Resume Etika Bisnis, CSR, Risiko Korporasi dan Strategi Investasi
1. STRATEGIC MANAGEMENT
ETIKA BISNIS, CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, RISIKO KORPORASI
DAN STRATEGI INVESTASI
DIMAS GUSTI BAGUS PRAYOGO 55119120128
WITRI NUR APRI AINI 55119120144
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2020
2.
3. DAFTAR ISI
1. Etika Bisnis
Pengertian Etika Bisnis
A. Peranan Etika Bisnis
B. Ethics Statement
C. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
2. Corporate Social Responsibility
A. Definisi CSR
B. Prinsip CSR
C. Tanggung Jawab CSR
3. Risiko Korporasi & Risk Management
A. Definisi Risiko
B. Tahapan Perencanaan Manajemen Risiko
4. Strategi Investasi & Manajemen Investasi
A. Definisi
B. Tujuan Investasi
C. Dasar Keputusan Investasi
D. Proses Keputusan Investasi
4. 1. ETIKA BISNIS
A. Pengertian Etika Bisnis
Etika Bisnis adalah hal-hal yang mencakup bidang prinsip moral dan pengambilan
keputusan, masalah tata kelola dan kode etik untuk bisnis (Goel & Ramanathan, 2014).
Beverungen dan Case dalam Goel & Ramanathan (2014) berpendapat bahwa “Kita mungkin
menemukan bahwa etika dalam bisnis melibatkan dasar dislokasi yang berkaitan dengan
pengalaman fenomenal yang timbul ketika ada hal-hal yang tidak pada tempatnya”.
Sedangkan menurut Jamil (2015) Arti etika dapat dibedakan dari sisi praktis dan refleksi.
Etika sebagai praktis yaitu sejauh mana nilai-nilai dan norma-norma moral diterapkan dan
dilaksanakan dalam berbagai aktivitas dan kegiatan sehari hari. Atau dapat juga di artikan
sebagai apa yang dilakukan sesuai dengan nilai dan moral. Etika sebagai praktis berarti moral
atau moralitas: apa yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan , pantas dilakukan dan
sebagainya. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran moral, dimana kita berfikir tentang apa
yang dilakukan lebih spesifik yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai
refleksi menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang
B. Peranan Etika Bisnis
Menurut Jamil (2015) Etika berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis untuk
berbisnis secara baik dan etis didasari nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi konsumen,
masyarakat dan demi menjaga nama baik bisnis sendiri dalam jangka panjang. Etika bisnis
menjadi acuan bagi pebisnis untuk berbisnis tanpa merugikan konsumen, buruh, karyawan,
dan masyarakat luas. Hak dan kepentingan mereka tidak boleh diabaikan oleh praktek bisnis.
Praktek praktek monopoli, oligopoli, kolusi dan sejenisnya menjurus pada kerugian konsumen,
masyarakat serta Negara menjadi obyek bagi etika bisnis untuk dilakukan perbaikan
semestinya.
Alasan bisnis berlaku etis ada tiga dasar yang mendasarinya yaitu ajaran agama(tuhan
yang maha kuasa), kepentingan sosial dan perilaku pebisnis yang bernilai utama.
1) Ajaran Agama (tuhan yang maha kuasa)
Agama mengatakan bahwa sesudah kehidupan jasmani ini manusia akan hidup terus
dalam dunia baka, di mana Tuhan sebagai Hakim Maha Agung akan menghukum
5. kejahatan yang pernah dilakukan dan mengganjar kebaikannya. Pandangan ini didasarkan
pada imam kepercayaan, yang tentunya diharapkan setiap pebisnis akan dibimbing oleh
iman kepercayaannya yang menjadi tugas agama mengajak pemeluknya untuk tetap
berpegang pada motivasi moral.
2) Kontrak Sosial
Segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang pebisnis akan selalu berhubungan
dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, maka pebisnis dalam interaksi bisnisnya
memiliki kontrak sosial dengan masyarakat tempat dimana ia berbisnis untuk selalu
menciptakan kesejahteraan dalam kegiatan bisnisnya. Pandangan ini melihat perilaku
manusia dalam perspektif sosial. Setiap kegiatan dilakukan bersama-sama dalam
masyarakat, menuntut adanya norma-norma dan nilai-nilai moral. Dengan demikian
kehidupan kemasyarakatan senantiasa menjadi lebih sejahtera.
