  • 51. a. Merencanakan Tes Rancangan tes adalah alat yang ditemukan oleh para spesialis evaluasi untuk membantu para guru dalam membuat keputusan dan menentukan berapa banyak ruang yang dialokasikan bagi jenis pengetahuan tertentu dan untuk berbagai tingkat proses kognitif siswa yang berbeda.
  • 52. b. Menyusun Tes Setelah guru memutuskan tipe pengetahuan dan proses kognitif mana yang dicakup pada tes tertentu, langkah selanjutnya adalah memutuskan tentang format tes dan tipe soal yang akan digunakan.
  • 53.  Soal – soal tes tradisional dapat dibagi menjadi dua tipe : 1). Selected-response items, seperti soal pilihan ganda dan benar salah, memungkinkan siswa untuk memilih responsnya diantara alternatif – alternatif yang tersedia. 2). Constructed-response items, seperti esai atau jawaban pendek, mengharuskan siswa untuk memberikan respons/jawabannya sendiri.
  • 54. c. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan – Pertanyaan Selected – Response Test Contoh – contoh soal tes yaitu tes benar – salah, menjodohkan, dan pilihan ganda. Keuntungan tipe soal soal tes ini kiranya cukup jelas. Mereka memungkinkan cakupan yang lebih besar untuk beragam topik yang sudah diajarkan guru, dan mereka dapat diberikan skor dengan mudah dan obyektif. Kelemahannya tipe soal tes ini adalah kadang – kadang sulit untuk menulis pertanyaan yang mengukur ketrampilan dan proses kognitif tingkat tinggi.
  • 55. d. Mengonstruksikan dan Memberikan Skor Pertanyaan – Pertanyaan Constructed – Response Test Guru menggunakan dua macam pertanyaan constructed-response tes : i). Fill in the blanks ( mengisi titik – titik ) / jawaban pendek Tes ini lebih mudah untuk ditulis dan mampu mengukur kemampuan siswa untuk mengingat informasi. Trik untuk menulis pertanyaan fill in the blanks adalah menghindari ambiguitas dan memastikan bahwa pertanyaannya tidak memiliki lebih dari satu jawaban yang benar.
  • 56. ii). Esai Banyak guru dan pakar tes setuju bahwa tes / ujian esai merupakan cara terbaik untuk menyadap proses berpikir tingkat tinggi dan kreatifitas siswa. Kelebihan yang lain yaitu tes ini tidak begitu membutuhkan banyak waktu untuk dikonstruksikan.
  • 57. Beberapa pedoman yang berasal dari praktik – praktik para guru efektif dibawah ini perlu dipertimbangkan :  Temukan cara untuk mengatasi kecemasan tes  Organisasikan lingkungan belajar agar kondusif untuk menjalani tes  Menjelaskan rutinitas dan instruksi tes  Hindari kompetisi dan “time pressure” yang tidak semestinya  Menyediakan waktu yang cukup kepada siswa  Memberikan dukungan yang tepat bagi siswa – siswa dengan kebutuhan khusus.
  • 58. a. Performance Assesment ( Asesmen Kinerja ) Menginginkan siswa untuk mendemonstrasikan bahwa mereka dapat mengerjakan tugas tertentu, seperti menulis esai, melakukan eksperimen, menginterpretasi solusi untuk suatu masalah, atau menggambar sesuatu.
  • 59. b. Authentic Assessment ( Asesmen Autentik ) Asesmen ini membawa demonstrasi selangkah lebih maju dan menekankan pentingnya Penerapan ketrampilan atau kemampuan yang dimaksud dalam konteks situasi kehidupan nyata.
  • 60.  Ikhtisar Tentang Pengajaran dengan Presentasi Presentasi adalah model yang berpusat pada guru yang terdiri atas empat fase utama : 1. Aliran yang berjalan mulai dari usaha awal guru untuk mengklarifikasikan tujuan pelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar 2. Presentasi sebuah advance organizer 3. Presentasi informasi baru 4. Memperkuat keterampilan berpikir mereka
  • 61. Psikologi Kognitif Mengenai Belajar Kerangaka acuannya penting bagi guru karena memberikan jalan untuk memikirkan tentang bagaimana pikiran bekerja dan bagaimana pengetahuan diperoleh, diorganisasikan, dan dipresentasikan dalam sistem ingatan.
