Dokumen tersebut membahas tentang etika bisnis, tanggung jawab sosial perusahaan, dan manajemen risiko. Secara khusus membahas tentang definisi dan tujuan etika bisnis, bentuk-bentuk tanggung jawab sosial perusahaan, serta beberapa isu yang sering muncul dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan.
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
ETIKA BISNIS CSR
1. Universitas Mercu Buana
Mata Kuliah: Strategic Management
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA
Nama Mahasiswa: Sukrasno
NIM: 55117120110
BUSINESS ETHICS, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY,
AND RISK MANAGEMENT
A. Business Ethics (Etika Bisnis)
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi
ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi,
dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
menciptakan etika bisnis, antara lain:
1) Pengendalian diri
2) Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
3) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
4) Menciptakan persaingan yang sehat
5) Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
6) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
7) Mampu menyatakan yang benar itu benar
8) Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan lemah
9) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
10) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
11) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
Secara umum ada 3 jenis permasalahan yang dihadapi dalam etika yaitu:
1) Sistematik
Pertanyaan-pertanyaan etis yang muncul mengenai sistem ekonomi, politik, hukum, dan
sistem sosial lainnya dimana bisnis beroperasi.
2) Korporasi
Permasalahan ini mencakup pertanyaan tentang moralitas aktivitas, kebijakan, praktik
dan struktur organisasional perusahaan individual sebagai keseluruhan.
3) Individu
Pertanyaan yang muncul seputar individu tertentu dalam perusahaan, termasuk
pertanyaan tentang moralitas keputusan, tindakan dan karakter individual.
Ciri-ciri bisnis yang beretika, antara lain:
a. Tidak merugikan siapapun
b. Tidak menyalahi aturan-aturan dan norma yang ada
c. Tidak melanggar hukum
d. Tidak menjelek-jelekan saingan bisnis
e. Mempunyai surat izin usaha
Etika bisnis menyangkut moral, kontak sosial, hak-hak dan kewajiban, prinsip-prinsip dan aturan-
aturan. Etiket berbisnis diterapkan pada sikap kehidupan berkantor, sikap menghadapi rekan-
rekan bisnis, dan sikap di mana kita tergabung dalam organisasi. Berbisnis dengan etika bisnis
adalah menerapkan aturan-aturan umum mengenai etika pada perilaku bisnis.
Perusahaan hendaknya membudayakan etika bisnis agar orientasi strategik yang dipilih semakin
baik. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk menegakkan budaya transparansi
antara lain:
a. Penegakan budaya berani bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya.
b. Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja jelas.
c. Pengelolaan sumber daya manusia harus dilakukan dengan baik.
2. d. Visi dan misi perusahaan harus jelas yang mencerminkan tingkah laku organisasi.
Richard T. de George menyebut bahwa etika bisnis menyangkut empat kegiatan sebagai berikut:
1) Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis.
2) Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika pada dunia bisnis, tetapi
juga metaetika.
3) Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan-pandangan mengenai bisnis.
4) Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi perusahaan
multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain- lain.
Tujuan Etika Bisnis
Tujuan etika bisnis adalah menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk menjalankan
good business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business. Etika bisnis mengajak
para pelaku bisnis mewujudkan citra dan manajemen bisnis yang baik (etis) agar bisnis itu pantas
dimasuki oleh semua orang yang mempercayai adanya dimensi etis dalam dunia bisnis. Hal ini
sekaligus menghalau citra buruk dunia bisnis sebagai kegiatan yang kotor, licik, dan tipu muslihat.
Kegiatan bisnis mempunyai implikasi etis, dan oleh karenanya membawa serta tanggung jawab
etis bagi pelakunya.
Kendala-kendala Pelaksanaan Etika Bisnis
Pelaksanaan prinsip-prinsip etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa
masalah dan kendala. Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1) Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
2) Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan antra lain konflik antara nilai pribadi
yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya,
atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat.
3) Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
4) Lemahnya penegakan hukum.
5) Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik.
6) Bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya
belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakan kode etik bisnis dan manajemen.
Kesimpulannya, bisnis sangat berkaitan dengan etika bahkan sangat mengandalkan etika.
Argumen mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan etika
memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak dan
kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan dalam
kegiatan bisnisnya.
B. Corporate Social Responsibility (CSR)
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau tindakan yang
dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social
maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan,
memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan
fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial
dan berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada.
CSR dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan terhadap tujuan pembangunan
berkelanjutan dengan cara manajemen dampak (minimisasi dampak negatif dan maksimisasi
dampak positif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya.
Menurut Kotler dan Lee, terdapat 6 model CSR yang dapat diterapkan di perusahaan, yaitu:
a. Cause Promotion
b. Cause Related Marketing,
c. Coporate Societal Marketing,
d. Corporate Philanthropy,
e. Community Volunteering, dan
f. Socially Responsible Business Practice
3. Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan karena :
- Menurunnya gangguan sosial yang sering terjadi akibat pencemaran lingkungan, bahkan
dapat menumbuhkembangkan dukungan atau pembelaan masyarakat setempat.
- Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk jangka panjang.
- Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula merupakan kegiatan CSR yang
dirancang oleh korporat.
Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:
a. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan maupun lingkungan
masyarakat sekitarnya.
b. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
c. Pemeliharaan hubungan relasional antara korporasi dan lingkungan sosialnya yang tidak
dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan konflik.
d. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
e. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, social serta budaya.
Manfaat CSR bagi masyarakat antara lain:
a. Meningkatknya kesejahteraan masyarakat sekitar dan kelestarian lingkungan
b. Adanya beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut.
c. Meningkatnya pemeliharaan fasilitas umum.
d. Adanya pembangunan desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut
berada.
Manfaat CSR bagi perusahaan antara lain:
a. Meningkatkan citra perusahaan.Mengembangkan kerja sama dengan perusahaan lain.
b. Memperkuat brand merk perusahaan dimata masyarakat.
c. Membedakan perusahan tersebut dengan para pesaingnya.
d. Memberikan inovasi bagi perusahaan Karakteristik
Karakteristik CSR yang baik dan sejati :
a. CSR seharusnya merupakan aktivitas yang melebihi kepatuhan terhadap undang-undang
dan undang-undang yang berlaku.
b. CSR seharusnya bisa menghasilkan dampak semi permanen bagi perusahaan dan
masyarakat.
c. CSR harus memperhitungkan dan mempertimbangkan kepentingan pemangku
kepentingan di dalam dan di luar perusahaan.
d. CSR harus mengandung sistem govermance yang layak, bersamaan dengan transparansi
dan tanggung jawab.
e. CSR seharusnya mengikuti tip ISO 26000.
Program CSR merupakan investasi jangka panjang yang berguna untuk meminimalisasi risiko
sosial, serta berfungsi sebagai sarana meningkatkan citra perusahaan di mata publik.
Program CSR merupakan investasi bagi perusahaan demi pertumbuhan dan keberlanjutan
(sustainability) perusahaan dan bukan lagi dilihat sebagai sarana biaya (cost centre)
melainkan sebagai sarana meraih keuntungan (profit centre).
Penerapan program CSR merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep tata kelola
perusahaan yang baik (Good Coporate Governance). Diperlukan tata kelola perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) agar perilaku pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa
dirujuk dengan mengatur hubungan seluruh kepentingan pemangku kepentingan
(stakeholders) yang dapat dipenuhi secara proporsional, mencegah kesalahan-kesalahan
signifikan dalam strategi korporasi dan memastikan kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat
diperbaiki dengan segera.