3) Keutamaan
Pebisnis sebagai manusia memiliki nilai mulia dan utama bila melaksanakan
bisnisnya secara bermoral. Keutamaan sebagai ukuran untuk melakukan bisnis terbaik,
merupakan penyempurnaan tertinggi kodrat manusia. Manusia yang berlaku etis adalah
baik, baik secara menyeluruh materil dan spirituil.
Pebisnis harus melakukan sesuatu kebaikan, karena hal itu baik. Pebisnis harus
berintegritas. Dalam bekerja, pebisnis boleh mencari keuntungan. Perusahaan merupakan
organisasi sebagai alat untuk memperoleh keuntungan. Namun pebisnis atau perusahaan
dikatakan tidak berintegritas, jika kegiatan mereka mengumpulkan kekayaan tanpa
pertimbangan moral.
C. Ethics Statement
Menurut Jamil (2015) terdapat 3 (tiga) hal yang harus dipahami dalam pemandangan suatu
nilai etis yaitu ethics statements diantaranya:
6. 1) Value statements atau pernyataan nilai.
Banyak pernyataan nilai menegaskan bahwa perusahaan ingin beroperasi secara etis serta
fair dan menggaris bawahi pentingnya integritas, kerjasama, kredibilitas, dan keterbukaan
dalam komunikasi. Jadi nilai yang dikemukakan ini sering lebih luas daripada nilai-nilai
etis.
2) Corporate Credo atau kredo perusahaan
Biasanya merumuskan tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder, khususnya
konsumen, karyawan, pemilik saham, masyarakat umum dan lingkungan hidup
3) Kode etik
Kode etik ini menyangkut kebijakan etis perusahaan berhubungan dengan kesulitas yang
bisa timbul (dan mungkin dimasa lampau pernah timbul), seperti konflik kepentingan,
hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah, sumbangan kepada partai
politik dan sebagainya.
D. Prinsip-prinsip Etika Bisnis
Menurut Sonny Keraf dalam Jamil (2015), prinsip-prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut:
1) Prinsip Otonomi
Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia mengambil keputusan dan
bertindak berdasarkan tuntunan hati nuraninya, kesadarannya sendiri mengenai sesuatu
kebaikan untuk diberian kepada orang lain.
2) Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan
keutamaan. Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
Dalam perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling percaya satu sama
lain, bahwa masing-masing pihak tulus dan jujur membuat perjanjian dan kontrak, serius,
tulus dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran sangat penting artinya bagi
kepentingan masing-masing pihak, kejujuran sangat menentukan keberlanjutan relasi dan
kelangsungan bisnis selanjutnya.
3) Prinsip Keadilan
Tindakan memberikan keadilan terhadap keterlibatan semua pihak dalam bisnis
merupakan praktek keutamaan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang dalam
7. kegiataan bisnis secara internal maupun eksternal perusahaan diperlakukan sesuai dengan
hak dan kewajiban masing-masing.
4) Prinsip Saling Menguntungkan
Kegiatan bisnis perlu memberikan keadaan saling menguntungkan kepada keterlibatan
setiap pihak dalam bisnis, hal tersebut merupakan cerminan prinsip keutamaan. Saling
menguntungkan merupakan cermin integritas moral internal pelaku bisnis atau
perusahaan agar nama baik pribadi atau nama baik perusahaan untuk berbisnis tetap
terjaga, dipercaya dan kompetitif.
2. Corporate Social Responsibility
A. Definisi CSR
Menurut Crowther & Aras (2008) definisi CSRyang paling luas berkaitan dengan apa yang
menjadi atau seharusnya menjadi tujuan hubungan antara perusahaan global, pemerintah
negara dan warga negara individu. Definisi yang lebih lokal berkaitan dengan hubungan
antara korporasi dan masyarakat lokal di mana perusahaan berada atau beroperasi. Definisi
lain berkaitan dengan hubungan antara korporasi dan pemangku kepentingannya.
B. Prinsip CSR
Menurut Crowther & Aras (2008) terdapat 3 (tiga) prinsip CSR, yaitu:
1) Sustainability
Hal ini berkaitan dengan efek yang diambil saat ini terhadap pilihan yang tersedia
di masa depan. jika sumber daya digunakan saat ini, mereka tidak lagi tersedia untuk
digunakan di masa depan, dan ini terutama mengkhawatirkan jika sumber daya
terbatas jumlahnya.