  • 62. 1. Tipe – Tipe Pengetahuan Secara tradisional, para teoritisi belajar membedakan antara dua tipe utama pengetahuan a. Declarative Konowledge Adalah pengetahuan tentang sesuatu atau pengetahuan bahwa sesuatulah keadaan yang sebenarnya. b. Procedural Knowledge Adalah pengetahuan tentang how to do something ( bagaimana cara melakukan sesuatu )
  • 63. 2. Pemrosesan Informasi Ingatan jangka pendek adalahtempat dalam pikiran yang kerja mentalnya dilakukan secara sadar; sedangkan ingatan jangka panjang adalah tempat dalam ingatan yang informasinya disimpan, siap untuk didapatkan kembali bilamana dibutuhkan.
  • 64. 3. Representasi Pengetahuan Prinsip – prinsip pengajaran tentang mempresentasikan informasi yang tumbuh dari ide – ide psikologi kognitif ini memiliki empat hal penting bagi guru : a. Untuk mengetahui bahwa pengetahuan diorganisasikan dan distrukturisasikan di seputar proposisi – proposisi dasar dan ide – ide pemersatu.
  • 65. b. Kemampuan siswa untuk mempelajari ide – ide baru bergantung pada pengetahuan mereka sebelumnya dan struktur kognitif yang sudah ada c. Tugas utama guru dalam membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan adalah :  Mengorganisasikan bahan – bahan belajar dengan pemikiran yang mendalam dan dengan mahir
  • 66.  Memberikan advance organizer kepada siswa yang akan membantu mengaktifkan, mengaitkan, dan mengintegrasikan pembelajaran baru  Memberikan isyarat / petunjuk kepada siswa untuk membantu mereka dalam mengambil informasi dari ingatan jangka panjang untuk dipindahkan ke ingatan jangka pendek
  • 67. d. Ingat bahwa struktur kognitif berubah akibat adanya informasi baru dan oleh karenanya menjadi dasar untuk mengembangkan struktur – struktur kognitif baru
  • 68. 1. Pengetahuan Sebelumnya, Establishing, dan Memberikan Cues Salah satu prosedur pengajaran penting untuk membantu siswa mengunakan pengetahuan yang sudah mereka miliki sebelumnya adalah induksi, atau di istilahkan dengan establishing set yaitu sebuah teknik yang digunakan guru pada awal presentasi untuk menyiapkan siswa untuk belajar dan untuk membangun hubungan komunikatif antara pelajar dan informasi yang akan dipresentasikan.
  • 69. 2. Menggunakan Advance Organizers Kegunaan advance organizer sebagai sarana untuk membantu membuat informasi bermakna bagi siswa; terdiri atas pernyataan – pernyataan yang dibuat guru tepat sebelum presentasi aktual berbagai materi belajar.
  • 70. 3. Kejelasan Guru Variabel lain yang terkait dengan presentasi informasiyang ditemukan memengaruhi pembelajaran siswa adalah kejelasan guru. Guru perlu mengambil beberapa langkah sebelum mempresentasikan informasi kepada siswa-siswanya : a. Memastikan bahwa isinya dimengerti sepenuhnya b. Melatih dan menghafalkan ide – ide kunci dalam ingatan sebelum memberikan presentasi c. Mengikuti dengan seksama catatan tertulis yang telah disiapkan
  • 71. 4. Antusiasme Guru Hal ini adalah konsep yang menarik karena dua alasan :  Antusiasme sering dikacaukan pengertiannya dengan theatrics dan distraksi yang terkait dengannya  Penelitian tentang hubungan antara antusiasme guru dan pembelajaran siswa masih campur aduk
  • 72. 5. Efek Antusiasme Saat ini kita seharusnya menyadari bahwa antusiasme itu penting dan tampaknya membuat perbedaan dalam siswa terhadap presentasi. Akan tetapi, bagaimana persisnya sifat antusiasme dan seberapa banyak seharusnya digunakan, sampai saat ini masih belum diketahui dengan jelas.
  • 73. Pengguanaan yang efektif membutuhkan pelaksanaan secara mahir berbagai keputusan dan perilaku selama fase pra instruksional, fase interaktif, dan fase pasca instruksional dalam pengajaran.
  • 74. Membuat keputusan tentang apa isi yang akan dimasukkan ke dalam sebuah presentasi dan bagaimana mengorganisasikan isinya agar logis dan bermakna bagi siswa membutuhkan persiapan ekstensif oleh guru.