Keputusan manajemen perusahaan untuk melaksanakan program-program CSR secara
berkelanjutan, pada dasarnya merupakan keputusan yang rasional. Sebab implementasi
program-program CSR akan menimbulkan efek lingkaran emas yang akan dinikmati oleh
perusahaan dan seluruh stakeholder-nya. Melalui CSR, kesejahteraan dan kehidupan sosial
ekonomi masyarakat lokal maupun masyarakat luas akan lebih terjamin. Kondisi ini pada
gilirannya akan menjamin kelancaran seluruh proses atau aktivitas produksi perusahaan serta
4. pemasaran hasil-hasil produksi perusahaan. Sedangkan terjaganya kelestarian lingkungan
dan alam selain menjamin kelancaran proses produksi juga menjamin ketersediaan pasokan
bahan baku produksi yang diambil dari alam.
Problematika CSR
CSR menjadi isu yang seringkali diperdebatkan oleh berbagai kalangan. Salah satu isu yang
seringkali diperdebatkan khususnya di Indonesia adalah perdebatan definisi dan praktik ideal
CSR. Bahkan perdebatan ini pun sudah masuk ke ranah kebijakan. Secara eksplisit, isu CSR
masuk dalam Undang-Undang Penanaman Modal dan Perseroan Terbatas. Hal ini pun
disinggung secara tegas dalam Rencana Undang Undang Mineral dan Batubara (RUU
Minerba). Namun sayang, perundangan ini lebih menunjukkan ketertarikan pada pewajiban,
sanksi, porsi dana, dan keamanan kepentingan bisnis. Tidak disinggung sama sekali soal
makna, nilai, dan cita-cita pembangunan berkelanjutan. Demikian pula dengan reaksi pihak
perusahaan. Rata-rata mereka menunjukkan penolakan dengan alasan klasik yaitu masalah
dana. Jika pemerintah melihat CSR sebagai peluang memeroleh dana di luar pajak dan
kewajiban regulasi lainnya, maka pihak perusahaan seakan kompak bersuara menyatakan
bahwa pewajiban CSR hanyalah tambahan pengeluaran anggaran. Selanjutnya, CSR
merupakan usaha insiatif yang diformulasikan sendiri oleh sektor bisnis itu sendiri melalui self
regulationnya. Konsekuensinya tidaklah mengherankan apabila skema CSR yang lazim
diadopsi oleh kalangan korporasi seringkali hanyalah merupakan rangkaian pernyataan atau
prinsip yang bersifat kabur yang tak mampu menjadi panduan dalam situasi konkret. Mereka
juga dalam kebanyakan kasus tidak dapat berfungsi sebagai mekanisme penyelesaian
berbagai masalah sosial dan lingkungan yang mencuat sebagai dampak kinerja bisnis. Situasi
semacam inilah yang menjadi landasan kritik sebagian pihak bahwa CSR tidaklah lebih
daripada aktivitas public relations pihak korporasi tanpa disertai suatu perubahan yang
substansial sifatnya.
Dalam perjalanannya, CSR setidaknya menyisakan dua persoalan pokok:
a. Pertama, masih belum jelasnya kewajiban pelaksanaan CSR.
Hal ini berkaitan dengan siapakah yang melaksanakan CSR “apakah perusahaan yang
menjalankan usaha dan berkaitan langsung dengan sumber daya alam ataukah perusahaan
yang tidak mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tetapi kegiatannya memiliki
dampak terhadap sumber daya alam?”.
b. Kedua, berkaitan dengan manfaat CSR.
Perusahaan mengklaim bahwa mereka sudah melaksanakan program CSR kepada
stakeholder namun sebaliknya stakeholder belum merasakan manfaat dari program tersebut.