2) Accountability
Organisasi mengakui bahwa tindakannya mempengaruhi lingkungan eksternal, dan
oleh karena itu mengasumsikan efek tindakannya. Oleh karena itu, konsep ini
menyiratkan suatu penghitungan untuk semua pihak yang terpengaruh oleh tindakan
mereka (stakeholder, karyawan, masyarakat, pemerintah, dll)
8. 3) Transparency
Transparansi dalam setiap kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan baik
transparansinya terhadap stakeholders, karyawan, masyarakat, pemerintah, dll. Tidak
ada yang ditutup-tutupi kegiatan-kegiatannya.
C. Tanggung Jawab CSR
Carrol’s Pyramid dalam Crowther & Aras (2008) menggambarkan terdapat 4 (empat)
tanggung jawab yang harus perusahaan perhatikan dalam pelaksanaan CSR, yaitu:
1) Tanggung Jawab Ekonomi
Tanggung jawab ekonomi artinya bahwa tetap menguntungkan bagi pemegang
saham, menyediakan pekerjaan yang bagus bagi para pekerjanya, dan menghasilkan
produk yang berkualitas bagi pelanggannya.
2) Tanggung Jawab Hukum
Setiap tindakan perusahaan harus mengikuti hukum dan berlaku sesuai aturan
permainan
3) Tanggung Jawab Etik
Menjalankan bisnis dengan moral, mengerjakan apa yang benar, apa yang dilakukan
harus fair dan tidak menimbulkan kerusakan
4) Tanggung Jawab Filantropis
Memberikan kontribusi secara sukarela kepada masyarakat, memberikan waktu, dan
uang untuk pekerjaan yang baik
9. 3. Risiko Korporasi & Risk Management
A. Definisi Risiko
Menurut Crane (2013) risiko dapat didefinisikan sebagai peluang kerugian atau
hasil yang tidak diinginkan terkait dengan suatu tindakan. Ketidakpastian adalah tidak
mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Semakin besar ketidakpastian, semakin
besar risikonya. Untuk manajer pertanian individu, manajemen risiko melibatkan
pengoptimalan hasil yang diharapkan sesuai dengan risiko yang terlibat dan toleransi
risiko.
B. Tahapan Perencanaan Manajemen Risiko
1) Identifikasi Risiko.
Segi produksi, pemasaran, finansial, legalitas, manusia, harus dapat diketahui terlebih
dulu
2) Hitung Risiko
Probabilitas hanyalah cara untuk mengekspresikan peluang dari berbagai hasil yang
terjadi. Beberapa probabilitas diketahui secara objektif melalui observasi atau
10. pengukuran. Beberapa probabilitas harus diperkirakan secara subjektif oleh pembuat
keputusan.
3) Menilai Daya Dukung Risiko
Strategi manajemen risiko juga dipengaruhi oleh kapasitas atau kemampuan individu
untuk menanggung (atau mengambil) risiko. Secara finansial, daya dukung risiko
secara langsung berkaitan dengan solvabilitas dan likuiditas posisi keuangan
seseorang.
4) Evaluasi Toleransi Risiko
Orang dapat dikategorikan ke dalam salah satu dari tiga jenis toleransi risiko. Produsen
yang menghindari risiko adalah pengambil risiko yang paling berhati-hati. Mereka rela
menyerahkan sebagian pendapatan untuk menghindari risiko pada tingkat tertentu.
Mereka mungkin lebih menghargai keamanan, stabilitas, atau kelangsungan finansial
daripada kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi.
5) Menentukan Tujuan (goals) dari Manajemen Risiko
Sasaran yang bermakna bersifat spesifik, terukur, dapat dicapai, menantang tetapi
realistis, spesifik waktu, tertulis, dan berdasarkan kinerja. Jika seseorang mencapai
semua kondisi dari tujuan terukur tertentu, kepercayaan meningkat dan hasil kepuasan.
6) Membuat Keputusan dan Melaksanakan Rencana.
Mungkin aspek tersulit dari setiap proses pengambilan keputusan adalah
mengimplementasikan rencana tersebut. Mengikuti langkah-langkah tersebut
memberikan keyakinan dan pengukuran numerik untuk mengimplementasikan
rencana yang paling sesuai dengan situasi.
7) Evaluasi Hasil
Sertakan mekanisme untuk mengumpulkan hasil rencana, bandingkan dengan hasil
yang diharapkan dan buat rencana penyesuaian, jika perlu, untuk siklus keputusan di
masa depan.