  • 75. Ada empat tugas perencanaan terpenting yang harus dilakukan : 1. Memilih Tujuan dan Isi  Tujuan untuk pelajaran presentasi terutama adalah tujuan – tujuan yang dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan deklaratif. Mengajar lebih dari sekedar berbicara, pelajaran presentasi yang baik membutuhkan persiapan ekstensif.  Akan tetapi, banyaknya pengetahuan di bidang apapun dapat dikatakan tidak ada habisnya, dan beberapa prinsip dapat membantu para guru ketika merencanakan sebuah presentasi atau serangkaian presentasi tertentu.
  • 76. 2. Mendiagnosis Pengetahuan Yang Sebelumnya Telah Dimiliki Siswa  Informasi yang diberikan dalam sebuah presentasi didasarkan pada estimasi guru tentang struktur kognitif yang sudah ada dan pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki tentang subyek tertentu.  Agar materi baru bermakna bagi siswa, guru harus menemukan cara untuk mengaitkannya dengan sesuatu yang sudah diketahui oleh siswa.
  • 77. 3. Memilih Advance Organizers Advance Organizer membantu siswa untuk melihat “gambar besar” dari berbagai hal yang dipresentasikan. Sebuah advance organizer yang baik berisi materi – mater yang sudah dikenal dengan baik oleh siswa dan dirancang untuk mengaitkan dengan pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa.
  • 78. 4. Merencanakan Penggunaan Waktu dan Ruang Merencanakan dan mengelola waktu dan ruang sangat penting bagi presentasi yang efektif.Ada dua hal yang seharusnya paling diperhatikan oleh guru : memastikan bahwa waktu yang dialokasikan pas dengan kemampuan dan sikap siswa di kelas, dan memotivasi siswa agar mereka tetap memerhatikan dan on-task selama pelajaran.
  • 79. a. Menyiapkan Penggunaan Gambar dan Ilustrasi Gambar dan ilustrasi dapat menjelaskan berbagai konsep yang tidak dapat dijelaskan dengan kata – kata, khususnya bagi anak – anak yang masih belia atau siswa – siswa yang abstraksinya kurang baik
  • 80. b. Menggunakan Beragam Cues ( isyarat ) dan Contoh Penggunaan isyarat dan contoh adalah salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk membantu siswa menghubungkan informasi baru itu dengan apa yang sudah mereka ketahui.
  • 81. c. Sedikit Banyak Konkret Siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih tinggi dapat berpikir lebih abstrak dibanding siswa yang lebih muda dan berprestasi lebih rendah. Bila keduanya ada di kelas yang sama, penting bagi guru untuk menjelaskan berbagai ide secara konkret dan secara abstrak untuk memenuhi kebutuhan siswa – siswa yang memiliki tingkat perkembangan intelektual yang berbeda.
  • 82. Melaksanakan Pelajaran Presentasi Sintaksis pelajaran presentasi terdiri atas empat fase dasar : 1. Mengklarifikasikan tujuan pelajaran dan menyiapkan siswa untuk belajar 2. Mempresentasikan advance organizer-nya 3. Mempresentasikan informasi baru yang di maksud 4. Memantau dan memeriksa pemahaman siswa serta memperluas dan memperkuat keterampilan berpikir mereka.
  • 83.  Ketrampilan kognitif maupun fisik adalah fondasi yang dibangun pembelajaran tingkat tingginya (termasuk Learning to Learn, belajar mengajar). Sebelum siswa dapat menemukan berbagai konsep yang kuat, berpikir kritis, mengatasi masalah, atau menulis secara kreatif, mereka mulamula harus mendapatkan berbagai keterampilan dan informasi dasar.
  • 84.  Pengajaran langsung dapat dideskripsikan dalam kait-annya dengan tiga fitur: (1) tipe hasil belajar yang dihasilkannya; (2) sintaksis atau aliran kegiatan instruksionalnya secara keseluruhan; dan (3) lingkungan belajarnya. Secara singkat, pengajaran langsung dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan (pengetahuan prosedural) dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara langkah demi langkah.