Hal ini dapat dilihat dari program CSR yang telah dilakukan oleh banyak perusahaan di
Indonesia. Contohnya program CSR yang dilakukan oleh PT. Freeport Indonesia yang
menyediakan layanan medis bagi masyarakat Papua melalui penyediaan klinik-klinik dan
rumah sakit modern di Banti dan Timika. Selain itu, perusahaan ini juga menyediakan bantuan
dana pendidikan bagi pelajar Papua dan melakukan pengembangan program wirausaha
seperti di Komoro dan Timika. Namun, dari sekian banyaknya program CSR yang telah
dilakukan tersebut, PT Freeport masih belum mengalami nasib “baik”. Betapa
tidak, PT.Freeport Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1969, sampai saat ini tidak
lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik berkaitan dengan tanah
ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi. Salah satu
hal yang mungkin menyebabkan ini terjadi adalah program yang diusung oleh perusahaan
belum didasarkan pada penilaian (assessment) kebutuhan dari masyarakat lokal. Selain itu,
hal yang seringkali mengusik adalah pembangunan fisik yang dilakukan oleh berbagai
perusahaan yang diklaim sebagai program CSR dalam kenyataan bukan ditujukan untuk
masyarakat lokal namun untuk perusahaan itu sendiri. Contohnya pembangunan transpostasi
berupa jalan, pada tingkat tertentu bertujuan untuk mempercepat jalannya proses produksi.
Dengan demikian, walaupun jalan tersebut bermanfaat bagi masyarakat lokal, hal tersebut
merupakan externality yang menguntungkan masyarakat lokal.
Selain persoalan di atas, program CSR masih menyimpan banyak polemik di dua Kementrian
yaitu di Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkumham) dan Kementrian Perindustrian
(Kemenperin). Kemenkumham berusaha mewajibkan program CSR bagi seluruh perusahaan
sedangkan Kemeenperin tidak mewajibkan perusahaan memiliki program CSR. Hal ini
merupakan.
5. Pada dasarnya perusahaan di Indonesia dapat dikatakan melaksanakan program CSR atas
dasar memenuhi kewajiban kontraktual dalam artian mengikuti peraturan yang dibuat oleh
pemerintah pusat/pemerintah daerah. Namun terlepas dari semua itu, seharusnya perusahaan
sudah memikirkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada akhirnya, semua persoalan tersebut harus diselesaikan oleh berbagai pihak baik
perusahaan, pemerintah, masyarakat dan pihak lain yang terkait untuk membuat regulasi yang
baik mengenai program CSR. Program CSR yang dilaksanakan oleh setiap perusahaan haruslah
menyasar pada “kebutuhan” masyarakat bukan hanya sebatas program asal-asalan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk menunjang reputasi dan image perusahaan. Tanpa adanya
motif melayani keinginan masyarakat dan manajemen yang tidak transparan akan
mengakibatkan program CSR berjalan ekslusif dan tidak melibatkan partisipasi dari masyarakat.
C. Risk Management (Manajemen Risiko)
Manajemen Risiko adalah suatu proses identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian, dan
upaya menghindari, meminimalisir, atau bahkan menghapus risiko yang tidak dapat diterima.
Dalam hal ini risiko berhubungan dengan pendekatan atau metodologi dalam menghadapi
ketidakpastian dalam bisnis. Dalam KBBI arti kata risiko adalah akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu tindakan. Ketidakpastian ini bisa berupa
ancaman, pengembangan strategi, dan mitigasi risiko.
Dalam perusahaan, pengertian manajemen risiko atau enterprise risk management (ERM)
adalah suatu proses perencanaan, pengaturan, pemimpinan, dan pengontrolan aktivitas sebuah
organisasi untuk meminimalisir resiko pendapatan perusahaan.
Tujuan Manajemen Risiko
Secara umum ada enam tujuan manajemen risiko dalam perusahaan atau badan usaha,
diantaranya adalah:
1. Melindungi Perusahaan
Artinya memberikan perlindungan terhadap perusahaan dari tingkat risiko signifikan yang bisa
menghambat proses pencapaian tujuan perusahaan.
2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
Artinya membantu dalam proses pembuatan kerangka kerja manajemen risiko yang konsisten
atas ririko yang ada pada proses bisnis dan fungsi-fungsi di dalam sebuah perusahaan.
3. Mendorong Manajemen Agar Proaktif
Artinya mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi potensi risiko, dan
menjadikan manajemen risiko sebagai sumber keunggulan bersaing dan kinerja perusahaan.