4. Strategi Investasi & Manajemen Investasi
A. Definisi
Menurut Tandelilin (2001) investasi bisa di didefinisikan sebagai komitmen
sejumlah uang atau sumber daya lainnya yang dilakukan saat ini (present time) dengan
11. harapan memperoleh manfaat (benefit) di kemudian hari (in future). Dalam tataran praktik,
investasi biasanya dikaitkan dengan berbagai aktivitas yang terkait dengan penanaman
uang pada berbagai macam alternatif aset baik yang tergolong sebagai aset real (real assets)
seperti tanah, emas, properti ataupun yang berbentuk aset finansial (financial assets),
misalnya berbagai bentuk surat berharga seperti saham, obligasi ataupun reksadana.
B. Tujuan Investasi
Menurut Tandelilin (2001) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan
kegiatan I nvestasi, antara lain sebagai berikut ini :
1) Untuk mendapatkan kehidupan yang baik dimasa depan
Seseorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf hidupnya dari
waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana mempertahankan tingkat
pendapatan-nya yang ada sekarang agar tidak berkurang di masa yang akan datang.
2) Mengurangi dampak inflasi
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang
dapat menghindarkan diri dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya
akibat adanya pengaruh inflasi.
3) Dorongan untuk menghemat pajak
Beberapa negara di dunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat mendorong
tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada
masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
C. Dasar Keputusan Investasi
Menurut Tandelilin (2001)Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang
diharapkan, tingkat risiko serta hubungan antara return dan risiko. Berikut ini akan dibahas
masing-masing dasar keputusan investasi tersebut.
1) Return
Return yang diharapkan investor dari investasi yang dilakukannya merupakan
kompensasi atas biaya kesempatan (opportunity cost) dan risiko penurunan daya beli
12. akibat adanya pengaruh inflasi. Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan
antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized
return).
2) Risiko
Risiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual yang berbeda dengan return
yang diharapkan. Sikap investor terhadap risiko akan sangat tergantung kepada
preferensi investor tersebut terhadap risiko. Investor yang lebih berani akan memilih
risiko investasi yang lebih tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi
pula. Demikian pula sebaliknya, investor yang tidak mau menanggung risiko yang
terlalu tinggi, tentunya tidak akan bisa mengharapkan tingkat return yang terlalu tinggi.
D. Proses Keputusan Investasi
Tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan, yaitu (lihat Gambar 1.2)
sebagai berikut.
1) Penentuan tujuan investasi.
Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor
yang membuat keputusan tersebut.
2) Penentuan kebijakan investasi.
Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas-
kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar negeri).
Investor juga harus memperhatikan berbagai batasan yang mempengaruhi kebijakan
investasi, seperti seberapa besar dana yang dimiliki dan porsi pendistribusian dana
tersebut serta beban pajak dan pelaporan yang harus ditanggung.
3) Pemilihan strategi portofolio.
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap sebelumnya. Ada
dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi
portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang
tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio
yang lebih baik. Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio
13. yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi strategi pasif ini adalah bahwa
semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.
4) Pemilihan aset dan pembentukan portofolio.
Setelah Strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilihan aset-aset
yang akan dimasukkan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap
sekuritas yang ingin dimasukkan dalam portofolio. Tujuan tahap ini adalah untuk
mencari kombinasi portofolio yang efisien, yaitu portofolio yang menawarkan return
diharapkan yang tertinggi dengan tingkat risiko tertentu atau sebaliknya menawarkan
return diharapkan tertentu dengan tingkat risiko terendah.
5) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio.
Pengukuran profit atau return dari investasi yang sudah dijalankan dan evaluasi rencana-
rencana yang sudah di jalankan sebelumnya untuk perbaikan kedepannya.
14. Sumber:
Crane, L., Gantz, G., Issacs, S., Jose, D., Sharp, R,.2013. Introduction to Risk Management:
Understanding Agricultural Risks. Extension Risk Management Education and Risk
Management Agency. United States Department of Agriculture.
Crowther, D., Aras, G.,.2008. Corporate Social Responsibility. Ventus Publishing ApS ISBN:
978-87-7681-415-1.
Goel, M., Ramanathan, P.E.,.2014. Business Ethic and Corporate Social Responsibility - Is there
a dividing line?
Jamil, A. 2015. Modul Perkuliahan: Business Ethic and Good Governance - Konsep dan Teori
Etika Bisnis. Universitas Mercu Buana: Jakarta.
Tandelilin, Eduardus. (2001). Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi 1. Yogyakarta:
BPFE.