  • 85.  Beberapa aspek model ini diambil dari pro-sedurprosedur pelatihan yang dikembangkan dalam lingkup industri dan militer. Barak Rosenshine dan Robert Stevens (1986), melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah buku yang berjudul How to Instruct yang diterbitkan pada 1945 telah memasuk-kan banyak ide yang terkait dengan pengajaran langsung. Ada tiga tradisi teoretis yang menjadi da-sar pemikiran untuk penggunaan pengajaran langsung kontemporer, yakni: behaviorisme, teori belajar sosial, dan penelitian tentang efektivitas guru.
  • 86. Hasil – hasil dari perbandingan – perbandingan yang ada, Good dan Grouws menyimpulkan bahwa efektivitas guru sngat terkait dengan klasterklaster berikut :  Pengajaran seluruh kelas. Secara umum, pengajaran seluruh kelas ( bila dibandingkan kelompok kecil ) didukung oleh studi ini terutama bila guru memiliki kapabilitas tertentu seperti kemampuan untuk menyatukan hal-hal yang cerai – berai.
  • 87. Kejelasan pengajaran dan presentasi. Guru efektif mengintroduksikan pelajaran dengan maksud yang jelas dan menerangkan materi-materi belajar dengan lebih jelas.
  • 88.  Ekspektasi kinerja yang tinggi Guru-guru efektif mengomunikasikan ekspektasi kinerja yang lebih tinggi terhadap siswa – siswanya, memberikan lebih banyak tugas, dan menyelesaikan kurikulum dengan lebih cepat dibandingkan dengan guru-guru yang tidak efektif.
  • 89.  Lingkungan belajar yang berorentasi tugas tetapi produktif Guru-guru efektif memiliki masalah manajerial yang lebih sedikit dibanding guru-guru yang tidak efektif. Kelas lebih difokuskan pada tugas dan ditandai oleh pengajaran yang berjalan lancar, relatif bebas disrupsi.
  • 90.  Perilaku yang diprakarsai siswa Siswa-siswa di kelas efektif lebih banyak memprakarsai interaksi dengan guru-guru, dibanding guru-guru tidak efektif memprakarsai interaksi antara guru dengan siswa.
  • 91.  Memproses umpan balik ( pengetahuan tentang hasil ). Guru-guru efektif memberitahukan hasil kerja siswa. Memberikan umpan balik tentang proses atau perkembangan, khususnya selama tugas siswa di kelas, dan umpan balik ini bersifat segera dan nonevaluatif.  Memuji. Guru-guru efektif secara konsisten memberikan lebih sedikit pujian dibanding guru-guru yang tidak efektif.
  • 92. 1. Merencanakan Pengajaran Langsung Model pengajaran langsung dirancang secara spesifik untuk meningkat-kan pembelajaran pengetahuan faktual yang terstruk-tur dengan baik, yang dapat diajarkan secara langkah- demi-langkah dan dimaksudkan untuk membantu sis-wa menguasai pengetahuan prosedural yang dibutuh-kan untuk melakukan berbagai keterampilan sederha-na maupun kompleks.
  • 93. a). Menyiapkan Tujuan. Ketika menyiapkan tujuan untuk pelajaran dengan model pengajaran langsung, dengan pendekatan yang lebih disukai. Tujuan yang baik seharusnya berbasis siswa dan spesifik, menyebutkan situasi testing-nya, dan mengidentifikasi tingkat kinerja yang diharapkan.
  • 94. b). Melaksanakan Analisis Tugas. Task analysis (analisis tugas) adalah sesuatu yang tingkat kesulitan dan kekompleksannya tidak masuk akal, meskipun pada kenyataannya analisis tugas adalah sebuah proses yang agak mudah dan sederhana, khususnya bagi guru-guru yang mengetahui subjeknya dengan baik.
  • 95. c). Merencanakan waktu dan Ruang Merancang dan mengelola waktu sangat penting bagi pelajaran dengan model pengajaran. Guru harus memastikan bahwa waktunya cukup, dengan kecerdasan siswa di kelas, dan siswa termotivasi untuk tetap terlibat sepanjang pelajaran.
  • 96. Melaksanakan Pelajaran dengan Model Pengajaran Langsung  Model pengajaran secara langsung memiliki lima fase ( langkah esensial ) yaitu : 1). Mengklarifikasikan Tujuan. 2). Mendemonstrasikan pengetahuan. 3). Memberikan praktek dengan bimbingan. 4). Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik. 5). Memberikan praktek dan transfer yang diperluas. 2.