4. Sebagai Peringatan untuk Berhati-Hati
Artinya mendorong semua individu dalam perusahaan agar bertindak hati-hati dalam
menghadapi risiko perusahaan demi tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.
5. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Artinya membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan informasi tingkat
risiko yang disebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini juga berguna dalam pengembangan
strategi dan perbaikan proses manajemen risiko secara berkesinambungan.
6. Sosialisasi Manajemen Risiko
Artinya membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk mensosialisasikan
pemahaman tentang risiko dan pentingnya manajemen risiko.
Jenis-Jenis Manajemen Risiko dalam Perusahaan
Seiring dengan perkembangannya, Manajemen Risiko terbagi dalam beberapa hal yaitu Risiko
Operasional, Risiko Hazard, Resiko Finansial, Resiko Strategik
- Strategic Risk (Risiko Strategic)
Strategic risk adalah risiko yang mungkin muncul ketika strategi dari perusahaan menjadi
tidak efektif dan akhirnya perusahaan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya.
Permasalahan seperti ini bisa saja muncul ketika adanya perubahan teknologi, adanya
kompetitor baru yang cukup kuat, perubahan pada permintaan pasar atau perubahan
lainnya yang memiliki dampak besar.
6. - Compliance Risk (Risiko Kepatuhan)
Risiko ini dapat dikatakan sebagai risiko yang muncul dari luar. Perubahan yang selalu
terjadi akan mengharuskan kita melakukan penyesuaian terhadap perubahan tersebut.
Contohnya saja ketika sebuah produk akan diekspor keluar negeri. Tentunya produk yang
dieskpor haruslah memenuhi peraturan yang ada pada negara tujuan yang tentunya
memiliki risiko yang harus diminimalisir dengan baik.
- Operational Risk (Risiko Operasional)
Selain pada lingkungan eksternal, risiko juga dapat muncul dari dalam atau internal.
Operational risk adalah risiko yang muncul dari operasional harian. Risiko ini bisa
ditimbulkan dari kesalahan teknis, atau kesalahan yang dilakukan oleh pegawai maupun
proses yang ada.
- Financial Risk (Risiko Keuangan)
Sebagian dari kategori risiko yang ada memang menyebabkan membengkaknya biaya
yang harus dibayarkan. Akan tetapi tipe dari risiko ini menspesifikkannya pada alur uang
yang masuk dan keluar dan kemungkinan adanya ketidakstabilan keuangan secara
tiba-tiba.
- Reputational Risk (Risiko Reputasi)
Reputasi adalah segalanya dan risiko yang mengancamnya masuk dalam tipe ini. Jika
reputasi yang baik rusak, maka bisa saja dapat mempengaruhi pemasukan dari
perusahaan dan mengurangi kepercayaan dari pelanggan. Selain itu stakeholder luar akan
enggan melakukan hubungan apapun terhadap perusahaan hingga dapat menyebabkan
kebangkrutan pada perusahaan. Risiko ini dapat berbentuk penarikan masal produk cacat
atau gagal, gugatan hukum yang cukup besar, ataupun bahkan review buruk yang terjadi
secara berantai.
Tahapan Manajemen Risiko
1. Identifikasi risiko
Tahapan ini merupakan tahapan mengidentifikasi kemungkinan risiko yang terjadi atas aktivitas
usaha. Pada tahapan ini dapat dibuat daftar kemungkinan risiko yang dapat terjadi sebanyak
mungkin. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi risiko diantaranya survey,
wawancara, brainstroming, informasi, dll.
2. Menganalisa risiko
Analisa risiko dilakukan dengan cara melihat melihat kemungkinan risiko tersebut terjadi dan
besarnya kerugian yang ditimbulkan. Dengan mengukur risiko tersebut maka anda bisa
mengetahui cara untuk mengatasinya risiko tersebut atau meminimalisai potensi risiko tersebut
terjadi. Untuk menentukan kemungkinan risiko terjadi memang tergolong subyektif dan lebih
berdasarkan pada pengalaman dan intuisi. Walaupun beberapa risiko dapat diukur tapi
memastikan potensi risiko terjadi terbilang sangat sulit sehingga pada tahapan ini sangat penting
untuk menentukan risiko yang paling berpotensi terjadi sehingga kita dapat menentukan risiko
yang akan diprioritaskan dalam manajemen risiko.
3. Pengelolaan risiko
Beberapa cara mengelola risiko :
Risk avoidance / Risk Mitigation : tidak melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan
potesni risiko. Ketika anda harus melakukan kegiatan tersebut maka anda harus
mempertimbangkan potensi keuntungan atau kerugian yang dapat ditimbulkan.
Risk reduction : cara untuk mengurangi potensi terjadi risiko atau mengurangi dampak
negatif yang ditimbulkan dari sebuah risiko.
Risk transfer : memindahkan risiko kepada pihak lain misalkan melalui kontrak asuransi.
Risk defferal : ketika anda menghadapi potensi risiko yang tidak konstan maka sebaiknya
anda menunda untuk menjalankan sebuah kegiatan hingga saat potensi risiko tersebut
memiliki kemunginan yang kecil terjadi.
Risk retention : walau beberapa risiko dapat dihilangkan atau dikurangi tapi beberapa risiko
tidak bisa dikurangi atau dihilangkan sehingga harus tetap dihadapi sebagai bagian dari
kegiatan usaha.
7. 4. Penerapan manajemen risiko
Setelah kita menjalankan tahapan-tahapan manajemen risiko diatas maka langkah selanjutnya
adalah implementasi manajemen risiko yang sudah direncanakan.
5. Melakukan evaluasi
Melakukan evaluasi dan monitoring risiko sangatlah penting, mulai dari tahapan identifikasi
hingga implementasi risiko. Dengan monitoring dan evaluasi ini maka kita bisa mengetahui
keefektifan sebuah strategi dalam merespon risiko yang terjadi sehingga ketika risiko tersebut
terjadi kembali maka kita dapat direspon dengan cepat untuk mengatasinya.
Contoh Implementasi CSR:
Implementasi Program CSR di Bank BJB
PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten, Tbk. yang selanjutnya disebut
Bank BJB telah melaksanakan fungsi dan tanggung jawab sosial melalui penyaluran
dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikelola oleh Grup CSR yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Nomor 701/SK/DIR-CS/2009 tentang Pengelolaan Dana Corporate Social Responsibility (CSR),
yang diperbaharui dengan Surat Keputusan Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten,Tbk Nomor 015/SK/DIR-CS/2011 tanggal 7 Januari 2011 tentang Pengelolaan Dana
Corporate Social Responsibility (CSR). Berdasarkan Surat Keputusan tersebut telah ditunjuk
Pemimpin Divisi Corporate Secretary dan Pemimpin Grup CSR selaku pengelola dana CSR Bank
BJB.
Corporate Social Responsibility (CSR) Bank BJB merupakan bagian integral dari upaya
sungguh-sungguh menyelenggarakan triple bottom lines, yakni Bank BJB selain mengejar
keuntungan (profit), juga memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat (people) dan turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Wujud nyata peran serta bank BJB tersebut tertuang dalam aktivitas penyaluran dana
CSR yang terbagi dalam tiga sektor, yakni Pendidikan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup yang
tersebar di berbagai wilayah Jawa Barat, Banten dan seluruh wilayah operasional bank BJB.
Penyaluran CSR Bank BJB:
Bank BJB telah menyalurkan ratusan dana program CSR yang diberikan untuk tiga
bidang utama yakni, bidang pendidikan, kesehatan, dan lingkungan.