  • 97.  Prinsip – prinsip yang dapat menuntun guru memberikan kesempatan untuk praktek kepada siswa seperti di bawah : a). Berikan Praktek yang pendek dan bermakna b). Berikan Praktek untuk meningkatkan Overlearning c). Memerhatikan Tahap-tahap Awal Praktek d). Memeriksa Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik
  • 98.  Umpan balik yang spesifik, "students will not learn to write well by writing, read well by reading, or run well by running." Pedoman 1 : Berikan Umpan Balik Segera Mungkin setelah Praktek. Pedoman 2 : Memberikan Umpan Balik yang Spesifik. Pedoman 3 : Berkonsentrasi pada Perilaku, bukan Niat.
  • 99. Pedoman 4 : Pastikan Umpan Balik sesuai dengan Perkembengan Siswa Pedoman 5 : Menekankan Pujian dan Memberikan Umpan Balik pada Kinerja yang Benar. Pedoman 6 : Ketika Memberikan Umpan Balik Negatif, Tunjukkan Tata Cara yang benar untuk Melakukannya Pedoman 7 : Ajari Siswa untuk Memberikan Umpan Balik kepada Dirinya Sendiri dan untuk Menilai Kinerjanya Sendiri.
  • 100. Praktek independen dapat dilakukan melalui : seatwork ( tugas di kelas ) dan homework ( tugas di rumah ).  Pedoman untuk Seatwork : 1. Berikan seatwork yang menaik dan menyenangkan 2. Pastikan siswa memahami tuntutan seatwork 3. Buatlah seatwork yang mengikuti pelajaran langsung 4. Miliki prosedur yang jelas tentang apa yang harus dilakukan siswa bila menemui jalan buntu.
  • 101. Pedoman yang disarankan untuk memberikan homework : 1. Berikan tugas yang menarik dan secara potensial menyenangkan dan pastikan bahwa siswa memahami tugasnya. 2. Berikan PR yang cukup menantang dan dapat disele-saikan dengan baik. 3. Gunakan tugas-tugas PR dengan cukup sering dan tidak terlalu besar (banyak) dan bukan lebih jarang tetapi berupa tugas-tugas besar (berat). Pedoman ini tentunya dipengaruhi oleh sifat bidang studinya dan umur siswa. 4. Bualah aturan yang jelas untuk pengerjaan PR. 5. Beri tahukan kepada orang tua tentang tingkat keterlibatan yang diharapkan. 6. Berikan umpan balik dan nilai pada PR segera mungkin. 
  • 102. 1. Buat Variasi pada Struktur Pelajaran.  Buat pelajaran terstruktur untuk siswa yang lebih muda dan berprestasi rendah, buatlah agar tujuannya spesifik; gunakan tingkat kecepatan sedang dalam menyampaikan pengajaran.  Tingkatkan perluasan pengajaran keterampilan dasar dan berikan kesempatan untuk eksplorasi bagi siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi tinggi.
  • 103. 2. Buat Variasi pada Presentasi dan Demonstrasi  Garis bawahi ide-ide atau prosedur pokoknya di papan tulis, overhead projector, untuk siswa-siswa yang lebih muda atau berprestasi lebih rendah. Batasi presentasi-nya pada beberapa poin atau ide saja, buat agar presentasinya ringkas dan tidak berkepanjangan.  Perluas ke luar ide dan keterampilan dasar untuk siswa-siswa yang lebih tua dan berprestasi lebih tinggi.
  • 104. 3. Buat Variasi pada Sifat Interaksinya  Dasarkan pengajarannya pada pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki siswa. Mengajarkan apa yang sudah diketahui akan membuat siswa bosan; mengajarkan ide atau keterampilan tanpa pengetahuan yang cukup tidak akan ada artinya.  Memberi perhatian pada perbedaan kultural di antara kelompok-kelompok rasial atau etnik da-lam kaitannya dengan kemauan untuk berinter-aksi di depan orang lain; hat yang sama juga ber-laku untuk gender.
  • 105. 4. Buat Variasi pada Sifat Dorongan dan Dukungan  Berikan dorongan dlan dukungan terus-menerus kepada siswa-siswa yang berprestasi rendah atau tidak mandiri. Semakin sedikit yang diketahui siswa, semakin banyak dukungan instruksional yang mereka butuhkan.  Memberikan kesempatan kepada siswa-siswa yang berprestasi lebih tinggi dan lebih mandiri untuk memahami sendiri berbagai hal.