Beberapa program CSR bank BJB yang telah dilaksanakan pada bidang pendidikan di
antaranya pembangunan ruang kelas, beasiswa, bantuan komputer, hingga perlengkapan
sekolah. Contohnya untuk pembangunan ruang kelas baru SMAN 9 Kota Bandung. Pada
bidang kesehatan, antara lain pengobatan gratis dan pemberian mobil ambulan. Pada
lingkungan yaitu program penanaman pohon (penghijauan) atau reboisasi.
Program BJB Green School dan Kewirausahaan BJB yang dijalankan setiap tahun. Tentu
penerapan program tidak melulu baik secara brand namun juga terintegrasi dengan bisnis
perusahaan. Untuk realisasi program BJB Green School, pihak Bank BJB bekerja sama
dengan Universitas Padjadjaran dalam mengembangkan teknologi biodigester pada
pengelolaan sampah di sekolah, sehingga sampah dapat dikelola menjadi sumber energi dari
sistem penerangan dan gas sekolah. Kini Bank BIB sudah menjalin kerja sama dengan
puluhan sekolah yang tersebar di Jawa Barat dan Banten.
Untuk program kewirausahaan Bank BJB telah rutin digelar sejak tahun 2014. Program
tersebut diisi oleh pelatihan keterampilan pada lima bidang usaha salah satunya mencukur
rambut dan desain grafis. Hingga kini, Bank BJB telah melahirkan lima angkatan yang terdiri
dari 80 wirausahawan baru di setiap angkatan untuk kemudian Bank BJB memberikan modal
sesuai jenis usaha terkait. Untuk saat ini, Bank BJB tengah mengupayakan program
Kampung BJB yang akan mengakomodir Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Perlu
diingat jika kredit mikro menjadi pilar ketiga dalam bisnis Bank BJB. Hal tersebut perlu
ditingkatkan agar Bank BJB dapat mengembangkan potensi ekonomi daerah terkait.
8. Bank BJB membantu pembangunan tempat ibadah. Salah satunya membantu penyelesaian
pembangunan masjid di kawasan Markas Polda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung
yang diharapkan dapat menumbuhkan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Bank BJB menyalurkan dana CSR untuk pembangunan ruang kelas baru SMAN 9 Kota
Bandung.
Daftar Pustaka:
1. Hapzi, 2018. Modul Perkuliahan 10 Strategic Management: Businees Ethics, Corporate
Social Responsibilities, Risk Management, Universitas Mercu Buana Jakarta.
2. Pengertian Manajemen Risiko https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-
manajemen-risiko.html diakses tanggal 20 November pukul 18.30 WIB
3. Pengertian Manajemen Risiko, Tujuan, Ruang Lingkup, Jenis, dan Proses
https://www.sepengetahuan.co.id/2017/11/pengertian-manajemen-risiko-tujuan-ruang-
lingkup-jenis-jenis-proses.html diakses tanggal 20 November pukul 20.00 WIB
4. Apa Saja Tipe Dari Manajemen RIsiko https://www.dictio.id/t/apa-saja-tipe-dari-risiko-pada-
manajemen-risiko/17313/2 diakses tanggal 21 November pukul 07.30 WIB
5. Pengertian Manajemen Risiko https://www.pahlevi.net/pengertian-manajemen-risiko/ diakses
tanggal 21 November pukul 08.00 WIB
6. CSR Bank BJB http://www.bankbjb.co.id/id/corporate-social-responsibility/corporate-social-
responsibility.html tanggal 17 November 2018 pukul 16.00 WIB
7. Bank BJB Gelar Ratusan CSR Bidang Kesehatan, Lingkungan, dan Pendidikan
https://nasional.tempo.co/read/1078034/bank-bjb-gelar-ratusan-csr-bidang-kesehatan-
lingkungan-dan-pendidikan/full&view=ok tanggal 17 November 2018 pukul 16.15 WIB
8. Bank BJB Serahkan Dana CSR ke Mapolda Jabar
http://www.tribunnews.com/bisnis/2018/01/16/bank-jabar-banten-serahkan-dana-csr-ke-
polda-jabar-syariah tanggal 17 November 2018 pukul 17.00 WIB