  • 106. 5. Buat Variasi pada Penggunaan Praktik, Seatwork, dan PR  Pastikan bahwa latihan praktiknya dipahami de-ngan baik dan berikan seatwork dan PR singkat untuk siswa-siswa berprestasi rendah.  Batasi seatwork dan buat PR-nya menantang bagi mereka yang berprestasi lebih tinggi dan lebih mandiri.
  • 107.  Mengelola Lingkungan Belajar Tugas-tugas yang terkait dengan mengelola lingkung-an belajar selama pelajaran dengan model pengajaran langsung hampir identik dengan yang digunakan guru ketika menerapkan model presentasi. Dalam pengajar-an langsung, guru menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan sangat ketat, mempertahankan fo-kus akademis, dan berharap siswa menjadi pengamat, pendengar, dan partisipan yang tekun.
  • 108.  Assesmen dan Evaluasi Pentingnya mencocokkan strategi testing dan evaluasi dengan sasaran relevan tidaknya antara tujuan dengan harapan. Model pengajaran langsung digunakan paling tepat untuk mengajarkan ketrampilan dan pengetahuan.
  • 109.  Sebuah Pemikiran Akhir : Mempertimbangkan Penggunaan Pengajaran Langsung Model ini berpusat pada guru dan terlalu menekankan teacher talk. Kebanyakan pengamat mengatakan bahwa teacher talk mengguna-kan antara setengah sampai tiga perempat dari setiap periode pengajaran di kelas, dan menurut Cuban (1982, 1993). Model ini mau tak mau mendukung pandangan bahwa siswa adalah bejana kosong yang akan diisi dengan informasi yang disegmentasikan dengan cermat dan bukan pelajar aktif dengan kebutuhan untuk mendapatkan informasi dan mengonstruksikan pengetahuan sendiri ( Marshall. 1992 ).
  • 110.  Ikhtisar tentang Pengajaran Konsep Menggabungkan sesuatu yang konkret seperti bola dengan sebuah kualitas abstrak seperti bundar memungkinkan untuk mengidentifikasi golongan-golongan benda, kejadian, dan ide yang berbeda satu sama lain. Dengan berulang kali menyortir dan mengklasifikasikan bola-bola yang berbeda, pada akhimya ia mampu membentuk sebuah konsep abstrak untuk bendabenda yang serupa ini, yang memungkinkannya berpikir tentang benda itu dan, akhirnya, berkomunikasi dengan orang lain tentang konsep.
  • 111.  Banyak pendekatan pengajaran konsep, tetapi ada dua pendekatan dasar yaitu : 1). Pendekatan direct presentat-ion (presentasi langsung) dan 2). Pendekatan concept at-tainment (pencapaian konsep). Sebuah konsep pengajaran konsep pada dasarnya terdiri etas empat face atau langkah utama: (1). Mempresentasikan tujuan dan establishing set, (2.) Memberi masukan examples (contoh) dan nonexamples (bukan-contoh), (3). Menguji pencapaian konsep, dan (4). Menganalisis proses berpikir siswa
  • 112. 1). Konsep-konsep itu sendiri dapat ditempatkan ke dalam kategori-kategori. Konsep – konsep, seperti objek, ide-ide dapat dikategorisasikan dan diberi nama/label.  Konsep adalah alat yang digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dan pengalaman ke dalam berbagai macam kategori, konsep juga dapat dikategorikan dan dinamai.
  • 113. 2). Konsep dipengaruhi oleh konteks sosial. Atributatribut penting konsep konjungtif, misalnya segi tiga sama sisi, berlaku tetap di semua konteks sosial. 3). Konsep memiliki definisi dan label. Semua konsep memiliki nama atau label dan definisi yang lebih kurang tepat. 4). Konsep Memiliki Atribut-Atribut Kritis. Contoh : Berbulu ( Atribut kritis ), warna bulu ( Atribut non kritis ) 5). Konsep memiliki atribut-atribut nonkritis.
  • 114.  Bruner (1966) mengidentifikasi tiga modes (cara) belajar: (1) belajar dengan melakukan (learning by doing), yang disebut enactive mode, (2) belajar dengan membentuk gambaran mental, yang disebut iconic mode, dan (3) belajar melalui serangkaian simbol atau repre-sentasi abstrak, yang disebut symbolic mode.
  • 115.  Sebuah studi yang sangat menarik dan penting ( Novak dan Musonda, 1991 ) tentang belajar konsep di bidang sains : 1). Permasalahan dan Pendekatan: Menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif, Novak dan Musonda mengeksplorasi apakah siswa-siswa kelas satu dan dua SD dapat diajari konsep-konsep sains dasar dan, bila dapat apakah pembelajaran sains awal itu menguatkan pemahaman mereka kelak.
  • 116. 2). Sampel dan Setting: Dari tahun 1971 sampai 1973 guru-guru di sebelas kelas satu dan dua SD, para peneliti mengajarkan dua puluh delapan pelajaran sains kepada 191 siswa. 3). Prosedur: Sebelum studi dilaksanakan, para peneliti mengembangkan dua puluh delapan pelajaran yang masing-masing dibangun sebuah konsep sains dasar. 4). Hasil-hasil: Hasil-hasil studi yang dilaporkan di sini terutama berasal dari data yang diambil petapeta konsepnya.
  • 117. 1). Memilih Konsep. Kurikulum adalah sumber utama untuk memilih konsep-konsep yang akan diajarkan. Konsep-konsep itu mungkin terdapat dalam textbooks, dan edisi yang digunakan guru sering kali menjadi pedoman dalam memilih konsep-konsep kunci yang akan diajarkan. Contoh : benda-benda yang bergerak dapat melakukan work (pekerjaan )
  • 118. 2). Memutuskan Pendekatan yang Akan Dipakai. Ada dua ( 2 ) pendekatan yang akan di bahas antara lain :  Pendekatan direct presentation ( presentasi langsung ), menerapkan rule to example process deduktif ( Tennyson et al, 1983 ) guru untuk mendifinisikan sebuah konsep yang diikuti dengan pemberian contoh dan bukan contoh.
  • 119.  Pendekatan concept attainment ( pencapaian konsep ), di lain pihak, membalik sekuensi dan menggunakan example to rule procss ( proses dari contoh ke aturan ) Bruner, 1996. Guru mula-mula memberikan contoh dan non contoh tentang suatu konsep, dan siswa menemukan atau mencapai konsep itu sendiri melalui proses penalaran induktif.
  • 120. 3). Mendefinisikan Konsep. Contoh: konsep pohon dapat didefinisikan sebagai “ tumbuhan yang hidup selama bertahun-tahun dan memiliki sebuah batang tubuh tunggal dan berkayu “. Konsep – konsep yang kompleks dari berbagai subjek akademis perlu didefinisikan dan diajarkan sesuai dengan umur siswa.
  • 121.  Ada tiga langkah dalam mendifinisikan konsep : 1. Identifikasi nama konsepnya 2. Buat daftar atribut-atribut kritis dan nonkritis 3. Tulis definisi ringkasnya Contoh : Pulau, mendaftar semua atribut kritis seperti daratan dan air, dan membrikan definisi berikut : “ pulau adalah daratan yang lebih kecil dibanding benua dan dikelilingi oleh air. “
  • 122. 4). Menganalisis Konsep. Setelah sebuah konsep dipilih dan didefinisikan dalam kaitannya dengan atribut--atribut kritisnya, konsep itu perlu dianalisis untuk mencari beberapa contoh dan bukan-contohnya.
  • 123. 5). Memilih dan Mengurutkan Berbagai Contoh dan Bukan Contoh.  Secara umum, telah ditunjukkan bahwa contohcontoh awal seharusnya cukup familier bagi kelas yang bersangkutan. Bila robin digunakan sebagai contoh terbaik (paling fami-lier) untuk konsep burung, lebih mudah bagi siswa untuk membedakan burung-burung yang paling mirip dengan robin, misalnya kardinal, burung pipit, atau bluebird, daripada membedakannya dengan burung--burung lain yang kurang mirip, seperti bebek, ayam, atau penguin.
  • 124. 6). Menggunakan Gambar-Gambar Visual. Menggunakan gambaran-gambaran visual memengaruhi pembelajaran konsep dan mendukung pepatah “ is picture is worth a thousand words. “ Alat bantu dan gambar – gambar visual diketahui sangat memfasilitasi pemahaman siswa tentang berbagai konsep yang kompleks.
  • 125. 7). Grafik organizers dan conceptual web ( jejaring konseptual ) adalah bentuk-bentuk representasi visual lain yang dapat berguna. Alatalat ini dapat membantu menjelaskan atributatribut kritis sebuah konsep dan membuat konsep itu lebih kongkret bagi siswa.
  • 126.  Ada 4 langkah dalam mengkonstruksikan sebuah jaring untuk konsep tertentu : Langkah 1: Buat inti/pusatnya, yang menjadi fokus, jaring itu. Fokus jaring adalah nama konsep yang dimaksud. Langkah 2: Konstruksikan strands (helai-helai) jaring-nya, ke luar dari intinya. Strands adalah atribut-atribut kritis konsep itu. Langkah 3: Gambarkan penopang-penopang strand, yang menghubungkan atribut-atribut kritis itu dengan konsepnya. Langkah 4: Identifikasi pertaliannya, yang menunjukkan hubungan di antara berbagai atribut.
  • 127. 8). Merencanakan Waktu dan Ruang. Persyaratan waktu bergantung pada tingkat dan kemampuan mengajarkan konsep sampai yang akan dibutuhkan untuk kognitif siswa dan kompleksitas konsep yang diajarkan. Kesalahan yang lazim dibuat oleh guru pemu-la adalah menetapkan estimasi yang terlalu rendah yang dibutuhkan untuk mengajarkan konsepkonsep, bahkan yang sederhana, sampai tuntas.
  • 128.  Empat fase pengajaran konsep : Fase 1 : Mengklasifikasikan maksud dan estabilishing set. Guru menjelaskan maksud dan prosedur untuk pelajaran itu dan menyiapkan siswa untuk belajar. Fase 2 : Memberi masukan contoh dan bukan contoh. Guru menamai berbagai konsep, mengidentifikasi atribut-atribut kritis, dan memberi ilustrasi dengan contoh dan bukan contoh.
  • 129. Fase 3 : Menguji kecapaian. Guru mempresentasikan contoh dan bukan contoh tambahan untuk menguji pemahaman siswa tentang konsep. Fase 4 : Menganalisis proses berfikir dan integrasi pembelajaran siswa. Guru membawa siswa untuk memikirkan tentang proses berfikirnya sendiri, dan menghubungkan konsep itu dengan konsepkonsep lain.
  • 130. Direct presentation. Dalam pendekatan, direct presentation (presentasi langsung), aliran internal pelajaran ter-masuk antara lain: 1. Menamai konsepnya dan memberikan definisi-nya. 2. Menidentifikasi atribut-atribut kritis dan memberi contoh dan bukan contoh untuk konsep itu. 3.Menguji pemahaman konsep dengan meminta siswa untuk memberikan contoh dan bukan-contoh.
  • 131. Concept attainment. Dalam concept attainment (penca-paian konsep), siswa sudah memiliki pemahaman ter-tentu tentang konsep . Guru yang menggunakan pendekatan concept attainment akan meng-gunakan langkah-langkah sebagai berikut: 1.Berikan contoh-contoh kepada siswa, sebagian merepresentasikan konsep yang dimaksud, sebagian lainnya tidak 2.Memaksa siswa untuk menghipotesiskan tentang atributatribut konsep itu dan mencatat alasan spekulasinya. 
  • 132. 3. Bila siswa tampak sudah mengetahui konsepnya, siswa menamai konsep itu dan mendiskripsipkan proses yang mereka gunakan. 4. Guru memeriksa apakah siswa sudah mencapai konsep itu dengan meminta mereka mengidentifikasi contoh-contoh tambahan dengan ya, atau tidak.
  • 133.  Concept attainment adalah proses induktif yang membantu siswa dalam mengorganisasikan data menurut konsep-konsep yang sudah dipelajari sebelumnya berbeda dengan pendekatan direct presentation, guru memberikan label dan definisi setelah siswa terlibat dalam penemuan atributatribut kritisnya.
  • 134.  Untuk pendekatan ini, guru efektif menstrukturisasikan lingkungan belajarnya dengan cukup ketat. Selama pelajaran berjalan, mereka mengharapkan siswa untuk memerhatikan baik-baik pelajarannya, menjadi pengamat yang tekun dan pendengar yang baik.
  • 135.  Untuk mencapai tingkat belajar konsep yang lebih tinggi, siswa seharusnya mampu untuk : 1). Mendifinisikan konsep dan mengetahui atribut-atribut kritisnya 2). Mengenali contoh dan bukan contoh 3). Mengevaluasi contoh dan bukan contoh dalam kaitannya dengan atribut-atribut kritisnya.